PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA (1945-1947)

PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Sejarah

  Oleh : Bernarda Prihartanti NIM: 051314006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Sejarah

  Oleh : Bernarda Prihartanti NIM: 051314006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

MOTTO

When love and skills work together expect a masterpiece

  

Ketika cinta dan kemampuan bekerja bersama akan menghasilkan

mahakarya.

  

(Jhon Ruskin)

Kesalahan terbesar yang bisa dibuat oleh manusia di dalam kehidupannya

adalah terus-menerus mempunyai rasa takut bahwa mereka akan membuat

kesalahan.

(Elbert Hubbard)

  

Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat

sebaik- baiknya dan berbahagia pada hari ini.

  

(Samuel Taylor Coleridge)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini ku persembahkan kepada: 1)

  Kedua orangtuaku Bapak Pakomeum dan Ibu Yasinta Rampan yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang, 2)

  Kakakku Agnes Erpiyanti serta kedua adikku Vinsensius Prambetu dan Romana Noviyanti yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan,

  3) Abangku yang telah memberikan banyak pelajaran berharga tentang hidup dan cinta,

  4) Para Pendidik dan sahabat-sahabatku di Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 30 Januari 2010 Penulis

  Bernarda Prihartanti

  

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Bernarda Prihartanti Nomor Mahasiswa : 051314006

  Demi pegembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA (1945-

1947)

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya . Yogyakarta, 30 Januari 2010 Yang menyatakan (Bernarda Prihartanti)

  

ABSTRAK

PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA

(1945-1947)

  Oleh : Bernarda Prihartanti NIM : 051314006

  Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang kehidupan Sutan Sjahrir, peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia pada tahun 1945-1947, dan tantangan-tantangan yang dihadapi olehnya selama berkuasa.

  Skripsi ini disusun berdasarkan metode penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan historis, sosiologis, psikologis, dan politik, sehingga model penulisannya bersifat deskriptif analitis.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sutan Sjahrir merupakan seorang nasionalis, moderat, demokrat, dan sosialis, serta memiliki jiwa kepemimpinan yang didukung oleh cakrawala intelektual yang luas. Ia merupakan negarawan dan politikus yang mengabdikan diri untuk memperjuangkan kedaulatan negara Republik Indonesia.

  Peranan yang pernah dimainkan oleh Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia ialah sebagai Ketua KNIP dan perdana menteri selama tiga kali berturut-turut. Politik diplomasi merupakan garis politik yang dijalankan olehnya untuk memperjuangkan pengakuan terhadap keberadaan RI yang baru memperoleh kemerdekaan. Selama menjabat sebagai perdana menteri, Sjahrir menghadapi banyak tantangan berat dari pihak oposisi.

  

ABSTRACT

THE ROLE OF SUTAN SJAHRIR IN INDONESIAN GOVERNMENT

IN 1945-1947

  Oleh : Bernarda Prihartanti NIM : 051314006

  This research aims to describe and analyze the background of Sutan Sjahrir’s life, his participation in 1945-1947, and the challenges that he faced when he held the power.

  This research was arranged based on the method of history research which used history, sociology, psychology, and political approach. The process of writing is a descriptive analysis.

  The result shows that Sutan Sjahrir is a nationalist, who is moderat, democrative, and social. He has the quality to be the leader that is supported by wide intellectual experiences. He is a statesman and politician who serves and struggles for the Indonesia sovereignty.

  The participation that has been done by Sutan Sjahrir in Indonesian government is as a leader of KNIP, and as a prime minister for at least four years. The politic diplomacy is the politic line which he conducted to struggle for the existence of Indonesian Republic that has just been liberated. When he was a prime minister, Sjahrir faced many difficult challenges from his opposition sides.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skri psi yang berjudul “Peranan Sutan Sjahrir dalam Pemerintahan Indonesia (1945-1947)

  ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari batuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.

  Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  4. Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran serta masukan selama penyusunan skripsi ini.

  5. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  6. Seluruh staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Perpustakaan Kolsani, Perpustakaan Seminari Tinggi Kentungan, Perpustakaan FIB UGM, dan Perpustakaan Alocita yang telah melayani dan membantu penulis dalam memperoleh sumber skrpsi ini.

  7. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan dorongan spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

  Yogyakarta, 30 Januari 2010 Penulis,

  Bernarda Prihartanti

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRAC .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

  BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Permasalahan ............................................................................................ 5 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................... 7 D. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8 E. Kerangka Teoritis ..................................................................................... 15 F. Metodologi Penelitian .............................................................................. 23 G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 28 BAB II: LATAR BELAKANG KEHIDUPAN SUTAN SJAHRIR ................. 29 A. Latar Belakang Sosial-budaya .................................................................. 29 B. Latar Belakang Politik .............................................................................. 45 BAB III: PERANAN SUTAN SJAHRIR DALAM PEMERINTAHAN INDONESIA (1945-1947).......................................................................... 54 A. Arti Penting Sjahrir Pada Awal Kemerdekaan .......................................... 54

  B.

