Critical Review Jurnal Potensi Pengemban

(1)

CRITICAL REVIEW JURNAL

POTENSI KOTA BANDUNG SEBAGAI DESTINASI INCENTIVE MELALUI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

EKONOMI KOTA

PW14-1308

Disusun Oleh :

Anisa Hapsari Kusumastuti


(2)

CRITICAL REVIEW JURNAL

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kota merupakan wahana bagi penduduk untuk beraktifitas, berinovasi, dan berkreasi. Untuk menciptakan kota yang penuh dengan inovasi dan kreasi maka diperlukan kota yang memiliki iklim kondusif bagi terciptanya kreasi dan daya inovasi sehingga dapat menciptakan lapangan kerja sendiri atau bagi orang lain, meningkatkan pendapatan dan kemakmuran, menciptakan pasar bagi usaha lain dan membangun kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. penciptaan kota kreatif akan menjamin berkelanjutannya kehidupan industri kreatif yang nantinya akan membawa berbagai dampak untuk kehidupan ekonomi pada suatu kota.

Industri kreatif merupakan hal yang baru bagi masyarakat di Indonesia. Industri kreatif ini tidak terbatas pada satu jenis produk tertentu, ruang lingkupnya sangat luas dan beragam. Industri kreatif terbukti mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian di negara-negara yang mengembangkannya. Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang terfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan, desain, fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Industri kreatif berawal dari ide, seni, dan teknologi yang dikelola untuk menciptakan kemakmuran. Sedangkan ekonomi yang bersumber pada kegiatan ekonomi dan industri kreatif dinamakan ekonomi kreatif.

Untuk mengembangkan industri kreatif, Pemerintah Indonesia membuat beberapa langkah terobosan. Salah satunya adalah dengan membangun kota kreatif. Menurut Barkin Pusat, kota kreatif adlah kawasan yang mampu mengembangkan kreatifitas, pengetahuan, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi yang menentukan arah pengembangan kota sekaligus meneguhkan citra kota dengan kunci talenta, teknologi, dan toleransi. Bandung adalah salah satu kota yang terpilih menjadi kota kreatif di Indonesia, selain Solo dan Yogyakarta. Proses terpilihnya Kota Bandung sebagai kota kreatif tidak terlepas dari peran industri kreatif yang berkembang pesat di Kota Bandung. Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung mulai berkembang pesat sejak 10 tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai perputaran uang dari sektor industri kreatif yang mencapai Rp 79 miliar/bulan. Selain nilai perputaran uang yang tinggi, faktor lain yang menyebabkan terpilihnya Kota Bandung sebagai kota kreatif adalah besarnya kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang didapatkan dari bidang industri kreatif yang terdapat di Kota Bandung.


(3)

Industri kreatif di Kota Bandung mempunyai keunikan khusus karena muncul dari komunitas. Sebagai kota kreatif, Bandung diharapkan dapat lebih mengembangkan keberadaan sektor-sektor industri kreatif yang ada. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu menyatakan mendukung rencana Walikota Bandung, Dada Rosada yang ingin menjadikan Bandung sebagai Kota Pusat Seni, Budaya, dan Industri Kreatif. Menurut Mari, salah satu cikal bakal Kota Bandung sebagai pusat industri kreatif adalah munculnya industri distro dan seni rupa. Bandung juga sudah menjadi tujuan wisata baik oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara. Hal ini diunjang dengan keindahan destinasi budaya dan seni serta kuliner yang dimiliki Kota Bandung.

Dari latar belakang tersebut, perlu kiranya kajian dan critical review dari berbagai jurnal maupun artikel yang membahas topik terkait. Dalam tulisan ini jurnal yang akan dikaji adalah “Potensi Kota Bandung Sebagai Destinasi Incentive Melalui Pengembangan

Ekonomi Kreatif”.

B. Tujuan

Critical review ini pada dasarnya bertujuan agar :

- Mengetahui seberapa besar pengaruh industri kreatif dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Kota Bandung.

- Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang membuat Kota Bandung berpotensi menjadi destinasi incentive melalui pengembangan ekonomi kreatif.

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari critical review ini antara lain :

- Sebagai pembelajaran terhadap persoalan ekonomi perkotaan guna menambah wawasan terkait dengan aspek ekonomi yang mempengaruhi suatu kota.

- Sebagai sumber bacaan dalam mengkaji berbagai persoalan ekonomi perkotaan. II. LANDASAN TEORI

Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan, desain, fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Menurut UNESCO, industri kreatif adalah kegiatan produksi maupun pelayanan yang melingkupi elemen substansial dari segi artistic atau usaha untuk mencipyakan dan mencakup aktivitas arsitektural dan periklanan. Menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia, kelompok industri kreatif di Indonesia meliputi periklanan, arsitektur, pasar seni atau barang antic, kerajinan, desain, fashion, video film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan piranti lunak, televise dan radio, tiset dan pengembangan. Sedangkan konsep ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan indormasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide


(4)

dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya.

III. RINGKASAN JURNAL A. Metode Penelitian

Penelitian dalam jurnal ini merupakan kegiatan kualitatif dan banyak ditentukan atas dasar pengamatan langsung dari objek yang diteliti. Objek Penelitian meliputi destinasi, industri kreatif, dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Bandung yang berkaitan dengan masalah peningkatan daya saing industri kreatif. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan tiga cara, cara pertama adalah dengan mengumpulkan data sekunder melalui studi literatur dari berbagai sumber dan hasil penelitian sebelumnya. Cara kedua yaitu dengan melakukan survei primer dengan cara mengambil data langsung ke lapangan baik melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner. Sedangkan untuk cara yang ketiga dilakukan dengan diskusi kelompok (Forum Group Discussion) yang dilakukan melibatkan instansi terkait di daerah tempat dilakukan penelitian.

Setelah data dan informasi terkumpul, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah tahap pengolahan dan analisa data. Proses pengolahan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran umum mengenai data yang telah diperoleh. Data yang telah diperoleh melalui survey primer diinventarisasikan terlebih dahulu kemudia diklasifikasikan dan ditabulasi berdasarkan klasifikasi data yang telah ditetapkan. Data yang telah berbentuk tabulasi kemudian dilakukan pengecekan lagi untuk memastikan keakuratan dan kelogisan penyajiannyaa. Semua data yang telah terkumpul kemudian di entri dan layak untuk dianalisis.

B. Hasil Penelitian

Bandung adalah salah satu kota yang cukup kondusif untuk mengembangkan industri kreatifnya. Hingga saat ini sudah ada 400 outlet industri kreatif dan telah menyerap kurang lebih 334.244 tenaga kerja. Industri kreatif yang sudah berkembang di Kota Bandung ini terbukti mampu memberikan kontibusi sebesar 11% untuk pertumbuhan ekonomi kota. Subsektor industri kreatif unggulan yang selama ini menjadi tiang penyanga pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Bandung diantaranya adalah industri fashion, industri desain, industri IT (Information Technology), industri kuliner, pasar barang seni dan kerajinan, dan seni pertunjukan atau showbiz.

Namun begitu, beberapa masalah dikeluhkan oleh para pelaku industri kreatif di Kota Bandung, beberapa masalah tersebut diantaranya adalah minimnya fasilitas yang bisa didapatkan untuk mengembangkan usaha, sulitnya mengakses bantuan modal kepada perbankan, dan belum adanya stimulus berupa kemudahan perizinan dan keringanan pajak


(5)

yang dapat mendorong industri kreatif untuk tampil menjadi pengusaha handal. Pemerintah Kota Bandung juga telah memberikan upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, walaupun oleh para pelaku ekonomi kreatif belum terlihat hasilnya.

Salah satu upaya yang dipandang akan mampu meningkatkan kegiatan industri kreatif di Kota Bandung adalah dengan menjalankan program perjalanan intensif (incentive travel) bagi para perusahaan yang ingin melakukan perjalanannya di Kota Bandung. Incentive travel atau perjalanan intensif adalah suatu kegiatan perjalanan wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan/kepentingan manajemen perusahaan. Insentif adalah paket wisata yang ditawarkan sebagai alat memanajemen modern untuk memotivasi suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan gairah kerja, meningkatkan produksi dan penjualan, serta meningkatkan daya beli konsumen. Untuk menunjang kegiatan tersebut maka telah dipilih beberapa lokasi wisata yang mampu menunjang kegiatan perjalanan intensif ini, diantaranya adalah kawasan dataran tinggi Ciloke Lembang, Cileunca Pangalengan, Cisangkuy Banjaran, wisata belanja, dan atraksi wisata Saung Angklung Udjo (SAU).

