KEBIJAKAN POLITIK PERDANA MENTERI SUTAN SJAHRIR UNTUK MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN RI

(1)

ABSRAK

KEBIJAKAN POLITIK PERDANA MENTERI SUTAN SJAHRIR UNTUK MEMPEERTAHANKAN

KEMERDEKAAN RI Oleh

UMAR SABIRING

Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 mendapat ancaman dari dari Belanda yang tidak mengakui proklamsi tersebut, secara militer belanda melakukan penyerangan-penyerangan keberbagai daertah di Indonesia dan selanjutnya menguasai daerah-daerah tersebut. Selain dengan militer Belanda juga memanfaatkan upaya diplomasi sebagai cara untuk menekan pemerintah Indonesia agar mengakui kedudukannya di Indonesia.

Dalam rangka mempertahankan kemerdekaan muncullah berbagai pemikiran dari para pejuang saat itu, dari berbagai pemikiran yang ada mengerucutlah dua opsi perjuangan dalam menghadapi Belanda yaitu perjuangan diplomasi dan masa aksi. Dari kedua opsi diatas pemerintah yang di pelopori Sutan Sjahrir yang pada saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Indonesia melakukan perjuangan politik diplomasi hal ini dilakukan karena dalam melakukan kebijakan Diplomasi ini merupakan cara yang paling baik. Jalur ini ditempuh karena memperkirakan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kedua belah pihak. Sjahrir berkesimpulan bahwa Indonesia harus mengakui kekuatan militer sekutu yang jauh lebih unggul. Jika penyelesaian konflik pasca kemerdekaan dilakukan dengan cara-cara militer maka Indonesia tidak akan bisa memenangkan pertempuran-pertempuran karena kelemahan persenjataan yang


(2)

dimiliki Indonesia pada saat itu. Perjuangan tersebut tidak jarang mendapatkan kritik dan protes keras dari berbagai tokoh .

Rumusan masalah masalah dalam penelitian ini adalah Apasaja Kebijakan politik Perdana Menteri Sutan Sjahrir dalam Diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, memaparkan dan menjelaskan Kebijakan politik Perdana Menteri Sutan Sjahrir dalam Diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. peneliti menggunakan metode historis dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan. Sedangkan untuk menganalisis data di gunakan teknik analisis data kualitatif.

Hasil dalam analisis dalam skripsi ini bahwa kebijakan politik Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri Indonesia dalam melakukan kebijakan Diplomasi. Kebijakan yang dilakukan dalam diplomasi pada saat itu ada dua yaitu melakukan sebuah perjanjian perjanjian Lingggarjati dengan melakukan perundingan dengan Belanda. Yang kedua yaitu menghadiri konfrensi inter asi di New Delhi dengan tujuan memperkenalkan negara Indonesia di mata internasional. Jalur diplomasi yang ditempuh ini merupakan cara yang paling baik. karena memperkirakan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kedua belah pihak. Sjahrir berkesimpulan bahwa Indonesia harus mengakui kekuatan militer sekutu yang jauh lebih unggul. Jika penyelesaian konflik pasca kemerdekaan dilakukan dengan cara-cara militer maka Indonesia tidak akan bisa memenangkan pertempuran-pertempuran karena kelemahan persenjataan yang dimiliki Indonesia pada saat itu.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Umar Sabiring, dilahirkan di Sindang Pagar, Sumber Jaya , Lampung Barat pada tanggal 04 April 1987 merupakan anak kedua dari Empat saudara dari pasangan Bapak Ujang Kardi dan Ibu Taliati.

Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Sindang Pagar, Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat, selanjutnya penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP N 1 Way Tenong dan selesai pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sumber Jaya dan selesai pada tahun 2006.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jateng, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta dan pada tahun 2011 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 1 Kebun Tebu , Lampung Barat.

Pada tahun 2008-2011 penulis aktif mengikuti kegiatan ektrakulikuler kampus yaitu pada tahun 2008-2009 penulis aktif di di BEM FKIP sebagai Brigda . Pada tahun 2009-2010 penulis aktif di di BEM FKIP sebagai Staff Ahli Dinas Pengabdian Masyarakat (Pengmas) , menjadi anggota PANSUS X PEMIRA FKIP. Pada tahun 2010-2011 penulis aktif di FOKMA sebagai Kepala Bidang Mikat, menjadi anggota PANSUS X PEMIRA UNIVERSITAS . Pada tahun 2011-2012 penulis aktif di DPMU sebagai anggota komisi IV hubungan luar negeri serta penulis juga aktif di ektrakulikuler luar kampus yaitu dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandar Lampung Komisariat KIP Unila tahun 2009 sampai dengan sekarang.aktif di lembaga


(8)

Survey Indonesia (LSI) tahun 2011-2013 untuk wilayah Sumbangsel. Penulis juga aktif diberbagai lembaga survey lain yaitu di Lembaga Poling Indonesia (LPI) tahun 2013 . aktif juga di Studi Suara Rakyat (SSR) tahun 2013 Dan Public Opinion & Policy Research (POPULY CENTRE) untuk wilayah lampung tahun 2013 sampai sekarang serta aktif juga di Lembaga Potret Indonesia (LEPI) Tahun 2014 sampai sekarang. kemudian Aktif juga dilembaga swadaya masyarakat Pecinta Alam Remaja kreatif Lampung Barat tahun 2006 sampai saat ini sebagai Divisi search and Rescue (SAR). Dan aktif juga di Lembaga Kajian Pendidikan (LKIP) Bandar Lampung 2014 sampai sekarang.


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, dengan segenap ketulusan hati spesial ku persembahkan karya sederhana ini untuk :

Emaku taliati seorang wanita tanggguh, pantang menyerah, tidak gentar dengan hinaan dan cacian orang dalam membesarkan anank-anaknya dengan penuh kepahitan, kegetiran dan keprihatinan. Semoga karya yang sederhana ini bisa membuat emak tersenyum, bersyukur serta tabungan amal di akhirat nanti.

Ubaku ujang kardi seorang bapak yang tiada pernah mengeluh dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya hingga dewasa, terus berusaha dan berjuang tiada henti untuk anak-anaknya, semoga karya ini bias membahagiakan ubaku dan tabungan di akhirat kelak.

Ayuk dan kakak iparku ku Karlena A.md dan Hadi Yanto, A.md dan kedua adikku Minawati A.md Keb dan Musri Sabiring serta ponakanku Denendra Hadi dan Diandra Hadi yang selalu kubanggakan. You are my spirit. Terima kasih atas

dukungan dan do’anya.

Para pendidikku, Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengajarkan ku banyak hal tentang ilmu pengetahuan.


(10)

MOTO

Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam

kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan

mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk

kebenaran dan saling menasehati

untuk kesabaran”


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil „aalamiin....

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kebijakan Politik Perdana Menteri Suttan Sjahrir Untuk Mempertahankan Kemerdekaan RI ” pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs.Hi. Iskandar Syah M.H, selaku Pembantu Dekan III FKIP

Unila.

5. Bapak Drs.Hi. Buchori Asyik, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila.


(12)

6. Bapak Drs.Hi. Maskun, M.H, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembahas Utama, terimakasih atas kesediaannya, serta saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si Dan juga selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik (PA), terimaksih atas nasihat dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa, dan terimakasih pula atas arahan dan petunjuknya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.P.d selaku Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II, terimakasih atas saran, kritik, solusi serta bimbingan yang tak kenal lelah dalam proses penyelesaian skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah membimbing

penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah. 10.Sahabat-sahabat seperjuangan Amerza Fransiska (Ajho), Solikin, Jainal

Abidin (Inal), Edi Hartono, Elly Alpes Jusa, Andrian Rifa’i, Ginanjar Saputro (Anjar nthen), Reki Fahlevi, Lian Pratama, Wiwid Ferdiawan, Rahman Setiawan, Aas Lailah, Diyana Sisca, Lia Novayanti, Iin Purnama Sari, Esty Wulandini, Benetta Okta Violetta, Nur Indah Lestari, Mbul Vie terima kasih atas kebersamaan kita selama ini dalam suka maupun duka, semoga persahabatan dan persaudaraan ini akan tetap terjalin sampai nanti. 11.Teman-teman seperjuangan di HMI-Komisarit KIP Unila, Bang roni, Bang Ade, Bang Cheri, Bang Soni, Bang Chandra, Bang Haidir, bang Hendri,


(13)

Bang Ahmad Muzaini, Bang Samhadi,Bang Akbar Adit, Mifta, Ali Affandi, dan Dinda-dinda Guskan, Julianto, Emil, Areta, Sagita, dwi,ulan dan lain-lain atas kebersamaan dan dialektikanya bersama penulis. “yakin

usaha sampai” semoga bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWY, Amin.

