Critical Review Jurnal Analisis Lokasi

(1)

1 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan review yang berisi Analisis Jurnal Teori Lokasi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Review ini penyusun sajikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Lokasi di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, serta untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai berbagai macam teori lokasi yang relevan untuk tujuan tertentu.

Tidak lupa terima kasih penyusun sampaikan kepada Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg., Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, MSc. Dan Ajeng Nugrahaning Dewanti, ST. MT. MSc. selaku dosen mata kuliah Analisis Lokasi atas bimbingan yang telah diberikan sehingga review ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga kepada teman-teman atas berbagai masukan dan diskusi yang telah dilakukan demi lancarnya penyusunan review ini.

Penyusun sadar review ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan. Akhir kata semoga keberadaan review ini dapat memberikan pengetahuan serta manfaat bagi para pembacanya.

Surabaya, 18 Maret 2015


(2)

2 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

DAFTAR GAMBAR ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

1.1 Latar belakang ... 3

1.2 Tujuan ... 4

BAB II KONSEP DASAR TEORI LOKASI ... 5

BAB III ALASAN PEMILIHAN LOKASI ... 6

BAB IV FAKTOR-FAKTOR LOKASI ... 8

BAB VIMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH ... 8

BAB VI LESSON LEARNED... 8

DAFTAR PUSTAKA... 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi proximity dan catchment area ... 5

Gambar 2. Visualisasi teori central place Christaller ... 6

Gambar 3. Variabel terukur, model penentuan daya tarik pusat perbelanjaan ... 6

Gambar 4. model analytic hierarchy process (AHP) ... 7


(3)

3 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

CRITICAL REVIEW

JURNAL ANALISIS LOKASI

Judul Jurnal : The Development of Location Decision Making Support System for Chinese Shopping Malls from the Developers’ Perspective

Penulis : 1. Youngsik Kwak

Gyeongnam National University of Science and Technology 2. Yoonjung Nam

Ph.D. Candidate, Hanyang University 3. Yoonsik Kwak

Korea National University of Transportation 4. Yongsik Nam

OpenTide China

Publikasi : International Journal of Smart Home Vol.7, No.5 (2013), pp.315-326

Reviewer : Mega Utami Ciptaningrum (3613100034)

Tanggal Review : 18 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Suatu kegiatan yang produktif akan memilih lokasi yang dapat memperoleh input secara efisien. Input tersebut tidak hanya berbentuk fisik, tetapi juga berbentuk jasa, seperti jasa prasarana dan sarana, institusi pendukung, maupun kualitas sumberdaya manusia (Maryunani, 2003). Oleh karena itu untuk dapat memilih lokasi yang sesuai diperlukan analisis kesesuaian pada teori lokasi terlebih dahulu. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006)

Lokasi menjadi bagian paling fundamental dalam perencanaan suatu kawasan. Karena pemilihan lokasi yang optimal akan memberikan keuntungan maksimal terutama bagi kegiatan ekonomi. Sehingga teori lokasi seringkali dikatakan sebagai pondasi dan bagian yang tidak terpisahkan dalam analisa ekonomi regional. Penempatan suatu bangunan


(4)

4 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

dengan pertimbangan geografi, regulasi maupun fungsi akan mendukung keefektifan dan keberlanjutan dari banguanan itu sendiri. Atas dasar pertimbangan hal tersebut maka pengenalan terhadap karakteristik lokasi dan ruang menjadi penting untuk dipelajari karena suatu lokasi memiliki peranan yang berbeda-beda dalam pelaksanaan suatu peruntukan agar dapat menghasilkan keputusan pemilihan lokasi yang strategis. Pentingnya studi mengenai pemilihan lokasi telah mendasari disusunnya critical review ini. Harapannya, penyusun dapat mengkritisi kesesuaian teori lokasi dan implikasinya terhadap lokasi yang dipilih.

1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan critical review ini antara lain : 1.2.1 Mereview isi jurnal terpilih

1.2.2 Menganalisis relevansi dan implikasi teori lokasi dengan lokasi yang dipilih 1.2.3 Menganalisis kelebihan dan kekurangan jurnal


(5)

5 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

BAB II KONSEP DASAR TEORI LOKASI

Daya tarik pusat perbelanjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sangat penting adalah faktor penentuan lokasi. Faktor ini dianggap penting baik bagi developer, penyewa maupun pengunjung. Konsep lokasi yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan lokasi pusat perbelanjaan paling optimal di China mempertimbangkan area tangkapan (catchment area) dan keterjangkauan area (time/distance proximity).

