Pemikiran Dan Peran Sutan Sjahrir Dalam Dinamika Politik Indonesia

(1)

PEMIKIRAN DAN PERAN SUTAN SJAHRIR DALAM

DINAMIKA POLITIK INDONESIA

M IMAM HASIBUAN

080906058

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

MUHAMMAD IMAM HASIBUAN (080906058)

PEMIKIRAN DAN PERAN SUTAN SJAHRIR DALAM DINAMIKA POLITIK INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan dan menganalisis pemikiran dan peran Sutan Sjahrir di dalam dinamika politik di Indonesia, serta penelitian ini juga menganalisis mengenai ideology politik yang dianut oleh sutan Sjahrir yaitu Sosialisme kerakyatan. Sebagai seorang tokoh perjuangan kemerdekaan sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Sutan Sjahrir sebagai tokoh yang paling kontrovesional pada masa itu karena pemikiran Sutan Sjahrir sangat bertolak belakang dengan tokoh-tokoh kemerdekaan yang ada pada saat itu, pemikiran Sutan Sjahrir mempunyai cirri khas yang kompleks karena dalam pemikirannya lebih menekankan kepada faktor masyarkat dan kesejahteraan sosial, yang lebih akrab disebut sebagai Sosialsme Kerakyatan. Sutan Sjahrir adalah seorang Perdana Menteri Indonesia yang pertama yang lebih dikenal sebutannya sebagai kabinet Sjahrir, kabinet Sjahrir ini hanya bertahan sampai tiga periode saja. Dan Sutan Sjahrir juga adalah seorang tokoh pendiri Partai Sosialis Indonesia.

Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data kepustakaan dengan menggunakan data sekunder. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori Marxisme, teori Sosialisme, teori Sosialisme Demokrasi, dan teori Sosialisme Kerakyatan. Teori Marxisme digunkan karena sosialisme itu berawal dari pertentangan kelas yang berada di Eropa Barat untuk membuat suatu negara komunisme, teori sosialisme digunkan karena untuk menju suatu masyarakat komunisme harus melalui fase-fase sosialisme agar tidak ada lagi perbedaan kelas, teori sosialisme demokrat adalah teori sosialisme yang berdasarkan asas demokrasi yang muncul di jerman dari anggota parlemen di jerman. Dan teori sosialisme kerakyatan adalah teori sosialisme yang diperkenalkan oleh Sutan Sjahrir untuk menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, karena menurut Sutan Sjahrir sosialisme kerakyatanlah yang paling


(3)

pas untuk diterapkan di Indonesia, melihat kondisi Indonesia yang jauh berbeda dengan Eropa Barat yang masyarakatnya sudah pada masa inustrialisasi.

Hasil dari penelitian ini adalah pernan Sutan Sjahrir selama menjabat perdana menteri Sutan Sjahrir berhasil membuat suatu persetujuan dengan Belanda yang dinamakan dengan perjanjian Linggarjati, tujuannya adalah untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Belanda, karena pada saat itu Belanda ingin kembali menguasai wilayah jajahannya, meskipun beberapa tokoh tidak setuju dengan perjanjian Linggarjati ini, pemikiran Sutan Sjahrir tentang sosialisme kerakyatan tidak berjalan seperti yang diharapkan olehnya, karena masyarakat belum bisa menerimanya, bisa dilihat dari kegagalan Partai Sosialis Indonesia yang gagal dalam Pemilu 1955, sebab Partai Sosialis Indonesia menjadi tempat menjalankannya misi Sosialisme Kerakyatan Sutan Sjahrir setelah ia tidak menjadi perdana Menteri.


(4)

UNIVERSITY OF NORTHSUMATERA

SCIENCEFACULTY OFSOCIALANDPOLITICALSCIENCE DEPARTMENT OFPOLITICALSCIENCE

MUHAMMAD IMAM HASIBUAN(080906058)

POLITICAL THOUGHT AND ROLE OF SUTAN SJAHRIR IN INDONESIAN POLITIC

ABSTRACT

This research is trying to describe and analyze the thought and roles of Sutan Sjahrir in the Indonesian political dynamics. This research also analyze about the political ideology which is used by sutan sjahrir, populist socialism. As a figure who is struggle for freedom before and after the declaration of independence of Republik Indonesia,Sutan Sjahrir is the most controversial figure in that time because the thought of Sutan Sjahrir is really opposite with the othe figures in that time.The thoughts of Sutan Sjahrir having a complex characteristic because in his thought he is more focusing to community and social prosperity, which is usually called Populist Socialism. Sutan Sjahrir is the first Prime Minister of Indonesia which is called Sjahrir Cabinet. This Sjahrir Cabinet only last for only three period. And sutan is also one of the founder of Indonesian Socialist Party.

This research is prepared using the research literature method with descriptive approaching method. The data collecting technique is using literature data with using secondary data. In this research the theoty which is used is Marxisme theory,Socialism theory, Democratic Socialism theory, and Populist Socialism theory.Marxisme theory is used because socialism is started from the feud of the classes in the western Europe to made a communism country, Socialism theory is used because we need socialism phases to be a communism population so there will not be any classes difference, Democratic Socialism theory is a Socialism theory which is based on Democracy which was appeared in german from the parlementarian in german. And Populist Socialism theory is a Socialism theory which is introducted from Sutan Sjahrir to uphold humanism, Because according to Sutan Sjahrir Populist Socialism is the best to be applied in Indonesia, looking at the condition of Indonesia which is really different with the Western Europe which is the population already in the Industrialization stage.

The result of this research is the role of sutan sjahrir when he took the position of prime minister, Sutan Sjahrir Succeed to make an agreement with Netherlands which is named the Linggarjati agreement, the purpose is to receive the recognition of Indonesian independence from the Dutch, because at that time the Dutch wanted to take back their colonies, even some figures did not agree


(5)

with this Linggarjati agreement, the thoughts of Sutan Sjahrir about the Populist Socialism did not go according to his expectation because the community still can not accepted it, it is proved from the Indonesian Socialist Party failure in the 1955 election, because the Indonesian Socialist Party became the place to run Sutan Sjahris’s Populist Socialism mission after he retired from neing the Prime Minister


(6)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat nikmat dan anugerah-Nya penulis bisa meyelesaikan skripsi saya ini yang berjudul: Pemikiran Dan Peran Sutan Sjahrir Dalam Dinamika Politik Indonesia. Serta tidak lupa juga penulis sampaikan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, semoga para pengikutnya sampai akhir zaman mendapatkan ridho Allah SWT.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Di dalam skripsi ini penulis menguraikan bagaimana pemikiran tokoh Sutan Sjahrir dan Peran Sutan Sjahrir dalam dinamika perpolitikan Indonesia, Sutan Sjahrir memiliki sebuah ideologi yang paling ideal menurutnya jika diterapkan di bangsa Indonesia yaitu ideologi Sosialisme Kerakyatan, meskipun Sosialisme yang diterapkan oleh Sutan Sjahrir ini menyimpang dari ajaran Sosialisme yang ada di Eropa Barat tempat kelahirannya Ideologi Sosialisme tersebut, karena Sutan Sjahrir adalah seorang yang humanis dan menjunjung tinggi keadilan sosial, dan Sutan Sjahrir menolak ideologi-ideologi yang bertolak belakang terhadap nilai-nilai kemanusiaan, dan juga Sutan Sjahrir memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia ini, salah satunya ketika Sutan Sjahrir menjabat sebagi Perdana Menter yang Pertama kalinya di Bangsa Indonesia ini, dan Sutan Sjahrir dikenal dengan Perjanjian Linggarjatinya dalam


(7)

upaya mempertahankan bangsa Indonesia dari Belanda, serta Sutan Sjahrir adalah tokoh pendiri Partai Sosialis Indonesia.

Penulis menyadari bahawa masih banyak terdapat kekurangan dari skripsi ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperkaya materi yang berkaitan dengan skripsi ini.

Di dalam masa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moral maupun materi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

• Bapak Dr. Warjio, Ph.D. Selaku dosen pembimbing, yang telah

membimbing, dan memberikan banyak saran dan masukan yang bermanfaat baik untuk skripsi ini maupun bagi penulis sendiri ke depannya.

• Bapak Indra Fauzan, S.HI, M.Soc,Sc, selaku dosen pembaca, yang telah

banyak memberikan masukan dan dukungan demi kelancaran pengerjaan skripsi saya.

• Bapak, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

• Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si, selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Suamtera Utara.

• Seluruh Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara khusunnya Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

• Teristimewa rasa hormat dan terima kasih saya ucapkan kepada kedua

orang ua saya tercinta, Bapak Drs. Imran Sanusi Hasibuan, dan Dra Merawati Harahap, yang selama ini telah memberikan dukungan dan semangat agar bisa segera menyelesaikan skripsi saya.

• Terima kasih banyak buat teman-teman yang telah banyak memberikan


(8)

Hartomo, Anwar ‘Samoth’ Saragih, Dede Ryan Sudhana, Eka Prasetya, Cut Junianty Syahra, serta teman-teman di Ilmu Politik 2008 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkam semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, 26 November 2013 M Imam Hasibuan


(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstrac ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 10

1.3.Pembatasan Masalah ... 10

1.4.Tujuan Penelitian ... 10

1.5.Manfaat Penelitian ... 11

1.6.Kerangka Teori ... 11

1.6.1. Marxisme ... 11

1.6.1.1. Pemikiran Marx tentang Perjuangan Kelas ... 13

1.6.1.2. Teori Marxisme tentang Ekonomi ... 15

1.6.2. Sosialisme ... 15

1.6.2.1.Sosialisme Utopia ... 17

1.6.2.2.Saint-Simon ... 17

1.6.2.3.Charles Fourier ... 18

1.6.2.4.Robert Owen ... 19

1.6.3. Sosialisme Demokrat ... 21

1.6.4. Sosialisme Kerakyatan ... 25

1.7.Metode Penelitian ... 28

1.7.1. Metode Penelitian ... 28


(10)

1.7.3. Teknik Analisa Data ... 28

1.8.Sistematika Penulisan ... 29

BAB II BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR ... 30

2.1. Kehidupan Keluarga Sutan Sjahrir ... 30

2.2. Masa Pelajar Sutan Sjahrir ... 33

2.3. Kegiatan Sutan SJahrir Setelah Kembali ke Indonesia ... 37

2.4. Masa Pendudukan Jepang ... 41

2.5. Masa Revolusi Nasional Indonesia ... 43

2.6. Sjahrir Perdana Menteri Indnesia Pertama ... 46

2.6.1. Jatuhnya Kabinet Sjahrir I ... 48

2.7. Sjahrir Sebagai Perdana Menteri Indonesia Kedua Kalinya ... 49

2.7.1. Tantangan Yang DIhadapi Kabinet Sjahrir II ... 50

2.8. Sutan Sjahrir menjadi Perdana Menteri ke Tiga Kalinya ... 52

2.8.1.Tantangan Yang Dihadapi Kabinet Sjahrir III ... 53

BAB III ANALISIS DATA ... 56

3.1. Pemikiran Politik Sutan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia ... 56

3.2. Pandangan Sutan Sjahrir Tentang Sosialisme Keraykatan ... 59

3.3. Peran Sutan Sjahrir dalam Dinamika Politik Indonesia ... 65

3.4. Peran Sajhrir dan PSI dalam Hubungan Internasional ... 72

3.5. Kontradiksi Pemikiran Sutan Sjahrir dan Soekarno ... 79


(11)

4.1.Kesimpulan ... 84 4.2. Saran ... 88


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

MUHAMMAD IMAM HASIBUAN (080906058)

PEMIKIRAN DAN PERAN SUTAN SJAHRIR DALAM DINAMIKA POLITIK INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan dan menganalisis pemikiran dan peran Sutan Sjahrir di dalam dinamika politik di Indonesia, serta penelitian ini juga menganalisis mengenai ideology politik yang dianut oleh sutan Sjahrir yaitu Sosialisme kerakyatan. Sebagai seorang tokoh perjuangan kemerdekaan sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Sutan Sjahrir sebagai tokoh yang paling kontrovesional pada masa itu karena pemikiran Sutan Sjahrir sangat bertolak belakang dengan tokoh-tokoh kemerdekaan yang ada pada saat itu, pemikiran Sutan Sjahrir mempunyai cirri khas yang kompleks karena dalam pemikirannya lebih menekankan kepada faktor masyarkat dan kesejahteraan sosial, yang lebih akrab disebut sebagai Sosialsme Kerakyatan. Sutan Sjahrir adalah seorang Perdana Menteri Indonesia yang pertama yang lebih dikenal sebutannya sebagai kabinet Sjahrir, kabinet Sjahrir ini hanya bertahan sampai tiga periode saja. Dan Sutan Sjahrir juga adalah seorang tokoh pendiri Partai Sosialis Indonesia.

Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data kepustakaan dengan menggunakan data sekunder. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori Marxisme, teori Sosialisme, teori Sosialisme Demokrasi, dan teori Sosialisme Kerakyatan. Teori Marxisme digunkan karena sosialisme itu berawal dari pertentangan kelas yang berada di Eropa Barat untuk membuat suatu negara komunisme, teori sosialisme digunkan karena untuk menju suatu masyarakat komunisme harus melalui fase-fase sosialisme agar tidak ada lagi perbedaan kelas, teori sosialisme demokrat adalah teori sosialisme yang berdasarkan asas demokrasi yang muncul di jerman dari anggota parlemen di jerman. Dan teori sosialisme kerakyatan adalah teori sosialisme yang diperkenalkan oleh Sutan Sjahrir untuk menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, karena menurut Sutan Sjahrir sosialisme kerakyatanlah yang paling


(13)

pas untuk diterapkan di Indonesia, melihat kondisi Indonesia yang jauh berbeda dengan Eropa Barat yang masyarakatnya sudah pada masa inustrialisasi.

Hasil dari penelitian ini adalah pernan Sutan Sjahrir selama menjabat perdana menteri Sutan Sjahrir berhasil membuat suatu persetujuan dengan Belanda yang dinamakan dengan perjanjian Linggarjati, tujuannya adalah untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan Indonesia dari Belanda, karena pada saat itu Belanda ingin kembali menguasai wilayah jajahannya, meskipun beberapa tokoh tidak setuju dengan perjanjian Linggarjati ini, pemikiran Sutan Sjahrir tentang sosialisme kerakyatan tidak berjalan seperti yang diharapkan olehnya, karena masyarakat belum bisa menerimanya, bisa dilihat dari kegagalan Partai Sosialis Indonesia yang gagal dalam Pemilu 1955, sebab Partai Sosialis Indonesia menjadi tempat menjalankannya misi Sosialisme Kerakyatan Sutan Sjahrir setelah ia tidak menjadi perdana Menteri.


(14)

UNIVERSITY OF NORTHSUMATERA

SCIENCEFACULTY OFSOCIALANDPOLITICALSCIENCE DEPARTMENT OFPOLITICALSCIENCE

MUHAMMAD IMAM HASIBUAN(080906058)

POLITICAL THOUGHT AND ROLE OF SUTAN SJAHRIR IN INDONESIAN POLITIC

ABSTRACT

This research is trying to describe and analyze the thought and roles of Sutan Sjahrir in the Indonesian political dynamics. This research also analyze about the political ideology which is used by sutan sjahrir, populist socialism. As a figure who is struggle for freedom before and after the declaration of independence of Republik Indonesia,Sutan Sjahrir is the most controversial figure in that time because the thought of Sutan Sjahrir is really opposite with the othe figures in that time.The thoughts of Sutan Sjahrir having a complex characteristic because in his thought he is more focusing to community and social prosperity, which is usually called Populist Socialism. Sutan Sjahrir is the first Prime Minister of Indonesia which is called Sjahrir Cabinet. This Sjahrir Cabinet only last for only three period. And sutan is also one of the founder of Indonesian Socialist Party.

This research is prepared using the research literature method with descriptive approaching method. The data collecting technique is using literature data with using secondary data. In this research the theoty which is used is Marxisme theory,Socialism theory, Democratic Socialism theory, and Populist Socialism theory.Marxisme theory is used because socialism is started from the feud of the classes in the western Europe to made a communism country, Socialism theory is used because we need socialism phases to be a communism population so there will not be any classes difference, Democratic Socialism theory is a Socialism theory which is based on Democracy which was appeared in german from the parlementarian in german. And Populist Socialism theory is a Socialism theory which is introducted from Sutan Sjahrir to uphold humanism, Because according to Sutan Sjahrir Populist Socialism is the best to be applied in Indonesia, looking at the condition of Indonesia which is really different with the Western Europe which is the population already in the Industrialization stage.

The result of this research is the role of sutan sjahrir when he took the position of prime minister, Sutan Sjahrir Succeed to make an agreement with Netherlands which is named the Linggarjati agreement, the purpose is to receive the recognition of Indonesian independence from the Dutch, because at that time the Dutch wanted to take back their colonies, even some figures did not agree


(15)

with this Linggarjati agreement, the thoughts of Sutan Sjahrir about the Populist Socialism did not go according to his expectation because the community still can not accepted it, it is proved from the Indonesian Socialist Party failure in the 1955 election, because the Indonesian Socialist Party became the place to run Sutan Sjahris’s Populist Socialism mission after he retired from neing the Prime Minister


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sosialisme adalah ajaran dan gerakan mencari keadilan di dalam kehidupan kemanusiaan, sosialisme pada waktu itu memandang sebagai sebab yang pokok dari ketidak adilan yang terdapat diantara kemanusiaan ialah ketidakadilan didalam pembagian rezeki di dunia. Kebanyakan umat manusia hidup didalam kekurangan dan kemelaratan sedang sebagian terkecil hidup dalam keadaaan yang berlebihan (dalam kemewahan). Sosialisme menetang keadaan yang pincang dan tidak adil itu dan ia mengkehendaki serta menuntut suatu

pembagian rezeki yang lebih merata dan oleh karena itu adil.1

Sosialisme menyusun berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Dalam pandangan Marx, Sosialime Negara adalah produk kontradiksi kelas dan perjuangan kelas, dan secara ekonomis semua itu dikontrol oleh kelas yang dominan. Negara borjuis itu kemudian dijadikan alat kontrol dan pemaksaan bagi pembagian kelas yang memiliki sarana-sarana produksi untuk menjalankan kekuasaan atas kelas-kelas yang tereksploitasi dalam masyarakat. Nampak luar, negara borjuis ini seakan-akan berbentuk demokrasi, namun sistem politiknya sangat terstruktur sehingga malah menjamin dominasi para

borjuis-borjuis selanjutnya.2

1

LEPPENAS, Kumpulan Tulisan, Sutan Sjahrir, Sosialisme Indonesia Pembangunan : Danau Singkarak Offset, 1982., 1982. Hal.60.

2


(17)

Kita lihat bahwa pemerintah bertindak sebagai eksekutif kelas para penguasa, yang mana dapat mengkoordinir tindakan dan kerja para anggota-anggotanya guna kepentingan kelas di masa selanjutnya. Mau kita lihat bagaimanapun, negara borjuis tak dapat disangkal lagi mempunyai otonomi dan penampakan kejujuran yang relatif. Marx beranggapan bahwa tingkat produksi tinggi yang dijamin sistem kapitalis, dikarenakan mungkin karena adanya kemiskinan orang banyak atau karena hanya sedikit orang yang mempunyai kekayaan. Namun jika semua ini di satukan kemudian diberi jalan bagi masyarakat komunis yang kita ketahui mengusung sistem pemerataan ekonomi dan memuaskan kebutuhan setiap orang. Maka lanjut Marx, dalam situasi tanpa kelas itu maka tidak akan ada oposisi, terus masyarakat tidak ada kebutuhan

terhadap aparat negara yang suka menindas.3

Kaum Sosialis berpendapat bahwa sementara keadilan membantu menengahi konflik, keadilan juga cenderung menciptakannya, atau bagaimanapun, mengurangi ungkapan natural dari sosiabilitas. Maka, selain sebuah rintangan pada bentuk masyarakat yang lebih tinggi di bawah kondisi kelimpah-ruahan, keadilan merupakan kebutuhan yang disesalkan pada saat ini. Justru lebih baik jika orangbertindak secara spontan satu sama lain tanpa cinta, ketimbang memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagai pengemban hak

pemilikan legal yang adil.4

Secara umum sosialisme sebagai suatu pemikiran dapat diartikan dalam bentuk dua bentuk. Di satu pihak Sosialisme merupakan pemikiran yang menolak susunan masyarakat yang didasarkan pada faham kebebasan mutlak. Berdasarkan sifat bebas tersebut di dalam masyarakat akan terbentuk hirarki yang terdiri paling tidak dua tingkatan. Di sisi pertama adalah orang-orang yang kemampuan tinggi

3

Joseph Losco dan leonard Williams. Political Theory. 2003. Raja Grafindo perssada. Jakarta Hal. 547

4

Frans Magnis Suseno , Etika Politik (Prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan modern) , Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2003, Hal. 15


(18)

dan di lain sisi orang-orang yang kemampuannya lemah. Dalam perkemangan

selanjutnya, golongan yang kuat (relatif sedikit) akan menguasai yang lemah.5

Dalam konteks ekonomi, golongan yang memiliki kemampuan tinggi akan menguasai alat-alat produksi, sedangkan golongan yang lemah menjadi pekerja di perusahan-peruahan golongan yang lain. Golongan yang memiliki alat-alat produksi mendapatkan keuntunggan dari penindasan terhadap golongan yang lemah. Pada pihak ini Sosialisme merupakan ajaran yang memihak kepada golongan miskin dan tidak punya, yang sering disebut proletar. Sosialisme menentang golongan yang mampu karena menindas dan memanfaatkan yang kurang atau tidak mampu. Pada fihak lain Sosialisme merupakan suatu ajaran untuk menyusun pergaulan hidup yang menentukan sifat kemanusiawiannya, yaitu kepercayaan kepada persamaan, keadilan serta kesanggpan kerjasama antara

sesama manusia sebagai dasar kehidupan di dalam pergaulan masyarakat.6

Peranan Partai Politik di kalangan masyarakat sangat penting karena partai politik adalah sebagai sarana komunikasi di dalam bidang politik terhadap masyarakat. Partai politk juga bisa menjadi wadah untuk para masyarakat untuk menyalurkan pendapat-pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa agar isu-isu atau kesimpangsiuran yang terjadi di masyarakat

Perbedaan kedua bentuk Sosialisme ini terutama terletak pada kondisi yang terdapat pada masyarakat. Bentuk Sosialisme yang pertama tumbuh di masyarakat yang masih mengalami penghisapan dan penindasan antara yang satu dan yang lainnya. Sedankan bentuk Sosialisme yang kedua terdapat di dalam masyarakat yang tingkat kesewenang-wenangngannya relatif lebih kecil. Sosialisme bentuk kedua ini berkembang setelah proletar di dunia memperoleh kedudukan ekonomi,sosial dan politis yang jauh lebih baik dibutuhkan Partai Politik untuk mewujudkannya.

5

Ibid., Hlm 17.

6

P.Y Nur Indro, Pemikiran Politik Sutan Sjahrir dan Partai sosialis Indonesia, Bandung : Inisiatif Warga,2009,hal 113


(19)

berkurang. Partai Politik juga berperan untuk merekrut atau mengajak orang-orang yang berbakat di dalam bidang politik untuk turut aktif di dalam bidang politik sebagai anggota politik.

Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Dalam susunan itu semua organisasi, apakah dia bertujuan sosial (seperti Budi Utomo dan Muhammadiah) ataukah terang-terangan menganut azas politik/agama (seperti Sarikat Islam dan Partai Katolik) atau azas politik/sekuler (seperti PNI dan PKI), memainkan peran penting dalam berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa merdeka dalam bentuk sistem

multi-partai7

Dalam sejarah politik orde lama Kementerian Penerangan pernah mengumumkan penerbitan suatu pamflet politik yang ditulis oleh Sjahrir berjudul Perdjoeangan Kita. Muncul bersamaan dengan mulai bocornya suatu berita bahwa pengarang pamflet itu telah diundang untuk membentuk suatu pemerintahan yang bertanggung jawab kepada KNIP, hal itu nampaknya memberi pertanda akan adanya perubahan-perubahan mendasar dalam komposisi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah Indonesia.

.

Mengerucut kepada tokoh-tokoh yang menjadi motor perjuangan politik pada saat itu seperti Soekarno, Moh. Hatta, Sjahrir, dan lain-lain adalah orang – orang yang memberi sumbangsih ide dalam dinamika politik pada masa itu, khususnya pemikirian Sjahrir yang sangat berkaitan dan relevan dalam pembahasan penelitian yang saya akan lakukan.

8

Seruan Sjahrir dalam Perdjoeangan kita untuk pembentukan suatu partai

revolusioner mendapat perhatian juga. Sepert telah kita lihat, di Yogyakarta

7 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 171. 8

Ben, Anderson, Revoloesi Pemoeda : Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1988, hal, 219


(20)

padatanggal 1 November 1945 telah diumumkan bahwa Partai Sosialis Indonesia (Parsi) sedang dibentuk. Pada tanggal 12 November 1945 suatu kongres pendahuluan dilangsungkan di kota yang sama, kabarnya di hadiri oleh wakil-wakil dari 51 daerah dan 34 badan, dan juga oleh 750 peninjau. Sidang itu memutuskan untuk mendesak pembentukan Volksfront guna mempertahankan dan memperkuat republik itu; bekerja menuju sosialis perusahaan-perusahaan besar, hutan-hutan, dan tanah; dan meningkatkan industrialisasi, transmigrasi, ekonomi koperasi, mendorong perbaikan-perbaikan pertanian, dan membentuk serikat-serikat buruh. Volksfront itu harus menjadi sarana untuk mempersatukan kaum buruh, kaum tani, tentara, dan pemuda. Setelah mengumumkan tujuan-tujuan ini, kongres itu memilih Amir Sjarifuddin sebagai ketua dan Soekindar sebagai wakil ketua.

Tokoh-tokoh terkemuka lainnya pada kongres itu, termasuk Hindromartono dan Usman Sastroamidjojo, menunjukan bahwa inti dari partai baru itu akan terdiri dari kawan-kawan dekat Amir Sjarifuddin dan Gerindo sebelum perang dan kelompok-kelompok buruh yang berhubungan dengannya. Tak lama sesudah itu, pada tanggal 19 November 1945, Partai Rakyat Sosialis atau Paras, dibentuk di Cirebon, atas prakarsa Sjahrir pribadi. Ditinjau dari komposisi kepemimpinan partai ini dan dari programnya, sudah jelas bahwa arwah Pendidikan Nasional Indonesia sebelum perang, partai yang didirikan dan dipimpin oleh Hatta dan Sjahrir, sedang dihidupkan kembali. Tujuan-tujuan Paras yang diumumkan adalah untuk menentang mentalitas kapitalis, ningrat, dan feodal; melenyapkan birokrasi dan otokrasi; memperjuangkan suatu masyarakat sama rata sama rasa; memperkaya jiwa orang Indonesia dengan jiwa demokrasi; dan mendesak pemerintah supaya berkerja sama detengan semua organisasi di dalam dan di luar

negeri untuk menumbangkan kapitalisme.9

Sutan Sjahrir sebagai tokoh yang paling kontroversial pada masa itu, mempunyai ciri khas yang kompleks, pemikiran Sjahrir sangat berbeda dengan

9


(21)

tokoh-tokoh perjuangan yang lainnya pada saat itu, Sutan Sjahrir dalam pemikirannya lebih menekankan kepada faktor masyarakat dan kesejahteraan sosial, yang lebih akrab di bilang sebagai Sosialisme Kerakyatan. Pemikiran Sjahrir ini sangat bertolak belakang dengan para tokoh-tokoh yang ada pada saat zaman kemerdekaan saat itu seperti Soekarno, Tan Malaka dan Moh. Hatta. Dengan pemikiran Tan Malaka Sjahrir menolak aksi massa dan mobilisasi dengan cara agitasi politik yang dilakukan Tan Malaka. Tan Malaka merupakan seorang tokoh yang menganut ajaran komunisme lebih mengutamakan jalan revolusi untuk memperoleh kemerdekaan dan mengutamakan kebutuhan materil rakyat dalam tujuan nya.

Sebagai seorang pemikir pada zaman revolusi Indonesia Sutan Sjahrir mempunyai pandangan mengenai strategi perjuangannya sendiri dan yang menjadi tujuan perjuangan Sutan Sjahrir tersebut adalah mencapai kemerdekaan karena, pada saat penjajahan yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia adalah kemerdekaan, kehidupan yang berderajat kemanusiaan, yaitu kehidupan yang

lepas dari kehinaan dan perbudakan.10

Sutan Sjahrir menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia sebanyak tiga kali, yaitu dalam kabinet Sjahrir 1,2, dan 3. Sebelumnya Indonesia yang baru merayakan kemerdekaan membuat sistem pemerintah yang berbentuk presidentil dan digantikan oleh sistem parlemen yang disebabkan oleh, berdirinya banyak Karena dengan dicapainya kemerdekaan akan terbuka jalan untuk menuju suatu tujuan dalam pandangan Sutan Sjahrir yaitu Sosialisme Kerakyatan, suatu faham yang memperjuangkan kesderajatan manusia. Tujuan tersebut dapat diwujudkan oleh Sutan Sjahrir pada saat ia menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia yang pertama. Yaitu satu negara Indonesia yang merdeka, demokratis, berkerakyatan dan memberikan pendidikan politik kepada rakyat tentang hak dan tanggung jawab dalam membela kemerdekaan dan menegakan demokrasi.

10


(22)

partai-partai baru di Indonseia pada saat itu yang menuntuk agar hak asasinya di dalam negara yang berdemokrasi untuk duduk didalam kabinet atas nama partainya.

Maka keluarlah pengumuman BPKNIP tanggal 11 November 1945 tentang pertanggung jawaban Menteri kepada Presiden diganti kepada Parlemen, yaitu KNIP yang sehari-harinya dipegang oleh BPKNIP. Presiden pun menyetujui seakan-akan telah terjadi konsensus antara Presiden dengan BPKNIP yang

ketuanya Sutan Sjahrir.11

Dalam pelaksanaan pembangunan pemerintahan bukan sebagai pemaksa tetapi pemberi pedoman dan penjamin untuk terpenuhinya kepentingan bersama. Soetan Sjahrir menyatakan lebih lanjut bahwa kepentingan bersama harus dipertahankan dan dijamin pemenuhannya terlepas dari kepentingan-kepentingan golongan atau perorangan.

Maka dengan demikian sistem Presidentil di bawah pimpinan Presiden Soekarno telah digantikan dengan sistem Parlementer yang diketuai oleh Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Dengan tercapainya ambisi Sjahrir menduduki kursi Perdana Menteri maka Sjahrir bisa menjalankan sistem politik sosialisme kerakyatan yang selama ini menjadi pandangannya terhadap pembangunan bangsa Indonesia.

12

Selama Sutan Sjahrir menjabat sebagai Perdana Menteri, Sjahrir pernah melakukan suatu perjanjian dengan Belanda yang dikenal sampai sekarang sebagai Perjanjian Linggarjati, dalam perjanian ini Sutan Sjahrir mempunyai misi yaitu untuk membuat pengakuan dari Belanda bahwa Indonesia sudah meraih kemerdekan 100% dari Belanda, tetapi Belanda yang sudah banyak kalah di Bagi Sutan Sjahrir yang terpenting dalam pembanguna bangsa Indonesia adalah pembangunan itu harus didasarkan kepada kehendak rakyat, dan juga sistem yang dianut oleh Indonesia adalah Demokrasi dan tujuan dari pembangunan itu adalah untuk kepentingan rakyat Indonesia.

11

Bibit Suprapto, Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan Di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, Hal. 26

12


(23)

Perang Dunia ke-3 tidak ingin melepaskan negara jajahannya begitu saja dan berusaha untuk menjatuhkan Pemerintahan Indonesia. Maka dengan ini Belanda dan Indonesia melakukan perundingan untuk menetukan kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Dan banyak tokoh-tokoh revolusioner yang memandang Perjanjian Linggarjati adalah sebuah kegagalan pemerintah Indonesia dalam upaya memperthankan kemerdekaanya.

Hingga akhirnya Sutan Sjahrir jatuh pada jabatanya sebagai Perdana Menteri Indonesia pada kabinet Sjahrir yang ke 3 karena timbul perselishan pendapat didalam kabinet Sjahrir III. Partai-partai yang semulanya mendukung kabinet Sjahrir tidak mendukung lagi, setra Partai Sosialis yang menjadi tulang punggung di kabinet ini tidak lagi mendukungnya, dengan kata lain Sjahrir dijatukan oleh pendukungnya sendiri yang ada di dalam kabinetnya.

Setelah jatuhnya kabinet Sjahrir ke 3 pada tanggal 26 Juni 1947, Sjahrir pun tidak memiliki jabatan dan dukungan dari partainya. Setelah Sjahrir dilengserkan oleh teman dekatnya yaitu Amir Syarifuddin yang merupakan wakil dari Partai Sosialis, maka Parsi dan Paras yang tergabung dalam Partai Sosialis pun terbagi menjadi dua. Pada tanggal 12 Feburari 1948 terjadi perpecahan dalam Partai Sosialis. Kelompok Soetan Sjahrir memisahkan diri dari partai Sosialis yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan mendirikan Partai Sosialis Indonesia di

Kliteran-Yogyakarta dengan pimpinan partai Soetan Sjahrir.13

13

Ibid., Hal. 115

Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang didirkan oleh Sutan Sjahrir yang menjadi misi utamanya adalah mensejahterakan rakyat dan menumpas rasa feodalisme yang masih ada pada masyarakat Indonesia pada masa itu, karena feodalisme menurut Sutan Sjahrir adalah musuh utama dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa. Secara umum yang menjadi pedoman politik Partai Sosialis Indonesia adalah tidak terikat oleh partai atau golongan apapun baik baik yang ada didalam negeri maupun luar negeri. Selain itu akan berusaha untuk menhindarkan dan menetang munculnya


(24)

penindasan dan ketidaksederajatan.14 Bisa dilihat bahwa Partai Sosialis Indonesia lebih mementingkan masyarakat dikarenakan pemikiran Sutan Sjahrir sebgai pemimpin partai tersebut adalah Sosialisme Kerakyatan. Karena Sosialisme mereka disesuakian dengan kondisi-kondisi Indonesia, dan punya suatu karakter

Indonesia yang khas.15

Ia sadar bahwa memperjuangkan Sosialisme Kerakyatan yang menjunjung tinggi derajat kemanusiaan, manghormati hak-hak kemanusiaan dan berjiwa

kemanusiaan adalah jauh lebih berat dinegeri-negeri Underdeveloped ini dari pada

negeri-negeri yang sudah developed. Meskipun demikian ia tahu bahwa

memperjuangkan Sosialisme Kerakyatan di Indonesia harus dilakukan terhadap segala tekanan dan kecenderungan yang lain itu, oleh karena jika tidak negara kita akan hanyut lebih jauh lagi dari sosialisme yang sesungguhnya. Yaitu dari

kedewasaan kamanusiaan.16

Soetan Sjahrir sebagai salah satu tokoh utama dalam Partai Sosilais Indonesia (PSI) yang memberikan banyak sumbangan dalam berbagai bentuk pemikiran politik berkaitan dengan perumusan dan pencapaian tujuan bangsa Indonesia pada tahun 1945-1965. Pemikirannya dianggap memberikan banyak menentukan arah dan situasi pada masa-masa di era awal Revolusi Kemerdekaan Indonesia, seorang perdana mentri pertama, dan juga seorang diplomat yang ulung Sutan Sjahrir sendiri merupakan seorang tokoh utama dalam kemerdekaan Indonesia. Sjahrir mendesak Soekarno-Hatta untuk memprokalmasikan kemerdekaan Indonesia, meskipun saat kemerdekaan Indonesia di Proklamasikan oleh Soekarno-Hatta. Sutan Sjahrir sendiri tidak hadir dalam peristiwa besar tersebut karena Sutan Sjahrir justru memilih jalan elegan untuk menghalau penjajah dengan jalur diplomasi.