12.Rekan-rekan KKN dan PPL Kecamatan Kebun Tebu ; Sutrisno, Berlinda, Niluh Dewi kusuma, Siska Afresia, Mariyana, Amelia, Eka dan Eva . Terimakasih atas pengalaman yang penuh perjuangan selama tiga bulan yang telah menginspirasiku.

13.Teman-teman pendidikan Sejarah FKIP UNILA angkatan 2008 yang selalu saya rindukan.

14.Seluruh Kakak tingkat angkatan 2005, 2006, dan 2007.

15.Seluruh adik tingkat angkatan 2009, 2010, 2011, 2012, DAN 2013

16.Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi Allah SWT

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,

Umar Sabiring NPM. 0813033051


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 8

B 1. Identifikasi Masalah ... 8

B 2. Pembatasan Masalah ... 8

B 3. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

C.1.Tujuan penelitian ... 9

C.2.Kegunaan Penelitian ... 9


(15)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Konsep Kebijakan Politik ... 11

B. Konsep Kebijakan Politik Sutan Sjahrir ... 13

C. Konsep Mempertahankan dan Memperjuangkan Pengakuan atas Kemerdekaan RI ... 15

D. Konsep Revolusi ... 16

E. Konsep Revolusi Indonesia ... 19

F. Kerangka Pikir dan Paradigma ... 18

1. Kerangka Pikir ... 18

2. Paradigma ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode ... 23

B. Pengertian Metode ... 23

C. Metode Historis ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. HASIL ... 29

1. Gambaran Umum Kondisi Politik Indonesia Pasca Kemerdekaan ... 30

2. Riwayat Hidup dan Perjuangan Suttan Sjahrir ... 33

a. Latar Belakang Sosial Kehidupan Suttan Sjahrir ... 33

b. Masa Kecil dan Pendidikan Suttan Sjahrir ... 35

c. Masa Pendidikan di Belanda ... 38


(16)

e. Berjuang di Masa Pendudukan Jepang ... 44

3. Masa Revolusi Nasional Indonesia ... 48

3.1 Terplilihnya Sutan Sjahrir Menjadi Perdana Menteri Indonesia ... 50

3.2 Penculikan Terhadap Perdana Menteri Suttan Sjahri ... 55 .

4. Kebijakan politik Sutan Sjahrir dalam bidang diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan RI ... 57

3.1. Melakukan perjanjian Linggarjati ... 59

3.2.Menghadiri Konferensi Inter Asia ... 63

B. PEMBAHASAN ... 64

B.1. Melakukan Perjanjian Linggarjati ... 64

B.2. Menghadiri Konfrensi Inter Asia ... 66

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. KESIMPULAN ... 69

B. SARAN ... 70

DAFTAR PUSTAKA


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

1. Rencana judul penelitian kaji tindak dan/ Skripsi... 76 2. Pengesahan komisi pembimbing penulisan kaji tindak/ skripsi... 77 3. Surat izin penelitian pendahuluan UPT Perpustakaan Universitas

Lampung... 78 4. Surat keterangan selesai penelitian dari perpustakaan Universitas

Lampung... 79 5. Surat izin penelitian pendahuluan UPT Perpustakaan Daerah

Lampung... 80

6.

Surat pengangkatan Suttan Sjahrir menjadi Perdana

Menteri oleh Ir.Soekarno tanggal 15 November 1945………... 81

7.

Naskah Perjanjian Linggar Jati……….... 82

8.

pemberhentian Perdana Menteri Suttan Sjahrir oleh Prisiden

Soekarno……… 83

9.

SK wakil prisiden mengangkat Suttan Sjahrir menjadi duta

istimewa dan penasehat……… 84

10.

Piagam Tanda Kehormatan dari Prisiden/ Panglima Teringgi

Angkatan Perang Republik Indonesia………. 85

11.

SK Pengangkatan Suttan Sjahrir Menjadi Pahlawan Nasional………. 86

12.

piagam Penghargaan dari Gubernur Kepala Daerah khusus


(18)

Zi

DAFTAR GAMBAR

hal

1. Berdasarkan makloemat X, yang ditandatangani oleh wakil prisiden Moh. Hatta tanggal 16 Oktober 1945 dan diangkatnya

Suttan Sjahrir menjadi badan pekerja……… … 88

2. . Dilantiknya Suttan Sjahrir menjadi perdana menetri Indonesia

pertama oleh prisiden Soekarno pada tanggal 14 November 1945…… 88 3. Suttan Sjahrir memberikan penjelasan mengenai keadaan

politik di Republik, pasca penculikan perdana menteri kepada

wartawan dikediamannya, jalan pegangsaan timur 56………. …. 89

4. Kunjungan Suttan Sjahrir ke pelabuhan Cirebon, 20 Agustus 1946. Sejak April 1946 Indonesia dan India menjalankan program tukar menukar Beras (Indonesia) dengan tekstil,

ban, dan onderdil mobil (India)………. 89 5. Penandatanganan gencatan senjata antara pihak Belanda dan

Indonesia tanggal 14 Oktober 1946………. 90 6. Tahap perundingan yang berakhirnya dengan disepakatinya

konsep final yang dikenal sebagai “Persetoedjoean linggadjati”

pada tanggal 22 Oktober hingga 15 November 1946……… 90 7. Delegasi Indonesia sedang berembuk intern pada perundingan

Linggarjati……….. 91

8. Acara pembubuhan paraf pada naskah “Persetoedjoean

linggadjati” 15 November 1946……… 91

9. Pemandangan menyeluruh dalam penandatanganan perjanjian

Linggarjatidi istana pada tanggal 25 Maret 1947………. … 92 10.Perdana menteri Suttan Sjahrir menghadiri Inter-Asian Relation

Conference di New Delhi (india) tahun 1947……… 92

11.Delegasi Indonesia di Dewan Keamanan PBB, tanggal 14 Agustus


(19)

1

1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1900 yang diawali dengan munculnya sekelompok mahasiswa yang membentuk perkumpulan Budi Utomo. Pemikiran mereka berkembang lebih jauh, mereka tidak hanya berbicara tentang Belanda yang menjajah Indonesia, tetapi bagaimana mengusir penjajahan dan mencapai kemerdekaan bangsa dan negara itu sendiri.

Dalam perkembangan selanjutnya, kaum pergerakan Indonesia melaksanakan perjuangan lebih menyeluruh dalam organisasi yang lebih kuat, yang diwujudkan dalam sebuah kongres tanggal 28 Oktober 1928 disebut dengan Sumpah Pemuda. (Menurut Mc.T. Kahin: 1995: 25)mengatakan bahwa:

Dengan telah dilaksanakan ikrar-ikrar nasionalis pertama pada saat itu, penentuan Bendera dan Lagu Kebangsaan, serta keputusan agar bahasa Melayu dijadikan bahasa Indonesia yaitu bahasa nasional yang akan dilahirkan sebagian besar golongan berpendidikan modren mengikat diri kepada perjuangan baru yang memukau yang bernama Indonesia. (Herbeth Fiith, 1989).

Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, para elit politik Indonesia mulai memikirkan cara mengisi kemerdekaan guna mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materil maupun sprituil yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.


(20)

2

Salah satu tokoh politik yang sangat berpengaruh di hari-hari menjelang proklamasi kemerdekaan dan sesudahnya adalah Sutan Sjahrir. Ia adalah seorang arsitek terjadinya pergeseran sistem pada November 1945, yaitu dari Presidensial sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945 yang pertama menjadi sistem Parlementer. Suatu pergeseran yang dicapai bukan melalui perubahan UUD melainkan dengan diterimanya konvensi yang menyatakan UUD akan berjalan di dalam sistem Parlementer. Kemudian selaku perdana menteri, Sjahrir adalah orang yang bertanggung jawab mengemudikan republik yang masih sangat muda pada saat itu dalam melewati bahaya yang mengelilinginya, dan ia berhasil meraih pengakuan dari dunia luar bagi kedaulatan Indonesia.

Sifat strategi Sjahrir sebagian terungkap dalam responnya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Agustus 1945 dan sebagian dalam manuver-manuver politik berikutnya yang menempatkan dirinya pada kedudukan sebagai perdana menteri sejak 1945-1948, juga ketika pemerintahannya mendapatkan tekanan-tekanan dari dalam dan luar negeri. Sejumlah asas pedoman dapat kita lihat dalam tindakan-tindakannya selama periode itu, diantaranya ada yang merupakan perpanjangan atau revolusi pandangan itu dalam rangka situasi yang berkembang.

