THE EVALUATION OF LEARNING PROGRAM OF SCIENCE CLASS VIII AT SMP NEGERI TERBUKA 20 BANDAR LAMPUNG EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN IPA KELAS VIII DI SMP NEGERI TERBUKA 20 BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

THE EVALUATION OF LEARNING PROGRAM OF SCIENCE CLASS VIIIAT SMP NEGERI TERBUKA 20 BANDAR LAMPUNG

BY Irna Trisnani

The purpose of this study is: (1) to describe the level of achievement of the science lesson planning, (2) analyzing the achievement of the implementation of learning science, and (3) analyzing the science achievement of learning outcomes assessment.

This study is a model of Provus (Discrepancy Model). The place of research in SMP Open 20 Bandar Lampung. Data were collected using questionnaires, observation, documentation studies, and quantitative descriptive analysis.

The results showed that (1) the achievement of learning science planning categorized enough (67.65%), (2) achievement of the implementation of learning science categorized less (59.31%), (3) the achievement of learning outcomes assessment IPA categorized less (59.89 %).


(2)

ABSTRAK

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN IPA KELAS VIII DI SMP NEGERI TERBUKA 20 BANDAR LAMPUNG

Oleh Irna Trisnani

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan tingkat ketercapaian perencanaan pembelajaran IPA, (2) menganalisis ketercapaian pelaksanaan pembelajaran IPA, dan (3) menganalisis ketercapaian penilaian hasil pembelajaran IPA.

Penelitian ini merupakan penelitian model Provus (Discrepancy Model). Tempat penelitian di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung. Data dikumpulkan menggunakan angket, observasi, studi dokumentasi, dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ketercapaian perencanaan pembelajaran IPA dikategorikan cukup (67,65%), (2) ketercapaian pelaksanaan pembelajaran IPA dikategorikan kurang (59,31%), (3) ketercapaian penilaian hasil pembelajaran IPA dikategorikan kurang (59,89%).


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Irna Trisnani. Lahir di Natar, Kabupaten Lampung Selatan tanggal 15 Juni 1988, anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Tugiyato dan Ibu Neowati Purwaningsih.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Dharma Wanita PTP N VII Rejosari Kecamatan Natar, diselesaikan pada tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 3 Negara Ratu Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 1999, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1 Natar Lampung Selatan pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan, diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung dan meraih Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada tahun 2012. Pada tahun 2012 melanjutkan studi S-2 di FKIP Universitas Lampung Jurusan Teknologi Pendidikan.


(8)

MOTTO

SUCCESS NEVER COMES TO THE INDOLENCE

Sukses

tidak pernah datang kepada orang yang malas

(Sigit Daryanto)

“Tiada Sesuatu yang Menarik, Jika kita tidak Belajar untuk Tertarik”

(Suyadi)

“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!!!”

(Irna Trisnani)


(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan

rahmat dan kasih sayang-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Bapak Tugiyato dan ibu Neowati P tercinta

yang tak pernah lelah senantiasa membimbing, dan mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan ananda dunia dan akhirat. Ananda mohon maaf jika telah banyak mengecewakan bapak dan mamak. Jasa kalian takkan mungkin dapat

ananda balas walau sampai akhir hayat. Semoga kelak ananda dapat membahagiakan dan membuat kalian bangga telah melahirkanku.

Adikku tersayang

Irfan Darmawan yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan selalu menjadi motivasiku. Semoga teteh bisa menjadi panutan yang baik untukmu.

Sahabat-sahabatku

doa, perhatian, dan kebersamaan yang telah kalian terjalin selama ini adalah suatu hal yang sangat berarti bagiku. Seorang sahabat adalah suatu

sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak bahagia.


(10)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul:

”Evaluasi Program Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung”.

Tesis ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan konstribusi dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Lampung Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung Prof. Dr. Sudjarwo,

M.S.

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. Ketua Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung dan sekaligus Dosen Pembimbing I


(11)

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Dr. Herpratiwi, M.Pd. Sekretaris Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung dan pembahas II.

6. Dr. Sulton Djasmi, M.Pd. Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. Dosen Pembahas I dalam penyusunan tesis ini. 8. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP

Universitas Lampung berikut staf administrasinya.

9. Ibu Hj. Dra. Listadora, M.Pd. Kepala SMPN 20 Bandar Lampung yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Ibu Sri Jumiati, S.Pd., Ibu Warni, S.P., dan Ibu Rahma Dewi, S.Pd., selaku guru IPA kelas VIII, serta siswa-siswi kelas VIII A sampai VIII F SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung.

11. Semua rekan seperjuangan mahasiswa khususnya Angkatan 2012 Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung baik di kelas A dan B, terima kasih atas segala dukungan, kebahagiaan, kasih saying, canda tawa dan kebersamaannya.

12. Sahabat-sahabat terbaikku, terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan kalian selalu memberikan canda tawa yang dapat menghilangkan kepenatan dari rutinitas kuliah.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.


