BIODIVERSITAS BURUNG DI DESA KIBANG PACING KECAMATAN MENGGALA TIMUR KABUPATEN TULANG BAWANG PROVINSI LAMPUNG

(1)

BIODIVERSITAS BURUNG DI DESA KIBANG PACING

KECAMATAN MENGGALA TIMUR KABUPATEN TULANG BAWANG PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Ema Triyanah, Sugeng P.Harianto, dan Bainah Sari Dewi ABSTRAK

Lahan basah merupakan habitat alami satwa liar salah satunya adalah burung. Upaya perlindungan dan pelestarian burung tidak hanya dapat dilakukan pada kawasan konservasi, namun juga dapat dilakukan di kawasan budidaya. Pentingnya informasi mengenai spesies burung di kawasan budidaya menyebabkan penelitian ini dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui biodiversitas burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang, pada bulan April 2014 dengan metode Point count

pada tiga titik di lokasi pengamatan yaitu: perbatasan antara kebun sawit dengan hutan (PC 1), antara kebun sawit dengan lahan basah terbuka (PC 2), dan ditengah kebun sawit (PC 3) dengan 3 kali pengulangan. Hasil dari penelitian biodiversitas burung ditemukan 40 spesies burung dari 21 famili (N=1986) dan diperoleh nilai indeks keanekaragaman pada PC 1; PC 2; PC 3 yaitu (H’=2,148); (H’=2,630); (H’=1,877) dengan 15 spesies dilindungi (PP No.7/1999) (Haliartur indus), (Ichthyophaga malayensis), (Ichthyophaga ichthyaetus), (Haliaeetus leucogaster), (Milvus migrans), (Halcyon smyrnensis), (Halcyon enigma), (Anhinga melanogaster), (Nycticorax nycticorax), (Egretta alba), (Egretta sacra), (Egretta garzetta), (Bubulcus ibis), (Pandion haliaetus), (Threskiornis melanocephalus); 6 spesies masuk kategori Apendiks II CITES (2012) (Haliartur indus), (Ichthyophaga malayensis), (Ichthyophaga ichthyaetus), (Haliaeetus leucogaster), (Milvus migrans), (Pandion haliaetus); dan 2 spesies masuk kategori Hampir Terancam (NT) IUCN (2012) (Ichthyophaga ichthyaetus) dan (Threskiornis melanocephalus).


(2)

BIODIVERSITY OF BIRDS IN KIBANG PACING VILLAGE MENGGALA TIMUR SUB-DISTRICT TULANG BAWANG DISTRICT

LAMPUNG PROVINCE By

Ema Triyanah, Sugeng P.Harianto, and Bainah Sari Dewi ABSTRACT

Bird is one of wildlife that has the natural habitat in wetlands. Protection and preservation of birds are not only can be done on conservation areas, but can also in the area of cultivation as the plantations. Important information of bird species in the area of cultivation leads this research was conducted. The research aims to know the biodiversity of birds in Kibang Pacing village Menggala Timur sub-district Tulang Bawang sub-district Lampung, on April 2014 with point count method on three-point on site observations, namely: the border between the palm groves and forest (PC 1), between palm groves and overt wetlands (PC 2), and in the middle of the palm groves (PC 3) with repetition as much as 3 times. The results of research was found 40 species of birds from 21 families (N = 1986) and the value of diversity index found on PC 1; PC 2; PC 3 i.e (H' = 2,148); (H' = 2,630); (H' = 1,877) with 15 species are protected (PP No. 7/1999) (Haliartur indus), (Ichthyophaga malayensis), (Ichthyophaga ichthyaetus) (Haliaeetus leucogaster), (Milvus migrans), (Halcyon smyrnensis), (Halcyon enigma), (Anhinga melanogaster), (Nycticorax nycticorax), (Egretta alba), (Egretta sacra), (Egretta garzetta), (Bubulcus ibis), (Pandion haliaetus), (Threskiornis melanocephalus); 6 species in CITES Appendix II category (2012) (Haliartur indus), (Ichthyophaga malayensis), (Ichthyophaga ichthyaetus) (Haliaeetus leucogaster), (Milvus migrans), (Pandion haliaetus); and 2 species in the category near threatened (NT)

IUCN (2012) (Ichthyophaga ichthyaetus) and (Threskiornis melanocephalus). Keywords:biodiversity, birds, point count, tulang bawang, wetlands.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talangpadang, Kabupaten Tanggamus pada tanggal 11 Maret 1992, merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Efendy. K, S.E dan Ibu Rawana. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) PGRI Talangpadang dan selesai pada tahun 1998, selanjutnya penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Sinarsemendo diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Talangpadang diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Talangpadang diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama kuliah penulis telah melaksanakan Praktek Umum (PU) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten BKPH Cikeusik RPH Cibingbin pada bulan Juni hingga Agustus 2013. Selanjutnya, pada bulan Januari hingga Maret tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Raja Basa Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun ajaran ganjil 2013/2014 penulis


(7)

dipercayai menjadi asisten dosen mata kuliah Metode Pengamatan dan Inventarisasi Satwa Liar.

Selain menjalani perkuliahan sebagai peningkatan hardskill penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan sebagai wadah pembelajaran dan peningkatan kapasistas softskill. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai anggota muda Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) dan tahun 2011 hingga 2014 terdaftar menjadi anggota utama. Pada periode tahun 2012-2013 penulis terpilih menjadi anggota Duta Fakultas Pertanian untuk mewakili Jurusan Kehutanan.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, Ku persembahkan karya kecil ini untuk

Ayahanda (Efendy. K, SE) dan Ibunda (Rawana) tercinta atas doa

yang tak pernah putus, bimbingan, pengorbanan serta kasih sayang

yang berlimpah

.

Saudara-saudaraku, Kak Edison, Kak Thomas, Ayuk Desi, dan

Keluarga Besarku yang senantiasa menantikan keberhasilanku, serta

Udo Daus, terima kasih atas bimbingan, nasehat, semangat, doa, dan

dukungan selama ini, dan terimakasih untuk semua sahabat yang

selalu menyemangatiku.

Teman se-angkatan 2010 (Sylvaten), rekan di Himasylva,

abang/mbak dan adik tingkat terima kasih atas bantuan dan

motivasinya selama ini serta kebersamaan yang tak kan terlupakan


(9)

SANWACANA

Asslamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung" skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Rektor Universitas Lampung

sekaligus sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

2. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut, M.P. Sekertaris Jurus Kehutanan Fakultas Pertanian sekaligus sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.


(10)

3. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Tim Penelitian (Roy, Ardi, Frans, Angga, Bagus, Wawan, Vya, Dina, dan Anggun).