Pertama, yang terpenting bagi Sjahrir adalah bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia harus berada anti-fasis. Hal tersebut merupakan konsekuensi perspektif yang sudah ia kembangkan mengenai arah perkembangan peristiwa-peristiwa di dunia pada dasawarsa 1930-an. Pembebasan dan perkembangan Indonesia sebagai negara republik yang demokratis dan sosialis mendapatkan tempat dalam


(21)

3

persefektif tersebut. Kedua, potensi otoriter yang terkandung dalam proses revolusi. Dengan memperhitungkan ketidakjelasan situasi dan kemungkinan akan terjadinya kekacauan setelah kekalahan Jepang, maka Sjahrir menginginkan agar kemerdekaan diproklamasikan setertib mungkin dan melalui apa yang dianggap sebagai suatu otoritas Indonesia yang terbentuk sebagai mana mestinya.

Ada dua prinsip yang saling berseberangan dalam menyikapi perbedaan penilaian terhadap kegiatan Sjahrir, Soekarno, dan Hatta semasa pendudukan Jepang. Kegiatan aksi Sjahrir dilakukan secara diam-diam sambil terus berhubungan dengan para pemimpin yang lebih tua dan terkemuka, terutama dengan memusatkan kegiatannya pada upaya membangun gerakan perlawanan bawah tanah yang menentang Jepang. Sedangkan Soekarno Hatta memakai jalan kerjasama secara terbuka dengan pemerintah pendudukan Jepang, dan sedapat mungkin memperlunak perlakuan Jepang. Bahkan, bila dimungkinkan, memanfaatkan jabatan resmi mereka di bawah kekuasaan Jepang untuk membela perjuangan kebangsaan.

Pada akhir Oktober 1946, Sjahrir menerbitkan buklet kecil, dengan judul Perjuangan Kita, yang disebarkan selama hari-hari pertama pada November 1946. Buklet ini sangat mempengaruhi pemikiran politik Indonesia, terutama dikalangan buruh yang dulu ikut gerakan bawah tanah, dikalangan pemuda berpendidikan. Dalam buklet ini menyerukan para pemuda untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab, berjuang dengan segenap jiwa revolusionernya, terutama menghindari kekerasan anti-asing dan anti-indo, dan mengerahkan kekuatan


(22)

4

mereka ke arah pembentukan suatu pemerintah yang demokratis, non fasis serta non-feodalis.

Orang Indonesia harus membedakan aspek bagian luar dari revolusi mereka, yaitu nasionalisme, dan aspek sosial yang merupakan bagian dalamnya. Ada bahaya besar jika dalam memusatkan aspek nasionalisme, revolusi itu berdasarkan demokrasi, maka aspek sosial bagian dalam itu akan dilupakan. Dengan melihat warisan feodal yang terus hidup dengan kuat, maka penyerapan aspek nasionalistis untuk menghilangkan aspek demokrasi internal yang akan menggiring ke arah fasisme adalah feodalisme dan supernasionalisme, tetapi demokrasi.

Sjahrir menyerukan agar rakyat indonesia menolak semua pemimpin yang pernah aktif berkolaborasi dengan Jepang dan Belanda, dan mempercayakan kepemimpinan revolusi hanya kepada mereka yang tidak ternoda oleh hubungan semacam itu dari tujuan akhirnya adalah demokrasi, ia menyatakan: Revolusi kita harus di pimpin oleh kelompok-kelompok demokratis yang revolusioner Dan bukan oleh kelompok-kelompok yang pernah menjadi antek-antek fasis, fasis, fasis kolonial, atau fasis militer Jepang.

Perjuangan demokrasi revolusioner itu di mulai dengan membersihkan diri dari noda-noda fasis Jepang, mengukung pandangan orang-orang yang jiwanya masih termakan oleh pengaruh propoganda Jepang dan didikan Jepang.

Orang-orang yang menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang harus di singkirkan dari kepemimpinan revolusi kita, yaitu orang-orang yang pernah


(23)

5

bekerja dalam organisasi propoganda Jepang, polisi rahasia Jepang, umumnya dalam usaha pasukan kelima jepang. Semua orang ini harus di anggap sebagai penghianat perjuangan dan harus di bedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja yang hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi, semua kolaborator politik dengan fasis Jepang seperti yang disebutkan di atas harus dianggap sebagai fasis sendiri atau alat dan kaki tangan Jepang, yang sudah tentu berhianat kepada perjuangan revolusi rakyat.

Dimasa revolusi fisik, karier Sjahrir dibidang politik dan diplomasi bermula sejak keluarnya maklumat Wakil Presiden tanggal 16 Oktober 1945, dimana ia terpilih sebagai Ketua Badan Pekerja KNIP, diserahi kekuasaan Legislatif, untuk bersama-sama dengan Presiden menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.” (Maeswara, Garda : 2010:44). Sejak tanggal 14 November 1945 Sjahrir naik ke pucuk pimpinan pemerintah sebagai Perdana Menteri pertama Indonesia dalam usia 36 tahun, kepemimpinan Sjahrir berlangsung dalam 3 periode yaitu :

1. Kabinet pertama, yaitu 14 November 1945- 12 Maret 1946. 2. Kabinet kedua, 13 Maret 1946 – 2 Oktober 1946.

3. Kabinet ketiga, 2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947.

Selama memimpin pemerintahan, Perdana Menteri Sutan Sjahrir memegang peranan penting, dari tahun 1945 hingga 1947, pengaruhnya sangat mendalam terhadap perjalanan revolusi Indonesia. Ia melakukan perundingan dengan pihak Belanda untuk menyelesaikan konflik antara Belanda dan Indonesia di bawah pengawasan Internasional, yaitu PBB. Sutan Sjahrir melaksanakan cara


(24)

6

penyelesaian konflik yang berbeda dengan para tokoh revolusioner Indonesia pada saat itu seperti Tan Malaka dan yang lainnya. Di saat yang lain menyelesaikan persoalan konflik dengan Belanda melalui perlawanan militer (perang), Sjahrir justru memilih jalan damai yaitu diplomasi. Seraya memperkirakan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kedua belah pihak. Sjahrir berkesimpulan bahwa Indonesia harus mengakui kekuatan militer sekutu yang jauh lebih unggul. Jika penyelesaian konflik pasca kemerdekaan dilakukan dengan cara-cara militer maka Indonesia tidak akan bisa survive dan memenangkan pertempuran-pertempuran karena kelemahan persenjataan yang dimiliki Indonesia pada saat itu.

Langkah yang diambil Sjahrir sejak di serahi tampuk pemerintahan sebagai Perdana Menteri pada tanggal 14 November 1945 adalah berdiplomasi. Sjahrir berpendapat bahwa untuk mempertahankan kemerdekaan, Indonesia harus mengadakan perjanjian dengan Belanda agar mengakui berdirinya Indonesia.” (Buku Tempo, 2010: 75).

Upaya diplomasi ini dimaksudkan untuk menutup semua tudingan Belanda yang mengucilkan Indonesia sebagai negara yang tidak aman sehingga membutuhkan bantuan dari pihak asing. Kebijakan diplomasi yang dilakukan Sjahrir selama menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia merupakan cerminan dari pemikiran politik yang dia miliki. Sjahrir berpendapat bahwa dalam politik, mempertaruhkan hidup adalah untuk memenangkan hidup.” (Rosihan Anwar, xiv:2011). Dan dalam mempertaruhkan hidup, bangsa Indonesia harus memiliki


(25)

7

pilihan-pilahan yang cerdas dan realistis. Hal-hal yang tidak bisa dihadapi dengan senjata, bisa disiasati dengan diplomasi. Hal tersebutlah yang menjadi pijakan bagi Sjahrir dalam menentukan kebijakn-kebijak politiknya selama menjabat sebagai Perdana Menteri.

Sjahrir mengumumkan dalam diplomasinya bahwa Jakarta adalah kota internasional. Agar program ini menarik perhatian dunia, digelarlah pameran kesenian yang di publikasikan oleh sejumlah wartawan luar negeri. Setelah itu Sutan Sjahrir mulai mengenalkan Indonesia di forum-forum Internasional, seperti Konfrensi Asia di New Delhi pada 1946. tak hanya itu, Sjahrir juga mencuri perhatian dengan memberikan bantuan kemanusian berupa sumbangan beras. Tidak semua setuju terhadap langka Sjahrir berunding dengan bekas penjajah.” (Buku Tempo,2010 : 75).