(12)

Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada didalamnya. Penulis berharap mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 20 Mei 2014 Penulis

IRNA TRISNANI NPM 1223011021


(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Evaluasi ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

II. KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Deskripsi Konseptual Evaluasi Program ... 11

2.1.1 Definisi Evaluasi Program ... 11

2.1.2 Tujuan Evaluasi Program ... 15

2.1.3 Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program ... 17

2.1.4 Manfaat Evaluasi Program ……… 18

2.2 Deskripsi Program ... 19

2.2.1 Evaluasi Program Pembelajaran ... 19

2.2.2 Tujuan Pembelajaran ... 25

2.3 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 26

2.3.1 Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ... 29

2.3.2 Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu ………... 30

2.3.3 Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPA ... 32

2.4 Desain Sistem Pembelajaran Model ASSURE ……… .. 34

2.5 Standar Proses ……… 37


(14)

xiii

2.5.2 Pelaksanaan Pembelajaran ………. 41

2.5.3 Penilaian Hasil Pembelajar ……… 44

2.6 SMP Terbuka ... 45

2.6.1 Tujuan SMP Terbuka ... 46

2.6.2 Komponen Sistem SMP Terbuka ... 47

2.6.3 Perkembangan Pola Pembelajaran ……… 50

2.7 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 51

2.7.1 Teori Belajar Kognitif ……… 55

2.7.2 Teori Belajar Konstruktivisme ……….. 56

2.7.3 Prinsip Belajar Mandiri ………. 58

2.8 Model Evaluasi Program ... 60

2.9 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 61

III. METODE PENELITIAN ... 65

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 65

3.2 Jenis Penelitian ... 65

3.3 Objek dan Subjek Penelitian ... 66

3.4 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 67

3.5 Kriteria Evaluasi ……… 68

3.6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 70

3.6.1 Validitas Instrumen ... 74

3.4.2 Reliabilitas instrumen... 79

3.7 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 84

3.8 Teknik Analisis Data ………. . 86

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89

4.1 Hasil Penelitian ... 89

4.2 Pembahasan ... 95

4.2.1 Perencanaan Pembelajaran IPA Kelas VIII ... 98

4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran IPA Kelas VIII ... 108

4.2.3 Penilaian Hasil Pembelajaran IPA Kelas VIII ... 117


(15)

xiv

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 123 5.1 Kesimpulan ... 123 5.2 Rekomendasi ... 124

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Rekapitulasi Nilai Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPA ….. 8

3.1 Kriteria Evaluasi ……….……… 68

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Perencanaan Dalam Pembelajaran IPA ... 71

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Pelaksanaan Dalam Pembelajaran IPA ... 72

3.4 Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Dalam Pembelajaran IPA ... 73

3.5 Skor Kuesioner Evaluasi Pembelajaran IPA Berdasarkan Skala Guttman ………... 75

3.6 Tafsiran Persentase Penilaian ……… 75

3.7 Hasil Validitas Telaah Ahli/Pakar Pada Skala Penilaian Pembelajaran IPA ……… 76

3.8 Hasil Validitas Telaah Ahli/Pakar Pada Skala Penilaian Kategori Pelaksanaan Pembelajaran IPA ……… 77

3.9 Hasil Validitas Telaah Ahli/Pakar Pada Skala Penilaian Evaluasi Pembelajaran IPA ……….. 78

3.10 Kekuatan Koefisien Kappa ……….. 80

3.11 Output Reliabilitas Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Untuk Angket Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran IPA …… 80

3.12 Output Reliabilitas Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Untuk Angket Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPA …… . 82

3.13 Output Reliabilitas Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Untuk Angket Guru Dalam Evaluasi Pembelajaran IPA ………… 83

4.1 Penilaian atau Evaluasi Ketercapaian Perencanaan Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Terbuka 20 ... 89

4.2 Penilaian atau Evaluasi Ketercapaian Pelaksanaan Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Terbuka 20 ... 92


(17)

xvi

4.3 Penilaian atau Evaluasi Ketercapaian Evaluasi

Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Terbuka 20 ... 94 4.4 Data Evaluasi Perencanaan Pembelajaran IPA di SMP

Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung ……… 99 4.5 Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SMP


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(19)

xviii LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 129

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 137

Lampiran 3. Lembar Kerja ……… . 162

Lampiran 4. Pedoman Observasi ... 165

Lampiran 5. Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 166

Lampiran 6. Pedoman Observasi Aktivitas Guru ... 171

Lampiran 7. Hasil Observasi Secara Keseluruhan ... 174

Lampiran 8. Kuesioner Penelitian Perencanaan Pembelajaran IPA ... 177

Lampiran 9. Instrumen Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA ... 186

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Pelaksanaan Pembelajaran IPA ... 191

Lampiran 11. Instrumen Observasi Penilaian Pembelajaran IPA ... 193

Lampiran 12. Kuesioner Penelitian Penilaian Pembelajaran IPA ... 194

Lampiran 13. Rekapitulasi Jumlah Skor Perencanaan ... 195

Lampiran 14. Rekapitulasi Jumlah Skor Pelaksanaan Guru ... 196

Lampiran 15. Rekapitulasi Jumlah Skor Pelaksanaan Responden Siswa KD 5.3 ... 197

Lampiran 16. Rekapitulasi Jumlah Skor Pelaksanaan Responden Siswa KD 5.4 ... 198

Lampiran 17. Rekapitulasi Jumlah Skor Pelaksanaan Responden Siswa KD 5.5 ... 199

Lampiran 21. Rekapitulasi Jumlah Skor Penilaian Hasil Pembelajaran ……… ... 200

Lampiran 22. Rekapitulasi Nilai Siswa ... 201

Lampiran 23. Surat Penelitian ... 206 ...


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya itu sering kali menghadapi berbagai kendala. Krisis multidimensi yang terjadi di Indonesia, misalnya disinyalir telah membawa dampak bertambahnya jumlah kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Kondisi ini menyebabkan semakin banyak orang yang tak mampu meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan merupakan masalah tersendiri dalam memberikan layanan pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Menurut peneliti mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, tutor/guru pengelola pendidikan, kearifan lokal masyarakat, kualitas pembelajaran, kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa belajar untuk belajar yang lebih baik.


