APLIKASI FISHBONE ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI TEH PADA PT RUMPUN SARI KEMUNING, KABUPATEN KARANGANYAR

(1)

APLIKASI

FISHBONE ANALYSIS

DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PRODUKSI TEH PADA PT RUMPUN SARI

KEMUNING, KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Oleh : Naily Fauziah

H 0305074

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009


(2)

APLIKASI

FISHBONE ANALYSIS

DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PRODUKSI TEH PADA PT RUMPUN SARI

KEMUNING KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : NAILY FAUZIAH

H0305074

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(3)

APLIKASI FISHBONE ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI TEH PADA PT RUMPUN SARI KEMUNING

KABUPATEN KARANGANYAR

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Naily Fauziah

H0305074

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 30 Juni 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Surakarta, Juli 2009 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003 Ketua

Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. NIP. 19671012 199302 1 001

Anggota I

Setyowati, SP, MP. NIP. 19710322 199601 2 001

Anggota II

Ir. Agustono, MSi NIP. 19640801 199003 1 004


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian yang berjudul

“APLIKASI FISHBONE ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PRODUKSI TEH PADA PT RUMPUN SARI KEMUNING, KABUPATEN KARANGANYAR”. Skripsi ini sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan laporan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS. 2. Ir. Catur Tunggal BJP, MS selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agribisnis.

3. Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / agrobisnis sekaligus sebagai dosen penguji, terimakasih atas segala saran dan nasehat yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, Msi selaku dosen pembimbing utama skripsi sekaligus Pembimbing Akademis atas segala bimbingan, nasehat, dan dukungan yang selama ini diberikan baik dalam masalah akademis maupun masalah lainnya selama menempuh kuliah di Fakultas Pertanian UNS.

5. Ibu Setyowati, SP. MP, selaku dosen pembimbing pendamping, terima kasih atas nasehat, saran, kritik dan masukan-masukan, serta bimbingannya.

6. Bapak Suroto, selaku manajer serta seluruh pihak staff dan karyawan PT Rumpun Sari Kemuning yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan

penelitian. 7. Bapak dan ibuku tercinta, terimakasih atas segala doa, ketulusan, perhatian,

serta cinta kasih yang telah diberikan. Maafkan karena selama ini belum bisa berbuat banyak untuk membahagiakanmu, tapi semua ini kupersembahkan hanya untukmu.


(5)

8. Keluarga besarku, bowo, mbak nanik, mas sul, silvi, terimakasih atas doa, dukungan, serta hiburan yang telah diberikan.

9. Pak Samsuri dan Mbak Ira, atas segala bantuan administrasinya selama kuliah sampai penyusunan skripsi.

10.Mas Adhie yang telah banyak membantu, terimakasih atas semangat, dampingan, motivasi, arahan, serta doanya.

11.Keluarga besar mamas, ibu, bapak, shinta, devi, mbak tina, mas pras, si kembar rasen argi, terimakasih atas bantuan, semangat, serta doanya.

12.Sahabat-sahabat Puspa Indah, indah, shiva, heanny, mbak dian, terimakasih atas bantuan, kebersamaan, kenangan, serta doa yang diberikan. Kalian semua tetap yang terbaik buatku.

13.Sahabat karibku, tuwit, niken, qoqom, eka, nina, dewi, willie, simbah, pandan, viarka, ama, rini, jajux, martha, rika, herlin, hayu, iva, dwi, didhit, jack, nico, andry, anwar, ayu, nazir, ayink, terimakasih banyak untuk bantuan serta doanya

14.Segenap keluarga besar agrobisnis ’05, tiada kebersamaan yang hangat melebihi kalian

15.Adek angkatan bisnis ’06 dan ‘07, terutama bagus terimakasih atas informasi serta bantuan dalam perijinan skripsi

16.Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2009


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

RINGKASAN ... ix

SUMMARY ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A...Lata r Belakang ... 1

B...Peru musan Masalah... 4

C...Tuju an Penelitian... 6

D...Keg unaan Penelitian ... 6

II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Penelitian Terdahulu ... 7

B. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Tanaman Teh... 8

2. Teh Sebagai Komoditas Industri ... 9

3. Pasar Komoditas Teh ... 12

4. Sejarah Mutu ... 16

5. Gugus Kendali Mutu... 17

6. Manajemen Mutu ... 26

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 29

D. Definisi Operasional Variabel... 31

E. Pembatasan Masalah ... 32

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Metode Dasar Penelitian ... 33

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian dan Penyelesaian Masalah... 33

1...Met ode Penentuan Lokasi Penelitian ... 33

2....Met ode Penyelesaian Masalah ... 33


(7)

D. Teknik Pengumpulan Data... 34

E. Metode Analisis Data... 35

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38

A. Sejarah Berdirinya PT Rumpun Sari Kemuning... 38

B. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan... 39

C. Struktur Organisasi ... 40

D. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Setiap Jabatan ... 43

E. Ketenagakerjaan... 47

F. Proses Pengolahan Daun Teh... 47

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

B. Analisis Hasil Penelitian ... 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran... 78

DAFTAR PUSTAKA... 79


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ekspor Non Migas Sektor Pertanian (juta US$) ... 2 Tabel 2. Data Produksi Petikan Pucuk Teh Pada PT Rumpun Sari

Kemuning Tahun 2004-2007... 3 Tabel 3. Tabel Permasalahan Sebab- Akibat ... 36 Tabel 4. Rencana Penanggulangan ... 37 Tabel 5. Analisis Kualitas Teh Kering Bulan Maret 2009 di

PT Rumpun Sari Kemuning ... 62 Tabel 6. Standar Analisis Kualitas Teh Kering PT Rumpun Sari Kemuning... 63 Tabel 7. Data Kualitas Produk Keringan Bulan Maret 2009 di

PT Rumpun Sari Kemuning ... 63 Tabel 8. Permasalahan Sebab Akibat... 64 Tabel 9. Rencana Penanggulangan Permasalahan Kualitas Produk


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kombinasi Unsur-Unsur yang Membentuk Suatu Proses Kerja... 4

Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir dalam Penelitian... 31

Gambar 3. Analisis Masalah Dengan Fishbone ... 36

Gambar 4. Analisis Penyebab Utama dengan Fishbone Analysis ... 36

Gambar 5. Analisis Penyebab Kecil dengan Fishbone Chart ... 36

Gambar 6. Bagan Struktur Organisasi PT Rumpun Sari Kemuning... 42

Gambar 7. Diagram Alir Pengolahan Teh Hijau di PT Rumpun Sari Kemuning... 58

Gambar 8. Diagram Pareto Kualitas Teh Kering Bulan Maret di PT Rumpun Sari Kemuning... 63

Gambar 9. Fishbone chart Dalam Meningkatkan Kualitas Produk Teh di PT Rumpun Sari Kemuning, Kabupaten Karanganyar ... 65


(10)

RINGKASAN

Naily Fauziah. H0305074. ”Aplikasi Fishbone Analysis Dalam Meningkatkan Kualitas Produksi Teh Pada PT Rumpun Sari Kemuning, Kabupaten Karanganyar”. Dibimbing oleh Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si. dan Setyowati, SP, MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi PT Rumpun Sari Kemuning di Kabupaten Karanganyar terkait dengan kualitas produksi teh yang dihasilkan, mengidentifikasi faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kualitas teh pada PT Rumpun Sari Kemuning di Kabupaten Karanganyar, dan merumuskan pemecahan yang paling tepat untuk diterapkan dalam peningkatan kualitas produk teh pada PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu PT Rumpun Sari Kemuning yang terletak di Kabupaten Karanganyar. Metode penyelesaian masalah dilakukan dengan wawancara secara mendalam (Indepth interview) dengan menggunakan bantuan pedoman wawancara yang mengacu pada permasalahan yang ditemukan. Teknik pemilihan sampel secara sengaja (purposive sampling).

Metode analisis data yang digunakan adalah (1) check sheet, dan stratifikasi untuk menentukan permasalahan yang dihadapi, (2) pareto chart, untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan pengaruhnya terhadap kualitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning, dan (3) fishbone chart, untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa (1) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk teh di PT Rumpun Sari Kemuning, Kabupaten Karanganyar antara lain adalah (a) Man (manusia), meliputi kurang hati-hati dalam pemberian suhu pengeringan, pengetahuan tenaga kerja yang kurang memadai, kedisiplinan pekerja kurang, usia pekerja banyak yang tidak produktif, tidak ada kontrak kerja antara mandor kebun dengan pemetik, kurangnya pengawasan mandor kebun; (b)

Material (bahan baku), yang meliputi bahan baku rusak dan tua atau kasar, dan banyaknya tanaman yang tidak produktif; (c) Methode (cara kerja), yang meliputi suhu pengeringan dan pelayuan tidak stabil, sistem kerja yang tidak terspesialisasi, penjualan yang berdasarkan system order dan saluran yag panjang; dan (d) Environment (lingkungan), yang meliputi cuaca dan suhu unpredictable, dan kondisi tanah yang tidak stabil. (2) Faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas produk teh di PT Rumpun Sari Kemuning adalah bahan baku (pucuk tua atau rusak) dan pemberian suhu yang tidak stabil pada tahap


(11)

pengolahan (pelayuan dan pengeringan). (3) Upaya perbaikan yang paling tepat diterapkan di PT Rumpun Sari Kemuning adalah pada system pemetikannya untuk meningkatkan kualitas bahan baku serta pemberian suhu yang sesuai pada tahap pengolahan (pelayuan dan pengeringan).

