Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan Tangan Kota Bogor menggunakan The Dream House Model.

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL DAN
MENENGAH KLUSTER KERAJINAN TANGAN KOTA
BOGOR MENGGUNAKAN THE DREAM HOUSE MODEL

NI LUH PUTU EKA PRASANTI RUTHA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan
Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan Tangan Kota Bogor
menggunakan The Dream House Model adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Ni Luh Putu Eka Prasanti Rutha
NIM H24090107

ABSTRAK
NI LUH PUTU EKA PRASANTI RUTHA. Strategi Peningkatan Kinerja Usaha
Kecil dan Menengah Kluster Kerajinan Tangan Kota Bogor menggunakan The
Dream House Model. Dibimbing oleh ANGGRAINI SUKMAWATI dan
LINDAWATI KARTIKA
Kinerja menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu organisasi,
termasuk pada usaha kecil menengah kluster kerajinan tangan. Modal insani dan
modal sosial memiliki peran strategis dalam peningkatan kinerja UKM. Tujuan
penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh UKM
kluster kerajinan tangan di Kota Bogor, (2) Menganalisis perbandingan tingkat
kepentingan dengan kinerja yang telah dicapai UKM kerajinan tangan Kota
Bogor, (3) Menganalisis pengaruh dari modal insani dan modal sosial terhadap
kinerja UKM kluster kerajinan tangan di Kota Bogor, (4) Menganalisis rancangan
model indikator utama dari peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan tangan di

Kota Bogor, dan (5) Menganalisis faktor-faktor pendorong dan penghambat dari
upaya peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan tangan di Kota Bogor. Hasil
penelitian menyatakan bahwa permasalahan utama dalam stagnasinya
pertumbuhan UKM terletak pada kategori sumberdaya manusia. Pada tahapan
selanjutnya tujuan utama UKM akan dirangkum dalam The House Model.
Implikasi manajerial dari penelitian ini menggabungkan antara faktor pendorong
dan faktor penghambat untuk membangun model peningkatan kinerja UKM.
Kata kunci: kinerja, modal insani, modal sosial, The House Model

ABSTRACT
NI LUH PUTU EKA PRASANTI RUTHA. Performance Improvement Strategy
for SME Craft Cluster in Bogor with The Dream House Model. Supervised by
ANGGRAINI SUKMAWATI and LINDAWATI KARTIKA.
Performance is one measure of success of an organization, including the
small and medium enterprise clusters crafts. Human capital and social capital have
a strategic role in improving the performance of SME. The purpose of this study
is (1) To identify the problems faced by SME craft clusters in the city of Bogor,
(2) analyze the interest rate comparisons with the performance achieved
handicraft SME Bogor, (3) Analyze the influence of human capital and social
capital to performance of SME craft cluster in Bogor, (4) analyzing the main

indicators of the design model of SME performance improvement craft cluster,
and (5) analyze factors driving and inhibiting of efforts to improve the
performance of SME clusters crafts in Bogor. The study states that the main
problem lies in the stagnation in the growth of the SME category of human
resources. At the next stage the main objective of SME will be summarized in the
House Model. Managerial implications of this study combines the factors driving
and inhibiting factors to build a model of SME performance improvement.
Key words : performance, human capital, social capital, The House Model

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA USAHA KECIL DAN
MENENGAH KLUSTER KERAJINAN TANGAN KOTA
BOGOR MENGGUNAKAN THE DREAM HOUSE MODEL

NI LUH PUTU EKA PRASANTI RUTHA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen


DEPARTEMEN MANAJAMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi :Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster
Kerajinan Tangan Kota Bogor menggunakan Th e Dream House
Model .
Nama
:Ni Luh Putu Eka Prasanti Rutha
: H24090107
NIM

Disetujui oleh

Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, MM
Pembimbing I

Diketahui oleh


Tanggal Lulus:

0 1 N I 2013

Lindawati Kartika, SE. MSi
Pembimbing II

Judul Skripsi :Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah Kluster
Kerajinan Tangan Kota Bogor menggunakan The Dream House
Model.
Nama
:Ni Luh Putu Eka Prasanti Rutha
NIM
: H24090107

Disetujui oleh

Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, MM
Pembimbing I


Lindawati Kartika, SE. MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. M. Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret ini ialah kinerja,
dengan judul Strategi Peningkatan Kinerja Usaha Kecil Menengah Kluster
Kerajinan Tangan Kota Bogor Menggunakan The Dream House Model.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM
dan Lindawati Kartika, SE ,M.Si selaku pembimbing yang telah membimbing
serta memberi saran kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibunda Nyoman Lina Andayani dan
Ayahanda Gede Dwija Putra, sahabat-sahabat terbaik, Atika Zulfah, Nikki
Ariesta, Putri Wahyuningrum, Albert, Miranti Yandini, dan Shita Ratnasari, atas
segala bentuk dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Ni Luh Putu Eka Prasanti Rutha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian


3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

METODE PENELITIAN

4

Kerangka Pemikiran

4

Lokasi dan Waktu Penelitian


6

Jenis dan Sumber Data

6

Metode Pengambilan Sampel

6

Metode Pengolahan dan Analisis Data

6

PEMBAHASAN

11

Gambaran Umum


11

Karakteristik Responden

12

Diagram Sebab-Akibat Stagnasi UKM

14

Tingkat Kepentingan dan Kinerja

15

Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial Terhadap Kinerja UKM
dengan Lisrel

19

Model Peningkatan Kinerja UKM

21

IMPLIKASI MANAJERIAL

23

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan

23

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

45

DAFTAR TABEL
1 Data koperasi dan UKM kota Bogor tahun 2009-2011
2 Kriteria penilaiaan Goodness of Fit
3 Karakteristik UKM
4 Karakteristik UKM kerajinan Kota Bogor
5 Skor rata-rata kinerja dan kepentingan
6 Gap Kinerja dan Kepentingan
7 Persepsi karyawan terhadap modal insani, modal sosial, dan kinerja
8 Goodness of fit
9 Koefisien Modal Insani dan Modal Sosial
10 Force Field Analysis UKM Kerajinan di Kota Bogor

1
10
12
14
16
18
19
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kerangka pemikiran
Variabel manifest dari modal insani
Variabel manifest dari modal sosial
Variabel manifest dari kinerja UKM
Model pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja
UKM
6 Model alternatif pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap
kinerja
7 Permodelan „Dream House’
8 Karakteristik karyawan
9 Diagram Sebab-Akibat Stagnasi UKM
10 Diagram Kuadran Kepentingan dan Kinerja UKM
11 Permodelan menggunakan Lisrel
12 Model Peningkatan Kinerja UKM