Partai Masyumi dan Partai Nasional Indonesia menolak. Kelompok penentang yang paling keras adalah Persatuan Indonesia yang di motori oleh Tan Malaka. Sjahrir dianggap terlalu banyak memberikan konsesi kepada Belanda. Ia dan para pengikutnya di ejek sebagai “anjing-anjing Belanda”. Menghadapi perlawanan oposisi, Sjahrir tak ambil pusing. Menurut Sjahrir berjuang di meja perundingan punya keuntungan politis memperoleh pengakuan kekuasaan defacto. Ia jalan terus, apalagi Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta berdiri di belakangnya “(Anwar, Rosihan, 2010: 75)


(26)

8

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada deskripsi diatas, ada beberapa pokok permasalahan yang akan memberi arah penelitian ini, yaitu :

1. Dampak kebijakan politik diplomasi Perdana Menteri Sutan Sjahrir sebagai pimpinan Pemerintah untuk Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. 2. dampak pemberlakuan politik diplomasi Perdana Menteri Sutan Sjahrir

untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

3. Dampak Kebijakan politik Perdana Menteri Sutan Sjahrir dalam Diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang diteliti, maka penulis membatasi masalah yaitu kebijakan politik Perdana Menteri Sutan Sjahrir dalam diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apasaja Kebijakan politik

Perdana Menteri Sutan Sjahrir dalam Diplomasi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia?


(27)

9

B. Tujuan dan Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan kebijakan diplomasi Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2. Kegunaan Penelitian

a. Dapat memberikan pengetahuan serta wawasan khususnya dibidang kesejarahan yakni mengenai kebijakan diplomasi Sutan Sjahrir sebagai untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

b. Sebagai suplemen dalam mempelajari materi Sejarah, baik di Sekolah maupun Perguruan Tinggi khususnya Sejarah Kemerdekaan Indonesia

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian : Perdana Menteri Sutan Sjahrir

2. Objek Penelitian : Kebijakan politik diplomasi Sutan Sjahrir Sebagai Perdana Menteri Indonesia

Untuk mempertahankan kemerdekaan RI 3. Tempat Penelitian : Perpustakaan Universitas Lampung,

Perpustakaan Daerah Lampung. 4. Waktu Penelitian : Tahun 2013


(28)

10

REFERENSI

Anwar Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xiv. Buku Tempo. 2010. Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil. Kepustakaan Populer

Gramedia. Jakarta. Halaman 75.

Herbert Feith. 1989. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. LP3ES. Jakarta. Halaman Px.

J.D. Legge. 2003. Kaum Intelektual Dan Perjuangan Kemerdekaan. PT Temprint. Jakarta. Halaman 168.

Maeswara Garda . 2010.2010. Sejarah Revolusi Indonesia 1945, Perjuangan Bersenjata Dan Diplomasi Untuk Mempertahankan Kemerdekaan. Penerbit Narasi. Jakarta. Halaman 44

____________ Ibid. Halaman 85. _____________ Ibid. Halaman 138

Mandaralam Syahbudin. 1966. Apa Dan Siapa Sutan Syahrir. PT Rosda RJ Jaya Putra. Bandung. Halaman 47.


(29)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebijakan Politik

Kebijakan dan politik memiliki definisinya masing-masing. Secara sederhana Solichin Abdul Wahab menyatakan bahwa pada hakikatnya kebijakan terdiri atas tindakan yang saling berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan keputusan yang berdiri sendiri. Misalnya kebijakan tidak hanya mencakup keputusan untuk membuat undang-undang dalam bidang tertentu, melainkan diikuti dengan keputusan atau petunjuk teknis pelaksanaan yang lebih detail, bersangkut paut dengan proses implementasi dan mekanisme pemberlakuannya(Sol ichin Abdul Wahab, 2012:21).

Menurut Heclo (1977): kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah. Sedangkan Menurut Friedrik (1963): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya mencapai tujuan.( Imron, Ali. 2002: 11).


(30)

12

Jadi kebijakan adalah suatu tindakan yang yang dilakukan sebuah dalam sebauah lembaga untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.

Sedangkan pengertian politik menurut beberapa ahli, seperti RamlanSurbakti adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.”(Ramlan Surbakti, 1991:1).

Sedangkan menurut F. Isjwara politik ialah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai tekhnik menjalankan kekuasaan-kekuasaan.” Kartini Kartono (1996 : 64) bahwa politik dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat.

Berdasarkan definisi kebijakan dan definisi politik yang telah disebutkan beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kebijakan adalah hal-hal yang dirumuskan oleh pemerintah yang menyangkut kebutuhan dan kebaikan masyarakat dalam suatu negara. Sedangkan politik adalah alat untuk mendapatkan kekuasaan agar mampu untuk merumuskan dan menegakkan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan politik adalah hal-hal yang dilakukan oleh pemerintah melalui kekuasaannya untuk memberikan yang terbaik bagi kebutuhan masyarakat dan negaranya.


(31)

13

Kebijakan politik biasanya berkaitan dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat dalam hubungan luar negeri yang pada akhirnya diperuntukan bagi kemaslahatan rakyat dan negara.

Pada penelitian ini, peneliti hendak meneliti secara lebih mendalam tentang kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintah Indonesia selama pasca kemerdekaan. Kebijakan politik tersebut merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri selaku pimpinan pemeritahan Indonesia yang saat itu menjalankan sistem pemerintahan parlementer. Adapun yang menjadi Perdana Menteri pada saat itu adalah Sutan Sjahrir. Peneliti akan menguraikan bagaimana sepak terjang Sutan Sjahrir selaku Perdana Menteri, apa dan apasajakah kebijakan politik yang dia keluarkan selama menjabat sebagai pimpinan pemerintahan. Kebijakan politik yang dimiliki Sutan Sjahrir berkaitan dengan pemikiran politik yang dimikilinya.

B. Konsep Kebijakan Politik Sutan Sjahrir

Perjalanan kehidupan politik Sutan Sjahrir banyak mendapat pertentangan dari tokoh-tokoh nasional yang berpendapat bahwa penyelesaian konflik melalui diplomasi bukan merupakan jalan yang terbaik tapi dengan peranglah baru bisa terlaksana.

Sjahrir adalah arsitek terjadinya pergeseran sistem di bulan November 1945, yaitu dari sistem presidensial sebagaimana ditetapkan dalam UUD yang pertama menjadi sistem perlementer. Suatu pergeseran yang dicapai bukan melalui


(32)

14

perubahan UUD melainkan dengan diterimanya konvensi yang menyatakan UUD akan berjalan di dalam sistem perlementer.

Rosihan Anwar (2011:xii) berpendapat bahwa pemikiran politik yang dimiliki Sutan Sjahrir adalah hal-hal yang tidak umum dimiliki oleh tokoh-tokoh politik di masanya. Pemikiran politik tersebut pada akhirnya mempengaruhi berbagai kebijakan politiknya sebagai Perdana Menteri. Hal tersebut berdasarkan pendapat Rosihan Anwar (2011:xii) sebagai berikut:

Membaca tulisan-tulisan Sutan Sjahrir, muncul kesan yang sangat kuat dalam diri saya bahwa bagi dia politik bukanlah perkara yang tak terelakan dalam hidupnya. Demikian pula politik untuk dia tidak terutama berarti merebut kekuasaan. Politik juga bukan persoalan mempertaruhkan modal untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, sebagaimana diyakini oleh pelaksana money politic dewasa ini di tanah air kita. Bahkan politik juga tidak sekedar mempertaruhkan kemungkinan untuk merebut kemungkinan yang lebih besar.

Bagi Sjahrir, politik bukan semata-mata perkara yang pragmatis sifatnya, yang hanya menyangkut suatu tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut, yang dapat ditangani dengan memakai rasionalitas instrumental. Bagi Sjahrir, politik lebih dari pragmatism simplistic, tetapi mengandung sifat eksistensial dalam wujudnya, karena melibatkan pula rasionalitas nilai-nilai. Bagi Sjahrir, politik adalah mempertaruhkan hidup dan dengan itu memenangkan hidup itu sendiri.

Sifat strategi Sjahrir sebagian terungkap dalam responnya terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di Agustus 1945, dan sebagian dalam manuver-manuver politik berikutnya yang menempatkan dirinya pada kedudukan sebagai perdana menteri, juga dalam cara ketika pemerintahannya mendapatkan tekanan-tekanan dari dalam dan luar negeri. Sejumlah asas pedoman dapat kita lihat dalam tindakan-tindakannya selama periode itu, di antaranya ada yang merupakan


(33)

15

perpanjangan atau evolusi pandangan itu dalam rangka situasi yang berkembang.

