Keanekaragaman Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) pada Palem-paleman (Arecaceae) di Kebun Raya Bogor
KEANEKARAGAMAN Oxydothis Penz. & Sacc.
(Fungi, Xylariales) PADA PALEM-PALEMAN (Arecaceae)
DI KEBUN RAYA BOGOR
PUJI RACHMATUL ALIYAH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) pada Palem-paleman (Arecaceae) di
Kebun Raya Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Puji Rachmatul Aliyah
NIM G34090064
ABSTRAK
PUJI RACHMATUL ALIYAH. Keanekaragaman Oxydothis Penz. & Sacc.
(Fungi, Xylariales) pada Palem-paleman (Arecaceae) di Kebun Raya Bogor.
Dibimbing oleh AGUSTIN WYDIA GUNAWAN dan IMAN HIDAYAT.
Palem-paleman (Arecaceae) merupakan tanaman monokotil dengan
anggota terbesar dan persebaran luas. Oxydothis Penz. & Sacc. ialah cendawan
Ascomycota yang berasosiasi dengan palem. Salah satu pusat konservasi palem
dan vegetasi tropik di Indonesia ialah Kebun Raya Bogor (KRB). Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi diversitas Oxydothis pada palem di KRB. Sampel
ental daun palem dengan askoma berupa bercak bundar berwarna abu, hitam, atau
cokelat dikoleksi dari blok Arecaceae. Askus dan askospora diamati dengan
medium shears, dan reaksi amiloid pada cincin askus diamati dengan reagen
Melzer. Sebanyak 16 spesies Oxydothis yang berhasil diidentifikasi ialah O.
angustispora J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. asymmetrica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O.
batuapoiensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. belalongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O.
daemonoropsicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. dispariapicis J. Fröhl. & K.D. Hyde,
O. elaeicola Petr, O. extensa J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. grisea Penz. & Sacc., O.
hoehnelii (Rehm.) Sacc., O. hongkongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. licualicola
J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. nonspecifica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. rattanica J.
Fröhl. & K.D. Hyde., O. rattanicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, dan O. rimicolla J.
Fröhl. & K.D. Hyde.
Kata kunci: Arecaceae, Ascomycota, diversitas, Kebun Raya Bogor, Xylariales.
ABSTRACT
PUJI RACHMATUL ALIYAH. Diversity of Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi,
Xylariales) from Palms (Arecaceae) in Bogor Botanical Garden. Supervised by
AGUSTIN WYDIA GUNAWAN and IMAN HIDAYAT.
Palm (Arecaceae) is monocotyledonous plant and widely distributed
worldwide. Oxydothis Penz. & Sacc. is a fungal genus belonging to phylum
Ascomycota. Bogor Botanical Garden (KRB) is well-known as one of important
ex-situ conservation of tropical plants, especially in Indonesia. This study was
aimed at examining the diversity of Oxydothis associated with palms in KRB.
Decaying fronds from Arecaceae sites with black, gray, or brown spot on the
surface were collected. Asci, ascal ring, and ascospores were observed in shears
medium, and Melzer reagent was used to see the amyloid reaction of ascal ring. A
total 16 species were identified as follow: O. angustispora J. Fröhl. & K.D. Hyde,
O. asymmetrica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. batuapoiensis J. Fröhl. & K.D. Hyde,
O. belalongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. daemonoropsicola J. Fröhl. & K.D.
Hyde, O. dispariapicis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. elaeicola Petr., O. extensa J.
Fröhl. & K.D. Hyde, O. grisea Penz. & Sacc., O. hoehnelii (Rehm.) Sacc., O.
hongkongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. licualicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, O.
nonspecifica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. rattanica J. Fröhl. & K.D. Hyde., O.
rattanicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, and O. rimicolla J. Fröhl. & K.D. Hyde.
Keywords: Arecaceae, Ascomycota, diversity, Bogor Botanical Garden, Xylariales.
KEANEKARAGAMAN Oxydothis Penz. & Sacc.
