Perbedaan jenis agresivitas berdasarkan geografis mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta
PERBEDAAN JENIS AGRESIVITAS BERDASARKAN
GEOGRAFIS MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN
JAKARTA
• • • pゥi セ
III
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lャ ゥ[セ B
Oleh
HUMAIRO
NIM: 105070002331
セQイャ
,_"
ZLセiGャョ、B \
, ..,,'t
セ 「dセZ | サHェ Qa
{..............
Idosif\lusi :
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H /2009 M
.
I
l"[I'{PUSTAKAAN tf
UIN SYAHtO
PERBEDAAN JENIS AGRESIVITAS BERDASARKAN
GEOGRAFIS MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
HUMAIRO
NIM: 105070002331
Dibawah Bimbingan,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag
Desi Yustari Muchtar, M. Psi
NIP: 196806141997041001
NIP: 150408703
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1940 H 12009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ripsi yang berjudul PERBEDAAN JENIS AGRESIVITAS BERDASARKAN
:OGRAFIS MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA telah diujikan
lam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Jayatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai
;ah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2009
Sidang Munaqasyah,
tua Merangkap Anggota,
Pembantu Dekanl
Sekretaris Merangkap Anggota.
hja Umar, Ph.D
'.130885522
[smセエNBd
Dekanl
Anggota
Penguji II
artati M.Si
021983032001
Pembimbing I
>f. Dr. AI)
I.
NIP. 1956 1223 1983 032001
r
MUjib, M.Ag
19680614197041001
D".t.dhllah 5.,,1
ァセL
M.S!
NIP. 1956 1223 1983 032001
Pembimbing II
Desi Yustari Muchtar, M.Psi
NIP. 150408703
Motto
JadikanIah dirimu berharga untuk dirimu sendiri
dan yakinIah pada kata hatimu (be your self....)
Persembahan
Karya sederhana ini
Kupersembahkan untuk yang tercinta dan tersayang
Ayahanda (Usmanul Arifin) dan Ibunda (Siti Arfiah)
Dan kakak-kakaku serta adik-adikku yang tersayang
Serta orang-orang yang selalu mencurahkan cinta dan sayangnya
untukku
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Desember - 2009
(C) Humairo
(D) Perbedaan Jenis Agresivitas Berdasarkan Geografis Mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
(E) xiii + 68 halaman
(F) Fenomena yang sering terjadi dikalangan mahasiswa diantaranya adalah
Demo, Unjuk Rasa, dan Aksi Anarkis saat PEMIRA ( Pemilu Raya). Pada
mahasiswa banyak sekali terdapat berbagai macam suku bangsa
diantaranya Betawi, Sunda, Jawa, Medan, Padang dan lain-lain.
Selama ini, masyarakat umumnya beranggapan bahwa laki-Iaki lebih agresif
dibandingkan perempuan (Harris dalam Baron,2000). Buss (dalam Bjorkqvist,
1994) mengatakan bahwa wanita jarang agresif sehingga penelitian
agresivitas wanita tidak terlalu perlu dilakukan. Menurut pandangan Buss,
agresivitas adalah fenomena laki-Iaki. Berbagai penelitian menyatakan
bahwa laki-Iaki lebih agresif dibanding perempuan, baik itu agresivitas fisik,
verbal maupun fantasi agresivitas (Hyde & Haris dalam Baron, 2000). Hal ini
membuat sebagian besar penelitain-penelitian terdahulu hanya berfokus
pada agresivitas laki-Iaki. Karena itu tidak mengherankan apabila sangat
sedikit yang diketahui tentang agresivitas perempuan (Crick,1998).
Pendekatan yang digunkan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan
metode penelitian komparatif. Penelitian dilaksanakan di fakultas psikologi
UIN Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang yang diambil dengan
teknik incidental sampling. Instrument pengumpulan data yang digunakan
skala modellikert. Teknik pengolahan dan analisa data digunakan analisa
statistik yang meliputi korelasi product moment pearson untuk menguji
validitas item, alhpa Cronbach untuk menguji reliabelitas, dan independent
sampel t-test untuk pengujian hipitesis penelitian jumlah item valid untuk
skala jenis agresivitas 21 item dan reliabilitasnya 0,83. sedangkan dari uji ttest, diperoleh t hitung yang didapat (0,469) < t tabel (8ig. 5%;df 58 = 2.021),
maka hipotesis nihil (H a) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada jenis agresivitas berdasarkan geografis mahasiswa
fakultas psikologi UIN Jakarta diterima.
Direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya untuk menggunakan teknik
sampling selain incidental sampling. Adanya perbedaan dalam pengambilan
sampel memungkinkan adanya perbedaan hasil penelitian .
(8) 24 (1985-2008)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Segala puji bagi Allah Subhanallahu Wata'ala atas rahmat yang diberikan
kepada umatnya dengan tiada henti. Puji dan syukur saya panjatkan
kehadiratNya serta tak lupa shalawat dan salam saya haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam beserta
sahabat dan keluarganya.
Saya haturkan rasa syukur yang tiada henti atas terwujudnya skripsi yang
berjudul "Hubungan Cemburu Terhadap Pasangan Dengan Agresivitas Pada
Mahasiswa UIN Syarif Hiidayatullah Jakarta" sebagai wujud dari kesediaan
segala pihak untuk membimbing, membantu dan mendoakan lancarnya
penulisan skripsi ini. Tak Lupa saya mengucapkan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja
Umar Ph.D
2. Bapak Prof. Dr, Abdul Mujib, M.Ag sebagai dosen pembimbing I dan
ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi sebagai dosen pembimbing " yang
dengan sabar dan berbesar hati dalam membimbing saya menuju
terwujudnya skripsi ini
3. Bapak dan Ibu staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas kesabaran dan kerjasamanya.
4. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu menuturkan doa, dan dukungan
yang tidak lepas sampai kapanpun.
5. Kakak-kakak dan adik-adikku yang tercinta kak Ibah, kak Yati, kak
Ahmad, kak Udin, kak Akim, kak Mimi, Zaki dan Hafiz yang selalu
memberikan keceriaan dan semangat pad a penulis.
6. Seluruh sahabat terbaik yang tidak tergantikan, shauma rizki (ki2),
Khusnul Khotimah(nu2), Faiqoh, Titi , Diah Ayu W (di2) dan Kawankawan angkatan 2005 terutama kelas C lainnya.
7. Juga kepada semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu
persatu yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini.
Dengan ini saya selaku peneliti mempersembahkan sebuah karya tulis yang
Insya Allah bermanfaat yang berjudul Perbedaan Jenis Agresivitas
Berdasarkan Geografis Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Penulis menyadari keterbatasan dari skripsi ini, maka saya mahan kesediaan
para pembaca untuk memaklumi segala kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini.
Jakarta, Desember 2009
Humairo
DAFTARISI
Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Motto
iii
Abstrak
iv
Kata Pengantar
vi
Daftar lsi
ix
Daftar Tabel
xii
Daftar Lampiran
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Be1akang
1
1.2 Identifikasi Masalah
8
1.3 Batasan Masalah
8
1.4 Rumusan masa1ah
9
1.5 Tujuan Penelitian
9
1.6 Manfaat Penelitian
9
1.6.1 Manfaat Teoritis
9
1;6.2 Manfaat Praktis
10
1.7 SistematikaPenulisan
10
BAB 2 KAJIAN TEORITIS
2.1 Agresivitas
11
2.1.1 Pengertian Agresivitas
11
2.1.2 Karakteristik Agresivitas
15
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengarnhi Agresivitas
19
2.2 Geigrafis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Suku Bangsa
24
2.3 Kerangka berpikir
30
2.3 Hipotesis
31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.Pendekatan dan Metode Penelitain
3.1.1. Pendekatan Penelitian
3.1.2. Metode Penelitian
32
.32
3.2 Definisi Konseptual dan Operasional
Variable
32
3.2.1 Definisi Konseptual
32
3.2.2 Definisi Operasional Variabel...
33
3.3 Pengambilan sampel
33
3.2.1 Populasi dan Sampel
33
3.3.3 Telmik pengambilan sampel
34
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Metode dan Instrumen Penelitian
34
34
3.4.2 Telmik Uji Instrumen
35
3.5 Teknik Uji Instrumen Penelitian
36
3.5.1 Uji Validitas
36
3.5.2 Uji Reliabilitas
39
3.6 Prosedur Penelitian
40
3.6.1. Tahap Persiapan
40
3.6.2. Tabap Pelaksanaan
40
3.6.3. Tahap Pengolahan Data
40
3.6.4. Teknik Analisa Data/Statistik
.41
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umul11 Responden Penelitian
.42
4.2 Kategorisasi Subjek Pene1iti
44
4.2.1. Kategorisasi Agresivitas
4.3. Uji Hipotesis
.44
46
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
48
5.2 Diskusi
48
5.3 Saran
50
DAFfAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
51
DAFTAR TABEl
Tabel3.1
Blue Print Skala Agresivitas
36
Tabel3.2
Hasil Uji Instrumen Skala Agresivitas
38
Tabel3.3
Nilai kategori dalam setiap jawaban
39
Tabel4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
.42
Tabel4.2
Kategorisasi Agresivitas
.44
Tabel4.3
Jenis Agresivitas Berdasarkan Suku Bangsa
45
Tabel4.4
Jenis Agresivitas Berdasarkan Jenis Kelamin
.45
Tabel4.5
Uji Hipotesis
.46
Tabel4.6
Independent Sampel Test
46
DAFTAR LAMPIRAN
1. The aggression questionnaire (Buss & Perry, 1992)
54
2. Angket Pilot Test Skala Agresivitas
56
3. Angket Field Test Skala Agresivitas
59
4.Nilai Validitas dan Reliabilitas Skala Agresivitas Pilot Test
62
5. Reliabilitas Field Test Skala Agresivitas
64
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari lebih kurang 500
kelompok etnis, dimana setiap suku tetap mempertahankan identitas etnis
dan budayanya, dan mengklaim wilayah teritorial etnisnya sendiri. Para
anggota masing-masing etnis hidup dalam komunitas etnis yang homogen,
yang dengan identitas kultur dan batas-batas teritorial sendiri, yang tersebar
di seluruh wilayah kepulauan indonesia. Di wilayahnya sendiri, etnis lokal
pribumi merupakan sesuatu yang dominan dan berfungsi sebagai acuan nilai
yang mengarahkan komunitas tersebut dalam melaksanakan aktivitas seharihari serta sebagaimana mereka memandang dunia sekitarnya. (lrfan &
Chaider,2006)
Selama ini, masyarakat umumnya beranggapan bahwa laki-Iaki lebih agresif
dibandingkan perempuan (Harris dalam Baron,2000). Buss (dalam Bjorkqvist,
1994) mengatakan
bahwa wanita jarang agresif sehingga penelitian
agresivitas wanita tidak terlalu perlu dilakukan. Menurut pandangan Buss,
agresivitas adalah fenomena laki-Iaki. Berbagai penelitian menyatakan
bahwa laki-Iaki lebih agresif dibanding perempuan, baik itu agresivitas fisik,
verbal maupun fantasi agresivitas (Hyde & Haris dalam Baron, 2000). Hal ini
2
membuat sebagian besar penelitain-penelitian terdahulu hanya berfokus
pada agresivitas laki-Iaki. Karena itu tidak mengherankan apabila sangat
sedikit yang diketahui tentang agresivitas perempuan (Crick, 1998).
Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2001) mendefinisikan agresivitas
sebagai setiap bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti makhluk hidup
lain yang tidak ingin disakiti. Sebuah perilaku dapat dikualifikasikan sebagai
agresivitas
apabila
perilaku
tersebut
dilakukan
dengan
niat
untuk
menimbulkan konsekuensi negatif terhadap target. Bentuk agresivitas dapat
bervariasi mulai dari bentuk yang sangat terlihat (overt) atau sangat langsung
(direct) seperti perilaku
seorang individu yang
memukul orang lain,
sekelompok individu yang mengolok-olok orang lain sampai bentuk yang sulit
diamati (covert) atau tidak langsung (indirect) seperti perilaku seorang
individu
menyebarkan gosip buruk tentang individu lain (Baron,2000,
Olweus,2003). Kebanyakan studi mengenai agresivitas lebih berfokus pada
agresivitas yang nampak (overt) baik secara fisik maupun verbal. Hal ini
menyebabkan para peneliti relatif lebih fokus dan memperhatikan agresivitas
laki-Iaki daripada perempuan.
Crick (dalam Steinberg, 2002) yang melakukan penelitian berkesinambungan
mengenai agresivitas perempuan (female aggression) menyatakan bahwa
perempuan biasanya melukai pihak lain melalui manipulasi hubungan atau
3
kedudukan sosial pihak tersebut secara sengaja. Individu yang menggunakan
jenis agresivitas ini, berusaha melukai oriang lain dengan mengucilkan
mereka dari aktivitas sosial, merusak reputasi mereka di depan orang lain,
atau menarik perhatian dari persahabatan mereka.
Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada
perbedaan gender dalam agresivitas, yang berbeda adalah cara mereka
mengekspresikannya (Donelson, 1999). Seorang perempuan dapat sama
agresifnya dengan laki-Iaki apabila agresivitas dipahami secara luas yaitu
tidak hanya agresivitas langsung, akan tetapi juga agresivitas tidak
langsung(Thompson, 2001).
Sejarah membuktikan, jika batas ini dilanggar, orang Jawa dapat bersikap
lebih agresif dari orang Batak atau suku-bangsa lain. Dan, jika agresivitas ini
termanifestasikan, orang akan termangu dan tidak percaya, karena sudah
banyak termakan oleh "romantisme" tulisan-tulisan tentang budaya Jawa
yang agak menonjolkan sisi-sisi
menerima, rukun, harmoni, keseimbangan,
toleransi, dan sebagainya.
Berbagai pengamatan yang berbeda tentang budaya pedesaan Jawa seperti
dipaparkan atas bermanfaat untuk menganalisis berbagai peristiwa yang
terjadi belum lama berselang, khususnya berkaitan dengan Kasus Situbondo
4
dan
Tasikmalaya.
"Kesabaran"
orang
Jawa
sering
menjadi
bahan
pembicaraan, bahkan tidak jarang menjadi bahan lawakan. Kita masih ingat,
bagaimana grup lawak Warkop
mengilustrasikan seorang Jawa yang
kakinya terinjak. Sebagai reaksinya, pria Jawa ini berkata, "Maaf, Pak, kaki
saya ada di bawah
kaki Bapak." Namun demikian, fakta sejarah juga
menunjukkan, kekerasan dan agresivitas tidaklah asing bagi masyarakat
Jawa. Pembunuhan massal pada tahun 1965-1966, yang katanya memakan
korban satu juta orang, banyak terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebagian besar analisis terhadap berbagai kasus kekerasan di Jawa
cenderung
mengecilkan
peran
Salah satu
penyebabnya
barangkali
terhadap
budaya
Jawa
dan
keterlibatan
karena
seperti
masyarakat
pandangan
diungkapkan
Jawa.
"romantisme"
di
atas.
(www.polarhome.com/pipermail/nasional-ml. ../000214.html- Tembolok)
Kekerasan yang dimotivasi oleh agresi. Dengan kata lain, keamanan
merupakan nol besar, dan tindakan agresi dalam berbagai manifestasinya
meraksasa dan menggurita, yang menjadi sedemikian besar. Meledak setiap
harinya dalam bentuk perampokan, pembunuhan, pemalakan dan tindakan
kekerasan lainnya. Ibaratnya, Jakarta telah menjadi hutan belukar bagi rasa
tak aman, tak tenteram dan tak tertib. Malah suatu anekdot yang telah
muncul adalah jika tak ada kekerasan di Ibu Kota, maka nama Jakarta akan
5
kembali
menjadi
Betawi.
(www.po/arhome.com/pipermail/nasional-
ml.../000214.html- Tembolok)
Agresi sendiri menurut Murray (dalam Hall & Lindzey,1993) didefinisikan
sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat,
menyerang,
membunuh,
atau
menghukum
orang
berkelahi, melukai,
lain.
Atau
secara
singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain
atau merusak milik orang lain.
Perilaku agresif didefinisikan segala bentuk perilaku dengan tujuan menyakiti
orang lain baik secara fisik maupun mental. Agresifitas juga merupakan
potensi yang dimiliki oleh semua orang sebagaimana potensi-potensi yang
lain. Jadi. setiap individu berpeluang berbuat agresif, tentu dengan motif-motif
yang berbeda. Yang termaksud perilaku agresif adalah misalnya dendam,
benci, sakit hati. iri hati, amarah dan menyakiti orang baik fisik maupun
mental.
Tindak agresi merupakan salah satu reaksi perilaku
yang dilandasi
penghayatan perasaan frustasi berkelanjutan kekecewaan mendalam sebab
ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Biasanya reaksi agresi dilakukan
seseorang yang rasa kecewanya hampir selalu diikuti kebencian tidak
6
terkendali. Kecuali itu, tindak agresi dapat diungkap dengan cara melukai dan
membahayakan keselamatan diri (intra-agresi) atau membahayakan dan
melukai Iingkungannya (ekstra-agresi).
Orang dengan perilaku agresif akan dengan sendirinya sulit mengatasi dan
mengendalikan kemarahan kebencian yang mendominasi alam bawah
sadarnya. Tanpa segan dan lansung menghadapi setiap hambatan yang dia
hadapi akan dilabrak dengan tindak agresi yang tidak terkendali dan tidak
menyebabkan fatalism baik bagi diri maupun lingkungannya. Bisa saja untuk
beberapa saat setelah tindak agresi dilakukan dia mengalami penyesalan
sesaat. Namun serentak ia merasa kecewa oleh beberapa sebab, secara
spontan dan bahkan brutal, dia marah sambil serta merta menampilkan
berbagai perilaku agresif. (Sawitri, 2005)
Perilaku agresif juga bisa dalam bentuk oral, yaitu makian, cercaan dengan
kata-kata kotor yang juga tidak terkendali. Agresi individual akan berubah
menjadi agresi sosial bila sekelompok orang agresif bersatu menyalurkan
dorongan agresinya dengan melukai dan mencelakakan sekelompok orang
yang tanpa dosa. Bagi individu yang agresif, perkembangan kepribadiannya
diwarnai hukuman dan deraan fisik berlanjut dari orangtua atau keluarga
pada masa kecil. Hukuman dan deraan fisik akhirnya sekaligus menjadi
deraan dan hukuman mental. Hal ini menanamkan dendam kesumat yang
7
intens
yang
bisa
saja
mendominasi
kehidupan
jiwa
bawah
sadar
(Sawitri,2005).
Agresivitas memang bisa terjadi di berbagai kalangan masyarakat termaksud
mahasiswa, contohnya pada mahasiswa UKI yang tawuran. Agresivitas di
dalam dunia pendidikan yang paling fenomenal mungkin adalah agresivitas
yang dilakukan senior kepada junior di IPDN Bandung. Cliff Muntu meninggal
dunia akibat tendangan bebas ke dada dan pukulan bertubi-tubi ke ulu hati
dari senior-seniornya . Namun, agresivitas di dunia pendidikan yang
menghebohkan bukan itu saja. Di kalangan pelajar, agresivitas antar pelajar
telah lama menjadi persoalan, salah satu di antaranya adalah peristiwa
tawuran antar pelajar. Sebagai contoh, puluhan siswa SMK Bhakti sedang
nongkrong di kampus Universitas Kritsen Indonesia (UKI) Jakarta. Tiba-tiba
puluhan siswa SMK Penerbangan menyerang mereka dengan senjata tajam.
Akibatnya, seorang siswa menderita luka bacok di kepala dan pahanya
dalam tawuran tersebut (Tempointeraktif, 18 Februari 2007).
Fenomena yang sering terjadi dikalangan mahasiswa UIN hanya sebatas
aksi-aksi yang wajar-wajar saja diantaranya adalah Demo, Unjuk Rasa, dan
Aksi Anarkis saat PEMIRA ( Pemilu Raya). Pada mahasiswa banyak sekali
terdapat berbagai macam suku bangsa diantaranya Betawi, Sunda, Jawa,
Medan, Padang dan lain-lain.
8
Dari asumsi dasar di atas, peneliti ingin mengetahui agresivitas mahasiwa
fakultas
psikologi
dalam
hal
ini
serta
Perbedaan
Jenis Agresivitas
Berdasarkan Geografis Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Identifikasi Masalah
1.2
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah yang
diberikan dalam penelitian adalah:
a.
Bagaimana agresivitas mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta?
a.
Apakah terdapat perbedaan agresivitas antara laki-Iaki dan perempuan
mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta?
b.
Apakah terdapat perbedaan agresivitas berdasarkan geografis?
1.3.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah Penelitian
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah :
A. Agresivitas merupakan komponen perilaku motorik, afektif, dan kognitif
seperti: melukai , munculnya kesiapan psikologis untuk bersikap
menyakiti, benci dan curiga pada orang lain.
B. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
Mahasiswa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa angkatan 2006 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
C. Perbedaan geografis yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan
dengan jenis kelamin dan suku bangsa.
1.3.2 Perumusan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan yang dirumuskan adalah " Apakah
terdapat perbedaan jenis agresivitas berdasarkan geografis mahasiswa
fakultas psikologi UIN Jakarta? "
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
melihat
perbedaan
jenis
agresivitas
berdasarkan geografis mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a.
Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangan yang
positif bagi pengembangan i1mu psikologi. khususnya psikologi sosial.
10
b.
Manfaat Praktis
Diharapkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat di
jadikan masukan bagi mahasiswa untuk menghindari agresivitas yang
berlebihan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan dalam penelitian ini terdiri atas lima bab. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut :
BAB 1: PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2:
KAJIAN TEORI,
membahas definisi agresivitas,
karakteristik
agresivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas. Selanjutnya
geografis yang berdasarkan jenis kelamin dan suku bangsa.Kerangka
berfikir dan hipotesis.