5
8
8
8
9
9
11
13
15
16
19
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Kuisioner Penelitian
Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil Analisis Deskriptif
Persepsi karyawan terhadap peningkatan kinerja UKM melalui modal
insani dan modal sosial
5 Model alternatif modal sosial memoderasi modal insani
6 Indikator Utama Model Peningkatan Kinerja

28
36
37
39
42
43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peranan strategis dalam
perekonomian Indonesia. Berkembangnya UKM tidak luput dari pandangan
bahwa sektor ini dapat menjadi sarana pemulihan ekonomi yang efektif melalui
penambahan pendapatan nasional, pengurangan jumlah pengangguran dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. UKM menyumbang sekitar 56,7 persen
dalam output nasional (PDRB) dan dalam ekspor non-migas sebesar 15 persen
(Tambunan, 2009). Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementrian Koperasi
dan UKM tahun 2012, pertumbuhan usaha kecil menengah dalam periode tahun
2010-2011 sebesar 4,25 persen. Berdasarkan sumber yang sama didapat pula
informasi mengenai kemampuan UKM menyerap tenaga kerja. Pada periode
tahun 2009-2010 UKM dapat menyerap tenaga kerja sebesar 3,04 persen dan
meningkat drastis pada periode selanjutnya sebesar 5,57 persen.
Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil dan menengah
menyatakan bahwa usaha kecil memiliki kriteria: (i) kekayaan bersih lebih dari
Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai Rp 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (ii) memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai Rp
2.500.000.000 (dua milyar rupiah) sedangkan, usaha menengah memiliki kriteria:
(i) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai Rp
10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; dan (ii) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2.500.000.000
(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan 50.000.000.000 (lima puluh
milyar rupiah).
Kota Bogor secara geografis memiliki luas wilayah 11.850 Ha dan
berpenduduk sekitar 820.707 jiwa dan menjadi salah satu kota penunjang ibukota
Jakarta. Bogor merupakan kota tujuan wisata warga ibukota dengan jarak hanya
sekitar 48 km dari ibukota. Seiring berkembangnya potensi wisata kota Bogor,
perekonomian juga menunjukan pertumbuhan terutama melalui sektor UKM.
Peningkatan jumlah usaha menengah paling signifikan di kecamatan Bogor Barat,
namun secara keseluruhan usaha menengah di Kota Bogor mengalami
peningkatan jumlah yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data koperasi dan UKM kota Bogor tahun 2009-2011
2009

N
o

NAMA KECAMATAN

1

BOGOR BARAT

2

BOGOR SELATAN

3

2010

Kecil

Menengah

Kecil

2011

Menengah

Kecil

Menengah

871

268

895

297

904

502

1.257

404

1.467

412

1.256

419

BOGOR UTARA

387

129

418

132

402

134

4

BOGOR TIMUR

484

161

494

164

503

167

5

BOGOR TENGAH

1.403

468

1.431

477

1.457

486

6

TANAH SAREAL

484

161

494

164

503

167

4.886

1.591

5.199

1.646

5.025

1.675

TOTAL

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM kota Bogor, 2012

2
Total usaha kecil di Kota Bogor mengalami penurunan namun disaat yang
sama usaha menengah mengalami peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan usaha menengah lebih memiliki kekebalan dalam persaingan
ketimbang usaha kecil. Kekebalan yang dimaksud adalah usaha menengah lebih
matang dalam segi manajerial dan non-manajerial dibanding dengan usaha kecil,
dan lama berdirinya usaha memiliki andil dalam meningkatkan daya tahan usaha
terhadap persaingan.
Persaingan merupakan salah satu isu penting. Untuk memenangkan
persaingan tersebut, organisasi harus memiliki keunggulan kompetitif yang
menjadikannya nilai tambah bagi organisasi, tak terkecuali UKM. Keunggulan
kompetitif ini dapat berupa teknologi yang modern, desain produk yang khas, dan
sistem manajemen Sumber Daya Manusia yang terintegrasi. Manusia sebagai
human capital dapat dilihat dari pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi
(Marimuthu et.al 2009). Modal manusia ialah komponen yang sangat penting
dalam UKM. Konteks manajemen SDM, organisasi perlu mendayagunakan secara
optimal potensi SDM menuju peningkatan produktifitas kinerja. Menurut
Feldman dalam Widodo (1998) menyatakan bahwa kinerja SDM merupakan
perpaduan antara motivasi dan kemampuan karyawan dalam bekerja. Modal
sosial juga merupakan sumber daya dalam UKM, modal sosial membentuk ikatan
yang dapat memaksimalkan modal insani. Pengembangan modal insani dan modal
sosial merupakan investasi bagi UKM dimana melalui pengembangan insani dan
sosial akan didapat peningkatan kinerja yang berujung pada peningkatan returns
bagi UKM.
Perumusan Masalah
Predikat Bogor sebagai kota wisata membuat UKM kluster kerajinan tangan
mengalami peningkatan jumlah. UKM dianggap mampu bertahan dalam krisis
dan membantu meringankan permasalahan sosial seperti tingginya angka
kemiskinan serta tingginya angka pengangguran. Oleh karena itu UKM
diharapkan terus bertumbuh dan berkembang agar memberi dampak positif bagi
perekonomian daerah. Untuk bertumbuh serta berkembang UKM membutuhkan
dukungan modal yakni modal insani dan modal sosial. Modal insani yang
dimaksudkan ialah kualitas bukan kuantitasnya, bagaimana dengan kualitas insani
yang ada dapat menunjang kinerja UKM. Sedangkan yang terjadi di lapangan,
UKM tidak didukung oleh modal insani yang kompeten. Modal sosial juga
merupakan faktor yang dapat mendorong peningkatan kinerja UKM. Berdasarkan
uraian diatas, maka permasalahan yang diteliti adalah:
1. Apa permasalahan yang dialami oleh UKM kluster kerajinan di Kota Bogor?
2. Bagaimana perbandingan tingkat kepentingan dengan kinerja yang telah
dicapai oleh UKM kerajinan di Kota Bogor?
3. Apakah modal insani dan modal sosial memiliki pengaruh terhadap
peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan di Kota Bogor?
4. Bagaimana rancangan model indikator utama dari peningkatan kinerja UKM
kluster kerajinan di Kota Bogor?
5. Apa faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam upaya peningkatan
kinerja UKM kluster kerajinan di Kota Bogor?