(Fungi, Xylariales) PADA PALEM-PALEMAN (Arecaceae)
DI KEBUN RAYA BOGOR
PUJI RACHMATUL ALIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Keanekaragaman Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) pada
Palem-paleman (Arecaceae) di Kebun Raya Bogor
Nama
: Puji Rachmatul Aliyah
NIM
: G34090064
Disetujui oleh
Ir Agustin Wydia Gunawan, MS
Pembimbing I
Dr Iman Hidayat
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen Biologi
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah karena atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
sejak bulan Januari sampai Mei 2013 dengan judul Keanekaragaman Oxydothis
Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) pada Palem-paleman (Arecaceae) di Kebun
Raya Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Agustin Wydia Gunawan, MS dan
Dr Iman Hidayat selaku pembimbing yang banyak memberikan arahan dan
masukan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini, serta Nina Ratna
Djuita, MSi selaku penguji yang telah memberi saran. Terima kasih pula penulis
sampaikan kepada teman-teman penelitian bagian mikologi serta Biologi 46 atas
saran dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga kepada mama, papa, serta
seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Puji Rachmatul Aliyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
BAHAN DAN METODE
1
HASIL
2
PEMBAHASAN
18
Keanekaragaman Morfologi
19
Asosiasi Oxydothis dengan Palem di Kebun Raya Bogor
22
Asosiasi Oxydothis dengan Tanaman Monokotil
24
SIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1 Oxydothis yang ditemukan di Kebun Raya Bogor dan yang telah
dilaporkan (Hyde 1994; Fröhlich dan Hyde 2000)
2 Karakter askoma, cincin askus, dan askospora Oxydothis yang
ditemukan di Kebun Raya Bogor
3 Keanekaragaman Oxydothis pada spesies substrat yang ditemukan di
Kebun Raya Bogor dan spesies substrat yang telah dilaporkan serta
persebarannya
4 Perbandingan ukuran askospora dan cincin askus O. rimicolla
18
20
23
23
DAFTAR GAMBAR
1 Oxydothis angustispora: a-b askoma pada permukaan rachis, c
sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
2 Oxydothis asymmetrica: a askoma pada permukaan rachis, b-c
sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
3 Oxydothis batuapoiensis: a-b askoma pada permukaan rachis palem,
c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
4 Oxydothis belalongensis: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c kumpulan askus, d kumpulan askus dengan
cincin askus, dan e askospora. Skala: a 500 µm, b 50, c 20 µm, d-e 10
µm
5 Oxydothis daemonoropsicola: a-b askoma pada permukaan rachis, c
sayatan transversal askoma, d askus, e askospora. Skala: a-b 500 µm,
c 50 µm, d 20 µm, e 10 µm
6 Oxydothis dispariapicis: a-b askoma pada permukaan rachis, c
sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20µm, e-f 10 µm
7 Oxydothis elaeicola: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum, d askus, e askospora, f cincin askus.
Skala: a-b 100 µm, c-e 10 µm
8 Oxydothis extensa: a askoma pada permukaan petiole, b askus, cincin
askus berbentuk: c cakram, d baji, e askospora. Skala: a -, b 20 µm, ce 10 µm
9 Oxydothis grisea: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c askus, d cincin askus, e askospora. Skala: a 2
cm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm
10 Oxydothis hoehnelii: a-b askoma pada permukaan rachis, c askus, d
cincin askus, e askospora. Skala: a-b 500 µm, c 20 µm, d-e 10 µm
11 Oxydothis hongkongensis: a askoma pada permukaan rachis, b-c
sayatan transversal askoma, d-e askus, f cincin askus, g askospora.
Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d-e 20 µm, f-g 10 µm
3
4
5
6
7
8
9
9
10
11
12
12 Oxydothis licualicola: a-b askoma pada permukaan petiole, c sayatan
transversal askoma, d askus, e askospora, Skala: a-b 500 µm, c 50 µm,
d 20, e 10 µm
13 Oxydothis nonspecifica: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum, d jaringan stroma, e askus, dan f
askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm, f 5 µm
14 Oxydothis rattanica: a-b askoma pada permukaan rachis, sayatan
transversal askoma: c-d ruang askoma dengan ostiolum pada salah
satu ujungnya, e jaringan stroma, f askus, g cincin askus, h askospora.
