Morfologi Organ Reproduksi Musang Luak Jantan (Paradoxurus hermaphroditus)

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI
MUSANG LUAK JANTAN (Paradoxurus hermaphroditus)

SHANDY MAHA PUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRACT
SHANDY MAHA PUTRA. Morphology of Reproductive Organ of Male Asian
Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus). Under direction of SAVITRI
NOVELINA and HERU SETIJANTO.
This research was aimed to study the morphological anatomy of the
reproductive organs of male Asian Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus).
This research studied the reproductive organs of two male Asian Palm Civets at a
macroscopic and microscopic level. Macroscopic observation was done directly
to study the morphometry which included the length, diameter and weight of the
male reproductive organ. Microscopic observation was done using histochemical
method with Hematoxillin-Eosin and Masson’s Trichrome staining. The acquired

data were analyzed descriptively. Result of this research showed that the length,
diameter and weight of testis without scrotum were 2.14 cm, 1.55 cm and 2.85 g
respectively. The epididymis consist of caput, corpus and cauda epididymis. The
prostate gland observed macroscopically had a length, height and weight of 3.14
cm, 1.82 cm, and 4.21 g respectively. The penis was a musculo-cavernosus type
with a penis spine in the glans penis and was 7.77 cm in length. Prostate gland,
which was histologically observed around the urethra pelvina, had a mucous type.
Generally, the anatomy of the male Asian Palm Civet reproductive organ was
similar to that of other carnivores such as cat and dog.
Keywords: Asian Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus), Male Reproductive
Organ.

RINGKASAN
SHANDY MAHA PUTRA. Morfologi Organ Reproduksi Musang Luak Jantan
(Paradoxurus hermaphroditus). Dibimbing oleh SAVITRI NOVELINA dan
HERU SETIJANTO.
Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu jenis
mamalia liar yang diklasifikasikan ke dalam famili Viverridae dan genus
Paradoxurus. Musang luak dikenal juga dengan sebutan Toddy Cat atau Asian
Palm Civet merupakan anggota dari famili Viverridae asli Asia Selatan dan Asia

Tenggara. Musang jantan dan betina memiliki kelenjar anal yang terletak di
sekitar anus. Organ reproduksi pada mamalia jantan memiliki beberapa variasi
sesuai dengan karakteristik reproduksi dan jenis hewan. Variasi tersebut
mencakup variasi bentuk, lokasi, dan keberadaan/jumlah kelenjar asesorius dari
organ reproduksi jantan. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari morfologi baik
secara makroanatomi dan mikroanatomi organ reproduksi musang luak jantan
(Paradoxurus hermaphroditus), dan membandingkan dengan organ reproduksi
jantan ordo Carnivora seperti anjing dan kucing. Manfaat yang diharapkan dapat
digunakan sebagai data dasar tentang anatomi reproduksi musang luak jantan,
menambah data ilmiah satwa liar di Indonesia, dan memberikan informasi
tambahan bagi peternak musang luak dan produsen kopi luak.
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah dua ekor musang luak
jantan dewasa dan memiliki bobot badan sekitar 2-3 kg. Musang dianastesi
dengan preparat xylazine 2% dengan dosis 2 mg/kg bobot badan dan ketamin 10%
dengan dosis 10 mg/kg bobot badan. Eksanguinasi dilakukan dengan
mengeluarkan darah dari arteri carotis communis. Kemudian dilakukan
laparotomi medianus di daerah inguinal untuk mendapatkan organ reproduksi
musang luak jantan. Organ reproduksi difiksasi dengan larutan paraformaldehid
4% selama 3 x 24 jam dan kemudian dipindahkan ke dalam larutan alkohol 70%
sebagai stopping point. Proses selanjutnya dilakukan pengamatan makroanatomi

dan mikroanatomi untuk mempelajari morfologi organ reproduksi jantan musang
luak. Pewarnaan yang digunakan diantaranya Hematoksilin Eosin untuk
pengamatan morfologi umum dari organ reproduksi jantan dan Masson’s
Trichrome untuk melihat keberadaan jaringan ikat pada organ reproduksi jantan.
Anatomi organ reproduksi musang luak jantan terdiri dari testis, ductus
epididymis (caput, corpus, dan cauda), ductus deferens, dan penis. Kelenjar
asesorius yang ditemukan pada musang luak hanya kelenjar prostat (glandula
prostata. Posisi scrotum musang luak terletak di caudal dari paha atau caudoventral dari arcus ischiadicus.
Testis terdapat di dalam scrotum, berbentuk oval, terdapat sepasang yaitu
testis dexter dan testis sinister. Panjang testis adalah 2,14 + 0,09 cm dengan
diameter 1,55 + 0,03 cm, dan bobot 2,85 + 0,14 g. Saluran kelamin jantan terdiri
dari rete testis, ductus efferent, ductus epididymis, ductus deferens, dan urethra.
Secara makroanatomi hanya ductus epididymis dan ductus deferens yang terlihat,
sedangkan rete testis dan ductus efferent dapat diamati secara mikroanatomi.
Panjang ductus epididymis dan ductus deferens berturut-turut adalah 2,95 + 0,05
cm dan 11,03 + 0,08 cm.

Kelenjar asesorius pada musang luak hanya terdapat satu glandula
prostata. Kelenjar ini terletak di pangkal urethra atau diantara vesica urinaria dan
pelvis urethra. Glandula prostata berbentuk lobulasi, berukuran panjang 3,14 +

0,05 cm, tebal 1,82 + 0,07 cm dengan bobot 4,21 + 0,01 g.
Penis musang luak terdiri dari radix penis, corpus penis, dan glans penis.
Penis (bagian bebas) dibungkus oleh preputium. Pada bagian corpus penis
terdapat penjuluran seperti duri-duri yang disebut penis spine. Tipe penis musang
luak yaitu musculo-cavernosus karena memiliki corpus cavernosum yang
berkembang dengan baik (terlihat secara mikroanatomi) dan tidak memiliki
flexura sigmoidea. Panjang penis tanpa preputium pada musang luak 7,03 + 0,06
cm.
Kata kunci: Paradoxurus hermaphroditus, testis, glandula prostata, penis.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Morfologi Organ
Reproduksi Musang Luak Jantan (Paradoxurus hermaphroditus) adalah karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.