3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, adapun tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan kinerja dalam UKM kluster kerajinan tangan di
Kota Bogor.
2. Menganalisis perbandingan tingkat kepentingan dengan kinerja yang telah
dicapai UKM di Kota Bogor.
3. Menganalisis pengaruh dari modal insani dan modal sosial terhadap kinerja
UKM kluster kerajinan tangan di Kota Bogor.
4. Merancang model peningkatan kinerja UKM kluster kerajinan tangan di Kota
Bogor.
5. Menganalisis faktor-faktor pendorong dan penghambat dari upaya peningkatan
kinerja UKM kluster kerajinan tangan di Kota Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pengusaha UKM
Bahan evaluasi usaha dan bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan
Usaha Kecil dan Menengah kluster kerajinan tangan Kota Bogor.
2. Bagi peneliti
Media untuk melihat masalah yang terjadi pada Usaha Kecil dan Menengah.
3. Bagi akademisi
Bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pengaruh langsung yang
diberikan dari modal insani dan modal sosial terhadap peningkatan kinerja
maupun pengaruh modal sosial sebagai media yang memoderasi modal insani
dalam meningkatkan kinerja UKM di Kota Bogor. Variabel dari modal insani
dibatasi pada metode on the job training umum, metode on the job training
spesifik, pendidikan formal, dan pengetahuan lainnya. Variabel ini mengacu
pada Becker 1993. Penelitian untuk modal sosial dibatasi pada dimensi
struktural, dimensi relasional dan dimensi kognitif. Dimensi-dimensi tersebut
mengacu dari Nahapiet dan Goshal (1998). Objek penelitian ini adalah SDM dari
UKM kluster kerajinan tangan.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Modal Manusia
Modal manusia adalah komponen yang sangat penting di dalam organisasi.
Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan
menghasilkan kinerja yang luar biasa (Ancok 2003). Manusia dinilai dapat

4
menginvestasikan dirinya sendiri melalui berbagai bentuk investasi SDM, seperti
pendidikan formal dan informal, pengalaman kerja, dan kesehatan .
Pengertian Modal Sosial
Pennar dalam Ancok (2003) mengemukakan bahwa modal sosial merupakan
jaringan hubungan sosial yang mempengaruhi perilaku individual yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Perilaku individual merupakan faktor
utama dalam hubungan sosial. Interaksi soaial memungkinkan orang untuk
membangun komunitasnya sehingga akan terbangun rasa kebersamaan dan
solidaritas sosial yang tinggi sehingga berdampak positif pada peningkatan
kesejahteraan ekonomi dan pembangunan.
Usaha Kecil dan Menengah
Definisi UKM menurut kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kinerja
Wirawan (2009) menyatakan bahwa kinerja adalah singkatan dari kinetika
energi kerja yang padanannya dalam bahasa inggris adalah performance. Istilah
performance sering diindonesiakan sebagai performa. Kinerja adalah keluaran
yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau
suatu profesi dalam waktu tertentu. Sedangkan definisi dari kinerja organisasi
adalah seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi
dalam rangka pencapaian tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan
program/ kebijakan/ visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
UKM sebagai salah satu penggerak roda perekonomian harus menjadi
perhatian bagi pemerintah maupun masyarakat luas. Mengingat peran dan
kontribusi UKM dalam menggiatkan ekonomi kecil dan menengah sehingga
mampu mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat,
termasuk usaha kecil menengah kluster kerajinan tangan. Pengembangan UKM
tersendat pada masalah manajerial, salah satunya ialah kualitas sumber daya
manusianya. Keterbatasan dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan
keterampilan sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya.
Keterbatasan modal insani, unit usaha ini relatif sulit untuk mengembangkan daya

5
inovasi dan mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan
produktivitas dan daya saing produk yang dihasilkan (Hafsah 2004).
Penelitian mengenai modal insani dan modal sosial di UKM kluster
kerajinan tangan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan juga
masukan dalam upaya meningkatkan kinerja UKM. Penelitian ini melalui tiga
tahapan, yakni:
1. Tahap pertama, penjabaran permasalahan di UKM dan menentukan prioritas
melalui perbandingan antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Data
diperoleh dari wawancara yang mendalam (in-depth interview) kepada pemilik
UKM kemudian data dianalisis dengan diagram Ishikawa atau fishbone dan
Importance-Performance Analysis.
2. Tahap kedua adalah merancang model peningkatan kinerja UKM melalui
modal insani dan modal sosial. Pada tahapan ini dibutuhkan tiga alat analisis
yakni Structural Equation Model (SEM) dengan Lisrel, The House Model, dan
Forced Field Analysis (FFA).
3. Tahap terakhir dari penelitian ini yaitu, menyimpulkan hasil analisis dan
memberi beberapa implikasi manajerial yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam upaya peningkatan kinerja UKM. Lebih lanjut, akan dijelaskan melalui
Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran

6
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha kecil dan menengah yang berada di
Kota Bogor, Jawa Barat dan dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2013.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait serta
kuesioner yang disebar ke UKM kluster kerajinan tangan di Kota Bogor
sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, baik berupa buku,
jurnal, serta data-data yang disediakan oleh instansi-instansi yang terkait.
Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Metode Pengambilan Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Menentukan
sampel diperlukan suatu metode yang tepat agar sampel dapat merepresentatifkan
populasi. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode sensus
karena populasi yang hanya berjumlah 10 UKM.
Responden penelitian ini ialah UKM kluster kerajinan tangan yang
tergabung dalam Dewan Kerajinan Tangan Daerah Bogor, berjumlah 8 UKM
dikarenakan 2 UKM tidak bersedia menjadi sampel. Responden berjumlah 8
orang pemilik UKM dan 55 karyawan yang telah memiliki masa kerja minimal 1
tahun.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Ada dua macam data dalam
penelitian ini, yaitu data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
yang diperoleh melalui wawancara mendalam (deep interview) akan dianalisis
menggunakan Diagram Ishikawa. Data kuantitatif yang diperoleh melalui
kuisioner akan dianalisis tingkat prioritas dan besar pengaruh antar variabelnya
menggunakan metode Analisis Deskriptif, Importance-Performance Analysis
(IPA), Structural Equiting Model, The Dream House Model, dan Forced Field
Analysis.
Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Uji validitas bertujuan untuk mengukur ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur (kuesioner). Kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur untuk kuesioner tersebut
sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Suliyanto 2005).
Menggunakan aplikasi Stastical Product and Service Solution (SPSS) versi
17.00. Hasil uji validitas karyawan pada taraf signifikasi korelasi 5% menyatakan
bahwa seluruh item valid.