IV. TINJAUAN KRITIS

Industri kreatif dipercaya pemerintah sebagai harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Maria Elka Pangestu mengatakan bahwa sumbangan ekonomi kreatif sebesar 4,75% pada tahun 2006 atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar sebesar 5,6%. Sektor ekonomi kreatif terbukti mampu menyerap sekitar 3,7juta tenaga kerja atau setara dengan 4,7% total penyerapan tenaga kerja baru. Pengembangan ekonomi kreatif di beberapa kota di Indonesia yang memiliki ‘iklim kreatif’ yang menonjol seperti Bandung, Bali, dan Yogyakarta. Richard Florida dalam The Rise of Creative Class (2003), menyatakan saat ini masyarakat dunia memasuki transformasi besar dalam ekonomi, yaitu ekonomi kreatif. Karena itu, kota tidak cukup hanya mengandalkan insentif ekonomi bila ingin menarik investasi di wilayah mereka. Dalam bukunya, Florida juga menegaskan bahwa kota-kota harus lebih menumbuhkan ‘iklim orang-orang’ daripada iklim bisnis. Itu artinya membangun ‘infrastruktur’ untuk mendukung kreatifitas di semua ini dan membangun komunitas perlu untuk dapat menarik orang-orang kreatif.

Bandung sejak dulu dikenal sebagai kota yang memiliki ‘iklim kreatif’ yang kondusif. Ridwan Kamil (2011) mengemukakan, “Kosmopolitan dan kontenporer adalah karakter khas Bandung”. Irisan dan persilangan khas Bandung ini melahirkan banyak peluang terutama yang berkaitan dengan kekuatan ekonomi yang lahir dari tingginya kreatibitas dan inovasi generasi mudanya. Di Kota Bandung berkembang peluang-peluang ekonomi kreatif berbasis gaya hidup, antara lain seperti industri clothing, factory outlet, industri music, dan kuliner,


(6)

Menciptakan Ekologi Kota Kreatif dan Kebijakan Kota Kreatif

Untuk mengembangkan kota kreatif, Simatupang menyatakan bahwa ada 2 prasyarat utama yang harus terpenuhi, yakni terciptanya ekologi kota kreatif dan adanya kebijakan kota kreatif. Ekologi kota kreatif terdiri dari mengembangkan sistem pendukung kreatif, mengembangkan program-program kreatif, menata ulang ruang fisik kota, dan mendorong terjadinya sistem inovasi kota yang didukung oleh pendidikan dan pelatihan kratif. Sedangkan untuk kebijakan kota kreatif terdiri dari mengembangkan modal kreatif, mendorong kemampuan menghadirkan modal finansial, menggerakkan kepemimpinan kreatif dan kolaborasi antar sektor industri kreatif, dan memperkuat citra Kota Bandung sebagai kotaa kreatif yang bermartabat.

Gambar 1. Tabel Inovasi Pengembangan Kota Kreatif Sumber : http://www.slideshare.net/

Dalam pengembangan kota kreatif melalui metode ekologi kreatif diperlukan empat prinsip pokok yang harus diterapkan, antara lain prasarana, tempat, program, dan aset. Aspek prasarana yaitu yang mempengaruhi sistem pendukung industri kreatif supaya dapat lebih berkembang, seperti tersedianya fasilitas yang memadai, pendanaan yang cukup, ruang kreatif, dan kemudahan akses ke pasar. Sedangkan untuk aspek tempat (ArtePolis) yaitu sarana tempat yang dapat mendukung terciptanya kesan kreatif, seperti contohnya gedung yang artistik, ornamen kota artistik, ruang kratif untuk publik, galeri dan gedung pertunjukan, tata kota yang menyiratkan kesan kreatif, koridor kreatif, dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk aspek program yaitu suatu aspek yang berpengaruh terhadap pengalaman kreatif yang dapat menarik pengunjung atau pembeli untuk datang dan


(7)

membeli sesuatu dari industri kreatif dalam suatu kota tersebut. Dalam aspek ini meliputi peristiwa, festival, kontes, dan expo. Aspek program ini sangat penting untuk ditonjolkan mengingat aspek ini dapat membawa suatu kota itu memiliki citra yang kreatif atau tidak. Sedangkan untuk aspek keempat yaitu aset (InnoPolis), yaitu suatu aspek yang lebih menekankan pada seni dan sains yang mengubah gagasan, metode, atau objek yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru dengan nilai tambah yang lebih tinggi dan dapat ditawarkan/diperoleh orang lain. Kota inovasi (InnoPolis) ini mendorong pendekatan yang holistik dan berkelanjutan terhadap inovasi secara teknologi, sosial, dan budaya. Dalam aspek ini terdiri dari industri kreatif, pendidikan, pemerintah, dan komunitas.

Tujuan dari dibentuknya kota inovasi (InnoPolis) diantaranya adalah:

- Bertindak sebagai katalis dalam mendorong kolaborasi antar otoritas dan organisasi supaya menjadi sinergi inovasi lintas daerah dan perusahaan.

- Mendorong inisiatif riset dan pengembangan teknologi berbasis budaya lokal.

- Mengembangkan ruang dialog tentang daya saing, inovasi, dan nilai-nilai sosial diantara pemegang kepentingan termasuk pemerintah, industri, pendidikan, dan masyarakat kreatif.

- Mendorong partisipasi perusahaan dalam kegiatan inovasi yang dapat melestarikan identitas budaya, kebhinekaan, dan lingkungan hidup.

- Mendorong partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan nirlaba dalam pengambilan keputusan tentang kebijakan inovasi yang menyangkut bidang atau daerah mereka.

Untuk menunjang terwujudnya kegiatan InnoPolis tersebut, maka dibentuklah kebijakan inovasi dan inovasi sosial. Kebijakan inovasi ini dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran inovasi, pelatihan dan pendidikan inovasi, dan proyek/jejaring inovasi. Sedangkan untuk inovasi sosial dilakukan dengan mengembangkan metode inovasi untuk manajemen budaya, kepariwisataan budaya yang berkelanjutan, dan inovasi, kebudayaan, dan teknologi komputer dan informasi. Dari penjelasan diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan tentang pengembangan kota kreatif melalui pendekatan ekologi kota kreatif, bahwa dalam pendekatan ini ada empat tahap yang perlu dilakukan, yaitu mengembangkan sistem pendukung kreatif, mengembangkan program-program kreatif, menata ulang ruang suatu kota (ArtePolis), dan mendorong terjadinya sistem inovasi kota yang didukung oleh pendidikan dan pelatihan kreatif (InnoPolis).

Metode atau cara kedua yang perlu dikembangkan yaitu dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung iklim ekonomi kreatif. Kebijakan adalah rencana pelaksanaan yang dikembangkan dengan tujuan untuk memandu keputusan dan mencapai


(8)

hasil yang rasional. Kebijakan dapat diartikan juga sebagai sebuah mekanisme untuk membuat keputusan secara politik, manajemen, finansial (seperti penentuan prioritas pengeluaran), dan administrasi yang dubuat untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam menciptakan kebijakan kreatif, terdapat empat hal yang harus ditingkatkan, antara lain modal kreatif, modal finansial, kepemimpinan, dan pencitraan. Dalam mengembangkan modal kreatif, diperlukan pekerja-pekerja yang kreatif, pewirausaha kreatif, dan komunitas kreatif. Urgensi untuk dibentuknya komunitas kreatif ini adalah sebagai habitat untuk membangun identitas kreatif tertentu dan membidani lahirnya pekerja kreatif serta pewirausaha kreatif. Aktivitas-aktivitas yang dapat mendorong lahirnya pewirausaha kreatif ini diantaranya adalah dengan melakukan pendidikan dan pelatihan, dialog dan diskusi, perekrutan anggota baru, keanggotaan, kepemimpinan, festival/kontes/pemberian penghargaan, dan penyediaan ruang untuk berkreasi. Pengembangan modal finansial dimaksudkan untuk dapat mendorong kemampuan untuk menghadirkan modal finansial. Untuk dapat menghadirkan modal tersebut diperlukan sumber daya public dan pribadi termasuk modal ventura, dan intensif. Melalui kebijakan modal finansial ini, diarapkan para pewirausaha kreatif akan mendapat kemudahan untuk mendapatkan sumber permodalan, kemudahan dalam perpajakan, dan semakin banyak mendapat dukungan terhadap incubator ventura kreatif. Sedangkan dalam mengembangkan karakter kepemimpinan dimaksudkan agar pengusaha dapat menggerakkan jiwa kepemimpinan kreatif dan kolaborasi antar sektor industri kreatif. Agar hal ini dapat terwujud, maka diperlukan kepeloporan, kejuangan, kolaborasi, dan pengakuan. Untuk dapat menjaring bibit-bibit pemimpin kreatif diperlukan jiwa yang mau dan berani serta turut membangun kemampuan komunitas untuk mengembangkan keterampilan kreatif yang dimilikinya, membangun kolaborasi, dan menciptakan/memanfaatkan pengetahuan secara inovatif dan efektif. Dan untuk hal yang terakhir, untuk memperkuat citra Kota Bandung sebagai kota kreatif yang bermartabat maka setiap pengusaha harus mampu menciptakan pencitraan kota yang baik terhadap kota tersebut. Agar hal ini dapat terwujud, maka diperlukan logo, semboyan, strategi pemasaran yang terstruktur, kualitas pelayanan yang dapat bersaing, kualitas hidup yang layak, informasi ekonomi kreatif, dan indeks kreativitas.