Skala: a-b 500 µm, c-e 100 µm, f-h 10 µm
15 Oxydothis rattanicola: a askoma pada permukaan rachis, sayatan
transversal: b ruang askoma, c ostiolum periphysate, d askus, e cincin
askus, f askospora. Skala: a 500 µm, b 100 µm, c-g 10 µm
16 Oxydothis rimicolla: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma: ruang askoma dan ostiolum, c-d askus, e cincin
askus, f askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c-d 20 µm, e-f 10 µm
17 Askoma Oxydothis: a tipe 1 dan b tipe 2
18 Askoma Oxydothis yang tertanam di bawah epidermis: a ruang
askoma dan ostiolum, b periphysate pada ostiolum, c ostiolum, d
jaringan stroma di antara askomata
19 Cincin askus Oxydothis: a cakram dan b baji
20 Askospora Oxydothis: a meruncing berangsur dengan ujung tumpul, b
meruncing berangsur dengan ujung tajam, dan c meruncing curam
dengan proses seperti jarum membentuk ujung tajam
13
14
15
16
17
20
20
21
21
PENDAHULUAN
Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) terdiri atas 75 spesies yang
dilaporkan hidup sebagai saprob, endofit, atau parasit pada tanaman monokotil
(Taylor dan Hyde 2003; Hidayat et al. 2006). Oxydothis umum hidup pada
Arecaceae (palem-paleman), sebagian pada famili Pandanaceae dan Poaceae,
serta dilaporkan bersifat spesifik pada Arecaceae (Fröhlich dan Hyde 2000).
Arecaceae merupakan tumbuhan monokotil dengan anggota terbesar dengan
persebaran luas. Sekitar 75% dari 592 spesies anggota Ascomycota dengan
susbtrat Arecaceae ditemukan di kawasan tropik. Kepulauan Pasifik termasuk
Indonesia dan Filipina merupakan kawasan yang memiliki keanekaragaman
Ascomycota yang tinggi dengan 179 spesies (Taylor dan Hyde 2003).
Oxydothis yang telah diketahui persebarannya di Indonesia yaitu O. grisea
Penz. & Sacc. (spesies tipe), O. calami (Henn.) Syd. & P. Syd., O. maculosa Penz.
& Sacc., dan O. pandanicola (Syd. & P. Syd.) Petr. yang ditemukan di Bogor dan
Cibodas, Provinsi Jawa Barat; O. gigantea K.D. Hyde, O. manokwariensis K.D.
Hyde, O. ragai K.D. Hyde, dan O. saltuensis K.D. Hyde yang ditemukan di
Manokwari, Irian Jaya; serta O. nonamyloidea K.D. Hyde yang ditemukan di
Dumoga Timur, Sulawesi Utara. Cendawan tersebut ditemukan pada substrat
Calamus sp., Livistona sp., serta beberapa palem-paleman rawa dan terestrial yang
belum diidentifikasi (Hyde 1994).
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan pusat konservasi ex situ vegetasi
tropik yang berasal dari Indonesia dan introduksi dari berbagai negara. Sebanyak
112 spesies dari 432 spesies palem-paleman KRB merupakan spesies yang dapat
ditemukan di Indonesia (Mogea dan Witono 1998). Keanekaragaman koleksi
Arecaceae di KRB diharapkan menjadi gambaran umum keanekaragaman di
Indonesia dan keanekaragaman cendawan yang berasosiasi dengannya. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keanekaragaman
spesies cendawan Oxydothis pada Arecaceae di Kebun Raya Bogor.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Mei 2013.
Pengambilan sampel dilakukan di blok Arecaceae (blok V, X, XI, XII, XIII, dan
XIV) di Kebun Raya Bogor. Pengamatan mikroskopi, pengukuran, dan
identifikasi dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Biologi, FMIPA,
IPB, Bogor dan Laboratorium Mikologi, Bagian Mikrobiologi, Pusat Penelitian
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong.
Sampel yang dikoleksi merupakan ental daun palem-paleman yang
berasal dari Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua), Papua Nugini,
Thailand, dan Filipina. Sampel tersebut ialah bagian ental daun palem yang
mengering dan belum gugur dari pohon. Ental daun yang diambil ialah bagian
tengah (rachis) dan pangkal (petiole), pada permukaan epidermisnya terdapat
askoma berupa bercak bundar berwarna abu-abu, hitam, atau cokelat.
2
Sampel yang diambil sesuai dengan banyaknya ental yang ditemukan di
sekitar pohon palem, serta keberadaan askoma pada sampel. Sampel dibungkus
dengan plastik bersegel berukuran 10 × 20 cm dan diberi kertas tisu yang telah
dilembapkan. Plastik diberi data paspor dengan informasi meliputi nama palem,
situs koleksi, daerah asal palem, dan tanggal koleksi.
