Keragaman dan Jumlah Kelompok Acari Tanah pada Kebun Kelapa Sawit di PTPN VIII Cikasungka Kabupaten Bogor

KERAGAMAN DAN JUMLAH KELOMPOK ACARI
TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT DI PTPN VIII
CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR

JULIA FARHANA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul: Keragaman dan
Jumlah Kelompok Acari Tanah pada Kebun Kelapa Sawit di PTPN VIII
Cikasungka Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Julia Farhana
NIM A14100044

ABSTRAK
JULIA FARHANA. Keragaman dan Jumlah Kelompok Acari Tanah pada Kebun
Kelapa Sawit di PTPN VIII, Cikasungka Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
RAHAYU WIDYASTUTI dan GUNAWAN DJAJAKIRANA.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki
peran penting dalam menghasilkan devisa negara melalui produksi minyak sawit
dan minyak inti sawit. Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat
didukung oleh adanya potensi wilayah yang luas, beriklim tropis serta mempunyai
tanah yang memenuhi syarat. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0, tetapi
pH optimumnya berada antara 5,0-5,6. Tingkat kemasaman (pH) yang cocok
berhubungan erat dengan proses dekomposisi pada ekosistem di mana tanaman ini
hidup.
Mesofauna tanah merupakan salah satu komponen dari ekosistem tanah.
Keberadaan dan aktivitasnya di dalam tanah dapat mempengaruhi kesuburan
tanah. Salah satu kelompok mesofauna tanah yang anggotanya cukup besar adalah

acari tanah. Kebanyakan anggota acari hidup di darat atau tanah, baik di dalam
(dengan kedalaman tertentu) maupun di permukaan tanah. Acari memiliki panjang
tubuh antara 0,1 mm sampai 2,0 mm. Warna tubuh acari mulai dari coklat muda
hingga hitam dengan bentuk tubuh yang bervariasi. Ukuran tubuh acari akan
semakin mengecil seiring dengan kedalaman tanah tempat tinggalnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaman dan jumlah acari tanah pada
tanaman sawit menghasilkan (TM) dan tanaman sawit yang belum menghasilkan
(TBM). Metode penelitian yang dilakukan adalah ekstraksi fauna dari sampel
tanah menggunakan alat Kempson Extractor, kemudian fauna tanah khususnya
acari diidentifikasi menggunakan mikroskop stereo.
Hasil penelitian menunjukkan secara umum didapatkan 3 sub ordo pada
masing-masing area yaitu sub ordo Oribatida, Gamazina, dan Uropodina. Hasil
rataan populasi acari tanah yang diperoleh dari lahan tanaman menghasilkan (TM)
sebesar 2880±1089 individu m-2, sedangkan hasil rataan populasi acari tanah yang
diperoleh dari lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu 1218±392
individu m-2. Sub ordo Oribatida paling banyak dijumpai baik pada tanaman
belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur tanaman, populasi acari yang
ditemukan juga semakin tinggi, karena semakin tua tanaman semakin banyak
vegetasi yang tumbuh sehingga mikroba tanah yang menjadi sumber pakan

meningkat. Analisis koresponden menunjukkan bahwa Gamazina merupakan
kelompok fauna yang dipengaruhi oleh sifat tanah yaitu pH, Cu, C-organik, N, K,
KA, Zn, dan Ca.
Kata kunci: Mesofauna tanah, TM, TBM

ABSTRACT
JULIA FARHANA. Soil acari diversity and abundance in oilpalm plantation at
PTPN VIII, Cikasungka Bogor Regency. Supervised by RAHAYU
WIDYASTUTI and GUNAWAN DJAJAKIRANA.
Oilpalm is one of the plantation commodities which have an important role
in generating foreign exchange through the production of palm oil and palm
kernel oil. Development of oil palm plantation in Indonesia is supported by the
large areal potency, tropical climate and suitable soil. Oilpalm can grow at pH
4,0-6,0, but the optimum pH is between 5,0-5,6. Suitable pH associated with the
decomposition process in ecosystems where these plants live.
Soil mesofauna is one of components of the soil ecosystem. Its existence
and activity in the soil can affect soil fertility. One of soil mesofauna that can be
found abundantly is soil acari. Most members of the acari live in soil as well as on
the soil surface. Acari has a body length between 0,1 mm to 2,0 mm. Acari body
color ranging from light brown to black with varies body shapes. Acari body size