7
Variabel dikatakan reliabel jika secara statistik Cronbach Alpha >0.60 dan
hasil reliabilitas kuesioner karyawan pada penelitian ini adalah 0.952, sehingga
dapat disimpulkan seluruh pertanyaan dalam kuesioner reliabel.
Analisis Deskriptif
Analisis ini berisikan bahasan jawaban secara deskriptif yang diberikan
responden pada kuesioner. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menyusun dan menyajikan data dari data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian serta mempelajari cara melakukan pengukuran nilai-nilai statistik,
seperti mean, median, modus, standar deviasi, dan lain-lain. Data yang telah
dikumpulkan dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Sesuai dengan ruang
lingkupnya, analisis deksriptif meliputi penyajian data, baik dalam bentuk tabel
maupun grafik, serta pengukuran nilai-nilai statistik (Suliyanto 2005).
Diagram Sebab-akibat
Diagram Sebab-akibat atau disebut juga diagram fishbone merupakan alat
analisis yang dapat mengidentifikasi penyebab dari masalah yang dihadapi.
Diagram ini dapat terlihat faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan
mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari. Selain itu, juga dapat melihat
faktor-faktor lebih terperinci yang mempengaruhi dan mempunyai akibat pada
faktor utama yang dapat kita lihat dari panah-panah yang berbentuk tulang ikan
pada diagram fishbone.
Importance Performance Analysis (IPA)
Teknik ini pertama kali dikembangkan di bidang pemasaran. Namun, dalam
perkembangan selanjutnya, teknik ini dapat disesuaikan untuk penelitian dibidang
manajemen fungsional lainnya. Pada teknik ini, responden diminta untuk
memeringkatkan berbagai elemen (atribut) dari penawaran berdasarkan derajat
pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu, responden juga diminta
memeringkatkan kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen/atribut tersebut.
Structural Equation Modelling dengan Linear Structural Relationship (Lisrel)
Linear Structural Relationship (Lisrel) merupakan model persamaan regresi
ganda dengan tujuan menguji model pengukuran dan model struktural. Terdapat
dua variabel utama dalam SEM yakni variabel tidak terukur (laten) dan variabel
terukur (manifes). Variabel laten merupakan konsep abstrak yang hanya dapat
diamati secara tidak langsung. Variabel terukur atau yang teramati merupakan
variabel yang dapat diamati dan sering disebut sebagai indikator. Penelitian ini
menggunakan dua variabel laten independen (eksogen) yaitu modal insani dan
modal sosial serta kinerja sebagai variabel laten dependen (endogen) .
1. Modal insani
Becker (1993) menjelaskan bahwa investasi modal manusia dapat dilakukan
melalui komponen pendidikan formal, metode on the job training baik umum
maupun spesifik, serta pengetahuan lainnya seperti yang dijelaskan Gambar 2.

8
Program
Pendidikan Formal

Metode umum On
the Job Training
Modal Insani
Metode On the
Job Training
Spesifik

Pengetahuan
lainnya

Gambar 2 Variabel manifest dari modal insani
2. Modal sosial
Gambar 3 menjelaskan bahwa modal sosial terbagi menjadi beberapa dimensi
yakni dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi kognitif (Nahapiet
dan Ghoshal 1998).
Dimensi Struktural

Modal Sosial
Organisasi

Dimensi Relational

Dimensi Kognitif

Gambar 3 Variabel manifest dari modal sosial
3. Kinerja UKM
Kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian visi, misi, dan
tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Menurut
Dokko (2004) terdapat dua indikator kinerja, yakni produktivitas dan daya
inovasi.

Produktivitas

Kinerja SDM

Daya Inovasi

Gambar 4 Variabel manifest dari kinerja UKM
Berdasarkan penelitian Indriastuti dan Arifah (2008) di UKM kluster
kerajinan Kota Semarang membuktikan bahwa potensi SDM (modal insani)
memiliki andil dalam peningkatan kinerja UKM. Selanjutnya penelitian Kertati

9
(2012) juga membuktikan bahwa modal sosial memiliki pengaruh signifikan
terhadap afektif rasional dan peningkatan kinerja. Model yang akan menganalisis
pengaruh langsung dari variabel modal insani dan modal sosial organisasi
terhadap kinerja UKM, seperti yang terlihat pada Gambar 5.
Metode on the job
training umum (PU)

Pendidikan Formal
(PF)

Metode on the job
training spesifik
(PS(PU)

Modal
Insani

H1

Produktivitas
(PRO)

Kinerja
UKM

Pengetahuan
lainnya (PL)

Daya inovasi
(INO)

4

D. Struktural (STR)

H2

Modal
Sosial

D. Relasional (RLS)

D. Kognitif (KOG)

Gambar 5 Model pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap kinerja
UKM
Variabel terukur dan tidak terukur juga dapat membentuk model alternatif
dimana modal sosial tidak memiliki pengaruh langsung terhadap peningkatan
kinerja melainkan sebagai mediator yang memoderasi modal insani sehingga
berdampak pada peningkatan kinerja seperti yang dijelaskan oleh Gambar 6.
Metode on the job
training umum (PU)

Pendidikan Formal
(PF)

Metode on the job
training spesifik
Pengetahuan lainnya
(PL)

Modal
Insani

H1

Produktivitas
(PRO)

Kinerja
UKM

Modal
Sosial

D. Struktural (STR)

D. Relasional (RLS)

Daya inovasi
(INO)

H3
H2

D. Kognitif (KOG)

Gambar 6 Model alternatif pengaruh modal insani dan modal sosial terhadap
kinerja

H1
H2
H3

Hipotesis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
: Modal insani memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja UKM
: Modal sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja UKM
: Modal sosial memoderasi modal insani secara signifikan terhadap kinerja
UKM

10
Wijayanto (2008) menjelaskan terdapat 7 kriteria penilaian goodness of fit
(GOF) dalam SEM yaitu: P-Value, Root Mean Square of Approximation
(RMSEA), Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted GFI (AGFI), Comparative Fit
Index (CFI), Normed Fit Index (NFI), dan Root Mean Square Residual (RMSR),
untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria penilaiaan Goodness of Fit
No.
1.

Ukuran GOF
P-Value

2.

Root Mean Square
Error of Approximation
(RMSEA)
Goodness of Fit Index
(GFI)
Adjusted GFI (AGFI)

3.
4.
5.

Comparative Fit Index
(CFI)

6.

Normed Fit Index (NFI)

Root Mean Square
Residual (RMSR)
Sumber: Wijayanto, 2008
7.

Tingkat kecocokan yang dapat diterima
Menunjukan matriks kovarians/korelasi sampel tidak berbeda
dengan matriks kovarian/korelasi
Rata-rata perbedaan per degree of fredom yang diharapkan
terjadi dalam populasi dan bukan sampel. RMSEA ≤ 0.08
adalah good fit
Ukuran kesesuaiaan model secara dekriptif dengan data.
GFI ≥ 0.90 mengindifikasikan model fit
Nilai GFI yang disesuaikan. AGFI ≥ 0.90 mengindifikasikan
model fit dengan data
Ukuran kesesuaian model berbasis komparatif dengan model
null. CFI nilainya berkisar antara 0.00 sampai 1.0. CFI ≥0.90
model fit dengan data.
Ukuran kesesuaian model dengan basis komparatif terhadap
baseline atau model null. Model dikatakan fit jika NFI ≥0.95
Nilai pengukuran absolut model. Nilai RMSR ≤ 0.1 model
dikatakan fit.