Sampel diperiksa menggunakan mikroskop stereo. Askoma cendawan
(berupa bercak pada ental) diambil menggunakan pinset, direhidrasi menggunakan
air destilata atau KOH 3%, dan diamati dengan mikroskop majemuk. Rehidrasi
dengan KOH 3% diberikan pada askoma yang tertanam di bawah epidermis ental
yang keras (Fröhlich dan Hyde 2000). Bagian atas askoma diambil menggunakan
pinset dan isinya dipindahkan ke kaca objek yang telah ditetesi medium shears
untuk memeriksa askus dan askospora, serta reagen Melzer (Kirk et al. 2008)
untuk memeriksa cincin askus. Oxydothis ditentukan berdasarkan bentuk
askospora panjang dan bagian apeks yang meruncing. Askoma dengan askospora
tersebut ditandai di sekelilingnya dengan tinta permanen dan diberi kode Krb 124.
Morfologi askoma yang tertanam di bawah jaringan epidermis didapatkan
dari sayatan secara transversal dengan ketebalan 20 µm dengan mikrotom beku.
Medium yang digunakan untuk sayatan ialah gliserin. Preparat diberi label sesuai
dengan kode askoma yang telah ditandai sebelumnya, selanjutnya hasil sayatan
diamati dengan mikroskop majemuk.
Morfologi Oxydothis yang diamati untuk identifikasi meliputi tipe askoma,
posisi ostiolum, ukuran dan bentuk cincin askus, kisaran ukuran askospora, ratarata panjang askospora, dan bentuk apeks dari askospora. Identifikasi dilakukan
berdasarkan kunci identifikasi Hyde (1994), Fröhlich dan Hyde (2000), Taylor
dan Hyde (2003), serta situs database Mycobank (http://www.mycobank.org/),
USDA fungus-host database (http://nt.ars-grin.gov/fungaldatabases/fungushost/
fungushost.cfm), dan Index Fungorum (http://www.indexfungorum.org/Names/
Names.asp).
HASIL
Taksonomi
Oxydothis angustispora J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 1)
Askomata menonjol sedikit dari bawah jaringan epidermis, berbentuk
elipsoid pada permukaan inang, berwarna hitam, soliter atau berkelompok.
Ostiola menyembul dari salah satu bagian ujung askomata, berwarna hitam.
Sayatan vertikal askomata, 366-750 × 291-539 µm, bentuk askomata panjang,
membentuk barisan paralel. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap,
bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di antara askomata,
bentuk oblong tipis, berwarna cokelat sedang sampai cokelat gelap, tersusun rapat
dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade. Askus 154.2-171.1 × 7.7-11.8
̅ 163.2 × 9.4 µm, n = 25), mengandung 8-askospora, berbentuk
µm ( ̅
silinder panjang, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk cakram, dengan tinggi 0.5-1.5 µm dan diameter 2.1-3.3
3
̅
̅
µm ( ̅
1.0 × 2.8 µm, n = 20). Askospora 76.6-95.7 × 2.6-3.6 µm ( ̅
85.2 × 3.0 µm, n = 25), 3-seriat, orientasi memanjang sejajar askus, tumpang
tindih, filiform, hialin, sekat tidak jelas terlihat, meruncing sedikit tumpul pada
kedua ujungnya.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XI B XIII 189, pada rachis Nenga pumula dari Jawa, 13 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb
18; blok V K 190, pada rachis Oncosperma horridum dari Sulawesi Tengah, 9 Maret
2013, P.R. Aliyah, Krb 19.
Gambar 1 Oxydothis angustispora: a-b askoma pada permukaan rachis, c sayatan
transversal askoma, d askus, e cincin askus (→), dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
Oxydothis asymmetrica J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 2)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis, berbentuk globose,
berwarna hitam, soliter atau bergerombol membentuk grup besar, area di sekitar
askomata berwarna abu-abu sedang sampai abu-abu gelap. Ostiola berwarna
4
hitam, menonjol pada sisi askomata. Sayatan vertikal askomata, 344-679 × 278503 µm, bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel berorientasi
horizontal, dengan ostiola eccentric, membelok ke atas pada salah satu ujung
̅ 192.6
askomata menembus epidermis. Askus 177.7-208.2 × 8.2-10.8 µm ( ̅
× 10.0 µm, n = 25), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus,
unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+), berbentuk
̅
baji, dengan tinggi 2.1-3.2 µm dan diameter 2.5-2.8 µm ( ̅
2.6 × 2.6 µm,
̅ 76.2 × 4.9 µm, n =
n = 10), refraktif. Askospora 70.2-84.2 × 3.6-5.7 µm ( ̅
25), 2-3-seriat, posisi dalam askus menyerong, tumpang tindih, fusiform
memanjang, hialin, 1-sekat, meruncing berangsur dari sekat tengah, dengan proses
yang panjang membentuk ujung tajam.