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN, berisi pendekatan dan metode
penelitian,definisi variable dan operasional variabel,pengambilan
sampel populasi dan sampel, tehnik pengambilan sampel,kumpulan
data,metode dan instrument penelitian,teknik uji instrument,teknik
analisa data,dan tahapan penelitian.
BAB 4: HASIL DAN ANALISIS DATA, di dalamnya memuat gambaran
umum subjek, presentasi dan analisa data,dan pembahasan hasil.
BAB 5 : PENUTUP, berisi kesimpulan, diskusi dan saran
11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Agresivitas
2.1.1
Definisi Agresivitas
Agresivitas
dalam
Kamus
Bahasa
Inggris
diistilahkan
dengan
Aggressiveness, diartikan dengan sifat atau sikap agresif (Echol dan Syadily
,1987). Agresivitas berasal dari kata agresif yang merupakan kata sifat dari
agresif. Chaplin (1999) dalam kamus lengkap Psikologi mendefinisikan
agresivitas
sebagai
:a.)
kecenderungan
habitual
(dibiasakan)
untuk
memamerkan permusuhan b.) pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri,
penuntutan atau paksaan diri, pengejaran dengan penuh semangat suatu
cita-cita dan c.) dominasi sosial, kekuasaan sosial, khususnya yang
diterapkan secara ekstrim.
Elliot Aronson 1972 (dalam Koeswara 1988) mengajukan definisi agresi yang
sama dengan definisi dari Baron dan Berkowitz, yakni agresi adalah tingkah
laku yang dijalani oleh individu dengan maksud melukai atau mencelakakan
individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Sementara itu, Moore dan
Fine 1968 (dalam Koeswara 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah
laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau
terhadap objek-objek.
12
Berkowitz 1969 (dalam Koeswara ,1988) membedakan agresi menjadi dua
macam:
1. Agresi Instrumental adalah agresi yang dilakukan individu sebagai alat
atau cara untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Agresi BenGi atau disebut juga agresi impilsif adalah agresi yang
dilakukan individu sebagai keinginan untuk melukai atau menyakiti tanpa
tujuan tertentu.
Sedangkan menu rut Baron (2005) agresi adalah siksaan yang disengaja
untuk menyakiti orang lain atau tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan
menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu.
Jadi agresivitas merupakan penyebab dari tingkah laku agresif (agresi suatu
reaksi). Sedangkan agresi merupakan suatu bentuk reaksi terhadap keadaan
yang tidak menyenangkan yang melibatkan perasaan emosi atau marah
dalam diri individu tersebut. Agresi adalah perilaku yang dimunculkan
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang sifatnya menyakiti lawannya
baik secara fisik maupun psikis sehingga tidak dapat diterima secara sosial
(agresi sebagai aksi).
13
Dalam bukunya Leonard Berkowitz (1993) agresi adalah sebagai segala
bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara
fisik maupun mental atau yang dilakukan dengan tujuan menyakiti seseorang.
Atau pelanggaran hak asasi orang lain dan tindakan atau cara yang
menyakitkan, juga perilaku yang memaksakan kehendak.
Terdapat dua kategori teori dalam menjelaskan tentang agresivitas yaitu;
kategori pertama memandang agresi bersumber dari diri individu kategori
kedua memandang penyebab agresi bersumber dari luar diri atau pengaruh
lingkungan
terhadap
individu.
Namun
keduanya
memiliki
persamaan
pandangan, yaitu sama mengakui bahwa tiap-tiap makhluk hidup memiliki
kecenderungan untuk agresif. Akan tetapi pemunculan tingkah laku agresif
tersebut sebagai suatu perilaku diperlukan faktor penguat, faktor-faktor
tersebut antara lain: tingkah laku bawaan, peranan hormon dan faktor sosial.
Dalam pengertian harfiah agresi berasal dari kata aggression yang berarti
menyerang. Pada umumnya mendefinisikan agresi sebagai perilaku melukai.
Ataukah
mempertimbangkan
apakah
seseorang
mempunyai
maksud
melukai. Definisi semacam ini adalah definisi yang paling banyak digunakan
oleh orang yang menggunakan pendekatan perilaku (behavioristik).
14
Keuntungan definisi ini adalah bahwa perilaku itu sendiri menentukan apakah
suatu perilaku agresif atau tidak (Echols, 1996). Agresi sendiri menurut
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) didefinisikan sebagai suatu cara untuk
melawan dengan sangat kuat,berkelahi,melukai,menyerang,membunuh,atau
menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan.
Tindak agresi merupakan salah satu
reaksi
perilaku
yang dilandasi
penghayatan perasaan frustasi berkelanjutan, kekecewaan mendalam sebab
adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi ( Sawitri,2005).
Dalam
istilah psikologi,
dibedakan
pengertian
mengenai agresif dan
agresifitas. Berkowitz (1993), mendefinisikan agresivitas sebagai keinginan
yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam situasi yang berbeda. Dapat
juga dikatakan agresivitas sebagai kecenderungan untuk menjadi agresif.
Dalam pengertian lain averiil (dalam Berkowitz 1993) mendefinisikan
agresivitas sebagai perasaan agresif yaitu keadaan internal yang tidak dapat
diamati secara langsung. Setiap orang pernah marah, dan sebenarnya setiap
orang pada suatu saat pernah ingin melukai orang lain. Tetapi perasaan itu
tidak perlu ditampilkan secara terbuka. Agresivitas merupakan potensi yang
dimiliki setiap individu. sebagaimana dorongan fisiologis rasa
lapar, haus,
atau bangkitnya dorongan seksual. Sehingga individu itu sendiri yang
15
menentukan apakah agresivitas yang terdapat pada dirinya diaplikasikan
kedalam bentuk perbuatan yang disebut perilaku agresif atau tidak.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa agresivitas suatu bentuk
tindakan atau perilaku melukai dan meyakiti orang lain atau objek-objek, yang
disertai dengan ataupun tanpa maksud dan tujuan tertentu.Perilaku ini dapat
dilakukan secara fisik yaitu berupa tindakan kekerasan dan tingkah laku
destruktif, maupun secara verbal yang diwujudkan dalam bentuk perkataan
yang tidak menyenangkan atau menyakiti, serta ancaman yang tidak
diinginkan oleh korban, dan secara psikis yang diwujudkan dalam bentuk
emosi serta perasaan dalam diri.
2.1.2 Karakteristik Agresivitas
Buss dan Perry 1992 ( Ana Gercia Leon 2002) mengelompokkan agresivitas
kedalam empat bentuk agresi, yaitu: agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam
bentuk kemarahan dan dalam bentuk permusuhan. Keempat bentuk
agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu komponen
motorik, afektif dan kognitif. Karakteristik agresivitas ini yang akan dipakai
sebagai alat ukur dalam penyusunan skala agresivitas.
1.
Agresi Fisik
merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakiti
orang lain secara fisiko
16
2.
Agresi Verbal
merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain
melalui verbal is.
3.
Agresi Marah
merupakan emosi atau afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis
untuk bersikap agresif. Misalnya kesal, hilang kesabaran, dan tidak
mampu mengontrol rasa marah.
4. Agresi Permusuhan
yang juga meliputi komponen afektif, seperti benci dan curiga pada
orang lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.
Selain itu ada bermacam-macam bentuk agresivitas, baik yang dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung, dengan secara fisik, verbal maupun
non verbal dan aktif maupun pasif.
Menurut Moyer 1971 (dalam Koeswara 1988) yang merinci agresi ke dalam
tujuh tipe agresi sebagai berikut :
1. Agresi Predatori: agresi yng dibangkitkan oleh kehadiran objek
alamiah (mangsa). Agresi predatori ini biasanya terdapat pada
organisme atau species hewan yang menjadi hewan dari species lain
sebagai mangsanya.
17
2. Agresi antar jantan: agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh
kehadiran sesama jantan pada suatu species.
3. Agresi
ketakutan:
agresi
yang
dibangkitkan
oleh
tertutupnya
kesempatan untuk menghindar dari ancaman.
4. Agresi
tersinggung:
agresi
yang
dibangkitkan
oleh
perasaan
tersinggung atau kemarahan: respons menyerang muncul terhadap
stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek
hidup maupun objek-objek mati.
5. Agresi pertahanan: agresi yang dilakukan oleh organisme dalam
rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman dan
gangguan anggota species -nya sendiri. Agresi pertahanan ini disebut
juga agresi teritorial.
6. Agresi maternal: agresi yang spesifik pada species atau organisme
betina (induk) yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya
dari berbagai ancaman.
7. Agresi instrumental: agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced), dan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.Nampak bahwa
Moyer berusaha melakukan pembagian agresi bukan saja secara
lengkap dan rinci. Melainkan juga luas, yakni mencakup berbagai
tingkah laku agresif pada species hewan dan manusia.
18
Sedangkan berdasarkan jenisnya, agresi terbagi menjadi tiga macam :
a. Agresi langsung, melibatkan aksi yang ditujukan secara langsung
kepada target yang memunculkan amarah (fisik, verbal, simbolik)
b. Agresi tidak langsung melibatkan aksi tidak langsung yang ditujukan
kepada target yang memunculkan amarah, tanpa menyakiti target
secara formal. Misalnya menceritakan kejelekan target kepada orang
lain.
c. Agresi yang dialihkan, melibatkan aksi agresif yang dialihkan kepada
sesuatu atau seseorang yang tidak ada hubungannya dengan target
yang memunculkan perasaan amarah.
Buss dan Perry 1992 (dalam Ana Gercia Leon dkk 2002 ) mengelompokkan
agresivitas kedalam empat bentuk agresi, yaitu: agresi fisik, agresi verbal,
agresi dalam bentuk kemarahan dan agresi dalam bentuk permusuhan.
Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu
komponen motorik, afektif dan kognitif. Karakteristik agresivitas ini yang
akan dipakai sebagai alat ukur dalam penyusunan skala agresivitas.
19
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas
Menurut Koeswara (1988) agresivitas dipengaruhi oleh :
A. Faktor Internal
Agresivitas ada pada setiap individu sebagai cirri bawaan. Manusia menu rut
kodratnya bersifat kejam dan sadistis, hanya dengan jalan represi dan
sublimasi sajalah maka sifat-sifat primitive itu dapat dijinakkan dalam bentuk
tingkah laku budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi agresif yaitu :
1.Frustasi
Frustasi adalah kondisi dimana individu mengalami hambatan atau
kegagalan dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Akibatnya frustasi bisa menimbulkan agresi.
2. Stress
Stress adalah suatu keadaan yang tertekan, baik fisik maupun psikologis.
Berasal dari stimulus internal dan eksternal, yaitu:
a. Stress internal (intrapsikis)
Perasaan tertekan yang muncul dari dalam individu karena adanya
permasalahan yang tidak bisa dipecahkan sehingga menyebabkan
timbulnya agresi.
b. Stress eksternal (sosiologis dan situasional)
Muncul
karena
adanya
perubahan
social
dan
memburuknya
perekonomian menyebabkan meningkatnya kriminalitas terrnasuk
didalam kekerasan dan agresi.