14

Ibid., Hal. 117

15

George Mc Trunan Kahin, RefleksiPergumulan Lahirnya Republik Nasional dan Revolusi di Indonesia, : UNS Press, 1995, Hal., 406

16


(25)

dan seorang yang menganut aliran pemikiran Sosialisme Demokrasi sebagai

landasan pemikirannya.17

1. Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan untuk membahas

pemikiran Sutan Sjahrir mengenai Sosialisme dalam konteks ke Indonesiaan.

Berdasarkan latarbelakang diatas saya kemudian tertarik untuk meneliti tentang bagaimana Pemikiran dan Peran Sutan Sjahrir Dalam Dinamika Politik Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan oleh penulis maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini adalah: ” Bagaimana Pemikiran serta Peran Sutan Sjahrir dalam Dinamika Politik di Indonesia”?

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang akan masuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak masuk ke dalam penelitian. Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraian yang sistematis diperlukan adanya batasan masalah, adapun batasan masalah dalam penelitian ini yang akan diteliti oleh penulis adalah :

2. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana Peran Sutan Sjahrir dalam

dinamika Politik Indonesia. 1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulis membuat penelitian ini adalah sebagai berikut:

17


(26)

1. Untuk mengetahui bagimana peranan Sutan Sjahrir dalam perpolitikan Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Sutan Sjahrir mengenai

Sosialisme kerakyatan yang diterapkan di Indonesia. 1.5. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian dapat diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dimana manfaat penelitian ini bisa bersifat teoritis dan praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian mampu mengasah kemampuan penulis dalam melakukan

sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi penulis sendiri.

2. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam Ilmu Politik, dan menjadi referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU.

1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Marxisme

Dalam pandangan Sidney Hook tidaklah mudah memahami pikiran-pikiran Karl Marx, karena Marx bukanlah seorang penulis sistematika melainkan seorang aktivis revolusioner sehingga tulisan-tulisannya kadang kala banyak mengandung banyak keraguan, kurang memahami persyaratan ilmiah modem

seperti ketepatan, konsepsi statistik, dan probabilitas dewasa ini.18

18

Sustarjo Adisusilo,JR, Sejarah Pemikiran Barat Dari Yang Klasik Sampai Yang Modern, Jakarta: Rajawali Perss 2013, Hal. 247

Pemikiran Karl Marx yang dipakainya adalah Materialisme yang lebih dikenal dengan sebutan Materialisme Dialektis dan Histori atau MDH, pemikiran-pemikiran Marx mengenai metode matrerialisme dialektis dan histori banyak di pengaruhi oleh


(27)

Hegel, karena metode dialektika dikenal oleh masyarakat berkat Hegel. Meski Marx yang membuat metode materialism dialektis dan histori tetapi marx sendiri tidak pernah menggunakannya kedalam pemikirannya, nama materialisme historis sendiri diperkenalkan oleh Engels.

Marx tertarik pada gagasan dialektikanya Hegel karena di dalamnya terdapat unsure kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Meskipun Marx menolak proses dialektika, idenya Hegel dan membalikannya menjadi proses dialektikanya materi. Marx amat tertarik adanya usnur kemajuan dan konflik, serta menggunakannya untuk menerangkan proses perkembangan masyarakat melalui revolusi. Kendati Marx tidak member penjelasan tuntas namun telah meletakan dasar mengenai hokum sosial, yang dikemudian hari akan disempurnakan oleh Lenin yang menyimpulkan bahwa materialism dialektis merupakan hokum dalam revolusi sosial yang secara pasti berkembang kea rah

masyarakat komunis.19

Di dalam materialisme dialektika Marx berbicara tentang hukum perkembangan yang terjadi di masyarakat yaitu dalam sebuah perkembangan di masyarakat akan terjadi konflik berdarah antar kaum yang berkuasa dan yang tertindas melalui sebuah revolusi yang dibuat oleh kaum yang tertindas. Maka di dalam materialism historis, Marx lebih berbicara tentang siapa penentu arah perkembangan sejarah itu. Dalam pemikiran Marx, arah perkembangan sejarah sepenuhnya bukan ditentukan oleh manusia tetapi oleh perkembangan sarana-sarana produksi yang material. Meskipun sarana-sarana-sarana-sarana produksi yang material itu merupakan buah hasil manusia namum arah perkembangan sejarah tidak

Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk mencapai suatu masyarakat komunis harus melalui dialektika, karena menurut pandangan Marx perkembangan masyarakat itu harus melalui konflik pertentangan antar kelas dan melahirkan revolusi yang besar agar tidak ada lagi pertentangan antar kelas.

19


(28)

tergantung pada kehendak manusia.20

Dalam pandangan Marx, seluruh arah perkembangan sejarah menuju pada hubungan-hubungan produksi yang tidak lagi cocok dengan keadaan-keadaan sarana produksi yang bersifat material itu. Dengan kata lain dalam basis ekonomis akan timbul suatu pertentangan kontradiksi, karena ketidakcocokan hubungan-hubungan produksi dengan sarana-sarana produksi.

Manusia tidak bisa berkembang dengan adanya sarana-sarana produksi tersebut, dengan adanya sarana-sarana produksi yang dibuat oleh manusia maka manusia bisa berkembang lebih maju kedepan nya. Dengan adanya hubungan produksi ini akan menentukan arah bagi hubungan sosial manusia.

21

Menurut Marx, seluruh sejarah terarah kepada saat di mana hubungan-hubungan produksi tidak cocok lagi dengan keadaan sarana-sarana produksi. Dengan perkataan lain, dalam basis ekonomi akan timbul suatu pertentangan karena ketidakcocokan hubungan-hubungan produksi yang satu dengan yang lainnya. Pada Abad Kesembilanbelas bahwa negara borjuis tidaklah “netral” dalam perjuangan kelas, negara borjuis bukan “wasit” antara kapital dan kerja. Negara borjuis juga bukan ditunjukan untuk membela apa yang disebut “kepentingan umum”, tetapi bahwa negara borjuis secara jelas mewakili sebuah alat untuk mempertahankan kepentingan kapital melawan kelas pekerja.

Bagi Marx hal tersebut bisa dilihat dalam masyarakat industrialis kapitalistis di Eropa pada abad ke-19. Dimana pada masa itu terdapat dua kelas yang bertentangan, yaitu kaum kapitalis dan kaum buruh. Dalam masa itu kaum kapitalis adalah yang mempunyai modal atau sarana produksi dan kaum buruh adalah orang-orang bekerja dalam sarana produksi itu atau yang menjual tenaga kerjanya dalam sarana produksi tersebut.

1.6.1.1. Pemikiran Marx tentang Perjuangan Kelas

22

20

Ibid., Hal. 254

21

Ibid., Hal. 256

22

Ernest Mandel, Tesis Tesis Pokok Marxisme, Yogyakarta: Resist Book, Agustus 2006, Hal. 72

Maka hanya kaum borjuis yang berhak menolak mempekerjakan pekerja, jika para


(29)

pekerja melalakuka aksi mogok kerja, kaum borjuis akan mengirimkan polisi atau tentara untuk menembaki para pekerja yang melakukan mogok kerja tersebut. Marx melihat eksistensi negara adalah sebagai alat penindasan bagi kelas borjuis terhadap kelas proletar. Bagi kelas borjuis, negara hanya sebagai alat untuk mempertahankan status qou dan hegemoni ekonomi dan politik kaum mereka, sehingga mereka dapat dengan leluasa menghegemonikan kau proletar yang tidak mempunyai akses kekuasaan dan akses terhadap sumber ekonomi yang merupakan sumber untuk memperoleh kekuasaan sehingga kaum proletar terpinggirkan dari negara.

Pembagian hasil produksi yang tidak adil tersebut menimbulkan ketegangan antara dua kelas yang ada dalam masyarakat industri. Ketegangan it uterus meninggkat sehingga menjadi permusuhan dan inilah yang disebut

perjuangan kelas.23

Kaum Marxis berjuang untuk mendirikan sebuah negara pekerja-kediktatoran proletariat dan demokrasi proletar sebagai ganti dari negara borjuis, yang selalu tetap berwujud sebagai, bahkan dalam bentuk yang paling demokratisnya, kediktatoran borjuasi. Dan negara pekerja tersebut dicirikan dengan perluasan dan bukan pembatasan kebebasan demokratik yang efektif bagi massa rakyat pekerja.

Perjuangan kelas yang terjadi antara kaum proletar dan kaum borjuis ini pun tidak bisa di hindari lagi. Marx meramalkan bahwa perjuangan kelas akan menghasilkan suatu masyarakat tanpa kelas dan dimana semua sarana-sarana alat produksi akan menjadi milik bersama, fase dimana suatu masyarakat tanpa kelas ini disebut dengan masyarakat komunis dimana akhirnya tidak ada lagi penjualan tenaga kerja dengan ketidakadilan pembagian hasil produksi ditiadakan.

24

23

Sustarjo Adisusilo, Jr, Op.cit, Hal. 256

24

Ernest Mandel, Op.cit., Hal. 82


(30)

negara yang berdasarkan demokrasi parlementer, karena dia akan menciptakan basis material bagi pelaksanaan kebebasaan demokrasi oleh semua.25

Teori ekonomi Marx terutama ingin menunjukan bahwa perkembangan sistem kapitalistis member prasyarat menuju ke sosialisme – komunisme.

1.6.1.2. Teori tentang ekonomi Marxisme

26

Untuk menuju jalan ke masyarakat komunisme Marx mangatakan harus ada perubahan sistem ekonomi kapitalisme ke sistem ekonomi sosialisme. Marx memberikan batasan tentang sistem kapitalis sebagai sistem masyarakat di mana alat produksi dimiliki dan dipergunakan demi keuntungan pribadi dan dia yang memilikinya, sementara itu dipekerjakan kaum buruh yang tidak berstatus budak melainkan

berstatus orang merdeka. Sasaran utamanya adalah laba.27

25

Ibid., Hal., 83

26

Ibid., hal. 256

27

Ibid., Hal. 257

Sistem ekonomi sosialisme merupakan sistem ekonomi yang menekankan lebih kepada kebersamaan masyarakat dalam menjalankan perekonomian, setiap orang memberi sesuai dengan kemampuannya, dan menerima sesuai dengan kebutuhanya. Dalam sistem ekonomi sosialisme campur tangan pemerintah sangat tinggi, karena pada sistem ini negaralah yang memegang atas dasar produksi tersebut, segala hal-hal milik pribadi telah dihapuskan dalam sistem ini. Dengan kata lain berlaku perinsip sama rata, sama rasa.