Gambar 1. Ilustrasi proximity dan catchment area Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Area tangkapan (catchment area) membagi wilayah menjadi 3 radius. Radius pertama dengan jangkauan 1km (primary trade area), jangkauan 2 km (secondary trade area) dan jangkauan 3 km (tertiary trade area). Jumlah populasi pada tiap jangkauan penting mempunyai arti yang sangat penting bagi developer maupun penyewa. Namun sayangnya konsep ini tidak mempertimbangkan pembatas fisik seperti sungai, gunung atau jalan. Padahal pembatas fisik sangat mempengaruhi waktu tempuh ke suatu lokasi. Sehingga digunakan pula time/distance proximity, sistem yang penentuan lokasinya ikut mempertimbangkan jarak dan waktu nyata yang dibutuhkan. Teori yang digunakan oleh peneliti secara tersirat cenderung sesuai dengan teori central place oleh Walter Christaller dan Losch. Teori ini memandang bahwa sebuah pusat permukiman atau pasar adalah penyedia barang dan jasa untuk populasi di lingkungan sekitarnya. Prinsip yang dikemukakan oleh Christaller adalah:

- Range (jarak) adalah jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau barang.

- Threshold (ambang batas) adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang (spatial population distribution).


(6)

6 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

Gambar 2. Visualisasi teori central place Christaller

Sumber : Christaller, 1993 dalam Eppli da Benjamin, 1993

BAB III ALASAN PEMILIHAN LOKASI

Penentuan lokasi dalam penelitian tersebut tidak hanya mempertimbangkan faktor lokasi saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi kepada developer tentang wilayah mana yang paling mendukung untuk dibangunnya pusat perbelanjaan di China. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui faktor lain yang turut berpengaruh terhadap daya tarik pusat perbelanjaan di China adalah kesesuaian harga produk yang ditawarkan, daya tarik pemasaran dan citra pusat perbelanjaan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut masih memiliki sub-faktor sebagaimana berikut :

Gambar 3. Variabel terukur, model penentuan daya tarik pusat perbelanjaan

Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Sebelum menentukan lokasi paling optimal, peneliti berusaha menentukan faktor mana yang paling berpengaruh terhadap penentuan lokasi pusat perbelanjaan di China. Dengan menggunakan metode analytic hierarchy process (AHP) dilakukan perbandingan pasangan antara beberapa sub-kriteria dan lokasi terpilih. Alternatif lokasi terpilih adalah


(7)

7 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

Sanlitun, Solana, Huatang dan Indigo. Lokasi ini dipilih atas pertimbangan seluruhnya diestimasikan memenuhi 4 kriteria dalam penentuan sistem pemilihan lokasi.

Gambar 4. model analytic hierarchy process (AHP) Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Pembobotan nilai dilakukan dengan metode delphi, yaitu teknik membuat keputusan oleh sekelompok ahli dalam bidang yang sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan. Penilai terdiri dari 5 orang ahli, yaitu 3 orang profesional dari konsultan industri yang telah berpengalaman lebih dari 5 tahun di dunia konsultan dan 2 orang profesor di bidang marketing yang telah 4-5 tahun mengajar di Universitas di Korea serta berpengalaman lebih dari 10 tahun proyek relasi distribusi di China.


(8)

8 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Berdasarkan perhitungan dengan AHP, hasil yang diperoleh menunjukkan daya tarik pemasaran memiliki pengaruh tertinggi. Kemudian kesesuaian harga bagi masyarakat di sekitar catchment area menempati posisi ke 2. Selanjutnya citra pusat pebelanjaan, dan yang terakhir adalah lokasi. Berdasarkan hasil tersebut maka daerah di Beijing yang paling sesuai sebagai pusat perbelanjaan dari perspektif developer berturut-turut adalah Sanlitun, Indigo, Solana kemudian Huatang.

BAB IV FAKTOR-FAKTOR LOKASI

Dilihat dari kondisi eksistingnya, jarak Sanlitun merupakan yang paling dekat dengan pusat kota Beijing. Hal ini memberikan peluang yang cukup besar untuk mengembangkan sektor komersialnya. Sektor komersial yang sifatnya tradisional juga sudah mulai mengarah pada modernitas. Alternatif lokasi optimal ke 2 adalah Indigo yang baru saja dikembangkan dengan mengadopsi rencana pengembangan Singapura dan baru saja dihubungkan dengan jalan utama di sepanjang kota Wangjing, bandara, dan area Shunyi dan Miyun. Pusat perbelanjaan Solana yang telah dikembangkan sekitar pertengahan tahun 200an menjadi preferensi pusat perbelanjaan selanjutnya.