Selain diperlukan strategi-strategi pengembangan untuk menunjang iklim kota kreatif, diperlukan juga peran pemerintah yang diyakini akan membawa pengaruh yang cukup besar. Peran yang tepat bagi pemerintah adalah sebagai suatu katalis dan penantang dengan maksud untuk memperkuat atau bahkan mendorong perusahaan untuk meningkatkan aspirasi mereka dan bergerak menuju tingkat kerja kompetitif yang lebih tinggi. Terdapat beberapa prinsip dasar yang sederhana bahwa pemerintah seharusnya mencakup untuk memainkan peran yang mendukung dan tepat bagi daya saing nasional


(9)

yang mendorong perubahan, mempromosikan persaingan domestic, dan merangsang inovasi.

Keberhasilan Penerapan Kebijakan Kota Kreatif di Negara Lain

Salah satu bukti efektifknya peran pemerintah dalam meningkatkan kebijakan industri kreatif ini terdapat di pemerintahan Inggris. Pemerintah Inggris telah lama mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk membuat industri kreatif menjadi berkembang. Dimulai dengan strateginya membentuk gugus kreatif dan Depatemen Kebudayaan, Media dan Olahraga, kemudian dilakukan pemetaan industri kreatif dan akhirnya diluncurkan program ekonomi kreatif. Meskipun pemerintah Inggris baru memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan kebijakan industri kreatif sejak tujuh belas tahun terakhir, tetapi kini industri kreatif di negara ini mampu berkembang pesat.

Sedangkan di Singapura telah menugaskan Kementerian Informasi, Komunikasi, dan Seni untuk mengembangkan indutri kreatif melalui pemanduan seni, bisnis, dan teknologi. Visi Negara Singapura dalam mengembangkan industri kreatif ini adalah menjadikan klaster kreatif untuk menunjang ekonomi kreatif Singapura.

Negara ketiga yang telah berhasil mengembangkan kebijakan kota kreatif adalah China. PBB menyatakan China kini telah berkembang menjadi eksportir tingkat dunia dari produk-produk kreatif karena salah satu peran pemerintahnya yang telah berhasil membuat kebijakan yang menyokong perkembangan industri kreatif. China merupakan negara pertama yang membangun sebuah pusat kegiatan dan industri kreatif, yaitu Shanghai Creative Industry Chenter (SCIC) dpada tahun 2004. SCIC memfasilitasi interaksi antara kebijakan pemerintah dengan mengkoordinasikan kerjasama antara pemerintah dengan lembaga swasta. China membangun klaster-klaster kreatif dengan adanya taman-taman kreatif dan distrik-distrik kreatif yang digunakan sebagai wadah untuk menyatukan para creator dan menyediakan fasilitas untuk mereka agar dapat berbagi pengalaman, peralatan, dan teknologi. Pemerintah China menunjukkan perhatiannya terhadap industri kreatif di dalam rencana lima tahunannya dengan menyebutkan industri kreatif sebagai strategi pengembangan.

Pemerintah Negara Bagian Australia Selatan mengemukakan ada beberapa hal mendasar sehubungan dengan kebijakan mereka mengenai industri kreatif, diantaranya adalah sebagai berikut:

- Memastikan formulasi kebijakan yang berdasarkan informasi akurat melalui pemeliharaan data industri kreatif yang selalu diperbarui. Pengumpulan dan analisis data sebisa mungkin untk dilakukan secara kuantitatif.

- Mempermudah jalur melalui pemerintah agar industri lebih mudah untuk berinteraksi dan membangun hubungan yang bermakna dan dengan demikian dapat


(10)

meningkatkan kapabilitas untuk melakukan fokus, berkembang, dan negosiasi untuk kebijakan yang relevan dan efektif.

- Klarifikasi portofolio tanggung jawab pemerintah untuk setiap segmen industri kreatif.

- Mengidentifikasi perlunya fleksibilitas dan variasi dalam strategi-strategi dan bantuan pengembangan untuk keberagaman dalam sektor industri kreatif.

- Mengakui perbedaan perkembangan dari setiap sektor dan menyediakan kebijakan/regulasi yang sesuai.

- Melakukan penilaian akuntabilitas dan evaluasi mekanisme pendanaan publik. Dari penjelasan diatas menggambarkan bahwa telah banyak negara yang sukses menerapkan kebijakan mengembangkan industri kreatif, baik itu di Inggris, Singapura, China, dan Negara Bagian Australia Selatan. Hal ini dapat menjadikan motivasi untuk Indonesia untuk segera menerapkan dan mengembangkan metode kebijakan industri dan kota kreatif ini demi terciptanya kehidupan ekonomi kreatif yang kondusif dan dapat bersaing di Kota Bandung secara khususnya dan di Indonesia secara umumnya.

Pada jurnal “Potensi Kota Bandung Sebagai Destinasi Incentive Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif” menyebutkan bahwa Kota Bandung memiliki potensi yang sangat besar di bidang industri kreatif karena banyak subsektor industri kreatif unggulan yang sampai saat ini telah banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan Kota Bandung. Karena potensi besar yang dimilikinya tersebut, maka penulis memberikan rekomendasi khusus agar pemerintah ikut membantu dalam hal menciptakan ekologi kota kreatif dan kebijakan kota kreatif demi keberlanjutan industri yang sangat potensial di Kota Bandung ini. Dengan kekuatan kebijakan/regulasi yang dibangun, maka dapat diyakini iklim industri kreatif di Kota Bandung menjadi sangat kuat dan dapat memberikan pengaruh besar untuk perkembangan Kota Bandung nantinya.

V. PENUTUP A. Kesimpulan

Kota Bandung merupakan kota kreatif dengan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) kreatif terbesar. Kota Bandung adalah salah satu kota yang cukup kondusif untuk mengembangkan industri kreatif. Masyarakat Kota Bandung yang toleran terhadap ide-ide baru dan menghargai kebebasan individu menjadi modal utama kota ini dalam mengembangkan industri kreatif. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, Kota Bandung menunjukkan peningkatan yang signifikan terutama dalam hal industri kreatif, terutama ditinjau dari subsektor-subsektornya seperti musik, fashion, seni, desain, arsitektur, IT, dan kuliner.


(11)

Pemerintah sudah mempunyai instrument-instrumen kebijakan yang bisa digunakan untuk menyokong industri kreatif, hanya saja penerapan dari kebijakan tersebut sering kali belum memuaskan. Sehingga masih banyak pewirausaha kreatif yang masih mengeluh mengenai perolehan perizinan usaha, promosi, tempat berekspresi, kemudahan dalam mendapat pinjaman, dan lain sebagainya.

B. Lesson Learned

Industri kreatif merupakan industri yang fokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film, permainan, desain, fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan (Simatupang, 2007). Sedangkan konsep ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan indormasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Peran industri kreatif dan ekonomi kreatif tidak dapat dilepaskan terhadap perkembangan suatu kota.