Gambar 2 Oxydothis asymmetrica: a askoma pada permukaan rachis,
b-c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus
(→), dan f askospora. Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d 20
µm, e-f 10 µm
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
V J 38, pada rachis Pinanga coronata dari Sumatera Barat, 28 Desember 2012, P.R.
Aliyah, Krb 3.
Oxydothis batuapoiensis J. Fröhl. & K. D. Hyde (Gambar 3)
Askomata menonjol dari bawah epidermis, berwarna hitam, lebih
menonjol dibandingkan dengan area stromata yang berwarna hitam mengelilingi
5
askomata, soliter atau bergerombol membentuk grup. Ostiola menonjol pada sisi
askomata, berwarna hitam dan terlihat seperti lubang pada permukaan inang.
Sayatan vertikal askomata, bentuk askomata silinder, berorientasi horizontal,
memanjang sejajar dengan inang dengan ostiola eccentric, berbelok menembus
epidermis pada salah satu ujung askomata. Askus 70-155.2 × 4.6-10.3 µm
̅ 110.1 × 7.3 µm, n = 25), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder,
( ̅
lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal J+ (beramiloid),
̅ 1.8 ×
berbentuk baji dengan tinggi 1.3-2.3 µm dan diameter 1.5-2.6 µm ( ̅
2.1 µm, n = 25), terwarnai sangat tipis. Askospora 45.9-51.0 × 3.1-4.1 µm
̅ 44.0 × 3.4 µm, n = 25), 1-2-seriat, posisi dalam askus menyerong,
( ̅
tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap, meruncing dengan curam,
membentuk proses seperti jarum, dengan ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XI B XIII 230, pada rachis Licuala sp. dari Papua, 4 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb 14.
Gambar 3 Oxydothis batuapoiensis: a-b askoma pada permukaan rachis
palem, c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus
(→), dan f askospora. Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm,
e-f 10 µm
Oxydothis belalongensis J. Fröhl. & K. D. Hyde (Gambar 4)
Askomata menonjol sedikit dari bawah jaringan epidermis, bentuk tidak
teratur, batas askomata dengan stromata tidak mudah ditentukan, warna askomata
abu-abu pucat, soliter. Ostiola menyembul pada bagian sisi askomata, bentuk
silinder berlubang, berwarna hitam. Sayatan vertikal askomata, 979-3504 × 6261942 µm, bentuk askomata silinder panjang, membentuk barisan paralel. Peridium
dengan dinding sel berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu
lapis sel. Stromata berada di antara askomata, bentuk sel oblong tipis, berwarna
cokelat sedang sampai cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal
̅ = 177.7 × 4.8 µm,
seperti jaringan palisade. Askus 152.3-203.1 × 3.8-5.7 µm ( ̅
6
Gambar 4 Oxydothis belalongensis: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c kumpulan askus, d kumpulan askus dengan
cincin askus, dan e askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c 20 µm,
d-e 10 µm
n = 20), mengandung 8-askospora, silinder, lurus, unitunikat, pedicellate
(bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+), berbentuk baji dengan tinggi 1.0̅
2.1 µm dan diameter 2.1-2.6 µm ( ̅
1.5 × 2.3 µm, n = 10). Askospora
̅
54.9-71.5 × 3.1-4.1 µm ( ̅
= 62.9 × 3.8 µm, n = 25), 1-2 seriat, posisi dalam
askus menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing dengan
curam, membentuk proses seperti jarum dengan ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
X E 23 A, pada rachis Daemonorops rubra dari Jawa, 30 Januari 2013, P.R. Aliyah, Krb
11.
Oxydothis daemonoropsicola J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 5)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis inang, elipsoid,
berwarna hitam, bergerombol membentuk grup besar. Ostiola menyembul pada
sisi askomata, area stromata berwarna hitam. Sayatan vertikal askomata, 7451087 × 627-891 µm, bentuk askomata lentikular, membentuk barisan panjang
paralel berorientasi horizontal, dengan ostiola eccentric membelok ke atas pada
salah satu ujung askomata, menembus epidermis. Peridium dengan dinding sel
berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata
berada di antara askomata, berwarna cokelat sedang-gelap, tersusun rapat dengan
orientasi vertikal seperti jaringan palisade. Askus 157.4-208.2 × 10.3-10.8 µm
̅ = 181.8 × 10.7 µm, n = 20), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder,
( ̅
lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai). Askospora 95.7-105.9 × 4.6-5.7 µm
̅ = 98.9 × 5.3 µm, n = 20), 1-3-seriat, posisi dalam askus menyerong,
( ̅
tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing berangsur dalam proses yang panjang
membentuk ujung tumpul.