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 31 Oktober 2014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Keanekaragaman Hayati ... 6

B. Burung ... 7

C. Habitat ... 8

D. Lahan Basah ... 9

E. Pergerakan Burung ... 11

F. Gangguan dan Ancaman Terhadap Burung ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

B. Alat dan Bahan ... 15


(12)

D. Jenis Data ... 15

1. Data Primer ... 15

2. Data Sekunder ... 16

E. Metode Pengumpulan Data ... 17

1. Orientasi Lapangan ... 17

2. Pengamatan Burung ... 17

3. Kondisi Habitat Secara Umum ... 18

F. Analisis Data ... 18

1. Analisis Keanekaragaman Burung ... 18

2. Analisis Indeks Kesamarataan ... 19

3. Analisis Kesamaan Spesies Antar Habitat ... 20

4. Analisi Deskriptif ... 20

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 21

A. Keadaan Umum Wilayah ... 21

B. Sejarah Kibang Pacing ... 22

C. Topografi ... 22

D. Iklim ... 23

E. Kependudukan ... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Hasil Penelitian ... 24

B. Pembahasan ... 28

1. Keanekaragaman Spesies Burung ... 28

2. Tingkat Keanekaragaman Spesies Burung ... 69

a. Indeks Keanekaragaman ... 69

b. Indeks Kemerataan ... 72

c. Indeks Kesamaan Spesies Antar Habitat ... 73

3. Vegetasi dan Fungsi Habitat Bagi Burung ... 74

4. Status Lindung ... 77

5. Pola Pergerakan Burung ... 81


(13)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN A. Tabel-tabel ... 91


(14)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesies-spesies burung yang terdapat di Desa Kibang Pacing Kecamatan

Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang... ... 24 2. Spesies burung yang terinventarisir di Desa Kibang Pacing Kecamatan

Menggala Timur... ... 25 3. Indeks struktur komunitas burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan

Menggala Timur... ... 27 4. Nilai indeks kesamaan spesies antar habitat... ... 27 5. Jenis vegetasi di lahan basah Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang

Bawang... ... 5

2. Peta Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang dengan... ... 14

3. Penempatan titik pengamatan burung menggunakan metode titik hitung . 17 4. Burung Elang Bondol(Haliartur indus) ... 29

5. Burung Elang hitam (Ichthyophaga malayensis) ... 30

6. Burung Elang-Ikan Kepala Kelabu (Ichthyophaga ichthyaetus) ... 31

7. Burung Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster)... 32

8. Burung Elang Paria (Milvus migrans)... 33

9. Burung Cekakak Belukar (Halcyon smyrnensis) ... 34

10. Burung Cekakak Sungai (Todirhamphus chloris) ... 35

11. Burung Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata) ... 36

12. Burung Pecuk Ular Asia (Anhinga melanogaster)... 37

13. Burung Walet sapi (Collocalia esculenta) ... 38

14. Burung Bambangan Kuning (Ixobrychus sinensis)... 39

15. Burung Bambangan Merah (Ixobrychus cinnamomerus) ... 40

16. Burung Cangak Merah (Ardea purpurea) ... 41

17. Burung Blekok Sawah (Ardeola speciosa) ... 42

18. Burung Kowak Malam Abu (Nycticorax nycticorax) ... 43

19. Burung Kuntul Besar (Egretta alba) ... 44

20. Burung Kuntul Karang (Egretta sacra) ... 45

21. Burung Kuntul Kecil (Egretta garzetta) ... 46


(16)

23. Burung Kekep Babi (Artamus leucorhynchus) ... 48

24. Burung Cabak Maling (Caprimulgus macrurus) ... 49

25. Bangau Besar (Leptoptilos dubius) ... 50

26. Burung Dederuk jawa (Streptopelia bitorquata) ... 51

27. Burung Perkutut Jawa (Geopelia striata) ... 52

28. Burung Tekukur biasa (Streptopelia chinensis) ... 53

29. Burung Gagak Hutan (Corvus euca) ... 54

30. Burung Bubut Alang-alang (Centropus bengalensis) ... 55

31. Burung Bentet Kelabu (Lanius schach) ... 56

32. Burung Kicuit Kerbau (Motacilla flava) ... 58

33. Burung Elang Tiram (Pandion haliaetus) ... 59

34. Burung Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) ... 60

35. Burung Pecuk padi kecil (Phalacrocorax niger) ... 61

36. Burung Bondol peking (Lonchura punctulata) ... 62

37. Burung Kareo Padi (Amaurornis phoenicurus) ... 63

38. Burung Mandar besar (Porphyrio porphyrio) ... 64

39. Burung Mandar bontod (Gallinula chloropus) ... 65

40. Burung Gagang Bayam Timur (Himantopus leucocephalus) ... 66

41. Burung Perenjak Rawa (Prinia flaviventris) ... 67

42. Burung Cici Padi (Cisticola juncidis) ... 68

43. Burung Ibis Cucuk Besi (Threskiornis melanocephalus) ... 69

44. Histogram indeks keanekaragaman (H’) burung pada tiga Stasiun (Point count) di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Barat, bulan April 2014 ... 70

45. Histogram indeks kesamarataan (J’) burung pada tiga Stasiun (Point count) di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang, bulan April 2014 ... 73

46. Daftar Jenis dan Persentase Keberadaan Jumlah Burung yang Dilindungi Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang ... 78


(17)

47. Daftar Spesies dan Presentase Burung Masuk Kategori Apendiks II

Berdasarkan Apendiks CITES (2012) di Desa Kibang Pacing Kecamatan

Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang ... 79 48. Daftar dan Presentasi Spesies Burung Berdasarkan Masuk Kategori

Hampir Terancam (NT) Berdasarkan IUCN Red List Data Book (2012) di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian wilayahnya merupakan lahan basah yang meliputi lahan basah alami seperti hutan danau, sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan bakau, hutan rawa gambut, dan lahan basah buatan seperti waduk, sawah, tambak, dan parit. Lahan basah merupakan ekosistem penting karena berfungsi menyimpan air banjir, memperbaiki mutu air, dan menyediakan habitat bagi margasatwa (Cassel, 1997; Notohadiprawiro, 2006). Lahan basah yang terdapat di Provinsi Lampung salah satunya terletak di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur.

Kecamatan Menggala Timur merupakan kecamatan Pemekaran dari sebagian wilayah Kecamatan Menggala dan Gabungan Kecamatan Banjar Agung yang disahkan dalam Perda Kabupaten Tulang Bawang Nomor 04 Tahun 2009 pada tanggal 20 Agustus 2009 dengan luas wilayah 193, 53 km2 terdiri dari 10 desa, salah satunya desa Kibang Pacing. Desa Kibang Pacing dengan luas wilayah 83,55 km2 terletak di sebelah timur Kecamatan Menggala Timur merupakan daerah rawa pasang surut (Badan Pusat Statistik, 2013) yang sebagian besar luasan wilayahnya dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya dengan didominasi


(19)

2 oleh tanaman sawit. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang memasukkan tanaman sawit sebagai tanaman komoditi potensi daerah.

Pembagian lahan basah berdasarkan kegunaannya oleh pemerintah setempat menjadi kawasan budidaya merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mensejahterakan dan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian, ekologi dan sosial. Alih fungsi lahan ini menyebabkan adanya perubahan pada tutupan vegetasi yang semula bersifat multi strata berupa pepohonan, pancang, tiang, semak belukar hingga padang rumput menjadi kawasan budidaya yang mono strata dan fungsi lahan ini juga menyebabkan terganggunya komponen habitat alami bagi berbagai jenis satwa.