SUMMARY

Naily Fauziah. H0305074. 2009. The Application of Fishbone Analysis in Increasing The Tea Production Quality in PT. Rumpun Sari Kemuning in Karanganyar Regency. By guidance of Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si and Setyowati, SP, MP. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

The aim of this research is to know problems faced by PT Rumpun Sari Kemuning in Karanganyar Regency which is related to the tea production quality, to identify the most dominant factor towards the tea quality in PT Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar Regency, and to formulate the precise solution to be applied in order to increase the tea production quality in PT. Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar Regency.

The basic method applied in this research is descriptive method. Research location is determined by the purposive method, that is PT Rumpun Sari Kemuning located in Karanganyar Regency. Problem completion method is done by indepth interview using interview guide instrument due to the cases found. The selected sample is determined by purposive sampling technique.

The analyzing methods are (1) check sheet and stratification are used to determine the cases, (2) pareto chart is used to identify the most influencing factor towards the tea quality in PT Rumpun Sari Kemuning, and (3) fishbone chart is used to analyze factors which influence the tea quality in PT Rumpun Sari Kemuning.

The result of the research shows that (1) the factors that influence the tea product quality in PT Rumpun Sari Kemuning are (a) man, involving being careless in giving drainage temperature, lack of labor erudition, lack of labor discipline, unproductive age labor , no work contract between garden foreman with picker (b) materials, including damage and old or coarse materials, unproductive plants, lack of supervision by garden foreman (c) method, comprising an unstable of drainage and withering temperature, unspecified work system, selling according to order system and long channel and (d) environment, consisting of unpredictable weather and temperature and unstable soil condition. (2) The dominant factors which influence the tea product quality in PT Rumpun Sari Kemuning are materials (old or damage tip of leaf) and the unstable of drainage and withering temperature in processing stage. (3) The precise efforts applied in PT Rumpun Sari Kemuning are to increase the materials quality in the picking system and also to give appropriate temperature in processing stage.


(12)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian, sehingga sektor pertanian memegang peranan yang vital dalam pembangunan di Indonesia. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung seperti dalam pembentukan PDB; penyerapan tenaga kerja; peningkatan pendapatan masyarakat; perolehan devisa melalui ekspor dan penekanan inflasi, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan; dan hubungan sinergis dengan sektor lain (Deptan, 2005).

Pada situasi krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter saat ini, sektor pertanian kembali berperan sebagai sektor penyelamat pembangunan nasional, melalui perannya dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai, sumber perolehan devisa melalui ekspor, sebagai reservoar (penampung) tenaga kerja akibat dampak krisis, perannya dalam menanggulangi kemiskinan masyarakat yang semakin meningkat, pengendali inflasi, dan berperan dalam menjaga laju pertumbuhan nasional (Deptan, 2005).

Oleh karena itu, pemerintah menetapkan strategi dan kebijakan pembangunan pertanian yang disusun berlandaskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Agenda pembangunan ekonomi dalam RPJMN yang terkait dengan pembangunan pertanian, antara lain revitalisasi pertanian, peningkatan investasi dan ekspor non-migas, pemantapan stabilisasi ekonomi makro, penanggulangan kemiskinan, pembangunan perdesaan, dan perbaikan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Revitalisasi pertanian sebagai salah satu strategi utama pembangunan nasional 2005-2009 antara lain diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, serta produksi dan ekspor komoditas pertanian.

1 1


(13)

Salah satu komoditas pertanian yang masih produktif dan mempunyai prospek ekspor yang masih bagus adalah teh. Tanaman teh merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi, selain tanaman coklat dan kopi. Adapun data ekspor non migas sektor pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ekspor Non Migas Sektor Pertanian (juta US$)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Jan-Sep 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Udang segar/beku Biji coklat Kopi Ikan lainnya Kepiting,kerang Tongkol/tuna Buah Lainnya Tembakau Pala & bunga

Teh Ganggang Laut Sayuran Lada Putih Biji lainnya Lain-lain 840,4 521,3 218,8 142,7 96,3 126,4 45,7 82,0 66,5 32,8 98,0 11,8 33,0 59,0 8,3 706,6 852,7 410,5 250,9 197,8 102,6 111,9 54,2 70,9 44,5 32,7 91,8 16,1 33,2 54,7 10,4 80,4 824,0 370,2 281,6 223,5 114,0 125,5 61,4 78,4 45,6 43,2 64,8 24,3 29,9 29,7 21,4 118,4 846,8 468,3 497,8 222, 130,3 117,7 73,6 77,6 62,9 52,7 47,9 35,6 35,9 34,7 29,1 245,2 980,2 620,3 583,2 214,2 137,4 120,8 97,0 77,8 57,2 56,7 51,1 49,6 42,7 40,9 35,2 352,6 702,2 469,5 426,6 187,8 111,1 100,2 78,1 114,6 40,5 43,9 49,8 39,0 27,7 52,1 21,6 13

TOTAL 2568,3 2526,1 2496,2 2880,2 3364,9 2628,5

Sumber : Mutakin, 2008.

Tanaman teh selain mempunyai nilai ekonomi yang tinggi juga mempunyai kandungan senyawa kimia yang berfungsi bagi tubuh manusia. Tanaman teh diambil daunnya yang masih muda, kemudian daun diolah dan digunakan untuk bahan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa disamping sebagai bahan minuman, teh juga memiliki sifat antiseptik yang dapat menjaga kesehatan mulut dan gigi, tenggorokan, menjaga keseimbangan mikroflora sistem pencernaan dan meningkatkan penyerapan kalsium untuk pertumbuhan tulang (Ghani, 2002).

Dengan ditemukannya berbagai khasiat yang terkandung pada teh maka pada akhir dekade 90-an, PBB memberi bantuan kepada 30 negara penghasil teh untuk melakukan program promosi teh dalam rangka meningkatkan konsumsi teh dunia. Di Indonesia program ini dilakukan di kota Surabaya,


(14)

Propinsi Jawa Timur. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung - Jawa Barat, menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada teh Indonesia ± 1,34 kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain. Katekin merupakan senyawa polifenol utama pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol. Rata-rata kandungan katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02-11,60% berat kering, sedangkan pada negara lain berkisar antara 5,06-7,47% berat kering. Selain mengandung polifenol hingga 25-35%, juga mengandung komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain: metilxantin, asam amino, peptides, karbohidrat, vitamin (C,E dan K), karotenoid, mineral seperti kalium, magnesium, mangan,

fluor, zinc, selenium, copper, iron, kalsium, serta metilxantin dan alkaloid lain (Laksana, 2008).

Industri teh di Indonesia perlu diperhatikan dan dipertahankan kelangsungan hidupnya, hal ini terkait dengan situasi harga teh dunia yang tidak menentu. Untuk itu, industri teh di Indonesia perlu memperbaiki proses produksi, diversifikasi, penyempurnaan sistem pemasaran, peningkatan produktivitas, dan pemanfaatan faktor-faktor produksi yang optimal untuk mendapatkan efisiensi yang optimal (Anonim, 2007a).

PT Rumpun Sari Kemuning merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan teh, dimana bahan baku yang berupa pucuk daun teh dihasilkan dari kebun milik sendiri. Produksi petikan pucuk teh yang dihasilkan PT Rumpun Sari Kemuning dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Produksi Petikan Pucuk Teh Pada PT Rumpun Sari Kemuning Tahun 2005-2008

Tahun Produksi per

Bulan (Kg)

Produksi per Tahun (Kg)

2005 6.227,5 74.730

2006 6.582,5 78.990

2007 5.535 66.420

2008 5.397,5 64.770

Rata-rata 5935,625 71.227,5


(15)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa produksi petikan pucuk teh mulai tahun 2006 sampai dengan 2008 menunjukkan angka yang semakin menurun, hal tersebut dipengaruhi oleh tidak terkontrolnya kualitas produksi the, seperti kurangnya pengawasan dalam pemeliharaan tanaman sehingga hasil teh yang diperoleh menurun. Oleh karena itu, peran Gugus Kendali Mutu (GKM) perlu dikembangkan untuk menjamin kualitas produksi teh sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga teh yang dihasilkan dapat terus meningkat. Dengan kualitas yang baik pula pada akhirnya teh dapat bersaing dengan produk serupa di pasaran, serta mampu bersaing dengan produk dari negara lain, karena kualitas merupakan satu-satunya kekuatan terpenting yang membuahkan keberhasilan dan pertumbuhan perusahaan baik di pasar berskala nasional maupun internasional.

Fishbone analysis merupakan salah satu alat analisis yang perlu dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan kualitas produksi teh khususnya di PT Rumpun Sari Kemuning, sehingga dapat diketahui faktor yang menjadi penyebab utama terkait dengan kualitas produksi teh yang dihasilkan.