Bogor, 19 September 2012
Shandy Maha Putra
B04080086

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI
MUSANG LUAK JANTAN (Paradoxurus hermaphroditus)

SHANDY MAHA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NRP

: Morfologi Organ Reproduksi Musang Luak Jantan
(Paradoxurus hermaphroditus)
: Shandy Maha Putra
: B04080086

Disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr.Drh. Savitri Novelina, M.Si, PAVet
NIP. 19701126 199512 2 001

Dr.Drh. Heru Setijanto, PAVet (K)
NIP. 19581016 198601 1 002

Mengesahkan,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Drh. H. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
NIP 19630810 198803 1 004

Tanggal Lulus :

PRAKATA

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul “Morfologi Organ Reproduksi Musang Luak Jantan
(Paradoxurus hermaphroditus)”. Penulisan skripsi merupakan tugas akhir dalam
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta (Papa, Mama, Novia, Farid, Suci, dan semua keluarga besar)
yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada hentinya. Gelar ini ku
persembahkan buatmu Papa, semoga Allah SWT selalu memberikan
ketenangan dan kelapangan di alam sana. 
2. Dr. Drh. Savitri Novelina, M.Si, PAVet dan Dr. Drh. Heru Setijanto,
PAVet(K) selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, dan pendampingan sejak persiapan penyusunan usulan penelitian,
pelaksanaan penelitian, seminar, sampai penulisan skripsi ini selesai. 
3. Drh. H. Abdulgani Amri Siregar, MS dan Dr. Drh. Anita Esfandiari, MSi atas
kerelaan waktunya menjadi dosen penguji dalam sidang, serta Drh. Koesdiantoro

Muhammad, MSi dan Siti Sa’diah, Apt SSi, MSi atas kerelaan waktunya menjadi
dosen penilai dan moderator dalam seminar skripsi penulis.

4. Dr. Drh. Muhammad Agil, MSc. Agr selaku dosen pembimbing akademik atas
semua bimbingan dan arahannya. 
5. Dr. Drh. Nurhidayat, PAVet, Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PAVet (K),
Dr. Drh. Chairun Nisa’, MSi, PAVet, Dr. Drh. Sri Wahyuni, MSi, PAVet,
Drh. Supratikno, MSi, PAVet, atas bimbingan dan bantuan dalam melakukan
penelitian serta staf Laboratorium Anatomi FKH IPB; mas Rudi, pak Kholid,
dan mas Bayu atas bantuan selama pelaksanaan penelitian. 
6. Teman-teman satu penelitian “Group Musang Luak” (Ratih, Fitri, Arini, Afdi)
dan Tim Anatomi (Yoha, Oki, Gaus, Hilda) atas kerjasama dan bantuannya
selama penelitian. 
7. Yunita Ardini, SKH atas dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan. 

8. Teman-teman Villa Perwira (Mahmud, Bryan, Eddy, Juliper, Qori, Ilham,
Angga, Anggi, Riki, Impep) atas semangat dan inspirasinya kawan baiyo jo
barundiang. 
9. Teman-teman IPMM (Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang) dan IKMS (Ikatan
Keluarga Mahasiswa Solok), lautan sati rantau batuah. 

10. Teman-teman Himpro Satwa Liar dan Basket FKH IPB atas semangat dan
motivasinya. 
11. Teman-teman Avenzoar Angkatan 45 Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor yang sama-sama berjuang menempuh pendidikan di FKH
IPB. 
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang
berkepentingan.

Bogor, 19 September 2012
Shandy Maha Putra

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 29 Mei 1990. Penulis adalah
anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Alizar (Alm.) dan
Ibu Tuti Asmariati, SE.
Penulis mengawali sekolah dasar pada tahun 1996 di Sekolah Dasar
Cendrawasih Padang, pada kelas 4 pindah ke Sekolah Dasar Negeri 22 Kajai
Solok dan diselesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Solok sampai tahun 2005.
Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas 1 Solok pada tahun
2005 dan lulus pada tahun 2008.
Tahun 2008 penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah menjadi Asisten praktikum Anatomi Veteriner I (2011), Anatomi
Veteriner II (2012), dan Anatomi Topografi (2011). Penulis aktif di Badan
Eksekutif Mahasiswa Kabinet Katalis (2009-2010), Himpunan Minat dan Profesi
Satwa Liar (SATLI) FKH IPB, Komunitas Seni dan Teatrikal (STERIL) FKH
IPB, Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (2009-2010) sebagai Ketua Divisi
Informasi dan Komunikasi, dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Solok (2010-2011)
sebagai Ketua Umum IKMS.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL .........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Klasifikasi ...........................................................
Distribusi .......................................................................................
Gambaran Umum ..........................................................................
Habitat ...........................................................................................
Pola Makan....................................................................................
Siklus Hidup .................................................................................
Anatomi Organ Reproduksi Jantan .........................................................
Gonad ...........................................................................................
Saluran Kelamin ............................................................................
Kelenjar Asesorius (Glandula genitales asesorius) .......................
Organ Kopulatoris .........................................................................

3
3
4
5
5
5
6
6
7
7
8

MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................
Hewan Penelitian......................................................................................
Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................
Metode Penelitian.....................................................................................
Pewarnaan Hematoksilin Eosin ......................................................
Pewarnaan Masson’s Trichrome.....................................................
Analisis Data ...........................................................................................

9
9
9
9
10
11
12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .......................................................................................................
Makroanatomi ...............................................................................
Mikroanatomi ................................................................................
Pembahasan ............................................................................................

13
13
16
21

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .................................................................................................
Saran ......................................................................................................

25
25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

26

LAMPIRAN.....................................................................................................

29

DAFTAR TABEL

Halaman
1
2
3

Data biologis dan reproduksi Paradoxurus hermaphroditus .................
Morfometri organ reproduksi musang luak jantan .................................
Kelenjar asesorius hewan jantan.............................................................

6
15
23

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Perkiraan wilayah distribusi musang luak di Indonesia ........................
Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) dengan ciri khas yaitu
pada dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna
keputih-putihan, menyerupai topeng ......................................................
Morfologi kelenjar asesorius hewan jantan .............................................
Anatomi organ urogenital musang jantan yang telah diawetkan.............
Testis musang yang telah diawetkan........................................................
Glandula prostata pada musang luak.......................................................
Bentuk organ kopulatoris pada musang luak............................................
Gambaran struktur histologi umum testis musang luak ………………..
Gambaran struktur histologi ductus deferens dan ductus efferent ……...
Gambaran histologi ductus epididymis musang luak ……………………
Gambaran histologi glandula prostata musang luak ……………………
Gambaran histologi organ kopulatoris musang luak ……………………
Gambaran histologi testis musang luak …………………………………
Gambaran histologi ductus epididymis musang luak ……………………
Gambaran histologi glans penis dan corpus penis musang luak ..………

4

5
8
13
14
14
15
16
17
17
18
18
19
20
20

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3

 

Proses Dehidrasi Jaringan………………………………........................
Prosedur Pewarnaan Hematoksilin Eosin ...............................................
Prosedur Pewarnaan Masson’s Trichrome ……………………………..