  Sutan Sjahrir sebagai Ketua KNIP (16 Oktober 1945-28 November 1945) ..................................................... 59 C. Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri

  (14 November 1945-28 Februari 1946) ..................................................... 68 D. Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri untuk yang Kedua Kalinya

  (12 Maret 1946-27 Juni 1946) .................................................................. 75 E. Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri untuk yang Ketiga Kalinya

  (2 Oktober 1946-27 Juni 1947) ................................................................. 81

  BAB IV: TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI SUTAN SJAHRIR ............................................................................... 87 A. Oposisi Persatuan Perjuangan ................................................................... 87 B. Pertentangan dengan Militer ..................................................................... 99 C. Masalah Persetujuan Linggarjati .............................................................. 105

BAB V: KESIMPULAN ................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 121

LAMPIRAN ...................................................................................................... 124

SUPLEMEN ...................................................................................................... 128

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 : Foto Sutan Sjahrir ................................................................ 124 Lampiran 2 : Maklumat Wakil Presiden No. X ......................................... 125 Lampiran 3 : Maklumat 3 November ........................................................ 126 Lampiran 4 : Maklumat 14 November ..................................................... 127 Lampiran 5 : Silabus................................................................................. 128 Lampiran 6 : RPP ..................................................................................... 130

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah diperoleh oleh bangsa Indonesia bukan sebagai

  pemberian dari penjajah, akan tetapi sebagai hasil dari perjuangan panjang dan berat yang telah dilalui dalam kurun waktu yang cukup lama. Proklamasi 17 Agustus 1945 bukanlah hasil akhir dari perjuangan itu, akan tetapi ini adalah awal perjuangan baru dalam membangun sebuah tatanan berbangsa dan bernegara.

  Setelah proklamasi, bangsa Indonesia berupaya untuk mempertahankan kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka, dan ingin membuktikan bahwa proklamasi yang telah dilakukan bukanlah isapan jempol belaka, akan tetapi merupakan cita-cita yang akan dibuktikan dengan realita.

  Bangsa Indonesia berusaha untuk mempertahankan kemerdekaannya dengan melakukan perjuangan yang terdiri atas dua macam yakni secara fisik dan non fisik. Perjuangan fisik merupakan perlawanan yang dilakukan dengan jalan menggunakan senjata atau perang yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menghadapi kekuasaan asing. Perjuangan non fisik atau diplomasi dilakukan dengan cara menempuh jalan damai melalui perundingan- perundingan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh politik Indonesia dengan pihak penjajah. Jalan yang ditempuh oleh para tokoh, baik jalan perang maupun diplomasi memberikan hasil yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, yaitu kemerdekaan sejati yang berarti bahwa bangsa Indonesia terlepas dari penjajahan asing dan berhak menentukan nasibnya sendiri.

  Sebagai negara yang baru berdiri, maka Indonesia harus memiliki pemerintah yang kuat dan dapat diakui baik di dalam maupun di luar negeri.

  Pemerintahan awal yang dibentuk oleh Soekarno ialah pemerintahan dengan sistem Kabinet-Presidensial, pemerintahan ini ternyata memiliki banyak kelemahan. Indonesia dianggap sebagai negara fasis buatan Jepang, sehingga sulit untuk memperoleh pengakuan dari negara lain terutama pihak sekutu dan Belanda. Selain itu, Presiden Soekarno memiliki citra yang kurang baik di luar negeri karena ia dicap sebagai kolaborator Jepang. Meskipun demikian, Soekarno memiliki kedudukan ke dalam yang kuat, bangsa Indonesia hanya mengakui Soekarno sebagai Presiden sehingga tidak mungkin untuk menggeser kedudukannya.

  Untuk mengatasi hal tersebut, maka dikeluarkanlah Maklumat Negara RI No. X tahun 1945. Maklumat ini berisi tentang perubahan KNIP menjadi badan legislatif dan mempunyai hak ikut untuk menetapkan garis-garis besar haluan negara. Untuk melaksanakan maklumat tersebut dibutuhkan seorang pemimpin yang sesuai dengan keinginan rakyat, pemuda dan mahasiswa, karena itu

  

1

  pimpinan harus seorang revolusioner. Maka ditunjuklah Sjahrir sebagai pemimpin, ia merupakan sosok yang dianggap bersih dari pengaruh pihak Jepang dan memiliki tempat yang istimewa di kalangan pemuda Indonesia.