will become smaller following to the depth of the soil where they lived. The
objective of this study was to determine the soil acari diversity and abundance at
area of palm oil productive plants (TM) and immature palm oil plants (TBM).
Method of research was extraction of animal from the soil samples using
Kempson Extractor, then the soil fauna especially acari was identified using a
stereo microscope.
Generally, three sub-orders were obtained in each area, namely suborder
Oribatida, Gamazina and Uropodina. Results showed the average population of
acari from TM area was 2880±1089 individuals m-2, the average population of soil
acari from TBM area was 1218±392 individuals m-2. Sub order Oribatida most
often found in TBM and TM, as well. From the result, it could be concluded that
the older age of the plant, acari population was found to be higher, because the
older plant was producing more litter than the younger plants, so it could increase
population of soil microbes. Correspondence analysis showed that Gamazina
affected by soil properties, pH, Cu, C-organic, N, K, KA, Zn, and Ca.
Keyword: soil mesofauna, palm oil producing plants, immature palm oil plants

KERAGAMAN DAN JUMLAH KELOMPOK ACARI
TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT DI PTPN VIII
CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR


JULIA FARHANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah
Keragaman dan Jumlah Kelompok Acari Tanah pada Kebun Kelapa Sawit di
PTPN VIII Cikasungka Kabupaten Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk mendapat gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen
Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahayu Widyastuti M.Sc. dan Dr. Ir. Gunawan Djajakirana M.Sc.
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan,
saran dan dorongan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan
penulisan skripsi.
2. Ir. Fahrizal Hazra M.Sc. yang telah bersedia sebagai dosen penguji dan
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.
3. Pegawai Laboratorium di Bagian Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
serta pihak PTPN VIII Cikasungka Bogor yang telah memberikan izin
penulis dalam pengambilan sampel.
4. Muhammad Rizki Fadillah, Ka Winda yang senantiasa membantu penulis
di lapang dan juga memberikan motivasi dalam penulisan skripsi.
5. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan
penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.

Bogor, Mei 2015
Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 3
BAHAN DAN METODE........................................................................................ 3
Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 3
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel .............................................................. 4
Alat dan Bahan..................................................................................................... 4
Analisis Sampel Tanah ........................................................................................ 4
Pemilahan dan Identifikasi Acari Tanah .............................................................. 5
Analisis Data Pengamatan Acari Tanah .............................................................. 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6
Populasi Acari Tanah ........................................................................................... 6
Keanekaragaman Acari Tanah ............................................................................. 7
Hubungan antara Sifat Tanah dengan Populasi Acari Tanah ............................ 11
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 13
Kesimpulan ........................................................................................................ 13
Saran .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 19

DAFTAR TABEL
No

Teks

1 Jumlah dan keanekaragaman acari di area tanaman menghasilkan (TM)
2 Jumlah dan keanekaragaman acari di area tanaman belum menghasilkan
(TBM)
3 Sifat fisik dan kimia tanah pada tanaman sawit menghasilkan (TM) dan

belum menghasilkan (TBM)

Hal
8
9
12

DAFTAR GAMBAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Teks
Sketsa bagian tubuh acari (sumber: Krantz, 2009)

Bagan transek pengambilan sampel
Alat Kempson Extractor
Populasi acari tanah pada area tanaman menghasilkan (TM) dan
tanaman belum menghasilkan (TBM)
Jumlah acari tanah pada tanaman sawit yang menghasilkan (TM) dan
tanaman belum menghasilkan (TBM) pada bulan pertama dan kedua
Sub ordo Oribatida yang berbeda bentuk yang banyak ditemukan di
area tanaman menghasilkan (TM)
Sub ordo Gamazina (kiri) dan sub ordo Uropodina (kanan)
Analisis koresponden hubungan sifat tanah terhadap populasi acari
tanah

Hal
2
4
5
7
9
10
11

11

DAFTAR LAMPIRAN
No

Teks

1 Perhitungan penetapan populasi acari tanah
2 Gambar lain acari pada area tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman
belum menghasilkan (TBM)