Gambar 1. Kombinasi Unsur-Unsur yang Membentuk Suatu Proses Kerja

Perumusan Masalah

Globalisasi membawa dampak besar terhadap sistem perdagangan dunia dimana efisiensi, produktivitas, dan mutu menjadi faktor penting. Pengembangan tanaman teh merupakan salah satu implementasi kebijakan di bidang perkebunan, diarahkan pada peningkatan kualitas, pengembangan usaha, peningkatan produktivitas, penyempurnaan sistem pemasaran,


(16)

pemanfaatan sumber daya baik tenaga kerja maupun tenaga mekanik untuk mendapatkan efisiensi kerja yang optimal.

Sebagai salah satu negara penghasil teh, Indonesia baru mampu mengekspor antara 90.000-100.000 ton per tahun dari total kebutuhan teh dunia sebanyak tiga juta ton per tahun (Diratbahgar, 2008). Terkait dengan hal tersebut, pengembangan standardisasi menjadi salah satu piranti mewujudkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas. Sebab, tuntutan konsumen terhadap kualitas produk kini menjadi acuan. Hal ini juga berlaku untuk produk perkebunan, termasuk teh dan produk olahannya.

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan komoditas teh mengingat kesesuaian lahan dengan iklim tanaman. Indonesia juga memiliki banyak perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta yang mengelola komoditas teh dari hulu hingga hilir. Komoditas teh sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia karena berbagai manfaat yang dimilikinya. Tingkat konsumsi teh dunia sangat besar, ini merupakan peluang pasar bagi Indonesia untuk menjual komoditas tersebut. Potensi pasar teh dunia yang cukup besar mengharuskan Indonesia memiliki daya saing produk yang tinggi untuk dapat memasarkan teh di tingkat Internasional. Nilai ekspor komoditas teh Indonesia masih kecil dibanding produk-produk dari negara pesaing karena Indonesia lebih banyak menjual produk-produk hulu teh yang tidak memiliki nilai tambah dan dihargai dengan sangat murah.

Oleh karena itu, kualitas produksi teh harus ditingkatkan dan dipertahankan secara tetap dan continue agar dapat dihasilkan teh dengan kualitas unggul dengan harga yang tinggi di pasaran baik lokal maupun internasional. Salah satu cara untuk mengetahui masalah penyebab menurunnya kualitas produksi teh yang dihasilkan adalah dengan Fishbone analysis. Dengan Fishbone analysis secara umum dapat dianalis faktor-faktor pemicu terjadinya suatu akibat. Suatu akibat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu manajemen, manusia, perawatan, mesin, metode, pengukuran, dan material. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut maka dapat ditentukan


(17)

pemecahan yang paling tepat dalam mengatasi masalah yang terjadi di PT Rumpun Sari Kemuning.

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Masalah-masalah apa sajakah yang dihadapi PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar terkait dengan kualitas produksi teh?

2. Faktor apa sajakah yang paling dominan pengaruhnya terhadap kualitas teh pada PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar?

3. Alternatif pemecahan apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam peningkatan kualitas produksi teh pada PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar?

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi PT Rumpun Sari Kemuning, Kabupaten Karanganyar terkait dengan kualitas produksi teh

2. Mengidentifikasi faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kualitas teh pada PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar 3. Merumuskan pemecahan yang paling tepat untuk diterapkan dalam

peningkatan kualitas produksi teh pada PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar


(18)

Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam menyusun suatu kebijakan menyangkut peningkatan produksi teh pada perusahaan.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka dan informasi untuk permasalahan yang sama pada masa yang akan datang.


(19)

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Winarko, (2006) dalam penelitian yang berjudul “Aplikasi Gugus Kendali Mutu Dalam Menghindari Komplain Pelanggan Terhadap Kualitas Susu Sapi Perah” menyatakan bahwa Gugus Kendali Mutu atau

Quality Control Circle adalah aktivitas untuk mengajak partisipasi peternak melalui sumbangan pemikiran yang dituangkan dalam siklus PDCA (Plan

-Do-Check-Action) dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Pada penelitian ini membahas tentang implementasi GKM untuk menghindari komplain customer tehadap kualitas susu sapi perah dengan cara pemeliharaan yang baik. Berdasarkan data sebelum tindakan, target dan sesudah dilakukan tindakan maka persentase produk cacat dapat ditekan dari rata-rata 31 per 4 bulan, menjadi rata-rata 27 per 4 bulan. Hal ini telah melampaui target yang ditetapkan sebelumnya yaitu 29 per bulan.

Menurut Oktorisa (2007), dalam hasil penelitiannya yang berjudul Aplikasi Fishbone Analysis Dalam Meningkatkan Kualitas Susu Murni Pada Peternak Sapi Perah di KUD Getasan Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa dengan menggunakan fishbone analysis dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas susu, yaitu terdapat 4 faktor diantaranya man

(manusia sebagai pelaksana produksi), method (metode, sebagai pedoman pelaksanaan proses produksi), material (sapi perah, sebagai bahan baku dalam proses produksi), dan environment (lingkungan atau keadaan alam yang menentukan persediaan pakan sapi perah). Diantara keempat faktor yang berpengaruh tersebut saling berkaitan satu sama lain. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas susu murni pada peternak sapi perah di KUD Getasan adalah faktor pakan (42, 86%). Sedangkan pemecahan yang palig tepat diterapkan peternak sapi perah di KUD Getasan di Kabupaten Semarang adalah dengan memberikan pakan (hijauan dan pakan penguat) secara ad libitum dengan menggunakan metode yang tepat.


(20)

B. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Teh

Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan khatulistiwa. Faktor iklim yang harus mendapat perhatian yaitu, suhu udara, curah hujan, sinar matahari serta angin. Suhu udara yang baik yaitu 13°-25°C diikuti cahaya matahari yang cerah dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Curah hujan tinggi, merata sepanjang tahun. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Cammelia ini juga mencakup banyak jenis tanaman hias. Kebiasaan minum teh diduga berasal dari China yang kemudian berkembang ke Jepang dan juga Eropa. Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis.

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh


(21)

China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara (Anonim, 2008a).

Menurut Tuminah (2004), di zaman dahulu genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu sinensis, dan assamica, irrawadiensis. Sejak tahun 1958 semua teh dikenal sebagai suatu spesies tunggal Camellia sinensis dengan beberapa varietas khusus, yaitu sinensis dan assamica.

Divisi: Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub divisi: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka) Kelas: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Sub Kelas: Dialypetalae

Ordo (bangsa): Guttiferales (Clusiales) Familia (suku): Camelliaceae (Theaceae) Genus (marga): Camellia

Spesies (jenis): Camellia sinensis Varietas: Assamica

Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Ada dua varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin di Cina tengah dan Jepang. Varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembab, di India bagian utara dan Szechuan dan propinsi Yunnan di Cina. Tanaman teh mempunyai daun berwarna hijau gelap, mengkilap, berukuran kecil, dan berbunga putih (Muljana, 1983).

2. Teh Sebagai Komoditas Industri

Dalam industri, bagian tanaman teh yang sering dimanfaatkan adalah batang dan daun. Batang teh dapat digunakan untuk industri kerajinan kayu. Sementara itu daunnya dapat dikonsumsi dalam beberapa bentuk.


(22)

Teh memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan klorin dan flour. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh disamping sebagai bahan minuman, sifat antiseptik dapat menjaga kesehatan mulut dan gigi, tenggorokan, menjaga keseimbangan mikroflora sistem pencernaan dan meningkatkan penyerapan kalsium untuk pertumbuhan tulang. Baru pada awal dekade 90-an, peneliti menemukan bahwa teh merupakan minuman karsinogen yang sangat efektif untuk mengurangi risiko kejangkitan dan menghambat pertumbuhan kanker.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung - Jawa Barat menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada teh Indonesia yang merupakan komponen aktif untuk kesehatan ± 1,34 kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain. Katekin merupakan senyawa polifenol utama pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol. Rata-rata kandungan katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02 - 11,60% b.k., sedangkan pada negara lain berkisar antara 5,06 - 7,47 b.k. Teh selain mengandung polifenol hingga 25-35%, juga mengandung komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain : metilxantin, asam amino, peptides, karbonhidrat, vitamin (C,E dan K), karotenoid, mineral seperti kalium, magnesium, mangan, fluor, zinc,

selenium, copper, iron, calcium, serta metilxantin dan alkaloid lain. Kemampuan pencegahan dari polifenol teh antara lain sebagai anti oksidan, anti radiasi, anti mutasi gen, anti tumor, menghambat aktivitas enzim, anti peningkatan kolestrol, anti peningkatan tekanan darah, anti

peningkatan kadar gula darah, anti bakteri, dan anti virus (Anonim, 2008a).

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman semak Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih. Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain


(23)

yang diseduh, misalnya, teh rosehip, camomile, krisan dan Jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor enam di dunia (Anonim, 2008b).

Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan. Pengolahan daun teh sering disebut sebagai fermentasi walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena

mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik (Muljana, 1983).