Menurut Alikodra (1990), satwa liar termasuk burung mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, penelitian, pendidikan dan kebudayaan, maupun untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata, serta sebagai penyeimbang ekosistem. Burung memegang peranan penting dalam suatu ekosistem yaitu sebagai agen penyebar biji, membantu penyerbukan bunga, dan mengendalikan populasi serangga hama. Kehadiran burung merupakan suatu indikator penting dalam ekosistem sehingga perlu dilakukan kegiatan konservasi sebagai upaya perlindungan dan pelestarian burung untuk mempertahankan keberadaan burung di alam.

Upaya perlindungan dan pelestarian burung dapat dilakukan tidak hanya pada kawasan-kawasan konservasi yang telah ditetapkan pemerintah, namun juga dapat dilakukan di kawasan budidaya seperti kawasan perkebunan dan kawasan pertanian. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai biodiversitas


(20)

3 burung sebagai acuan dalam upaya perlindungan dan pelestarian burung pada kawasan budidaya di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana biodiversitas burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biodiversitas spesies burung yang terdapat di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai sumber informasi tentang biodiversitas burung.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah bagi pelestarian dan perlindungan burung untuk dinas instansi terkait dan untuk dasar penelitian lanjutan.

E. Kerangka Pemikiran

Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang dengan luasan 83,55 km2 merupakan daerah rawa pasang surut. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dalam rangka peningkatan perekonomian masyarakat,


(21)

4 melakukan pembagian dan pembukaan lahan basah menjadi kawasan budidaya. Aktivitas pembagian dan pembukaan lahan tersebut mengakibatkan luasan lahan basah menjadi lebih sedikit. Terjadinya alih fungsi lahan tersebut menyebabkan perubahan pada struktur vegetasi yang semula bersifat multi strata menjadi kawasan budidaya yang mono strata, sehingga menimbulkan gangguan berupa berkurangnya habitat alami yang dapat mengancam keberadaan dan kelestarian berbagai jenis satwa liar terutama burung. Saat ini data mengenai biodiversitas burung di kawasan budidaya desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang belum ada, sehingga perlu dilakukan penelitian dasar untuk mengetahui biodiversitas burung di dalam ekosistem tersebut.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan langsung (metode

point count) (Bibby, Jones dan Marsden, 2000) yang dibagi menjadi 3 titik pengamatan berdasarkan kondisi lingkungannya. Waktu pengamatan dilakukan selama ±40 menit, 30 menit untuk pengamatan disetiap titik dan 10 menit adalah waktu untuk berjalan ke titik pengamatan selanjutnya. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.00 WIB dan pada sore hari pukul 16.00-18.00 WIB. Setiap jenis spesies burung yang ditemukan diidentifikasi menggunakan Buku Panduan Lapangan Indentifikasi Jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (MacKinnon, Philipps, and Balen, 1998). Komposisi penyusun vegetasi diperoleh melalui metode rapid assessment. Perhitungan populasi burung menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner, indeks kesamarataan, dan indeks kesamaan (Similarity index).


(22)

5 Hasil penelitian ini didapatkan data mengenai biodiversitas spesies burung dalam ekosistem di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang. Diagram alir kerangka pemikiran disajikan pada (Gambar 1).

Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran biodiversitas burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

Kawasan Budidaya

Satwa Liar

Perlu Penelitian Burung

Metode

Identifikasi Jenis Burung Jumlah dan Jenis Spesies

(Selama Pengamatan) -Indeks Keanekaragaman

-Indeks Kesamarataan -Indeks Kesamaan Antar

Habitat

Point Count Studi Pustaka

Biodiversitas Burung Lahan Basah

Komposisi Penyusun Vegetasi


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem (Konvensi PBB, 1994).

Menurut Indrawan, Ricard, dan Supriatna (2007), keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan:

1. Keanekaragaman genetik. Variasi genetik dalam satu spesies, baik diantara populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun di antara individu-individu dalam satu populasi.

2. Keanekaragaman spesies. Semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protisia serta spesies dari Kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang multiseluler).

3. Keanekaragaman komunitas. Komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing.

Keanekaragaman spesies atau jenis dapat digunakan untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah


(24)

7

total individu yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies akan bertambah bila komunitas semakin stabil. Gangguan yang parah menyebabkan penurunan yang nyata dalam keragaman (Michael, 1994: Firdaus, Setiawan, dan Rustiati, 2013).

Keanekaragaman jenis burung dapat digambarkan sebagai kekayaan atau jumlah jenis burung yang ditemukan pada suatu kawasan, dimana secara morfologi dan biologi berbeda antara jenis yang satu dengan jenis lain. Dalam ekologi umumnya keanekaragaman hayati mengarah pada komposisi dari satu profil habitat yang mendukung derajat kelimpahan satwa liar dengan tipe habitatnya. Keanekargaman jenis burung mengandung beragam manfaat dan memerankan berbagai fungsi, sehingga pelestariannya menjadi sangat penting baik ditinjau dari sudut ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya (Alikodra, 1990; Kapisa, 2011).

B. Burung

Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal (Purnomo, Jamaksari, Bangkit, Pradityo, dan Syafrudin, 2009).

Burung memiliki ciri khusus antara lain tubuhnya terbungkus bulu, mempunyai dua pasang anggota gerak (ekstrimitas), anggota anterior mengalami modifikasi sebagai sayap, sedang sepasang anggota posterior disesuaikan untuk hinggap dan berenang, masing-masing kaki berjari empat buah, terbungkus oleh kulit yang


(25)

8

menanduk dan bersisik. Mulutnya memiliki bagian yang terproyeksi sebagai paruh atau sudu (cocor) yang terbungkus oleh lapisan zat tanduk.

Rangka burung sangat kokoh tetapi ringan, kebanyakan dari tulang yang besar berongga. Di dalam tulang tersebut disokong oleh jaringan penopang. Pada tulang dadanya yang berlunas dalam melekat otot-otot terbang yang kokoh yang menggerakkan sayap ke atas dan ke bawah (Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna, 1989).

C. Habitat

Habitat merupakan suatu lingkungan tertentu dengan kondisi tertentu dimana suatu spesies atau komunitas hidup. Habitat yang baik akan mendukung perkembangbiakan organisme hidup di dalamnya secara normal. Habitat memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme. Kapasitas untuk mendukung pertumbuhan populasi suatu organisme disebut daya dukung habitat (Irwanto, 2006).

Lahan basah merupakan ekosistem produktif yang mempunyai sejumlah fungsi dan manfaat yang bernilai penting bagi manusia. Lahan basah adalah daerah peralihan antara sistem perairan dan sistem daratan. Tumbuhan yang hidup umumya adalah hidrofita, substratnya berupa tanah hidrik yang tidak dikeringkan serta berupa bahan bukan tanah dan jenuh atau tertutup dengan air dangkal pada suatu waktu selama musim pertumbuhan setiap tahun. Lahan basah umumnya tempat yang kaya akan keanekaragaman hayati (Rahmad, 2010; Rohadi, dan Harianto, 2011).