  Kabinet presidensial yang dibentuk oleh Sukarno kemudian diganti oleh Kabinet-Sjahrir dengan sistem parlementer, dan Sjahrir diangkat sebagai perdana

  2

  menteri Indonesia yang pertama. Pemerintahan dengan sistem kabinet parlementer ini merupakan perwujudan hasil perjuangan demokrasi melawan fasisme. Dengan demikian, Republik Indonesia akan memiliki kedudukan yang kuat baik ke dalam maupun ke luar karena pemerintahannya dipimpin oleh seorang pejuang demokrasi yang bebas dari fasisme.

  Ketenaran dwitunggal Soekarno-Hatta dalam memimpin revolusi Indonesia, seringkali membuat orang melupakan sosok Sjahrir yang berada di belakang kedua tokoh tersebut. Padahal ia merupakan salah satu dari tokoh sentral dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan Negara Indonesia yang baru saja berdiri.

  Dia memilih cara elegan dalam menghalau penjajah, yakni melalui diplomasi, cara yang pada masa itu ditentang oleh tokoh revolusi lainnya yang lebih mengutamakan perjuangan fisik. Banyak pihak yang menganggap jalan yang dipilih Sjahrir terlalu jauh memberi konsesi pada pihak Belanda.

  Persetujuan Linggarjati sering dianggap sebagai salah satu kegagalan Sjahrir dalam mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Sebagai wakil dari RI, Sjahrir sering disalahkan karena perundingan ini dianggap merugikan pihak republik. Akan tetapi, apabila ditinjau lebih jernih, sebenarnya persetujuan Linggarjati telah menjadi batu loncatan bagi negara Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Kemenangan dari perjanjian ini adalah internasionalisasi masalah 2 Indonesia, dimana sebelumnya hanya menjadi urusan dalam negeri dan tanah

  

Osman Raliby, Documenta Historica Sejarah Dokumenter dari Pertumbuhan dan Perjuangan

  3

  jajahan Belanda. Dalam persetujuan Linggarjati, Republik Indonesia untuk pertama kalinya diakui secara de facto, sehingga hal ini merupakan alasan bagi beberapa negara, misalnya India dan Australia untuk mengakui keberadaan Indonesia secara de facto.

  Maklumat No X, oleh sebagian orang dianggap sebagai usaha kudeta halus untuk menyingkirkan kekuasaan Presiden Soekarno. Kelompok yang berseberangan dengan Sjahrir pada masa itu menilai apa yang dilakukan kelompok pemuda dan Sjahrir, adalah demi memperoleh kekuasaan. Akan tetapi, pada kenyataannya sejarah memperlihatkan bahwa Sjahrir mampu menentukan posisi Indonesia di mata dunia internasional dan mampu menyakinkan Sekutu bahwa Republik Indonesia bukan buatan Jepang. Soekarno sendiri menyadari bahwa penyelesaian revolusi, yang memerlukan perundingan dengan pihak sekutu dan Belanda, membutuhkan seorang tokoh yang terbebas dari noda fasisme Jepang. Pada dasarnya keberadaan Sjahrir bukan sebagai pengganti, akan tetapi sebagai pelengkap paling tepat dan vital bagi Soekarno-Hatta. Pimpinan revolusi kemerdekaan Indonesia ada dalam tangan ketiga pimpinan yang semuanya saling isi-mengisi dan dukung-mendukung, sehingga mereka disebut triumvirat de facto,

4 Soekarno-Hatta- Sjahrir.

  Sebagai Perdana Menteri Pertama Indonesia, Sutan Sjahrir telah menorehkan tintas emas perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Ia lahir di Padangpanjang Sumatera Barat 5 Maret 1909, dan meninggal dunia pada usia 57 3 tahun di Zurich, Swiss, setelah dirawat sekian lama akibat sakit yang dideritanya.

  Tempo Edisi Khusus 100 tahun Sjahrir (Edisi 9-15 Maret 2009, hlm. 19. Ia meninggal dengan status tahanan politik pada masa Orde Lama, ia merupakan seorang revolusioner sejati yang gugur dalam kesepian, jauh dari tanah yang ia perjuangkan kemerdekaannya.

  Sebagai tokoh pemimpin di belakang revolusi Indonesia, Sjahrir adalah seorang revolusioner yang terlalu moderat dalam zamannya, sehingga ia banyak ditentang oleh tokoh lainnya yang lebih perjuangan fisik sebagai jalan penyelesaian revolusi. Padahal kedua perjuangan itu, baik diplomasi maupun perang merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Perjuangan fisik tanpa diplomasi akan mengalami ketimpangan, begitu juga sebaliknya diplomasi tanpa perjuangan fisik tidak akan ada apa-apanya. Sejarah seolah melupakan peran dan sumbangan Sjahrir bagi eksistensi Republik Indonesia di masa-masa genting setelah proklamasi kemerdekaan.