Dengan mempertimbangkan jumlah teh yang diminum di seluruh dunia setiap hari, informasi bahwa minuman tersebut baik benar-benar dapat diterima. Dewasa ini para ilmuwan telah menjelaskan mengapa mereka hanya mencelup teh beberapa detik dalam air sebagai sumber hidrasi terbaik. Nilai teh mungkin banyak, terutama berkenaan dengan


(24)

antioksidan. Seperti buah dan sayuran, teh kaya akan antioksidan. Dalam teh antioksidan tersebut dikenal sebagai flavonoid. Pada saat diet, antioksidan dapat membantu tubuh mengendalikan zat radikal bebas - zat relatif tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel tubuh.

Dalam perkembangan industri teh di Indonesia, berbagai macam teh dipasarkan dalam berbagai bentuk dan kemasan, antara lain : Teh celup, yang dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup; Teh seduh (daun teh), teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh; Teh yang dipres, teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa; Teh stik, dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan the; Teh instan, teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an (Anonim, 2008b).

3. Pasar Komoditas Teh

Komoditas teh Indonesia saat ini kondisinya sangat kritis karena harganya terus turun, sehingga perlu segera diatasi dengan mempersatukan seluruh insan teh dalam satu pasar tunggal. Banyaknya pintu penjualan teh Indonesia dinilai sebagai salah satu kelemahan sehingga harga teh Indonesia mudah ditekan di pasaran internasional. Dengan pola satu outlet, maka posisi tawar teh Indonesia bisa ditingkatkan, dan di sisi lain, perhatian pada peningkatan pemasaran pun bisa dilakukan.

Salah satu kelemahan teh yang menonjol adalah masalah marketing secara luas yang buruk. Hal itu disebabkan oleh banyaknya outlet


(25)

penjualan teh Indonesia sehingga memecah posisi tawar harga jual teh Indonesia. Selain itu juga tidak ada kendali yang bagus terhadap outlet-outlet teh tersebut. Oleh karena itu, dengan membentuk single outlet-outlet, posisi tawar teh Indonesia bisa dibangun (Oki, 2008).

Teh asal Indonesia selalu dipotong harganya antara 25-35 cent dollar AS per kg akibat rendahnya mutu teh Indonesia sebagai akibat ketidak konsistenan mutu pada proses uji mutu dalam pabrik. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mngalihkan proses uji mutu secara indrawi dengan proses uji mutu dengan menggunakan alat sensor pengganti (cara mekanik). Salah satu cara untuk menterjemahkan uji mutu indrawi dari tester teh ke dalam proses uji mutu mekanik adalah menggunakan pendekatan metode fuzzy (Suprihatini, dkk. 2006).

Penjualan komoditi teh Indonesia sangat bergantung pada ekspor. Enam puluh lima persen produksi teh Indonesia ditujukan pada pasar ekspor. Kondisi ini tidak lepas dari peran dan kebijakan pemerintah yang ingin menggalakan penerimaan devisa dengan mendorong produsen untuk berorientasi pada ekspor. Ketergantungan ini menimbulkan implikasi yang buruk pada perkembangan teh di Indonesia. Harga teh di Indonesia sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan dan ketersediaan komoditi teh di tingkat dunia. Apabila pasokan dunia berlimpah maka, harga teh Indonesia akan merosot drastis. Akibatnya, banyak petani yang mengalami kerugian karena menjual teh dengan harga di bawah biaya perawatan akhirnya menjual tanah perkebunan tehnya atau mengkonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, sayuran dan lain-lain.

Perkembangan ekspor teh mengalami penurunan selama sembilan tahun terakhir ini yaitu dari tahun 1993 dengan jumlah 123.900 ton menjadi 100.185 ton pada tahun 2002. Rata-rata perkembangan ekspor teh menurun 2,1% per tahun. Hal ini disebabkan oleh lemahnya daya saing teh Indonesia di pasar dunia. Lonjakan ekspor teh baru terjadi pada tahun 2003. Lonjakan ekspor teh pada tahun 2003 tidak diteruskan pada tahun 2004. Pada tahun 2004 Indonesia mengalami penurunan ekspor teh dan


(26)

hanya mencapai volume sebesar 88.176 ton. Penurunan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor termasuk adanya penurunan konsumsi di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.

Pangsa pasar teh Indonesia terus mengalami penurunan. Bahkan beberapa pasar utama teh yang dikuasai Indonesia telah diambil alih oleh negara produsen teh lainnya. Pasar-pasar yang kurang dapat dipertahankan Indonesia adalah Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Maroko, dan Australia (Suprihatini, 2000). Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar dari 5,4% di tahun 1997 menjadi 3,9 pada tahun 2001. Dari data penguasaan pangsa nilai ekspor seluruh jenis teh, pada tahun 2001 Indonesia merupakan negara pengekspor teh terbesar pada urutan ketujuh di dunia setelah India (18,9%), Cina (17,1%), Sri Lanka (15,2%), Kenya (7,9%), Inggris (7.9%) dan Uni Emirat Arab (4%) (Anonim, 2008c).

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan komoditas teh mengingat kesesuaian lahan dan iklim tanaman. Lahan yang luas dan produktivitas tanaman teh yang tinggi mampu membawa Indonesia menduduki posisi keenam sebagai negara produsen dan eksportir terbesar di dunia. Indonesia juga memiliki banyak perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta yang mengelola komoditas teh dari hulu hingga hilir.

Komoditas teh sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia karena berbagai manfaat yang dimilikinya. Tingkat konsumsi teh dunia sangat besar. Ini merupakan peluang pasar bagi Indonesia untuk menjual komoditi tersebut. Potensi pasar teh dunia yang cukup besar mengharuskan Indonesia memiliki daya saing produk yang tinggi untuk dapat memasarkan teh di tingkat Internasional. Beberapa negara pesaing Indonesia adalah India, Sri Langka, Kenya dan Cina. Nilai ekspor komoditas teh Indonesia masih kecil dibanding dengan produk-produk dari negara pesaing karena Indonesia lebih banyak menjual


(27)

produk-produk hulu teh yang tidak memiliki nilai tambah dan dihargai dengan sangat murah (Evy, 2008).

Teh impor yang masuk ke Indonesia terus mengalami kenaikan sejak tahun 1999. Berdasarkan data International Tea Comittee London pada tahun 2007, teh impor yang masuk mencapai 9.500 ton. Jumlah itu meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 1999 yaitu sebesar 1.600 ton, kebanyakan berasal dari Kenya, Cina, India, dan Sri Lanka. Hal ini cukup mengejutkan, dimana dulunya Indonesia merupakan salah satu negara penghasil teh terbesar yang mengekspornya ke beberapa negara di Eropa, bahkan sejak zaman Belanda.

Peningkatan impor teh tersebut terutama disebabkan adanya peluang pasar di dalam negeri. Teh impor ini ada yang langsung dikonsumsi atau diolah kembali untuk diekspor ulang. Teh yang langsung dikonsumsi biasanya bisa dilihat di hotel-hotel berbintang, kafe, kedai teh, dan restoran. Ada juga, walaupun sebagian kecil, produk teh impor tersebut yang dicampur dengan teh lokal yang kemudian diekspor kembali. Misalnya saja campuran 70% teh Indonesia, 10% teh Srilanka, 20% teh Cina. Campuran tersebut diminati juga oleh pasar luar negeri, sehingga diekspor kembali.

Tingginya produk teh impor tersebut dapat mengancam peluang pasar teh lokal di dalam negeri. Saat ini, permintaan pasar jenis teh yang dijual di hotel berbintang dan kafe semakin meningkat. Sementara produk teh lokal pasarnya sangat terbatas (Harun, 2008).

Teh Indonesia sebenarnya tak kalah bermutu dibandingkan negara lain seperti Jepang atau China. Teh Indonesia lebih menyehatkan dibandingkan produk negara-negara lain. Hal tersebut karena varietas teh di Indonesia hampir seluruhnya adalah assamica sedangkan China dan Jepang adalah sinensis. Kadar katekin pada varietas assamica lebih tinggi daripada sinensis. Katekin adalah senyawa kimia pada teh yang bermanfaat untuk kesehatan karena merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk menetralkan radikal bebas dalam tubuh. Kadar katekin teh


(28)

Indonesia lebih baik dari negara lain. Teh hitam Indonesia misalnya, memiliki kadar katekin 8,24 persen berat kering, teh hijau ekspor 11,6 persen, dan teh wangi 9,28 persen. Sementara, teh sencha Jepang 5,06 persen, teh oolong dan teh wangi China masing-masing 6,73 dan 7,47 persen, serta teh hitam (Prabowo, 2008).

4. Sejarah Mutu

Menurut Setiadi (2006), mutu berkembang melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Inspeksi (1920)

Inspektor mengukur hasil produk berdasarkan spesifikasi. b.Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu merupakan pengendalian yang dilakukan selama proses produksi, bagian QC memiliki otonomi penuh terlepas dari proses produksi.

c. Pemastian Mutu (PM) / Quality Assurance (1980)

PM/QA untuk memastikan proses dan mutu produk melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan, analisis kinerja teknis, dan petunjuk operasi untuk peningkatan mutu. QA bekerjasama dengan bagian lain, bertanggungjawab penuh terhadap mutu kinerja masing-masing bagian.

d.Manajemen Mutu (Quality Management)

Untuk mengantisipasi persaingan, aspek mutu perlu selalu dievaluasi dan direncanakan (perbaikan/peningkatan) melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen mutu.

e. Manajemen Mutu Terpadu/ Total Quality Management (TQM)

Bukan hanya fungsi produksi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu. Tanggung jawab terhadap mutu tidak cukup dibebankan terhadap bagian tertentu saja, tetapi sudah menjadi tanggungjawab seluruh individu di perusahaan.