(26)

9

Satwa liar membutuhkan pakan, air, dan tempat berlindung dalam hidupnya dari teriknya panas matahari dan pemangsa serta tempat untuk bersarang, beristirahat dan memelihara anaknya. Seluruh kebutuhan tersebut diperolehnya dari lingkungan atau habitat dimana satwa liar hidup dan berkembangbiak. Suatu habitat yang baik akan menyediakan seluruh kebutuhan satwa liar untuk hidup dan berkembangbiak secara normal, sehingga menjamin kelestarian satwa liar tersebut dalam jangka panjang.

D. Lahan Basah

Lahan basah merupakan daerah peralihan antara sistem perairan dan sistem daratan. Tumbuhan yang hidup umumya adalah hidrofita, substratnya berupa tanah hidrik yang tidak dikeringkan serta berupa bahan bukan tanah dan jenuh atau tertutup dengan air dangkal pada suatu waktu selama musim pertumbuhan setiap tahun (Rahmad, 2010; Rohadi dan Harianto, 2011).

Lahan basah daratan meliputi daerah yang jenuh atau tergenang oleh air yang pada umumnya bersifat tawar (dapat pula asin tergantung pada faktor-faktor edafik dan sejarah geomorfoliginya) baik secara permanen maupun musiman, terletak di darat atau dikelilingi oleh daratan, dan tidak terkena pengaruh air laut. Tipe lahan basah yang termasuk kelompok ini antara lain: danau, telaga, sungai, air terjun, rawa air tawar, danau-danau musiman, kolam dan rawa yang asin di daratan (Nirarita, Wibowo, dan Padmawinata, 1996; Judih, 2006).

Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2006), lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang


(27)

10

panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”,

“marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.

1. Swamp adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun umumnya air tidak bergerak, atau tidak mengalir.

2. Marsh adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai atau air pasang dari laut secara periodik, debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai sering kali diendapkan dengan tanah yang selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal.

3. Bog adalah rawa yang tergenang air dangkal, permukaan tanahnya tertutup lapisan vegetasi yang melapuk, khususnya lumut spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang menghasilkan lapisan gambut (bereaksi) masam.

4. Fed adalah rawa yang tanahnya jenuh air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis

“reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air tanahnya bereaksi alkalis, biasanya

mengandung kapur (CaCO3) atau netral. Umumnya membentuk lapisan gambut subur yang bereaksi netral.

Beberapa ciri dari tipe ekosistem rawa adalah ekosistem yang tidak terpengaruh oleh iklim, terdapat pada daerah dengan kondisi tanah yang selalu tergenang air tawar, pada daerah yang terletak di belakang hutan mangrove dengan jenis tanah aluvial, dan organosol (Santoso, 1996).


(28)

11

E. Pergerakan Burung

Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang biak secara normal. Pergerakan individu yang menyebar dari tempat tinggalnya, biasanya secara perlahan-lahan dan mencangkup wilayah yang tidak begitu luas disebut dispersal. Menurut Alikodra (1990) salah satu bentuk pergerakan satwa liar terutama burung adalah migrasi. Migrasi adalah gerakan pindah secara musiman diantara dua wilayah geografis (Mac Kinnon dkk, 1998).

Migrasi dapat dibedakan menjadi tiga (Alikodra, 1990), yaitu :

a. Migrasi musiman adalah migrasi yang terjadi karena perubahan iklim dengan cara menurut garis lintang dan ketinggian tempat maupun secara lokal.

b. Migrasi harian biasanya disebut juga dengan pergerakan harian yang disebabkan oleh pergerakan berbagai jenis satwa liar termasuk burung dalam jangka waktu 24 jam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka mempunyai tempat-tempat yang jelas untuk tempat tidur, berlindung, mencari makan dan air, dan tempat berkembang biak.

c. Migrasi perubahan bentuk adalah migrasi yang biasa terdapat pada serangga yang mempunyai beberapa tingkat kehidupan (telur-larva-stadium dewasa).

Pola pergerakan lainnya adalah nomad, yaitu pergerakan individu ataupun populasi yang tidak tetap dan sulit dikenali secara pasti. Hal ini berbeda dengan kegiatan migrasi, dimana migrasi merupakan pergerakan yang dilakukan dengan arah dan rute yang tetap mengikuti kondisi lingkungan dan akan kembali ke wilayah asalnya.


(29)

12

Pergerakan satwa liar, baik dalam skala sempit maupun luas merupakan usaha untuk memenuhi tuntutan hidupnya. Burung membutuhkan suatu koridor untuk melakukan pergerakan yang dapat menghubungkan dengan sumber keanekaragaman. Penyebaran suatu jenis burung menyesuaikan dengan kemampuan pergerakkannya atau kondisi lingkungan seperti pengaruh luas kawasan, ketinggian tempat dan letak geografis. Burung merupakan kelompok satwaliar yang paling merata penyebarannya, ini disebabkan karena kemampuan terbang yang dimilikinya (Alikodra, 2002; Syafrudin, 2011).

F. Gangguan dan Ancaman Terhadap Burung

Kebutuhan untuk menggunakan ruang dalam batas-batas lingkungannya merupakan daya dukung kemampuan suatu daerah untuk mendukung kehidupan suatu populasi sampai pada ukuran maksimum dan pada kepadatan ini populasi mungkin berhenti berkembang biak. Namun yang lebih sering terjadi adalah populasi dalam suatu periode tertentu akan melebihi daya dukung sumber daya yang terbatas, sehingga terjadi penurunan populasi yang disebabkan oleh meningkatnya kematian, menurunnya ketersediaan makanan, dan imigrasi, sehingga tingkat populasi akan menjadi lebih rendah (Whitten, Soeriaatmadja, dan Afiff, 1999).

Menurut Alikodra (1999) satwa liar sering kali menjadi salah satu sumberdaya alam yang terpengaruh karena adanya kegiatan pembangunan, namun tidak semua kegiatan pembangunan mempunyai pengaruh terhadap satwa liar. Persiapan lahan untuk berbagai macam kegiatan pembagunan dengan cara menebang pohon,


(30)

13

ataupun memotong pohon secara selektif seringkali merusak telur-telur burung atau menimbulkan kematian burung-burung muda yang berada di luar sarang-sarang mereka, jika tempat-tempat sarang-sarang tidak tersedia maka burung-burung dewasa akan menghilang dari kawasan ini.

Menurut Jarulis (2007), kehadiran jenis-jenis burung pada wilayah terfragmen menunjukan kemampuannya dalam menggunakan habitat dan sumber daya yang ada. Perubahan ini terjadi karena adanya gangguan sehingga jenis-jenis burung harus merubah pola aktivitasnya untuk mendapatkan tempat berlindung, tempat mencari makan, tempat berm ain, dan tempat berkembang biak, penampakan struktur vegetasi dalam suau habitat berhubungan dengan kedatangan jenis-jenis burung.


(31)

14

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung (Nugraha, 2014).