Sistem ekonomi sosialis dimulai terhadap kritik Marx terhadap sistem ekonomi kapitalis yang tidak sesuai dengan aspek kemasyarakatan, karena kaum borjuis dengan bebas mengeksploitasi kaum buruh, kaum buruh bukanlah budak pekerja melainkan masyarakat yang hidup bebas dan merdeka.


(31)

Sosialisme modern berkembang pada awal abad ke-19 sebagai respon tehadap pengaruh sosialis industrialisasi. Pabrik-pabrik menghancurkan mata pencharian banyak orang, memaksa mereka bekerja dalam waktu yang sangat lama demi memperoleh gaji kecil dan hidup dalam kondisi yang buruk sekali di kota-kota industri baru. Pada saat yang sama, usaha kaum buruh untuk mengorganisasikan diri guna memperbaiki kondisi dianggap illegal dan ditekan

secara brutal.28

Ketika eropa mengalami masa-masa tenang setelah perang-perang Revolusi dan Napoleon, tekanan untuk perubahan politik secara prinsip mucul dari kaum liberal dan nasionalis. Sosialisme mulai berkembang di mana industrialisasi sedang menciptakan sebuah kelas pekerja yang baru. Ini lebih terjadi di Inggris dibandingkan di tempat lain, tetapi juga terjadi di Perancis, yang memiliki tradisinya sediri menyangkut partisipasi revolusioner kelas pekerja di tengah-tengah kaum republican (sans-cullote) untuk mendukung kelompok Jacobin.

Nada sosialis sejati dibuat oleh para kaum buruh yang menyatakan bahwa yang membuat menderita bukanlah para majikan dan konspirasi kelas penguasa melainkan adalah sistem kapitalis itu sendiri. Karena di dalam sistem kapitalis mangandung usur-unsur untuk mengeksploitasikan sebuah masyarakat pekerja untuk bekerja keras tetapi tidak mendapatkan upah selayaknya mereka bekerja. Para buruh menuntut sebuah sistem yang baru untuk menggantikan sistem kapitalis, dimana sistem yang baru ini adalah sistem kerjasama, harmoni dan keadilan.

29

Sekelompok penulis mulai disebut dengan kelompok sosialis Ricardian, yang mengambil nama mereka dari saduran mereka atas `teori nilai kerja` (labour theory of value) dalam pandangan ekonomi klasik, David Ricardo. Teori ini mengatakan bahwa nilai riil dari sebuah benda terletak dalam jumlah tenaga yang

28

Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depanny, Yogyakarta: Qalam, 2004. Hal, 160

29


(32)

terpakai untuk menghasilkannya.30

Keadaan buruk yang menimpa kaum buruh di Eropa pada awal abad ke-19 ini telah menggugah hati orang banyak. Cendekiawan-cendekiawan seperti Robert Owen, Saint Simon dan Fourier mencoba memperbaiki masalah-masalah yang terjadi pada sistem kapitalis tersebut. Orang-orang ini terdorong oleh perasaan peri-kemanusiaan, tanpa disertai tindakan-tindakan manapun konsepsi yang nyata mengenai tujuan dan strategi dari perbaikan itu, sehingga oleh orang lain teori-teori mereka dianggap angan-angan belaka. Karena itu mereka lalu disebut kaum Sosialis Utopi.

Para kelompok penulis Ricardian ini menyimpulkan bahwa karena para kaum pekerja member nilai yaitu kekayaan terhadap pemilik modal maka sangat tidak adil jika kaum pekerja mendaptkan bagian yang kecil sedangkan pemilik modal mendapatkan bagian yang besar.

1.6.2.1. Sosialisme Utopia.

31

Teori sosialis modern benar-benar dimulai dengan sekelompok individu dan pemikir yang sangat individualistic, yang secara umum menjadi terkenal karena imajinasi mereka dibandingkan kepraktisan mereka. Karl Marx terus-menerus menolak mereka sebagai `sosialis Utopian’ dan label ini telah

melekat pada mereka.32

Saint-Simon adalah pemikir sosialis utopia yang pertama (1760-1825), Saint-Simon lahir di Perancis dari sebuah keluarga aristokrat, Simon mendukung revolusi Perancis tetapi ia tidak cenderung ke sayap kanan atau kiri, tetapi Simon menyusin ide-ide konsepsinya yang unik tentang masa depan yang ideal. Imajinasi Saint-Simon ditopang oleh potensi industri-aliasasi, dan kemungkinanya berasal dari sebuah peradaban baru yang berdasarkan harmoni gemah-ripah. Ia memahami sejarah manusia dari segi periode intergarasi dan

perubahan-1.6.2.2. Saint-Simon

30

Ibid., Hal. 167

31

Miriam Budiardjo, Op.cit, Hal. 78

32


(33)

perubahan yang berganti.33

Jadi Sosialisme Saint-Simon adalah terbatas. Ia menganggap orang harus mendapatkan kekayaan dan hak istimewa jika ini merupakan imbalan yang pantas bagi mereka yang bekerja keras dan melayanin masyarakat. Ia tidak keberatan dengan individu-individu yang mencari kekayaan melimpah bagi diri mereka selama kekayaan ini dikelola dengan baik dan kesempatan diberikan kepada semua pihak.

Hal pertama yang dikatakan Saint-Simon menganai pandangannya sebagai kaum sosialis utopian adalah dimana sebuah masyarakat dipertemukan dengan teknologi maka lahirlah perdamaian sosial, diantara masayarakat dan teknologi ada periode-periode perubahan teknis yang revolusioner ketika perubahan ditentang oleh tatanan lama dan masayrakat menjadi tidak seimbang dan rentan terjadi konflik. Saint-Simon beranggapan bagaimana bahwa kaum-kaum intelektual harus bekerja sama didalam bidang, Akademi Sains, Ilmu Sosial dan seni untuk menasihati pemerintah untuk bagaimana merestrukturisasi sebuah masyarakat baru atas dasar-dasar garis ilmiah yang rasional, maka dari itu pendidikan harus diwajibkan bagi para kelas yang paling miskin dan banyak pada masa itu.

34

Ia menegaskan bahwa hidup dan kerja harus dijalani dengan bahagia dan menyenangkan. Untuk mencapai ini, orang harus membangun komunitas yang

1.6.2.3. Charles Fourier

Charles Fourier (1772-1837) adalah pemikir sosialis utopis yang ke-dua setelah Saint-Simon, pandangan Charles Fourier tentang sebuah masyarakat sangat berbanding terbalik dengan Saint-Simon. Charles Fourier memiliki pandangan terhadap sebuah organisasi masyarakat itu lebih kepada kehidupan yang lebih harmonis, gemah-ripah, dan harmonis, terkadang rancangan Charles Fourier terhadap suatu komunitas masyarakat ini tergolong aneh.

33Ibid., Hal. 169 34


(34)

berdasarkan kerja sama. Kompetisi hanya mengakibatkan pemborosan dan parasitisme. Di dalam komunitas yang bekerjasama, yang ia sebut dengan konsep

ruas jari (phalanxes), setiap orang harus memiliki alat untuk bekerja secara

produktif, menguntungkan dan memenuhi kebutuhan. Ini tidak berarti bahwa komunitas-komunitas semacam itu adalah sama; begitupula dengan individu

penyusunannya.35

Owen terkenal karena ia berhasil mendirikan sebuah komunitas di New Lanark, yang ia bangun stelah mengambil-ahli pabrik kapas di tahun 1800; komunitas ini member para pekerja kualitas perumahan, pendidikan, dan fasilitas lain yang baik. Para pengunjung datang dari berbagai tempat untuk melihat bukti dari komunitas ini, sebuah fakta yang berhadapan dengan kebijaksanaan bahwa upah minimal adalah penting untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.

Dalam pandangan Charles Fourier ini lebih kepada sisi kebebasan dari konvensi yang represif sebagai sebuah aspek dari kebebasan manusia secara umum. Fourier menolak pandangan yang telah dikemukakan oleh Saint-Simon tentang industrialism baru, dengan pabrik-pabriknya dan pembagian kerjanya, karena menurut Fourier Industrialisme baru merusak kenikmatan dalam bekerja.

1.6.2.4. Robert Owen

Robert Owen (1771-1858) adalah sosialis utopian ketiga setelah Simon-Saint dan Charles Fourier, Robert Owen berasal dari Inggris dan tumbuh dari keluarga yang sederhana, Owen adalah bagian dari revolusi industri yang lebih maju yang berkembang lebih pesat di Inggris. Owen adalah orang sukses dengan industri kapasnya.

36

35

Ibid., Hal. 172

36

Ibid., Hal. 174

New Lanark yang didirikan oleh Owen kurang memiliki hubungan terhadap sosialisme jika dibandingkan dengan paternalism yang diasosiasikan oleh komunitas-komunitas industrialisasi Victorian yang dibangun oleh Sir Titus Salt.


(35)

Keberhasilannya di New Lanark memungkinkan Owen dihormati dilembaga-lembaga yang tak dapat dijangkau oleh kaum sosialis lain, seperti lembaga parlemen. Ia mendukung usulan ‘Desa Koperasi’ yang dikemukan oleh

pemerintahan sebagai solusi untuk menghilangkan kemiskinan.37

Tahun 1848 adalah salah satu tahun revolusi di seluruh Eropa. Pada tahun inilah terbit sebuah karya/dokumen sosialisme abad ke-18, Communist Manifesto, oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Ini bukanlah karya mereka yang pertama, tetapi merupakan yang pertama di mana Marxisme benar-benar mengkristal sebagai sebuah doktrin yang lengkap. Ini juga merupakan karya di mana Marx dengan begitu enteng menolak Saint-Simon, Fourier dan Owen sebagai ‘kaum sosialis utopian’. Apa yang dimaksudkan oleh Marx dengan ini adalah bahwa Dalam konsep ‘Desa Koperasi’ yang diusulkan oleh pemerinatah ini rakyat harus tetap memiliki hak untuk bekerja dan koperasi bertugas mendidik dan memperbaiki masyrakat secara moral. Owen mangalami kegagalan di Amerika tujuan Owen di Amerika adalah untuk membangun sebuah komunitas yang berbasis koperasi, tetapi di Amerika ide Owen ini di tolak dan Owen pun kembali ke Inggris. Owen berpikir di dalam suatu kerangka komunitas yang memilih sistem industri baru, dimana desa-desa dan pertanian dibangun atas dasar koperasi. Owen mencita-citakan para pekerja bersatu untuk mengorganisasikan diri mereka.

Setelah Owen gagal di Amerika untuk membangun sebuah ‘Desa Koperasi’ Owen berusah membangun ‘ Grand Nasional Moral Union of the Productive Clases’, untuk mengalihkan rakyat yang berbasis sistem kapitalis dengan cara tidak bekerja sama dengan kapitalis tersenut dan menuju kesubuah masyarakat baru yang berdasarkan koperasi, usaha Owen ini pun menemui jalan buntu dan gagal dan banyak pengikut Owen bergabung dengan gerakan Chartist setelah kegagalan Owen membangun masyarakat berbasis koperasi. Tetapi gerakan Chartist ini pun runtuh pada tahun 1848.

37


(36)

teori-teori mereka tidaklah ‘ilmiah’ seperti miliknya.38

Kaum sosialis yang menamakan dirinya parlementer tidak menerima ajaran, bahwa masa peralihan antara sistem kapitalis dengan sosialisme itu adalah suatu krisis umum yang merupakan pertarungan penghabisan antara kaum proletar dan kaum kapitalis, yang harus berakhir pula dengan perebutan kekuasaan oleh kaum buruh serta pembentukan diktatur proletariat.

