Gelombang Bunyi Resonansi Bunyi

E. Bunyi-bunyi pada Kendhang Ciblon dan Kendhang Ageng

Kendhang adalah instrumen yang terbuat dari kayu dan kulit. Instrumen ini pada langgam Jawa bertugas sebagai pengatur tempo atau pemimpin irama seperti yang dikatakan Kusnadi, 2004 : 7 “Dalam karawitan Jawa, kendhang merupakan pamurba irama, yaitu instrumen yang berfungsi sebagai pengatur atau pemimpin irama.” Dengan pernyataan tersebut, bisa diartikan bahwa pada musik karawitan dan irama langgam Jawa, pemegang tempo utamanya adalah instrumen kendhang. Pada kendhang ciblon dan kendhang ageng terdapat bunyi-bunyi antara lain dhah, den, dhet, thung, ket, tak, tong, lang, lung, dan dlang. seperti yang dikatakan Kusnadi 2004, dalam kendhang ciblon dan kendhang ageng terdapat bunyi-bunyi yang dihasilkan dengan cara yang berbeda-beda. Bunyi tersebut juga memiliki simbol notasi yang berbeda-beda dalam setiap bunyi yang dihasilkan. Bunyi-bunyi tersebut antara lain dhah yang disimbolkan oleh notasi , bunyi den yang disimbolkan oleh notasi , bunyi dhet yang disimbolkan oleh notasi , bunyi thung yang disimbolkan oleh notasi , bunyi ket yang disimbolkan oleh notasi , bunyi tak yang disimbolkan oleh notasi , bunyi tong yang disimbolkan oleh notasi 0, bunyi lang yang disimbolkan oleh notasi L, bunyi lung yang disimbolkan notasi , bunyi dlang yang disimbolkan notasi . C B V P K I L DL

F. Sejarah Cello Keroncong

Sebelum instrumen cello masuk, pada awal abad ke-16 rebana adalah alat musik yang muncul sebelum alat musik cello masuk. Rebana bertugas mengisi pola-pola perkusi yang berpadu dengan alat musik ukulele dan mandolin. Kemudian pada tahun 1930 Sastrodirono mengganti alat musik rebana dengan petikan gitar, dan pada tahun 1934 gitar tersebut sudah diganti dengan cello yang bermain secara pizzicato thumb stick. Dalam hal ini Tjok Shinsu dianggap sebagai pemrakarsanya. Baru kemudian Dul Rajak merubah cara memetik cello sehingga pola petikan tidak begitu sama seperti kendhang gamelan, melainkan sama seperti kendhangan keroncong yang lebih bersifat universal seperti yang dikenal pada waktu sekarang ini. Dari sinilah meyakini bahwa musik keroncong memang berasal dari nenek moyang Suharto : 1996 Alat musik cello berasal dari Eropa, walaupun demikian para musisi dari luar negeri ternyata kagum melihat permainan cello keroncong yang waktu itu dipetik oleh Salamoen dari Surakarta. Seperti yang diungkap Soeharto 1996 : 42 : Alat musik cello memang asalnya dari luar negeri, tetapi jagoan- jagoan musik luar negeri yang bertaraf Internasional ternyata geleng-geleng kepala menyaksikan dan mendengar suara cello yang waktu itu dipetik oleh Salamoen dari Solo. Dalam pernyataan Soeharto mengatakan bahwa jagoan musik yang bertaraf Internasional kagum setelah menyaksikan dan mendengar permainan cello keroncong yang dimainkan oleh Salamoen yang berasal dari Solo. Alat musik cello sebenarnya di negara asalnya adalah merupakan alat musik yang cara memainkanya adalah dengan cara digesek, tetapi selain digesek juga