Ketika menjalankan perannya sebagai Perdana Menteri, Sjahrir telah mengeluarkan berbagai kebijakan politik yang kontroversial bagi rakyat terutama bagi kalangan aktivis revolusioner seperti Tan Malaka. Salah satu kebijakan politiknya yang kontroversial tersebut adalah ketika Sjahrir memberikan bantuan beras kepada pemerintah India saat konverensi Asia di New Delhi. Kebijakan politik tersebut diberi nama diplomasi beras.

C. Konsep Upaya Mempertahankan atas Kemerdekaan Republik Indonesia Mempertahankan kemerdekaan adalah suatu hal yang mutlak yang harus dilakukan ketika sebuah negara yang telah merdeka akan di rebut kembali oleh bangsa lain. Mempertahankan kemerdekaan juga dapat berarti menjga keutuhan dan kekompakan dalam satu persatuan bangsa dalam menghadapi sebuah tantangan dari dalam dan luar.

“Syarat mutlak untuk mengekal-abadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, adalah persatuan dari bangsa (...) Kita pertahankan negara Proklamasi yang digempur kembali atau hendak digempur kembali oleh Imperialisme dengan sukses, dengan pancasila, dengan gabungan

Mutlak dari segenap tenaga revolusioner. (...) Mempertahankan dengan Persatuan, memperjuangkan dengan pancasila.”

(Soekarno dalam Raharjo dan Gusmian, 2002: 120-121)

Menurut WJS Poerwadarminto (mempertahankan kemerdekaan adalah “Mengusahakan supaya tetap/membiarkan pada keadaan semula”. Sedangkan


(34)

16

kemerdekaan adalah: Suatu kebebasan dari penjajahan/suatu kebebasan untuk berdiri sendiri”.

Pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah upaya untuk membela, menjaga, melindungi bangsa Indonesia dari usaha penjajahan yang membahayakan kebebasan kedaulatan bangsa Indonesia.

Mempertahankan kemerdekaan juga dalam rangka memperjuangkan pengakuan sebagai negara merdeka yang berdaulat dari masyarakat dunia. Mendapat pengakuan dari pihak luar terkait kemerdekaan dan kedaulatan merupakan faktor yang dapat memudahkan suatu negara berinteraksi dengan negara lain, sehingga dapat berkomunikasi dan bergaul dengan dunia luar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan negara dalam memenuhi kebutuhan bangsanya. Ada beberapa cara untuk mempertahankan dan mendapatkan pengakuan kemerdekaan, yaitu melelui perjuangan diplomasi, perjuangan bersenjata dan perjuangan masa aksi, antara lain sebagai berikut :

1. Perjuangan Diplomasi

Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan berusaha mendapatkan pengakuan dari dunia internasional salah satunya dilakukan dengan cara diplomasi. Perjuangan dengan cara diplomasi didasarkan atas pandangan pesimistis dan perimbangan kekuatan dunia dan atau kekuatan-kekuatan revolusi Indonesia (M. Zeini Hasan, 1980:157). Langkah diplomasi merupakan cara yang dipilih orang Sjahrir untuk mempertahankan dan mendapatkan pengakuan dari


(35)

17

dunia internasional tas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena bagi Sjahrir kedudukan Indonesia yang lemah pada saat itu yang menurutnya berada di bawah pengaruh kekuatan kapitalis Amerika Serikat dan Inggris., sedangkan nasib Indonesia bergantung pada kebijakan politik yang akan diambil oleh kedua negara tersebut. Berdasarkan pertimbangan situasi dan kondisi Indonesia, Sjahrir mengambil kesimpulan bahwa satu-satunya jalan untuk menjamin kemerdekaan Indonesia adalah dengan diplomasi. (Alfian,1983,175)

2. Perjuangan Bersenjata

Perjuangan bersenjati terjadi saat pemuda hendak melucuti tentara Jepang dan mendapat perlawanan seperti di kota Semarang yang terjadi pertempuran selama lima hari pada tanggal 15 Oktober 1945. Perjuangan bersenjara ini terus berlanjut ketika Belanda diketahui membonceng tentara Sekutu dan ingin kembali menguasai Indonesia.

3. Perjuangan Aksi Massa

Bentuk-bentuk dari perjuangan masa aksi ini dilakukan dengan demonstrasi, pemogokan atau pemboikotan, penyitaan asset-aset ekonomi musuh dan dapat menjelma menjadi perlawanan bersenjata. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk memperoleh hak-hak politik dan ekonomi dari penguasa (penjajah).


(36)

18

F. Kerangka Pikir dan Paradigma 1. Kerangka Pikir

Ada hal penting yang harus diperjuangkan pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan hal yang harus di dapati Indonesia adalah pengakuan dari dunia luar tentang keberadaan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan merdeka. Hal tersebut disadari oleh berbagai pihak yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, baik golongan tua maupun golongan muda. Sutan Sjahrir adalah satu dari sekian banyak pejuang Indonesia yang memikirkan tentang keberlangsungan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat yang harus diakui dunia.

Berbeda dengan kebanyakan tokoh pergerakan Indonesia yang juga mencetuskan Revolusi Nasional, Sjahrir adalah tokoh yang memilih berjuang dengan cara damai. Disaat yang lain memikirkan cara berevolusi dengan senjata dan keras terhadap Belanda dan sekutunya atau melakukan cara-cara konfrontasi dalam mempertahankan kemerdekaan, Sjahrir justru memilih jalan diplomasi, mendekat kepada berbagai pihak.

Perjuangan diplomasi ini didasarkan atas pandangan pesimistis dan pertimbangan kekuatan dunia dan kekuatan-kekuatan revolusi Indonesia. Berdiplomasi merupakan cara aman yang sesuai dengan kondisi Indonesia sebagai negara yang baru memperoleh kemerdekaan.


(37)

19

Di samping itu, saat itu Indonesia masih berada di bawah pengaruh kapatalis Amerika Serikat dan Inggris. Diplomasi dipandang sebagai cara yang cerdas dan tepat untuk memperoleh pengakuan dunia internasional atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Perjuangan diplomasi ini untuk mendapatkan pengakuan secara de facto, agar kelak Indonesia bisa berinteraksi, bergaul dan bersosialisasi dengan dunia internasional.

Sjahrir memiliki pemikiran politik yang melebihi zamannya. Baginya politik adalah usaha dan upaya untuk mewujudkan nilai-nilai martabat dan kesejahteraan manusia. dan untuk memperjuangkan nilai-nilai tersebut tidak mungkin diwujudkan dengan cara menghilangkan feodalisme dan menolak setiap politik yang totaliter. Berdasarkan pemikiran politik yang dia miliki, Sjahrir dengan kedudukannya sebagai Perdana Menteri pada masa awal kemerdekaan Indonesia, melakukan berbagai macam diplomasi kepada negara-negara luar hingga pada masa jabatannya tersebut yaitu membentuk GBHN melalui forum KNIP dan menjadikannya Manifesto Politik pada tahun 1945, pada tahun 1946 adanya konferensi Linggar Jati hal ini menjadi Perjuangan Diplomasi ini didasarkan atas pandangan Perdana Menteri suttan Sjahrir mengenai kedudukan Indonesia sebagai negara muda yang masih sangat lemah pada waktu itu.Menurut syahrir kedudukan Indonesia berada didaerah pengaruh kekuasaan kapitalis Amerika Serikat dan Inggris dan ia memandang bahwa nasib Indonesia amat tergantung pada kebijakan politik yang akan diambil oleh kekuasaan kapitalis itu maka tidak bijaksana jika Indonesia melakukan konfrontasi dengan kedua kekuatan tersebut.


(38)

20

Selanjutnya pada tahun 1947 ia mendukung pembentukan Inter Asian Relations conference di New Delhi hal ini bertujuan untuk menggalang kerjasama antara negara-negara Asia dalam mencapai tujuan bersama, khususnya kemerdekaan , keamanan, dan kesejahteraan manusia. dan kemudian menjadi embrio kelahiran politik bebas aktif hal ini disampaikan pada sebauah pidato Perdana Menteri Sutan Sjahrir untuk tidak memihak salah satu blok.

