Nilai Ekonomi Sumber Daya Lingkungan.doc

Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Suparmoko1 menyatakan bahwa pada dasarnya nilai lingkungan dibedakan menjadi
nilai atas dasar penggunaan (instrumental value), dan nilai yang terkandung di
dalamnya (intrinsic value). Nilai atas dasar penggunaan menunjukan kemampuan
lingkungan jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan sedangkan nilai yang
terkandung dalam lingkungan adalah nilai yang melekat pada lingkungan tersebut.
Nilai lingkungan dibedakan menjadi nilai atas dasar penggunaan (use value), dan
nilai yang menempel tanpa penggunaan (non-use value). Nilai atas dasr
penggunaan dibedakan menjadi nilai atas dasar penggunaan langsung (direct use
value), nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value), nilai atas dasar pilihan
penggunaan (option use value),dan nilai yang diwariskan (bequest value).
Selanjutnya nilai atas dasar tanpa penggunaan (non use value) dibedakan menjadi
nilai atas dasar warisan dari generasi sebelumnya (bequest value), dan nilai karena
keberadaannya saja (existence value).
Menurut Mahtur dan Sachdeva 2, valuasi ekonomi atas pemakaian sumber daya
alam adalah memberikan keseluruhan nilai ekonomi yang melekat pada sumber
daya alam tersebut (total economic value). Keseluruhan nilai ini tidak hanya terbatas
pada nilai guna langsung (direct use value) yang selama ini dipergunakan, namun
juga meliputi nilai guna tidak langsung (indirect use value), nilai pilihan (option
value), dan nilai non guna (non use value). Jika dirumuskan nilai suatu sumber daya
alam yakni:

TEV

= UV + NUV
= ( DUV + IUV + OV) + (BV + EV)

Keterangan:
TEV = Total Economic Value
UV = Use Value ( Direct Value + Indirect Value + Optio Value)
NUV = Non Use Value ( Bequest Value + Existens Value)
Direct Use Value adalah nilai yang diperoleh melalui konsumsi langsung suatu
sumber daya alam (SDA);
Indirect Use Value adalah nilai manfaat tidak langsung yang dihasilkan karena
adanya suatu sumber daya alam (SDA)
Option value adalah nilai manfaat langsung dan tidak langsung suatu SDA dimasa
datang;
Extence Value adalah nilai atas keberadaan SDA, terlepas dari manfaat yang
mungkin bisa diperoleh dari keberadaan SDA itu sendiri;
1 Suparmoko, 2006, Panduan & Analisis Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (Konsep, Metode Perhitungan dan Aplikasi), BPFE, Yogyakarta, hlm.11
2 AS Mathur, and Arvinder Sachdeva¸ 2003, Towards an Economic Approach to

Sustainable Forest Development. Perspective Planning Division Planning Commision
Government of India, dalam
http://planningcommision.nic.in/reports/wrkpapers/wrkp_forest.pdf

Bequest value adalah nilai atas kemungkinan mewariskan suatu SDA ke generasi
berikutnya.

Tesis oleh Sultan Nadjamdudin yang berjudul Valuasi Ekonomi Ekosistem
Terumbu Karang Di Kepualuan Togian ( Kasus di Kepulauan Togian
Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah), 2003, Pascasarjana Program
Studi Ilmu Lingkungan, UGM)
Rumusan Masalah
1. Berapakah nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang di Kepualaun
Togian?
2. Berapakah nilai kelayakan ekonomi dari pengelolaan ekosistem terumbu
karang dan besar risiko ekonomi dari setiap bentuk aktivitas yang merusak
ekosistem terumbu karang pada kawasan tersebut?
3. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap bentuk pemanfaatan sumberdaya
dan kosnervasi ekosistem terumbu karang di Kepualuan Togian?
Kesimpulan

1. Berdasarkan identifikasi komponen nilai potensi sumberdaya perikanan,
pariwisata, dan nilai perlindungan pantai dari ekosistem terumbu karang di
Kepulauan Togian yang dapat dinilai secara moneter, maka diperoleh
ekonomi total dari ekosistem terumbu karang Kepulauan Togian sebesar Rp.
108.930.911.30 per tahun. Pengelolaan ekosistem terumbu karang secara
berkelanjutan selama 10 tahun dengan tingkat bunga 12% per tahun, maka
diperoleh nilai NPV sebear Rp. 615.483.943.929. Nilai tersebut terdiri dari
nilai potensi sumber daya perikanan sebesar Rp. 594.962.333.889. Nilai
potensi pariwisata sebesar Rp. 18.826.543.131. Nilai perlindungan pantai
sebesar Rp.1.695.066.909.
2. Berdasarkan analisis biaya manfaat dengan masa pengelolaan selama 10
tahun dan tingkat bunga 12 % per tahun, maka diperoleh kelayakan ekonomi
pengelolaan ekosistem terumbu karang berdasarkan risiko dari ancaman
kerusakan sebagai berikut:
a. Penangkapan ikan dengan bom pada ekosistem terumbu karang di
Kepulauan Togian memberi nilai NPV sebsar Rp. 1..128.236.534 yang
merupakan 1/517 kari dari nilai NPV perikanan lestari yakni
Rp.583.799.576.027. penangkapan ikan dengan bom tersebut dapat
menybebabkan hilangnya pendapatan nelayan secara berkelanjutan
dari perikanan lestari sebesar 1.117 kali lebih besar yakni

Rp.549.143.368.060 dari perolehan jangka pendek yang diterima
nelayan dari penangkapan ikan dengan bom (Rp. 491.580.010).
Penangkapan ikan dengan bom mengakibatkan kerugian bagi
masyarakat sebesar Rp. 31.684.367.902. Nilai BCR penangkapan ikan
dengan bom adalah 0,0009 (BCR < 1), sehingga penangkapan ikan
dengan bom secara ekonomis tidak layak untuk dilaksanakan. Kajian
secara ekologis menunjukan bahwa penggunaan bom mengakibatkan
hancurnya habitat dan kematian terumbu karang, sehingga
mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang;

b. Penangkapan ikan dengan racun sianida memberikan nilai NVP
sebesar Rp. 421.436.010.132 yang merupakan 1/1, 4 kali lebih kecil
dari nilai produksi perikanan lestari sebesar Rp. 583.799.576.027.
penangkapan ikan dengan racun akan menyebabkan hilangnya
keuntungan secara berkelanjutan bagi nelayan dari perikanan lestari
sebesar 1,7 kali lebih besar (Rp.549.143.368.060) dari perolehan
jangka pendek yang diterima nelayan dari penangkapan ikan dengan
bom (Rp.322.530.268.575). Perikanan dengan menggunakan racun
sianida akan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sebesar
Rp.31.684.367.902. Kerugian tersebut merupakan pendapatan yang

hilang dari sektor pariwisata, pengusaha mutiara dari nilai perlindungan
pantai. Nilai BCR dari penangkapan ikan dengan racun adalah 0,56
(BCR