26
2. Latar belakang pendidikan Mohammad Hatta
Hubungan antara keluarga ayah dan keluarga ibu Hatta tetap berjalan baik, walaupun ayahnya sudah meninggal. Pada awalnya ada
perbedaan pendapat antara keluarga dari pihak ibu dan keluarga dari pihak ayah, mengenai pendidikan yang harus ditempuh oleh Hatta. Keluarga dari
pihak ayahnya mengharapkan agar kelak Hatta menjadi seorang yang alim. Karena itu ia harus belajar di sekolah agama. Sedangkan keluarga dari
pihak ibunya menginginkan Hatta masuk ke sekolah umum. Tetapi kemudian tercapai kesepakatan antara kedua keluarga itu. Amrin Imran :
2010: 4. Keluarga dari ibunyalah yang dilaksanakan. Hatta belajar di
Sekolah Rakyat, yang setara dengan Sekolah Dasar sekarang. Pada umur lima tahun lebih beberapa bulan Pak Gaeknya ingin memasukkan ke
Sekolah Rakyat. Pada masa itu ada peraturan bagi calon murid disuruh melingkarkan tangannya keatas kepala. Apabila ujung jari tangan dapat
menyentuh telinga kiri, anak itu akan diterima sebagai murid. Karena umurnya dianggap cukup untuk bersekolah. Namun sayang, Hatta masih
dianggap kecil karena jari tangan kanannya belum dapat menyentuh telinga kirinya. Ia tidak diterima di Sekolah Rakyat. Amrin Imran, 2010:
4. Untunglah Pak gaeknya memiliki banyak teman, salah satunya
bernama Ledeboer bekas tentara Belanda yang mendirikan sekolah swasta. Sebenarnya sekolah itu hanya menerima murid-murid yang sudah
27
tamat Sekolah Rakyat. Hatta kemudian dimasukkan ke sekolah itu oleh pak gaeknya. Kurang lebih enam bulan Hatta belajar di sekolah itu.
Kemudian ia pindah ke Sekolah Rakyat. Umurnya sudah mencapai enam tahun. Anak-anak yang sekelas dengan Hatta ada yang sudah berumur
limabelas tahun. Amrin Imran, 2010: 5. Pagi hari Hatta belajar di Sekolah Rakyat. Sore hari ia belajar
bahasa Belanda. Sesudah maghrib ia belajar mengaji di surau. Tetapi ia dapat mengatur waktunya dengan baik. Hatta Belajar di Sekolah Rakyat
hanya sampai tahun ketiga. Pertengahan tahun ajaran ia pindah ke sekolah Belanda, yakni
Europese Legere School
ELS. Ia diterima di kelas dua. Amrin Imran, 2010: 5.
Pada tahun 1913 Hatta pindah ke ELS Padang mulai kelas 5 sampai kelas 7. Delier Noer, 1990: 20. Hal ini disebabkan oleh tiga bulan
sebelum vakansi besar murid-murid kelas empat yang bermaksud ingin mengikuti ujian masuk
Hogere Burger School
HBS boleh mengambil pelajaran privat bahasa Perancis. Hatta ingin melanjutkan studinya ke
HBS. Murid yang diterima sekolah itu harus pandai berbahasa Perancis. Amrin Imran, 2010: 7. Pelajaran itu diberikan oleh seorang guru Belanda
pada sore hari, tiga kali seminggu. Pak gaek Hatta mendapat persetujuan dari Tuan Chevalier seorang kommis pos untuk mengajar bahasa Inggris
kepada Hatta. Menurutnya, bahasa Inggris lebih penting daripada bahasa Perancis. Maka Hatta tidak jadi mengikuti pelajaran bahasa Perancis.
Mohammad Hatta, 2002: 29.