(32)

15

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan meliputi: kertas kerja (tally sheet), binokuler, jam tangan digital, camera digital, dan Buku Panduan Lapangan Indentifikasi Jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan oleh (MacKinnon dkk., 1998). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies-spesies burung yang ada di lokasi penelitian.

C.Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Penelitian dilakukan selama 9 hari waktu efektif (3 hari dengan 3 kali pengulangan di setiap titik).

2. Penelitian hanya dilakukan pada burung jenis diurnal dan didentifikasi secara visual dengan radius sejauh mata memandang.

3. Penelitian dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca yaitu cuaca cerah dan mendung. Apabila hujan maka penelitian tidak dilakukan.

D.Jenis Data 1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan berupa data mengenai spesies-spesies burung yang dijumpai di lokasi dengan menggunakan metode titik hitung (point count). Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan diam pada titik tertentu kemudian mencatat perjumpaan


(33)

16

terhadap burung dengan parameter yang diukur yaitu jenis, jumlah, waktu, dan aktivitas burung. Pengamatan menggunakan tiga titik hitung (Point Count) di lokasi pengamatan dengan rentang waktu pengamatan dilakukan selama + 40 menit, 30 menit untuk pengamatan disetiap titik dan + 10 menit adalah waktu untuk berjalan ke titik pengamatan selanjutnya. Setiap jenis burung yang dijumpai pada setiap titik pengamatan dicatat dengan segala bentuk aktivitasnya.

Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.00 WIB dan pada sore hari pukul 16.00-18.00 WIB. Pengamatan dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali pengulangan untuk setiap lokasi pengamatan. Perhitungan populasi dilakukan dengan menghitung langsung jumlah burung yang diamati dengan data populasi tertinggi yang digunakan untuk perhitungan indeks keanekaragaman, serta berdasarkan infomasi dari masyarakat sekitar Desa Kibang Pacing untuk mendukung data yang diperoleh di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mencari, mengumpulkan dan menganalisis data penunjang berupa keadaan fisik lokasi penelitian, iklim, vegetasi, dan jenis-jenis burung dengan menggunakan studi literatur.


(34)

17

E.Metode Pengumpulan Data 1. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan 1 hari sebelum pengamatan, ini bertujuan untuk mengenal areal penelitian, kondisi lapangan dan titik pengamatan untuk memudahkan pengamatan.

2. Pengamatan Burung

Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode pengamatan secara langsung yaitu menggunakan metode point count dengan cara menetapkan titik-titik lokasi yang sesuai dengan pergerakan dan kondisi lingkungan yang ada. Penempatan titik pengamatan burung disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Penempatan titik pengamatan burung menggunakan metode titik hitung (point count) (Nugraha,2014).


(35)

18

3. Kondisi Habitat Secara Umum

Kondisi umum areal pengamatan diamati dengan metode rapid assessment

merupakan modifikasi dari habitat assessment untuk mendapatkan Gambaran secara umum tipe vegetasi ditemukannya keberadaan burung.

Kondisi habitat diamati:

1. Habitat I: perbatasan kebun sawit dan hutan

Titik pengamatan ini berada di perbatasan antara kebun sawit dengan hutan. Pengamatan dilakukan terhadap burung yang terlihat diantara kebun sawit dan hutan tersebut.

2. Habitat II: kebun sawit dan lahan yang tidak termanfaatkan

Titik pengamatan ini berada di perbatasan antara kebun sawit dan lahan basah terbuka. Pengamatan dilakukan terhadap burung yang terlihat diantara kebun sawit dan lahan basah terbuka tersebut.

3. Habitat III : tengah kebun sawit

Titik pengamatan ini berada di tengah-tengah kebun sawit. Pengamatan dilakukan terhadap burung yang terlihat di kebun sawit tersebut.

F. Analisis Data

1. Analisis Keanekaragaman Burung

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (Odum, 1993; Soegianto, 1994; Indriyanto, 2006), dengan rumus sebagai berikut:


(36)

19

Rumus: H’= -∑ Pi ln (Pi), dimana Pi = (ni/N)

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner,

ni = Jumlah individu jenis ke-i,

N = Jumlah individu seluruh jenis,

Pi = Proporsi individu species ke-i.

Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’):

H ≤ 1 : keanekaragaman rendah, 1 < H < 3 : keanekaragaman sedang,

H ≥ 3 : keanekaragaman tinggi.

2. Analisis Indeks Kesamarataan

Indeks kesamarataan diperoleh dengan menggunakan rumus (Daget, 1976; Andryani,2003; Solahudin, 2003):

J = H’/ H max atau J = -∑Pi ln (Pi)/ ln(S)

Keterangan:

J = Indeks kesamarataan,

S = Jumlah jenis.

Kriteria indeks kesamarataan (J):

0 < J≤ 0,5 : komunitas tertekan, 0,5 < J ≤ 0,75 : komunitas labil, 0,75 < J≤ 1 : komunitas stabil.


(37)

20

3. Analisis Kesamaan Spesies Antar Habitat

Indeks kesamaan (Similarity index) dihitung dengan menggunakan rumus (Odum, 1993; Indriyanto, 2006). Hal ini untuk mengetahui kesamaan dan ada tidaknya perbedaan komposisi spesies burung berdasarkan kedua lokasi pengamatan yang diteliti.

IS = 2C/(A+B) Keterangan :

C = jumlah spesies yang sama pada kedua komunitas, A = jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 1, B = jumlah spesies yang dijumpai pada lokasi 2.

4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk pola pergerakan, penggunaan habitat dan vegetasi oleh burung dan diuraikan secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan.


(38)

21

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Wilayah

Kecamatan Menggala Timur merupakan kecamatan pemekaran dari sebagian wilayah Kecamatan Menggala dan gabungan Kecamatan Banjar Agung yang disahkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang No. 04 Tahun 2009 dan diresmikan pada tanggal 15 Oktober 2009, memiliki luasan wilayah 193, 53 km2 yang terdiri dari 10 desa yaitu: Desa Menggala, Sungai Luar, Bedarou Indah, Cempaka Jaya, Tri Makmur Jaya, Kuripan Dalam, Labuhan Dalam, Cempaka Dalam, Linggai, dan Desa Kibang Pacing.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2011), pusat pemerintahan Kecamatan Menggala Timur terletak di Desa Labuhan Dalam dengan batas wilayah:

 batas utara : Kecamatan Banjar Agung dan Kecamatan Gedung Aji;

 batas selatan : Kecamatan Menggala dan Kabupaten Tulang Bawang Barat Kecamatan Lambu Kibang;

 batas barat : Kecamatan Banjar Agung; dan


(39)

22

B. Sejarah Desa Kibang Pacing

Desa Kibang Pacing sudah berdiri sejak tahun 1986 dimana pada saat itu Kecamatan Menggala masuk kedalam wilayah Kabupaten Lampung Utara jauh sebelum Kabupaten Tulang Bawang berdiri. Setelah berdiriya Kabupaten Tulang Bawang menjadi daerah otonomi baru pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara seeperti yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1997 tentang pembentukan kabupaten daerah tingkat II Tulang Bawang dan Kabupaten daerah tingkat II Tanggamus (Profil Desa, 2013).