30
31
32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan salah satu jenis
mamalia liar yang diklasifikasikan ke dalam famili Viverridae dan genus
Paradoxurus. Musang jenis ini paling banyak ditemukan di Asia bagian Selatan
dan Tenggara (Lekagul & McNeely 1977). Ada empat spesies musang dari genus
Paradoxurus, yaitu: Paradoxurus hermaphroditus, Paradoxurus zeylonensis,
Paradoxurus jerdoni, dan Paradoxurus lignicolor (Schreiber et al. 1989). Di
Indonesia, musang luak terdistribusi di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa
Tenggara, Sulawesi bagian Selatan, serta Taliabu dan Seram di Maluku.
Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) dikenal juga dengan sebutan
Toddy Cat atau Asian Palm Civet yang merupakan anggota dari Famili Viverridae
asli Asia Selatan dan Asia Tenggara. Menurut Schipper et al. (2008),
Paradoxurus hermaphroditus diklasifikasikan sebagai Least Concern, karena
spesies ini toleran terhadap berbagai habitat dan terdistribusi secara luas di
berbagai negara dengan populasi besar. Habitat musang luak biasanya berada di
hutan primer, tetapi juga ada yang di hutan sekunder (Grassman 1998).
Musang luak merupakan hewan omnivora yang memiliki tubuh kecil
(viverridae) yang bersifat arboreal (hewan yang menghabiskan hidupnya di
pepohonan), soliter, dan nokturnal (aktif di malam hari) untuk mencari makanan
(Vaughan et al. 2000). Di Indonesia, musang luak dimanfaatkan untuk memilih
dan memakan buah kopi dengan tingkat kematangan dan kualitas yang baik. Kopi
luak merupakan kopi yang diperoleh dari buah kopi yang dimakan oleh musang
luak kemudian mengalami proses dalam saluran pencernaannya dan dikeluarkan
bersama feses. Selanjutnya diproses untuk menjadi kopi yang dapat dikonsumsi
penikmat kopi. Kopi luak merupakan kopi termahal di pasaran dunia, dijual
dengan harga $100-$600 per pon atau sekitar Rp 1.000.000-Rp 6.000.000 per
setengah kilogram.
Musang jantan dan betina memiliki kelenjar anal yang terletak di sekitar
anus (Baker & Lim 2008). Sekreta dari kelenjar anal akan mengeluarkan bau yang
meyerupai seperti harum daun pandan, namun apabila sekretanya banyak dapat
menjadi pekat dan memualkan. Sekreta ini berfungsi untuk menandai batas-batas

2

teritorial dan sebagai pelindung dari ancaman predator. Musang luak mampu
mengidentifikasi sesama spesiesnya dengan mencium bau sekreta kelenjar anal
(Rozhnov & Rozhnov 2003).
Organ reproduksi pada mamalia jantan memiliki beberapa variasi sesuai
dengan karakteristik reproduksi dan jenis hewan. Variasi tersebut mencakup
variasi bentuk, lokasi, dan keberadaan/jumlah kelenjar asesorius dari organ
reproduksi jantan. Penelitian tentang organ reproduksi jantan yang sudah
dilaporkan antara lain pada Muntiacus muntjak muntjak (Wahyuni 2012, Manik
2011), Echymipera kalubu (Tethool 2011), Tragulus javanicus (Najamudin 2010),
anjing dan kucing (Senger 2003), tetapi penelitian serupa pada musang luak jantan
belum pernah dilaporkan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi organ reproduksi
musang luak jantan (Paradoxurus hermaphroditus), baik secara makroanatomi
dan mikroanatomi dan membandingkan dengan organ reproduksi jantan ordo
Carnivora seperti anjing dan kucing.

Manfaat Penelitian
Data dari hasil penelitian ini akan memberikan manfaat, yaitu:
1. Memberikan data dasar tentang anatomi reproduksi musang luak jantan.
2. Menambah data ilmiah satwa liar di Indonesia.
3. Memberikan informasi tambahan bagi peternak musang luak dan produsen
kopi luak.
 

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Klasifikasi
Klasifikasi

musang

luak

(Paradoxurus

hermaphroditus)

menurut

Schreiber et al. (1989), adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Carnivora

Famili

: Viverridae

Subfamili

: Paradoxurinae

Genus

: Paradoxurus

Spesies

: Paradoxurus hermaphroditus

Nama umum : Musang Luak (Asian Palm Civet)
Distribusi
Menurut Schreiber et al. (1989) dalam International Union for Conservation
of Nature and Natural Resources, ada empat spesies musang dari genus
Paradoxurus, yaitu:
1. Paradoxurus hermaphroditus (musang luak), menyebar luas mulai dari
India, bagian Utara Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia
Tenggara, Tiongkok Selatan, Semenanjung Malaya hingga Filipina. Di
Indonesia didapati di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara,
Sulawesi bagian Selatan, serta Taliabu dan Seram di Maluku.
2. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
3. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India
Selatan.
4. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
Asian Palm Civet (musang luak) tersebar di beberapa negara, seperti: India,
Nepal, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Singapura,
Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja,
Vietnam, Cina, Filipina dan pulau-pulau Indonesia dari Sumatera, Jawa,

4

Kalimantan, Bawean, dan Siberut. Musang luak juga terdapat di Kepulauan Sunda
Kecil, Maluku, dan Sulawesi. Keberadaan musang di Papua Nugini belum pasti
(Schreiber et al. 1989). Adapun distribusi musang luak di Indonesia dapat dilihat
pada gambar 1.

Gambar 1

Perkiraan wilayah distribusi musang luak di Indonesia. Hijau: musang luak
sudah ditemukan. Merah: musang luak baru ditemukan (Sumber: modifikasi
dari Duckworth et al. 2008).