B. Permasalahan

  Dari latar belakang masalah tampak bahwa, seiring dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia nama Sutan Sjahrir seperti hilang ditelan zaman. Dalam era modern seperti saat ini, orang begitu mudah melupakan tokoh-tokoh penting yang mempunyai peranan vital dalam perjuangan kemerdekaan negara ini. Nama Soekarno-Hatta mungkin tidak begitu asing bagi kaum awam, namun nama Sutan Sjahrir hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini, maka sudah selayaknya mengangkat kembali peranan yang telah disumbangkan oleh Sjahrir bagi negara Indonesia yang pada saat itu baru memperoleh kemerdekaannya.

  Penelitian dalam skripsi ini mengidentifikasi dan menganalisis peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945-1947. Permasalahan pertama yang ingin dijawab dalam penelitian ini ialah bagaimana latar belakang kehidupan Sutan Sjahrir. Permasalahan ini akan dijawab dengan menjelaskan latar belakang sosial-budaya Sutan Sjahrir, yang meliputi latar belakang keluarga dan pendidikan. Latar belakang politiknya dijawab dengan menguraikan pengalaman- pengalaman politik Sjahrir sebelum menjabat sebagai Perdana Menteri. Uraian mengenai latar belakang kehidupan Sutan Sjahrir akan menjelaskan munculnya nasionalisme dalam diri Sutan Sjahrir, sehingga ia akan terlibat dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945-1947. Penjelasan mengenai latar belakang kehidupan Sutan Sjahrir juga untuk menganalisis kepribadian dan pemikirannya yang berpengaruh terhadap gaya atau tipe kepemimpinannya selama memegang peranan penting dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945-1947.

  Permasalahan kedua yang ingin dijawab dalam skripsi ini ialah peran apa yang dipegang oleh Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945- 1947. Permasalahan ini akan dijawab dengan terlebih dahulu menjelaskan mengenai situasi Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan hingga munculnya Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri Indonesia. Selanjutnya akan dibahas usaha- usaha yang dilakukan oleh Sutan Sjahrir selama menjabat sebagai perdana menteri dalam pemerintahan Indonesia.

  Permasalahan yang ketiga akan menjawab tantangan apa yang dihadapi Sutan Sjahrir selama berperan dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945-1947.

  Selama menjabat sebagai perdana menteri dalam pemerintahan Indonesia, tentunya Sutan Sjahrir menghadapi tantangan atau hambatan. Permasalahan yang ketiga ini akan dijawab dengan menguraikan tantangan yang dihadapinya baik dari dalam maupun luar negeri.

  Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, ialah:

  1. Bagaimana latar belakang kehidupan sosial-budaya dan politik Sutan Sjahrir?

  2. Apa peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945-1947?

  3. Tantangan-tantangan apa yang dihadapi oleh Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945-1947? C.

   Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penelitian

  Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah : a. Mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang kehidupan sosial-budaya dan politik Sutan Sjahrir.

  b.

  Mendeskripsikan dan menganalisis peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia tahun 1945-1947.

  c.

  Mendeskripsikan dan menganalisis tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia.

2. Manfaat Penulisan

  Manfaat Penulisan ini adalah : a. Bagi Universitas Sanata Dharma

  Selain untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi khususnya bidang penelitian yaitu ilmu pengetahuan sosial, skripsi ini diharapkan dapat memberikan kekayaan khasanah yang berguna bagi pembaca dan pemerhati sejarah di lingkungan Universitas Sanata Dharma.

  b.

  Bagi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah para tokoh bangsa dan peranannya, lebih khususnya tentang peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia dan diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pelengkap dalam pembelajaran sejarah.

  c.

  Bagi Pembaca Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat pembaca untuk mempelajari tentang sejarah Indonesia kontemporer, khususnya mengenai peranan Sutan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

  Sumber sejarah berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan pancaindera yang lain atau dengan alat-

  5 alat mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa.

  Louis Gottchalk juga menekankan bahwa sumber primer tidak perlu “asli” (asli yang dimaksud di sini adalah bahwa dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi sumber primer itu hanya harus “asli” dalam artian kesaksiannya

  6

  tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari sumber pertama. Dengan demikian sumber primer harus dihasilkan oleh seseorang yang sejaman dengan

  7 peristiwa yang dikisahkan.

  Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah berupa sumber tertulis yang diperoleh melalui buku-buku. Buku-buku yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

  Renungan dan Perjuangan, buku ini merupakan terjemahan dari

  8

  dan Out of Exile, Buku ini terdiri dari dua bagian,

  Indonesische Overpeinzigen

  yakni bagian I berjudul Renungan dalam Tahanan, merupakan terjemahan dari

9 Indonesische Overpeinzigen. Isi dari bagian ini ialah kumpulan surat-surat dan

  karangan yang ditulis Sutan Sjahrir ketika berada dalam tahanan dan pengasingan di Batavia, Boven Digoel, dan Banda Neira (1934-1938). Kumpulan surat tersebut oleh mantan isterinya Ny. Maria Duchateau bekerjasama dengan Sutan Sjahsam (adik Sutan Sjahrir) disunting dalam bentuk buku harian. Bagian II dalam buku

  Renungan dan Perjuangan

  ini berjudul “Aksi“ merupakan terjemahan dari karangan Sjahrir yang khusus atas permintaan Charles Wolf Jr. untuk dimuat

10 Bagian ini mengisahkan dengan singkat kejadian-kejadian dalam “Out of Exile”.

  di tahun-tahun terakhir masa kolonialisasi Belanda, dan perjalanan hidup Sjahrir selanjutnya, yakni pada masa pendudukan Jepang, ketika menjabat sebagai perdana menteri, ketika tampil di forum internasional Dewan Keamanan PBB di Lake Success, dan ketika menjadi duta besar Republik Indonesia.

  7 8 Ibid, hlm. 35

Buku ini direvisi kembali oleh H.B. Jassin, diterbitkan oleh Penerbit Djambatan dan Dian Rakyat

pada tahun 1990.

  Mengenang Sjahrir, buku ini berisi tulisan-tulisan mengenai Sjahrir oleh

  orang-orang yang pernah mengenalnya secara dekat dan dalam aneka hubungan: sebagai pejuang atau sebagai negarawan, di masa mudanya, dalam gerakan

  11

  nasional dan semasa revolusi atau di gelanggang politik. Karangan dalam buku ini antara lain di tulis oleh Moh. Hatta dengan judul Kenang-kenangan Masa

  

Lampau dengan Sjahrir, karangan ini berisi tentang kenangan Hatta bersama

  Sjahrir ketika sama-sama bersekolah di Leiden, Belanda dan bergabung dalam Perhimpunan Indonesia (PI), mendirikan PNI-Baru, serta hidup bersama dalam pengasingan dari Boven Digoel, Banda Neira, hingga ke Sukabumi. Tulisan dengan judul Makna Sjahrir untuk Sastra dan Sastra untuk Sjahrir yang dimuat dalam buku ini berisi tentang pandangan Sastra mengenai pribadi dan pemikiran Sjahrir, menurutnya Sjahrir adalah seorang demokrat yang berhaluan sosialis dan

  12 perjuangannya adalah perjuangan kerakyatan.

13 Perjuangan Kita, buku ini ditulis oleh Sutan Sjahrir sendiri ketika

  Indonesia berada dalam masa-masa revolusi. Buku atau biasa disebut sebagai pamplet ini berisi tentang pandangan-pandangan Sjahrir tentang taktik dan strategi perjuangan penyelesaian revolusi yang sedang berlangsung. Buku yang diterbitkan dalam bulan Oktober 1945 ini merupakan kritikan-kritikan Sjahrir terhadap fasisme Jepang, penggambaran pemerintahan demokratis yang harus

11 Kumpulan karangan-karangan tersebut diedit oleh H. Rosihan Anwar, diterbitkan oleh PT.

  

Gramedia atas kerjasama dengan Soedjatmoko (Ketua Panitia Penerbitan) pada tahun 1980 12 dalam rangka mengenang 70 tahun Sutan Sjahrir Rosihan Anwar (edtr), Mengenang Sjahrir, Jakarta, Gramedia, 1980, hlm. 85-86 terlepas dari fasisme, dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam masa revolusi.

  Selain sumber primer diatas masih ada sumber lain atau sumber sekunder yang digunakan penulis untuk mendukung penulisan skripsi ini. Sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi langsung dari peristiwa yang dikisahkan. Adapun buku yang digunakan penulis antara lain sebagai berikut;