BAB V

IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH

Penelitian penentuan lokasi pusat perbelanjaan pada jurnal ini tidak menempatkan teori lokasi sebagai prioritas utama dalam pemilihan lokasi. Berdasarkan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), bobot tertinggi justru ditempati oleh daya tarik pemasaran, faktor lokasi menempati urutan terakhir. Sehingga hal ini kurang sejalan denga teori ekonomi yang menyatakan lokasi pusat perbelanjaan mendekati market. Karena pada studi kasus ini proses pemasaran dianggap lebih penting. Lokasi dengan priortas tertinggi adalah Sanlitun.

BAB VI LESSON LEARNED

Berdasarkan pembahasan dalam jurnal, maka lesson learned yang dapat diambil oleh penyusun adalah


(9)

9 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

- Lokasi memiliki arti yang sangat penting bagi suatu kegiatan terutama kegiatan ekonomi

- Developer, penyewa maupun pengunjung memiliki sudut pandang tersendiri dalam menentukan preferensi pusat perbelanjaan

- Daya tarik suatu pusat perbelanjaan dari perspektif developer selain ditentukan oleh lokasi juga ditentukan oleh daya tarik pemasaran, citra pusat perbelanjaan dan penawaran harga yang sesuai

- Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode untuk menentukan pilihan yang paling optimal dengan kriteria tertentu sesuai dengan nilai pembobotan


(10)

10 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

DAFTAR PUSTAKA

Kwak, Youngsik dkk. “The Development of Location Decision Making Support System for Chinese Shopping Malls from the Developers’ Perspective”. Vol.7. No.5. 2006

Astri Aulia S., Adisti Madella Elmanisa, Myra P. Gunawan. “Pola Distribusi Spasial Minimarket di Kota–Kota Kecil”. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20 No. 2. 2009


(1)

5 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

BAB II KONSEP DASAR TEORI LOKASI

Daya tarik pusat perbelanjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sangat penting adalah faktor penentuan lokasi. Faktor ini dianggap penting baik bagi developer, penyewa maupun pengunjung. Konsep lokasi yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan lokasi pusat perbelanjaan paling optimal di China mempertimbangkan area tangkapan (catchment area) dan keterjangkauan area (time/distance proximity).

Gambar 1. Ilustrasi proximity dan catchment area Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Area tangkapan (catchment area) membagi wilayah menjadi 3 radius. Radius pertama dengan jangkauan 1km (primary trade area), jangkauan 2 km (secondary trade area) dan jangkauan 3 km (tertiary trade area). Jumlah populasi pada tiap jangkauan penting mempunyai arti yang sangat penting bagi developer maupun penyewa. Namun sayangnya konsep ini tidak mempertimbangkan pembatas fisik seperti sungai, gunung atau jalan. Padahal pembatas fisik sangat mempengaruhi waktu tempuh ke suatu lokasi. Sehingga digunakan pula time/distance proximity, sistem yang penentuan lokasinya ikut mempertimbangkan jarak dan waktu nyata yang dibutuhkan. Teori yang digunakan oleh peneliti secara tersirat cenderung sesuai dengan teori central place oleh Walter Christaller dan Losch. Teori ini memandang bahwa sebuah pusat permukiman atau pasar adalah penyedia barang dan jasa untuk populasi di lingkungan sekitarnya. Prinsip yang dikemukakan oleh Christaller adalah:

- Range (jarak) adalah jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau barang.

- Threshold (ambang batas) adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen yang dibutuhkan untuk menunjang kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang bersangkutan, yang diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam ruang (spatial population distribution).


(2)

6 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

Gambar 2. Visualisasi teori central place Christaller Sumber : Christaller, 1993 dalam Eppli da Benjamin, 1993

BAB III ALASAN PEMILIHAN LOKASI

Penentuan lokasi dalam penelitian tersebut tidak hanya mempertimbangkan faktor lokasi saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan rekomendasi kepada developer tentang wilayah mana yang paling mendukung untuk dibangunnya pusat perbelanjaan di China. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui faktor lain yang turut berpengaruh terhadap daya tarik pusat perbelanjaan di China adalah kesesuaian harga produk yang ditawarkan, daya tarik pemasaran dan citra pusat perbelanjaan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut masih memiliki sub-faktor sebagaimana berikut :

Gambar 3. Variabel terukur, model penentuan daya tarik pusat perbelanjaan

Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Sebelum menentukan lokasi paling optimal, peneliti berusaha menentukan faktor mana yang paling berpengaruh terhadap penentuan lokasi pusat perbelanjaan di China. Dengan menggunakan metode analytic hierarchy process (AHP) dilakukan perbandingan pasangan antara beberapa sub-kriteria dan lokasi terpilih. Alternatif lokasi terpilih adalah


(3)

7 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

Sanlitun, Solana, Huatang dan Indigo. Lokasi ini dipilih atas pertimbangan seluruhnya diestimasikan memenuhi 4 kriteria dalam penentuan sistem pemilihan lokasi.