Gambaran Umum
Musang luak memiliki bobot badan antara 2-5 kg (rata-rata 3,2 kg), panjang
tubuh kurang lebih 53 cm dan panjang ekor kurang lebih 48 cm. Sisi atas tubuh
bewarna abu-abu kecokelatan dengan ekor hitam-cokelat. Jalur di punggung lebih
gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan
terputus-putus. Terdapat beberapa bintik samar berwarna putih hitam di sisi
tubuhnya dan pada bagian perut warnanya lebih pucat. Wajah, kaki, dan ekor
berwarna cokelat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di
bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samarsamar terlihat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala (Gambar 2). Musang
jantan dan betina memiliki kelenjar anal yang terletak di sekitar anus (Baker &
Lim 2008).

5

Gambar 2

Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) dengan ciri khas yaitu pada
dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputihputihan, menyerupai topeng.

Habitat
Habitat musang luak adalah hutan primer maupun hutan sekunder. Pada
musim kawin, anak musang luak biasanya berada di dalam lubang pohon atau gua
(Grassman 1998). Kebanyakan musang luak hidup di daerah hutan tropis dan
subtropis (Schreiber et al. 1989).
Pola Makan
Musang luak merupakan hewan omnivora, selain pemakan daging musang
luak juga memakan buah-buahan antara lain pepaya, pisang, biji kopi dan buah
pohon kayu Afrika (Maesopsis eminii). Mangsa lainnya adalah aneka serangga,
moluska, cacing tanah, kadal serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa
ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus (Joshi et al. 1995).
Siklus Hidup
Masa dewasa kelamin musang luak yaitu sekitar umur 11-12 bulan. Masa
hidupnya bisa mencapai hingga 22 tahun dan biasanya melahirkan 2-5 anak per
siklus masa kebuntingan. Musang luak beranak sepanjang tahun, walaupun pernah
ada catatan bahwa anak musang luak lebih sering ditemukan antara bulan Oktober
hingga Desember. Biasanya anak-anak musang luak berada di dalam lubang

6

pohon atau gua. Selama mating (perkawinan) yang cukup singkat, biasanya
pasangan musang luak tetap tinggal bersama sampai anak musangnya lahir. Pada
musang luak betina memiliki tiga pasang puting glandula mammaria (Grassman
1998). Berdasarkan hasil penelitian Weigl (2005), diperoleh data biologis tentang
musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data biologis dan reproduksi Paradoxurus hermaphroditus
Keterangan
Paradoxurus hermaphroditus
Status Konservasi
Least Concern
Lokasi
Asia Tenggara dan Asia Selatan
Warna
Kecokelatan
Panjang Badan
48 - 59 cm (19-23 inchi)
Panjang Ekor
44 – 53,5 cm (17-21 inchi)
Bobot Badan
2,4 – 4 kg
Lama Hidup
+ 22 tahun
Masa Kebuntingan
+ 60 hari
Suhu Tubuh
+ 36,85 0C
Sumber: Weigl (2005)

Anatomi Organ Reproduksi Jantan
Anatomi organ reproduksi jantan bervariasi pada berbagai spesies hewan.
Variasi tersebut berhubungan erat dengan fungsi reproduksinya serta penyesuaian
terhadap anatomi organ reproduksi betina. Secara umum, organ reproduksi jantan
terdiri dari gonad (testis yang memproduksi spermatozoa dan hormon testosteron),
saluran kelamin (ductus efferent, ductus epididymis (caput, corpus, dan cauda),
ductus deferens, dan urethra), kelenjar asesorius (ampulla, glandula vesicularis,
glandula prostata, dan glandula bulbourethralis) dan organ kopulatoris yaitu
penis (Cunningham 1992).
Gonad
Secara anatomi testis berada di luar tubuh dan dibungkus oleh scrotum.
Testis terdiri dari testis dexter dan testis sinister, berbentuk oval, dan dibungkus
oleh tunica albuginea yang terdapat di profundal dari tunica vaginalis lamina
parietalis. Tunica albugenia merupakan jaringan ikat berwarna putih mengandung
serat fibrosa dan memiliki serabut-serabut otot licin (Noakes et al. 2001). Lapisan
testis tunica albuginea berhubungan dengan mediastinum testis, yaitu jaringan
ikat yang memanjang dari testis.

7

Parenkim testis terdiri atas tubulus seminiferus. Di dalam tubulus
seminiferus terdiri atas sel Sertoli, spermatogonium, spermatosit primer,
spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa. Diantara tubulus semeniferus
satu dengan lainnya terdapat jaringan interstitial (sel Leydig) yang menghasilkan
hormon testosteron yang dapat ditemukan dalam bentuk tunggal atau bergerombol
(Aughey & Frye 2001). Testis digantung oleh funiculus spermaticus yang
mengandung unsur-unsur seperti vena, saraf, dan arteri dari cavum abdominalis ke
dalam scrotum melalui canalis inguinalis (Toelihere 1993).
Testis merupakan organ kelamin primer pada suatu sistem reproduksi hewan
jantan. Fungsi dari testis terbagi atas dua, yaitu sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon reproduksi jantan (androgen) yaitu testosteron dan sebagai
kelenjar eksokrin yang menghasilkan spermatozoa dalam proses spermatogensis
(Hafez & Hafez 2000).
Saluran kelamin
Alat penyalur spermatozoa dimulai dari tubuli recti, rete testis (terdapat
dalam testis), ductus efferent, ductus epididymis (terdapat dalam epididymis),
ductus deferens, dan urethra. Ductus epididymis terdiri dari tiga bagian yaitu
caput epididymis, corpus epididymis, dan cauda epididymis (Colville & Bassert
2002).
Kelenjar Asesorius (Glandula genitales asesorius)
Kelenjar asesorius terdiri dari ampulla, glandula vesicularis, glandula
prostata, dan glandula bulbourethralis. Kelenjar-kelenjar asesorius tersebut tidak
semuanya terdapat pada setiap hewan jantan, kalaupun ada pertumbuhannya tidak
selalu subur (Colville & Bassert 2002). Fungsi dari glandula vesicularis
membantu menetralisasi keasaman vagina. Fungsi dari glandula prostata
meningkatkan motilitas spermatozoa. Fungsi dari glandula bulbourethralis
sebagai pembersih urethra sebelum semen lewat dan lubrikasi (Senger 2003).

8

Gambar 3

Morfologi kelenjar asesorius hewan jantan. Kuda (A), Sapi (B), Babi (C),
Anjing (D). Ampulla (1), glandula vesicularis (2), glandula prostata (3),
glandula bulbourethralis (4), penis (5), vesica urinaria (6). (Sumber:
Modifikasi dari Colville & Bassert 2002).