28
Tapi malang baginya, setelah tiga bulan Hatta belajar bahasa Inggris, tuan Chevalier di pindahkan kerja ke Betawi. Untuk pindah
belajar bahasa Prancis, Hatta sudah ketinggalan tiga bulan dan harus mulai dari awal. Maka diputuskan oleh orang tuanya, Hatta pindah sekolah ke
Padang sesudah vakansi. Di Padang ada sekolah Belanda pertama yang mengajarkan bahasa Perancis sebagai mata pelajaran dan dimulai dari
kelas 5. Mohammad Hatta, 2002: 29. Hatta tamat dari ELS tahun 1916. Ia ingin melanjutkan
pendidikannya ke HBS. Pada waktu itu di Sumatera Barat tidak ada HBS. Amrin Imran, 1981: 7. Menjelang pertengahan tahun 1916 Hatta lulus
dalam ujian masuk HBS, sekolah menengah Belanda 5 tahun. Karena itu Hatta harus pindah ke Jakarta, dulu disebut Betawi. Tetapi ibunya tidak
mengijinkan. Ibunya takut Hatta akan terpengaruh oleh kehidupan kota besar. Ia masih terlalu muda, Hatta baru berumur 14 tahun. Ibunya
berpendapat agar Hatta meneruskan pelajaran ke sekolah MULO kemudian melanjutkan ke HBS di Betawi. Mohammad Hatta, 2002: 34.
Pada awalnya Hatta sangat kecewa. Hatta lalu melamar pekerjaan di kantor pos. Lamarannya diterima. Amrin Imran, 1981: 7. Tetapi sebelum
ia mulai bekerja, ia dapat dibujuk ibu dan pamannya supaya mengurungkan niatnya. Akhirnya Hatta tunduk terhadap ibunya dan
kemudian masuk sekolah MULO. Mohammad Hatta, 2002: 35. Ketika Hatta masuk ke sekolah MULO di Padang, sudah agak
banyak anak Indonesia yang bersekolah di situ. Sekolah itu terbuka bagi
29
murid-murid yang datang dari sekolah Belanda 2 dan yang berasal dari HIS. Mereka diterima dan dibebaskan dari mengikuti pelajaran bahasa
Perancis. Di sini terasa benar cara Belanda mempersulit kemajuan sekolah bagi anak-anak Indonesia. Anak Indonesia yang memulai pelajarannya
pada HIS memerluan waktu sembilan tahun untuk mencapai kelas I MULO. Mohammad Hatta 2011: 48.
Di sekolah MULO ini ada perlakuan yang berbeda antara anak pribumi dengan anak-anak Belanda. Ini terlihat dari Murid-murid yang
datang dari sekolah Belanda pertama di masukkan ke kelas IA. Sedangkan yang datang dari sekolah Belanda kedua ditempatkan di kelas IB. Padahal
nilai-nilai mereka lebih tinggi dari pada mereka yang datang dari sekolah Belanda. Sekolah MULO di Padang mempunyai perkumpulan sepakbola
yang bernama Swallow. Hatta memang memiliki kegemaran bermain sepakbola sehingga ia masuk dalam perkumpulan itu. Pada awalnya Hatta
hanya menjadi anggota biasa. Kemudian terpilih Hatta menjadi bendahara. Karena teman-temannya mengetahui bahwa Hatta sangat tertib
dalam hal keuangan. Itulah pengalaman pertamanya dalam berorganisasi. Amrin Imran, 1981: 14.
Waktu Hatta Bersekolah di MULO di Padang , ia berkenalan dengan Taher Marah Sutan. Taher menjadi sekretaris Sarekat Usaha.
Sarekat Usaha adalah organisasi yang bergerak dalam bidang sosial. Masalah pendidikan pun diperhatikan oleh Sarekat Usaha. Salah satu
usahanya ialah meminta kepada pemerintah supaya pelajaran agama
30
diberikan di MULO. Dan usaha itu berhasil. Amrin Imran, 1981: 18. Di MULO, guru agamanya adalah Haji Abdullah Ahmad yang membawa
semangat modernisme ala Muhammad Abduh dari Mesir. Salman Alfarizi, 2010 17. Hatta menyelesaikan sekolahnya di MULO pada tahun 1919.
Delier Noer, 1990: 21. Kemudian Hatta melanjutkan sekolahnya di
Prins Hendrik School
PHS. Ia mengambil bagian sekolah dagang. Ia tinggal di rumah Ayub Rais, pamannya dari keluarga yang agak jauh. Ayub Rais seorang
pedagang yang berhasil. Hatta sering bertukar pikiran dengan Ayub Rais. Pelajaran yang diterimanya di sekolah diujinya dengan pengalaman Ayub
Rais. Tukar pikiran tersebut memberikan banyak manfaat. Amrin Imran, 1981: 9.