Gambar 4. model analytic hierarchy process (AHP) Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Pembobotan nilai dilakukan dengan metode delphi, yaitu teknik membuat keputusan oleh sekelompok ahli dalam bidang yang sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan. Penilai terdiri dari 5 orang ahli, yaitu 3 orang profesional dari konsultan industri yang telah berpengalaman lebih dari 5 tahun di dunia konsultan dan 2 orang profesor di bidang marketing yang telah 4-5 tahun mengajar di Universitas di Korea serta berpengalaman lebih dari 10 tahun proyek relasi distribusi di China.


(4)

8 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

Sumber : Kwak, Youngsik dkk, 2013

Berdasarkan perhitungan dengan AHP, hasil yang diperoleh menunjukkan daya tarik pemasaran memiliki pengaruh tertinggi. Kemudian kesesuaian harga bagi masyarakat di sekitar catchment area menempati posisi ke 2. Selanjutnya citra pusat pebelanjaan, dan yang terakhir adalah lokasi. Berdasarkan hasil tersebut maka daerah di Beijing yang paling sesuai sebagai pusat perbelanjaan dari perspektif developer berturut-turut adalah Sanlitun, Indigo, Solana kemudian Huatang.

BAB IV FAKTOR-FAKTOR LOKASI

Dilihat dari kondisi eksistingnya, jarak Sanlitun merupakan yang paling dekat dengan pusat kota Beijing. Hal ini memberikan peluang yang cukup besar untuk mengembangkan sektor komersialnya. Sektor komersial yang sifatnya tradisional juga sudah mulai mengarah pada modernitas. Alternatif lokasi optimal ke 2 adalah Indigo yang baru saja dikembangkan dengan mengadopsi rencana pengembangan Singapura dan baru saja dihubungkan dengan jalan utama di sepanjang kota Wangjing, bandara, dan area Shunyi dan Miyun. Pusat perbelanjaan Solana yang telah dikembangkan sekitar pertengahan tahun 200an menjadi preferensi pusat perbelanjaan selanjutnya.

BAB V

IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH

Penelitian penentuan lokasi pusat perbelanjaan pada jurnal ini tidak menempatkan teori lokasi sebagai prioritas utama dalam pemilihan lokasi. Berdasarkan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), bobot tertinggi justru ditempati oleh daya tarik pemasaran, faktor lokasi menempati urutan terakhir. Sehingga hal ini kurang sejalan denga teori ekonomi yang menyatakan lokasi pusat perbelanjaan mendekati market. Karena pada studi kasus ini proses pemasaran dianggap lebih penting. Lokasi dengan priortas tertinggi adalah Sanlitun.

BAB VI LESSON LEARNED

Berdasarkan pembahasan dalam jurnal, maka lesson learned yang dapat diambil oleh penyusun adalah


(5)

9 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

- Lokasi memiliki arti yang sangat penting bagi suatu kegiatan terutama kegiatan ekonomi

- Developer, penyewa maupun pengunjung memiliki sudut pandang tersendiri dalam menentukan preferensi pusat perbelanjaan

- Daya tarik suatu pusat perbelanjaan dari perspektif developer selain ditentukan oleh lokasi juga ditentukan oleh daya tarik pemasaran, citra pusat perbelanjaan dan penawaran harga yang sesuai

- Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode untuk menentukan pilihan yang paling optimal dengan kriteria tertentu sesuai dengan nilai pembobotan


(6)

10 |

P

P

P

e

e

e

r

r

r

e

e

e

n

n

n

c

c

c

a

a

a

n

n

n

a

a

a

a

a

a

n

n

n

W

W

W

i

i

i

l

l

l

a

a

a

y

y

y

a

a

a

h

h

h

d

d

d

a

a

a

n

n

n

K

K

K

o

o

o

t

t

t

a

a

a

DAFTAR PUSTAKA

Kwak, Youngsik dkk. “The Development of Location Decision Making Support System for Chinese Shopping Malls from the Developers’ Perspective”. Vol.7. No.5. 2006

Astri Aulia S., Adisti Madella Elmanisa, Myra P. Gunawan. “Pola Distribusi Spasial Minimarket di Kota–Kota Kecil”. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20 No. 2. 2009