Organ Kopulatoris
Penis dibungkus oleh kulit yang disebut preputium. Penis merupakan alat
kopulasi hewan jantan yang berfungsi sebagai organ untuk menyalurkan semen ke
saluran reproduksi betina (Senger 2003). Penis dapat dibagi atas radix penis,
corpus penis, dan glans penis. Corpus penis terdiri dari corpus cavernosum dan
corpus cavernosum urethrae (corpus spongiosum). Ujung penis disebut glans
penis (Colville & Bassert 2002). Terdapat dua tipe penis yaitu tipe fibroelastis
dan musculo-cavernosus. Tipe fibroelastis terdapat pada hewan-hewan ruminansia
dan babi. Pada tipe ini memiliki fleksura sigmoidea. Tipe musculo-cavernosus
terdapat pada kuda, manusia, dan Carnivora. Pada tipe ini tidak memiliki fleksura
sigmoidea dan memiliki corpus cavernosum yang subur dibandingkan dengan tipe
penis fibroelastis (Fahrudin et al. 2008).

MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai Maret 2012 di
Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi, Histologi dan Embriologi,
Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Hewan Penelitian
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah dua ekor musang luak
jantan dewasa dan memiliki bobot badan sekitar 2-3 kg. Hewan ini berasal dari
tangkapan masyarakat.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan untuk sampling dan fiksasi jaringan diantaranya
perlengkapan bedah minor (scalpel, gunting, arteri klem, dan pinset), spuit 5 mL,
kateter, nampan, sliding caliper (mm), pita ukur (cm), botol sampel, blok kayu,
bunsen, penangas air, peralatan tulis, label, dan tempat penyimpan organ. Proses
parafinisasi dan pemotongan jaringan menggunakan gelas piala, inkubator,
microtome, hot plate, termometer, cover glass, dan kaca preparat. Pewarnaan
Hematoksilin Eosin dan Masson’s Trichrome digunakan rak slide yang sesuai
dengan masing-masing pewarnaan. Mikroskop (Olympus CH30 Japan) dan
kamera digital Canon EOS 200D, digunakan untuk pengamatan hasil.
Bahan yang digunakan adalah xylazine HCl 2% dan ketamin 10%, larutan
NaCl fisiologis, larutan paraformaldehid 4%, larutan Bouin, alkohol 70%, 80%,
90%, 95%, alkohol 100% (absolut), xylol, parafin, aquades, air keran, Entelan®,
pewarna Hematoksilin Eosin (HE) dan Masson’s Trichrome.
Metode Penelitian
Musang dianastesi dengan preparat xylazine 2% dengan dosis 2 mg/kg
bobot badan dan ketamin 10% dengan dosis 10 mg/kg bobot badan. Eksanguinasi
dilakukan dengan mengeluarkan darah dari arteri carotis communis. Kemudian
dilakukan laparotomi medianus di daerah inguinal untuk mendapatkan organ
reproduksi musang luak jantan. Organ reproduksi difiksasi dengan larutan
paraformaldehid 4% selama 3 x 24 jam dan kemudian dipindahkan ke dalam

10

larutan alkohol 70% sebagai stopping point. Proses selanjutnya dilakukan
pengamatan makroanatomi dan mikroanatomi untuk mempelajari morfologi organ
reproduksi musang luak jantan.
Pengamatan makroanatomi dilakukan setelah proses pengawetan dalam
paraformaldehid 4%, meliputi pengamatan bentuk dan ukuran (dengan
mengunakan sliding caliper) dari organ reproduksi. Pengukuran dan penimbangan
organ reproduksi musang luak jantan dilakukan pada scrotum, testis, saluran
kelamin, kelenjar asesorius, dan penis. Pengukuran organ dilakukan meliputi
pengukuran panjang, lebar, tebal, dan diameter untuk bagian yang memiliki
lumen.
Pengamatan mikroanatomi dilakukan proses histologi. Proses ini dimulai
dengan dehidrasi yaitu sampel direndam di dalam alkohol dengan konsentrasi
bertingkat, mulai dari alkohol 70%, 80%, 90% sampai 100%, dilanjutkan dengan
larutan xylol dan kemudian ditanam dalam parafin (embedding) menjadi blok
parafin. Blok parafin dipotong dengan ketebalan 3 µm dan 5 µm dengan
mikrotom. Irisan yang telah terentang sempurna, diambil dengan gelas objek
kemudian dikeringkan dan diletakkan diatas hotplate (37-38 °C). Preparat
disimpan dalam inkubator dengan suhu 37 °C selama 24 jam untuk
penyempurnaan penempelan jaringan pada gelas objek dan siap untuk diwarnai.
Proses pewarnaan didahului dengan proses deparafinisasi diikuti proses rehidrasi
yang bertujuan untuk mengembalikan air ke dalam sediaan. Proses rehidrasi
dimulai dari larutan xylol, dilanjutkan dengan larutan alkohol 100%, 90%, 80%,
70%. Proses selanjutnya dilakukan pewarnaan Hematoksilin Eosin untuk
pengamatan morfologi umum dari organ reproduksi jantan dan Masson’s
Trichrome untuk melihat keberadaan jaringan ikat pada organ reproduksi jantan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x
dan 40x.
Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE)
Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) merupakan pewarnaan yang umum
digunakan dalam proses histologi dan patologi untuk melihat morfologi umum
dari suatu sel jaringan (Maide et al. 1975). Prinsip dari pewarnaan HE adalah inti
yang bersifat asam akan menarik zat atau larutan yang bersifat basa sehingga akan