(21)

Faktor penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bermakna adalah proses evaluasi yang dapat mendorong siswa belajar untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong iklim belajar yang kondusif, sehingga melahirkan tujuan yang ingin di capai.

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mengatakan bahwa proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Ketentuan dari standar ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing lulusan untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta persaingan global dengan tanpa membatasi kreatifitas pada satuan pendidikan untuk melakukan pembaharuan proses pembelajaran. Standar proses pembelajaran ini menggunakan paradikma pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga pendidik harus memperhatikan keragaman dan keunikan siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk itu semua maka seorang pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagaimana diterapkan dalam standar pendidikan dan tenaga pendidikan.

Salah satu permasalahan pendidikan di sekolah yang secara langsung berdampak dengan siswa adalah pembelajaran, kita lihat sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif dengan mentransper konsep-konsep secara langsung pada siswa. Dalam pandangan ini, secara pasif siswa menyerap struktur


(22)

3

pengetahuan yang diberikan guru. Pembelajaran hanya sekedar menyampaikan fakta, konsep, prinsip dan keterampilan kepada siswa.

Evaluasi pembelajaran akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan mendorong guru juga untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi pembelajaran dengan baik. Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh seorang guru untuk mengetahui kefektifan pembelajaran. Keberadaan evaluasi belajar sangat diperlukan selama masih ada kegiatan pembelajaran. Evaluasi diperlukan guru saat memberikan materi serta untuk mengetahui daya serap siswa pada materi yang disajikan.

Diharapkan sekolah lebih banyak memberikan pelayanan dan fasilitas kepada siswa, misalnya dengan berusaha terus menerus, dan berkesinambungan untuk melengkapi sarana dan prasarana di sekolah dalam menunjang kelancaran pembelajaran. Pihak sekolah diharapkan mengerti kebutuhan apa saja yang diperlukan guru dan siswa, dan juga memikirkan bagaimana agar pembelajaran yang terjadi dapat berkualitas dan berhasil. Demi membantu siswa mencapai berbagai kompetensi yang diharapkan, pembelajaran diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan bagi siswa mengembangkan kreativitas, dan kemandiriannya sesuai dengan bakat, minat, oleh karena itu guru hendaknya


(23)

merancang pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan siswa, agar pembelajaran berlangsung optimal.

Penyelenggaraan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk melatih siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif.

Dikatakan oleh BSNP, bahwa dalam penerapanya mata pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam perkembangan manusia, baik dalam hal perkembangan teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupanya maupun dalam hal penerapan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, serta budaya.

Pembelajaran IPA disekolah sebaiknya : 1) memberikan pengalaman pada siswa sehingga mereka kompeten dalam melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, 2) menanamkan pada siswa pentinggnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (menguji hipotesis), 3) latihan berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar IPA terutama materi kimia sebagai penerapan masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi disekeliling mereka, 4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai kemampuan IPA dalam menyelesaikan berbagai masalah kimia dalam kehidupan sehari-hari.


(24)

5

Substansi mata pelajaran IPA pada SMP merupakan IPA Terpadu dan pembelajar-an IPA Terpadu merupakpembelajar-an gabungpembelajar-an pembelajar-antara berbagai bidpembelajar-ang kajipembelajar-an IPA, yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 secara tegas dinyatakan bahwa subtansi mata pelajaran IPA pada SMP/MTS merupakan IPA Terpadu. Hal ini memberikan dampak terhadap guru yang mengajar di kelas karena guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar.

Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, kemampuan mengembangkan strategi dan menejemen pembelajar-an, memiliki kemampuan umpan balik (feedback) dan penguatan, dan memiliki kemampuan untuk peningkatan diri. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Melalui pembelajaran IPA, diharap-kan siswa dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.


(25)

Akan tetapi, di sekolah pada umumnya guru yang tersedia terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti Fisika, Kimia, dan Biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya.

Hal demikian juga terjadi di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung, saat ini ada 6 guru IPA yang dulunya mengajar salah satu dari displin ilmu Biologi, Fisika atau Kimia secara terpisah. Kini, mereka diharuskan mengajar mata pelajaran Biologi, Fisika dan Kimia secara bersamaan dalam mata pelajaran IPA Terpadu. Berdasar-kan wawancara non formal sebelumnya dengan wakil kepala bidang kurikulum menyatakan bahwa ada keluhan dari guru IPA Terpadu yang menyatakan bahwa mengalami kesulitan dalam mengajar ilmu Biologi, Kimia dan Fisika secara bersamaan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung pada hari selasa 19 November 2013, sebagian besar siswa belum memahami tentang manfaat pembelajaran IPA, sehingga selama pembelajaran sikap siswa cenderung formalitas, siswa hanya datang, duduk dan diam selama pembelajaran IPA berlangsung. Rasa senang terhadap pelajaran IPA belum terlihat selama pembelajaran. Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran masih terbatas pada beberapa siswa saja. Aspek keinginan siswa dalam pembelajaran IPA rendah. Siswa kurang memanfaatkan kesempatan yang diberikan guru untuk bertanya ataupun meminta penjelasan lebih terkait mata pelajaran IPA.


(26)

7

Sekolah Menengah Pertama Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung, merupakan salah satu sekolah terbuka yang ada di Bandar Lampung, yang siswanya mempunyai latar belakang bervariasi. Latar belakang yang bervariasi/berbeda-beda menyebabkan sikap, motivasi dan hasil belajar siswa beraneka ragam. Hasil observasi awal diketahui bahwa sebagian besar siswa pasif selama proses pembelajaran IPA berlangsung. Interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru masih lemah. Siswa tidak berani bertanya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya oleh guru, hanya beberapa siswa saja yang berani mengajukan pertanyaan pada materi yang belum dipahami.

Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA masih sangat kurang, terlihat dari sedikit sekali siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru. Data hasil belajar IPA yang dicapai siswa umumnya masih rendah sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang akan dicapai adalah 70. Sehingga dapat dikatakan nilai rata-rata siswa tidak mencapai KKM yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar ini menunjukkan siswa yang mengalami kesulitasn belajar. Banyak siswa yang perlu mendapat perhatian dari guru karena latar belakang siswa tersebut. Rata-rata siswa SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung sebelum masuk sekolah, pagi harinya membantu pekerjaan orang tua sehingga saat disekolah siswa sudah lelah dan tidak focus lagi dalam menerima pelajaran dari guru.


(27)

Tabel 1.1. Data Rekapitulasi Nilai Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPA Pada Standar Kompetensi 5 Dan Kompetensi Dasar 5.3, 5.4, Dan 5.5 Di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung

No. Kelas Jumlah Siswa

Rata-rata Nilai Per Kompetensi Dasar

KD 5.3 KD 5.4 KD 5.5

1 A 20 59,1 65,7 60,4

2 B 23 67 58 57

3 C 20 64,2 62,4 65,1

4 D 23 69 62 61

5 E 22 58,7 65,7 61,5

Hasil observasi di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung pada hari selasa 19 November 2013 terdapat beberapa aspek yang belum memenuhi proses pembelajaran IPA secara baik. Salah satunya dapat diidentifikasi melalui penyusunan RPP, hasil observasi RPP pembelajaran IPA kelas VIII kualitas penyusunan RPP masih kurang baik dan masih di bawah standar nasional pendidikan. Kualitas rencana pelaksanaan pembelajaran yang tidak baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran.

Program pembelajaran IPA di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung belum pernah dilakukan evaluasi baik secara internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pengkajian evaluasi terkait dengan pembelajaran tersebut. Evaluasi ini akan memberikan gambaran dan informasi sejauh mana ketercapaian dari pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung.


(28)

9

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang terurai di atas maka peneliti membuat focus penelitian mengenai evaluasi program pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran IPA

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, rumusan masalah penelitian secara umum sebagai berikut:

1. Bagaimana ketercapaian perencanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung?

2. Bagaimana ketercapaian pelaksanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung?

3. Bagaimana ketercapaian penilaian hasil pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung?

1.4 Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan tingkat ketercapaian perencanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung dengan standar proses Permendikna No. 41 Tahun 2007

2. Menganalisis ketercapaian pelaksanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung.


(29)

3. Menganalisis ketercapaian penilaian hasil pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan konsep, teori, prinsip dan prosedur teknologi pendidikan pada kawasan evaluasi untuk memperbaiki dan memaksimalkan pelaksanaan program pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung.

1.5.2 Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat berguna dalam:

1. Memberikan informasi, bahan acuan untuk pengembangan kurikulum pendidikan di tingkat SMP.

2. Memberikan informasi dan keputusan nilai (value judgement) kepada kepala sekolah dan komite sekolah tentang pembelajaran IPA. 3. Memberikan informasi kepada orang tua/ wali murid dan masyarakat

tentang pembelajaran IPA.

4. Memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang terkait, dalam pengambilan keputusan untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.


(30)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Konseptual Evaluasi Program 2.1.1 Definisi Evaluasi Program

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation. Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown dalam Sudijono, A (2009: 1) evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Maka istilah evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut pernyataan tersebut, evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Evaluasi juga merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyajikan suatu informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Adapun


(31)

tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk pengambilan keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan. Selain itu, juga digunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.

Evaluasi pada dasarnya adalah memberi pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk mendpatkan evaluasi yang meyakinkan dan objektif dimulai dari informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif. Instrumennya (alat ukur) harus cukup valid, kukuh, praktis, dan jujur. Data yang dikumpulkan dari pengadministrasian instrument itu hendaknya diolah dengan tepat dan digambarkan pemakaiannya.

Menurut Hamalik (2005: 156), penilaian adalah penafsiran hasil pengukuran artinya berdasarkan norma-norma dan tujuan tertentu, maka pekerjaan itu ditafsirkan. Selanjutnya beliau menyebutkan ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat evaluasi sebagai berikut: 1) memiliki validitas, 2) mempunyai reliabilitas, 3) objektivitas, 4) efisien, dan 5) kegunaan/kepraktisan.

Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka peng-ambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan


(32)

13

menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang ber-dasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya, dan penilaian bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto dan Cepi Safruddin (2008 : 3) bahwa mengukur adalah ,membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut di atas.

Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi Safruddin (2008 : 2), bahwa:

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat


(33)

dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi.

Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan keputusan (decision maker). Menurut Arikunto dan Cepi Safruddin (2008: 22) ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program yaitu:

1. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

2. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi sedikit)

3. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

4. Menyebarkan program (melaksanakan program di tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat lain dan waktu lain.


(34)

15

Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program yang di rencanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan tinggi, Mardapi (2008: 2). Guru mempunyai tanggung jawab menyusun dan melaksanakan program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah bertanggung untuk mengevaluasi program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh guru.