7
Gambar 5 Oxydothis daemonoropsicola: a-b askoma pada permukaan
rachis, c sayatan transversal askoma, d askus, e askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e 10 µm
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII A 118, pada rachis Pinanga kuhlii dari Sumatera, 6 February 2013, P.R. Aliyah, Krb
16.
Oxydothis dispariapicis J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 6)
Askomata berkembang di bawah epidermis, sedikit menonjol, elipsoid,
berwarna hitam, soliter atau bergerombol membentuk kelompok kecil, area
stromata sekeliling askomata berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap. Ostiola
berwarna hitam, tertanam di bawah epidermis, globose. Sayatan vertikal askomata,
322-529 × 269-481 µm, bentuk askomata lentikular, membentuk barisan panjang
paralel, berorientasi horizontal. Stromata berada di antara ruang askomata, bentuk
̅=
sel oblong, warna dinding sel cokelat gelap. Askus 108-171 × 7.5-12 µm ( ̅
142.2 × 9.6 µm, n = 20), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus,
unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+), berbentuk
̅ 3.0 × 3.7 µm, n
baji dengan tinggi 2.6-3.6 µm dan diameter 2.6-4.6 µm ( ̅
̅
= 10), refraktif. Askospora 74.8-110.2 × 2.5-5.7 µm ( ̅
= 86.8 × 4.4 µm, n =
30), 2-3-seriat, susunan dalam askus menyerong, fusiform, hialin, 1-sekat, area
sekitar sekat tengah datar, kemudian meruncing berangsur membentuk ujung
tumpul.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok X
D 80 A, pada rachis Pinanga coronata dari Sumatera, 22 January 2013, P.R. Aliyah, Krb
5.
8
Gambar 6 Oxydothis dispariapicis: a-b askoma pada permukaan
rachis, c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin
askus (→), dan f askospora. Skala: a-b 500 µm, c 50
µm, d 20µm, e-f 10 µm
Oxydothis elaeicola Petr. (Gambar 7)
Askomata menonjol dari bawah epidermis, batas stromata dengan
askomata tidak terlihat jelas, area dalam stromata berwarna abu-abu pucat sampai
abu-abu gelap, area stromata dibatasi tepi berwarna abu-abu pekat, hitam, soliter,
atau bergerombol membentuk grup, bentuk grup elipsoid dan tidak beraturan.
Ostiola menyembul di atas epidermis, berwarna hitam, berbentuk silinder dengan
lubang yang terletak pada atau dekat dengan tepi. Sayatan vertikal askomata, 8562533 × 644-1686 µm, bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel,
dengan ostiola eccentric, membelok ke atas pada salah satu ujung askomata,
menembus kutikula inang. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap,
bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata di antara ruang askomata.
̅ = 193.9 × 5.7 µm, n = 25), mengandung
Askus 177.7-218.4 × 5.1-6.2 µm ( ̅
8-askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai),
aparatus subapikal beramiloid (J+) berbentuk cakram, dengan tinggi 1.0-1.3 µm
̅ 1.2 × 3.3 µm, n = 10). Askospora 62.5-82.9 ×
dan diameter 3.1-3.6 µm ( ̅
̅ = 73.9 × 5.7 µm, n = 25), 1-2-seriat, posisi dalam askus
5.1-6.2 µm ( ̅
menyerong, tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap, kemudian
meruncing dengan curam dalam proses yang panjang, membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIIB IX, pada rachis Calamus unifarius dari Jawa, 4 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb 12.
9
Gambar 7 Oxydothis elaeicola: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum (→), d askus, e askospora, f cincin
askus (→). Skala: a-b 100 µm, c-e 10 µm
Oxydothis extensa J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 8)
Askomata berkembang di bawah epidermis, timbul sedikit dari bawah
epidermis inang, bentuk elipsoid, berwarna hitam, soliter, grup. Askus 187.9̅ = 197.3 × 10.4 µm, n = 10), mengandung 8208.2 × 10.3-10.8 µm ( ̅
askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus
subapikal beramiloid (J+), berbentuk cakram dan baji, dengan kisaran tinggi 2.1-
Gambar 8
Oxydothis extensa: a askoma pada permukaan petiole, b askus,
cincin askus (→) berbentuk: c cakram, d baji, e askospora. Skala:
a 1mm, b 20 µm, c-e 10 µm
10
̅
3.6 µm dan diameter 2.1-3.1 µm ( ̅
2.9 × 2.6 µm, n = 10), refraktif.