Karena para kaum sosialis utopian tidak memiliki pemahaman mengenai sejarah kehidupan manusia dan dinamika masyarakat, dan tidak bisa membuktikan kepada masyarakt pekerja bahwa sosialisme itu sangat diperlukan bahkan tidak bisa terhindarkan pasti terjadi, maka dari itu Karl Marx menganggap ide-ide mereka hanya lebih sedikit lebih baik dari fantasi. Marxisme yang dibuat oleh Karl Marx adalah sebuah bentuk Sosialisme yang nantinya akan diterapkan oleh Leninin dan Stalin untuk membangun sebuah negara komunis.

39

Sosialisme demokrasi adalah istilah yang secara otomatis menerangkan maknyanya sendiri, sebuah istilah yang menyodorkan janji untuk selalu berada dalam lingkup demokrasi serta membawa manfaat berupa kesetaraan secara sosial bagi semua warga dalam sebuah sistem 1848 hingga sampai akhir abad ke 19: munculnya (sebuah) aliran politik 1848 tidak hanya berlangsung revolusi borjuis di Jerman, tetapi juga merupakan tahun lahirnya Manifesto Partai Komunis,

Kaum sosialis parlementer menolak bahwa ajaran yang mengatakan bahwa diktatur proletariat itu adalah suatu keharusan untuk di capai agar tercapainya sosialisme. Kaum sosialis parlementer justru sebaliknya bahwa sosialisme itu dapat dicapai dengan menyelenggarakan demokrasi politik, sehingga dapat diluaskan menjadi demokrasi ekonomu dan sosial, maka dari itu kaum sosialisme parlemeter yang menolah diktatur proletariat menamakan dirinya sebgai kaum sosialis demokrat.

1.6.3. Sosialisme Demokrat

38

Ibid., Hal. 177

39


(37)

sebuah misi yang disusun oleh Karl Marx dan Friedrich Engel. Menurut Marx kapitalisme (pasar) telah mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan ketidak bebasan banyak manusia terhadap beberapa orang yang bebas. Di satu sisi terdapat pemilik modal dan di sisi lain mereka yang tidak memiliki modal dan

oleh karenanya harus menjual tenaganya dalam kerja upahan.40

Sejak awal kemunculannya, orientasi utama Sosialisme adalah pada aspek ekonomi dari kehidupan sosial manusia. Dalam perkembangan lebih lanjut,

muncul pemikiran bahwa untuk mengatasi eksploitasi manusia atas manusia

harus juga member perhatian lebih besar kepada aspek politik. Sosialisme sebagai kekuatan politik yang berkembang dalam masyarakat-masyarakat yang sudah

mengalami industrialisasi yang luas disebut Sosialisme Demokratis.41

Konsep sosialisme demokarasi yang didasarkan pada penyelesaian industrialisasi menimbulkan paham Eropa-sentris yang menonjol di dalam gerakan sosialis yang mendominasi pikiran sosialis hingga sekarang. Asas-asas sosialis demokrasi tentang pemilihan umum dan produksi untuk dan oleh masyarakat tidak dirumuskan sebagai sebuah rencana yang dapat dipraktikan oleh masyarakat. Di dalam gerakan sosialis asas-asas ini cenderung lebih banyak dipandang sebagai lambing yang menunjukan arah reorganisasi ekonomi dan sebagai landasan bagi suatu perekonomian sosialis. Satusatunya kesempatan bagi para anggota masyarakat ekonomi lemah untuk mencapai kebebasan yang sama adalah mengembangkan semangat solidaritas dan menghimpun diri ke dalam

perserikatan.42

Asumsi Fundamental yang menggarisbawahi sosialisme demokratis adalah bahwa peran serta dalam pengambilan keputusan politik harusla diperluas untuk meliputi pula pengambilan keputusan ekonomi. Para sosialis demokratis

40

Zulkifri Suleman, Demokrasi Untuk Indonesia, Kompas: Jakarta 2010, Hal., 112

41

P.Y Nur Indro, Op.cit, Hal. 110

42

Thomas Meyer, Dari Partai Kepemimpinan Otoriter ke Partaim Massa, Friedrich-Ebert-Stiftung: Jakarta 2008, Hal., 111


(38)

mengatakan, bahwa karena ekonomi dan politik berjalan sedemikian eratnya maka para pemberi suara haruslah berbeda dalam posisi untuk mengendalikan hari

depan ekonomi mereka melalui pemerintah yang mereka pilih. 43

Miriam Budiardjo menyatakan bahwa di antara banyak terhadap tafsiran terhadap Sosialisme, terdapat dua kelompok besar yang sangat berbeda, bahkan

sering bertolak belakang yaitu:44

1. Aliran/Konsensus sosial-demokrat, demokrasi sosial (social democracy)

atau Sosialisme sayap kanan.

2. Sosialisme sebagai tahap awal dari Komunisme, suatu tahap transisi yang

dalam berikutnya diramalkan akan menjadi Komunisme penuh.

Soialisme Demokratis secara garis besarnya dapat dicirikan sebagai berikut: 45

1. Sebagaian besar kekayaan dimiliki oleh public melalui pemerintah yang

dipilih secara demokratis, termasuk semua industri, jasa umum dan sistem transportasi penting.

2. Pembatasan terhadap pemilikan harta kekayaan pribadi.

3. Peraturan pemerintah terhadap ekonomi.

4. Program pension dan bantuan yang dibiayai oleh pemerintah.

Sosialisme yang mengandung dalam dirinya nilai-nilai demokrasi ini tidak akan memperjuangkan terbentuknya kondisi demokrasi dalam masyarakat dengan melakukan hal-hal yang bersifat anti demokrasi. Bagi sosialisme demokrasi, tindakan-tindakan yang anti demokrasi mempunyai arti bahwa tindakan tersebut merupakan bukti adanya nilai-nilai lain yang dihargai lebih dari demokrasi atau

mungkin hanya untuk tujuan pribadi atau kelompok-kelompok tertentu.46

43

Lyman Tower Sargent, Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer: Sebuah Analisis Komparatif, Jakarta: Erlangga 1984, Hal., 55

44

P.Y Nur Indro, Op.cit., Hal 110-111

45

Lyman Tower Sargent, Op.cit, Hal. 56

46

P.Y Nur Indro, Op.cit., Hal 112

Bagi sosialisme demokratis, usaha untuk pencapaian kebebasan yang terkandung dalam


(39)

demokratisasi harus mewujudkan pemerataan kesempatan. Sasaran utama pemerataan kesempatan adalah bidang pendidikan.

Dengan demikian kadangkala usaha Sosialisme Demokratis kelihatan berjalan lambat dan sepotong demi sepotong, selain hal ini memang untuk menjaga konstitusi demokratik, Sosialisme Demokratis selalu lebih dulu

memperhatikan hak dari rakyat untuk melaksanakan power.47

Kaum sosialis parlementer sangat mementingkan semua syarat untuk pembentukan demokrasi parlementer. Prinsip utamanya adalah bahwa sosialisme akan dicapai dengan menyelengarakan demkrasi politik, yang kemudian akan diperluas menjadi demokrasi ekonomi sosial. Oleh karena itu pemikirannya disebut sebagai Sosialisme Demokrat. Kondisi kehidupan di Eropa Barat, tempat kelahiran dan perkembangan Sosialisme Demokrat, sangat berbeda dengan Asia. Tingkat pendidikan, tingkat kesadaran terhadap hak dan kewajiban di Asia masih rendah. Sedangkan di Eropa Barat karena tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran terhadap hak dan kewajiban tinggi, maka rakyat sudah siap untuk

mengemban kekuasaan dalam parlemen.48

47

Jhon E. Roemer, A Future for Socialism, London: Verso, 1994, hal. 110-111. Dalam P.Y Nur Indro, Ibid., Hal. 112

48

Ibid., Hal 89-90

Maka bisa dilihat perbandingan sosialisme yang berada di Eropa Barat dan di Asia, Sosialisme yang terjadi di Eropa Barat menekankan kedalam bidang politik untuk mewujudkan demokrasi parlementer maka disebut dengan sosialisme demokrat jika di Asia Sosialisme masih memerangi kemiskinan dan keterbelakangan rakyatnya, maka dari itu sosialisme di Asia pada umumnya disebut dengan Sosialisme Kerakyatan, sosialisme yang memperjuangkan hak-hak masyarakat dan menjunjung tinggi derajat manusia.


(40)

1.6.4. Sosialisme Kerakyatan.

Sosialisme adalah suatu cara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasaan manusia yaitu bebas dari rasa penindasaan dan penghisapan serta penghinaan dari satu manusia dengan manusia lainnya, perjuangan melawan penghisapan dan penindasaan tidak berhenti meskipun yang menghisap atau yang

menindas menamakan dirinya negara kapitalis, komunis ataupun sosialis.49

Mereka sadar akan kenyataan bahwa untuk mengadakan modernisasi dan industrialisasi alat-alat yang diperlukan harus diketemukan. Oleh karena itu kapital harus dicari dan dikumpulkan, kerja harus organisir, dan tenaga kerja yang bermutu harus dilatih. Tetapi diatas segala-galanya kaum sosialis kerakyatan harus menyadari bahwa untuk berbuat begitu maka harus diciptakan dan dipelihara suatu suasana kerakyatan yang sunguh-sunguh di bidang kejiwaan dan politik. Kaum sosialis kerayatan tidak pernah lupa untuk menunjukkan kesalahan yang sangat merugikan yang dilakukan oleh kaum komunis dengan berpikir Perjuangan sosialis yang diperjuangkan oleh Sutan Sjahrir adalah sosialis untuk kerakyatan sesuai yang di idamkan oleh Marx dan Engels dalam Manifesto Komunisme mereka. Maka sosialisme yang dianut oleh sutan Sjahrir adalah Sosialisme kerakyatan, karena sosialisme ini sesuai dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia. Sosialisme kerakyatan ini juga banyak dianut oleh banyak negara di Asia karena pada dasarnya negara-negara di Asia mempunyai latar belakang kehidupan yang sama.

Kaum sosialis kerakyatan di Asia juga menginginkan agar masyarakat yang bersifat feodal dan agraris itu menjadi suatu masyarakat yang modern. Mereka juga ingin melaksanakan industrialisasi. Mereka menyadari bahwa untuk memperoleh kemajuan yang pesat hal itu tidak bisa dielakkan.

