Hakikat Matematika Anak Usia Dini

17 kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu. Menghitung menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak dengan bilangan-bilangan. 2. Aljabar. Pengenalan aljabar dimulai dengan memilah, menggolongkan, membandingkan, dan menyusun benda-benda menurut bentuk, jumlah, dan sifat-sifat lain, mengenal, menggambarkan, dan memperluas pola. Hal tersebut memberi sumbangan kepada pemahaman anak-anak tentang penggolongan. 3. Penggolongan Klasifikasi. Penggolongan merupakan salah satu proses penting untuk mengembangkan konsep bilangan, supaya anak mampu menggolongkan atau memilih benda- benda, mereka harus mengembangkan pengertian tentang “saling memiliki kesamaan”, “keserupaan”, “kesamaan”, dan “perbedaan”. 4. Membandingkan. Membandingkan merupakan proses di mana anak membangun suatu hubungan antara dua benda berdasarkan atribut tertentu. Anak usia dini sering membuat perbedaan, terutama bila perbandingan itu melibatkan mereka secara pribadi. 5. Menyusun atau Menata. Menyusun melibatkan perbandingan benda-benda yang lebih banyak, menempatkan benda-benda dalam satu urutan. Kegiatan menyusun dapat dilakukan dalam di dalam maupun di luar kelas, misalnya menyusun buku yang diatur dari yang paling tebal, mengatur barisan dari anak yang paling tinggi atau pendek, dan lain-lain. 18 6. Pola-pola. Mengidentifikasi dan menciptakan pola dihubungkan dengan penggolongan dan penyortiran. Anak mulai melihat atribut-atribut yang sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda. Anak-anak senang membuat pola di lingkungan mereka. 7. Geometri. Membangun konsep geometri pada anak dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa, seperti segi empat, lingkaran, segitiga. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas, kanan, kiri meletakkan dasar awal memahami geometri. 8. Pengukuran. Ketika anak mempunyai kesamaan mendapatkan pengalaman-pengalaman langsung untuk mengukur, menimbang, dan membandingkan ukuran benda- benda, mereka belajar konsep pengukuran. Melalui pengalaman ini anak mengembangkan sebuah dasar kuat dalam konsep-konsep pengukuran. 9. Analisis dan Probabilitas. Percobaan dengan ukuran, penggolongan, dan penyortiran merupakan dasar untuk memahami probabilitas dan analisis data. Ini berarti anak mengemukakan pertanyaan, mengumpulkan informasi tentang dirinya dan lingkungan mereka, dan menyampaikan informasi ini secara hidup. Pengenalan matematika untuk anak usia dini tidak dapat diajarkan secara langsung, harus melaui tahapan yaitu melalui benda konkret yang divisualisasikan ke dalam bahasa simbolik. Bahasa simbolik ini berupa penggunaan benda-benda 19 konkret dan pembiasaan penggunaan matematika agar anak dapat memahami dan memaknai matematika, kemudian anak akan mudah memahami dan dapat berpikir secara rasional. Menurut Slamet Suyanto 2005b: 162, pengenalan matematika secara umum untuk anak usia dini meliputi: a. Memilih, membandingkan, dan mengurutkan, misalnya memilih kubus yang pendek, diteruskan ke yang lebih panjang sehingga membentuk urutan dari yang paling kecil ke yang paling pendek. b. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok, untuk matematika berdasarkan ukuran atau bentuknya. c. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari satu. Jika sudah mahir anak dapat menghitung kelipatannya. d. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan antara kebanyakan benda dengan menggubakan simbol yaitu angka. e. Pengukuran, yaitu anak dapat mengukur ukuran suatu benda dengan berbagai cara, dimulai dari ukuran non standar menuju ukuran standar. f. Geometri, yaitu mengenal bentuk luas, volume, dan area. g. Membuat grafik, misalnya guru membagi kartu merah, hijau dan kuning untuk anak yang suka apel, mangga, dan pisang. Lalu guru menyuruh anak untuk menempelkannya di papan tulis yang telah diberi sumbu datar X dan tegak Y. Maka akan tampak grafik yang menggambarkan banyaknya anak yang suka buah-buahan tersebut. h. Pola, yaitu membentuk pola, misalnya guru member angka 1, 3, 6 lalu anak melanjutkannya dengan pola tertentu, bisa 1, 3, 6 lagi atau 6, 3, 1. 20 i. Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan sederhana yang melibatkan bilangan dan operasi bilangan. Tujuan pembelajaran matematika pada anak, tidak sekedar hanya belajar berhitung, tetapi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, yaitu aspek kognitif. Disamping itu matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan. Seperti yang dikemukakan oleh Gardner Agung Triharso 2013: 116, bahwa setiap anak dianugrahi kecerdasan matematis logis. Kecerdasan matematis logis yang ada pada anak sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktifdeduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. Kecerdasan matematis logis ini dapat berarti sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika. Anak yang memiliki kemampuan ini sangat senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Piaget Agung Trihasrso, 2013: 42, menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika pada anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara menyenangkan dan tidak rumit. Tujuannya pembelajaran matematika mempunyai arti bahwa dalam belajar matematika selain anak dapat belajar berhitung, anak usia dini mampu memahami bahasa matematis dan penggunaannya untuk berpikir secara rasional. Sudaryanti 2006: 3 mengatakan bahwa tujuan utama pengenalan matematika adalah untuk mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis. Usia dini merupakan usia atau masa yang sangat strategis untuk dikenalkan dengan konsep matematika. 21 Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa anak pada usia dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa keingin tahuannya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi, rangsangan, dorongan atau motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Melalui pembelajaran matematika anak dapat mengetahui konsep sederhana dalam memecahkan masalah sehari-hari, dapat berpikir secara rasional dan logis. Manfaat memperkenalkan matematika pada anak usia dini adalah dapat membantu anak belajar matematika secara alami melalui aktivitas yang diperolehnya dari pengetahuan ketika anak sedang bermain.