Selain dengan menjalankan program program perjalanan intensif (incentive travel) bagi para perusahaan yang ingin melakukan perjalanannya di Kota Bandung, penulis memberikan masukan dirancangnya sebuah sistem yang dapat menciptakan ekologi kota kreatif dan kebijakan kota kreatif. Sudah banyak negara-negara maju di dunia yang telah sukses dalam menerapkan sistem ini dan menunjukkan perubahan akan peningkatan kehidupan ekonomi kreatif yang sangat signifikan. Hal ini menjadikan peluang besar bagi Indonesia apabila sistem ini diterapkan dan diikuti dengan manajemen yang baik, bukan menjadi tidak mungkin bila perekonomian di Indonesia menjadi meningkat. Selain diperlukan strategi-strategi pengembangan untuk menunjang iklim kota kreatif, diperlukan juga peran pemerintah yang tepat sebagai suatu katalis dan penantang dengan maksud untuk memperkuat atau bahkan mendorong perusahaan untuk meningkatkan aspirasi mereka dan bergerak menuju tingkat kerja kompetitif yang lebih tinggi.


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Herawaty,Tuty., Christina,L.Rudatin., Djuni,Akbar. 2014. Potensi Kota Bandung Sebagai Incentive Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif. Jurnal Epigram Vol.11 No.2 Oktober 2014 : Politeknik Negeri Jakarta

Simatupang,Togar.M., Gatot Yudoko., Yuanita Handayati., Agung Pascasuseno., Krishna Permadi., Wanda Listiani. 2008. Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota Bandung. Jurnal Manajemen Teknologi Vol. 8 No.1 2008 : Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung

Palesangi, Muliadi. 2012. Komunitas Kreatif Sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif Studi Kasus: Kota Bandung, Jawa Barat. Jurnal Eco-Entrepreneurship Seminar and Call for Paper “Improving Performance by Improving Environtment : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Simatupang,Togar.M. 2008. Bandung Kota Kreatif. Dikutip dari http://www.slideshare.net/togar/bandung-kota-kreatif-1879114, 15 Maret 2015

Salim. A.Dadi. 2014. Bandung Menuju Kota Ekonomi Kreatif. Dikutip dari http://swa.co.id/business-strategy/bandung-menuju-kota-ekonomi-kreatif, 17 Maret 2015


(13)

95

POTENSI KOTA BANDUNG SEBAGAI DESTINASI INCENTIVE

MELALUI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

Oleh:

Tuty Herawati, Christina L Rudatin dan Djuni Akbar

Politeknik Negeri Jakarta Email: [email protected]

ABSTRAK

Kota Bandung terpilih dalam 5 (lima) besar kota kreatif se-Asia, saat ini sudah ada 400 outlet industri kreatif dan dapat menyerap kurang lebih 334.244 tenaga kerja dan memberikan. kontribusi 11 persen untuk pertumbuhan ekonomi kota. Dari hasil wawancara dan data sekuder yang terkumpul, berikutnya dianalisis menunjukkan bahwa Subsektor industri kreatif yang dapat dijadikan unggulan kota Bandung diantaranya yaitu musik, fashion, seni, desain, arsitektur, IT dan makanan (kuliner). Pemerintah sudah mempunyai instrumen kebijakan untuk menyokong industri kreatif, hanya penerapan dari kebijakan tersebutlah belum memuaskan, sehingga masih ada keluhan dari para pelaku industri kreatif mengenai perolehan perizinan usaha, promosi, tempat berekspresi, kemudahan dalam mendapat pinjaman serta tarif pajak yang dirasakan masih memberatkan. Bandung memiliki potensi sebagai destinasi Incentive Travel karena didukung dengan Industri kreatif nya yang sangat menunjang, yaitu adanya destinasi wisata yang indah, atraksi wisata (seni, budaya), kuliner, cindera mata, adanya pelayanan pertemuan dan konferensi.Disarankan ada berbagai stimulus perlu diberikan kepada pelaku sektor kreatif seperti keringanan pajak;. Adanya penyelenggaraan event internasional, workshop, seminar, ekspo industri kreatif, serta agar Pemerintah Daerah Kota Bandung mengatasi kemacetan lalu lintas untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan

Kata Kunci : Industri kreatif, MICE, Incentive, Bandung, Parawisata, Destinasi

ABSTRACT

The aim of this research is to collect information from Bandung local government and key

sectors of creative industry in order to know Bandung potential to be incentive destination through developing creative industry . This research uses survey for collecting data by distributing questionnaires and conducting interviews with the respondents. Data we have had from Local Government, and practitions of creative industry. Research methodology is qualitative descriptif .The conclusions of this research is Key selling points about Bandung to be an incentive destination through developing of creative industry are Culture, Beautiful Landscape,.variety of accommodation options, have several beautiful destination. Local government has a programs and many efforts to develop creative industry. Based on the conclusions drawn, it is recommended that the government give variance stimulus (tax exemption,licence and financing); Improved collaboration among local government and key sectors to conduct more efficient Mice events which directly impacted to increase their business and local competitiveness

.

Keywords: Creative industry, Incentive, MICE, Destination, Bandung, Tourism

PENDAHULUAN

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi, pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955,suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme,

bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.

Kini Warga Bandung patut berbangga

hati, karena Kota Bandung terpilih dalam

5 besar kota kreatif se-Asia. Hal tersebut

berdasarkan sebuah survei yang dilakukan

oleh salah satu media di Singapura yakni


(14)

96

Channel News Asia pada Desember 2011.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Mari Elka Pangestu menyatakan

mendukung rencana Wali Kota Bandung,

Dada Rosada yang ingin menjadikan

Bandung sebagai Kota Pusat Seni,

Budaya dan Industri Kreatif. Menurut

Mari, salah satu cikal bakal Kota Bandung

sebagai pusat industri kreatif ialah

munculnya industri distro dan seni rupa.

Bandung juga sudah menjadi tujuan

wisata baik oleh wisatawan nusantara

maupun mancanegara, hal ini ditunjang

dengan keindahan destinasi budaya dan

seni serta kuliner yang dimiliki kota

Bandung.

Dengan demikian Bandung sudah menjadi tujuan tempat wisata dan bisnis . Dari uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

“Potensi Kota Bandung Sebagai Destinasi

Incentive Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif.

Tinjauan Kepustakaan

Pengertian Incentive

Usaha MICE sudah tercantum dalam undang – undang yakni UU tentang kepariwisataan yang disahkan pada 1990. Jasa MICE termasuk salah satu dari tujuh usaha jasa pariwisata, yaitu usaha jasa biro perjalanan wisata, usaha jasa agen perjalanan wisata, usaha jasa pramuwisata, usaha jasa

konvensi, perjalanan insentif dan pameran,

usaha jasa impresariat, usaha jasa konsultan pariwisata dan usaha jasa informasi pariwisata. Yang dicetak tebal itulah, usaha jasa MICE.(Venue, Mei 2008). MICE adalah akronim dari Meeting, Incentive, Conference dan Exhibition.

Adapun definisi “Incentive” menurut IAPCO adalah “meeting event as part of a programme which is offered to its participants to reward a previous performance”. Sedangkan defini lain dariSociety of Incentive Travel Executives (SITE) adalah “a global management tool that uses an exceptional travel experience to motivate and/or recognize participants for increased levels of performance in support of the organizational goals”. Jadi perjalanan insentif merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai

imbalan penghargaan atas prestasi mereka. Perjalanan atau wisata ini dimasukkan ke dalam MICE karena biasanya dikaitkan dengan penyelenggaraan seminar atau rapat-rapat seluruh cabang/divisi perusahaan. Sebagaimana pertemuan lingkup perjalanan insentif bisa local, nasional, regional dan internasional.

Pendapat lainnya dari M. Kesrul (2004:18) perjalanan insentif adalah kegiatan perjalanan wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau manajemen perusahaan. Insentif adalah paket wisata yang ditawarkan sebagai alat manajemen modern untuk memotivasi atau pihak-pihak yang terlibat dalam keseluruhan proses dari suatu perusahaan untuk tujuan meningkatkan gairah kerja, meningkatkan produksi dan penjualan serta meningkatkan daya beli konsumen.. Kegiatan Incentive Travel adalah salah satu kegiatan kreatif. Unsur - Unsur Penting Dalam Perjalanan Insentif

1. Akomodasi

2. Transportasi atau Jasa Angkutan 3. Restoran atau Jasa Boga

4. Atraksi Wisata

5. Tempat Penukaran Uang (Money Changer)

6. Cindera mata

7. Pelayanan Informasi Wisata

8. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi 9. Destinasi

wisatawan untuk melakukan

perjalanan karena fantasi bahwa di daerah

lain yang akan dikunjunginya ia dapat

lepas dari rutinitas keseharian yang

menjemukan dan ega enhancement yang

memberikan kepuasan psikologis.