Hal
16
17

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Fauna tanah merupakan bagian penting dari suatu ekosistem di dalam tanah,
seperti peranannya dalam proses dekomposisi, memperbaiki aerasi dan
meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Keberadaan fauna tanah
dipengaruhi oleh kondisi lahan. Ada fauna tanah yang memerlukan kondisi iklim
mikro tertentu, ada juga fauna tanah yang dapat hidup pada kondisi ekstrim
tertentu. Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat
menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah (Suin,1997). Keberadaan
fauna dalam tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk melangsungkan hidupnya.
Peranan fauna tanah sangat penting dalam dekomposisi zat atau bahan-bahan
organik dengan cara menghancurkan jaringan-jaringan secara fisik dan
meningkatkan ketersediaan bahan bagi aktivitas bakteri dan jamur, yang
melakukan perombakan pada bahan-bahan seperti gula, selulosa, dan sejenis
lignin, merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus serta membentuk kemantapan
agregat antara bahan organik dan bahan mineral (Barnes et al., 1997).
Fauna tanah cukup baik sebagai bioindikator tanah karena memiliki respon
yang sensitif terhadap praktek pengelolaan lahan dan iklim, berkorelasi baik
terhadap sifat tanah yang menguntungkan dan fungsi ekologis dapat
menggambarkan rantai sebab akibat yang menghubungkan keputusan pengelolaan
lahan terhadap produktivitas akhir dan kesehatan tanaman dan hewan.
Perkebunan kelapa sawit beserta teknik budidaya yang dilakukan merupakan
suatu habitat. Populasi dari berbagai macam fauna tanah yang dapat mendiami
habitat tersebut akan berkumpul sesuai dengan kondisi yang paling cocok bagi
pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing. Populasi merupakan
sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama yang hidup ditempat yang sama
dan memiliki kemampuan bereproduksi di antara sesamanya.
Keragaman fauna tanah dimulai dari protozoa, rotifera, nematoda, annelida,
mollusca, arthropoda hingga vertebrata. Fauna tanah dapat dikelompokkan
berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu mikrofauna, mesofauna dan makrofauna.
Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 µm sampai 200 µm, mesofauna berkisar
200 µm sampai 2 mm dan makrofauna lebih dari 2 mm (Coleman dan Crossley,
2004). Mesofauna tanah merupakan salah satu komponen dari ekosistem tanah.
Keberadaan dan aktivitasnya di dalam tanah dapat mempengaruhi kesuburan
tanah. Salah satu kelompok mesofauna yang banyak dijumpai di tanah adalah
kelompok acari tanah. Kebanyakan anggota acari hidup di darat atau tanah, baik
di dalam (dengan kedalaman tertentu) maupun di permukaan tanah. Menurut
Krantz dan Walter (2009), acari merupakan salah satu dari sebelas subkelas dari
kelas Arachnida (kelompok laba-laba) dan filum arthropoda. Anggota filum
arthropoda, dicirikan dengan bentuk tubuh bulat atau membulat yang dilengkapi
dengan alat gerak yang berbuku-buku atau bersegmen. Acari juga dilengkapi
dengan sistem respirasi, meskipun masih sangat sederhana. Banyaknya variasi dan

2
diversitas pada morfologi anggota acari tentunya akan menunjukkan keragaman
karakteristik perilaku (Gambar 1).

Gambar 1. Sketsa bagian tubuh acari (sumber: Krantz, 2009)
Perkebunan kelapa sawit milik negara pada kawasan Jawa Barat dikelola
oleh Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN VIII). Perkebunan kelapa
sawit PTPN VIII mengedepankan manajemen pemeliharaan tanaman kelapa sawit
dalam upaya untuk mengoptimalkan produksi. Salah satu bentuk pemeliharaan
yang dilakukan yaitu membentuk piringan, pemupukan, pemangkasan daun,
pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan PTPN mengacu pada teknologi budidaya kelapa
sawit yang dikeluarkan oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak nabati yang
dapat diandalkan karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan
dibanding tanaman lain (Sastrosayono, 2003).
Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan yang bersifat tahunan,
biasanya dikelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan (TM). Anonim (2004) menjelaskan bahwa yang dimaksud
TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat tanam