Total Quality Management (TQM) adalah sebuah program peningkatan kualitas yang telah diimplementasikan dalam dunia bisnis


(29)

secara global selama kurang lebih dua dekade. TQM pertama kali diimplementasikan pada beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat untuk bisa menanggulangi kesuksesan pesaing mereka dari Jepang dan Jerman. Perusahaan Jepang menggunakan metode yang diperkenalkan oleh W. Edward deming dan J.M. Juran dalam Perang Dunia II. Pada pertengahan 1970-an produk Jepang telah berhasil memiliki reputasi yang luar biasa dalam hal kualitas (Dhanakumar, 2001).

TQM sebenarnya merupakan budaya organisasional dan cara berpikir. TQM dibangun dengan berfokus pada kepuasan pelanggan; pada pengukuran yang akurat terhadap variable kritis dalam operasi bisnis; dalam kemajuan yang terus-menerus suatu produk, jasa, dan proses; dan dalam hubungan kerja yang berdasarkan kepercayaan dan kerja tim. Suatu penjelasan mengenai kualitas menyajikan 10 elemen penting untuk mengimplementasikan TQM, yaitu:

1) Mendefinisikan kualitas dan nilai pelanggan (customer value) 2) Mengembangkan orientasi pada pelanggan

3) Berfokus pada proses bisnis perusahaan

4) Mengembangkan hubungan kerja sama dengan pelanggan dan pemasok

5) Mengambil pendekatan pencegahan

6) Mengadopsi perilaku yang bebas kesalahan 7) Melihat pada fakta

8) Mendukung setiap manajer dan karyawan agar berprestasi

9) Menciptakan suatu atmosfer untuk menciptakan keterlibatan total 10) Bekerja keras untuk bisa melakukan perbaikan terus menerus. 5. Gugus Kendali Mutu (GKM)

Dalam mencegah terjadinya kesalahan produksi maka perusahaan membentuk team yang dinamakan teamQuality Control atau biasa disebut Gugus Kendali Mutu (GKM). Tim GKM pada perusahaan ini terdiri dari beberapa perwakilan dari departemen-departemen yang berbeda, dan tim GKM ini bersifat sukarela untuk melakukan kegiatan pengendalian dan


(30)

perbaikan secara berkesinambungan. Untuk mengantisipasi ataupun memecahkan persoalan maka gugus kendali mutu mempunyai siklus yang disebut siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action). Kendali mutu terpadu adalah suatu system yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan upaya perbaikan mutu berbagai kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran, kerekayasaan, produksi dan jasa dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis agar pelanggan mendapat kepuasan penuh (Feigenbaum, 1992).

GKM adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dar 3 – 8 orang dari unit kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah. GKM merupakan bagian integral dari Pengendalian Mutu Terpadu dalam suatu organisasi.

Tujuan GKM ini adalah untuk mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan / instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas. Objek perbaikan (tema) GKM sangat luas meliputi bahan, proses, produk, lingkungan dan lain-lain (Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian, 2006).

a. Pengendalian Mutu

Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu, GKM memutar roda Deming (PDCA) dan melakukan 8 langkah dan 7 alat secara berkesinambungan yaitu :

1) Delapan Langkah

Delapan Langkah yang digunakan meliputi :

P berarti “Planning” (perencanaan) meliputi 4 langkah yaitu : L1 : Menentukan pokok masalah

L2 : Membahas penyebab L3 : Menguji Penyebab


(31)

D berarti “Do” (pelaksanaan) meliputi 1 langkah yaitu : L5 : Pelaksanaan penanggulangan

C berarti “Check” (meneliti hasil) meliputi 1 langkah yaitu : L6 : Meneliti hasil

A berarti “Action” (tindakan) meliputi 2 langkah yaitu : L7 : Standarisasi

L8 : Langkah berikutnya 2) Tujuh Alat

Fungsi dari tujuh alat bantu adalah mencari akar permasalahan. Tujuh alat bantu itu adalah stratifikasi, lembar periksa, histogram, peta kendali, diagram pareto, diagram pencar, diagram sebab akibat.

a) Stratifikasi

Stratifikasi adalah perangkat untuk pemilahan masalah. Proses penyusunannya adalah dengan menetapkan tujuan analisis, menetapkan jenis data yang dibutuhkan, menetapkan klasifikasi data, menyusun tabel rancangan pengumpulan data, dan mengisi hasil rancangan dengan check sheet. Stratifikasi dipakai untuk menentukanpenyebab khusus. Misal untuk membuat analisa terhadap 2 mesin yang berbeda yaitu A & B.

b) Lembar periksa (check sheet)

Check Sheet adalah suatu format formulir untuk mengumpulkan data secara sistematis yang menggambarkan frekuensi berbagai efek. Check sheet merupakan alat pengumpulan/penyajian data sederhana, proses penyusunan dengan rancang pemilahan, pencatatan data yang sesuai dan ditabulasikan. Tujuan dari lembar periksa adalah untuk menjamin bahwa data dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan penelitian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan


(32)

tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara tepat dan mudah.

c) Histogram

Histogram adalah bentuk dari grafik kolom yang memperlihatkan distribusi yang diperoleh bila mana data dalam bentuk angka telah terkumpul. Meskipun suatu histogram dibuat berdasarkan contoh data, namun tujuannya adalah untuk memberikan saran mengenai kemungkinan distribusi keseluruhan data (populasi) yang contoh datanya

diambil. Dalam Histogram, nilai dari peubah

berkesinambungan digambarkan pada sumbu horizontal yang dibagi dalam kelas atau sel yang mempunyai ukuran sama. Biasanya ada satu kolom untuk tiap kelas dan tingginya kolom menggambarkan jumlah terjadinya nilai data dalam jarak yang digambarkan oleh kelas. Histogram ini dipakai untuk menentukan masalah dengan melihat bentuk dan sifat dispersi dan nilai rata-rata.

d) Peta Kendali (Control Chart)

Peta kendali adalah peta yang menunjukkan batas-batas yang dihasilkan oleh suatu proses dengan tingkat kepercayaan tententu. Peta Kendali untuk menunjukkan batasan kualitas dalam proses produksi, dan sangat bermanfaat untuk deteksi situasi abnormal di luar standar yang ditentukan dalam proses manufaktur.

e) Diagram Pareto

Diagram pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto (1848-1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambaran yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Diagram Pareto membantu memfokuskan pada sejumlah masalah atau efek yang sedikit tetapi dengan dampak terbesar


(33)

(memakai skala prioritas). Digunakan utk menemukan masalah utama kecacatan dan penyebab utama kecacatan dengan cara mengklasifikasikan masalah mutu ke dalam sebab penting yang sedikit dan sebab tidak penting yang banyak. Dalam banyak hal, kebanyakan rusak dan biaya yang timbul didapat dari sejumlah kecil dari sebab (Purba, 2008). f) Diagram Pencar (Scatter Diagram)

Diagram Pencar atau Satter Diagram adalah perangkat untuk pembuktian dugaan sebab akibat. Proses penyusunannya adalah dengan menggunakan diagram sebab akibat, data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x,y). Dari titik-titik tersebut dapat diketahui hubungan antara variabel x dan variabel y, apakah terjadi huungan positif atau negative.

g) Diagram Sebab – Akibat (Fishbone Diagram)

Diagram sebab-akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram atau fishbone diagram) adalah sebuah teknik grafis yang digunakan untuk mengurutkan dan menghubungkan interaksi antara faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu proses.

Diagram ini berguna untuk menganalisia dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh atau efek secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Efek ini bisa bernilai "baik" dan bisa bernilai "buruk". Jadi dengan diketahui sebab dari efek yang terjadi, diharapkan hasil dari proses produksi bisa diperbaiki dengan mengubah faktor terkontrol dari suatu proses. Diagram ini juga berguna untuk mengidentifikasi akar penyebab potensi darisuatu masalah. Diagram sebab akibat memfokuskan pada


(34)

penekanan masalah atau gejala yang merapakan akar penyebab masalah. Diagram sebab akibat juga menampilkan penyebab-penyebab masalah dengan cara menghubungkan penyebab-penyebab menjadi satu.

b. Fishbone Analysis

Analisa tulang ikan dipakai untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya (Imamoto et al., 2008).

Manfaat analisa tulang ikan yaitu :

1. Memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan.

2. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi biaya

3. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa, dan keluhan pelanggan.

4. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.

5. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.

Langkah-Langkah dalam analisis fishbone adalah: a. Menyiapkan sesi sebab-akibat

b. Mengidentifikasi akibat

c. Mengidentifikasi berbagai kategori.

d. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. e. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama


(35)

Faktor-faktor dalam fishbone antara lain adalah: a. Faktor Manusia

Tenaga kerja (man power) adalah besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikutsertakan dalam proses ekonomi (Purba, 2008).

Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan karyawan perusahaan. Berbagai factor yang perlu diperhatikan antara lain adalah: langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan system imbalan (Umar, 2002).

Kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh factor-faktor eksternal, antara lain berupa perkembangan pendidikan, jumlah penawaran tenaga kerja, perkembangan social, perburuhan, adat, agama, budaya, dan system nilai masyarakat lainnya. Sedangkan faktor-faktor internal SDM akan dipengaruhi oleh manajemen SDM itu sendiri, yang terdiri ats tiga fungsi utama. Pertama, yaitu fungsi manajerial yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian SDM. Fungsi kedua, yaitu fungsi operasional yang terdiri atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja. Terakhir, fungsi ketiga, yaitu kedudukan SDM dalam rangka pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu (Umar, 2002). b. Metode Kerja

Metode kerja adalah aplikasi yang efektif dari usaha-usaha ilmu pengetahuan dalam mewujudkan kebutuhan operasional menjadi suatu system konfigurasi tertentu melalui proses yang saling berkaitan berupa definisi keperluan analisis fungsional, sintesis, optimasi, desain, tes, dan evaluasi (Soeharto, 1999).

Suatu metode dan konsep adalah suatu teknik dan prosedur yang menggambarkan petunjuk pelaksanaan di lapangan walaupun banyak


(36)

terjadi bahwa konsep dan metode banyak pelaksanaannya jauh menyimpang dari harapan (Soeharto, 1999).

c. Material

Suatu pabrik memerlukan bahan baku atau material agar produksi di pabrik atau industri dapat terus berkesinambungan, disamping itu juga pabrik amat berkepentingan untuk menjaga agar suplai bahan baku dapat berkesinambungan, dengan harga yang layak dan biaya yang rendah. Oleh karena itu, seringkali pertimbangan salah satu industry untuk memilih dekat dengan lokasi bahan baku sehingga memperpendek transportasi dan juga memperkecil biaya. Penyediaan bahan atau material harus tersedia cukup baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jangka waktu yang ditentukan demi kesinambungan produksi (Soeharto, 1999).

d. Mesin

Melakukan proses produksi berarti memilih proses menghasilkan produk atau pelayanan, menyangkut macam teknologi dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Setiap keputusan yang dipilih, maka keputusan itu akan menentukan macam peralatan, denah, fasilitas penunjang lainnya. Hal ini juga terkait dengan alat penampung sebagai alat pengendalian dan juga penyimpanan, tempat penampungan yang menampung bahan padat harus ada jarak yang cukup untuk mendapatkan keseimbangan antara keamanan dan faktor ekonomi (Soeharto, 1999).

e. Lingkungan

Masalah lingkungan hidup pada saat ini semakin mendapat perhatian. Implementasi fisik proyek, dan operasi instalasi nantinya sering membawa perubahan yang dapat berakibat pada kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lokasi hendaknya didahului dengan kegiatan penelitian dan perencanaan sebaik-baiknya agar implementasi fisik proyek berikut periode operasinya berpegang pada pengertian pembangunan berwawasan lingkungan, dalam arti bahwa


(37)

pemanfaatan sumber daya alam dilakukan dengan kemampuan daya dukung alam sekitar. Dengan demikian, kelestarian lingkungan hidup dalam masa-masa mendatang tetap terjaga (Soeharto, 1999).

Langkah-Langkah Penerapan Dalam Fishbone Analysis: Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan

Analisa Tulang Ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit. Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa. menyiapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.

Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah

Akibat atau masalah yang akan ditangani ditulis pada kotak sebelah paling kanan diagram tulang ikan.

Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama

Dari garis horizontal utama, terdapat garis diagonal yang menjadi cabang. Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang ditulis. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa diringkas seperti : Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Mesin, Materi, Pengukuran Metode, Mesin, Material, Manusia (4M), Tempat (Place), Prosedur (Procedure), Manusia (People), Kebijakan (Policy) - (4P), Lingkungan (Surrounding), Pemasok (Supplier), Sistem (System), Keterampilan (Skill). Kategori tersebut hanya sebagai saran, bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan.

Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan menggunakan curah pendapat. Saat sebab-sebab dikemukakan, menentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam diagram tulang ikan. Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal


(38)

sehingga banyak tulang kecil keluar dari garis horizontal utama. Suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama.

Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

Setelah mengisi setiap kategori, kemudian mencari sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab - sebab inilah yang merupakan petunjuk sebab yang tampaknya paling mungkin, kemudian melingkari sebab yang tampaknya paling memungkin pada diagram. Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin. Mengkaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan(sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan menanyakan, ‘mengapa ini sebabnya’. Pertanyaan "mengapa" akan membantu sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi.

sebab akibat

(Rahardi, 2008). 6. Manajemen Mutu

Menurut Feigenbaum (1992), manajemen mutu diartikan dengan semua aktivitas dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu, tujuan dan tanggung jawab perusahaan, serta melaksanakannya dengan cara seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu, dan peningkatan mutu di dalam sistem mutu.

Mutu produk dan jasa dapat didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang

manusia material Metode kerja

lingkungan peralatan pengukuran


(39)

digunakan dapat memenuhi harapan-harapan pelanggan. Sedangkan kendali mutu terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan mutu, pemeliharaan mutu, dan upaya perbaikan mutu berbagai kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran, kerekayasaan, produksi, dan jasa dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis agar pelanggan mendapat kepuasan penuh.

Adapun dampak diterapkannya kendali mutu terpadu pada seluruh organisasi menyertakan implementasi manajerial dan teknis dari aktivitas-aktivitas mutu yang berorientasi kepada pelanggan sebagai suatu tanggung jawab utama manajemen umum dan pelaksanaan garis-pokok pemasaran, rekayasa, produksi, hubungan industrial, keuangan, dan pelayanan serta fungsi kendali mutu itu sendiri.

Suatu kemampuan kendali mutu terpadu yang bagus adalah salah satu kekuatan kerekayasaan dan manajerial utama bagi sebuah perusahaan masa kini, yang menyediakan sebuah sendi utama bagi kelangsungan hidup ekonomi. Pelembagaan kendali mutu terpadu sangat penting dalam memperluas dan memperdalam pekerjaan dan konsep kendali mutu dalam sebuah perusahaan modern. Kendali mutu terpadu juga memungkinkan suatu manajemen mutu terpadu yang mencakup seluruh ruang lingkup daur kehidupan produk dan pelayanan kepada pelanggan.

Pada dasarnya ada empat langkah dalam keseluruhan kendali mutu, yaitu:

a. Menetapkan standar b. Menilai kesesuaian

c. Mengambil tindakan korektif d. Merencanakan perbaikan

Melalui manajemen mutu, suatu perusahaan atau organisasi diharapkan dapat melakukan :

a. Perbaikan dalam mutu produk b. Perbaikan dalam rancangan produk c. Perbaikan dalam arus produksi


(40)

d. Perbaikan dalam moral karyawan dan kesadaran akan mutu e. Perbaikan dalam pelayanan produk

f. Perbaikan dalam penerimaan pasar g. Penurunan dalam biaya operasi

h. Penurunan dalam kerugian operasional. i. Penurunan dalam biaya pelayanan lapangan j. Penurunan dalam masalah liabilitas


(41)

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Teh sebagai komoditas andalan masih memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Peranan ekspor teh terhadap ekspor hasil pertanian masih rendah sementara peningkatan ekspor non migas merupakan alat penting dalam pengembanganperekonomian di Indonesia.

Peranan ekspor teh Indonesia diharapkan dapat terus dikembangkan dengan meningkatkan mutu sehingga memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam persaingan. Pasar global juga memberikan peluang yang besar bagi produsen dan pengolah teh. Pasar global juga memberikan peluang yang besar bagi produsen dan pengolah teh. Salah satunya adalah PT Rumpun Sari Kemuning yang merupakan unit usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan teh. Dengan tujuan utama pemasaran untuk ekspor, pengelolaan mutu menjadi hal yang sangat penting dalam menghadapi persaingan global, sehingga mengetahui dan mengatasi permasalahan dalam mengelola mutu atau sistem mutu menjadi salah satu prioritas hal yang harus dilakukan.

Penelitan ini dimulai dengan melakukan analisis terhadap akibat atau masalah utama yang dihadapi PT Rumpun Sari Kemuning. Masalah utama ini yang nantinya akan dianalisis dan ditelusuri. Berdasarkan hasil analisis fishbone maka dapat diketahui sebab-sebab yang mempengaruhi timbulnya suatu masalah tersebut. Setelah sebab-sebab dapat diketahui dan dianalisis, maka barulah dapat dicari alternatif pemecahan masalah.

Penelitian yang dilakukan pada kualitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning ini dilakukan dengan menggunakan fishbone analysis, untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kualitas produksi teh masih belum memenuhi standar yang ditetapkan. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut, maka dapat dirumuskan suatu alternatif pemecahan yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan PT Rumpun Sari Kemuning.