  14 Sjahrir Politik dan Pengasingan di Indonesia, buku ini berisi mengenai

  biografi Sutan Sjahrir. Dalam buku ini dipaparkan secara rinci mengenai latar belakang keluarga Sjahrir, latar belakang keluarga Ibunya, Siti Rabiyah, dan latar belakang keluarga ayahnya, Moh. Rasad Gelar Maha Raja Soetan yang bekerja sebagai Jaksa di Pengadilan Negeri. Buku ini juga menganalisis bagaimana hubungan kepribadian Sjahrir dengan budaya Minangkabau, dan keadaan sosial di lingkungan Sjahrir dibesarkan, yaitu Kota Medan. Dalam buku ini juga memaparkan tentang kegiatan Sjahrir selama bersekolah mulai dari ELS dan MULO di Medan, AMS di Bandung dan ketika menjadi mahasiswa di Amsterdam, Belanda. Selanjutnya buku ini menguraikan mengenai kehidupan Sjahrir ketika berada di penjara Cipinang, dalam pengasingan di Boven Diogel dan Banda Neira. Buku ini juga memaparkan tentang kegiatan bawah tanah Sjahrir dan kelompoknya selama pendudukan Jepang. Buku ini juga memaparkan tentang keterlibatan Sjahrir dalam pemerintahan Indonesia pada masa awal kemerdekaan, kebijakannya selama menjadi perdana mentri, serta pertentangannya dengan tokoh lainnya, seperti Tan Malaka yang membentuk Persatuan Perjuangan (PP) dan Jendral Sudirman. Buku ini juga menguraikan secara rinci mundurnya Sjahrir dari kursi pemerintahan, dan kemudian membentuk Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang hanya memperoleh 5 kursi pada pemilu 1955. Selanjutnya buku ini memaparkan mengenai tuduhan-tuduhan kaum komunis, sehingga ia ditahan tanpa diadili pada zaman orde lama, yang berujung pada kematiannya di Zurich, Swiss pada tahun 1966.

  Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan: Peranan Kelompok

15 Sjahrir, buku ini merupakan salah satu buku yang memaparkan tentang peranan Sjahrir pada masa perjuangan kemerdekaan dan beberapa tahun setelahnya.

  Penulis buku ini ingin memulihkan interpretasi negatif penulis lain yang terkesan mengecilkan peranan Sjahrir melalui studi ilmiah yang didukung dengan data yang kuat. Buku ini memaparkan dengan jelas dan terinci bagaimana terbentuknya kelompok Sjahrir pada masa pendudukan Jepang di Jakarta dan juga menguraikan profil para pengikut baru Sjahrir. Buku ini juga memaparkan peranan Sjahrir sebagai perdana menteri dan pelaksanaan kebijakan Sjahrir selama menjabat sebagai perdana menteri.

16 Apa dan Siapa Sutan Syahrir, buku ini merupakan biografi singkat Sutan

  Sjahrir. Buku ini berisi tentang masa muda Sutan Sjahrir, bagaimana perkenalannya dengan Soekarno, kegiatan-kegiatan Sjahrir ketika masih 15 besekolah di AMS Bandung seperti ikut dalam kegiatan pemberantasan buta huruf

  

Buku ini ditulis oleh J.D.Legge, dengan judul asli Intellectuals and Nationalism in Indonesia: a

study of the following recruited by Sutan Sjahrir in occupation Jakarta. Diterjemahkan oleh Hasan Basri, diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, tahun 1993. dengan bergabung untuk mendirikan sekolah-sekolah nasional “Cahya” antara lain di Cimindi, Ujungberung, dan di kampung Banjarnegara, Lembang. Dalam buku ini juga dikisahkan mengenai kegiatan-kegiatan Sjahrir selama menjadi mahasiswa di negeri Belanda, antara lain ikut dalam Perhimpunan Mahasiswa Sosial Demokratis Amsterdam, bergabung dalam Perhimpunan Indonesia (PI), dan mendirikan PNI-Baru bersama Bung Hatta. Selanjutnya buku ini mengisahkan tentang kegiatan politik Sjahrir dalam PNI-Baru, sampai pada penangkapan dan pembuangannya ke Boven Digoel, Banda Neira, dan Sukabumi.

  Kegiatan Sjahrir selama pendudukan Jepang juga dikisahkan dalam buku ini, dimana pada masa itu ia menolak untuk bekerjasama dengan Jepang dan lebih memilih untuk membangun jaringan bawah tanah. Buku ini selanjutnya mengisahkan tentang keterlibatan Sjahrir dalam memimpin pemerintahan di masa sulit sebagai perdana menteri, pihak-pihak yang menentang kebijakannya, difitnah oleh kaum komunis hingga ia di tahan tanpa diadili dan kematiannya di Zurich, Swiss.

  17 Sjahrir Wajah Seorang Diplomat, buku yang dikarang oleh Solichin Salam

  ini secara ringkas menguraikan tentang riwayat hidup Sutan Sjahrir. Buku ini lebih memfokuskan pada keterlibatan Sjahrir dalam perjuangan menengakkan kemerdekaan RI, khususnya dalam bidang diplomasi. Dalam buku ini juga diuraikan secara singkat mengenai hubungan antara Soekarno dan Sjahrir. Selain itu buku ini dilengkapi dengan foto-foto Sjahrir dan lampiran-lampiran yang berhubungan dengan penunjukkannya sebagai perdana menteri dan surat-surat penting lainnya.