Pengertian Ekonomi Kreatif

Konsep Ekonomi Kreatif merupakan

sebuah konsep ekonomi di era ekonomi

baru yang mengintensifkan informasi dan

kreativitas dengan mengandalkan ide dan

stock of knowledge dari Sumber Daya

Manusia (SDM) sebagai faktor produksi

utama dalam kegiatan ekonominya.

Struktur perekonomian dunia mengalami

transformasi dengan cepat seiring dengan

pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya


(15)

97

berbasis Sumber Daya Alam (SDA)

sekarang menjadi berbasis SDM.

Secara umum, sejarah perkembangan

peradaban ekonomi dapat dibedakan

menjadi empat jaman: (1) Jaman

Pertanian; (2) Jaman Industri; (3) Jaman

Informasi; (4) Jaman Konseptual. Kita

telah melewati jaman pertanian, jaman

industri dan jaman informasi. Peradaban

ekonomi sekarang ini masuk pada jaman

konseptual dimana pada jaman ini yang

dibutuhkan adalah para kreator dan

empathizer. Kemampuan untuk

mewujudkan kreativitas yang diramu

dengan

Sub-Sektor Industri Kreatif

Departemen Perdagangan RI sudah

memetakan 14 sektor industri kreatif

terdiri dari :

1.

Periklanan (advertising)

2.

Arsitektur

3.

Pasar Barang Seni

4.

Kerajinan (craft)

5.

Desain

6.

Fesyen (fashion)

7.

Video, Film dan Fotografi

8.

Permainan Interaktif (game)

9.

Musik

10.

Seni Pertunjukan (showbiz)

11.

Penerbitan

12.

Layanan Komputer dan Piranti

Lunak (software)

13.

Televisi & Radio (broadcasting)

14.

Riset dan Pengembangan (R&D)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan kegiatan

kualitatif dan banyak ditentukan atas

dasar pengamatan dari objek yang diteliti.

Objek Penelitian

Destinasi, Industri Kreatif dan

Kebijakan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Derah Kota Bandung yang

berkaitan dengan masalah peningkatan

daya saing industri kreatif

Pengumpulan Data Dan Informasi

Data sekunder dikumpulkan dari

studi literatur melalui berbagai

sumber dan hasil penelitian

sebelumnya, buku literatur sampai

dengan materi yang diperoleh melalui

jaringan internet

Data Primer, diambil langsung dari

lapangan baik melalui wawancara

(interview) maupun melalui daftar

pertanyaan (kuesioner);

Focus Group Discussion, Kegiatan

dilaksanakan dengan instansi terkait

di daerah

Pengolahan Dan Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif untuk

memberikan gambaran umum tentang

data yang telah diperoleh .Data yang

terkumpul dari lapangan diinventarisasi

dan diklasifikasikan terlebih dahulu

dilakukan editing dan seterusnya

ditabulasi berdasarkan klasifikasi yang

ditetapkan.

Terhadap hasil tabulasi

kemudian dilakukan pengecekan ulang

untuk memastikan keakuratan dan

kelogisan penyajiannya.. Entri data akan

dilakukan setelah data divalidasi dan

sudah layak untuk diolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bandung Sebagai Kota Kreatif

Warga Bandung patut berbangga hati,

karena Kota Bandung terpilih dalam 5

(lima) besar kota kreatif se-Asia. Hal

tersebut berdasarkan sebuah survei yang

dilakukan oleh salah satu media di

Singapura yakni Channel News Asia pada

Desember . Bandung adalah salah satu

kota yang cukup kondusif untuk

mengembangkan industri kreatif saat ini

sudah ada 400 outlet industri kreatif dan

dapat menyerap kurang lebih 334.244

tenaga kerja dan memberikan. kontribusi

11 persen untuk pertumbuhan ekonomi

kota. Ini adalah potensi yang besar.


(16)

98

Subsektor Industri Kreatif Unggulan

subsektor industri kreatif yang selama

ini menjadi tiang penyangga pertumbuhan

ekonomi kreatif di Kota Bandung, sebagai

berikut:

a.

Industri Fashion

Potensi industri fashion sangat cerah.

Bahkan tidak sedikit pelaku usaha

yang sekarang ini sengaja memilih

bisnis

Factory Outlet

(FO),

Clothing

Company

(CC), maupun Distro

(

distribution store

) ., kawasan Dago

menjadi pusat perkembangan bisnis

fashion

,sedikitnya terdapat 20

tempat outlet fashion yang siap

memanjakan para konsumen baik

dari dalam kota maupun luar daerah.

b.

Industri Desain

Terkenal dengan sebutan kota mode,

menjadikan desain pakaian yang

diproduksi masyarakat Bandung

terbilang cukup unik dan sangat

menarik. Hal inilah yang menjadikan

hasil karya desain mojang Bandung

dihargai cukup tinggi oleh para

konsumen. Bahkan sekarang ini

industri desain tidak hanya

dibutuhkan para produsen fashion,

namun juga mulai merambah bisnis

kerajinan, instrumen teknikal, desain

jam tangan, perhiasan, barang

mewah, perlengkapan rumah tangga,

dan lain sebagainya.

c.

Industri IT (Information

technology)

Kemajuan teknologi informasi saat

ini begitu pesat. Fenomena ini

berimbas kepada perkembangan

industri kreatif yang berbasis

information technology, dan ternyata

sekarang ini telah berkembang cukup

pesat di kawasan Kota Bandung.

Belakangan ini bahkan Masyarakat

Industri Kreatif Teknologi,

Informasi, dan Komunikasi Indonesia

(Mikti) menjalin kerja sama dengan

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

(Telkom) untuk mendirikan Lembah

Digital Bandung (Bandung Digital

Valley/BDV) yang difokuskan untuk

mengembangkan industri IT lokal.

d.

Industri Kuliner

Kabupaten Bandung juga memiliki

potensi bisnis kuliner yang sangat

beragam. Dari mulai menu masakan

nusantara hingga menu kuliner

mancanegara, ditawarkan para pelaku

usaha untuk memanjakan para

pecinta kuliner di daerah Bandung

dan sekitarnya.

e.

Pasar Barang Seni dan Kerajian

Lebih dari 10% dari jumlah

penduduk Jelekong memiliki profesi

sebagai pelukis. Beragam lukisan

asal desa ini, bahkan sudah

dipasarkan hingga ke luar negeri

Sentra pembuatan lukisan yang

muncul sejak 1960-an ini tepatnya

berada di Jalan Raya Laswi,

Baleendah, Kabupaten Bandung..

Dari total penduduk Jelekong yang

sebanyak 5000 orang, 600

diantaranya adalah pelukis.

Sentra lukisan Jelekong ini terus

berkibar seiring perhatian serius dari

Pemerintah Kota Bandung. Wakil

Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf

mendorong lokasi ini sebagai

kampung pariwisata sekaligus

mendukung pelaksanaan Festival

Jelekong 2011. "Pemerintah

berharap, festival yang

diselenggarakan pada 2011 ini bisa

menggali dan memamerkan potensi

Jelekong,"

f.

Seni Pertunjukan atau Showbiz

Saung Angklung Udjo (SAU) adalah

suatu tempat, yang

merupakan

tempat pertunjukan, pusat kerajinan

tangan dari bambu, dan

workshop

instrumen musik dari bambu. Selain

itu, SAU mempunyai tujuan sebagai

laboratorium kependidikan dan pusat

belajar untuk memelihara

kebudayaan Sunda dan khususnya

angklung. Didirikan pada tahun 1966

oleh Udjo Ngalagena dan istrinya

Uum Sumiati, dengan maksud untuk


(17)

99

melestarikan dan memelihara seni

dan kebudayaan tradisional Sunda.

Berlokasi di Jln. Padasuka 118,

Bandung Timur Jawa Barat

Indonesia. Saung Angklung Udjo

tidak terbatas pada hanya menjual

seni pertunjukan saja, berbagai

produk alat musik bambu tradisional

(angklung,

arumba,

calung

dan

lainnya) dibuat dan dijual kepada

para pembeli.

Permasalahan yang Dihadapi Pelaku

Industri Kreatif

1.

Pelaku industri kreatif di Kota

Bandung mengeluhkan minimnya

fasilitas yang bisa didapatkan untuk

mengembangkan usaha

2.

Pelaku industri kreatif mengeluh

sulitnya mengakses bantuan modal

kepada perbankan,

3.