Ketujuh kriteria digunakan untuk menguji kecocokan model dengan jumlah
data. SEM sangat sensitif terhadap ukuran sampel, jumlah responden pada
penelitian ini tidak memenuhi syarat SEM, maka model harus dimodifikasi
dengan Latent Variable Score (LVS) yang dapat menyederhanakan model yang
digunakan jika ukuran sampel tidak memenuhi syarat. LVS merupakan
penyederhanaan model yang sering digunakan jika ukuran sampel tidak
mencukupi untuk menjalankan model aslinya (Wijayanto 2008).
Dream House Model
Konsep yang dikemukakan oleh Horovitz dan Anne-Valerie Ohlsson
(2007) merupakan usaha suatu organisasi untuk mewujudkan mimpi menjadi
sebuah upaya nyata. Hal mendasar dari kebutuhan organisasi untuk berubah
adalah visi inspirasional masa depan organisasi, yaitu impian dengan batas waktu,
yang membutuhkan pilar-pilar yang dapat menyokong keberadaan dan pencapaian
dari organisasi tersebut. Atap mengasosiasikan impian dan pencapaian yang ingin
diraih oleh organisasi dalam kurun waktu yang ditentukan, upaya serta langkah
nyata dalam mewujudkan impian dan keinginan organisasi disimbolkan oleh
pilar-pilar, dan yang terakhir fondasi bangunan digambarkan sebagai tindakan
yang dapat menjadi dasar dalam melakukan upaya dan langkah nyata dalam
meraih impian organisasi, lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 7.

11

Dream with a deadline
(Impian dengan batasan waktu)

Key way
(Cara utama)

Key way
(Cara utama)

Key way
(Cara utama)

Action and
milestone
(tindakan dan
batu pijakan
yang
digunakan)

Action and
milestone
(tindakan dan
batu pijakan
yang
digunakan)

Action and
milestone
(tindakan dan
batu pijakan
yang
digunakan)

Supporting behavior (Tindakan Pendukung)

Gambar 7 Permodelan „Dream House’
Force Field Analysis (FFA)
Force Field Analysis (FFA) berguna untuk pengambilan keputusan, dalam
FFA akan terlihat faktor pendukung serta faktor penghambat serta membantu
mengkomunikasikan alasan pengambilan keputusan. Tujuan dari metode ini ialah
untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan berdasarkan faktor
pendukung dan penghambat. Force Field Analysis juga membantu dalam
menentukan tantangan yang harus dihadapi, membuat penilaian terhadap semua
faktor yang relevan, mendaftar kekuatan yang bisa dimaksimalkan, serta
mendaftar kelemahan yang bisa diminimalkan (Michalko 2001).

PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Usaha Kecil Menengah memiliki kontribusi besar dalam perekonomian,
baik dalam skala daerah maupun nasional. Menurut Tambunan (2009)
karakteristik dari usaha kecil menengah dapat dilihat dari bentuk usaha (formalnonformal), sistem manajerial yang mengindikasikan sistem kelola organisasi,
pola proses produksi, orientasi pasar yang meliputi target pasar dan pangsa pasar,
profil pemilik yakni latar belakang sosial ekonomi pemilik, sumber bahan baku
untuk produksi, serta hubungan organisasi dengan pihak eksternal seperti akses
terhadapa program-program pemerintah. Lebih lanjut dijelaskan pada Tabel 3.

12
Tabel 3 Karakteristik UKM
Aspek

Usaha Kecil

Usaha Menengah

Formalitas

semua di sektor formal;
terdaftar dan bayar pajak

Organisasi & Manajemen

beberapa beroperasi di sektor
formal; beberapa tidak terdaftar;
sedikit yang bayar pajak
dijalankan oleh pemilik

Sifat SDM

memakai tenaga kerja yang digaji

Pola Proses Produksi

beberapa memakai mesin-mesin
terbaru

Orientasi Pasar

pasar domestik dan beberapa
ekspor
rata-rata berpendidikan baik dan
termotivasi untuk mencari profit
(berbisnis)
bahan baku domestik maupun
didapat dari luar negeri dan akses
kredit formal

Profil Sosial Ekonomi
Pemilik
Sumber Bahan Baku dan
Modal

Hubungan-hubungan
Eksternal

berhubungan dengan dinas terkait
dan memiliki akses ke program
pemerintah

pemilik dibantu oleh
profesional
memakai tenaga kerja digaji
punya derajat mekanisasi
tinggi, menggunakan mesin
terbaru
pasar domestik dan beberapa
ekspor
rata-rata berpendidikan baik
dan motivasi utama ialah
profit
bahan baku domestik
maupun didapat dari luar
negeri dan akses kredit
formal
berhubungan dengan dinas
terkait dan memiliki akses
ke program pemerintah

Sumber: Tambunan, 2009

Potensi UKM di Kota Bogor dapat dilihat dari jumlah pengusaha UKM
yang tumbuh secara signifikan. Predikat sebagai kota wisata membuat UKM
kluster kerajinan tangan menjadi salah satu penunjang kegiatan pariwisata. Dinas
terkait mendukung dan membina pengusaha UKM kluster kerajinan tangan
dengan dibentuknya Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bogor.
Dekranasda berfungsi sebagai wadah pengembangan usaha seni kerajinan UKM
Kota Bogor.
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 55 orang yang berasal dari 8
UKM kerajinan di Daerah Bogor. Analisis deskriptif digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik karyawan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir,
usia, lama bekerja, penghasilan, status pernikahan, dan jumlah tanggungan serta
karakteristik UKM berdasarkan lama berdiri UKM dan skala UKM tersebut.
Tabulasi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Karakteristik Karyawan
Karakteristik Karyawan berdasarkan berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir, usia, lama bekerja, penghasilan, status pernikahan, dan jumlah
tanggungan, dijelaskan melalui pie chart pada Gambar 8.