  18 In Memoriam Sutan Sjahrir (Perjuangan dan Penderitaannja), buku ini

  secara ringkas mengisahkan tentang perjalanan hidup Sutan Sjahrir, yang menguraikan biografi singkat dari masa kecil dan masa mudanya, peranan dalam pemerintahan, dan akhir perjalanan hidupnya. Dalam buku ini juga mengupas sedikit mengenai pandangan-pandangan Sjahrir yang tertuang dalam pamplet “Perjuangan Kita” mengenai situasi Indonesia dan revolusi yang sedang berjalan.

  Tempo Edisi Khusus Mengenang Seratus Tahun Sjahrir (Edisi 9-15 Maret

2009), majalah Tempo edisi ini secara khusus mengupas kehidupan Sutan Sjahrir,

  mulai dari masa kecilnya, masa bersekolah di Belanda, masa pergerakan nasional, masa pendudukan Jepang, peranannya dalam pemerintahan Indonesia pada masa awal kemerdekaan, akhir kehidupannya, sampai pada kisah percintaannya.

  Perjuangan Revolusi, buku ini ditulis oleh Soebadio Sastrosatomo,

  diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, pada tahun 1987. Buku ini merupakan sebuah otobiografi dari penulis, di dalamnya membahas mengenai perkembangan sejarah politik Indonesia dari tahun 1945 sampai 1950. Penulisan sejarah politik pada masa ini dilihat penulis dari orang yang terlibat dan mengalami sendiri serta ditambah dengan bahan yang lengkap dari penulis-penulis asing.

  19 Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia Buku ini membahas dan

  menganalisis asal mula nasionalisme Indonesia, menggambarkan perkembangan pergerakan nasional dimana kaum pelajar memainkan peranan yang penting, masa pendudukan Jepang (1942-1945), membahas revolusi Indonesia sampai saat pengakuan kedaulatan Indonesia pada bulan Desember 1949 dan terbentuknya Negara Kesatuan pada 17 Agustus 1950.

E. Kerangka Teoritis

  Pemerintahan Indonesia pada awal kemerdekaan merupakan pemerintahan yang unik, dimana lembaga kepresidenan yang telah terbentuk masih belum mantap, karena masih mencari bentuk. Sistem pemerintahan yang dibentuk memiliki kekurangan, sehingga sulit untuk memperoleh pengakuan internasional.

  Untuk mencapai sebuah pemerintahan yang dapat diakui oleh dunia internasional masih dibutuhkan perjuangan yang panjang, seperti mengganti sistem pemerintahan.

  Pemerintahan dalam arti luas yakni segala bentuk kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan negara yang dilakukan oleh organ-organ negara yang mempuyai otoritas atau kewenangan untuk menjalankan kekuasaan. Pengertian pemerintahan seperti ini mencakup kegiatan atau aktifitas penyelenggaraan negara yang

  20 19 dilakukan oleh eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Sedangkan pemerintahan

Terjemahan dari buku Nationalism And Revolution in Indonesia karya George McTurnan Kahin,

diterbitkan oleh Cornel University Press tahun 1952), kemudian dialih bahasakan oleh Nin

  

Bakdi Soemanto, diterbitkan oleh UNS Press bekerjasama dengan Pustaka Sinar Harapan pada tahun 1995. dalam arti sempit ialah aktifitas atau kegiatan yang diselenggarakan oleh fungsi eksekutif yang dalam hal ini dilaksanakan oleh presiden atau perdana menteri

  21 sampai dengan level birokrasi yang paling rendah tingkatannya.

  Menurut Carl J. Ferderich, sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional terhadap keseluruhan, sehingga hubungan itu menimbulkan ketergantungan antara bagian-bagian, jika

  22 salah bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi seluruh bagian itu.

  Dengan demikian sistem adalah sebuah kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur atau organ yang saling bergantung satu sama lainnya, apabila salah satu dari unsur atau organ tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka akan mempengaruhi seluruh kesatuan tersebut. Dengan demikian, sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu tatanan atau susunan pemerintahan berupa suatu struktur yang terdiri dari berbagai organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling melakukan hubungan fungsional, baik secara vertikal maupun

  23

  horizontal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Dengan kata lain sistem pemerintahan merupakan organisasi dalam negara yang dibentuk oleh berbagai organ pemegang kekuasaan dengan menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing, dimana diantara organ tersebut mempunyai hubungan yang saling ketergantungan satu dengan yang lainnya, untuk mencapai suatu tujuan negara yang dikehendaki bersama.