Desa Kibang Pacing dengan luas wilayah 83,55 km2 terletak di sebelah Timur Kecamatan Menggala Timur dengan batas luar sebagai berikut:

 batas utara : Desa Mekar Indah Kecamatan Gedung Aji;

 batas barat : Desa Cempaka Dalam;

 batas selatan : Desa Cempaka Jaya; dan

 batas timur : Desa Mekar Indah Kecamatan Gedung Aji.

Menurut Badan Pusat Statistik (2013), wilayah ini merupakan daerah rawa pasang surut yang sebagian besar wilayahnya diperuntukkan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang sebagai kawasan budidaya dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat.

C. Topografi

Desa Kibang Pacing secara topografi terdiri dari 40% daratan dan 60 % rawa dengan pembagian pemanfataan lahan yang berbeda yaitu:


(40)

23

1. Wilayah daratan merupakan daerah yang di manfaatkan untuk pertanian dan perkebunan kelapa sawit, karet dan singkong dan pengembalaan ternak. 2. Wilayah rawa di manfaatkan untuk sawah tadah hujan dan kolam ikan air

tawar (Profil desa, 2013).

D. Iklim

Wilayah Desa Kibang Pacing beriklim tropis dengan musim hujan dan kemarau beganti setiap tahun. Suhu udara rata-rata hari pada tahun 2012 berkisar antara 27°C hingga 29°C pada siang hari dan pada malam hari suhu udara berkisar 21°C hingga 23°C. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu mencapai 425,00 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September yaitu 23 mm.

Siklus alami yang terjadi di daerah ini bahwa empat tahun sekali, lahan basah yaitu rawa pasang surut tersebut akan mengering, tetapi begitu masuk musim hujan maka kawasan tersebut akan kembali berair (Seponada, 2011).

E. Kependudukan

Desa Kibang Pacing merupakan desa yang memiliki penduduk dengan beragam suku antara lain suku lampung, suku jawa, suku sunda, suku bali dan suku batak. Berdasarkan data kependudukan tahun 2013 di Desa Kibang Pacing terdapat 578 kepala keluarga yang tersebar di empat dusun (Profil desa, 2013).


(41)

84

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang pada bulan April 2014 ditemukan 40 spesies burung dengan jumlah individu 1986 yang berasal dari 21 famili. Spesies burung yang paling banyak dijumpai adalah burung pecuk padi hitam (n=885 ekor). Nilai indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan pada stasiun (Point count 2: diantara kebun sawit dengan lahan basah terbuka) H’=2.630, dan terendah pada stasiun (Point count 3: ditengah kebun sawit) H’=1.877.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah perlu adanya penelitan populasi, pola pergerakan, dan penggunaan habitat oleh burung kuntul dan pecuk padi hitam.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Dasar-Dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

2002. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Andryani, V. 2003. Keanekaragaman Plankton di Permukaan Perairan Kepulauan Krakatau (Skripsi). Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan. Badan Pusat Statistik. 2011. Menggala Timur dalam Angka 2011. Badan Pusat

Statistik Tulang Bawang. Tulang Bawang.

. 2013. Tulang Bawang dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Tulang Bawang. Tulang Bawang.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006.

Karakteristrik dan Pengelolaan Hutan Rawa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Bibby, C., Jones, M., dan Marsden, S. 2000. Survei Burung. SMKG Mardi Yuana. Bogor.

Cassel, D.K. 1997. Foreward. Dalam: M.J. Veprakasa dan S.W. Sprecher (eds.), Aquic Conditions and Hydric Soils: The Problem Soils. SSSA Special Publication Number 50. H vii.

Departemen Kehutanan. 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta. Elfidasari, D., Junardi., 2006. Keanekaragaman Burung Air di Kawasan Hutan

Mangrove Peniti, Kabupaten Pontianak. Jurnal Biodiversitas 1(7):63-66. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna. 1989. Burung. PT. Intermasa. Jakarta.


(43)

Firdaus, A. B., Setiawan, A., Rustiati, E.L., 2013. Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat (Skripsi). Jurusan Kehutanan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Firdaus, A. B., Setiawan, A., Rustiati, E.L., 2014. Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Sylva Lestari.2(2): 1-6.

Indrawan, M., Primack. B. R., Jatna, S., 2007. Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Jarulis. 2007. Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal Oleh Burung-Burung di Hutan Kampus Kandang Limun Universitas Bengkulu. Jurnal Gradien. 1(1): 237-242.

Judih. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Mangrove KPH Muara Gembong BKPH Ujung Krawang KPH Bogor Perum Perhutani. (Skripsi). Jurusan Kehutanan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Kapisa, H. A., 2011. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Hutan Konsesi PT. Manokwari Mandiri Lestar (MML) Kabupaten Teluk Bintuni. (Skripsi). Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa. 1994. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati. . Jakarta.

Kusuma, M. I., Dewi, B. S., Nurcahyani, N., 2013. Keanekaragaman Jenis Burung di Lampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal SATEK. 1(5): 637-644.

Mac Kinnon. J., K. Philipps. dan B.V. Balen. 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. LIPI. Bogor. Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan


(44)

Nirarita, C., E., Wibowo., dan Padmawinata. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia: Buku Panduan Untuk Guru dan Praktisi Pendidikan. Asian Wetlands Bureau. Bogor.

Notohadiprawiro, 2006. Lahan basah: Terra in cognita. Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nugraha, B. 2014. Peta Titik Peta Administrasi Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung April 2014. Tidak dipublikasikan. Bandar Lampung.

. 2014. Peta Titik Penelitian Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang bulan April 2014. Tidak dipublikasikan. Bandar Lampung.

Odum, E.hlm. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta. Pergola, B., Dewi, B. S., Surya, R. A., Suprianto. 2013. Keanekaragaman Jenis

Burung di Lahan Basah Rawa Bujung Raman Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. Jurnal SATEK. 1(5): 607-615.

Profil Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang, 2014. Tulang Bawang. Lampung.

Purnomo, H., H. Jamaksari., R. Bangkit N., T. Pradityo., D. Syafrudin. 2009.

Hubungan Antara Struktur Komunitas Burung Dengan Vegetasi di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. (Jurnal). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rohadi, D., Harianto, S.P., 2011. Keanekaragaman Jenis burung di Rawa Universitas lampung (Skripsi). Jurusan Kehutanan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Rusmendro, H. 2009. Perbandingan Keanekaragaman Burung Pada Pagi dan Sore Hari di Empat Tipe Habitat di Wilayah Pangandaran, Jawa Barat. Junal Vis Vitalis. 1(2): 8-16.

Santoso, Y. 1996. Diversitas dan Tipologi Ekosistem Hutan yang Perlu Dilestarikan. Proseding Simposium Penerapan Ekolabel di Hutan Produksi. Kerja Sama Fakultas Kehutanan IPB dengan Yayasan Gunung Menghijau dan Yayasan Pendidikan Ambarwati. Bogor.


(45)

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha Nasional. Jakarta.

Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman Jenis Burung Air di Lebak Pampangn Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Syafrudin, D. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (Twnc), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. (Skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Triyanah, E., Harianto, S.P., dan Dewi, B. S. 2014. Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Silvikurtur II. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.

Utama, M. T., Dewi, B. S., dan Darmawan, A. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung di Beberapa Tipe Lahan Mangrove Desa Sungai Burung Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang. (Skripsi). Jurusan Kehutanan.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan. Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Afiff, S. R. 1999. Ekologi Jawa dan Bali.


(46)

Sumber Pustaka dari Internet:

Abdurahman. 2011. Pecuk Ular Asia. http%3A%2F%2F2.bp.blogspot. Diakses pada 14 Juni 2014.

Agung. 2009. Burung Perkutut Jawa. http://www.Fagungjakanugraha. blogspot.com%2F2014%2F03%2Fburung-perkutut. Diakses tanggal 14 Juni 2014.

Baskoro. 2008. Walet Sapi. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-apo/col-esc/Walet-Sapi_Lanowulu_01.jpg.html. Diakses pada 14 Juni 2014.

. 2009. Bondol Peking. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-est/lon-pun/Bondol-Peking_Jrakah_KB_41.jpg.html. Diakses pada 14 Juni 2014. . 2009. Belibis Kembang. http://www.fobi.web.id/key/

Anatidae?g2_itemId=68930. Diakses pada 14 Juni 2014.

. 2011. Pecuk Padi Kecil. http://www.google.co.id/imgres?imgurl.org. Diakses pada 14 Juni 2014.

CITES, 2012. Daftar Apendiks CITES. Kutilang Indonesia. Diakses tanggal 19 Mei 2014.

Daget. 1976. Kreteria Kesamarataan. http;//www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/ index.php/searchkatalog/.../8212/8212.p. Diakses tanggal 17 Desember 2013.

Hadi. 2010. Elang Ikan Kepala Kelabu. http://raptorindonesia.org/elang-ikan-kepala-kelabu/. Diakses pada 14 Juni 2014.

. 2010. Elang Laut Perut Putih. http://raptorindonesia.org/elang-laut-perut-putih/. Diakses pada 14 Juni 2014.

Harry. 2014. Mandar Bontod. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-ral/gal-cin/Gallicrex-cinerea_Karimunjawa_HS.jpg.html. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

IUCN. 2012.” IUCN Red List of Threatened Species”. www.iucnredlist. Diakses pada 19 Mei 2014.

Irwanto, 2006. Perencanaan Perbaikan Satwa Liar Burung Pasca Bencana Alam Gunung Meletus. http://www.Geocities.com/irwantoforester/habitat_ burung.doc. Diakses pada 23 Desember 2013.


(47)

Maruly. 2008. Perenjak Rawa. http://www.kutilang.or.id%2Fwp-content %2Fuploads%2F%2F2011%2F10%2FPerenjak-Rawa.jpg&imgrefurl. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

Nurdini. 2011. Gagang Bayam Timur. http://www.fobi.web.id/key /Himantopus.g.itemId. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

. 2012. Kareo Padi. http://www.fobi.web.id/key/Rallidae?g2itemId. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

Purwanto. 2012. Elang Bondol. http://raptorindonesia.org/publication/foto/elang-bondol-haliastur-indus/. Diakses pada tanbggal 14 Juni 2014.

Rain. 2009. Elang Tiram. http://raptorindonesia.org/elang-tiram-pandion-haliaetus-linnaeus-1758/elang-tiram-1-2/. Diakses pada 14 Juni 2014. Rain. 2011. Elang Paria.

http://raptorindonesia.org/publication/foto/elang-pariamilvus-migrans/nggallery/image/11/. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

Rahmad, 2010. Lahan Basah Indonesia. www.peat-portal.net/view_file.cfm? fileid=406. Diakses tanggal 11 Februari 2014.

Seponada, F. 2011. Kembalikan Rawa Kami. http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/10/13/kembalikan-rawa-kami-400957.html. Diakses pada 10 Maret 2014.

Varma. 2010. Elang Hitam. http://raptorindonesia.org/elang-hitam/. Diakses pada 14 Juni 2014.

Winata. 2009. Ibis Cucuk Besi. http://www.kutilang.or.id%2Fwp- content%2Fuploads%2F2012%2F12%2FIbis-cucukbesi_Threskiornis-melanocephalus_TW.jpg&imgrefurl. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014. Yanuar, A. 2014. Elang Bondol (Haliastur indus). http://ahmadyanuar.wordpress.

com/2013/05/08/elang-bondol-haliastur-indus/. Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

Winasis. 2009. Bangau. http://www.Fagungjakanugraha.blogspot.com 1102014%2F02%2Fburung. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Dasar-Dasar Pembinaan Margasatwa. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

2002. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Andryani, V. 2003. Keanekaragaman Plankton di Permukaan Perairan Kepulauan Krakatau (Skripsi). Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan. Badan Pusat Statistik. 2011. Menggala Timur dalam Angka 2011. Badan Pusat

Statistik Tulang Bawang. Tulang Bawang.

. 2013. Tulang Bawang dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Tulang Bawang. Tulang Bawang.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006. Karakteristrik dan Pengelolaan Hutan Rawa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Bibby, C., Jones, M., dan Marsden, S. 2000. Survei Burung. SMKG Mardi Yuana. Bogor.

Cassel, D.K. 1997. Foreward. Dalam: M.J. Veprakasa dan S.W. Sprecher (eds.), Aquic Conditions and Hydric Soils: The Problem Soils. SSSA Special Publication Number 50. H vii.

Departemen Kehutanan. 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta. Elfidasari, D., Junardi., 2006. Keanekaragaman Burung Air di Kawasan Hutan

Mangrove Peniti, Kabupaten Pontianak. Jurnal Biodiversitas 1(7):63-66. Ensiklopedia Indonesia Seri Fauna. 1989. Burung. PT. Intermasa. Jakarta.


(2)

Firdaus, A. B., Setiawan, A., Rustiati, E.L., 2013. Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat (Skripsi). Jurusan Kehutanan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Firdaus, A. B., Setiawan, A., Rustiati, E.L., 2014. Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Sylva Lestari.2(2): 1-6.

Indrawan, M., Primack. B. R., Jatna, S., 2007. Biologi Konservasi. Edisi Revisi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Jarulis. 2007. Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal Oleh Burung-Burung di Hutan Kampus Kandang Limun Universitas Bengkulu. Jurnal Gradien. 1(1): 237-242.

Judih. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Mangrove KPH Muara Gembong BKPH Ujung Krawang KPH Bogor Perum Perhutani. (Skripsi). Jurusan Kehutanan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Kapisa, H. A., 2011. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Areal Hutan Konsesi PT. Manokwari Mandiri Lestar (MML) Kabupaten Teluk Bintuni. (Skripsi). Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa. 1994. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati. . Jakarta.

Kusuma, M. I., Dewi, B. S., Nurcahyani, N., 2013. Keanekaragaman Jenis Burung di Lampung Mangrove Center Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal SATEK. 1(5): 637-644.