Belum ada stimulus berupa

kemudahan perizinan dan keringanan

pajak yang dapat mendorong industry

kreatif

untuk tampil menjadi

pengusaha handal.

Beberapa upaya yang dilakukan

Pemerintah Kota Bandung dalam

pengembangan Industri Kreatif

1.

Memfasilitasi terselenggaranya Helar

Fest yang merupakan salah satu

program yang dikembangkan oleh

BCCF sebagai bagian dari strategi

jangka panjang pengembangan

platform ekonomi kreatif yang

berkelanjutan di kota Bandung.

2.

Mengamanatkan pelaksanaan

pembangunan ekonomi kreatif dalam

dokumen perencanaan RPJP, RPJM

dan RKPD Kota Bandung.

3.

Melakukan kajian dalam rangka

persiapan penyusunan kebijakan,

baik yang dilakukan melalui

kerjasama dengan pihak ketiga (jasa

konsultansi) maupun melalui Forum

Pemasaran Kota dan Dewan

Pengembangan Ekonomi (DPE) Kota

Bandung.

4.

Kajian

City Branding

dan

perencanaan

landmark

Kota Bandung

yang dilakukan melalui Komisi

Forum Pemasaran Kota.

5.

Kajian Investasi Bidang

Pengembangan Industri Kreatif yang

dilakukan melalui Kelompok Kerja

DPE Kota Bandung.

6.

Pembangunan Taman Kreatif Kota

(dibawah jembatan Pasupati).

7.

Pembangunan monumen Taman

Cikapayang (Huruf DAGO raksasa).

8.

Fasilitasi dalam bidang promosi dan

pemasaran melalui Dekranasda Kota

Bandung, diantaranya pelaksanaan

Pameran Kriya Pesona Bandung

(KPB)..

9.

Menyusun Konsep Penciri Kota pada

gerbang masuk kota Bandung.

10.

Menurut Wakil Gubernur Dede

Yusuf, Pemprov Jabar telah

menyediakan lahan seluas 10 hektar

di wilayah Pasir Kunci, Ujung

Berung, untuk menampung kreatifitas

seniman Bandung dan meningkatkan

industri kreatif di wilayah ini

.

Potensi Kota Bandung Sebagai Destinasi Incentive Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif.

Kegiatan Incentive Travel adalah salah

satu kegiatan kreatif karena merupakan

kegiatan perjalanan wisata yang unik dan

khusus dalam rangka strategis untuk

memotivasi karyawan atau manajemen

perusahaan.

Event yang Mendukung Kegiatan

Travel Incentive, antara lain:

1.

Sunda Festival (Festival budaya

tradisional masyarakat Sunda)

2.

KickFest (Festival industri clothing

independen)

3.

Public Art Project (Proyek seni ruang

publik)

4.

Bandung Creative Writing Festival

(Festival sastra dan penulisan kreatif)


(18)

100

5.

Bandung New Emergence (Pameran

seni visual)

6.

Freedom Jazz Festival (Konser musik

jazz)

7.

Bandung Creative Community

Competiti

8.

Trademark Bandung, di Mal Parisj Van

Java,

9.

Karnaval Kreativitas IPTEK

Lokasi wisata yang menunjang

Incentive Travel

Cikole, Lembang,

Bandung.

Hanya berjarak kurang dari 1 jam

perjalanan dari pusat kota Bandung.

Terletak di dataran tinggi Lembang yang

merupakan salah satu daerah wisata

populer di kota Bandung. Udara di

Lembang terasa dingin dan bersih, jauh

dari polusi kota besar. Di daerah ini juga

terdapat banyak sekali obyek wisata,

mulai dari wisata alam seperti kawah

gunung Tangkuban Perahu & pemandian

air panas Ciater, wisata budaya dan

teknologi seperti peneropongan bintang

Boscha, juga wisata botanikal seperti

petik strawberry.

Situ Cileunca, Pangalengan, Bandung.

Berlokasi di tepian danau situ

Cileunca, berjarak sekitar 1,5 jam

perjalanan dari kota Bandung. Udara

pangalengan yang sejuk dan jauh dari

polusi akan memberikan nuansa

tersendiri. Di lokasi ini juga terdapat

sungai Palayangan yang menantang untuk

mengarunginya. Games outbound +

Arung jeram adalah kombinasi yang

menantang.

Cisangkuy, Banjaran, Bandung.

Mengambil lokasi di tepian sungai

Cisangkuy yang memiliki jeram-jeram

sangat menantang untuk diarungi.

Berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari

Bandung ke arah Gunung Puntang,

berudara sejuk dengan suasana pedesaan

Wisata Belanja

Lokasi untuk berbelanja produk

produk hasil industry kreatif dan kuliner

diantaranya di jalan Riau, Dago dan

Cihampelas untuk berwisata belanja

membeli oleh-oleh khas kota Bandung

Atraksi Wisata

Saung Angklung Udjo (SAU) adalah

suatu tempat, yang merupakan tempat

pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari

bambu, dan

workshop

instrumen musik

dari bambu. Selain itu, SAU mempunyai

tujuan sebagai laboratorium kependidikan

dan pusat belajar untuk memelihara

kebudayaan Sunda. Selain itu di desa

Jelekong bisa menikmati tarian jaipong,

wayang golek dan membeli lukisan hasil

penduduk desa.

KESIMPULAN

1.

Kota Bandung terpilih dalam 5 (lima)

besar kota kreatif se-Asia, saat ini

sudah ada 400 outlet industri kreatif

dan dapat menyerap kurang lebih

334.244 tenaga kerja dan

memberikan. kontribusi 11 persen

untuk pertumbuhan ekonomi kota. Ini

adalah potensi yang besar.

2.

Sejauh ini,subsektor industri kreatif

yang dapat dijadikan unggulan kota

Bandung diantaranya yaitu

musik,

fashion, seni, desain, arsitektur, IT

dan makanan (kuliner).

Tidaklah

heran bila berbagai macam predikat

pun kini mulai bermunculan dari

kalangan masyarakat, mulai dari kota

besar yang dikenal sebagai pusat

perkembangan mode, pusat kreasi

seni dan budaya, pusat jajanan dan

kuliner, serta sebutan

Paris Van Java

yang sekarang ini menjadi salah satu

icon tujuan wisata di Kota Bandung.

3.

Pemerintah sudah mempunyai

instrumen-instrumen kebijakan yang

bisa digunakan untuk menyokong

industri kreatif, hanya saja penerapan

dari kebijakan tersebutlah yang


(19)

101

sering kali belum

memuaskan,

sehingga masih ada keluhan dari para

pelaku industri kreatif mengenai

perolehan perizinan usaha, promosi,

tempat berekspresi, kemudahan

dalam mendapat pinjaman serta tarif

pajak yang dirasakan masih

memberatkan.

4. Kaitan Industri kreatif dengan Perjalanan Incentive sangat besar karena dengan banyaknya wisatawan incentive akan meningkatkan industry kreatif dengan persyaratan Unsur - unsur penting dalam Perjalanan Insentif dipenuhi , diantaranya akomodasi,

transportasi

atau Jasa Angkutan, Restoran atau

Jasa Boga, Atraksi Wisata, Cindera

mata, Pelayanan Informasi Wisata,

Pelayanan Pertemuan dan Konferensi

serta Destinasi. Dari pesyaratan

tersebut yang paling tidak

mendukung adalah transportasi di

Bandung yang sangat padat apalagi

di akhir pekan tentu saja sangat

mengganggu kegiatan wisata

SARAN

Untuk mengembangkan industri

kreatif Bandung sebagai destinasi

incentive ada beberapa usulan:

1.

Mengadakan riset, studi potensi

2.

Diberikan Fasilitas ke sumber

keuangan

3.

Mengembangkan SDM dalam

penciptaan nilai kreatif, dengan

memfasilitasi tempat berekspresi.

Target bukan hanya pasar nasional,

berancang-ancang ke pangsa pasar

internasional. Oleh karena itu,

kualitasnya harus memenuhi pangsa

pasar internasional.

4.

Berbagai stimulus perlu juga

diberikan kepada pelaku sektor

kreatif seperti pembebasan pajak bagi

bahan baku ataupun peralatan kerja

yang mendukung kegiatan usaha.

5.

Untuk menjadikan Bandung sebagai

destinasi Incentive. Diperlukan

penyelenggaraan event internasional,

workshop, seminar, ekspo industri

kreatif,

6.