1. Analisis faktor penyebab

Kualitas teh yang dihasilkan pada PT Rumpun Sari Kemuning dipengaruhi oleh berbagai factor mulai dari proses pemetikan pucuk


(42)

teh, proses pengangkutan ke bagian pengolahan, sampai pada saat pengolahannya. Fishbone analysis digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan kualitas produksi teh di PT Rumpun Sari Kemuning. Adapun faktor-faktor penyebab yang dianalisis dalam penelitian ini ada 4, yaitu:

a. Manusia (man) b. Metode (method) c. Bahan baku (material) d. Lingkungan (environment).

2. Identifikasi faktor yang menjadi penyebab utama

Berdasarkan identifikasi faktor-faktor penyebab di atas, maka dapat diidentifikasi lebih lanjut mengenai faktor yang menjadi penyebab utama timbulnya permasalahan menurunnya kualitas produksi teh di PT Rumpun Sari Kemuning.

3. Perumusan strategi pemecahan

Berdasarkan hasil analisis tentang factor-faktor penyebab permasalahan terhadap kualitas produksi teh, maka diambil beberapa alternatif strategi pemecahan masalah. Berdasrakan beberapa aternatif strategi pemecahan masalah tersebut dipilih dan ditetapkan strategi pemecahan masalah yang tepat untuk diterapkan pada upaya peningkatan kualitas produksi teh pada PT Rumpun Sari Kemuning.


(43)

Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir dalam Penelitian

D. Definisi Operasional

1. Kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik teh dari pemasaran, rekayasa, pemrosesan, dan pemeliharaan yang membuat teh yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan.

2. Gugus kendali mutu adalah suatu unit yang terdapat pada perusahaan yang bertugas untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu yang berupa analisis kualitas produk teh kering dan proses pemecahan masalah.

3. Sistem mutu merupakan sesuatu yang disetujui bersama oleh seluruh unit PT Rumpun Sari Kemuning, mulai dari struktur kerja operasi keseluruhan perusahaan, terdokumentasi dalam prosedur-prosedur manajerial dan teknik terpadu yang efektif untuk menjamin kepuasan pelanggan.

PT Rumpun Sari Kemuning

Fishbone Analysis

Gugus Kendali Mutu

Analisis faktor penyebab

1. Man 4. Machine

2. Material 5. Environment 3. Method

Identifikasi faktor yang menjadi penyebab utama

Perumusan strategi pemecahan Tanaman Teh


(44)

4. Fishbone analysis adalah satu alat dalam menganalisis mutu dengan tujuan untuk mengetahui secara menyeluruh hubungan antara kecacatan dengan penyebabnya.

5. Perumusan strategi pemecahan adalah suatu proses mencari beberapa alternatif strategi pemecahan masalah untuk kemudian dipilih dan ditetapkan strategi pemecahan masalah yang paling tepat untuk diterapkan pada perusahaan PT Rumpun Sari Kemuning.

6. Manusia adalah man power atau sumber daya yang berasal dari manusia yang digunakan dalam proses produksi teh.

7. Metode adalah prosedur kerja di mana setiap orang harus melakukan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing.

8. Material adalah semua bahan mentah atau bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, dalam hal ini materialnya adalah pucuk teh. 9. Mesin adalah semua alat yang digunakan dalam proses pengolahan teh

di PT Rumpun Sari Kemuning

10. Lingkungan adalah faktor-faktor yang berada di sekitar usaha perusahaan yang mendukung maupun menghambat kerja suatu usaha produksi teh.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini terbatas pada unit produksi teh yang berada pada PT Rumpun Sari Kemuning.

2. Permasalahan pada PT Rumpun Sari Kemuning yang diteliti adalah mengenai kualitas produksi teh yang disesuaikan dengan standar SOP (Standar Operasional Produk) dan harapan konsumen.

3. Kualitas produksi teh yang diteliti di PT Rumpun Sari Kemuning adalah dari proses pemetikan pucuk daun teh sampai proses pengolahannya.

4. Gugus Kendali Mutu yang diterapkan dalam penelitian ini terdiri dari

plan, do, check, dan action.

5. Alat analisis dalam penelitian ini terdiri dari stratifikasi, check sheet, fishbone analysis, dan diagram pareto.


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah-masalah-masalah yang aktual, data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis sehingga metode ini sering juga disebut dengan metode analitik (Surakhmad, 1994).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian dan Penyelesaian Masalah 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Surakhmad, 1994).

Penelitian ini dilakukan di PT Rumpun Sari Kemuning yang terletak di Kabupaten Karanganyar, karena berdasarkan informasi dari pemilik perusahaan mengenai Gugus Kendali Mutu yang terdapat di perusahaan belum berhasil menjaga dan meningkatkan kualitas teh secara tetap dan kontinue.

2. Metode Penyelesaian Masalah

Metode penyelesaian masalah dilakukan dengan wawancara secara mendalam (Indepth interview) dengan menggunakan bantuan pedoman wawancara yang mengacu pada permasalahan yang ditemukan. Permasalahan dapat diketahui dari data analisis kualitas teh kering yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan setiap kali proses produksi. Wawancara akan dilakukan dengan responden, dimana responden dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti berdasarkan pedoman wawancara. Adapun penentuan responden dilakukan secara

purposive. Responden berasal dari pihak perusahaan sendiri, hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa pihak-pihak tersebut yang lebih


(46)

mengetahui secara mendalam bagaimana kondisi maupun permasalahan terkait dengan kualitas produksi teh yang terdapat di PT Rumpun Sari Kemuning.

Sistem pengendalian mutu dipelajari melalui standar kerja dan standar produk yang dimiliki oleh perusahaan, serta Laporan Manajemen

Bulanan Umum. Penentuan permasalahan dilakukan dengan

mengumpulkan data sekunder, observasi dan wawancara mendalam di PT Rumpun Sari Kemuning.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh peneliti (Surakhmad, 1994). Pada penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penentuan kualitas produk. Sumber data primer adalah pemimpin perusahaan, karyawan tiap divisi, serta pekerja atau pemetik pucuk daun teh.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari literatur PT Rumpun Sari Kemuning atau lembaga-lembaga lain yang terkait dengan penelitian ini untuk menentukan masalah pada PT Rumpun Sari Kemuning.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapat gambaran yang jelas mengenai obyek yang diteliti.

2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2004). Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data primer


(47)

melalui wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada literatur PT Rumpun Sari Kemuning di Kabupaten Karanganyar, instansi pemerintah atau lembaga-lembaga lain yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan empat alat, yaitu check sheet, stratifikasi, pareto chart, dan fishbone chart.

1. Check sheet dan stratifikasi digunakan untuk menentukan permasalahan yang dihadapi

2. Fishbone analysis digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar

3. Pareto chart digunakan untuk mengidentifikasi faktor apa yang paling dominan pengaruhnya terhadap kualitas teh di PT Rumpun Sari Kemuning Kabupaten Karanganyar

Matriks 5 W – 1 H (What, Who, Why, Where, When – How) digunakan untuk merumuskan pemecahan apa yang tepat untuk diterapkan PT Rumpun Sari Kemuning di Kabupaten Karanganyar untuk meningkatkan kualitas teh-nya.

Langkah-langkah analisis data :

1. Menentukan tema dan pokok permasalahan

Kualitas petik teh dan produk jadi teh yang kurang dari standar merupakan pokok permasalahan di PT Rumpun Sari Kemuning yang akan diteliti. Data yang dibutuhkan adalah data produksi teh dan data analisa kualitas the kering di PT Rumpun Sari Kemuning selama bulan Maret tahun 2009.


(48)

2. Menganalisis sebab – akibat berdasarkan data dengan menggunakan

fishbone analysis

Langkah-langkah dalam membuat fishbone chart :

a. Menggambarkan garis horizontal dengan tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya yang berisi masalah yang diteliti

Gambar 3. Analisis Masalah Dengan Fishbone

b. Menuliskan penyebab utama dalam kotak yang dihubungkan ke arah garis panah utama

Gambar 4. Analisis Penyebab Utama dengan Fishbone Analysis c. Menuliskan penyebab kecil di sekitar penyebab utama dan

menghubungkannya dengan penyebab utama d.

Gambar 5. Analisis Penyebab Kecil dengan Fishbone Chart

Man Method

Material Environment

Masalah

Man Method e

Masalah

Material Environment

Masalah

Machine


(49)

Tabel 3. Tabel Permasalahan Sebab- Akibat

Faktor yang diamati Masalah yang terjadi

Man Method Material Machine Environment

3. Menentukan sebab-sebab potensial dari permasalahan dan menentukan penyebab yang paling dominan dari permasalahan yang terjadi

4. Menentukan rencana penanggulangan untuk memecahkan

permasalahan yang ada

Tabel 4. Rencana Penanggulangan

Faktor yang

diamati

Masalah yang terjadi Rencana penangulangan

Man Methode Material Machine Environment


(50)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya PT Rumpun Sari Kemuning

Perusahaan teh PT Rumpun Sari Kemuning sudah berdiri sejak masa penjajahan Belanda, dan semula perusahaan ini milik bangsa Belanda dengan nama NV. Cultur Mascave Kemuning dengan alamat Nederland. Berdasarkan Undang-Undang Agraria (Agraris Che Wet) tahun 1870 yang mengatur Hak Guna Usaha (HGU), maka pada tanggal 11 April 1925 pemerintahan Belanda memberikan Hak Guna Usaha dengan jangka waktu 50 tahun kepada kakak beradik warga negara Belanda yang bernama Johan dan Vanmender Vooer yang berkedudukan di Den Haag Belanda. Lahan Hak Guna Usaha (HGU) tersebut terletak di Kecamatan Ngargoyoso seluas 812.172 Ha, dan di Kecamatan Jenawi seluas 238.828 Ha, sehingga saat itu luas total areal adalah 1.051.000 Ha yang ditanami dengan tanaman kopi dan teh.