̅ = 81.7 × 5.8 µm, n = 25), 1-2-seriat,
Askospora 75.3-85.5 × 5.1-6.2 µm ( ̅
tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap dengan proses seperti jarum,
membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XE 19, pada petiole Daemonorops longispatha dari Borneo, 26 April 2013, P.R. Aliyah,
Krb 23.
Oxydothis grisea Penz. & Sacc. (Gambar 9)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis inang, elipsoid,
berwarna hitam, soliter. Ostiola pada tepi askomata, berwarna hitam, membentuk
lubang. Sayatan vertikal askomata, 476-769 × 370-675 µm, bentuk askomata
lentikular dengan ostiola eccentric, membentuk barisan panjang paralel yang
berorientasi horizontal. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap,
bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di antara askomata,
berwarna cokelat sedang sampai cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi
̅ = 160.7
vertikal seperti jaringan palisade. Askus 152.3-182.8 × 9.3-15.4 µm ( ̅
× 12.4 µm, n = 20), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus,
unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+) berbentuk
̅ 3.8 × 3.2 µm, n
baji dengan tinggi 2.1-5.1 µm dan diameter 2.6-4.1 µm ( ̅
̅
= 10), refraktif. Askospora 63.8-85.5 × 5.1-7.2 µm ( ̅
= 68.6 × 5.9 µm, n =
25), 2-3-seriat, posisi dalam askus menyerong, tumpang tindih, hialin, 1-sekat,
meruncing sedikit demi sedikit, kemudian meruncing seperti jarum membentuk
ujung tajam.
Gambar 9 Oxydothis grisea: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c askus, d cincin askus (→), e askospora. Skala:
a 2 cm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm
11
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIV A 150A, pada rachis Ptychosperma pullenii dari Papua, 21 Maret 2013, P.R. Aliyah,
Krb 21.
Oxydothis hoehnelii (Rehm.) Sacc. (Gambar 10)
Askomata menonjol sedikit di atas epidermis, 322-1660 × 229-626 µm,
soliter atau kelompok kecil, askomata tidak dapat dibedakan dengan area stromata,
area stromata berwarna abu-hitam, batas stromata berwarna hitam. Askus 137.1̅ = 152.9 × 6.8 µm, n = 20), mengandung 8-askospora,
162.5 × 5.7-7.2 µm ( ̅
berbentuk silinder, lurus, pedicellate (bertangkai), unitunikat, aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji, dengan tinggi 1.5-2.1 µm dan diameter 2.6-3.3 µm
̅ 1.9 × 2.9 µm, n = 10). Askospora 45.9-59.9 × 3.8-6.4 µm ( ̅
̅ = 54.3
( ̅
× 5.1 µm, n = 20), 2-seriat, posisi dalam askus menyerong, 1-sekat, fusiform,
hialin, meruncing sedikit demi sedikit dalam proses yang singkat membentuk
ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII E 26 pada rachis Arenga tremula, dari Filipina, 21 Januari 2013, P.R. Aliyah, Krb 9.
Gambar 10 Oxydothis hoehnelii: a-b askoma pada permukaan rachis,
c askus, d cincin askus (→), e askospora. Skala: a-b 500
µm, c 20 µm, d-e 10 µm
Oxydothis hongkongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 11)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis, bentuk tidak beraturan,
warna askomata abu-abu pucat, soliter, atau bergerombol membentuk grup kecil.
Ostiola menyembul pada sisi askomata, berwarna hitam, batas stromata dengan
12
Gambar 11 Oxydothis hongkongensis: a askoma pada permukaan rachis,
b-c sayatan transversal askoma, d-e askus, f cincin askus
(→), g askospora. Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d-e 20 µm, fg 10 µm
askomata tidak mudah ditentukan. Sayatan vertikal askomata, 569-1853 × 4411006 µm, bentuk askomata silinder dengan ostiola eccentric, membentuk barisan
paralel berorientasi horizontal. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat
gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di antara
askomata, bentuk oblong tipis, berwarna cokelat sedang sampai cokelat gelap,
tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade. Askus 89.3̅ = 103.6 × 6.2 µm, n = 25), mengandung 8-askospora,
113.6 × 5.1-7.7 µm ( ̅
berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji dengan tinggi 1.3-2.1 µm dan diameter 2.6-3.3 µm
̅ 1.7 × 2.9 µm, n=20), terwarnai dengan tipis berwarna abu. Askospora
( ̅
̅ = 55.4 × 4.7 µm, n = 25), 2-3-seriat, posisi dalam
49.7-60.1 × 4.1-5.4 µm ( ̅
askus menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap,
lalu meruncing dengan curam membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII C 216, pada rachis Daemonorops palembanica dari Sumatera Utara, 9 Maret 2013,
P.R. Aliyah, Krb 20.