Politik bebas aktif yaitu politik yang turut bertanggung jawab terhadap perkembangan kejadian-kejadian di dunia tanpa membangun afiliasi dengan salah satu dari blok-blok yang sedang bersaing. Hal ini merupakan bagian dari revolusi Indonesia. Terhadap hal tersebut, Sjarir berpendapat bahwa revolusi nasional harus segera disusul dengan revolusi sosial yang dapat membebaskan rakyat dari feodalisme dan jebakan-jebakan ke arah fasisme yang muncul bersamaan dengan kapitalisme yang tak terkendali.


(39)

21

2. Paradigma

Keterangan :

Garis Aktivitas Garis Sumbangan

Kebijakan politik Perdana Menteri Sutan Sjahrir

Kebijakan Diplomasi 1.Melakukan perjanjian Linggarjati

2.Menghadiri Konferensi Inter Asia di New Delhi

Untuk Mempertahankan Kemerdekaan RI


(40)

22

REFERENSI

Alfian.1983. Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. PT gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 175.

Anwar, Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului Zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xii. Hasan, Zein. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri.halaman

157.

Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung. Halaman 35. Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Mandar Maju. Bandung. Hal 64.

Pamoe Raharjo&Islah Gusmian. 2002. Bung Karno Dan Pancasila Menuju Revolusi Nasional. Galang Press: Yogyakarta. Halaman 129&134

Surbakti, Ramlan. 1991. Memahami Ilmu Politik, Gramedia. Jakarta. Halaman 1.

Wahab, Abdul Solichin. 2012. Analisis Kebijakan, dari Formulasi ke Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 21.


(41)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Metode

1. Pengertian Metode

Dalam melakukan metode sebuah penelitian , digunakan metode peneltian. Metode yang di pilih dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan objek studi. Menurut Winarno Surachmad, Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk menguji hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu (Winarno Surachmad,1982 : 111).

Sedangkan menurut Husin Sayuti dalam pengantar Metodelogi Riset, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode yang menyangkut masalah tata kerja yaitu cara kerja untuk memahami objek yang akan jadi sasaran ilmu yang di jadikan penelitian. (Husin Sayuti, 1989 : 32).

Berdasarkan pendapat diatas, maka metode penelitian adalah untuk bisa mengetahui, memaparkan dan menjelaskan sebuah permasalahan berdasarkan pada metode ilmiah. Keberhasilan suatu penelitian banyak di pengaruhi oleh metode yang di pakai, untuk itu seorang peneliti harus memilih metode yang tepat dan sesuai. Adapun metode yang di gunakan adalah metode historis.


(42)

24

2. Metode Historis

Menurut Louis Guttschalk (1975 : 32) di kemukakan bahwa yang di maksud dengan metode histories adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan pengalaman masa lampau. Sedangkan metode histories menurut tokoh lain adalah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis, di maksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa dari pada hasil-hasilnya (Nugroho Notosusanto, 1984 : 10-11).

Berdasarkan pendapat di atas, metode histories adalah suatu cara dalam pengumpulan, memilih, menafsirkan bahan-bahan dan fakta sejarah dan kemudian menganalisa secara kritis dan menyajikan dengan di susun secara sistematis, sehingga di perolah bentuk dari sebuah pristiwa. Adapun langkah-langkah metode historis menurut Nugroho Notosusanto adalah :

a. Heuristik, proses untuk mencari dan menemukan sumber data.

b. Kritik yaitu menyelidiki apakah jejak itu sejati baik isi maupun bentuknya.

c. Interpretasi, yaitu setelah memperoleh sejumlah fakta-fakta yang di perlukan maka, kita harus menerangkan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal.

d. Historiograpi, yaitu suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian ( Nugroho Notosusanto, 1984 : 11).


(43)

25

1. Heuristik

Dalam tahap ini, kegiatan yang harus di lakukan adalah mengumpulkan fakta, data dan jejak penelitian dari literature yang menunjang maslah dan objek penelitian (sumber). Dalam kegiatan heuristic ini, difokuskan pada naskah-naskah, dokumentasi dan literature-literatur yang memuat imformasi mengenai 2. Kritik

Tahap kedua adalah melakukan pengujian-pengujian terhadap literatur yang diperoleh. Pengujian di lakukan dengan cara melakukan kritik, baik ekstern maupun intern. Kemudian membandingkan antara literatur satu dengan literature yang lain sehingga diperoleh fakta mengenai.

3. Interpretasi

Selanjutnya adalah kegiatan menafsirkan data yang telah di uji kebenarannya, kemudian menghubungkan fakta-fakta tersebut dalam bentuk konsep dan generalisasi sejarah.

4. Historiograpi

Langkah yang terakhir adalah penulisan dalam bentuk laporan sehingga tersusun suatu konsep yang sistematis.

B. Variabel Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi variable adalah gejala-gejala yang menunjukan variasi baik dalam jenis maupun tingkatannya (Sutrisno Hadi, 1981 : 260). Sedangkan menurut Sanafiah Faisal variabel adalah penjabaran lebih jauh tentang konsep-konsep yang terdapat pada judul, selanjutnya di deskripsikan dimensi-dimensi


(44)

26

yang di ukur dan diamati dan masing-masing konsep yang bersangkutan (Sanafiah Faisal, 1981 : 23).

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, yang dimaksud dengan variabel adalah suatu objek yang menjadi pengamatan dalam penelitian, atau faktor –faktor yang berperan dalam pristiwa yang diteliti.

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti, maka teknik pengumpukan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan. Koenjtaraningrat menyatakan bahwa teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan imformasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat diruangan perpustakaan, misalnya Koran, majalah-majalah, catatan-catatan, kisah sejarah, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koenjaraningrat, 1983 : 420).

Dengan menggunakan teknik kepustakaan, penulis akan mendapatkan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan penelitian, sehingga diperoleh data atau teori yang dikemukakan oleh para ahli untuk memperkaya data yang diperlukan

2. Teknik Analisis Data

Menurut Muhamad Ali, teknik analisa data kualitatif adalah dengan menggunakan proses berfikir induktif, untuk menguji hipotesis yang dirumuskan


(45)

27

sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang di teliti (Muhamad Ali, 1985 : 155).

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam proses analisa data kualitatif adalah :

1. Mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti untuk mempermudah penelitian, maka diperlukan seleksi data dan penyusunan data.

2. Data yang sudah dikumpulkan, digolongkan berdasarkan kategori yang dibutuhkan.

3. Setelah data yang diperoleh, kemudian diolah berdasarkan tahnik analisa data, adapun langkah yang dilakukan adalah :

a. Memilih karya-karya Sutan Sjahrir dalam bentuk tulisan ilmiah, ceramah-ceramah, selain itu dianalisis ide-ide atau prinsip dasar yang di yakini Sutan Sjahrir dengan mempelajari biografinya.

b. Menganalisa masalah yang berhubungan dengan kebijakan politik di bidang diplomasi Sutan Sjahrir dalam revolusin Indonesia dengan analisis data deskriptif.


(46)

28

REFERENSI

Alfian.1983. Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. PT gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 175.

Anwar, Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului Zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xii. Hasan, Zein. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri.halaman

157.

Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung. Halaman 35. Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Mandar Maju. Bandung. Hal 64. Surbakti, Ramlan. 1991. Memahami Ilmu Politik, Gramedia. Jakarta.

Halaman 1.

Wahab, Abdul Solichin. 2012. Analisis Kebijakan, dari Formulasi ke Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 21.


(47)

69

V. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah di uraikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Strategi yang dilakukan perdana menteri Sutan Sjahrir dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah melakukan politik diplomasi dengan cara melakukaan sebuah perundingan dengan pihak sekutu hal ini menyesuaikan diri dengan kenyataan Indonesia terletak di dalam lingkungan daerah pengaruh kapitalisme dan imperalisme Inggris dan Amerika, sehingga untuk mencapai kemerdekaan sepenuhnya dari Belanda harus menghindari kekerasan anti asing dan anti indo agar Inggris dan Amerika tidak mendukung Belanda dan menghancurkan Indonesia. Maka melahirkan sebuah perundingan Linggarjati yang menghasilkan sebuah tiga pokok bahasan yabg di setujui kedua bel;ah pihak baik negara Indonesia maupun Belanda.

2. Konfrensi Inter Asia tidak terlepas dari sebuah ide Perdana Meneteri Sutan Sjahrir dalam pemberian bantuan beras ke India.karena pada saat itu negara India sedang mengalami bencana kelaparan. Adapaun tujuan dari pemberian bantuan ini adalah untuk memperkenalkan Indonesia dimata dunia.inilah yang menjadi sebuah cikal bakal di undangnya PM Sutan Sjahrir menjadi salah satu


(48)

70

peserta dalam konfre#nsi Inter Asia dengan tujuan untuk menggalang kerjasama di antara Negara-negara Asia dalam mencapai tujuan bersama, khususnya kemerdekaan, keamanan, dan kesejahteraan manusia. Indonesia mengirimkan delegasi lengkap yang dipimpin oleh P.M. Suttan Sjahrir dan H. Agus salim. Saat berbicara dalam Konfrensi Hubungan Asia pada tanggal 23 Maret 1947 di New Delhi, India.