13
Pendidikan
4

Usia (Tahun)

SD/sederajat

16

7

SMP/sederajat

23

26

SMA/sederajat

12

17

S1

Lama Bekerja

Penghasilan (000)
6

1-3 Tahun
6

3

1500

Jumlah Tanggungan
3 21

Status Pernikahan

1-2 Orang
Menikah

3-4 Orang
20

500-700
750-1000

7-9 Tahun

7

45

41

29

5-6 Orang

27

28

7-8 Orang

Belum
Menikah

>9 Orang

Gambar 8 Karakteristik karyawan
Menurut Gambar 8, tingkat pendidikan terakhir dengan usia berada pada
tingkat pendidikan SMA/sederajat dengan rentang usia 16-25 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanyakan karyawan yang bekerja di UKM berada pada
usia produktif dan mengenyam pendidikan selama 12 tahun.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dengan masa
kerja di UKM kluster kerajinan menunjukan bahwa karyawan yang menjadi
responden rata-rata baru bekerja selama 1-3 tahun pada masing-masing UKM. Hal
ini menunjukkan bahwa pekerjaan di UKM cenderung membuat jenuh dan tidak
adanya jenjang karir membuat masa kerja di UKM menjadi relatif pendek,
sehingga karyawan bertahan hanya pada rentang 1-3 tahun.
Hasil tabulasi tingkat pendidikan dengan jumlah penghasilan karyawan
dari 8 UKM menyatakan penghasilan sejumlah Rp 750.000,00 sampai dengan Rp
1.000.000,00 mendominasi penghasilan karyawan UKM kluster kerajinan di Kota
Bogor. Jumlah upah merupakan nilai yang didapat dari kinerja karyawan dan
kesanggupan masing-masing UKM untuk membayar karyawan.
Selanjutnya, hasil tabulasi tingkat pendidikan dengan jumlah tanggungan
karyawan terlihat bahwa tanggungan karyawan paling banyak berkisar di angka 12 orang tanggungan. Jumlah ini didapat dari karyawan yang sudah memiliki status

14
pernikahan. Jumlah tanggungan berhubungan kuat dengan status pernikahan
karena ketika karyawan menikah, ia akan menanggung hidup pasangannya dan
anak.
Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan berpengaruh pada
jumlah tanggungan karyawan UKM. Status pernikahan secara langsung akan
menambah jumlah tanggungan karyawan tersebut. Total 55 responden, sebanyak
28 karyawan sudah menikah sedangkan sebanyak 27 karyawan masih belum
menikah.
Karakteristik UKM
Karakteristik UKM dilihat dari 2 sudut pandang yakni lama berdiri UKM
dengan skala UKM tersebut. UKM kerajinan berjumlah 8 dengan skala kecil
berjumlah 7 dan UKM berskala menengah berjumlah 1. UKM berskala menengah
merupakan keberlanjutan dari UKM skala kecil. Hasil studi di lapangan, lama
UKM berdiri menjadikan faktor utama UKM skala kecil berkembang menjadi
UKM skala menengah, seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik UKM kerajinan Kota Bogor

kulit

Jumlah
tenaga
kerja
10

100 juta

kecil

furniture bambu

20

200 juta

18

kecil

konveksi

10

60-75 juta

5

kecil

batik

30

100-150
juta

7

kecil

mainan edukasi
kayu

26

60-100 juta

14

kecil

keramik tanah liat

25

50 juta

4

kecil

9

20-30 juta

48

menengah

boneka edukasi
alat musik
tradisional

23

300 juta

Lama
Berdiri

Skala
Usaha

Jenis Usaha

1.Kulit Kalong
2.CV.Suratin
Bambu
3.Grawina
Mulyanasari
4.Batik Bogor
Tradisiku

13

kecil

23

5.Omocha Toys

Nama UKM

6.Munti
Keramik
7.Boneka Potty
8.Goong
Factory

Omset

Informasi mengenai nama UKM, lama berdiri, skala usaha UKM tersebut
(kecil atau menengah), jenis usaha menjelaskan produk yang dihasilkan oleh
UKM, jumlah tenaga kerja, serta omset yang dapat dihasilkan oleh UKM kluster
kerajinan tangan. Sebanyak 4 UKM telah berdiri lebih dari 10 tahun dari skala
usaha kecil sedangkan 1 UKM telah berdiri selama 48 tahun dari skala menengah.
Lama berdiri berpengaruh pada jumlah omset, Goong Factory memiliki jumlah
omset sebesar Rp 300.000.000,00.
Diagram Sebab-Akibat Stagnasi UKM
Permasalahan utama pada penelitian ini adalah kinerja UKM yang
cenderung stagnan atau kurang berkembang. Hasil diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan pemilik UKM. Penyebab stagnasi UKM ada beberapa faktor,
antara lain: SDM, material, metode, pengukuran, dan lingkungan. Penjelasan
lebih lanjut terdapat pada Gambar 9.

15

Gambar 9 Diagram Sebab-Akibat Stagnasi UKM
Faktor sumberdaya manusia ditunjukkan pada kurangnya motivasi pemilik
UKM untuk mencapai hasil yang lebih baik dari keadaan yang sekarang. Hal ini
dapat menimbulkan minimnya keinginan pemilik untuk meningkatkan
kompetensinya. Pemilik hanya berfokus pada bagaimana UKM bisa bertahan
tanpa berusaha membuat UKM maju dan berkembang. Sisi karyawan, kurangnya
komitmen dalam bekerja menjadi masalah dibidang SDM.
Faktor metode, kurangnya respon terhadap tren pasar dan rendahnya inovasi
metode produksi. Padahal dengan melakukan inovasi dan mengaplikasikan
metode baru, UKM berpotensi untuk menghemat waktu serta meningkatkan
produktifitas. Faktor material, UKM kurang dalam hal pengawasan bahan baku,
hal ini menjadi masalah ketika persediaan tidak mencukupi kebutuhan UKM,
UKM menjadi tidak mampu juga untuk memenuhi permintaan pasar.
Faktor pengukuran antara lain kurangnya langkah evaluatif, sistem
manajerial yang kurang baik, standar pengendalian mutu belum memadai, dan
belum adanya analisis pengembangan bisnis. Faktor lingkungan, situasi di toko
kurang menarik karena bersatu dengan workshop yang identik dengan kegiatan
proses yang terkesan kotor. Selain itu ruangan yang sempit dan buruknya sirkulasi
udara menjadi penyebab tidak nyamannya lingkungan UKM.
Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance-Performance Analysis)
UKM kerajinan Kota Bogor
Analisis Kuadran
Analisis kuadran menunjukkan hubungan antara kepentingan pemilik UKM
dengan kinerja yang telah dilakukan oleh UKM. Hal ini dijelaskan melalui
diagram kartesius yang menunjukkan tingkat kepentingan pemilik UKM
ditunjukan oleh sumbu Y, sedangkan kinerja yang dilakukan atau dicapai UKM
ditunjukan oleh sumbu X, lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.