2.1.2 Tujuan Evaluasi Program

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2010 : 18), tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagaimana dari komponen dan subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada ketercapaian pembelajaran adalah: 1) Siswa, 2) Guru, 3) Materi yang dipelajari siswa, 4) Sarana belajar, 5) Pengelolaan, 6) Lingkungan. Mengevaluasi faktor-faktor tersebut berarti mengarahkan pandangan atau tatapan mata kearah program pembelajaran secara keseluruhan.


(35)

Tatapan pertama tertuju pada keberhasilan tujuan, baru kemudian tatapan kedua tertuju pada kinerja setiap komponen system. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.1 Bagan arah mata tertuju kesemua komponen (Arikunto, 2010: 18)

Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.

Guru

Materi/ Kurikulum

Sarana/ Prasarana

Manajemen

Lingkungan

TUJUAN PEMBELAJARAN IPA


(36)

17

2.1.3 Ciri-ciri dan Persyaratan Evaluasi Program

Menurut Arikunto (2010: 8), Evaluasi evaluatif memiliki ciri-ciri dan persyaratan sebagai berikut:

1) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya.

2) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari beberapa komponen atau unsure yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang dievaluasi.

3) Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai factor penentu bagi keberhasilan program.

4) Menggunakan standar, kriteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan.

5) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolak ukur.

6) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi subkomponen, sampai pada indikator program yang dievaluasi.


(37)

7) Standar, kriteria, atau tolak ukur ditetapkan pada indikator yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.

8) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akuran sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

2.1.4 Manfaat Evaluasi Program

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat disamaartikan dengan kegiatan supervisi. Supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan (decision maker).

Menurut Arikunto dan Cepi Safrudin (2008: 22), ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:

1. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.


(38)

19

2. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan

3. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapandan memberikan hasil yang bermanfaat

4. Menyebarluaskan program, karena program tersebut berhasil dengan bai, maka sangat baik jika dilaksanakan lagi ditempat dan waktu yang lain.

2.2 Deskripsi Program

2.2.1 Evaluasi Program Pembelajaran

Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2008: 3) ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu: pengertian secara khusus dan umum. Secara umum program dapat di artikan sebagai rencana. Program didefinisikan sebagai satu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam program yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai orang, baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam organisasi. Agar pembelajaran bias berlangsung secara efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pembelajaran. Program pembelajaran yang disebut juga


(39)

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksanakan pembelajaran.

Program pembelajaran yang di buat oleh guru tidak selamanya bias efektif dan dapat di laksanakan dengan baik, oleh karena itu agar program pembelajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan, tidak terjadi lagi pada program pembelajaran berikutnya, maka perlu di adakan evaluasi program pembelajaran.

Evaluasi program pembelajaran dilakukan dengan tujuan yang berguna dan jelas sasarannya. Ada empat kegunaan utama evaluasi program pembelajaran, yaitu: a. Mengkomunikasikan program kepada publik

b. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan c. Penyempurnaan program yang ada

d. Meningkatkan partisipasi

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Jika telah tercapai, bagaimana kualitas pencapaiannya, jika belum tercapai maka bagaian manakah yang telah dibuat yang belum tercapai dan apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai atau factor luar lainnya.

Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:


(40)

21

1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Membahas tentang evaluasi berarti mempelajari bagaimana proses pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu.

2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang

berkenaan dengan “nilai dan arti”.

3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement) yang merupakan konsep dasar dari evaluasi. Melalui pertimabangan inilah ditentukan nilai dan arti/makna dari sesuatu yang dievaluasi.

4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan:

- Hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. - Evaluator lebih percaya diri.

- Menghindari adanya unsur subjektivitas.

- Memungkinkan hasil evaluasi akan sama, sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda.

- Memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran

Arikunto dan Cepi Safruddin (2008: 291) mendefinisikan program sebagai suatu kegiatan yang di rencanakan dengan seksama. Sedangkan Tayibnapis (2000: 9) mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Sehingga dapat


(41)

diartikan program sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan dalam pelaksanannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.

Dalam pengertian diatas terdapat empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:

a. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang denagn seksama, rancangan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat.

b. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan lain.

c. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi.

d. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaannya melibatkan banyak orang.

Pada umumnya suatu program menetapkan dulu tujuan-tujuan progamnya. Tujuan ini sering disampaikan pada perencanaan awal program, dan merupakan usaha-usaha yang akan dilaksanakan dan terukur, yang diturunkan dari misi organisasi tersebut, dan biasanya tujuan suatu program terukur.

Ada empat macam kebijakan lanjutan yang dapat diambil setelah evaluasi program dilakukan yaitu:

1. Kegiatan tersebut dilanjutkan karena dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa program ini sangat bermanfaat dan dapat dilaksanakan dengan lancer tanpa hambatan sehingga kualitas pencapaian tujuan tinggi.


(42)

23

2. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penyempurnaan karena dari data yang terkumpul diketahui hasil program bermanfaat tetapi pelaksanaannya kurang lancer atau kualitas pencapaian tujuan kurang tinggi. Untuk kebijaksanaan berikutnya adalah cara atau proses kegiatan pencapaian tujuan.

3. Kegiatan tersebut dimodifikasi karena dari data yang terkumpul dapat diketahui bahwa kemanfaatan hasil program kurang tinggi sehingga perlu disusun kembali perencanaan secara lebih baik. Kemungkinan tujuannya yang diubah.

4. Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan (dihentikan) karena dari data yang terkumpul diketahui bahwa hasil program kurang bermanfaat dan banyak hambatan.