3
sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan, sedangkan tanaman
menghasilkan adalah tanaman yang dipelihara sejak lebih dari 36 bulan yang telah
berbuah. Faktor yang mempengaruhi populasi individu acari selain umur tanaman
adalah suhu, kelembaban udara, vegetasi, curah hujan. Tanaman sangat tergantung
pada curah hujan dan kelembaban udara yang mengakibatkan terbentuknya
karakter khas vegetasi pada suatu area.
Tanah memiliki keterbatasan dalam menyediakan hara bagi tanaman, maka
pemupukan menjadi penentu pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
Dalam usaha perkebunan kelapa sawit, pemupukan memberikan kontribusi 29 %
dari peningkatan produksi tanaman kelapa sawit (Goh et al. 2009). Menurut Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008), jenis pupuk
yang diberikan berdasarkan umur kelapa sawit atau sesuai anjuran Balai
Penelitian Kelapa Sawit. Pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B
berturut-turut dalam bentuk Urea, TSP, KCl, Kiserit dan Borax. Penambahan
pemupukan dengan Borax diberikan pada saat tanaman muda. Kegiatan
pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun dengan tujuan agar diperoleh
pohon yang bersih dan memudahkan pemanenan. Daun yang dipangkas tersebut
ditumpuk pada daerah gawangan dan dibiarkan terdekomposisi. Daerah piringan
selalu dibersihkan dari gulma, supaya tidak terjadi persaingan antara tanaman
kelapa sawit dengan gulma dalam hal pemanfaatan unsur hara dan air. Sementara
pengendalian hama dan penyakit biasanya dilakukan dengan pestisida alami
maupun pestisida kimia.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari populasi dan keragaman acari
tanah pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM) dan tanaman
yang belum menghasilkan (TBM) pada dua waktu pengamatan yang berbeda.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi pengambilan sampel tanah terletak di Perkebunan Kelapa Sawit
milik PTPN VIII Cikasungka, Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Ekstraksi dan
pemilahan spesimen serta identifikasi acari tanah dilakukan di Laboratorium
Bioteknologi Tanah, serta analisis kimia tanah seperti C-organik, N, K, Ca, pH,
Cu, Zn dan kadar air tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April 2014 sampai
Bulan September 2014.

4
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada gawangan tanaman kelapa
sawit tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
dipilih 5 tanaman secara acak. Cara pengambilan sampel yaitu dibuat garis transek
sepanjang 162 m di area kebun kelapa sawit (jarak antar pohon sawit 9 m). Pada
satu garis transek dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik di
gawangan (Gambar 2). Setiap titik pengambilan akan diambil sampel tanah dan
serasah tanaman sawit. Pengambilan sampel tanah dilakukan dua kali selama dua
bulan.

A

*)

B
162 m

Gambar 2. Bagan transek pengambilan sampel
Keterangan :
A : Tanaman Menghasilkan (TM)
B : Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
: Tanaman kelapa sawit
: Titik pengambilan sampel (gawangan)
*) : Jarak A – B = 1500 m
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, sekop, pisau,
penggaris, tali rafia, kertas koran, kain blacu, microtube, label, plastik, tabung
sentrifuge, kuas, mikroskop, kamera, alat Kempson Extractor, cawan timbang,
gelas piala, dan labu takar. Bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi fauna
adalah etilen glikol dan alkohol 70%, sedangkan bahan untuk pengukuran kimia
tanah adalah aquades, H2SO4 pekat, selenium, NaOH, parafin, asam borat,
indikator conway, larutan DTPA, HCl, larutan NH4OAc, larutan lantan, K2Cr2O7,
FeSO4, dan indikator feroin.
Analisis Sampel Tanah
Sampel tanah untuk analisis sifat kimia tanah dilakukan dengan
mengeringudarakan terlebih dahulu, kemudian bongkahan tanah dihaluskan.
Selanjutnya sampel tanah dianalisis sifat-sifat fisik dan kimia yang meliputi kadar
air, pH yang diambil dua kali selama dua bulan, sedangkan, C-organik, N, Ca, K,

5
Cu, dan Zn dianalisis secara komposit. Untuk analisis acari tanah, sampel tanah
diambil beserta serasah yang berada di atasnya. Sampel tanah dan serasah secara
terpisah dimasukkan ke dalam wadah yang dilapisi saringan, kemudian wadah
dimasukkan kedalam kantong plastik agar fauna tanah tidak jatuh. Selanjutnya
sampel tanah tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diekstrak
menggunakan alat Kempson Extractor (Gambar 3).