  Secara umum, sistem pemerintahan yang dijalankan oleh negara-negara di 21 dunia terbagi menjadi dua, yaitu sistem presidensial dan parlementer. Dalam Ibid, hlm. 85. sistem presidensial, antara parlemen (legislatif) dan eksekutif memiliki kedudukan

  24

  yang sama dan saling melakukan kontrol. Badan eksekutif tidak bertanggungjawab kepada parlemen, karena dibentuk dari pemilihan umum.

  Kabinet dibentuk oleh presiden dan berfungsi sebagai pembantu presiden, jadi kabinet bertanggungjawab kepada presiden. Sedangkan dalam sistem pemerintahan parlementer, badan eksekutif dan legislatif saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Kabinet dibentuk dan dibubarkan oleh badan legislatif,

  25

  serta bertanggungjawab kepada parlemen (kabinet parlementer). Badan eksekutif merupakan mandataris parlemen yang setiap waktu mandat dapat dicabut apabila badan eksekutif tidak dapat memberikan pertanggungjawaban

  26 kepada parlemen.

  Sistem pemerintahan Indonesia pada masa awal kemerdekaan mencari bentuk yang sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Indonesia sedang mengalami suatu masa yang disebut sebagai masa revolusi. Istilah revolusi berasal dari bahasa latin, yaitu “revolve” yang berarti menjungkirbalikkan, revolusi dapat diartikan sebagai penjungkirbalikkan tata-nilai yang dianggap usang supaya

  27

  diganti dengan yang lain. Dalam sosiologi, revolusi ialah perubahan-perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar sendi kehidupan masyarakat, yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan. Unsur-unsur

  24 25 Ibid, hlm. 86. 26 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia, 2007, hlm. 210.

  

Rushadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar Baru, pokok revolusi ialah adanya perubahan yang cepat dan perubahan tersebut

  28 mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat.

  Secara politik, revolusi merupakan perubahan radikal dalam suatu sistem sosial politik suatu masyarakat yang berlangsung dalam tempo yang singkat

  

29

  dengan menggunakan jalan kekerasan. Kata revolusi untuk pertama kalinya digunakan dalam teks politik Italia yang berarti penggulingan pemerintahan; kejadian seperti ini dilihat sebagai bagian dari siklus dalam pemindahan kekuasaan antar pihak-pihak yang bersaing tanpa adanya perubahan-perubahan

  30

  dalam instuisi yang terlibat. Revolusi juga dapat berarti perubahan yang dilakukan dengan cara mengesampingkan azas, dimana azas-azas lama diganti

  31

  dengan azas-azas baru. Agar suatu revolusi dapat terjadi, maka harus memenuhi

  32

  syarat tertentu, yaitu:

  a) Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Didalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tesebut.

  b) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat itu.

  c) Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas menjadi program 28 dan arah gerakan. 29 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar , Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1990, hlm. 347.

  

Adam Kuper & Jesicca Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,

30 2000, hlm. 969.

  Save M Dangun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta, LPKN, hlm. 924. d) Pemimpin harus dapat menunjukkan suatu tujuan yang bersifat kongkrit dan dapat dilihat oleh masyarakat.

  e) Harus ada momentum yang tepat untuk memulai dan melaksanakan suatu gerakan.

  Menghadapi revolusi yang sedang berlangsung, bangsa Indonesia memerlukan nasionalisme yang tinggi agar revolusi itu dapat tercapai. Menurut Hans Kohn, nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Nasionalisme merupakan rasa yang muncul akibat adanya ikatan yang mendalam dengan tanah air seseorang. Nasionalisme mempunyai berbagai perwujudan yang berbeda, sesuai dengan tuntutan zamannya. Dahulu kesetiaan individu ditujukan kepada berbagai bentuk kekuasaan, misalnya suku atau clan, negara-kota, atau raja feodal.

  Pada akhir-akhir abad ke-18, nasionalisme berkembang menjadi suatu rasa yang

  33 memunculkan keinginan suatu bangsa untuk membentuk sebuah negara bangsa.

  Nasionalisme yang berkembang di negara-negara Eropa berbeda dengan nasionalisme yang berkembang di negara-negara jajahan seperti Indonesia.

  Nasionalisme yang berkembang muncul akibat adanya penindasan dan eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Hak kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri merupakan tujuan utama dari nasionalisme bangsa Indonesia, dimana nasionalisme merupakan sumber kekuatan untuk melawan penjajahan. Nasionalisme Indonesia muncul dari kaum intelektual yang mampu mengidentifikasi situasi kolonial, mengkritiknya dan menganalisa rumusan program perjuangan nasionalistis.