11

berwarna biru. Sitoplasma bersifat basa akan menarik zat atau larutan yang
bersifat asam sehingga berwarna merah (Kiernan 1990). Proses pewarnaan
diawali dengan deparafinisasi dan rehidrasi menggunakan xylol I (5 menit), xylol
II (3 menit), xylol III (3 menit), alkohol 100% I (3 menit), alkohol 100% II (3
menit), alkohol 100% III (3 menit), alkohol 95% (3 menit), alkohol 90% (3
menit), alkohol 80% (3 menit), alkohol 70% (3 menit) dan direndam dengan air
keran dan aquades masing masing selama 5-10 menit.
Proses pewarnaan Hematoksilin Eosin dimulai dengan mencelupkan
preparat ke dalam larutan Hematoksilin selama beberapa detik. Kemudian dibilas
dengan air keran dan aquades. Setelah itu dilanjutkan dengan direndam di dalam
Eosin selama beberapa detik dan dibilas kembali dengan aquades. Setelah tahap
pewarnaan, dilakukan proses dehidrasi kembali dengan menggunakan alkohol
bertingkat, mulai dari 70%, 80%, 90%, 95%, 100% I, 100% II, 100% III.
Kemudian dimasukkan kembali ke dalam xylol I,II, dan III selama 5 menit.
Preparat diangkat dari xylol III, dibersihkan dengan tissue paper ditetesi
dengan Entelan® sebanyak 1-2 tetes, dan ditutup dengan cover glass yang
disesuaikan dengan besar jaringan. Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x.
Pewarnaan Masson’s Trichrome
Pewarnaan Masson’ Trichrome merupakan pewarnaan yang digunakan
untuk melihat keberadaan jaringan ikat (Maide et al. 1975). Pewarnaan Masson’s
Trichrome ini akan memberikan warna ungu hingga hitam pada inti sel, warna
biru hingga hijau pada kolagen, dan warna merah pada otot, sitoplasma, dan
keratin (Prophet et al. 1992). Sama seperti metode pewarnaan Hematoksilin
Eosin, pewarnaan Masson’s Trichrome diawali dengan proses deparafinisasi dan
rehidrasi. Preparat yang difiksasi terlebih dahulu dilakukan proses perendaman
dalam larutan Bouin (campuran asam pikrat, formaldehid, dan asam asetat)
selama satu jam dalam suhu 37 ºC. Selanjutnya dibilas dengan air keran dan
aquades masing-masing selama 15 menit dengan tiga kali pengulangan.
Preparat yang telah selesai dibilas diwarnai dengan pewarna Hematoksilin.
Pewarna Hematoksilin ini digunakan untuk mewarnai inti sel. Setelah itu preparat
direndam dalam air keran hingga warna Hematoksilin berubah menjadi biru

12

hingga ungu cerah. Pewarnaan dilanjutkan dengan menggunakan larutan acid
Fuchsin dan Ponceau 2R selama 10-15 menit. Kemudian preparat direndam di
dalam acetic acid 1%. Pewarnaan selanjutnya adalah menggunakan Orange G dan
Phospotungstic selama 5 menit. Preparat kembali direndam dalam acetic acid 1%.
Pewarna terakhir yang digunakan adalah Light Green selama beberapa detik
hingga hitungan menit. Setelah itu preparat direndam dalam acetic acid 1%.
Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan alkohol absolut I dan II masingmasing selama 5 menit. Setelah proses dehidrasi, dilakukan tahap clearing dengan
menggunakan xylol I, II, dan III masing-masing selama 5 menit. Setelah proses
pewarnaan dan dehidrasi selesai, hasil irisan diberi Entelan® sebanyak 1-2 tetes,
kemudian ditutup, ditekan, dan dibiarkan hingga mengering. Setelah itu dilakukan
pengamatan mikroskopis dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x
dan 40x.
Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan membuat dan mengamati preparat
baik makroanatomi maupun mikroanatomi, mencatat hasil pengamatan serta
melakukan pemotretan gambaran makroanatomi dan mikroanatomi menggunakan
kamera digital Canon EOS 200D.

HASIL

MAKROANATOMI
Organ reproduksi musang luak jantan terdiri dari testis, ductus epididymis
(caput, corpus, dan cauda), ductus deferens, dan penis. Kelenjar asesorius yang
ditemukan pada musang luak hanya kelenjar prostat (glandula prostata). Organorgan tersebut secara anatomis berhubungan dengan traktus urinarius (gambar 4).

Gambar 4

Anatomi organ urogenital musang luak jantan yang telah diawetkan. Terdiri
dari testis (1), caput epididymis (2), corpus epididymis (3) cauda epididymis
(4), ductus deferens (5), glandula prostata (6), radix penis (7), funiculus
spermaticus (8), corpus penis (9), glans penis (10), preputium (11), vesica
urinaria (12), anal glands (13), anus (14). Bar: 1 cm.

Posisi scrotum musang luak terletak di caudal dari paha atau caudoventral dari arcus ischiadicus. Testis terdapat di dalam scrotum, berbentuk oval,
terdapat sepasang yaitu testis dexter dan testis sinister (gambar 5). Panjang testis
adalah 2,14 + 0,09 cm dengan diameter 1,55 + 0,03 cm, dan bobot 2,85 + 0,14 g.
Saluran kelamin jantan terdiri dari rete testis, ductus efferent, ductus
epididymis, ductus deferens, dan urethra. Secara makroanatomi hanya ductus
epididymis dan ductus deferens yang terlihat, sedangkan rete testis dan ductus
efferent dapat diamati secara mikroanatomi. Panjang ductus epididymis dan ductus
deferens berturut-turut adalah 2,95 + 0,05 cm dan 11,03 + 0,08 cm.

14
 

Gambar 5

Testis musang luak yang telah diawetkan. Terlihat adanya testis sinister (1a),
testis dexter (1b) caput epididymis (2), corpus epididymis (3), cauda
epididymis (4), funiculus spermaticus (5). Bar: 0,3 cm.

Kelenjar asesorius pada musang luak hanya terdapat glandula prostata.
Kelenjar ini terletak pada pangkal urethra atau diantara vesica urinaria dan pelvis
urethra. Glandula prostata berbentuk lobulasi, berukuran panjang 3,14 + 0,05 cm,
tebal 1,82 + 0,07 cm dengan bobot 4,21 + 0,01 g. Secara makroanatomi bentuk
glandula prostata dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6

Glandula prostata pada musang luak. Glandula prostata (1), ductus deferens
(2), pelvis urethra (3), vesica urinaria (4). Bar: 1 cm.

15
 
Tabel 2 Morfometri organ reproduksi musang luak jantan
Parameter
Dexter
Sinister
Testis tanpa scrotum
2,950 + 0,557*
Bobot (g)
2,755 + 0,557*
Panjang (cm)
2,20 + 0,10
2,07 + 0,06
1,57 + 0,06
1,53 + 0,06
Diameter (cm)
Lingkar scrotum (cm)
9,0 + 0,10
Epididymis
Panjang (cm)
2,97 + 0,06
2,93 + 0,06
Ductus deferens (cm)
11,07 + 0,06
11,0 + 0,10
Glandula prostata
Bobot (g)
4,21 + 0,01
3,17 + 0,15
Panjang (cm)
3,10 + 0,10
1,77 + 0,12
1,87 + 0,06
Tebal (cm)
Penis
7,77 + 0,25
Panjang total (cm)
Panjang tanpa preputium (cm)
7,03 + 0,06
Glans penis
Panjang (cm)
0,57 + 0,06
Diameter (cm)
0,10 + 0,01
*Rataan testis dexter dan testis sinister dengan epididymis yang masih menempel.