Pemerintah Daerah Kota Bandung

disarankan segera dapat mengatasi

kemacetan lalu lintas untuk

memberikan kenyamanan kepada

wisatawan

DAFTAR PUSTAKA

Florida, R. (2004).

The Rise of The

Creative Class,

New York :

Basic Books

Kantor Menteri Negara Pariwisata Dan

Kesenian, Deputi Bidang

Pengembangan Produk

Pariwisata, 2000, Kebijakan

usaha jasa Meeting, Incentive,

Convention dan Exhibition

(MICE), Jakarta

Kotler, Philip Manajemen Pemasaran,

2002, Jakarta

Laporan Perencanaan Penyusunan

Perangkat Kebijakan Untuk

Pengembangan Kota Kreatif

2007

Noor, Any, 2007, Globalisasi Industri

Mice, Bandung, Alfabeta

Rogers, T, 2004

Conferences and

Conventions, A Global Industry,

London Butterworth- Heinemann

Simatupang, Togar M dkk, Analisis

Kebijakan Pengembangan

Industri Kreatif di Kota

Bandung,

Jurnal Manajemen

Teknologi, vol 8 No. 1, 2008

Zhao Yuxia, 2010, Study on the

implementation of Incentive

Travel in Universities, jurnal


(20)

(1)

berbasis Sumber Daya Alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM.

Secara umum, sejarah perkembangan peradaban ekonomi dapat dibedakan menjadi empat jaman: (1) Jaman Pertanian; (2) Jaman Industri; (3) Jaman Informasi; (4) Jaman Konseptual. Kita telah melewati jaman pertanian, jaman industri dan jaman informasi. Peradaban ekonomi sekarang ini masuk pada jaman konseptual dimana pada jaman ini yang dibutuhkan adalah para kreator dan empathizer. Kemampuan untuk mewujudkan kreativitas yang diramu dengan

Sub-Sektor Industri Kreatif

Departemen Perdagangan RI sudah memetakan 14 sektor industri kreatif terdiri dari :

1. Periklanan (advertising) 2. Arsitektur

3. Pasar Barang Seni 4. Kerajinan (craft) 5. Desain

6. Fesyen (fashion)

7. Video, Film dan Fotografi 8. Permainan Interaktif (game) 9. Musik

10. Seni Pertunjukan (showbiz) 11. Penerbitan

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software)

13. Televisi & Radio (broadcasting) 14. Riset dan Pengembangan (R&D)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan kegiatan kualitatif dan banyak ditentukan atas dasar pengamatan dari objek yang diteliti. Objek Penelitian

Destinasi, Industri Kreatif dan Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Derah Kota Bandung yang berkaitan dengan masalah peningkatan daya saing industri kreatif

Pengumpulan Data Dan Informasi

• Data sekunder dikumpulkan dari studi literatur melalui berbagai sumber dan hasil penelitian sebelumnya, buku literatur sampai dengan materi yang diperoleh melalui jaringan internet

• Data Primer, diambil langsung dari lapangan baik melalui wawancara (interview) maupun melalui daftar pertanyaan (kuesioner);

• Focus Group Discussion, Kegiatan dilaksanakan dengan instansi terkait di daerah

Pengolahan Dan Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh .Data yang terkumpul dari lapangan diinventarisasi dan diklasifikasikan terlebih dahulu dilakukan editing dan seterusnya ditabulasi berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan. Terhadap hasil tabulasi kemudian dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan keakuratan dan kelogisan penyajiannya.. Entri data akan dilakukan setelah data divalidasi dan sudah layak untuk diolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bandung Sebagai Kota Kreatif

Warga Bandung patut berbangga hati, karena Kota Bandung terpilih dalam 5 (lima) besar kota kreatif se-Asia. Hal tersebut berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu media di Singapura yakni Channel News Asia pada Desember . Bandung adalah salah satu kota yang cukup kondusif untuk mengembangkan industri kreatif saat ini sudah ada 400 outlet industri kreatif dan dapat menyerap kurang lebih 334.244 tenaga kerja dan memberikan. kontribusi 11 persen untuk pertumbuhan ekonomi kota. Ini adalah potensi yang besar.


(2)

Subsektor Industri Kreatif Unggulan subsektor industri kreatif yang selama ini menjadi tiang penyangga pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Bandung, sebagai berikut:

a. Industri Fashion

Potensi industri fashion sangat cerah. Bahkan tidak sedikit pelaku usaha yang sekarang ini sengaja memilih bisnis Factory Outlet (FO), Clothing

Company (CC), maupun Distro

(distribution store) ., kawasan Dago

menjadi pusat perkembangan bisnis fashion ,sedikitnya terdapat 20 tempat outlet fashion yang siap memanjakan para konsumen baik dari dalam kota maupun luar daerah. b. Industri Desain

Terkenal dengan sebutan kota mode, menjadikan desain pakaian yang diproduksi masyarakat Bandung terbilang cukup unik dan sangat menarik. Hal inilah yang menjadikan hasil karya desain mojang Bandung dihargai cukup tinggi oleh para konsumen. Bahkan sekarang ini industri desain tidak hanya dibutuhkan para produsen fashion, namun juga mulai merambah bisnis kerajinan, instrumen teknikal, desain jam tangan, perhiasan, barang mewah, perlengkapan rumah tangga, dan lain sebagainya.

c. Industri IT (Information technology)

Kemajuan teknologi informasi saat ini begitu pesat. Fenomena ini berimbas kepada perkembangan industri kreatif yang berbasis information technology, dan ternyata sekarang ini telah berkembang cukup pesat di kawasan Kota Bandung. Belakangan ini bahkan Masyarakat Industri Kreatif Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Indonesia (Mikti) menjalin kerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) untuk mendirikan Lembah Digital Bandung (Bandung Digital

Valley/BDV) yang difokuskan untuk mengembangkan industri IT lokal. d. Industri Kuliner

Kabupaten Bandung juga memiliki potensi bisnis kuliner yang sangat beragam. Dari mulai menu masakan nusantara hingga menu kuliner mancanegara, ditawarkan para pelaku usaha untuk memanjakan para pecinta kuliner di daerah Bandung dan sekitarnya.

e. Pasar Barang Seni dan Kerajian Lebih dari 10% dari jumlah penduduk Jelekong memiliki profesi sebagai pelukis. Beragam lukisan asal desa ini, bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar negeri Sentra pembuatan lukisan yang muncul sejak 1960-an ini tepatnya berada di Jalan Raya Laswi, Baleendah, Kabupaten Bandung.. Dari total penduduk Jelekong yang sebanyak 5000 orang, 600 diantaranya adalah pelukis. Sentra lukisan Jelekong ini terus berkibar seiring perhatian serius dari Pemerintah Kota Bandung. Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf mendorong lokasi ini sebagai kampung pariwisata sekaligus mendukung pelaksanaan Festival Jelekong 2011. "Pemerintah berharap, festival yang diselenggarakan pada 2011 ini bisa menggali dan memamerkan potensi Jelekong,"

f. Seni Pertunjukan atau Showbiz Saung Angklung Udjo (SAU) adalah suatu tempat, yang merupakan tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu. Selain itu, SAU mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat belajar untuk memelihara kebudayaan Sunda dan khususnya angklung. Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, dengan maksud untuk Tuty Herawati,Christina L Rudatin dan Djuni Akbar, Potensi Kota


(3)

melestarikan dan memelihara seni dan kebudayaan tradisional Sunda. Berlokasi di Jln. Padasuka 118, Bandung Timur Jawa Barat Indonesia. Saung Angklung Udjo tidak terbatas pada hanya menjual seni pertunjukan saja, berbagai produk alat musik bambu tradisional (angklung, arumba, calung dan lainnya) dibuat dan dijual kepada para pembeli.

Permasalahan yang Dihadapi Pelaku Industri Kreatif

1. Pelaku industri kreatif di Kota Bandung mengeluhkan minimnya fasilitas yang bisa didapatkan untuk mengembangkan usaha

2. Pelaku industri kreatif mengeluh sulitnya mengakses bantuan modal kepada perbankan,

3. Belum ada stimulus berupa kemudahan perizinan dan keringanan pajak yang dapat mendorong industry kreatif untuk tampil menjadi pengusaha handal.

Beberapa upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam pengembangan Industri Kreatif

1. Memfasilitasi terselenggaranya Helar Fest yang merupakan salah satu program yang dikembangkan oleh BCCF sebagai bagian dari strategi jangka panjang pengembangan platform ekonomi kreatif yang berkelanjutan di kota Bandung.