Guru yang mengajar di HBS atau PHS kebanyakan bukanlah guru tamatan sekolah guru. Mereka tamatan universitas atau sekolah tinggi,
ditambah dengan guru- guru yang telah mencapai “Middelbaar Acte”, akte
menengah. Guru Hatta yang bernama Dekker, ia seorang yang cerdas, dapat dilihat dari mata pelajaran yang diberikannya Di Prins Hendrik
School, bagian dagang ia mengajarkan “ Boek houding” Pembukuan, Handelsrecht” Hukum Dagang dan Staat-Huishoudkunde” ekonomi.
Buku-buku yang dipakai untuk ilmu-ilmu tersebut bukanlah buku yang mudah untuk dibaca. Ia menerangkan sejelas-jelasnya tujuan pembukuan,
dengan menunjukkan tabel-tabel dan sistem yang ada di buku. Mohammad Hatta, 2002: 66.
31
Lain lagi cara tuan Dekker mengajarkan Hukum Dagang dan Ekonomi. Setelah buku dibuka, murid bergantian disuruh membaca satu
atau beberapa alinea dari buku tersebut. Sesudah itu disuruh menceritakan dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Lain lagi cara Dr. De Kock
mengajarkan ilmu “Pengetahuan Barang” yang berdasarkan kimia. Dalam mengajar ia langsung memaparkan sambungan pelajaran setelah ia
masuk di kelas. Jika ada rumus yang tidak dimuat dalam buku pelajaran ia menuliskannya dipapan tulis. Sesekali muridnya dibawa ke
laboratorium untuk melakukan percobaan. Guru yang mengajar sejarah di PHS Ialah Dr. Broersma. Cara mengajarnya sangat berbeda dengan guru
yang ada di MULO. Sejarah yang diajarkannya lebih diutamakan semangat masa dan keadaan masa, hubungan masalah yang satu dengan
yang lain. Berbeda dengan waktu di MULO Urut-urutan tahun yang dipentingkan. Dari belajar sejarah di PHS inilah Hatta mulai belajar
sejarah dan sungguh-sungguh mempelajari sejarah. Mohammad Hatta, 2002: 68
Dari cara-cara mengajar gurunya di Prins Hendrik School inilah, Hatta merasakan cara berfikir yang lain. Yang memberikan kemajuan
dalam pendidikannya. Tiga tahun lamanya Hatta belajar di PHS. Amrin Imran, 1981: 9. Kesempatan bersekolah di Jakarta di PHS tahun 1919-
1921 dipergunakan Hatta untuk meningkatkan diri dalam pengenalan seluk beluk masyarakat jajahan. Delier Noer, 1990: 25.
32
Tahun 1921 Hatta ke Belanda untuk melanjutkan studinya Sekolah Tinggi Dagang
Handelshogeschool
di Rotterdam. Delier Noer, 1990: 39. Di Handelshogeschool ini Hatta mengikuti kuliah tambahan, kuliah
tentang Tata negara yang diajarkan oleh Professor Oppenheim. Hanya setahun saja Hatta mengikuti kuliah tambahan yang diajarkan Professor
Oppenheim karena umurnya sudah genap 76 tahun dan menghentikan kuliahnya pada akhir tahun pelajaran 1921-1922. Kuliah Professor F. De
Vries ia mengajarkan pokok-pokok dari ilmu ekonomi yang disebut “ekonomi teoretika”. Mohammad Hatta, 2002: 112.
Hatta dari awal memiliki niat ingin memperoleh pengetahuan yang sebanyak-banyaknya. Karena itu, ia mengikuti pelajaran bagian ekonomi
kolonial, dengan tiada melepaskan pelajaran tentang sejarah ekonomi dan beberapa bagian dari organisasi ekonomi, yang dibebaskan bagi
mahasiswa yang mengikuti bagian pelajaran “ekonomi kolonial”. Mohammad Hatta, 2002: 113.
Dua tahun kemudian ia memperoleh ijazah sarjana muda. Kemudian bersiap untuk menempuh ujian sarjana lengkap. Tetapi waktu
itu,timbul niat untuk pindah ke jurusan lain. Jurusan yang dipilihnya ialah ekonomi kenegaraan. Kemudian ia memperpanjang masa kuliahnya. Hatta
menyelesaikan kuliahnya tahun 1932. Ia memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Selama 11 tahun Hatta menuntut ilmu di Belanda. Amrin
Imran. 1981: 10-11.
33
3. Pengalaman-pengalaman dalam berorganisasi