20
B. Faktor Eksternal
Manusia sebagai makhluk social selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Maka munculah adanya pengaruh satu sama lain. Pengaruh tersebut menjadi
penyebab timbulnya agresivitas pada individu, seperti :
1. Lingkungan keluarga
lemahnya keadaan ekonomi, kurangnya kasih sayang dan perhatian
keluarga menjadi pengaruh timbulnya sifat agresif, itulah sebabnya pola
asuh dikatakan sangat penting.
2. Lingkungan sosial
lingkungan
social
berpengaruh
besar
dalam
perkembangan
agresivitas.lingkungan social tidak hanya seputar tempat tinggal maupun
sekolah, tetapi juga tempat remaja biasa berkumpul bersama temantemannya.
3. Interaksi teman sebaya
Teman sebaya atau teman bermain sangat berpengaruh terhadap
agresivitas sebab biasanya individu memiliki satu atau beberapa teman
dekat yang dianggap memiliki kegemaran yang sama. Lingkungan teman
bertindak agresif cenderung mengikuti pola yang sama seperti sikap,
minat, penampilan serta perilaku.
21
Agresi sebagaimana tingkah laku yang lain tidaklah muncul secara kebetulan
atau otomatis, melainkan variabel yang muncul akibat adanya faktor
pencetus, baik faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Sedangkan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku
agresivitas
di
antaranya adalah biologis, kognisi, amarah, dan frustasi (Buss & Perry,
1992), antara lain:
1. Biologis.
Diungkapkan oleh Buss dan Perry (1992), Sigmund Freud meyakini bahwa
manusia lahir dengan dua sifat dasar, sesuatu yang bersifat biologis atau ada
sejak manusia dilahirkan, yaitu eros (dorongan hidup) dan thanatos
(dorongan rnati). Agresi dan kekerasan adalah salah satu wujud kehendak
untuk rnati. Apabila agresi dan kekerasan muncul di mana mana dengan
frekuensi, kuantitas, dan kualitas yang beragam dan cenderung meningkat,
maka pada saat itulah manusia mewujudkan sifat dasarnya. Pernyataan
bahwa manusia pada dasarnya agresif memperoleh dukungan dari sejumlah
ahli agama. Diskusi tentang kebenaran kelamiahan kekerasan dalam diri
manusia bisa panjang, karena pendapat yang sebaliknya juga banyak.
Nashori (2003) menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia lahir dengan
sifat asal positif saja. Ini sesuai dengan jumhur ulama Islam tentang apakah
manusia memiliki hanya sifat dasar positif atau positif dan negatif saat
22
dilahirkan. Dengan pandangan demikian, pandangan bahwa manusia secara
alamiah agresif belum dapal dilerima.
2. Kognisi.
Dekal dengan peniruan adalah aspek kognisi. Agresivilas melibalkan proses
perhalian yailu proses kelerlarikan individu unluk mengamati lingkah laku
model.
Proses
ini dipengaruhi oleh frekuensi
kehadiran
model dan
karaklerislik-karaklerislik yang dimilikinya. Model yang sering lampil, lampak
menonjol dan menimbulkan perasaan posilif pada pengamalnya akan lebih
midah mengundang perhalian daripada model yang jarang lampil dan lidak
menonjol.
3. Amarah.
Amarah akibal dari serangan alau gangguan orang lain juga mempengaruhi
kekerasan. Sualu saal liba liba ada orang lain yang mengejek individu
sebagai orang yang 10101 dan lidak sopan. Maka, sangal mungkin ada reaksi
marah. Apa yang lerjadi di IPDN adalah orang-orang terluka yang di masa
lalu selalu dihina, dilecehkan, dipukuli. Tindak kekerasan yang mereka
lakukan lidak lain adalah sebagai balas dendam alas pengalaman masa lalu.
23
Perilaku kekerasan akan melahirkan kekerasan lain. Lingkaran balas dendam
inilah yang terjadi dalam kasus kekerasan di IPDN (Doni Koesoema,
Kompas, 11 April 2007)
4. Frustrasi.
Frustrasi, adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Bila
seseorang hendak pergi ke suatu tempat, melakukan sesuatu, atau
menginginkan sesuatu, dan kemudian merasa dihalangi, dikatakan bahwa
orang tersebut mengalami frustrasi. Salah satu prinsip dalam psikologi adalah
frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif. Pengaruh frustrasi
terhadap perilaku diperlihatkan dalam penelitian klasik yang dilakukan
Barker, Dembo dan, Lewin. Kepada sekelompok anak, ditunjukkan ruangan
yang penuh berisi mainan yang menarik, tetapi mereka tidak diijinkan untuk
memasukinya. Mereka berdiri di luar, memperhatikan mainan mainam itu:
ingin memainkannya tetapi tidak dapat meraihnya: Sesudah menunggu
beberapa saat, mereka diperbolehkan untuk bermain dengan mainan
tersebut: Kelompok anak yang lain diberi mainan tanpa dihalangi terlebih
dahulu. Anak-anak yang sudah mengalami frustrasi membanting mainan ke
lantai, melemparkannya ke dinding dan pada umumnya menampilkan
perilaku merusak, anak anak yang tidak mengalami frustrasi jauh lebih
tenang dan tidak menimbulkan perilaku merusak.
24
2.2.
Geografis berdasarkan jenis kelamin dan suku bangsa
2.2.1. Agresivitas Perempuan
Penelitian yang berkaitan dengan agresivitas mengindikasikan bahwa
perempuan lebih cenderung terlibat dalam berbagai bentuk agresivitas tidak
langsung (indirect aggression) dibandingkan laki-Iaki. (Baron, 2000; Olweus,
2003; Krahe, 2001; Sullivan, 2000). Perbedaan gender lebih besar pada
pengukuran
agresivitas
langsung
dibanding
dengan
agresivitas tidak
langsung( Krahe, 2001).
Krahe (2001) menjelaskan perbedaan dalam agresivitas melalui 3 model
penjelasan hormonal, model sosiobiologis/ evolusi dan model peran social:
1. Menurut penjelasan hormonal, wanita tidak atau kurang agresif karena
memiliki hormone testosterone yang lebih rendah. Belum ditemukan bukti
yang jelas tentang penjelasan ini.
2.
Model sosiobiologis/ evolusi menekankan nilai adaptif pada agresivitas,
dimana agresivitas dipakai pri menghadapi ancaman terhadap posisi dan
statusnya, sedangkan wanita tidak memerlukannya.
3. Model peran sosial mengatakan bahwa perilaku agresif bukan merupakan
bagian dari peran sosial wan ita.
25
Penjelasan ketiga banyak dipakai oleh peneliti-penelili agresivitas wanita.
Menurut Donelson (1999), agresivitas wanita dipandang sebagai suatu yang
tidak feminim, tidak menarik, irasional, emosional dan tidak pantas. Karena
itu wanita takut dipandang menyimpang apabila melakukan agresivitas.
Orang yang percaya bahwa agresivitas adalah kehilangan control (wanita)
akan mengekspresikan kemarahan dengan cara yang lain dengan orang
percaya bahwa agresivitas adalah cara untuk merebut kekuasaan (pria).
Masyarakat mengajarkan perempuan bahwa agresivitas adalah kegagalan
penguasaan diri dan masyarakat memiliki harapan bahwa wanita tidak
berkelahi sehingga wanita pun tidak ingin terlihat berkelahi. Selain itu bagi
wan ita, ketakutan akan agresivitas adalah ketakutan akan hubungan yang
merusak sehingga wan ita sangat menghindari konflik.
Simmons (2002) mengatakan bahwa agresivitas perempuan tidak ditandai
oleh perilaku fisik atau verbal langsung karena masyarakatl budaya menolak
akses perempuan terhadap konflik terbuka dan hal ini memaksa bentuk
agresivitas mereka menjadi non-fisik, tidak langsung dan sulil diamati. Wanita
menggunakan "tusukan dari belakang" ekslusi, rumor, pemberian nama
ejekan dan manipulasi untuk menimbulkan sakit psikologis pada target.
26
2.2.2. Agresivitas Laki-Iaki
Laki-Iaki
memang berisiko lebih besar mengalami gangguan emosional.
Buku yang ditulis Michael Gurian, The Wonder of Boys, sedikitnya dapat
memberikan jawaban. Hormon testosteron yang dimiliki laki-Iakilah yang
membuatnya lebih agresif daripada perempuan. Agresivitas kaum laki-Iaki ini
bahkan sudah terlihat sejak bayi.
Studi yang dilakukan pada bayi usia 6 bulan menunjukkan, ketika bayi lakilaki
dan
perempuan
menarik seutas
tali
untuk
mendapatkan
hasil
menyenangkan, misalnya gambar orang tersenyum, kemudian penguji
menghilangkan gambar itu, maka bayi laki-Iaki akan cenderung menariknariknya dengan kukuh dan agresif. Sementara anak perempuan, setelah
menyadari beberapa tarikan tidak memunculkan gambar, akan meninggalkan
tali itu dan menangis mencari pertolongan. Anak laki-Iaki juga lebih mudah
mengubah mainannya, semisal gitar-gitaran, menjadi senapan dan pedang
ketimbang anak perempuan. la juga akan memukul lebih sering dan lebih
provokatif.
Celakanya lagi, saat laki-Iaki memasuki usia pubertas (11-12 tahun),
pengaruh testosteron dalam otaknya bertambah berkali-kali Iipat. Level
testosteronnya akan meningkat 10 sampai 20 kali Iipat. Tak heran, di usia ini
anak laki-Iaki cenderung lebih agresif dan gampang naik darah. Lantas,
27
bagaimana dengan anak perempuan? Ternyata, anak perempuan juga tak
terbebas dari masalah agresi. Pasalnya, agresi tidak hanya fisik tapi juga
kata-kata. Anak perempuan boleh jadi tidak agresif secara fisik, tapi katakata. Namun ini hanya sebatas dugaan dan membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Satu hal yang pasti, kendati berbagai fakta di atas menunjukkan laki-Iaki
memiliki kecenderungan agresif, namun tidak berarti setiap anak lelaki pasti
akan bermasalah. Sebab, meski sifat agresif sudah "terprogram" dalam diri
seorang laki-Iaki, namun kekerasan lebih dipengaruhi pola asuh dan
lingkungannya. Jika pola asuh dan pengaruh lingkungan menanamkan nilainilai positif, maka tidak akan terjerumus pada tindakan negatif.
2.3.
Geografis (Suku Bangsa)
Secara terbuka, ini hanyalah sebuah ungkapan, pada saat memberikan
laporan akhir masa jabatannya, Gubernur Oaerah Khusus Ibukota (OKI)
Jakarta Sutiyoso, menyebutkan bahwa dia betul-betul gagal dalarn hal
memberi rasa tenteram bagi warga Jakarta. Secara khusus kegagalan
tersebut dijabarkan dalam upaya-upaya menciptakan rasa aman. Walaupun
tidak dikemukakan secara jelas dan terbuka, namun hal itu muncul dalam
PEf'ltl"USTAf
GEOGRAFIS MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN
JAKARTA
• • • pゥi セ
III
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lャ ゥ[セ B
Oleh
HUMAIRO
NIM: 105070002331
セQイャ
,_"
ZLセiGャョ、B \
, ..,,'t
セ 「dセZ | サHェ Qa
{..............