2. Mengamanatkan pelaksanaan pembangunan ekonomi kreatif dalam

dokumen perencanaan RPJP, RPJM dan RKPD Kota Bandung.

3. Melakukan kajian dalam rangka persiapan penyusunan kebijakan, baik yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga (jasa konsultansi) maupun melalui Forum Pemasaran Kota dan Dewan

Pengembangan Ekonomi (DPE) Kota Bandung.

4. Kajian City Branding dan perencanaan landmark Kota Bandung yang dilakukan melalui Komisi Forum Pemasaran Kota.

5. Kajian Investasi Bidang

Pengembangan Industri Kreatif yang dilakukan melalui Kelompok Kerja DPE Kota Bandung.

6. Pembangunan Taman Kreatif Kota (dibawah jembatan Pasupati).

7. Pembangunan monumen Taman Cikapayang (Huruf DAGO raksasa). 8. Fasilitasi dalam bidang promosi dan

pemasaran melalui Dekranasda Kota Bandung, diantaranya pelaksanaan Pameran Kriya Pesona Bandung (KPB)..

9. Menyusun Konsep Penciri Kota pada gerbang masuk kota Bandung.

10. Menurut Wakil Gubernur Dede Yusuf, Pemprov Jabar telah menyediakan lahan seluas 10 hektar di wilayah Pasir Kunci, Ujung Berung, untuk menampung kreatifitas seniman Bandung dan meningkatkan industri kreatif di wilayah ini.

Potensi Kota Bandung Sebagai Destinasi Incentive Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif.

Kegiatan Incentive Travel adalah salah satu kegiatan kreatif karena merupakan kegiatan perjalanan wisata yang unik dan khusus dalam rangka strategis untuk memotivasi karyawan atau manajemen perusahaan.

Event yang Mendukung Kegiatan Travel Incentive, antara lain: 1. Sunda Festival (Festival budaya

tradisional masyarakat Sunda) 2. KickFest (Festival industri clothing

independen)

3. Public Art Project (Proyek seni ruang publik)

4. Bandung Creative Writing Festival (Festival sastra dan penulisan kreatif)


(4)

5. Bandung New Emergence (Pameran seni visual)

6. Freedom Jazz Festival (Konser musik jazz)

7. Bandung Creative Community Competiti

8. Trademark Bandung, di Mal Parisj Van Java,

9. Karnaval Kreativitas IPTEK Lokasi wisata yang menunjang Incentive Travel Cikole, Lembang, Bandung.

Hanya berjarak kurang dari 1 jam perjalanan dari pusat kota Bandung. Terletak di dataran tinggi Lembang yang merupakan salah satu daerah wisata populer di kota Bandung. Udara di Lembang terasa dingin dan bersih, jauh dari polusi kota besar. Di daerah ini juga terdapat banyak sekali obyek wisata, mulai dari wisata alam seperti kawah gunung Tangkuban Perahu & pemandian air panas Ciater, wisata budaya dan teknologi seperti peneropongan bintang Boscha, juga wisata botanikal seperti petik strawberry.

Situ Cileunca, Pangalengan, Bandung. Berlokasi di tepian danau situ Cileunca, berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari kota Bandung. Udara pangalengan yang sejuk dan jauh dari polusi akan memberikan nuansa tersendiri. Di lokasi ini juga terdapat sungai Palayangan yang menantang untuk mengarunginya. Games outbound + Arung jeram adalah kombinasi yang menantang.

Cisangkuy, Banjaran, Bandung.

Mengambil lokasi di tepian sungai Cisangkuy yang memiliki jeram-jeram sangat menantang untuk diarungi. Berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandung ke arah Gunung Puntang, berudara sejuk dengan suasana pedesaan

Wisata Belanja

Lokasi untuk berbelanja produk produk hasil industry kreatif dan kuliner diantaranya di jalan Riau, Dago dan Cihampelas untuk berwisata belanja membeli oleh-oleh khas kota Bandung Atraksi Wisata

Saung Angklung Udjo (SAU) adalah suatu tempat, yang merupakan tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu. Selain itu, SAU mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat belajar untuk memelihara kebudayaan Sunda. Selain itu di desa Jelekong bisa menikmati tarian jaipong, wayang golek dan membeli lukisan hasil penduduk desa.

KESIMPULAN

1. Kota Bandung terpilih dalam 5 (lima) besar kota kreatif se-Asia, saat ini sudah ada 400 outlet industri kreatif dan dapat menyerap kurang lebih 334.244 tenaga kerja dan memberikan. kontribusi 11 persen untuk pertumbuhan ekonomi kota. Ini adalah potensi yang besar.

2. Sejauh ini,subsektor industri kreatif yang dapat dijadikan unggulan kota Bandung diantaranya yaitu musik, fashion, seni, desain, arsitektur, IT dan makanan (kuliner). Tidaklah heran bila berbagai macam predikat pun kini mulai bermunculan dari kalangan masyarakat, mulai dari kota besar yang dikenal sebagai pusat perkembangan mode, pusat kreasi seni dan budaya, pusat jajanan dan kuliner, serta sebutan Paris Van Java yang sekarang ini menjadi salah satu icon tujuan wisata di Kota Bandung.

3. Pemerintah sudah mempunyai

instrumen-instrumen kebijakan yang bisa digunakan untuk menyokong industri kreatif, hanya saja penerapan dari kebijakan tersebutlah yang Tuty Herawati,Christina L Rudatin dan Djuni Akbar, Potensi Kota


(5)

sering kali belum memuaskan, sehingga masih ada keluhan dari para pelaku industri kreatif mengenai perolehan perizinan usaha, promosi, tempat berekspresi, kemudahan dalam mendapat pinjaman serta tarif pajak yang dirasakan masih memberatkan.

4. Kaitan Industri kreatif dengan Perjalanan Incentive sangat besar karena dengan banyaknya wisatawan incentive akan meningkatkan industry kreatif dengan persyaratan Unsur - unsur penting dalam Perjalanan Insentif dipenuhi , diantaranya akomodasi, transportasi atau Jasa Angkutan, Restoran atau Jasa Boga, Atraksi Wisata, Cindera mata, Pelayanan Informasi Wisata, Pelayanan Pertemuan dan Konferensi serta Destinasi. Dari pesyaratan tersebut yang paling tidak mendukung adalah transportasi di Bandung yang sangat padat apalagi di akhir pekan tentu saja sangat mengganggu kegiatan wisata

SARAN

Untuk mengembangkan industri kreatif Bandung sebagai destinasi incentive ada beberapa usulan:

1. Mengadakan riset, studi potensi

2. Diberikan Fasilitas ke sumber keuangan

3. Mengembangkan SDM dalam penciptaan nilai kreatif, dengan memfasilitasi tempat berekspresi. Target bukan hanya pasar nasional, berancang-ancang ke pangsa pasar internasional. Oleh karena itu, kualitasnya harus memenuhi pangsa pasar internasional.

4. Berbagai stimulus perlu juga diberikan kepada pelaku sektor kreatif seperti pembebasan pajak bagi bahan baku ataupun peralatan kerja yang mendukung kegiatan usaha. 5. Untuk menjadikan Bandung sebagai

destinasi Incentive. Diperlukan penyelenggaraan event internasional,

workshop, seminar, ekspo industri kreatif,

6. Pemerintah Daerah Kota Bandung disarankan segera dapat mengatasi kemacetan lalu lintas untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan

DAFTAR PUSTAKA

Florida, R. (2004). The Rise of The

Creative Class, New York :

Basic Books

Kantor Menteri Negara Pariwisata Dan Kesenian, Deputi Bidang Pengembangan Produk Pariwisata, 2000, Kebijakan

usaha jasa Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE), Jakarta

Kotler, Philip Manajemen Pemasaran, 2002, Jakarta

Laporan Perencanaan Penyusunan Perangkat Kebijakan Untuk Pengembangan Kota Kreatif 2007

Noor, Any, 2007, Globalisasi Industri Mice, Bandung, Alfabeta

Rogers, T, 2004 Conferences and Conventions, A Global Industry, London Butterworth- Heinemann Simatupang, Togar M dkk, Analisis

Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di Kota

Bandung, Jurnal Manajemen Teknologi, vol 8 No. 1, 2008

Zhao Yuxia, 2010, Study on the implementation of Incentive Travel in Universities, jurnal


(6)