2. SARAN

Saran –saran yang dapat disampaikan penulis terkait dengan hasil akhir penulisan mengenai Kebijakan Politik perdana Menteri Sutan Sjahrir Untuk Mempertahankan Kemerdekaan RI ini antara lain sebagai berikut :

1. Kemerdekaan Indonesia harus senantiasa dijaga dari upaya pihak asing yang ingin menguasai Indonesia baik secara militer, politik maupun ekonomi. Sebuah kemerdekaan sejati adalah ketika kita (Bangsa Indonesia) berdaulat atas tanah dan air, dan urusan-urusan politik dan ekonomi.

2. Bahaya kapitalis global yang sedang kita hadapi sekarang ini perlu kita waspadai karena kapitalisme dapat merusak sendi-sendi kehidupan social, politik dan ekonomi kita. Penguasaan sumber daya alam, pasar bebas dan utang luar negeri merupakan strategi Negara-negara kapitalis dewasa ini untuk melakukan Imperalisme gaya baru dalam menguasai bangsa dan Negara kita secara politik dan ekonomi.

3. Sebagai bangsa yang besar seyogyanya kita dapat menghargai jasa-jasa pahlawan terlepas apapun paham yang dianut mereka. Termasuk Suttan


(49)

71

Sjahrir yang telah banyak memberikan pemikiran dan tenaganya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dari pemikiran-pemikiran beliau kita dapat mengambil hal-hal yang relevan dan bermamfaat bagi masa sekarang maupun akan dating terutama pemikirannya dalam menghadapi kapitalisme yang sedang menggurita saat ini.

4. Seyogyanya sebuah perbedaan pendapat atau pandangan terhadap suatu persoalan khususnya mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini harus di selesaikan dengan arif dan bijaksana, supaya tidak terjadi perpecahan yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan.


(50)

72

DAFTAR PUSTAKA

Alfian.1983. Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. PT gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 175.

Anwar,Rosihan. Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta, 1980)

____________ Ibid. Halaman hal. Xxviii

Anwar, Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului Zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xii. Anwar Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati

Yang Mendahului zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xiv. Baca karangan Ali Budiardjo, . T.B. Simatupang, Lilik Sutanto dan . A. Halim Buku Tempo. 2010. Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil. Kepustakaan Populer

Gramedia. Jakarta. Halaman 75.

Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia (terjemahan), 1966, hal. 217-218.

Edi Cahyono, Negara dan Pendidikan di Indonesia, 2000, hal.5 Hasan, M, Zaini. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar negeri halaman 157.

Herbert Feith. 1998. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. LP3ES. Jakarta. Halaman Px.

Husin Sayuti, 1989. Pengantar Metodelogi Research. Fajar Agung. Jakarta. Halaman 32.

Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung. Halaman 35.

J.D. Legge. 2003. Kaum Intelektual Dan Perjuangan Kemerdekaan. PT Temprint. Jakarta. Halaman 168.

Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Mandar Maju. Bandung. Halaman 64.


(51)

73

Koenjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.Halaman 420.

Lihat pengantar Our Struggle terjemahan dari Perdjoeangan Kita, oleh Benedict R.O ‘G. Anderson, Ithaca: Cornell Modern Indonesia Project, 1968.

Maeswara Garda . 2010.2010. Sejarah Revolusi Indonesia 1945, Perjuangan Bersenjata Dan Diplomasi Untuk Mempertahankan Kemerdekaan. Penerbit Narasi. Jakarta. Halaman 17

____________ Ibid. Halaman 85. _____________ Ibid. Halaman 138

Mandaralam Syahbudin. 1966. Apa Dan Siapa Sutan Syahrir. PT Rosda RJ Jaya Putra. Bandung. Halaman 47.

Mohamad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.Halaman 155.

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman. Intidayu Press. Jakarta. Halaman 10-11.

Prabowo, Hary, Perspektif Marxisme. Pergulatan Teori dan Praktis Menuju Republik. Jendela Press, Yogyakarta, 2002, hal. 5.

Poesponegoro, Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia,cetakan, ke-2 (edisi pemutakhiran), Jakarta, Balai Pustaka, ke-2008, hal. ke-27

Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Kompas gramedia, Jakarta, 2010

Rosihan Anwar, Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta,opcit, hal. Xliv ____________ Ibid.

Rosihan Anwar, opcit, hal. 36 ____________ Ibid, hal. 37


(52)

74

____________ Ibid, hal. 38 ____________ Ibid, hal. 42 ____________ Ibid, hal. 44

Sanafiah Faisal. 1981. Metodelogi Penelitian pendiDikan. Usaha Nasional. Yogyakarta. Halaman 23

Subadio, Sastrosatomo, Sjahrir: Suatu Perspektif Manusia dan Sejarah, hal. Xxxiv ( lihat dalam: H. Rosihan

Surbakti, Ramlan. 1991. Memahami Ilmu Politik, Gramedia. Jakarta. Halaman 1.

Sutan Sjahrir, Perjuangan Kita, Pusat Dokumentasi Politik Guntur 49, Jakarta, 1945, hal. 11

Tempo, Edisi Khusus 100 tahun Sjahrir ( Sutan Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil ), edisi 9-15 Maret 2009, hal.23

Wahab, Abdul, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan, dari Formulasi ke Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 21.

Widjaja.A.W. 1987. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan UUD Negara Indonesia dalam lintas sejarah dua dasawarsa 1945-1965. Fajar Agung: Jakarta. Winarno Surachman. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, metode dan


(53)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Alfian.1983. Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. PT gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 175.

Anwar,Rosihan. Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta, 1980) ____________ Ibid. Halaman hal. Xxviii

Anwar, Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului Zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xii.

Anwar Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xiv.

Baca karangan Ali Budiardjo, . T.B. Simatupang, Lilik Sutanto dan . A. Halim

Buku Tempo. 2010. Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta. Halaman 75.

Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia (terjemahan), 1966, hal. 217-218.

Edi Cahyono, Negara dan Pendidikan di Indonesia, 2000, hal.5

Hasan, M, Zaini. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri.halaman 157.

Herbert Feith. 1998. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. LP3ES. Jakarta. Halaman Px.

Husin Sayuti, 1989. Pengantar Metodelogi Research. Fajar Agung. Jakarta. Halaman 32. Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung. Halaman 35.

J.D. Legge. 2003. Kaum Intelektual Dan Perjuangan Kemerdekaan. PT Temprint. Jakarta. Halaman 168.

Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Mandar Maju. Bandung. Halaman 64.

Koenjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.Halaman 420.

Lihat pengantar Our Struggle terjemahan dari Perdjoeangan Kita, oleh Benedict R.O ‘G. Anderson, Ithaca: Cornell Modern Indonesia Project, 1968.

Maeswara Garda . 2010.2010. Sejarah Revolusi Indonesia 1945, Perjuangan Bersenjata Dan Diplomasi Untuk Mempertahankan Kemerdekaan. Penerbit Narasi. Jakarta. Halaman 17


(54)

xv

____________ Ibid. Halaman 85. _____________ Ibid. Halaman 138

Mandaralam Syahbudin. 1966. Apa Dan Siapa Sutan Syahrir. PT Rosda RJ Jaya Putra. Bandung. Halaman 47.

Mohamad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.Halaman 155.

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman. Intidayu Press. Jakarta. Halaman 10-11.

Prabowo, Hary, Perspektif Marxisme. Pergulatan Teori dan Praktis Menuju Republik. Jendela Press, Yogyakarta, 2002, hal. 5.

Poesponegoro, Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia,cetakan, ke-2 (edisi pemutakhiran), Jakarta, Balai Pustaka, 2008, hal. 27

Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Kompas gramedia, Jakarta, 2010

Rosihan Anwar, Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta,opcit, hal. xliv ____________ Ibid.