Idosif\lusi :
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H /2009 M
.
I
l"[I'{PUSTAKAAN tf
UIN SYAHtO
PERBEDAAN JENIS AGRESIVITAS BERDASARKAN
GEOGRAFIS MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
HUMAIRO
NIM: 105070002331
Dibawah Bimbingan,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag
Desi Yustari Muchtar, M. Psi
NIP: 196806141997041001
NIP: 150408703
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1940 H 12009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ripsi yang berjudul PERBEDAAN JENIS AGRESIVITAS BERDASARKAN
:OGRAFIS MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA telah diujikan
lam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Jayatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai
;ah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2009
Sidang Munaqasyah,
tua Merangkap Anggota,
Pembantu Dekanl
Sekretaris Merangkap Anggota.
hja Umar, Ph.D
'.130885522
[smセエNBd
Dekanl
Anggota
Penguji II
artati M.Si
021983032001
Pembimbing I
>f. Dr. AI)
I.
NIP. 1956 1223 1983 032001
r
MUjib, M.Ag
19680614197041001
D".t.dhllah 5.,,1
ァセL
M.S!
NIP. 1956 1223 1983 032001
Pembimbing II
Desi Yustari Muchtar, M.Psi
NIP. 150408703
Motto
JadikanIah dirimu berharga untuk dirimu sendiri
dan yakinIah pada kata hatimu (be your self....)
Persembahan
Karya sederhana ini
Kupersembahkan untuk yang tercinta dan tersayang
Ayahanda (Usmanul Arifin) dan Ibunda (Siti Arfiah)
Dan kakak-kakaku serta adik-adikku yang tersayang
Serta orang-orang yang selalu mencurahkan cinta dan sayangnya
untukku
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Desember - 2009
(C) Humairo
(D) Perbedaan Jenis Agresivitas Berdasarkan Geografis Mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Jakarta.
(E) xiii + 68 halaman
(F) Fenomena yang sering terjadi dikalangan mahasiswa diantaranya adalah
Demo, Unjuk Rasa, dan Aksi Anarkis saat PEMIRA ( Pemilu Raya). Pada
mahasiswa banyak sekali terdapat berbagai macam suku bangsa
diantaranya Betawi, Sunda, Jawa, Medan, Padang dan lain-lain.
Selama ini, masyarakat umumnya beranggapan bahwa laki-Iaki lebih agresif
dibandingkan perempuan (Harris dalam Baron,2000). Buss (dalam Bjorkqvist,
1994) mengatakan bahwa wanita jarang agresif sehingga penelitian
agresivitas wanita tidak terlalu perlu dilakukan. Menurut pandangan Buss,
agresivitas adalah fenomena laki-Iaki. Berbagai penelitian menyatakan
bahwa laki-Iaki lebih agresif dibanding perempuan, baik itu agresivitas fisik,
verbal maupun fantasi agresivitas (Hyde & Haris dalam Baron, 2000). Hal ini
membuat sebagian besar penelitain-penelitian terdahulu hanya berfokus
pada agresivitas laki-Iaki. Karena itu tidak mengherankan apabila sangat
sedikit yang diketahui tentang agresivitas perempuan (Crick,1998).
Pendekatan yang digunkan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan
metode penelitian komparatif. Penelitian dilaksanakan di fakultas psikologi
UIN Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang yang diambil dengan
teknik incidental sampling. Instrument pengumpulan data yang digunakan
skala modellikert. Teknik pengolahan dan analisa data digunakan analisa
statistik yang meliputi korelasi product moment pearson untuk menguji
validitas item, alhpa Cronbach untuk menguji reliabelitas, dan independent
sampel t-test untuk pengujian hipitesis penelitian jumlah item valid untuk
skala jenis agresivitas 21 item dan reliabilitasnya 0,83. sedangkan dari uji ttest, diperoleh t hitung yang didapat (0,469) < t tabel (8ig. 5%;df 58 = 2.021),
maka hipotesis nihil (H a) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada jenis agresivitas berdasarkan geografis mahasiswa
fakultas psikologi UIN Jakarta diterima.
Direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya untuk menggunakan teknik
sampling selain incidental sampling. Adanya perbedaan dalam pengambilan
sampel memungkinkan adanya perbedaan hasil penelitian .
(8) 24 (1985-2008)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Segala puji bagi Allah Subhanallahu Wata'ala atas rahmat yang diberikan
kepada umatnya dengan tiada henti. Puji dan syukur saya panjatkan
kehadiratNya serta tak lupa shalawat dan salam saya haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam beserta
sahabat dan keluarganya.
Saya haturkan rasa syukur yang tiada henti atas terwujudnya skripsi yang
berjudul "Hubungan Cemburu Terhadap Pasangan Dengan Agresivitas Pada
Mahasiswa UIN Syarif Hiidayatullah Jakarta" sebagai wujud dari kesediaan
segala pihak untuk membimbing, membantu dan mendoakan lancarnya
penulisan skripsi ini. Tak Lupa saya mengucapkan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja
Umar Ph.D
2. Bapak Prof. Dr, Abdul Mujib, M.Ag sebagai dosen pembimbing I dan
ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi sebagai dosen pembimbing " yang
dengan sabar dan berbesar hati dalam membimbing saya menuju
terwujudnya skripsi ini
3. Bapak dan Ibu staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atas kesabaran dan kerjasamanya.
4. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu menuturkan doa, dan dukungan
yang tidak lepas sampai kapanpun.
5. Kakak-kakak dan adik-adikku yang tercinta kak Ibah, kak Yati, kak
Ahmad, kak Udin, kak Akim, kak Mimi, Zaki dan Hafiz yang selalu
memberikan keceriaan dan semangat pad a penulis.
6. Seluruh sahabat terbaik yang tidak tergantikan, shauma rizki (ki2),
Khusnul Khotimah(nu2), Faiqoh, Titi , Diah Ayu W (di2) dan Kawankawan angkatan 2005 terutama kelas C lainnya.
7. Juga kepada semua pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu
persatu yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini.
Dengan ini saya selaku peneliti mempersembahkan sebuah karya tulis yang
Insya Allah bermanfaat yang berjudul Perbedaan Jenis Agresivitas
Berdasarkan Geografis Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Penulis menyadari keterbatasan dari skripsi ini, maka saya mahan kesediaan
para pembaca untuk memaklumi segala kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini.
Jakarta, Desember 2009
Humairo
DAFTARISI
Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Motto
iii
Abstrak
iv
Kata Pengantar
vi
Daftar lsi
ix
Daftar Tabel
xii
Daftar Lampiran
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Be1akang
1
1.2 Identifikasi Masalah
8
1.3 Batasan Masalah
8
1.4 Rumusan masa1ah
9
1.5 Tujuan Penelitian
9
1.6 Manfaat Penelitian
9
1.6.1 Manfaat Teoritis
9
1;6.2 Manfaat Praktis
10
1.7 SistematikaPenulisan
10
BAB 2 KAJIAN TEORITIS
2.1 Agresivitas
11
2.1.1 Pengertian Agresivitas
11
2.1.2 Karakteristik Agresivitas
15
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengarnhi Agresivitas
19
2.2 Geigrafis Berdasarkan Jenis Kelamin dan Suku Bangsa
24
2.3 Kerangka berpikir
30
2.3 Hipotesis
31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.Pendekatan dan Metode Penelitain
3.1.1. Pendekatan Penelitian
3.1.2. Metode Penelitian
32
.32
3.2 Definisi Konseptual dan Operasional
Variable
32
3.2.1 Definisi Konseptual
32
3.2.2 Definisi Operasional Variabel...
33
3.3 Pengambilan sampel
33
3.2.1 Populasi dan Sampel
33
3.3.3 Telmik pengambilan sampel
34
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Metode dan Instrumen Penelitian
34
34
3.4.2 Telmik Uji Instrumen
35
3.5 Teknik Uji Instrumen Penelitian
36
3.5.1 Uji Validitas
36
3.5.2 Uji Reliabilitas
39
3.6 Prosedur Penelitian
40
3.6.1. Tahap Persiapan
40
3.6.2. Tabap Pelaksanaan
40
3.6.3. Tahap Pengolahan Data
40
3.6.4. Teknik Analisa Data/Statistik
.41
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umul11 Responden Penelitian
.42
4.2 Kategorisasi Subjek Pene1iti
44
4.2.1. Kategorisasi Agresivitas
4.3. Uji Hipotesis
.44
46
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
48
5.2 Diskusi
48
5.3 Saran
50
DAFfAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
51
DAFTAR TABEl
Tabel3.1
Blue Print Skala Agresivitas
36
Tabel3.2
Hasil Uji Instrumen Skala Agresivitas
38
Tabel3.3
Nilai kategori dalam setiap jawaban
39
Tabel4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
.42
Tabel4.2
Kategorisasi Agresivitas
.44
Tabel4.3
Jenis Agresivitas Berdasarkan Suku Bangsa
45
Tabel4.4
Jenis Agresivitas Berdasarkan Jenis Kelamin
.45
Tabel4.5
Uji Hipotesis
.46
Tabel4.6
Independent Sampel Test
46
DAFTAR LAMPIRAN
1. The aggression questionnaire (Buss & Perry, 1992)
54
2. Angket Pilot Test Skala Agresivitas
56
3. Angket Field Test Skala Agresivitas
59
4.Nilai Validitas dan Reliabilitas Skala Agresivitas Pilot Test
62
5. Reliabilitas Field Test Skala Agresivitas
64
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari lebih kurang 500
kelompok etnis, dimana setiap suku tetap mempertahankan identitas etnis
dan budayanya, dan mengklaim wilayah teritorial etnisnya sendiri. Para
anggota masing-masing etnis hidup dalam komunitas etnis yang homogen,
yang dengan identitas kultur dan batas-batas teritorial sendiri, yang tersebar
di seluruh wilayah kepulauan indonesia. Di wilayahnya sendiri, etnis lokal
pribumi merupakan sesuatu yang dominan dan berfungsi sebagai acuan nilai
yang mengarahkan komunitas tersebut dalam melaksanakan aktivitas seharihari serta sebagaimana mereka memandang dunia sekitarnya. (lrfan &
Chaider,2006)
Selama ini, masyarakat umumnya beranggapan bahwa laki-Iaki lebih agresif
dibandingkan perempuan (Harris dalam Baron,2000). Buss (dalam Bjorkqvist,
1994) mengatakan
bahwa wanita jarang agresif sehingga penelitian
agresivitas wanita tidak terlalu perlu dilakukan. Menurut pandangan Buss,
agresivitas adalah fenomena laki-Iaki. Berbagai penelitian menyatakan
bahwa laki-Iaki lebih agresif dibanding perempuan, baik itu agresivitas fisik,
verbal maupun fantasi agresivitas (Hyde & Haris dalam Baron, 2000). Hal ini
2
membuat sebagian besar penelitain-penelitian terdahulu hanya berfokus
pada agresivitas laki-Iaki. Karena itu tidak mengherankan apabila sangat
sedikit yang diketahui tentang agresivitas perempuan (Crick, 1998).
Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2001) mendefinisikan agresivitas
sebagai setiap bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti makhluk hidup
lain yang tidak ingin disakiti. Sebuah perilaku dapat dikualifikasikan sebagai
agresivitas
apabila
perilaku
tersebut
dilakukan
dengan
niat
untuk
menimbulkan konsekuensi negatif terhadap target. Bentuk agresivitas dapat
bervariasi mulai dari bentuk yang sangat terlihat (overt) atau sangat langsung
(direct) seperti perilaku
seorang individu yang
memukul orang lain,
sekelompok individu yang mengolok-olok orang lain sampai bentuk yang sulit
diamati (covert) atau tidak langsung (indirect) seperti perilaku seorang
individu
menyebarkan gosip buruk tentang individu lain (Baron,2000,
Olweus,2003). Kebanyakan studi mengenai agresivitas lebih berfokus pada
agresivitas yang nampak (overt) baik secara fisik maupun verbal. Hal ini
menyebabkan para peneliti relatif lebih fokus dan memperhatikan agresivitas
laki-Iaki daripada perempuan.
Crick (dalam Steinberg, 2002) yang melakukan penelitian berkesinambungan
mengenai agresivitas perempuan (female aggression) menyatakan bahwa
perempuan biasanya melukai pihak lain melalui manipulasi hubungan atau
3
kedudukan sosial pihak tersebut secara sengaja. Individu yang menggunakan
jenis agresivitas ini, berusaha melukai oriang lain dengan mengucilkan
mereka dari aktivitas sosial, merusak reputasi mereka di depan orang lain,
atau menarik perhatian dari persahabatan mereka.
Penelitian-penelitian terakhir menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada
perbedaan gender dalam agresivitas, yang berbeda adalah cara mereka
mengekspresikannya (Donelson, 1999). Seorang perempuan dapat sama
agresifnya dengan laki-Iaki apabila agresivitas dipahami secara luas yaitu
tidak hanya agresivitas langsung, akan tetapi juga agresivitas tidak
langsung(Thompson, 2001).
Sejarah membuktikan, jika batas ini dilanggar, orang Jawa dapat bersikap
lebih agresif dari orang Batak atau suku-bangsa lain. Dan, jika agresivitas ini
termanifestasikan, orang akan termangu dan tidak percaya, karena sudah
banyak termakan oleh "romantisme" tulisan-tulisan tentang budaya Jawa
yang agak menonjolkan sisi-sisi
menerima, rukun, harmoni, keseimbangan,
toleransi, dan sebagainya.
Berbagai pengamatan yang berbeda tentang budaya pedesaan Jawa seperti
dipaparkan atas bermanfaat untuk menganalisis berbagai peristiwa yang
terjadi belum lama berselang, khususnya berkaitan dengan Kasus Situbondo
4
dan
Tasikmalaya.
"Kesabaran"
orang
Jawa
sering
menjadi
bahan
pembicaraan, bahkan tidak jarang menjadi bahan lawakan. Kita masih ingat,
bagaimana grup lawak Warkop
mengilustrasikan seorang Jawa yang
kakinya terinjak. Sebagai reaksinya, pria Jawa ini berkata, "Maaf, Pak, kaki
saya ada di bawah
kaki Bapak." Namun demikian, fakta sejarah juga
menunjukkan, kekerasan dan agresivitas tidaklah asing bagi masyarakat
Jawa. Pembunuhan massal pada tahun 1965-1966, yang katanya memakan
korban satu juta orang, banyak terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebagian besar analisis terhadap berbagai kasus kekerasan di Jawa
cenderung
mengecilkan
peran
Salah satu
penyebabnya
barangkali
terhadap
budaya
Jawa
dan
keterlibatan
karena
seperti
masyarakat
pandangan
diungkapkan
Jawa.
"romantisme"
di
atas.
(www.polarhome.com/pipermail/nasional-ml. ../000214.html- Tembolok)
Kekerasan yang dimotivasi oleh agresi. Dengan kata lain, keamanan
merupakan nol besar, dan tindakan agresi dalam berbagai manifestasinya
meraksasa dan menggurita, yang menjadi sedemikian besar. Meledak setiap
harinya dalam bentuk perampokan, pembunuhan, pemalakan dan tindakan
kekerasan lainnya. Ibaratnya, Jakarta telah menjadi hutan belukar bagi rasa
tak aman, tak tenteram dan tak tertib. Malah suatu anekdot yang telah
muncul adalah jika tak ada kekerasan di Ibu Kota, maka nama Jakarta akan
5
kembali
menjadi
Betawi.
(www.po/arhome.com/pipermail/nasional-
ml.../000214.html- Tembolok)
Agresi sendiri menurut Murray (dalam Hall & Lindzey,1993) didefinisikan
sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat,
menyerang,
membunuh,
atau
menghukum
orang
berkelahi, melukai,
lain.
Atau
secara
singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain
atau merusak milik orang lain.
Perilaku agresif didefinisikan segala bentuk perilaku dengan tujuan menyakiti
orang lain baik secara fisik maupun mental. Agresifitas juga merupakan
potensi yang dimiliki oleh semua orang sebagaimana potensi-potensi yang
lain. Jadi. setiap individu berpeluang berbuat agresif, tentu dengan motif-motif
yang berbeda. Yang termaksud perilaku agresif adalah misalnya dendam,
benci, sakit hati. iri hati, amarah dan menyakiti orang baik fisik maupun
mental.
Tindak agresi merupakan salah satu reaksi perilaku
yang dilandasi
penghayatan perasaan frustasi berkelanjutan kekecewaan mendalam sebab
ada kebutuhan yang tidak terpenuhi. Biasanya reaksi agresi dilakukan
seseorang yang rasa kecewanya hampir selalu diikuti kebencian tidak
6
terkendali. Kecuali itu, tindak agresi dapat diungkap dengan cara melukai dan
membahayakan keselamatan diri (intra-agresi) atau membahayakan dan
melukai Iingkungannya (ekstra-agresi).
Orang dengan perilaku agresif akan dengan sendirinya sulit mengatasi dan
mengendalikan kemarahan kebencian yang mendominasi alam bawah
sadarnya. Tanpa segan dan lansung menghadapi setiap hambatan yang dia
hadapi akan dilabrak dengan tindak agresi yang tidak terkendali dan tidak
menyebabkan fatalism baik bagi diri maupun lingkungannya. Bisa saja untuk
beberapa saat setelah tindak agresi dilakukan dia mengalami penyesalan
sesaat. Namun serentak ia merasa kecewa oleh beberapa sebab, secara
spontan dan bahkan brutal, dia marah sambil serta merta menampilkan
berbagai perilaku agresif. (Sawitri, 2005)
Perilaku agresif juga bisa dalam bentuk oral, yaitu makian, cercaan dengan
kata-kata kotor yang juga tidak terkendali. Agresi individual akan berubah
menjadi agresi sosial bila sekelompok orang agresif bersatu menyalurkan
dorongan agresinya dengan melukai dan mencelakakan sekelompok orang
yang tanpa dosa. Bagi individu yang agresif, perkembangan kepribadiannya
diwarnai hukuman dan deraan fisik berlanjut dari orangtua atau keluarga
pada masa kecil. Hukuman dan deraan fisik akhirnya sekaligus menjadi
deraan dan hukuman mental. Hal ini menanamkan dendam kesumat yang
7
intens
yang
bisa
saja
mendominasi
kehidupan
jiwa
bawah
sadar
(Sawitri,2005).
Agresivitas memang bisa terjadi di berbagai kalangan masyarakat termaksud
mahasiswa, contohnya pada mahasiswa UKI yang tawuran. Agresivitas di
dalam dunia pendidikan yang paling fenomenal mungkin adalah agresivitas
yang dilakukan senior kepada junior di IPDN Bandung. Cliff Muntu meninggal
dunia akibat tendangan bebas ke dada dan pukulan bertubi-tubi ke ulu hati
dari senior-seniornya . Namun, agresivitas di dunia pendidikan yang
menghebohkan bukan itu saja. Di kalangan pelajar, agresivitas antar pelajar
telah lama menjadi persoalan, salah satu di antaranya adalah peristiwa
tawuran antar pelajar. Sebagai contoh, puluhan siswa SMK Bhakti sedang
nongkrong di kampus Universitas Kritsen Indonesia (UKI) Jakarta. Tiba-tiba
puluhan siswa SMK Penerbangan menyerang mereka dengan senjata tajam.
Akibatnya, seorang siswa menderita luka bacok di kepala dan pahanya
dalam tawuran tersebut (Tempointeraktif, 18 Februari 2007).
Fenomena yang sering terjadi dikalangan mahasiswa UIN hanya sebatas
aksi-aksi yang wajar-wajar saja diantaranya adalah Demo, Unjuk Rasa, dan
Aksi Anarkis saat PEMIRA ( Pemilu Raya). Pada mahasiswa banyak sekali
terdapat berbagai macam suku bangsa diantaranya Betawi, Sunda, Jawa,
Medan, Padang dan lain-lain.
8
Dari asumsi dasar di atas, peneliti ingin mengetahui agresivitas mahasiwa
fakultas
psikologi
dalam
hal
ini
serta
Perbedaan
Jenis Agresivitas
Berdasarkan Geografis Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Identifikasi Masalah
1.2
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah yang
diberikan dalam penelitian adalah:
a.
Bagaimana agresivitas mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta?
a.
Apakah terdapat perbedaan agresivitas antara laki-Iaki dan perempuan
mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta?
b.
Apakah terdapat perbedaan agresivitas berdasarkan geografis?
1.3.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah Penelitian
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini ialah :
A. Agresivitas merupakan komponen perilaku motorik, afektif, dan kognitif
seperti: melukai , munculnya kesiapan psikologis untuk bersikap
menyakiti, benci dan curiga pada orang lain.
B. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
Mahasiswa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa angkatan 2006 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
C. Perbedaan geografis yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan
dengan jenis kelamin dan suku bangsa.
1.3.2 Perumusan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan yang dirumuskan adalah " Apakah
terdapat perbedaan jenis agresivitas berdasarkan geografis mahasiswa
fakultas psikologi UIN Jakarta? "
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
melihat
perbedaan
jenis
agresivitas
berdasarkan geografis mahasiswa fakultas psikologi UIN Jakarta.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a.
Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangan yang
positif bagi pengembangan i1mu psikologi. khususnya psikologi sosial.
10
b.
Manfaat Praktis
Diharapkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat di
jadikan masukan bagi mahasiswa untuk menghindari agresivitas yang
berlebihan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan dalam penelitian ini terdiri atas lima bab. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut :
BAB 1: PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB 2:
KAJIAN TEORI,
membahas definisi agresivitas,
karakteristik
agresivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas. Selanjutnya
geografis yang berdasarkan jenis kelamin dan suku bangsa.Kerangka
berfikir dan hipotesis.
BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN, berisi pendekatan dan metode
penelitian,definisi variable dan operasional variabel,pengambilan
sampel populasi dan sampel, tehnik pengambilan sampel,kumpulan
data,metode dan instrument penelitian,teknik uji instrument,teknik
analisa data,dan tahapan penelitian.
BAB 4: HASIL DAN ANALISIS DATA, di dalamnya memuat gambaran
umum subjek, presentasi dan analisa data,dan pembahasan hasil.
BAB 5 : PENUTUP, berisi kesimpulan, diskusi dan saran
11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Agresivitas
2.1.1
Definisi Agresivitas
Agresivitas
dalam
Kamus
Bahasa
Inggris
diistilahkan
dengan
Aggressiveness, diartikan dengan sifat atau sikap agresif (Echol dan Syadily
,1987). Agresivitas berasal dari kata agresif yang merupakan kata sifat dari
agresif. Chaplin (1999) dalam kamus lengkap Psikologi mendefinisikan
agresivitas
sebagai
:a.)
kecenderungan
habitual
(dibiasakan)
untuk
memamerkan permusuhan b.) pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri,
penuntutan atau paksaan diri, pengejaran dengan penuh semangat suatu
cita-cita dan c.) dominasi sosial, kekuasaan sosial, khususnya yang
diterapkan secara ekstrim.
Elliot Aronson 1972 (dalam Koeswara 1988) mengajukan definisi agresi yang
sama dengan definisi dari Baron dan Berkowitz, yakni agresi adalah tingkah
laku yang dijalani oleh individu dengan maksud melukai atau mencelakakan
individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Sementara itu, Moore dan
Fine 1968 (dalam Koeswara 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah
laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau
terhadap objek-objek.
12
Berkowitz 1969 (dalam Koeswara ,1988) membedakan agresi menjadi dua
macam:
1. Agresi Instrumental adalah agresi yang dilakukan individu sebagai alat
atau cara untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Agresi BenGi atau disebut juga agresi impilsif adalah agresi yang
dilakukan individu sebagai keinginan untuk melukai atau menyakiti tanpa
tujuan tertentu.
Sedangkan menu rut Baron (2005) agresi adalah siksaan yang disengaja
untuk menyakiti orang lain atau tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan
menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu.
Jadi agresivitas merupakan penyebab dari tingkah laku agresif (agresi suatu
reaksi). Sedangkan agresi merupakan suatu bentuk reaksi terhadap keadaan
yang tidak menyenangkan yang melibatkan perasaan emosi atau marah
dalam diri individu tersebut. Agresi adalah perilaku yang dimunculkan
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang sifatnya menyakiti lawannya
baik secara fisik maupun psikis sehingga tidak dapat diterima secara sosial
(agresi sebagai aksi).
13
Dalam bukunya Leonard Berkowitz (1993) agresi adalah sebagai segala
bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara
fisik maupun mental atau yang dilakukan dengan tujuan menyakiti seseorang.
Atau pelanggaran hak asasi orang lain dan tindakan atau cara yang
menyakitkan, juga perilaku yang memaksakan kehendak.
Terdapat dua kategori teori dalam menjelaskan tentang agresivitas yaitu;
kategori pertama memandang agresi bersumber dari diri individu kategori
kedua memandang penyebab agresi bersumber dari luar diri atau pengaruh
lingkungan
terhadap
individu.
Namun
keduanya
memiliki
persamaan
pandangan, yaitu sama mengakui bahwa tiap-tiap makhluk hidup memiliki
kecenderungan untuk agresif. Akan tetapi pemunculan tingkah laku agresif
tersebut sebagai suatu perilaku diperlukan faktor penguat, faktor-faktor
tersebut antara lain: tingkah laku bawaan, peranan hormon dan faktor sosial.
Dalam pengertian harfiah agresi berasal dari kata aggression yang berarti
menyerang. Pada umumnya mendefinisikan agresi sebagai perilaku melukai.
Ataukah
mempertimbangkan
apakah
seseorang
mempunyai
maksud
melukai. Definisi semacam ini adalah definisi yang paling banyak digunakan
oleh orang yang menggunakan pendekatan perilaku (behavioristik).
14
Keuntungan definisi ini adalah bahwa perilaku itu sendiri menentukan apakah
suatu perilaku agresif atau tidak (Echols, 1996). Agresi sendiri menurut
Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) didefinisikan sebagai suatu cara untuk
melawan dengan sangat kuat,berkelahi,melukai,menyerang,membunuh,atau
menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan.
Tindak agresi merupakan salah satu
reaksi
perilaku
yang dilandasi
penghayatan perasaan frustasi berkelanjutan, kekecewaan mendalam sebab
adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi ( Sawitri,2005).
Dalam
istilah psikologi,
dibedakan
pengertian
mengenai agresif dan
agresifitas. Berkowitz (1993), mendefinisikan agresivitas sebagai keinginan
yang relatif melekat untuk menjadi agresif dalam situasi yang berbeda. Dapat
juga dikatakan agresivitas sebagai kecenderungan untuk menjadi agresif.
Dalam pengertian lain averiil (dalam Berkowitz 1993) mendefinisikan
agresivitas sebagai perasaan agresif yaitu keadaan internal yang tidak dapat
diamati secara langsung. Setiap orang pernah marah, dan sebenarnya setiap
orang pada suatu saat pernah ingin melukai orang lain. Tetapi perasaan itu
tidak perlu ditampilkan secara terbuka. Agresivitas merupakan potensi yang
dimiliki setiap individu. sebagaimana dorongan fisiologis rasa
lapar, haus,
atau bangkitnya dorongan seksual. Sehingga individu itu sendiri yang
15
menentukan apakah agresivitas yang terdapat pada dirinya diaplikasikan
kedalam bentuk perbuatan yang disebut perilaku agresif atau tidak.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa agresivitas suatu bentuk
tindakan atau perilaku melukai dan meyakiti orang lain atau objek-objek, yang
disertai dengan ataupun tanpa maksud dan tujuan tertentu.Perilaku ini dapat
dilakukan secara fisik yaitu berupa tindakan kekerasan dan tingkah laku
destruktif, maupun secara verbal yang diwujudkan dalam bentuk perkataan
yang tidak menyenangkan atau menyakiti, serta ancaman yang tidak
diinginkan oleh korban, dan secara psikis yang diwujudkan dalam bentuk
emosi serta perasaan dalam diri.
2.1.2 Karakteristik Agresivitas
Buss dan Perry 1992 ( Ana Gercia Leon 2002) mengelompokkan agresivitas
kedalam empat bentuk agresi, yaitu: agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam
bentuk kemarahan dan dalam bentuk permusuhan. Keempat bentuk
agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu komponen
motorik, afektif dan kognitif. Karakteristik agresivitas ini yang akan dipakai
sebagai alat ukur dalam penyusunan skala agresivitas.
1.
Agresi Fisik
merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakiti
orang lain secara fisiko
16
2.
Agresi Verbal
merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain
melalui verbal is.
3.
Agresi Marah
merupakan emosi atau afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis
untuk bersikap agresif. Misalnya kesal, hilang kesabaran, dan tidak
mampu mengontrol rasa marah.
4. Agresi Permusuhan
yang juga meliputi komponen afektif, seperti benci dan curiga pada
orang lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.
Selain itu ada bermacam-macam bentuk agresivitas, baik yang dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung, dengan secara fisik, verbal maupun
non verbal dan aktif maupun pasif.
Menurut Moyer 1971 (dalam Koeswara 1988) yang merinci agresi ke dalam
tujuh tipe agresi sebagai berikut :
1. Agresi Predatori: agresi yng dibangkitkan oleh kehadiran objek
alamiah (mangsa). Agresi predatori ini biasanya terdapat pada
organisme atau species hewan yang menjadi hewan dari species lain
sebagai mangsanya.
17
2. Agresi antar jantan: agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh
kehadiran sesama jantan pada suatu species.
3. Agresi
ketakutan:
agresi
yang
dibangkitkan
oleh
tertutupnya
kesempatan untuk menghindar dari ancaman.
4. Agresi
tersinggung:
agresi
yang
dibangkitkan
oleh
perasaan
tersinggung atau kemarahan: respons menyerang muncul terhadap
stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek
hidup maupun objek-objek mati.
5. Agresi pertahanan: agresi yang dilakukan oleh organisme dalam
rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman dan
gangguan anggota species -nya sendiri. Agresi pertahanan ini disebut
juga agresi teritorial.
6. Agresi maternal: agresi yang spesifik pada species atau organisme
betina (induk) yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya
dari berbagai ancaman.
7. Agresi instrumental: agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced), dan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.Nampak bahwa
Moyer berusaha melakukan pembagian agresi bukan saja secara
lengkap dan rinci. Melainkan juga luas, yakni mencakup berbagai
tingkah laku agresif pada species hewan dan manusia.
18
Sedangkan berdasarkan jenisnya, agresi terbagi menjadi tiga macam :
a. Agresi langsung, melibatkan aksi yang ditujukan secara langsung
kepada target yang memunculkan amarah (fisik, verbal, simbolik)
b. Agresi tidak langsung melibatkan aksi tidak langsung yang ditujukan
kepada target yang memunculkan amarah, tanpa menyakiti target
secara formal. Misalnya menceritakan kejelekan target kepada orang
lain.
c. Agresi yang dialihkan, melibatkan aksi agresif yang dialihkan kepada
sesuatu atau seseorang yang tidak ada hubungannya dengan target
yang memunculkan perasaan amarah.
Buss dan Perry 1992 (dalam Ana Gercia Leon dkk 2002 ) mengelompokkan
agresivitas kedalam empat bentuk agresi, yaitu: agresi fisik, agresi verbal,
agresi dalam bentuk kemarahan dan agresi dalam bentuk permusuhan.
Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku manusia, yaitu
komponen motorik, afektif dan kognitif. Karakteristik agresivitas ini yang
akan dipakai sebagai alat ukur dalam penyusunan skala agresivitas.
19
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas
Menurut Koeswara (1988) agresivitas dipengaruhi oleh :
A. Faktor Internal
Agresivitas ada pada setiap individu sebagai cirri bawaan. Manusia menu rut
kodratnya bersifat kejam dan sadistis, hanya dengan jalan represi dan
sublimasi sajalah maka sifat-sifat primitive itu dapat dijinakkan dalam bentuk
tingkah laku budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi agresif yaitu :
1.Frustasi
Frustasi adalah kondisi dimana individu mengalami hambatan atau
kegagalan dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Akibatnya frustasi bisa menimbulkan agresi.
2. Stress
Stress adalah suatu keadaan yang tertekan, baik fisik maupun psikologis.
Berasal dari stimulus internal dan eksternal, yaitu:
a. Stress internal (intrapsikis)
Perasaan tertekan yang muncul dari dalam individu karena adanya
permasalahan yang tidak bisa dipecahkan sehingga menyebabkan
timbulnya agresi.
b. Stress eksternal (sosiologis dan situasional)
Muncul
karena
adanya
perubahan
social
dan
memburuknya
perekonomian menyebabkan meningkatnya kriminalitas terrnasuk
didalam kekerasan dan agresi.