Penis musang luak terdiri dari radix penis, corpus penis, dan glans penis.
Penis (bagian bebas) dibungkus oleh preputium. Panjang penis tanpa preputium
pada musang luak 7,03 + 0,06 cm. Pada corpus penis terdapat penjuluran seperti
duri-duri yang disebut penis spine. Secara makroanatomi bentuk penis musang
luak dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7

Bentuk organ kopulatoris pada musang luak. Gambar A (tampak lateral), B
(tampak ventral) pembesaran dari gambar C. Radix penis (1), corpus penis
(2), glans penis (3), preputium (4), penis spine (5). Bar A, B: 20mm; Bar C:
1 cm.

16
 

MIKROANATOMI
Pewarnaan Umum Morfologi Organ Reproduksi Musang Luak Jantan
Testis terdiri dari tubulus seminiferus dan dibungkus oleh kapsula
(tunica albugenia). Secara mikroanatomi tubulus seminiferus tersusun atas
membran basal tubulus, sel Sertoli, dan sel-sel spermatogenik. Sel-sel
spermatogenik pada tubulus berturut-turut dari daerah basal ke lumen, yaitu:
spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan
spermatozoa, yang dapat dilihat pada gambar 8. 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Gambar 8

Gambaran struktur histologi umum testis musang luak. Gambar (B)
merupakan perbesaran dari gambar (A). Tunica albugenia (1), Sel interstisial
(sel Leydig) (2), spermatogonium (3), lumen tubulus seminiferus (4),
Pewarnaan HE. Bar A dan B: 100µm dan 50µm.

Ductus efferent menyalurkan spermatozoa dari rete testis menuju ductus
epididymis dan ductus deferens. Ductus efferent dilapisi epitel tipe kubus sebaris
dan ductus deferens dilapisi epitel tipe sililindris banyak baris berstereosilia.
Ductus epididymis (caput, corpus, dan cauda) dilapisi epitel tipe silindris banyak
baris berstereosilia yang dikelilingi oleh jaringan ikat longgar dan lapisan otot
polos sirkular. Perbedaan antara caput, corpus, dan cauda epididymis terletak
pada ukuran panjang stereosilia dan posisi inti sel. Ukuran panjang stereosilia dari
caput hingga cauda akan semakin pendek. Posisi inti sel pada corpus epididymis
lebih mengarah ke sentral dan silia lebih pendek dibandingkan dengan caput
epididymis (Gambar 10B dan 10C). Secara mikroanatomi saluran kelamin jantan
musang luak dapat dilihat pada gambar 9 dan 10.

17
 

 
 
 
 
 
 
 

Gambar 9

Gambaran struktur histologi ductus deferens (A) dan ductus efferent (B)
musang luak. Epitel sililindris banyak baris (1), lamina propia (2), epitel
kubus sebaris ductus efferent (3), serabut otot polos (4). Pewarnaan HE. Bar
A, B: 100µm.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar 10 Gambaran histologi ductus epididymis musang luak. Ductus epididymis (A),
caput epididymis (B), corpus epididymis (C), cauda epididymis (D). Lumen
ductus epididymis (1), spermatozoa (2), stereosilia (3), epitel silindris
banyak baris berstereosilia (4), serabut otot polos (5), tunica vaginalis
lamina parietalis (6). Pewarnaan HE. Bar A: 100µm; B, C, D: 20µm.

18
 

Tipe kelenjar dari glandula prostata musang luak bertipe mukus, yaitu
memiliki inti sel oval dan terletak di basal. Secara mikroanatomi dapat dilihat
pada gambar 11.

 
 
 
 
 
 
Gambar 11

Gambaran histologi glandula prostata musang luak dengan pewarnaan HE.
capsula (1), trabecula (2), glandula prostata (3). Pewarnaan HE. Bar:
200µm. 

Secara mikroanatomi akan terlihat saluran urethra pada penis. Bagian
penis terdiri atas radix penis, corpus penis, dan glans penis. Bentuk epitel pada
urethra merupakan epitel peralihan/transisi. Pada gambar 12 terlihat urethra
dikelilingi oleh corpus spongiosum dan corpus cavernosum yang berkembang
baik (subur) pada alat kelamin jantan musang luak.

Gambar 12

Gambaran histologi organ kopulatoris musang luak. Radix penis (A),
corpus penis (B), glans penis (C), uretrha (D). Lumen urethra (1), corpus
spongiosum (2), corpus cavernosum (3). Pewarnaan HE. Bar A, B, C:
200µm; bar D: 100µm.

19
 

Pewarnaan Jaringan Ikat Organ Reproduksi Jantan Musang Luak
Jaringan ikat mengandung serabut kolagen dan fibroblast. Pada pewarnaan
Masson’s Trichrome, terlihat adanya jaringan ikat dalam testis yang ditunjukkan
dengan warna hijau yang tewarnai dengan pewarna light green (Gambar 13A).

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Gambar 13

Gambaran histologi testis musang luak. Gambar (C) merupakan perbesaran
dari gambar (B). lumen tubulus seminiferus yang berisi spermatozoa (1),
tunica albugenia (2). Pewarnaan Masson’s Trichrome. Bar A, B, C:
100µm, 100µm, 50µm.

Jaringan ikat pada ductus epididymis yaitu tunica vaginalis lamina
parietalis yang membungkus ductus epididymis. Terlihat sel eritrosit bewarna
merah pada buluh darah. Secara histologi dapat dilihat pada gambar 14.
Jaringan ikat pada bagian penis terlihat berwarna hijau yang mewarnai
corpus spongiosum dan corpus cavernosum. Bagian yang berwarna merah terlihat
sel eritrosit dalam corpus cavernosum dan keratin pada bagian penis spine. Secara
histologi dapat dilihat pada gambar 15.