49


(41)

bahwa mereka untuk sementara dapat menekan dan menghilangkan penghargaan

terhadap teman sesama manusia dalam menempuh jalan ke sosialisme.50

Sosialisme kerakyatan menekankan perjuangan untuk mewujudkan kondisi kehidupan yang menjunjung tinggi derajat kemanusiaan, menghormati hak-hak kemanusiaan dan membentuk kesadaraan sosial. Dengan kehidupan demokrasi yang bersemangat kerakyatan, maka penindasan dan penguasaan

terhadap kemanusiaan akan hilang atau tidak akan terwujud. 51 kerakyatan dalam

hal ini memberikan arti bahwa hak-hak rakyat yang diperjuangkan serta merupakan usaha untuk memperjuangkan hakrakyat serta usaha untuk memberntas kemiskinan. Sosialisme kerakyatan didasarkan kepada kerakyatan. Dalam arti kepercayaan bahwa rakyat dan bangsa kita umumnya memang akan menerima dengan keyakinannya sendiri segala kebijakan yang jelas tampak jika dibandingkan dengan sistem kapitalisme, apalagi sebagai buruh mereka pernah

mengalamai perlakuan dari majikan asing itu.52

Sosialisme Kerakyayatan lebih tersebar di Asia. Di seluruh Asia sekarang ini cita-cita serta pengertain sosialisme itu menyebar luas, antara lain di negeri-negeri di mana golongan yang berkuasa menyatakan bahwa akan menganut aliran dan ajaran sosialisme dan memperaktekkannya di dalam menjalankan pemerintahanya, seperti India dan Srilangka. Memang dengan lebih tegas golongan itu menamakan dirinya sosialis dan bukan komunis, dan yang mendasarkan diri pada ajaran diktatur Stanlins yang arti dan waktunya yang sebenarnya makin dipahami. Sedangkan di Uni Soviet dan di negara-negara modern dinamakan kaum penganut Stalinisme dan telah mendapat kesempatan untuk memperaktekan apa yang mereka namakan sosialisme menurut ajaran

Lenin dan Stalin itu.53

50

Ibid., hal. 28

51

P.Y Nur Indro, Op.cit., Hal 90

52

LEPPENAS, Op.cit., hal. 78

53


(42)

Kaum sosialisme kerakyatan di Asia menyetujui pendapat kaum sosialis Barat bahwa rencana sosialis tidak harus menuju ke totaliterisme atau ke pembatasan hak-hak kemerdekaan manusia yang pokok. Di samping itu mereka juga menyadari bahwa di negeri-negeri yang terbelakang sering mereka dapat berlaku kurang sadar terutama jika bujukan totaliterisme dalam berbagai bentuk dan pernyataannya bertambah besar. Kekurangan atau kelemahan di dalam menimbang secara kritis hasil-hasil usaham kaum komunis menjadi sebab timbulnya bahaya bahwa banyak orang tertarik kepada cara komunis di Asia yang terbelakang. Dan hal ini bukan merupakan suatu khayalan. Kaum sosialis

kerakyatan di Asia sangat sadar akan hal ini.54

Dalam upaya menjelaskan sosialisme kerakyatan, menurut Soetan Sjahrir sangat perlu berlandaskan kepada pengertain bahwa sosialisme adalah suatu cara memperjuangkan kemerdekaa dan kedewasaan manusia, yaitu bebas dari penindasaan dan penghisapan serta penghinaan oleh manusia terhadap manusia. Perjuangan sosialis haruslah pejuangan untuk kerakyatan di segala bidang. Sosialisme harus berpegang kepada azas kerakyatan, jika tidak sama saja dengan

tidak berjiwa manusia.55

Kaum sosialis kerakyatan di Asia percaya atas martabat manusia dan ia tidak percaya bahwa keakinan sosialis dapat berjalan bersama-sama dengan kekerasaan, paksaan dan tanpa perasaan terhadap teman-teman sesama manusia. Ia percaya bahwa kemurnianan pikiran dan jiwa merupakan syarat-syarat yang perlu untuk untuk usaha sosialis, dan ia berpendapat bahwa tidak terdapatnya kemurnian jiwa di pihak kaum komunis adalah sebab utama kegagalan percobaan-percobaan sosialis yang menyedihkan di nergara-negara yang dikuasai oleh kaum

komunis.56

54

Ibid., Hal., 29

55

P.Y. Nur Indro, Op.cit, Hal., 91

56


(43)

Di Eropa faham sosialisme Indonesia dari Soetan Sjahrir lebih dikenal dengan sebutan sebagai Sosialisme Demokratis. Dalam pengertian Soetan Sjahrir, sosiaisme demokratis Eropa Barat mempunyai penekanan orientasi yang sedikit berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hal ini terutama karena adanya perbedaan sejarah dan kondisi sosial ekonomi. Walau demikian Sosialisme Demokrasi Eropa Barat, terutama pada penekannan usaha-usaha melindungi dan mengutamakan rakyat yang merupakan manifestasi labih lanjut dari penghargaan terhadap

kemanusiaan. 57

1.7. Metode Penelitian

1.7.1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Yaitu penelitian yang bersifat memberikan gambaran mengenai kondisi yang terjadi dalam usaha-usaha untuk menyelesaikan permasalah yang terjadi.

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ini adalah

teknik pengumpulan data kepustakaan (library research). Dengan mengumpulkan

informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan judul penelitian dan juga permasalahan penelitian dari berbagai literatur, seperti buku, jurnal, situs internet dan bentuk literatur lainnya yang terkait.

1.7.3. Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

57


(44)

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yag terperinci dan untuk mempermudah melihat isi dari pada skripsi ini, maka penulis menyajikan sistematika penulisan ke dalam 4 bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini akan membahas tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, serta Sistematika Penulisan. BAB II : Biografi Sutan Sjahrir

Bab ini menguraikan tentang biografi singkat dan objek yang diteliti yaitu Sutan Sjahrir mulai dari lahir, pendidikan yang ditempuh, keluarganya, pengalaman hidup dan perjuangannya sampai pada akhir hidupnya.

BAB III : Analisis Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dan penelitian yang dilakukan penulis mengenai Pemikiran dan Peran Sutan Sjahrir Dalam Dinamika Politik Indonesia.

BAB IV : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan dari penjelasan yang telah tercantum pada bab-bab sebelumnnya dan di akhiri dengan saran.


(45)

BAB 2

BIOGRAFI SOETAN SJAHRIR

2.1.Kehidupan Keluarga Sutan Sjahrir

Soetan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada tanggal 5 Maret 1909, Soetan Sjahrir berasal dari keluarga Minangkabau yang cukup terpandang dan disegani di Koto Gedang, Sumatera Barat. Sutan Sjahrir lahir dari pasangan Mohammad Rasad Gelar Maha Raja Soetan bin Soetan Leman Gelar Soetan Palindih dan Poetri Siti Rabiyah. Ayahnya menjabat sebagai penasehat sutan Deli

dan Jaksa atau Hoofd di pengadilan negeri Medan. Di dalam tubuh Soetan Sjahrir

sendiri juga mengalir darah bangsawan Mandailing Natal yaitu dari ibunya Poetri Siti Rabiyah yang berasal dari Natal, di daerah Tapanuli Selatan, yang juga berasal dari keluarga raja-raja lokal, jadi sejak kecil Soetan Sjahrir telah menikmati kemapanan ekonomi dan kehidupan keluarga yang modern. Sjahrir bersaudara seayah dengan Rohana Kudus aktivis serta wartawan wanita yang terkemuka.

Selama hidupnya Sutan Sjahrir telah menikah dua kali, yang dimana pernikahan pertamanya dengan seorang wanita asal Belanda-Perancis yang bernama Maria Johanna Duchateu, Maria adalah istri dari teman Sutan Sjahrir yang bernama Salomon Tas, Tas adalah seorang wartawan yang berhaluan Kiri

yang saat itu menjabat ketua Sociaal Democratische Studenten Club (Perkumplan

Mahasiswa Sosialis Demokrat).58

Kedekatan Sjahrir dengan Maria dimulai semenjak Sjahrir tinggal di apartemen Salomon Tas, yang sebelumnya sjahrir tinggal bersama kakaknya Siti Sjahrizad

58


(46)

alias Nuning sejak datang pada Juni 1929, dan Nuning harus kembali ke Hindia Belanda pada 1931. Tas kemudian menawarkan apartemennya sebagai tempat tinggal Sjahrir. Sampai akhirnya Sutan Sjahrir dan Maria menjalin hubugan asmara yang lebih serius. Sampai akhirnya Sutan Sjahrir harus kembali ke Indonesia karena permasalahan PNI di Indonesia, ketika hendak pulang ke Hindia Belanda pada 1932, ia meminta Maria ikut. Sjahrir juga ingin menikahi Maria di Hindia Belanda kelak. Sesuai dengan rencana, dia pulang lebih dahulu mengambil ahli pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Maria, rencananya akan menyusul berasama anak-anaknya empat bulan kemudian jika percerainnya

dengan Tas sudah beres.59

Akhirnya pada bulan April 1932, Maria menyusul Sjahrir ke Medan. Pernikahan mereka berlangsung pada tanggal 10 April 1932 di sebuah mesjid di Medan. Namun pernikahan ini hanya bertahan sebentar saja karena Maria harus dipulangkan ke Belanda. Pernikahan Sjahrir yang seorang pribumi dengan wanita Belanda bisa dianggap sebagai provokasi. Lima pecan setelah akad, pada 5 Mei

1932, pernikahan Sjahrir dibatalkan oleh pemuka agama setempat.60

Dua tahun setelah penahanan Sjahrir, mereka kemudian menikah kembali, 2 Semptember 1936. Pernikahan jarak jauh itu diwakili oleh pelukis Salim. Sjahrir, yang berada dalam pembuangan Banda Neira, berangkat ke kantor gubernur.

Niat Sjahrir untuk menyusul Maria ke Belanda tidak pernah tercapai karena rentetan permasalahan di Indonesia sampai akhirnya dia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Boven Digul sampai akhirnya di pindahkan ke Banda Neira.

61

59

Ibid, hal. 150

60

Ibid, hal. 151

61

Ibid, hal 152

Namun pernikahan jarak jauh ini hanya bertahan 12 tahun, dikarenakan kondisi perang dunia ke 2 yang tidak memungkinkan Maria untuk menyusul Sjahrir, serta permasalahan menjelang dan sesudah kemerdekaan di Indonesia. Sebuah pertemuan di New Delhi, India pada tahun 1947 menjadi


(47)

penetu akhir hubungan Sjahrir dengan Maria. Keduannya memutuskan bercerai

pada 12 Agustus 1948.62

Istri Sutan Sjahrir yang kedua adalah Siti Wahjunah Saleh atau biasa dipanggil Poppy, Poppy lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 11 Mei 1920 dari pasangan Dr KRT Mohammad Saleh Mangundiningrat dan RA Isnadikin Tjitrokusumo. Tiga saudara Poppy yang lain adalah orang-orang yang di kemudian hari dikenal luas. Soedjatmoko pernah menjabat Duta Besar Indonesia di AS dan mantan Rektor Universitas PBB di Tokyo. Miriam Budiardjo merupakan salah satu pendiri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universtias Indonesia serta salah satu pendiri Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Nugroho

Wisnumurti adalah mantan duta besar tetap Indonesia di PBB.63

Dua anak lahir dari perkawinan ini: Kriyah Arsjah pada 1957 dan Siti Rabyah Parvati pada tahun 1960. Baru sebentar hidup bersama keluarga kecilnya, pada 1962 sang ayah diseret ke penjara madiun, Jawa Timur. Sjahrir dituduh berniat menggulingkan kekuasaan Presiden Soekarno.

Sebelum untuk memutuskan menikah dengan Sjahrir Poppy sempat menjaga jarak dengan Sjahrir dengan mengambil pendidikan ke Belanda dan kemudian ke Inggris. Setelah masa menjaga jarak itu berakhir. Keduanya memutuskan menikah pada tanggal 26 Mei 1951, di Kairo, Mesir. Penghulunya adalah rector Universitas Al-Azhar, Syekh Abdul Magud Selim, dan wali Poppy adalah Soedjatmoko adiknya sendiri.

64

Tidak lama setelah menjalani hukuman penjara, pada tanggal 21 Juli 1965, Sjahrir dibawa ke Zurich, Swiss karena ia menderita sakit tekanan darah tinggi dan masih berstatus sebagi interniran, penyakit yang diderita Sjahrir menyebabkan ia tidak dapat berbicara juga menulis. Tanggal 9 April 1966, Sjahrir meninggal dunia dengan tenang.

Sjahrir waktu itu berusia 57 tahun.65

62

Ibid, hal 153

63

Ibid, hal 158

64

Ibid, hal 160

65

H. Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir-Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, True Demokrat,Fighter For Humanity1909-1966, Jakarta: Kompas,2010, hal 154


(48)

Zurich setelah mengalami koma seama tujuh hari dan masih bersetatus sebagai tahanan politik.