Evaluasi program pembelajaran menurut Soetopo (2007: 137) adalah pemberian estimasi terhadap pelaksanaan pembelajaran untuk menentukan kefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Ada tiga komponen yang perlu dijadikan objek evaluasi, yaitu: 1. Desain Program Pembelajaran

Desain program pembelajaran dinilai dari:

a) Kompetensi yang akan dikembangkan, khususnya kompetensi dasar dari mata pelajaran yang bersangkutan

b) Strategi pembelajaran

c) Isi program pembelajaran, yaitu pengalaman belajar yang akan disiapkan oleh guru maupun yang harus diikuti siswa.


(43)

2. Pelaksanaan / Implementasi Program Pembelajaran

Proses implementasi program atau proses pelaksanaan pun perlu dijadikan objek evaluasi, khususnya proses belajar dan pembelajaran yang berlangsung di lapangan.

Sudjana dan Ibrahim (2004: 230) menampilkan sejumlah kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi proses belajar dan pembelajaran yaitu:

1). Konsistensi dengan kegiatan yang terdapat dalam program pembelajaran, 2). Keterlaksanaan oleh guru, 3) keterlaksanaan dari segi siswa, 4). Perhatian yang diperlihatkan para siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, 5) keaktifan para siswa dalam proses belajar, 6) kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pembelajaran dalam situasi yang nyata, 7). Pola interaksi antara guru dan siswa, 8). Kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu.

3. Hasil Program Pembelajaran

Hasil program pembelajaran dapat mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek (output) maupun pada pencapaian tujuan jangka panjang (outcome). Evaluasi program pembelajaran IPA kelas VIII yang telah dilaksanakan di SMP Terbuka 20 Bandar Lampung perlu dikaji dan diketahui agar dapat mengetahui sejauh mana implementasi dan keberhasilan programnya.

Evaluasi yang dilakukan adalah model goal oriented evaluation atau evaluasi yang berorientasi tujuan.

Proses pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian utuh yang tidak dapat terpisahkan.


(44)

25

2.2.2 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala sesuatu pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemp dan David E. Kapel dalam Hamzah B. Uno (2008: 35) memandang bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta yang tersamar.

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Sukmadinata, Nana Syaodih (2002: 1) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri, (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar, (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran, (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.

Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.


(45)

Menurut Hamalik, O (2009: 77) suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar

2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati

3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung utama.

2.3 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2011: 136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.


(46)

27

Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi mata pelajar-an fisika, biologi, dpelajar-an kimia ypelajar-ang sebenarnya spelajar-angat berperpelajar-an dalam membpelajar-antu anak untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;

2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;

4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.


(47)

Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa menghafal informasi faktual. Siswa hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Siswa tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah siswa per kelas yang terlalu banyak.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak siswa yang menyukai mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan siswa, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi.


(48)

29

Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi, Depdiknas 2003 dalam Trianto (2011: 138) adalah sebagai berikut:

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi 4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

2.3.1 Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses suatu penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman lngsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat


(49)

membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Carin dan Sund dalam Puskur dalam Trianto (2011: 153) mendefinisikan IPA

sebagai ”pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum

(universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Karateristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs antara lain sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan gabungan dari unsur-unsur fisika, kimia, biologi, serta bumi dan antariksa.

2. Kompetensi Dasar IPA berasal dari struktur keilmuan fisika, kimia, biologi, serat bumi dan antariksa yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3. Kompetensi Dasar IPA juga menyangkut berbagai masalah yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

2.3.2 Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA Terpadu sebagai suatu kerangka model dalam proses pembelajaran, tidak jauh berbeda dengan tujuan pokok pembelajaran terpadu itu sendiri, Puskur dalam Trianto (2011: 155) sebagai berikut:

1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa masih dalam lingkup disiplin ilmu fisika, kimia, dan biologi. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan


(50)

31

dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Lagi pula, anak melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam fisika, biologi, kimia, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi siswa. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.

Keterpaduan mata pelajaran dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.

2. Meningkatkan minat dan motivasi

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya siswa akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Siswa akan lebih termotivasi dalam belajar bila


(51)

mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus

Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.

2.3.3 Konsep Pembelajaran Terpadu dalam IPA

Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu:

Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam submata pelajaran, pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan siswanya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat meng-identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA.

Pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan


(52)

33

diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.

1. Aspek Guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada mata pelajaran tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.

2. Aspek siswa

Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.

3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.


(53)

4. Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran siswa.

5. Aspek penilaian

Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa mata pelajaran terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

6. Suasana pembelajaran

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu mata

pelajaran dan „tenggelam‟nya mata pelajaran lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA .

2.4 Desain Sistem Pembelajaran Model ASSURE

Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan dikelas adalah model ASSURE. Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah


(54)

35

formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yang dikemukakan oleh Smaldino, Sharon E, Deborah L. Lowther, dan James D. Russell (2011: 111) sebagai berikut:

1. Menganalisis Pemelajar (Analyze learner)

Factor kunci yang diperhatikan dalam analisis pemelajar adalah sebagai berikut:

a) Karakteristik umum

Mencakup descriptor seperti usia, gender, kelas, dan factor budaya atau sosioekonomi.

b) Kompetensi dasar spesifik

Merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pemelajar atau yang belum dimiliki.

c) Gaya belajar

Merujuk pada spectrum sifat-sifat psikologis yang memengaruhi bagaimana siswa merasakan dan merespon stimulus yang berbeda, seperti kecerdasan jamak, preferensi, dan kekuatan perseptual, kebiasaan memproses informasi, motivasi, dan factor-faktor fisiologis. 2. Menyatakan standar dan tujuan (State standards and objectives)

Merumuskan tujuan pembelajaran dapat menggunakan rumusan tujuan dengan model ABCD, yang berarti:

A : audience, siswa dengan segala karakteristiknya,


(55)

C : conditions, situasi kondisi yang memungkinkan bagi siswa dapat belajar dengan baik, dan

D : degree, persyaratan khusus yang dirumuskan sebagai standar baku pencapaian.