Mac Kinnon. J., K. Philipps. dan B.V. Balen. 1998. Seri Panduan Lapangan Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. LIPI. Bogor. Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan


(3)

Nirarita, C., E., Wibowo., dan Padmawinata. 1996. Ekosistem Lahan Basah Indonesia: Buku Panduan Untuk Guru dan Praktisi Pendidikan. Asian Wetlands Bureau. Bogor.

Notohadiprawiro, 2006. Lahan basah: Terra in cognita. Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nugraha, B. 2014. Peta Titik Peta Administrasi Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung April 2014. Tidak dipublikasikan. Bandar Lampung.

. 2014. Peta Titik Penelitian Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang bulan April 2014. Tidak dipublikasikan. Bandar Lampung.

Odum, E.hlm. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta. Pergola, B., Dewi, B. S., Surya, R. A., Suprianto. 2013. Keanekaragaman Jenis

Burung di Lahan Basah Rawa Bujung Raman Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat. Jurnal SATEK. 1(5): 607-615.

Profil Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang, 2014. Tulang Bawang. Lampung.

Purnomo, H., H. Jamaksari., R. Bangkit N., T. Pradityo., D. Syafrudin. 2009. Hubungan Antara Struktur Komunitas Burung Dengan Vegetasi di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. (Jurnal). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rohadi, D., Harianto, S.P., 2011. Keanekaragaman Jenis burung di Rawa Universitas lampung (Skripsi). Jurusan Kehutanan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Rusmendro, H. 2009. Perbandingan Keanekaragaman Burung Pada Pagi dan Sore Hari di Empat Tipe Habitat di Wilayah Pangandaran, Jawa Barat. Junal Vis Vitalis. 1(2): 8-16.

Santoso, Y. 1996. Diversitas dan Tipologi Ekosistem Hutan yang Perlu Dilestarikan. Proseding Simposium Penerapan Ekolabel di Hutan Produksi. Kerja Sama Fakultas Kehutanan IPB dengan Yayasan Gunung Menghijau dan Yayasan Pendidikan Ambarwati. Bogor.


(4)

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha Nasional. Jakarta.

Solahudin, A. M. 2003. Keanekaragaman Jenis Burung Air di Lebak Pampangn Kecamatan Pampangan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. (Skripsi). Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Syafrudin, D. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di Tambling Wildlife Nature Conservation (Twnc), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. (Skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Triyanah, E., Harianto, S.P., dan Dewi, B. S. 2014. Biodiversitas Burung di Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Prosiding Seminar Silvikurtur II. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.

Utama, M. T., Dewi, B. S., dan Darmawan, A. 2011. Keanekaragaman Jenis Burung di Beberapa Tipe Lahan Mangrove Desa Sungai Burung Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang Bawang. (Skripsi). Jurusan Kehutanan.Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan. Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Afiff, S. R. 1999. Ekologi Jawa dan Bali.


(5)

Sumber Pustaka dari Internet:

Abdurahman. 2011. Pecuk Ular Asia. http%3A%2F%2F2.bp.blogspot. Diakses pada 14 Juni 2014.

Agung. 2009. Burung Perkutut Jawa. http://www.Fagungjakanugraha. blogspot.com%2F2014%2F03%2Fburung-perkutut. Diakses tanggal 14 Juni 2014.

Baskoro. 2008. Walet Sapi. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-apo/col-esc/Walet-Sapi_Lanowulu_01.jpg.html. Diakses pada 14 Juni 2014.

. 2009. Bondol Peking. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-est/lon-pun/Bondol-Peking_Jrakah_KB_41.jpg.html. Diakses pada 14 Juni 2014. . 2009. Belibis Kembang. http://www.fobi.web.id/key/

Anatidae?g2_itemId=68930. Diakses pada 14 Juni 2014.

. 2011. Pecuk Padi Kecil. http://www.google.co.id/imgres?imgurl.org. Diakses pada 14 Juni 2014.

CITES, 2012. Daftar Apendiks CITES. Kutilang Indonesia. Diakses tanggal 19 Mei 2014.

Daget. 1976. Kreteria Kesamarataan. http;//www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/ index.php/searchkatalog/.../8212/8212.p. Diakses tanggal 17 Desember 2013.

Hadi. 2010. Elang Ikan Kepala Kelabu. http://raptorindonesia.org/elang-ikan-kepala-kelabu/. Diakses pada 14 Juni 2014.

. 2010. Elang Laut Perut Putih. http://raptorindonesia.org/elang-laut-perut-putih/. Diakses pada 14 Juni 2014.

Harry. 2014. Mandar Bontod. http://www.fobi.web.id/v/aves/f-ral/gal-cin/Gallicrex-cinerea_Karimunjawa_HS.jpg.html. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

IUCN. 2012.” IUCN Red List of Threatened Species”. www.iucnredlist. Diakses pada 19 Mei 2014.

Irwanto, 2006. Perencanaan Perbaikan Satwa Liar Burung Pasca Bencana Alam Gunung Meletus. http://www.Geocities.com/irwantoforester/habitat_ burung.doc. Diakses pada 23 Desember 2013.


(6)

Maruly. 2008. Perenjak Rawa. http://www.kutilang.or.id%2Fwp-content %2Fuploads%2F%2F2011%2F10%2FPerenjak-Rawa.jpg&imgrefurl. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

Nurdini. 2011. Gagang Bayam Timur. http://www.fobi.web.id/key /Himantopus.g.itemId. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

. 2012. Kareo Padi. http://www.fobi.web.id/key/Rallidae?g2itemId. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

Purwanto. 2012. Elang Bondol. http://raptorindonesia.org/publication/foto/elang-bondol-haliastur-indus/. Diakses pada tanbggal 14 Juni 2014.

Rain. 2009. Elang Tiram. http://raptorindonesia.org/elang-tiram-pandion-haliaetus-linnaeus-1758/elang-tiram-1-2/. Diakses pada 14 Juni 2014. Rain. 2011. Elang Paria.

http://raptorindonesia.org/publication/foto/elang-pariamilvus-migrans/nggallery/image/11/. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.

Rahmad, 2010. Lahan Basah Indonesia. www.peat-portal.net/view_file.cfm? fileid=406. Diakses tanggal 11 Februari 2014.

Seponada, F. 2011. Kembalikan Rawa Kami. http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/10/13/kembalikan-rawa-kami-400957.html. Diakses pada 10 Maret 2014.

Varma. 2010. Elang Hitam. http://raptorindonesia.org/elang-hitam/. Diakses pada 14 Juni 2014.

Winata. 2009. Ibis Cucuk Besi. http://www.kutilang.or.id%2Fwp- content%2Fuploads%2F2012%2F12%2FIbis-cucukbesi_Threskiornis-melanocephalus_TW.jpg&imgrefurl. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014. Yanuar, A. 2014. Elang Bondol (Haliastur indus). http://ahmadyanuar.wordpress.

com/2013/05/08/elang-bondol-haliastur-indus/. Diakses pada tanggal 26 Juni 2014.

Winasis. 2009. Bangau. http://www.Fagungjakanugraha.blogspot.com 1102014%2F02%2Fburung. Diakses pada tanggal 14 Juni 2014.