Gambar 3. Alat Kempson Extractor
Wadah yang berisi tanah dan serasah dikeluarkan dari kantong plastik
kemudian di bawahnya diberikan wadah koleksi yang berisi etilen glikol. Fauna
tanah akan bergerak ke bawah dan jatuh ke dalam wadah koleksi. Ekstraksi fauna
tanah dari sampel tanah dilakukan selama 7 hari, sedangkan sampel serasah
dilakukan selama 3 hari dengan suhu 35oC - 60oC. Suhu selama inkubasi
dinaikkan secara bertahap agar fauna tanah tetap bertahan. Setelah proses
ekstraksi selesai, fauna tanah hasil ekstraksi tersebut disimpan dalam botol
100 ml berisi alkohol 70 %. Alkohol berfungsi sebagai pengawet agar tubuh
fauna tidak hancur dan lebih mudah nantinya untuk diamati di bawah stereo
mikroskop. Setelah itu fauna tanah yg jatuh ke wadah koleksi disaring dengan
saringan yang berukuran diameter 45 µm kemudian dimasukkan ke dalam botol,
dan dipastikan tidak ada fauna tanah yang tersisa di dalam wadah koleksi.
Pemilahan dan Identifikasi Acari Tanah
Sampel tanah yang telah diekstraksi, kemudian dipilah untuk memisahkan
acari tanah dari fauna tanah lainnya. Pekerjaan tersebut dilakukan di bawah
mikroskop stereo dengan menggunakan kuas dan pipet. Acari tanah dipilah untuk
selanjutnya diidentifikasi.
Acari tanah diidentifikasi hingga tingkat sub ordo dengan menggunakan
mikroskop stereo. Tahap pertama dimulai dengan memisahkan acari tanah
berdasarkan ordo, kemudian sub ordo berdasarkan morfologi acari dan
berpedoman pada Krantz dan Walter (2009). Proses penghitungan jumlah acari
tanah untuk keperluan analisis populasi acari tanah, dilakukan bersamaan dengan
identifikasi.

6
Analisis Data Pengamatan Acari Tanah
Fauna tanah dihitung dan diidentifikasi sampai dengan tingkat sub ordo.
Nilai keanekaragaman fauna tanah permukaan tanah dihitung berdasarkan jumlah
fauna tanah ditetapkan dengan rumus (Meyer, 1996) :
IS
I=
A
di mana : IS : Rata-rata jumlah individu per sampel
A : Luas area sampel (m2)
I : Jumlah individu/ m2
Luas area sampel = s2= 20 cm x 20 cm = 400 cm2 = 0,04 m2
Keanekaragaman fauna tanah yang menggambarkan banyaknya taksa
(kelompok) dalam suatu habitat dihitung menggunakan Shannon’s diversity
(Ludwig dan Reynolds 1988) yaitu :
H′ = −



i=1

��
��
ln



di mana : H’ : Shannon’s diversity index
ni : Jumlah individu fauna tertentu
n : Jumlah total individu fauna tanah dalam sampel
Nilai H’ menurut Magurran (1987) berkisar antara :
< 1,5 : Keragaman rendah
1,5-3,5 : Keragaman sedang
> 3,5 : Keragaman tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Acari Tanah
Acari atau tungau merupakan kelompok predator penting, selain juga
sebagai dekomposer, yang menentukan populasi Collembola. Dilaporkan bahwa
acari mampu memakan Collembola paling banyak 14 individu m-2, tetapi pada
umumnya paling sedikit 2 individu m-2 (Suhardjono, 1992). Acari dapat dipakai
sebagai indikator tingkat kesuburan tanah. Pada keadaan tanah yang berbeda, akan
menunjukan angka populasi acari yang berbeda. Sehingga ukuran populasi acari
pada suatu tempat dapat menunjukan sifat atau keadaan tanah tempat tersebut
(Suhardjono, 1985). Vegetasi merupakan penyumbang serasah yang merupakan
sumber pakan dan tempat berlindung bagi acari tanah.