16
Tabel 5 Skor rata-rata kinerja dan kepentingan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Indikator
Laporan keuangan
Pencatatan keuangan harian
Sarana prasarana
Standar pelaksanaan produksi
Standar mutu
Sistem pengendalian mutu
Inovasi produk
Inovasi teknik produksi
Target pasar
Promosi produk
Jaringan distribusi
Administrasi SDM
Pelatihan SDM
Sistem kompensasi
Rencana jangka pendek
Rencana jangka menengah
Rencana jangka panjang
Visi usaha
Misi usaha
Tujuan usaha
Budaya organisasi
Struktur organisasi formal
Jumlah
Rataan

Kinerja (X)
3,25
4,38
3,63
3,50
3,63
4,25
3,35
2,75
3,63
3,50
3,50
3,36
2,25
3,63
2,88
2,88
2,63
4,00
4,00
4,00
3,38
2,63
74,88
3,40

Kepentingan (Y)
4,25
4,25
4,38
4,38
4,38
4,38
3,88
4,13
4,50
3,88
3,88
4,38
3,75
4,38
4,38
3,63
3,50
4,25
4,25
4,13
4,25
4,00
91,13
4,14

Rataan dari skor rata-rata kinerja ( ̿ ) adalah 3,40, sedangkan rataan dari
skor rata-rata kepentingan ( ̿ ) adalah 4,14. Skor rataan tersebut menjadi indikator
pembatas dalam penyusunan empat bagian kuadran dalam diagram kartesius.
4.6

Kuadran I
4.4

Kepentingan

9

12
15

4.2

1 21

8

4

Kuadran II

4 3 514

1819
20

6
2

22
7

3.8

10

13
16

3.6

Kuadran IV

Kuadran III 17

3.4
2

2.5

3

3.5

4

4.5

Kinerja

Gambar 10 Diagram Kuadran Kepentingan dan Kinerja UKM
Berdasarkan Gambar 10, variabel-variabel skor rata-rata kepentingan dan
kinerja UKM menyebar secara acak di empat bagian kuadran. Penjelasan analisis
diagram kuadran adalah sebagai berikut:

17
a. Kuadran I
Kuadran I menunjukkan tingkat kinerja yang di bawah rata-rata namun tingkat
kepentingan yang di atas rata-rata. Berdasarkan Gambar 10, terdapat lima
variabel pada kuadran 1, ditunjukkan oleh angka 1, 8, 12, 15, 21, yakni
variabel laporan keuangan, inovasi teknik produksi, administrasi SDM, rencana
jangka pendek, dan budaya organisasi. Hal ini diperoleh dari perhitungan
antara rataan skor kepentingan dan kinerja serta keadaan ideal dan aktual UKM.
b. Kuadran II
Kuadran II menunjukkan tingkat kinerja dan kepentingan yang di atas rata-rata.
Berdasarkan Gambar 10, terdapat sepuluh variabel pada kuadran II,
ditunjukkan oleh angka 2, 3, 4, 5, 6, 9, 14, 18, 19, 20, yakni variabel pencatatan
keuangan harian, sarana prasarana, standar mutu, standar pelaksanaan mutu
produksi, target pasar, sistem kompensasi, visi, misi, serta tujuan organisasi.
Dengan skor dari variabel 3, 5, 14 serta 18 dan 19 sama. Hal ini diperoleh dari
perhitungan antara rataan skor kepentingan dan kinerja serta keadaan ideal dan
aktual UKM.
c. Kuadran III
Kuadran III menunjukkan tingkat kinerja dan kepentingan yang di bawah ratarata. Berdasarkan Gambar 10, terdapat lima variabel pada kuadran III,
ditunjukkan oleh angka 7, 13, 16, 17, dan 22, yakni variabel dari inovasi
produk, pelatihan SDM, rencana menengah, rencana jangka panjang dan
struktur formal dari organisasi. Hal ini diperoleh dari perhitungan antara skor
kepentingan dan kinerja serta keadaan ideal dan aktual UKM.
d. Kuadran IV
Kuadran IV menunjukkan tingkat kinerja yang di atas rata-rata namun tingkat
kepentingan yang di bawah rata-rata.Berdasarkan Gambar 10, terdapat satu
variabel pada kuadran IV, ditunjukkan oleh angka 10, yakni variabel promosi
produksi. Hal ini diperoleh dari perhitungan antara skor kepentingan dan
kinerja serta keadaan ideal dan aktual UKM.
Analisis Kesenjangan (GAP)
Analisis kesenjangan digunakan untuk mengidentifikasi selisih antara
angka kinerja yang telah dilakukan oleh UKM dengan angka kepentingan
menurut pemilik UKM. Nilai kepentingan dan kinerja diperoleh dari nilai rata-rata
setiap variabel. Sebanyak 21 variabel bernilai negatif menunjukkan bahwa kinerja
di lapangan belum sesuai dengan ekspektasi pemilik UKM dan sebanyak 1
variabel yang bernilai positif yakni variabel pencatatan keuangan harian yang
menunjukkan bahwa UKM sudah melalukan pembukuan pengeluaran-pemasukan
harian lebih daripada harapan pemilik UKM. Lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel
6.

18
Tabel 6 Gap Kinerja dan Kepentingan
Indikator
Pelatihan SDM (13)
Rencana Jangka Pendek (15)
Inovasi teknik produksi (8)
Struktur organisasi formal (22)
Administrasi SDM (21)
Laporan Keuangan (1)
Standar Pelaksanaan Produksi (4)
Target Pasar (9)
Rencana Jangka Panjang (17)
Budaya Organisasi (21)
Sarana dan prasarana (3)
Standar mutu (5)
Sistem Kompensasi
Rencana jangka menengah (16)
Inovasi Produk (7)
Promosi produk (10)
Jaringan distribusi (11)
Visi usaha (18)
Misi usaha (19)
Sistem pengendalian mutu (6)
Tujuan usaha
Pencatatan keuangan harian (2)
Jumlah
Rataan

Kinerja (X)
2,25
2,88
2,75
2,63
3,36
3,25
3,50
3,63
2,63
3,38
3,63
3,63
3,63
2,88
3,35
3,50
3,50
4,00
4,00
4,25
4,00
4,38
74,88
3,40

Kepentingan (Y)
3,75
4,38
4,13
4,00
4,38
4,25
4,38
4,50
3,50
4,25
4,38
4,38
4,38
3,63
3,88
3,88
3,88
4,25
4,25
4,38
4,13
4,25
91,13
4,14

Gap
-1,50
-1,50
-1,38
-1,37
-1,02
-1,00
-0,88
-0,87
-0,87
-0,87
-0,75
-0,75
-0,75
-0,75
-0,53
-0,36
-0,36
-0,25
-0,25
-0,13
-0,13
0,13
-14,03
-0,64

