F. Sejarah Cello Keroncong
Sebelum instrumen cello masuk, pada awal abad ke-16 rebana adalah alat musik yang muncul sebelum alat musik cello masuk. Rebana
bertugas mengisi pola-pola perkusi yang berpadu dengan alat musik ukulele dan mandolin. Kemudian pada tahun 1930 Sastrodirono mengganti alat musik
rebana dengan petikan gitar, dan pada tahun 1934 gitar tersebut sudah diganti dengan cello yang bermain secara pizzicato thumb stick. Dalam hal ini Tjok
Shinsu dianggap sebagai pemrakarsanya. Baru kemudian Dul Rajak merubah cara memetik cello sehingga pola petikan tidak begitu sama seperti kendhang
gamelan, melainkan sama seperti kendhangan keroncong yang lebih bersifat universal seperti yang dikenal pada waktu sekarang ini. Dari sinilah meyakini
bahwa musik keroncong memang berasal dari nenek moyang Suharto : 1996 Alat musik cello berasal dari Eropa, walaupun demikian para
musisi dari luar negeri ternyata kagum melihat permainan cello keroncong yang waktu itu dipetik oleh Salamoen dari Surakarta. Seperti yang diungkap
Soeharto 1996 : 42 : Alat musik cello memang asalnya dari luar negeri, tetapi jagoan-
jagoan musik luar negeri yang bertaraf Internasional ternyata geleng-geleng kepala menyaksikan dan mendengar suara cello
yang waktu itu dipetik oleh Salamoen dari Solo.
Dalam pernyataan Soeharto mengatakan bahwa jagoan musik yang bertaraf Internasional kagum setelah menyaksikan dan mendengar permainan
cello keroncong yang dimainkan oleh Salamoen yang berasal dari Solo. Alat musik cello sebenarnya di negara asalnya adalah merupakan alat musik yang
cara memainkanya adalah dengan cara digesek, tetapi selain digesek juga
terdapat teknik yang dinamakan pizzicato atau dipetik, dan teknik pizzicato ini adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memainkan cello
keroncong. Pada zaman dahulu sering dilihat juga beberapa pemain cello jika akan mengiringi lagu langgam daerah, menggunakan karbo-daster atau
membalut leher cello pada bagian nada tertentu sehingga bunyi yang terdengar tidak terlalu mendengung dan lebih terkesan sengau.
G. Langgam Jawa
Langgam Jawa pada umumnya memiliki kesamaan dengan langgam keroncong, tetapi perbedaanya terletak pada instrumen siter yang
diwakili oleh cak, dan instrumen kendhang yang diwakili oleh cello. Langgam Jawa pada umumnya berirama 44, dan susunan bar umumnya
terdiri dari 32 bar yang terbagi dalam empat bagian yaitu bagian A untuk bait pertama ; bagian A
ź untuk bait kedua ; bagian B disebut Refrein ; bagian Aź untuk bait terakhir. Jadi kebanyakan dalam langgam Jawa, intronya diambil
dari empat birama terakhir dari lagu langgam tersebut. Walaupun demikian juga ada yang mengambil delapan birama terakhir. Soeharto 1996 : 84
H. Penelitian yang Relevan
Zebua 1987, meneliti tentang pengajaran instrumen pokok cello di Sekolah Menengah Musik Yogyakarta. Pada penelitian ini ditemukan
berbagai macam teknik bermain cello gesek serta posisi duduk dan memegang instrumen cello gesek. Dalam penelitian ini juga ditemukan teknik