Tanggal 15 April 1966, radio, pers dan televise Indonesia menyiarkan dekrit yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Dekrit itubertanggal hari saat Sjahrir meninggal. Berhubung dengan jasa-jasa yang diberikannya kepada Negara dan Bangsa sepanjang hidupnya, antara lain sebagai Perdana Menteri Kabinet Republik di masa revolusi fisik, Dekrit Presiden menyatakan Sjahrir sebagai Pahlawan Nasional dan mendapat persetujuan untuk pemakaman negara dengan

penghormatan penuh.66

2.2. Masa Pelajar Sutan Sjahrir

Sjahrir muda disekolahkan di Europeesche Lagere Scholl atau disingkat

(ELS), sekolah ini setingakt dengan sekolah dasar, yang menjadi perbedaan pada sekolah ini adalah, sekolah ini berbahasa Belanda. Sjahrir bisa masuk ke sekolah

Belanda ini karena ayahnya ambtenaar Hindia Belanda. Kemudian Sjahrir

melanjutkan sekolahnya ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Sekolah

Menengah Pertama yang berbahasa Belanda, ketika Sjahrir bersekolah di MULO ayahnya menjabat sebagai Jaksa Kepala pengadilan negeri Medan dan Penasihat Sutan Deli.

Pindah dari Medan ke Bandung. Dari tahun 1926 hingga 1929, Sjahrir belajar di Algemene Middelbare School (AMS) Westers Klassieke Afdeling (jurusan Budaya Barat Klasik atau jurusan A, Sekolah Menengah Atas berbahasa Belanda),

yang mengajarkan bahasa Latin, budaya Yunani.67

66

Ibid, hal 145

67

Ibid, hal 34-35

Sjahrir sebagai seorang pelajar telah menunjukan sifat kritisnya dengan lebih mengutamakan pengertian dari pada sekedar menghapal pelajaran. Sjahrir tidak hanya mempelajari bahasa Latin saja di sekolah itu tapi juga mendalami tentang filsafat dan sejarah-sejarah kerajaan Romawi Kuno. Perhatianya kepada masyarakat Indonesia timbul dengan adanya


(49)

pemberontakan PKI dan sejarah perkembangan masyarakat negara dalam sejarah kemanusiaan.

Menurut Des Alwi, nasionalisme Sjahrir tumbuh pertama kali tatkala mendengar pidato Dr Tjipto Mangunkusumo. Saat itu Dr Cipto, yang telah

dikenal sebagai tokoh pergerakan, berpidato di satu alun-alun di Bandung.68

Perhimpunan pemuda yang bernama Jong Indonesie kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia yang dimana perhimpunan ini akan menjadi penyelengara Kongres Pemuda Indonesia. Kongres ini yang nantinya akan mencetuskan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Sebagai siswa sekolah menengah Sjahrir sudah dikenal oleh polisi-polisi di Bandung sebagai pemimpin redaksi majalah Himpunan Pemuda Nasionalis. Sjahrir tidak hanya menjadi pemimpin redaksi saja tetapi Sjahrir juga bergerak di hampir semua bidang, ia juga mendirikan Tjahja Volksuniversiteit atau Tjahja Sekoah Rakyat, yang memberikan pendidikan gratis untuk kalangan rakyat jelata. Sjahrir dan kawan-kawan juga mendirikan kelompok studi Patriae Scientiaeque, ajang diskusi politik. Menurut Des Alwi, Sjahrir pernah bercerita, telah menjadi tradisi di kalangan pelajar dan pemuda untuk melakukan debat tentang ide kebangsaan di setiap pertemuan, di situlah ia mengasah kemampuannya bersilat lidah.

Sjahrir yang pada mulanya hidup pada lingkungan yang lebih pro kepada Belanda dikarenakan ayah Sjahrir bekerja sebagai pegawai Belanda, pada awalnya Sutan Sjahrir tidak begitu menyukai pergaulan dengan kaum pemberontak. Dan setelah Sjahrir mendengar pidato dari Dr Tjipto Mangunkusumo Sjahrir terpaku dengan semangat kebangsaan dan ia mulai aktif dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda kebangsaan dan juga ikut dalam membentuk perhimpunan Jong Indonesie dan majalah perhimpunan.

69

68

TEMPO, Op.cit, hal. 12

69


(1)

tersebut, PSI sangat hati-hati dalam memilih kader-kadernya, kader-kader yang di pilih Partai Sosialis Indonesia adalah orang-orang berintelektual dan berpendidikan juga mampu bersifat kritis di hadapan masyarakat. • Perjanjian Linggarjati merupakan hasil diplomatis Sutan Sjahrir dengan

Prof. Schermerhorn perwakilan Belanda untuk menyelesaikan sengketa yang telah terjadi antara Indonesia dan Belanda, dalam Perjanjian Linggarjati ini banyak pihak yang meragukan Sjahrir karena perjanjian ini dianggap merugikan Indonesia, karena secara de facto wilayah Indonesia hanya sebatas Sumatera dan Jawa saja dan kemudia Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat, Linggarjati dikritik oleh sejumlah tokoh seperti Tan Malaka, Bung Tomo yang ingin menuntut kemerdekaan Indonesia 100%. Tetapi pihak Belanda gagal dalam perjanjian Indonesia, Belanda menyerang Indonesia, dan Sjahrir berhasil membawa kasus Linggarjati ini ke dunia Internasional, atas pelanggaran yang telah di lakukan Belanda.

• Partai Sosialis Indonesia dibubarkan pada tahun 1960 karena disebabkan oleh PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang berada di Bukittinggi Suamtera Barat, pemberontakan yang disebabkan oleh PRRI ini muncul karena kabinet Djuanda Kartawidjaja tidak dapat menangani masalah-masalah yang terjadi di negara seperti terjadinya pergerakan nasional yang terjadi di Indonesia, PSI dibubarkan karena salah satu anggota PSI yaitu Dr. Sumitro Djojohadikusumo menjadi salah satu pemimpin PRRI tanpa sepengetahuan partai. Dan Persiden Soekarno akan membubarkan partai-partai yang bertentangan dengan azas-azas negara, maka dari itu PSI termasuk kedalam partai yang menetang azas dan tujuan negara dikarenakan Dr. Sumitro Djojohadikusumo bergabung dengan PRRI tanpa sepengetahuan partai. Maka Soekrano memutuskan membubarkan PSI pada tanggal 17 Agustus 1960 dalam surat Keputusan No. 201 tahun 1960.


(2)

8.2. Saran

Berdasarkan Penelitian mengenai Peranan Sutan Sjahrir dalam Partai Sosialis Indonesia yang telah dilakukan penulis, terdapat beberapa kendala yang penulis hadapi selama peruses melakukan penelitian yaitu :

3. Minimnya refrensi dan dokumentasi mengenai Sutan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia, sehingga menyulitakan penulis di dalam mengumpulkan data-data penelitian untuk mengeksplorasi peranan SUtan Sajhrir.

4. Minimnya para narasumber yang memiliki hubungan cukup dekat atau mengenal langsung tokoh yang menjadi objek penelitian ini di kota tempat penulis tinggal. Sehingga penulis kesulitan menemukan data-data primer mengenai tokoh selain mendapatkan sumber dari buku maupu internet.

Berdasarkan kendala-kendala yang ditemui oleh penulis pada saat proses pengerjaan penelitian, maka terdapat hal-hal yang bagi penulis penting untuk dijadikan saran guna memperkaya literature mengenai Sutan Sjahrir, yaitu:

4. Kepada pemerintah, perlunya diterbitkan buku-buku yang berisi dokumen-dokumen menganai para tokoh-tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia khusnya para Pendiri atau tokoh yang berperan besar untuk kemerdekaan Indonesia. Ini akan berguna bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian mengenai tokoh-tokoh penting perjuangan kemerdekaan

5. Oleh pihak pemerintah dan para peneliti sejarah Republik Indonesia sebaiknya diadakan perbaikan dalam mengenai buku-buku sejarah Republik Indonesia. Sehingga para pelajar lebih mudah dalam memahami mengenai sejarah kemerdekaan Republik Indonesia yang sebenarnya dari berbagai aspek dan kejadian. Oleh karena itu juga penting bagi para pembaca untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Indonesia tidak hanya terpaku kepada satu atau dua buku saja, namun kepada buku-buku sejarah Indonesia yang ditulis oleh para penulis asing yang telah diteliti, untuk menambah


(3)

pengetahuan serta perbandingan mengenai sejarah Indonesia versi penulis dalam negeri dan versi penulis luar negeri.

6. Kepada pemerintah serta para pihak penerbit buku-buku di Indonesia, untuk menerbitkan kembali buku-buku yang lama yang pernah menerbitkan tulisan-tulisan mengenai pemikiran Sutan Sjahrir, karena pada dasarnya Sutan Sjahrir adalah tokoh yag memiliki banyak hasil tulisan mengenainya dan tulisan akan pemikirannya, namun jumlah buku-buku yang membahas itu hanya terbatas dimiliki oleh kalangan tertentu, dan sangat sulit di dapatkan juga.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Adams, Ian, Ideologi Politik Mutakhir Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depanny, Yogyakarta: Qalam, 2004.

Anderson, Ben, Revoloesi Pemoeda Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1988.

Anwar, H. Rosihan. Sutan Sjahrir – Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan, True Demokrat, Fighter For Humanity. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010. Anwar, H. Rosihan, Mengenang Sjahrir – Seorang Negarawan dan Tokoh

Pejuang Kemerdekaan Yang Tersisih dan Terlupakan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Anwar, H. Rosihan, Singa dan Banteng Sejarah Hubungan Belanda – Indonesia 1945-1950, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (Ui-Press), 1997.

Anwar, Rosihan, Soebadio Sastrosatomo Pengemban Misi Politik, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995.

Budiarjo,Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Budiman, Arief, Teori Negara, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 1997.

Indro, P Y Nur.Pemikiran Politik Soetan Sjahrir dan Partai Sosialis Indonesia Tenang Sosialisme Demokratis. Bandung: Inisiatif Warga. 2009.

Jr. Adisusilo, Sustrajo, Sejarah Pemikiran Barat Dari Yang Klasik Sampai Yang Modern, Jakarta: Rajawali Perss 2013.

Leonard Williams dan Joseph Losco , Political Theory, Jakarta : Raja Grafindo Pressada, 2003.


(5)

LEPPENAS, Sosialisme Indonesia Pembangunan Kumpulan Tulisan Sutan Sjahrir, : Danau Singkarak Offset, 1982.

Loebis, Aboe Bakar. Kilas Balik Revolusi – Kenangan, Pelaku dan Saksi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1992.

Magnis Suseno, Frans, Etika Politik ( Prnsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern), Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Mandel, Ernest, Tesis Tesis Pokok Marxisme, Yogyakarta: Resist Book, Agustus 2006.

McTrunan Kahin, George, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, : UNS Perss, 1995.

Meyer, Thomas, Partai-Partai Kepemimpinan Otoriter ke Partai Massa, Jakarta : Friedrich-Ebert-Stiftung, 2008.

P.J. Drooglever & A.B. Lapian, Menelusuri Jalur Linggarjati: Diplomasi Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta Pustaka Utama Grafiti, 1992.

Sargent, Lymen Tower, Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer: Sebuah Analisis Komparatif, Jakarta: Erlangga 1984.

Santoso, Listiyono dkk, Epistemology Kiri, Yogyakarta : Ar- Ruzz Media, 2007.

Suleman, Zulfikri, Demokrasi Untuk Indonesia, Jakarta: Kompas, 2010.

Suprapto, Bibit. Perkembangan Kabinet dan Pemerintahan Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1985.

TEMPO. Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 2010.

Tobing, K.M.L, Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Linggarjati, Jakarta: Gunung Agung, 1986.


(6)