Rosihan Anwar, opcit, hal. 36 ____________ Ibid, hal. 37 ____________ Ibid. ____________ Ibid, hal. 38

____________ Ibid, hal. 42 ____________ Ibid, hal. 44

Sanafiah Faisal. 1981. Metodelogi Penelitian pendiDikan. Usaha Nasional. Yogyakarta. Halaman 23

Subadio, Sastrosatomo, Sjahrir: Suatu Perspektif Manusia dan Sejarah, hal. Xxxiv ( lihat dalam: H. Rosihan

Surbakti, Ramlan. 1991. Memahami Ilmu Politik, Gramedia. Jakarta. Halaman 1. Sutan Sjahrir, Perjuangan Kita, Pusat Dokumentasi Politik Guntur 49, Jakarta, 1945,

hal. 11

Tempo, Edisi Khusus 100 tahun Sjahrir ( Sutan Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil ), edisi 9-15 Maret 2009, hal.


(55)

Wahab, Abdul, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan, dari Formulasi ke Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 21. Widjaja.A.W. 1987. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan UUD Negara Indonesia dalam

lintas sejarah dua dasawarsa 1945-1965. Fajar Agung: Jakarta.

Winarno Surachman. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, metode dan tehnik. Tarsito. Bandung. Halaman 1


(1)

72

DAFTAR PUSTAKA

Alfian.1983. Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. PT gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 175.

Anwar,Rosihan. Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta, 1980) ____________ Ibid. Halaman hal. Xxviii

Anwar, Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului Zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xii. Anwar Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati

Yang Mendahului zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xiv.

Baca karangan Ali Budiardjo, . T.B. Simatupang, Lilik Sutanto dan . A. Halim Buku Tempo. 2010. Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil. Kepustakaan Populer

Gramedia. Jakarta. Halaman 75.

Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia (terjemahan), 1966, hal. 217-218.

Edi Cahyono, Negara dan Pendidikan di Indonesia, 2000, hal.5 Hasan, M, Zaini. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar negeri

halaman 157.

Herbert Feith. 1998. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. LP3ES. Jakarta. Halaman Px.

Husin Sayuti, 1989. Pengantar Metodelogi Research. Fajar Agung. Jakarta. Halaman 32.

Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung. Halaman 35.

J.D. Legge. 2003. Kaum Intelektual Dan Perjuangan Kemerdekaan. PT Temprint. Jakarta. Halaman 168.

Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Mandar Maju. Bandung. Halaman 64.


(2)

73

Koenjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.Halaman 420.

Lihat pengantar Our Struggle terjemahan dari Perdjoeangan Kita, oleh Benedict R.O ‘G. Anderson, Ithaca: Cornell Modern Indonesia Project, 1968.

Maeswara Garda . 2010.2010. Sejarah Revolusi Indonesia 1945, Perjuangan

Bersenjata Dan Diplomasi Untuk Mempertahankan Kemerdekaan.

Penerbit Narasi. Jakarta. Halaman 17 ____________ Ibid. Halaman 85.

_____________ Ibid. Halaman 138

Mandaralam Syahbudin. 1966. Apa Dan Siapa Sutan Syahrir. PT Rosda RJ Jaya Putra. Bandung. Halaman 47.

Mohamad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.Halaman 155.

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman. Intidayu Press. Jakarta. Halaman 10-11.

Prabowo, Hary, Perspektif Marxisme. Pergulatan Teori dan Praktis Menuju Republik. Jendela Press, Yogyakarta, 2002, hal. 5.

Poesponegoro, Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia,cetakan, ke-2 (edisi pemutakhiran), Jakarta, Balai Pustaka, ke-2008, hal. ke-27

Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Kompas gramedia, Jakarta, 2010

Rosihan Anwar, Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta,opcit, hal. Xliv ____________ Ibid.

Rosihan Anwar, opcit, hal. 36 ____________ Ibid, hal. 37 ____________ Ibid.


(3)

74

____________ Ibid, hal. 38 ____________ Ibid, hal. 42 ____________ Ibid, hal. 44

Sanafiah Faisal. 1981. Metodelogi Penelitian pendiDikan. Usaha Nasional. Yogyakarta. Halaman 23

Subadio, Sastrosatomo, Sjahrir: Suatu Perspektif Manusia dan Sejarah, hal. Xxxiv ( lihat dalam: H. Rosihan

Surbakti, Ramlan. 1991. Memahami Ilmu Politik, Gramedia. Jakarta. Halaman 1.

Sutan Sjahrir, Perjuangan Kita, Pusat Dokumentasi Politik Guntur 49, Jakarta, 1945, hal. 11

Tempo, Edisi Khusus 100 tahun Sjahrir ( Sutan Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil ), edisi 9-15 Maret 2009, hal.23

Wahab, Abdul, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan, dari Formulasi ke Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 21.

Widjaja.A.W. 1987. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan UUD Negara Indonesia dalam lintas sejarah dua dasawarsa 1945-1965. Fajar Agung: Jakarta. Winarno Surachman. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, metode dan


(4)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Alfian.1983. Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. PT gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 175.

Anwar,Rosihan. Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta, 1980) ____________ Ibid. Halaman hal. Xxviii

Anwar, Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului Zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xii.

Anwar Rosihan. 2011. Sutan Sjahrir, Negarawan Humanis, Demokrat Sejati Yang Mendahului zamannya. Buku Kompas. Jakarta. Halaman xiv.

Baca karangan Ali Budiardjo, . T.B. Simatupang, Lilik Sutanto dan . A. Halim

Buku Tempo. 2010. Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta. Halaman 75.

Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia (terjemahan), 1966, hal. 217-218.

Edi Cahyono, Negara dan Pendidikan di Indonesia, 2000, hal.5

Hasan, M, Zaini. 1980. Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri.halaman 157.

Herbert Feith. 1998. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. LP3ES. Jakarta. Halaman Px.

Husin Sayuti, 1989. Pengantar Metodelogi Research. Fajar Agung. Jakarta. Halaman 32. Isjwara, F. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung. Halaman 35.

J.D. Legge. 2003. Kaum Intelektual Dan Perjuangan Kemerdekaan. PT Temprint. Jakarta. Halaman 168.

Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Mandar Maju. Bandung. Halaman 64.

Koenjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.Halaman 420.

Lihat pengantar Our Struggle terjemahan dari Perdjoeangan Kita, oleh Benedict R.O ‘G. Anderson, Ithaca: Cornell Modern Indonesia Project, 1968.

Maeswara Garda . 2010.2010. Sejarah Revolusi Indonesia 1945, Perjuangan Bersenjata Dan Diplomasi Untuk Mempertahankan Kemerdekaan. Penerbit Narasi. Jakarta. Halaman 17


(5)

xv

____________ Ibid. Halaman 85. _____________ Ibid. Halaman 138

Mandaralam Syahbudin. 1966. Apa Dan Siapa Sutan Syahrir. PT Rosda RJ Jaya Putra. Bandung. Halaman 47.

Mohamad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.Halaman 155.

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman. Intidayu Press. Jakarta. Halaman 10-11.

Prabowo, Hary, Perspektif Marxisme. Pergulatan Teori dan Praktis Menuju Republik.

Jendela Press, Yogyakarta, 2002, hal. 5.

Poesponegoro, Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia,cetakan, ke-2 (edisi pemutakhiran), Jakarta, Balai Pustaka, 2008, hal. 27

Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, Kompas gramedia, Jakarta, 2010

Rosihan Anwar, Mengenang Sjahrir, Gramedia, Jakarta,opcit, hal. xliv ____________ Ibid.

Rosihan Anwar, opcit, hal. 36 ____________ Ibid, hal. 37 ____________ Ibid. ____________ Ibid, hal. 38

____________ Ibid, hal. 42 ____________ Ibid, hal. 44

Sanafiah Faisal. 1981. Metodelogi Penelitian pendiDikan. Usaha Nasional. Yogyakarta. Halaman 23

Subadio, Sastrosatomo, Sjahrir: Suatu Perspektif Manusia dan Sejarah, hal. Xxxiv ( lihat dalam: H. Rosihan

Surbakti, Ramlan. 1991. Memahami Ilmu Politik, Gramedia. Jakarta. Halaman 1. Sutan Sjahrir, Perjuangan Kita, Pusat Dokumentasi Politik Guntur 49, Jakarta, 1945,

hal. 11

Tempo, Edisi Khusus 100 tahun Sjahrir ( Sutan Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil ), edisi 9-15 Maret 2009, hal.


(6)

Wahab, Abdul, Solichin. 2012. Analisis Kebijakan, dari Formulasi ke Penyusunan Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 21. Widjaja.A.W. 1987. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan UUD Negara Indonesia dalam

lintas sejarah dua dasawarsa 1945-1965. Fajar Agung: Jakarta.

Winarno Surachman. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, metode dan tehnik. Tarsito. Bandung. Halaman 1