Perusahaan ini diberi nama NV Cultur Maatschappij Kemuning yang pengelolaannya diserahkan kepada Firma Watering and Labour yang berkedudukan di Bandung. Pada tahun 1942, dengan menyerahkan pemerintahan Belanda kepada pemerintahan Jepang, maka perkebunan diambil alih oleh pemerintahan Jepang sampai tahun 1945. Pada masa Jepang tersebut tidak ada kegiatan komersial, lahan hanya ditanami palawija dan tanaman jarak.

Pada tanggal 19 Mei 1950 sampai tanggal 30 Desember 1952 dengan adanya perjanjian Meja Bundar, perkebunan Kemuning diserahkan kepada NV. Cultur Maatschappij Kemuning. Pada tanggal 1 Januari 1953 berdasar UU No. 3/1952/RI, tentang Hak Guna Usaha (HGU), Kemuning lepas dari NV. Cultur Maatschappij Kemuning, dan para karyawan secara intern membentuk koperasi yaitu bernama Koperasi Perusahaan Perkebunan Kemuning (KPKK). Pada tahun 1965, koperasi ini dibubarkan karena pengurusnya banyak terlibat dalam G 30 S/PKI, dan lahan yang semula seluas 1500 Ha tinggal 516,868 Ha, serta tanaman yang tersisa tinggal tanaman teh.


(1)

Winarko, A. P. 2006. Aplikasi Gugus Kendali Mutu dalam Menghindari Komplain Pelanggan Terhadap Kualitas Susu Sapi Perah. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang


(2)

Analisis Kualitas Teh Kering Bulan Maret 2009 di PT Rumpun Sari Kemuning (Check sheet)

Jumlah % Tanggal

Peko Jikeng Tulang Bubuk

Kadar air %

01 Maret 2009 43 39 15 3 3,9

02 Maret 2009 42 40 15 3 3,8

03 Maret 2009 43 39 15 3 3,9

04 Maret 2009 44 38 15 3 4,1

05 Maret 2009 43 39 15 3 3,8

06 Maret 2009 43 39 15 3 3,9

07 Maret 2009 42 40 15 3 3,9

08 Maret 2009 - - - - -

09 Maret 2009 - - - - -

10 Maret 2009 43 39 15 3 4,1

11 Maret 2009 43 39 15 3 4,1

12 Maret 2009 43 38 15 4 3,8

13 Maret 2009 43 38 15 4 4,1

14 Maret 2009 43 38 15 4 3,7

15 Maret 2009 43 39 15 3 3,8

16 Maret 2009 43 39 15 3 3,7

17 Maret 2009 43 39 15 3 3,7

18 Maret 2009 43 39 15 3 3,6

19 Maret 2009 43 39 15 3 3,7

20 Maret 2009 42 40 15 3 3,7

21 Maret 2009 42 40 15 3 3,7

22 Maret 2009 43 40 15 3 3,7

23 Maret 2009 43 39 15 3 3,9

24 Maret 2009 42 38 15 4 3,8

25 Maret 2009 43 40 15 3 3,8

26 Maret 2009 43 40 15 2 3,7

27 Maret 2009 43 39 15 3 4,1

28 Maret 2009 43 39 15 3 3,9

29 Maret 2009 43 39 15 3 3,7

30 Maret 2009 44 38 15 3 3,7

31 Maret 2009 43 39 15 3 3,6

Jumlah 1244 1132 435 93 107,2

Rata-rata 43 39 15 3 3,8

Rincian Penilaian Teh Hijau PT Rumpun Sari Kemuning


(3)

1. Kenampakan teh hijau kering

a. Warna Hijau kehitaman Hitam kehijauan

Hijau kekuningan

Kehitaman Kuning kecoklatan b. Bentuk Tergulung

sempurna

Tergulung/te rpilin

Kurang tergulung

Tidak terpilin/ lembaran

Bubuk, batang serat

c. Bau Normal Normal Normal Kurang normal Tidak normal/ bau

asing d. Tekstur Padat Padat/tidak

rapuh

Kurang padat Tidak padat Tidak padat/ rapuh e. Keseraga

man ukuran

Sangat seragam Seragam Cukup seragam

Kurang seragam Tidak seragam

f. Benda asing

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2 a. Warna air

seduhan

(Nilai: 5)

air seduhan berwarna hijau kekuningan dan sangat cerah

(Nilai: 4) air seduhan berwarna kuning kehijauan dan cerah

(Nilai: 3) air seduhan dan warna kuning kemerahan dan sedikit cerah

(Nilai: 2) air seduhan warna merah

kekuningan dan tidak cerah b. Rasa air

seduhan

(Nilai: 41, 43, 45, 47, 49) rasa enak sampai sangat enak

(Nilai: 31, 33, 35, 37, 39)

Rasa sedang sampai enak

(Nilai: 21, 23, 25, 27, 29)

Rasa tidak enak sampai kurang enak

3. Kemampuan ampas seduhan

a = ampas seduhan warna kehijauan dan sangat mengkilat

b = ampas seduhan warna kehijauan dan mengkilat

c = ampas seduhan warna hijau kecoklatan dan seduhan mengkilat

d = ampas seduhan warna kecoklatan dan suram

DAFTAR PERTANYAAN (PEDOMAN WAWANCARA) 1. Nama responden :

2. Pendidikan terakhir :

3. Posisi/jabatan dalam pekerjaan : 4. Lama bekerja/ menjabat :


(4)

5. Apakah jenis teh yang dihasilkan oleh PT RSK :

6. Berapa kali proses produksi yang dilakukan PT RSK dalam sehari :

7. Bagaimana proses kerja dari mulai produksi sampai penyimpanan teh kering di PT RSK :

8. Bagaimana standar mutu peko yang diterapkan di PT Rumpun Sari Kemuning:

9. Kriteria apa saja yang mempengaruhi standar mutu peko di PT RSK : 10.Dari segi man (tenaga kerja), masalah apakah yang paling sering ditemui

terkait dengan proses produksi teh di PT RSK :

11.Bagaimana kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan oleh PT RSK :

12.Apabila terdapat masalah atau kekurangan dari man, bagaimana cara mengatasi atau menindaklanjuti :

13.Dari segi material (bahan baku), masalah apakah yang paling sering ditemui terkait dengan proses produksi teh di PT RSK :

14.Bagaimana kriteria bahan baku yang dikehendaki oleh PT RSK :

15.Apabila terdapat material di luar criteria, bagaimana langkah yang dilakukan oleh perusahaan :

16.Dari segi method (cara kerja), masalah apakah yang paling sering ditemui terkait dengan proses produksi teh di PT RSK :

17.Bagaimana standar prosedur kerja di PT RSK :

18.Apabila terdapat masalah dari sisi method, bagaimana upaya dari perusahaan untuk mengatasinya :

19.Dari segi environment (lingkungan) baik lingkungan dalam perusahaan maupun luar serta lingkungan tumbuh tanaman teh, masalah apakah yang paling sering ditemui terkait dengan proses produksi teh di PT RSK : 20.Bagaimana standar lingkungan yang diharapkan untuk tumbuhnya

tanaman teh secara optimal :

21.Bagaimana cara perusahaan untuk mempertahanakan atau memanipulasi lingkungan agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman teh :


(5)

Man Material Kurang hati-hati dalam Bahan baku rusak dan tua/kasar pemberian suhu pengeringan

Usia pekerja tidak produktif Tanaman banyak yang tidak produktif

. Pengetahuan tenga kerja kurang

Tidak ada kontrak kerja antara Mandor dengan pemetik

Kurangnya kedisiplinan pekerja kurangnya pengawasan mandor

kebun Kondisi tanah yang tidak

stabil

Suhu pengeringan dan

Pelayuan tidak stabil Mesin yang terlalu tua Cuaca dan suhu unpredictable

System kerja tidak terspesialisaasi Kondisi mesin yang kotor

Penjualan berdasarkan order Keterse

dan saluran panjang

Methode Machine Environment

Environment

Gambar 9. Fishbone Chart Dalam Meningkatkan Kualitas Produk Teh di PT Rumpun Sari Kemuning, Kabupaten Karanganyar


(6)

Gambar 6. Bagan Organisasi PT Rumpun Sari Kemuning ADMINISTRATUR

KTU

Ka. Keamanan Ka. Afd. OA Ka. Afd. OB Mnd. I PHT

Kerani Tanaman

Kerani I P/U

Kerani P/U

Ops. SSB/Komp

Kerani I Keuangan

Kerani KTU

Kerani I Gd. Mat

Kerani I Gd. Prod

Kerani Gd.

Kerani

Mandor I

Kerani Panen

Mandor Panen

Mandor Rawat

Kerani

Mandor I

Mandor Panen

Mandor Rawat

Kerani Panen