7

Gambar 4. Populasi acari tanah pada area tanaman menghasilkan (TM) dan
tanaman belum menghasilkan (TBM)
Populasi rata-rata acari tanah yang dihasilkan didominasi oleh sub ordo
Oribatida baik di area TM maupun di TBM, di mana di area TM populasinya lebih
tinggi dibanding TBM (Gambar 4). Jumlah Oribatida pada area TM sebesar
2212±730 individu m-2, Gamazina 340±170 individu m-2, dan Uropodina 327±223
individu m-2, sedangkan TBM jumlah Oribatida 825±180 individu m-2, Gamazina
272±119 individu m-2 dan Uropodina 121±91 individu m-2 (Lampiran 1). Populasi
rata-rata yang didapatkan masing-masing area yaitu 2880±1089, individu m-2
(TM), dan 1218±392 individu m-2 (TBM). Secara keseluruhan, terlihat bahwa
semakin bertambah usia tanaman, kelimpahan acari tanah semakin meningkat. Hal
ini disebabkan terkait dengan berlangsungnya proses dekomposisi yang berjalan
dengan baik, peningkatan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman, sehingga
kondisi mikrohabitat yang terbentuk semakin mendekati kondisi hutan alam.
Serasah menyediakan tempat hidup bagi berbagai makhluk terutama
dekomposer. Serasah berguna sebagai input bahan organik pada lahan
terdegradasi. Bahan organik menjadi kunci bagi berlangsungnya dinamika
kesuburan tanah, karena dengan dinamikanya sifat-sifat tanah bisa dikelola
menuju kondisi yang ideal bagi tanaman. Tinggi rendahnya jumlah acari tanah
berkorelasi dengan Collembola tanah karena sebagian anggota kelompok acari
merupakan predator bagi Collembola (Suhardjono, 1985). Faktor lain yang
berpengaruh terhadap populasi acari adalah pH tanah dan curah hujan (Leow 1978
dalam Suhardjono 1985).
Keanekaragaman Acari Tanah
Dari hasil identifikasi acari tanah di area tanaman menghasilkan (TM) dan
tanaman belum menghasilkan (TBM) diperoleh sebanyak 3 sub ordo. Sub ordo
yang didapatkan dari ordo acari tanah adalah Oribatida, Uropodina dan Gamazina.
Sub ordo Oribatida merupakan sub ordo dengan populasi tertinggi mencapai

8
2815±1143 individu m-2 (Tabel 1) di area tanaman menghasilkan (TM).
Perbandingan total individu acari tanah bulan pertama dan bulan kedua pada area
tanaman menghasilkan (TM) menghasilkan perbedaan yang signifikan. Hal ini
disebabkan karena faktor kadar air, kelembaban udara pada pengambilan sampel
bulan kedua cukup tinggi.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Shannon’s Diversity Index, area
tanaman menghasilkan memiliki indeks keragaman sebesar 1,31 pada bulan
pertama dan 0,89 pada bulan kedua. Keragaman ini termasuk golongan rendah
sebab dari faktor pengelolaan tanah sampel yang diambil dan sedikitnya jenis
acari yang didapat.
Tabel 1. Jumlah dan keanekaragaman acari di area tanaman menghasilkan (TM)
Ordo

Sub ordo

Oribatida
Gamazina
Uropodina
Total Individu
Shannon’s Diversity Indeks
Acari

Jumlah individu m-2±SD
Bulan 1
Bulan 2
1610 ± 318
2815 ± 1143
290 ± 143
390 ± 198
470 ± 280
185 ± 166
2370 ± 716
3390 ± 1463
1,31
0,89

Populasi acari tanah pada area tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat
dilihat pada Tabel 2. Total individu yang didapatkan sebesar 1425±526 individu
m-2 (bulan pertama) dan 1012±227 individu m-2 (bulan kedua). Seperti halnya di
area TM, pada area TBM sub ordo Oribatida juga memiliki jumlah individu
tertinggi dibandingkan dengan dua sub ordo yang lainnya. Dari hasil pengamatan
bulan pertama diperoleh populasi Oribatida sebesar 1080±165 individu m-2,
Gamazina sebesar 220±67 individu m-2 dan Uropodina sebesar 125±109 individu
m-2. Sedangkan pada bulan kedua didapatkan populasi Oribatida 570±195
individu m-2, Gamazina sebesar 325±172 individu m-2 dan Uropodina sebesar
117±74 individu m-2. Area tanaman belum menghasilkan ini memiliki populasi
yang rendah dibandingkan dengan tanaman menghasilkan karena umur tanaman
yang berbeda jauh yaitu sekitar 5 sampai 10 tahun dan didukung dengan faktor
lingkungan seperti kadar air, kelembaban udara, curah hujan dan lain sebagainya.
Serasah pada tanaman belum menghasilkan (TBM) juga lebih sedikit dibanding
dengan tanaman menghasilkan. Hal ini menjadi salah satu sebab acari tanah yang
ditemukan tanaman belum menghasilkan sedikit
Secara keseluruhan nilai indeks keragaman pada masing-masing
pengamatan yang dihitung dengan Shannon’s Diversity Index yang
menggambarkan banyaknya taksa atau kelompok dalam suatu habitat, memiliki
nilai keragaman rendah (