Persepsi Karyawan terhadap Modal Insani dan Modal Sosial
Persepsi karyawan UKM tentang modal insani memiliki nilai setuju
disemua variabel dengan nilai tertinggi pengetahuan lain dan nilai terendah
pendidikan formal, hal ini menyimpulkan karyawan memiliki paradigma bahwa
pengetahuan lain lebih penting dibanding pendidikan formal. Untuk modal sosial
sendiri, nilai terbesar dimiliki variabel relasional yang menyangkut hubungan
antar personal karyawan dengan karyawan lainnya, seperti adanya rasa saling
percaya dan adanya rasa kebersamaan diantara karyawan. Nilai terendah dimiliki
variabel struktural dimana jabatan tidak mempengaruhi arus komunikasi antar
karyawan.
Pada kinerja, karyawan sepakat bahwa inovasi penting dalam kluster
kerajinan tangan. Karyawan yakin bahwa dengan adanya inovasi dapat
mendorong tingkat produktivitas UKM kerajinan tangan, karena kluster kerajinan
tangan memiliki daya tarik dalam hal desain, sehingga desain yang inovatif dapat
menarik minat masyarakat. Tabel 7 berisikan kesimpulan dari pengolahan
persepsi dari Lampiran 4.

19
Tabel 7 Persepsi karyawan terhadap modal insani, modal sosial, dan kinerja
No
Variabel
Nilai
Keterangan
Modal Insani
1
Pendidikan formal
Setuju
3,49
2
Metode umum on the job training
3,77
Setuju
3
Metode spesifik on the job training
3,85
Setuju
4
Pengetahuan lain
Setuju
3,93
Modal Sosial
1
Struktural
Setuju
3,97
2
Relasional
Setuju
4,17
3
Kognitif
3,99
Setuju
Kinerja UKM
1
Produktivitas
Sangat Setuju
4,11
2
Inovasi
Sangat Setuju
4,41
Keterangan : Angka yang bercetak tebal merupakan nilai terbesar dan terkecil pada setiap kategori

Analisis Pengaruh Modal Insani dan Modal Sosial Terhadap Kinerja UKM
dengan Lisrel
Penelitian ini menggunakan 3 variabel laten yakni, modal sosial, modal
insani (X1), modal sosial (X2), dan kinerja (Y). Metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui bentuk dan besar pengaruh Modal Sosial (X1) dan Modal Insani
(X2) sebagai variabel eksogen murni terhadap variabel laten dependen (endogen)
yaitu Kinerja UKM kerajinan (Y).
Data penelitian ini diolah dengan Lisrel 8.7. Secara umum, evaluasi dan
interpretasi model dapat dilihat pada Gambar 11, yang menunjukan bahwa modal
insani dan modal sosial sama-sama mempunyai pengaruh terhadap kinerja UKM.
Namun dari model menunjukan hasil bahwa pengaruh modal sosial lebih besar
dari modal insani.

Gambar 11 Permodelan menggunakan Lisrel

20
Keterangan:
a. DS: Dimensi Struktural
b. DR: Dimensi Relasional
c. DK: Dimensi Kognitif
d. PF: Pendidikan Formal
e. PU: Pelatihan Umum
f. PS: Pelatihan Spesifik
g. PL: Pengetahuan Lain
h. Modsos: Modal Sosial
i. Modins: Modal Insani
j. Inov: Inovasi
k. Prod: Produktifitas

Pengaruh modal sosial dan modal insani terhadap kinerja:
1. Pengaruh modal sosial terhadap kinerja
Hasil SEM menunjukan koefisien pengaruh sebesar 0,45 dengan T-hitung
(42,08)>T-tabel (1,96) maka artinya modal sosial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja.
2. Pengaruh modal insani terhadap kinerja
Hasil SEM menunjukan koefisien pengaruh sebesar 0,09 dengan T-hitung
(15,85)>T-tabel (1,96) maka artinya modal insani berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja.
Ukuran goodness of fit dari model ini menunjukkan hasil yang good fit
dalam semua kriteria. Jadi, model dapat dikatakan layak dan baik. Untuk lebih
jelasnya penilaian goodness of fit dapat dilihat pada Tabel 8:
Tabel 8 Goodness of fit
Goodness-of-Fit
P-VALUE
RMR(Root Mean Square
Residual)
RMSEA(Root Mean square
Error of Approximation)
GFI(Goodness of Fit)
AGFI(Adjusted Goodness of
Fit Index)
CFI (Comparative Fit Index)
NFI (Normed Fit Index )

Cutt-off-Value
0,05

Hasil
0,22459

Keterangan
Good Fit

0,074

Good Fit

0,062

Good Fit

0,99

Good Fit

0,90

0,97

Good Fit

0,90
0,95

1,00
1,00

Good Fit
Good Fit

0,05 atau
0,08
0,90

0,1

Pengaruh modal sosial lebih kuat dibanding modal insani terhadap kinerja
mengingat bahwa sistem yang berjalan di UKM masih berbentuk kekeluargaan
dan jabatan struktural masih sederhana.
Modal insani dan modal sosial memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja UKM. Indikator dari modal sosial meliputi dimensi struktural,
dimensi relasional, dan dimensi kognitif. Ketiga indikator ini ditunjukkan oleh
hubungan antar karyawan dalam kehidupan kerja sehari-hari. Indikator dalam
modal insani meliputi pendidikan formal, pendidikan formal dapat berguna
sebagai dasar pertimbangan jabatan dalam UKM. Pelatihan umum dan spesifik
merupakan keterampilan karyawan dalam mengerjakan pekerjaan di UKM,
sedangkan pengetahuan lain terkait tidak langsung dengan karyawan dalam usaha
menyelesaikan pekerjaan dalam UKM.

21
Tabel 9 Koefisien Modal Insani dan Modal Sosial
Indikator
Dimensi Relasional
Dimensi Struktural
Dimensi Kognitif
Pendidikan Formal
Pelatihan Umum
Pelatihan Spesifik
Pengetahuan Lainnya

Laten
MODAL
SOSIAL

MODAL
INSANI

Koefisien
0,55
1,00
1,00
0,53
0,83
0,90
0,84

T-Hitung
468,09
546,10
1130,32
1055,97
1081,64
1080,65
949,24

Keterangan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan

Model Peningkatan Kinerja UKM
Setiap UKM berkeinginan untuk dapat menguasai pasar nasional, dalam
rangka memenuhi mimpi-mimpi pemilik UKM, pemilik dan karyawan bekerja
sama melakukan berbagai upaya untuk meraih mimpi tersebut. Seperti dijelaskan
Gambar 12.

UKM yang Mendominasi Pasar
Nasional tahun 2018

Prima Tata
Kelola
Org