3. Pengertian Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia Dini

Lestari, K.W. 2011: 4, menjelaskan bahwa mengenal bentuk geometri pada anak usia dini adalah kemampuan anak mengenal, menunjuk, menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan bentuk geometri. Pendapat lain yang diungkapkan oleh Agung Triharso 2013: 50, menyatakan bahwa dalam membangun konsep geometri pada anak dimulai dari mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar- gambar biasa seperti, segi empat, lingkaran, dan segitiga. Belajar konsep letak, seperti di bawah, di atas, kiri, kanan, meletakkan dasar awal memahami geometri. Daitin Tarigan 2006: 32, menjelaskan bahwa belajar geometri adalah berpikir matematis, yaitu meletakkan struktur hirarki dari konsep-konsep lebih tinggi yang terbentuk berdasarkan apa yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga dalam belajar geometri seseorang harus mampu menciptakan kembali semua konsep yang ada dalam pikirannya. Mengenalkan berbagai macam bentuk 22 geometri pada anak usia dini dapat dilakukan dengan cara mengajak anak bermain sambil mengamati berbagai benda di sekelilingnya. Anak akan belajar bahwa benda yang satu mempunyai bentuk yang sama dengan benda yang lainnya seperti ketika mengamati bentuk buku mempunyai bentuk yang sama dengan segi empat atau persegi. Teori belajar dalam pembelajaran geometri yang dapat mengembangkan tahap mental anak dapat ditinjau dari tiga unsur di antaranya adalah waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Apabila ketiga unsur tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat meningkatkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi pada anak dan mampu berpikir secara rasional. Salah satu dari teori yang menguatkan pernyataan tersebut adalah teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Van Hiele. Van Hiele Daitin Tarigan, 2006: 62, menyatakan bahwa terdapat lima tahap belajar geometri pada anak, di antaranya adalah: a. Tahap Pengenalan. Dalam tahap ini anak mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya. b. Tahap Analisis. Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamati. Anak sudah mampu menyebutkan aturan yang terdapat pada benda geometri tersebut. 23 c. Tahap Pengurutan. Pada tahap ini anak sudah mampu melakukan penarikan kesimpulan, berpikir deduktif, namun kemampuan ini belum dapat berkembang secara penuh. d. Tahap Deduksi. Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif, yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang bersifat khusus. e. Tahap Akurasi. Dalam tahap ini anak mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Anak belajar bentuk- bentuk geometri anak harus belajar dari benda-benda konkret. Teori belajar yang dapat diterapkan pendidik dalam dunia pendidikan salah satunya adalah teori belajar Bloom yang memfokuskan pada teori aplikatif psikologi belajar kognitif. Menurut Bloom Ahmad Turmuzi, 2013, ada beberapa aspek yang berkaitan dengan perilaku anak dalam kehidupan sosialnya, salah satunya adalah aspek kognitif. Aspek kognitif merupakan aspek-aspek intelektual atau berpikir yang terdiri dari: a. Pengetahuan knowledge Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, fakta, prinsip dasar, ide prosedur atau gagasan, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan. 24 b. Pemahaman comprehension Pemahaman atau mengerti merupakan kemampuan untuk membaca serta memahami suatu gambaran yang telah diketahuinya. Setelah mengetahui definisi, informasi, peristiwa, fakta kemudian disusun kembali ke dalam struktur kognitif yang ada. Dari hasil proses mengetahui tersebut diakomodasikan dan akan berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur kognitif yang baru. c. Penerapan application Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama. d. Penguraian analysis Menganalisis informasi dengan menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab- penyebab dari suatu peristiwa atau memberi solusi dari suatu pernyataan. e. Memadukan synthesis Menggabungkan, merangkai atau menyatukan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan yang baru. f. Penilaian evaluation Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baik-buruk, berdasarkan gagasan tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang digunakan, yaitu:

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN BENTUK-BENTUK GEOMETRI PADA KELOMPOK A TK Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Bentuk-Bentuk Geometri Pada Kelompok A TK Melati Bawang, Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN BENTUK-BENTUK GEOMETRI PADA KELOMPOK A Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Bentuk-Bentuk Geometri Pada Kelompok A TK Melati Bawang, Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 3 9

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI Mengembangkan Kognitif Anak Melalui Permainan Bentuk Geometri Pada Anak Kelompok A Di Tk Pertiwi Puro I Karangmalang Sragen Tahun Pelajaran 2013-2014.

0 2 13

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN KOTAK POS PADA Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentukbentuk Geometri Melalui Permainan Kotak Pos Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah Troketon III Pedan Tahun Pelajaran 2

1 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN KOTAK POS PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentukbentuk Geometri Melalui Permainan Kotak Pos Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah Troketon III Pedan Tahun Pelaja

0 1 10

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN KANTONG AJAIB.

5 28 34

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BENTUK-BENTUK GEOMETRI Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Bentuk-Bentuk Geometri pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi Jomboran I Klaten.

0 3 15

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Bentuk-Bentuk Geometri pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi Jomboran I Klaten.

0 1 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN PUZZLE PADA ANAK KELOMPOK A TKIT AISYIYAH LABAN MOJOLABAN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18

PERILAKU ANAK DALAM PERMAINAN MEMBENTUK SEBAGAI STIMULASI KEMAMPUAN MOTORIK HALUSDI KELOMPOK A TK ARUM PUSPITA CIREN TRIHARJO PANDAK BANTUL.

0 24 196