20
B. Faktor Eksternal
Manusia sebagai makhluk social selalu berinteraksi dengan sesamanya.
Maka munculah adanya pengaruh satu sama lain. Pengaruh tersebut menjadi
penyebab timbulnya agresivitas pada individu, seperti :
1. Lingkungan keluarga
lemahnya keadaan ekonomi, kurangnya kasih sayang dan perhatian
keluarga menjadi pengaruh timbulnya sifat agresif, itulah sebabnya pola
asuh dikatakan sangat penting.
2. Lingkungan sosial
lingkungan
social
berpengaruh
besar
dalam
perkembangan
agresivitas.lingkungan social tidak hanya seputar tempat tinggal maupun
sekolah, tetapi juga tempat remaja biasa berkumpul bersama temantemannya.
3. Interaksi teman sebaya
Teman sebaya atau teman bermain sangat berpengaruh terhadap
agresivitas sebab biasanya individu memiliki satu atau beberapa teman
dekat yang dianggap memiliki kegemaran yang sama. Lingkungan teman
bertindak agresif cenderung mengikuti pola yang sama seperti sikap,
minat, penampilan serta perilaku.
21
Agresi sebagaimana tingkah laku yang lain tidaklah muncul secara kebetulan
atau otomatis, melainkan variabel yang muncul akibat adanya faktor
pencetus, baik faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
Sedangkan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku
agresivitas
di
antaranya adalah biologis, kognisi, amarah, dan frustasi (Buss & Perry,
1992), antara lain:
1. Biologis.
Diungkapkan oleh Buss dan Perry (1992), Sigmund Freud meyakini bahwa
manusia lahir dengan dua sifat dasar, sesuatu yang bersifat biologis atau ada
sejak manusia dilahirkan, yaitu eros (dorongan hidup) dan thanatos
(dorongan rnati). Agresi dan kekerasan adalah salah satu wujud kehendak
untuk rnati. Apabila agresi dan kekerasan muncul di mana mana dengan
frekuensi, kuantitas, dan kualitas yang beragam dan cenderung meningkat,
maka pada saat itulah manusia mewujudkan sifat dasarnya. Pernyataan
bahwa manusia pada dasarnya agresif memperoleh dukungan dari sejumlah
ahli agama. Diskusi tentang kebenaran kelamiahan kekerasan dalam diri
manusia bisa panjang, karena pendapat yang sebaliknya juga banyak.
Nashori (2003) menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia lahir dengan
sifat asal positif saja. Ini sesuai dengan jumhur ulama Islam tentang apakah
manusia memiliki hanya sifat dasar positif atau positif dan negatif saat
22
dilahirkan. Dengan pandangan demikian, pandangan bahwa manusia secara
alamiah agresif belum dapal dilerima.
2. Kognisi.
Dekal dengan peniruan adalah aspek kognisi. Agresivilas melibalkan proses
perhalian yailu proses kelerlarikan individu unluk mengamati lingkah laku
model.
Proses
ini dipengaruhi oleh frekuensi
kehadiran
model dan
karaklerislik-karaklerislik yang dimilikinya. Model yang sering lampil, lampak
menonjol dan menimbulkan perasaan posilif pada pengamalnya akan lebih
midah mengundang perhalian daripada model yang jarang lampil dan lidak
menonjol.
3. Amarah.
Amarah akibal dari serangan alau gangguan orang lain juga mempengaruhi
kekerasan. Sualu saal liba liba ada orang lain yang mengejek individu
sebagai orang yang 10101 dan lidak sopan. Maka, sangal mungkin ada reaksi
marah. Apa yang lerjadi di IPDN adalah orang-orang terluka yang di masa
lalu selalu dihina, dilecehkan, dipukuli. Tindak kekerasan yang mereka
lakukan lidak lain adalah sebagai balas dendam alas pengalaman masa lalu.
23
Perilaku kekerasan akan melahirkan kekerasan lain. Lingkaran balas dendam
inilah yang terjadi dalam kasus kekerasan di IPDN (Doni Koesoema,
Kompas, 11 April 2007)
4. Frustrasi.
Frustrasi, adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Bila
seseorang hendak pergi ke suatu tempat, melakukan sesuatu, atau
menginginkan sesuatu, dan kemudian merasa dihalangi, dikatakan bahwa
orang tersebut mengalami frustrasi. Salah satu prinsip dalam psikologi adalah
frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif. Pengaruh frustrasi
terhadap perilaku diperlihatkan dalam penelitian klasik yang dilakukan
Barker, Dembo dan, Lewin. Kepada sekelompok anak, ditunjukkan ruangan
yang penuh berisi mainan yang menarik, tetapi mereka tidak diijinkan untuk
memasukinya. Mereka berdiri di luar, memperhatikan mainan mainam itu:
ingin memainkannya tetapi tidak dapat meraihnya: Sesudah menunggu
beberapa saat, mereka diperbolehkan untuk bermain dengan mainan
tersebut: Kelompok anak yang lain diberi mainan tanpa dihalangi terlebih
dahulu. Anak-anak yang sudah mengalami frustrasi membanting mainan ke
lantai, melemparkannya ke dinding dan pada umumnya menampilkan
perilaku merusak, anak anak yang tidak mengalami frustrasi jauh lebih
tenang dan tidak menimbulkan perilaku merusak.
24
2.2.
Geografis berdasarkan jenis kelamin dan suku bangsa
2.2.1. Agresivitas Perempuan
Penelitian yang berkaitan dengan agresivitas mengindikasikan bahwa
perempuan lebih cenderung terlibat dalam berbagai bentuk agresivitas tidak
langsung (indirect aggression) dibandingkan laki-Iaki. (Baron, 2000; Olweus,
2003; Krahe, 2001; Sullivan, 2000). Perbedaan gender lebih besar pada
pengukuran
agresivitas
langsung
dibanding
dengan
agresivitas tidak
langsung( Krahe, 2001).
Krahe (2001) menjelaskan perbedaan dalam agresivitas melalui 3 model
penjelasan hormonal, model sosiobiologis/ evolusi dan model peran social:
1. Menurut penjelasan hormonal, wanita tidak atau kurang agresif karena
memiliki hormone testosterone yang lebih rendah. Belum ditemukan bukti
yang jelas tentang penjelasan ini.
2.
Model sosiobiologis/ evolusi menekankan nilai adaptif pada agresivitas,
dimana agresivitas dipakai pri menghadapi ancaman terhadap posisi dan
statusnya, sedangkan wanita tidak memerlukannya.
3. Model peran sosial mengatakan bahwa perilaku agresif bukan merupakan
bagian dari peran sosial wan ita.
25
Penjelasan ketiga banyak dipakai oleh peneliti-penelili agresivitas wanita.
Menurut Donelson (1999), agresivitas wanita dipandang sebagai suatu yang
tidak feminim, tidak menarik, irasional, emosional dan tidak pantas. Karena
itu wanita takut dipandang menyimpang apabila melakukan agresivitas.
Orang yang percaya bahwa agresivitas adalah kehilangan control (wanita)
akan mengekspresikan kemarahan dengan cara yang lain dengan orang
percaya bahwa agresivitas adalah cara untuk merebut kekuasaan (pria).
Masyarakat mengajarkan perempuan bahwa agresivitas adalah kegagalan
penguasaan diri dan masyarakat memiliki harapan bahwa wanita tidak
berkelahi sehingga wanita pun tidak ingin terlihat berkelahi. Selain itu bagi
wan ita, ketakutan akan agresivitas adalah ketakutan akan hubungan yang
merusak sehingga wan ita sangat menghindari konflik.
Simmons (2002) mengatakan bahwa agresivitas perempuan tidak ditandai
oleh perilaku fisik atau verbal langsung karena masyarakatl budaya menolak
akses perempuan terhadap konflik terbuka dan hal ini memaksa bentuk
agresivitas mereka menjadi non-fisik, tidak langsung dan sulil diamati. Wanita
menggunakan "tusukan dari belakang" ekslusi, rumor, pemberian nama
ejekan dan manipulasi untuk menimbulkan sakit psikologis pada target.
26
2.2.2. Agresivitas Laki-Iaki
Laki-Iaki
memang berisiko lebih besar mengalami gangguan emosional.
Buku yang ditulis Michael Gurian, The Wonder of Boys, sedikitnya dapat
memberikan jawaban. Hormon testosteron yang dimiliki laki-Iakilah yang
membuatnya lebih agresif daripada perempuan. Agresivitas kaum laki-Iaki ini
bahkan sudah terlihat sejak bayi.
Studi yang dilakukan pada bayi usia 6 bulan menunjukkan, ketika bayi lakilaki
dan
perempuan
menarik seutas
tali
untuk
mendapatkan
hasil
menyenangkan, misalnya gambar orang tersenyum, kemudian penguji
menghilangkan gambar itu, maka bayi laki-Iaki akan cenderung menariknariknya dengan kukuh dan agresif. Sementara anak perempuan, setelah
menyadari beberapa tarikan tidak memunculkan gambar, akan meninggalkan
tali itu dan menangis mencari pertolongan. Anak laki-Iaki juga lebih mudah
mengubah mainannya, semisal gitar-gitaran, menjadi senapan dan pedang
ketimbang anak perempuan. la juga akan memukul lebih sering dan lebih
provokatif.
Celakanya lagi, saat laki-Iaki memasuki usia pubertas (11-12 tahun),
pengaruh testosteron dalam otaknya bertambah berkali-kali Iipat. Level
testosteronnya akan meningkat 10 sampai 20 kali Iipat. Tak heran, di usia ini
anak laki-Iaki cenderung lebih agresif dan gampang naik darah. Lantas,
27
bagaimana dengan anak perempuan? Ternyata, anak perempuan juga tak
terbebas dari masalah agresi. Pasalnya, agresi tidak hanya fisik tapi juga
kata-kata. Anak perempuan boleh jadi tidak agresif secara fisik, tapi katakata. Namun ini hanya sebatas dugaan dan membutuhkan penelitian lebih
lanjut.
Satu hal yang pasti, kendati berbagai fakta di atas menunjukkan laki-Iaki
memiliki kecenderungan agresif, namun tidak berarti setiap anak lelaki pasti
akan bermasalah. Sebab, meski sifat agresif sudah "terprogram" dalam diri
seorang laki-Iaki, namun kekerasan lebih dipengaruhi pola asuh dan
lingkungannya. Jika pola asuh dan pengaruh lingkungan menanamkan nilainilai positif, maka tidak akan terjerumus pada tindakan negatif.
2.3.
Geografis (Suku Bangsa)
Secara terbuka, ini hanyalah sebuah ungkapan, pada saat memberikan
laporan akhir masa jabatannya, Gubernur Oaerah Khusus Ibukota (OKI)
Jakarta Sutiyoso, menyebutkan bahwa dia betul-betul gagal dalarn hal
memberi rasa tenteram bagi warga Jakarta. Secara khusus kegagalan
tersebut dijabarkan dalam upaya-upaya menciptakan rasa aman. Walaupun
tidak dikemukakan secara jelas dan terbuka, namun hal itu muncul dalam
PEf'ltl"USTAf