3. Memilih strategi, teknologi, media, dan material (Select methods, media, and materials) tahapan ini meliputi:

d) Menentukan metode yang tepat untuk kegiatan belajar tertentu

e) Memilih format media yang disesuaikan dengan metode yang diterapkan f) Memilih, merancang, memodifikasi, atau memproduksi bahan ajar

4. Menggunakan Teknologi, media, dan materi (Utilize technology, media, and materials)

Pemanfaatan media dan material pembelajaran ini meliputi 5 P yaitu: a) Preview the materials (kaji bahan ajar)

b) Prepare the materials (siapkan bahan ajar) c) Prepare environment ( siapkan lingkungan) d) Prepare the learners (siapkan siswa)

e) Provide the learning experience (tentukan pengalam belajar) 5. Mengharuskan partisipasi pemelajar (Require learner participation)

Tujuan utama pembelajaran adalah agar peserta belajar dan belajar. Oleh karena itu melibatkan siswa untuk belajar adalah aktivitas yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran.

6. Mengevaluasi dan merevisi (Evaluate and revise)

Salah satu tujuan penilaian adalah mengukur tingkat pemahaman atas materi yang baru saja diberikan, sedangkan evaluasi berguna untuk melakukan


(56)

37

penilaian apakah seluruh proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, atau ada proses pembelajaran yang perlu ditingkatkan dan direvisi untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar itu sendiri.

Desain ASSURE ini dapat digunakan untuk merancang RPP agar memperoleh hasil yang baik. Desain ini juga mampu menyesuaikan kebutuhan pembelajar sehingga pembelajaran efektif. Dampak dari suatu pembelajaran dapat berupa instructional effect, dapat juga nurture effect (Ridwanudin, 2013: 1). Instructional effect merupakan cara agar siswa menguasai materi yang sedang dipelajari (efek pembelajaran yang dikaitkan dengan realitas social), sedangkan nurture effect merupakan efek jangka panjang akibat dari pembelajaran yang telah dilakukan. Efek inilah yang sangat berguna bagi siswa untuk menghadapi dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehingga siswa tumbuh dengan cerdas.

Model ASSURE ini dapat digunakan sebagai awal untuk memulai dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Integrasi dalam proses pembelajaran dilaksanakan dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran yang mengikuti standar proses.

2.5 Standar Proses

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.


(57)

2.5.1 Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

2.5.1.1 Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2.5.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam


(58)

39

satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah: 1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.


(59)

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

8. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk siswa kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.

9. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

10. Sumber belajar


(60)

41

kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

2.5.2 Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan initi dan kegiatan penutup. 1. Kegiatan Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan Standar Proses Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, pada kegiatan pendahuluan, guru:

a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajarai

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi,


(61)

elaborasi, dan konfirmasi. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

a. Eksplorasi

1) Melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajarai dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber. 2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media, dan

sumber belajar lain.

3) Memfasilitasi terjadinya interaksi anatar siswa serta antara siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

4) Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 5) Memfasilitasi siswa melakukan percobaan di laboratorium, studio,

atau lapangan. b. Elaborasi

1) Membiasakan membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

2) Memfasilitasi melalui pemberian tugas, diskusi, untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. 3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan


(62)

43

4) Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif 5) Memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan

prestasi belajar

6) Memfasilitasi siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok. 7) Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok.

8) Memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan.

9) Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa.

c. Konfirmasi

1) Memberikan umpan balik positif dan [enguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa.

2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber.

3) Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan

4) Memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar (KD)

- Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar.


(63)

- Memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi

- Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh

- Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif

3. Kegiatan Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

Dalam kegiatan penutup, guru melakukan kegiatan:

1. Bersama-sama dengan siswa dan/sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran

2. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran 4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedy, program pengayaan, layanan konseling/atau memberikan tugas 5. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

2.5.3 Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai hahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes


(64)

45

dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofoiio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

2.6 SMP Terbuka

SMP Terbuka (SMPT) direncanakan pada 1976 adalah salah satu bentuk pendidikan terbuka, yang merupakan aplikasi teknologi pendidikan. SMPT merupakan salah satu satuan pendidikan alternatif yang berfungsi untuk menampung tamatan Sekolah Dasar (SD), yang mengalami berbagai kendala kesulitan. Kendala dan kesulitan tersebut antara lain disebabkan oleh kondisi letak geografis, daerah terpencil, sosial ekonomi yang lemah, kesulitan transportasi, atau terbatasnya waktu karena harus membantu orang tua bekerja, atau bekerja sendiri mencari nafkah untuk men-cukupi keperluan hidupnya, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk belajar di SMP Reguler, meskipun lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal mereka. SMP terbuka dalam penyelenggaraannya bergabung atau menginduk ke SMP Negeri (selanjutnya disebut sekolah induk) dan mempunyai ciri khas jika dibandingkan dengan SMP Reguler.