20
 

Gambar 14 Gambaran histologi ductus epididymis (corpus) musang luak. Lumen ductus
epididymis yang berisi spermatozoa (1), epitel berstereosilia ductus
epididymis (2), tunica vaginalis lamina parietalis (3), buluh darah (4).
Pewarnaan Masson’s Trichrome. Bar A: 100µm.

  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar 15

Gambaran histologi glans penis (A) dan corpus penis (D) musang luak.
Gambar (B) merupakan perbesaran dari gambar (A). Lumen urethra (1),
corpus spongiosum (corpus spongiosum urethrae) (2), corpus cavernosum
(3), tunica albuginea (4), dermis (5), penis spine (6). Pewarnaan Masson’s
Trichrome. Bar A, C, D: 200µm dan bar B: 100µm. 

21
 

PEMBAHASAN
Anatomi organ reproduksi musang luak jantan secara umum serupa
dengan ordo Carnivora lainnya seperti kucing dan anjing. Posisi scrotum musang
luak, serupa dengan kucing yang terletak di caudal dari paha atau caudo-ventral
dari arcus ischiadicus. Musang luak memiliki sepasang testis (testis dexter dan
testis sinister) yang dibungkus oleh scrotum pada bagian luarnya. Scrotum
berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung testis serta menjaga kestabilan
temperatur testis (thermoregulator) (Colville & Bassert 2002).
Lapisan scrotum dari superficial ke profundal terdiri dari: kulit, tunica
dartos, fascia scrotalis, tunica vaginalis lamina parietalis (Senger 2003). Tunica
vaginalis lamina parietalis membungkus ductus epididymis dan ductus deferens.
Di profundal dari tunica vaginalis lamina parietalis terdapat pembungkus testis,
yaitu tunica vaginalis lamina visceralis dan tunica albugenia (Senger 2003).
Tunica albugenia merupakan suatu jaringan ikat yang berwarna putih
mengandung serabut fibrosa, serabut-serabut otot, dan terletak di profundal dari
tunica vaginalis lamina visceralis (Noakes et al. 2001).
Testis merupakan kelenjar tubular yang berfungsi sebagai kelenjar
endokrin untuk menghasilkan hormon testosteron dari sel Leydig dan kelenjar
eksokrin untuk menghasilkan spermatozoa dalam tubulus seminiferus. Tubulus
seminiferus berisi sel-sel spermatogenik dan sel-sel Sertoli yang berfungsi
memberi nutrisi pada proses spermatogenesis. Sel-sel spermatogenik pada tubulus
seminiferus berturut-turut dari daerah basal ke lumen, yaitu: spermatogonium,
spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan spermatozoa (Aughey
& Frye 2001).
Jaringan ikat dalam testis terdapat pada jaringan interstitial yang terdiri
dari berbagai jenis sel, termasuk fibroblast, sel jaringan ikat prakembang, sel mast,
dan makrofag (Junquera et al. 1998). Pada jaringan interstitial terdapat buluh
darah dan sel-sel interstitial (sel Leydig) yang bertanggung jawab untuk
memproduksi hormon testosteron (Purswell & Freeman 1993). Ukuran testis
dipengaruhi oleh bobot badan, usia, bangsa, manajemen, dan temperatur
(Tomaszewska et al. 1991).

22
 

Dilihat dari histologinya, menurut Amann (1989) testis terdiri dari tiga
kompartemen fungsional, yaitu:
1. Kompartemen interstisial, mengandung pembuluh-pembuluh darah,
jaringan penyokong, dan sel-sel Leydig yang berfungsi untuk
mensuplai tubulus seminiferus dengan hormon dan nutrisi;
2. Kompartemen basal, mengandung spermatogonium dan sel-sel Sertoli
yang membantu memberi nutrisi sel-sel spermatogenik selama proses
spermatogenesis;
3. Kompartemen adluminal, mengandung perkembangan spermatozoa.
Saluran kelamin jantan musang luak terdiri dari rete testis, ductus efferent,
ductus epididymis, ductus deferens, dan urethra. Spermatozoa akan dilepas dari
epitelium tubulus seminiferus, lalu disalurkan melalui rete testis, ductus efferent
menuju ductus epididymis. Ductus epididymis merupakan suatu struktur yang
memanjang dan melekat rapat dengan testis. Ductus epididymis (caput, corpus,
dan cauda) berfungsi sebagai tempat maturasi, transportasi spermatozoa menuju
ductus deferens, dan tempat penyimpanan sementara spermatozoa (Scanlon &
Sanders 2007).
Ductus epididymis yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: caput epididymis
sebagai tempat masuknya spermatozoa dari ductus efferent, corpus epididymis
berada diantara caput epididymis dan cauda epididymis, dan cauda epididymis
lanjutan menuju ductus deferens (Colville & Bassert 2002). Perbedaan ketiga
bagian ductus epididymis terletak pada ukuran panjang stereosilia, posisi inti sel,
dan tebal epitel. Ukuran panjang stereosilia dari caput hingga cauda epididymis
akan semakin pendek, hal ini berfungsi untuk mengabsorpsi spermatozoa yang
mati dan menyeleksi spermatozoa yang motil. Pada saat ejakulasi, spermatozoa
yang terdapat di cauda epididymis akan dikeluarkan dengan cepat melalui ductus
deferens dan urethra yang akan di depositkan ke dalam vagina saluran kelamin
betina (Djuwita et al. 2000).
Ductus deferens berfungsi sebagai saluran transportasi spermatozoa
(Colville dan Bassert 2002). Ductus deferens menghubungkan epididymis dengan
kelenjar asesorius yang berfungsi sebagai saluran transportasi spermatozoa dari
epididymis ke bagian akhir ductus deferens (Evan & Christensen 1993).

23
 
Tabel 3 Kelenjar asesorius hewan jantan.
Kelenjar
Hewan
Ampula
Vesikulares
Musang1
2
Anjing
Kucing2
-

Kelenjar
prostat
+
+
+

Kelenjar
Bulbouretralis
+

Sumber: 1Musang luak hasil penelitian, 2Colville dan Bassert (2002).

Pada musang luak hanya terdapat satu kelenjar asesorius yaitu glandula
prostata yang terletak pada pangkal urethra atau diantara vesica urinaria dan
pelvis urethra. Hal ini serupa dengan glandula prostata yang dimiliki oleh anjing.
Pada berbagai hewan bentuk glandula prostata tidak sama. Glandula prostata
terdiri dari dua bagian, yaitu corpus prostata dan pars diseminata prostata (Hafez
1987). Pars dis