Ciri khas yang membedakan dengan SMP Reguler yang menjadi sekolah induknya adalah yang berkaitan dengan cara belajar. Jika siswa di sekolah induk belajarnya menggunakan satu cara yaitu belajar secara tatap muka setiap hari dengan guru, maka siswa SMP Terbuka belajarnya menggunakan dua cara, yaitu


(1)

88

Penentuan kriteria pencapaian hasil persentase, menggunakan pendapat Sudijono, A (2009: 45), yaitu :

80% - 100% = Baik sekali 70% - 79% = Baik 60% - 69% = Cukup < 60% = Kurang


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung dikategorikan cukup dan sesuai dengan standar proses, yaitu telah tersusunnya penentuan bahan pembelajaran dan merumuskan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, media, dan sumber, perancangan scenario/ strategi pembelajaran, rancangan pengelolaan kelas, rancangan prosedur dan persiapan alat evaluasi, dan kesan umum rencana pembelajaran. 2. Ketercapaian pelaksanaan pembelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri

Terbuka 20 Bandar Lampung dikategorikan kurang, sebab masih banyak siswa yang tidak antusias dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran.

3. Ketercapaian hasil penilaian pembelajaran IPA di SMP Negeri Terbuka 20 Bandar Lampung dikategorikan kurang sebab dinilai dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih banyak siswa yang belum mencapai KKM atau belum tuntas.


(3)

124

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan simpulan, direkomendasikan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran IPA agar menjadi baik perlu ditingkatkan beberapa aspek dalam perencanaan pembelajaran IPA dengan mengacu pada tujuan pembelajaran. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran agar lebih memperhatikan karakteristik siswa, karena siswa SMP Terbuka mempunyai latar belakang yang berbeda. Pelaksanaan kegiatan belajar lebih disesuaikan lagi dengan konsep awal SMP Terbuka, yaitu 4 kali pertemuan belajar di TKB dan 2 kali pertemuan tatap muka belajar di sekolah induk. 2. Direkomendasikan sebaiknya pelaksanaan pembelajaran IPA tidak hanya

dilakukan dalam kelas, karena pada dasarnya pembelajaran IPA merupakan pembelajaran alam takambang yaitu belajar dengan alam atau lingkungan sekitar. Siswa SMP Terbuka harus lebih banyak lagi dibekali dengan keterampilan-keterampilan karena sesungguhnya telah ada potensi etos kerja yang secara positif dapat dikembangkan lebih lanjut, karena untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya setelah tamat SMP Terbuka kebanyakan mereka langsung terjun ke dunia kerja untuk mencari nafkah sendiri.

3. Direkomendasikan agar penilaian terhadap hasil pembelajaran IPA lebih terkonsep. Karena dalam penilaian guru tidak menyusun kisi-kisi tes, butir soal, perangkat soal, dan cara penilaian atau skoring. Sebaiknya guru menggunakan penilaian hasil belajar yang berlaku untuk SMP Terbuka, yaitu tes akhir modul, tes akhir unit (akhir beberapa modul), akhir caturwulan, dan ujian akhir.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. dan Cepi Safruddin, A. J. 2008. Evaluasi Program Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharuddin, H dan Wahyuni, E. N. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

BNSP. 2007. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Sekretaris Negara RI.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdiknas. 2005. Petunjuk Praktis bagi Guru Bina. Jakarta: Ditjen

Mandikdasmen.

Dudi Pamungkas dalam blog : Monday, 06 July 2009 – Last Update Saturday, 24 Oktober 2009.

Fitrianita. 2013. Evaluasi Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Hamalik, O. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

__________. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Jihad, A. dan Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Mardapi, D. 2008. Teknik Penyusunan Instrument Tes Dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendekia.


(5)

126

Mashudi, E. 2008. Konsep Belajar Mandiri.

http://edingulik.wordpress.com/2008/01/10/untuk-teman-teman/. (4 April 2014)

Miarso, Yusufhadi. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Ohira, Norman. 2013. Pengembangan Rubrik Penilaian Proposal Penelitian Mahasiswa Pada Program Studi Tadris Biologi Jurusan Tarbiyah Stain Kerinci. Universitas Negeri Padang: Pascasarjana Teknologi Pendidikan. Peraturan Pemerintah. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19, Tahun 2005,

Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendiknas. 2007. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

Prawiradilaga. D. S danSiregar, E. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Purnamasari, Julia. 2013. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Pendidikan Karakter Kelas VIII di SMP Alam Lampung. Universitas Lampung: Pascasarjana Teknologi Pendidikan.

Ridwanudin. 2013. Pendidikan Transformatif dalam Kegiatan Mendengarkan Cerita. http: //ridwanudin.wordpress.com/pendidikan-transformatif/. (21 Juni 2013)

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J. W. 2008. Educational Psychology 3rd Edition. New York: McGrawHill Companies.

Sari, S., P. 2008. Karakteristik Belajar Mandiri.

http://pipitsurya.blogspot.com/2008/09/karakteristik-belajar-mandiri.html. (4 April 2014)

Smaldino, S. E., Lowther, D. L., dan Russel, J. D. 2011. Instructional Technology & Media For Learning. Jakarta: Kencana.

Soetopo, H. 2007. Evaluasi Program Supervise Pendidikan. Dalam Imron, A., Burhanuddin, dan Maisyaroh (Eds.), Supervise Pendidikan Dan Pengajaran: Konsep, Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Professional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.


(6)

Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan.: Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tayibnapis, F. Y. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovativ Progresif. Jakarta: Kencana.

______. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana.

Uno, Hamzah. B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. ______________. 2008. Model Pembelajaran (menciptakan proses belajar yang

mengajar yang kreatif dan efektif). Jakarta: Bumi Aksara.

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran (Landasan dan Aplikasinya).

Jakarta: Rineka Cipta.

Widoyoko, E. P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pusta Pelajar.