13
Oxydothis licualicola J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 12)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis, berbentuk globose,
berwarna hitam, soliter, atau membentuk grup 2-8 askomata, area sekitar
askomata berwarna abu. Ostiola berwarna hitam di sisi askomata. Sayatan vertikal
askomata, 150-335 × 92-194 µm, bentuk askomata panjang silinder, berorientasi
horizontal, membentuk barisan paralel. Peridium dengan dinding sel berwarna
cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Askus 101.6-116.7 ×
̅ = 108.5 × 10.8 µm, n = 20), mengandung 8-askospora,
7.7-14.1 µm ( ̅
berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji dengan tinggi 1.5-2.6 µm dan 3.1-3.6 µm ( ̅
̅
2.1 × 3.2 µm, n = 10), terwarnai dengan tipis. Askospora 57.4-71.4 × 5.1-6.4
̅ = 63.9 × 5.8 µm, n = 20), 2-3-seriat, posisi dalam askus menyerong,
µm ( ̅
tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing sedikit demi sedikit, lalu
curam, membentuk jarum yang pendek dengan ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIV A 7, pada petiole Licuala spinosa dari Asia Tenggara, 21 Januari 2013, P.R. Aliyah,
Krb 6.
Gambar 12 Oxydothis licualicola: a-b askoma pada permukaan petiole,
c sayatan transversal askoma, d askus, e askospora, Skala:
a-b 500 µm, c 50 µm, d 20, e 10 µm
Oxydothis nonspecifica J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 13)
Askomata menonjol dari bawah epidermis, globose, berwarna abu-abu
pucat sampai abu-abu sedang, hitam, soliter atau bergerombol membentuk grup 28 askomata, dibatasi oleh tepi hitam. Ostiola berwarna hitam timbul pada tepi.
Sayatan vertikal askomata, 671-988 × 499-724 µm, bentuk askomata silinder,
membentuk barisan paralel berorientasi horizontal, dengan ostiola eccentric,
berbentuk silinder pendek, membelok ke atas pada salah satu ujung askomata,
menembus kutikula inang, periphysate. Peridium dengan dinding sel berwarna
cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di
antara ruang askomata, bentuk sel oblong tipis, berwarna cokelat sedang sampai
14
Gambar 13 Oxydothis nonspecifica: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum (→), d jaringan stroma (→), e askus,
dan f askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm, f 5
µm
cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade.
̅ = 114.2 × 10.4 µm, n = 20), mengandung
Askus 90.4-138.6 × 8.2-12.6 µm ( ̅
8-askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), cincin
̅ = 61.9 × 5.4 µm, n
askus tidak teramati. Askospora 57.4-66.4 × 5.1-6.2 µm ( ̅
= 20), 1-2 seriat, posisi dalam askus menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin,
1-sekat, meruncing berangsur dari sekat tengah membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIII L 166, pada rachis Licuala paludosa dari Thailand, 26 Desember 2012, P.R. Aliyah,
Krb 1.
Oxydothis rattanica J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 14)
Askomata timbul dari bawah epidermis, batas stromata dengan askomata
tidak terlihat jelas, tepi stromata tipis berwarna hitam, area dalam stromata
berwarna seperti epidermis inang, abu-abu pucat sampai hitam, soliter atau grup,
bentuk grup elipsoid dan tidak beraturan. Ostiola pada tepi stromata, berwarna
hitam, membentuk lubang. Sayatan vertikal askomata, 882-2286 × 416-909 µm,
bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel, dengan ostiola eccentric,
15
berwarna hitam, berbentuk silinder, mencuat ke atas epidermis, membelok ke atas
pada salah satu ujung askomata, menembus kutikula inang. Peridium dengan
dinding sel berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel.
Stromata berada di antara ruang askomata, berwarna cokelat sedang sampai
cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade.
Askus 109-120 × 8.7-12.3 µm (115 × 10.1 µm, n = 25), mengandung 8-askospora,
berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji, terwarnai tipis, refraktif. Askospora 51.0-62.5 ×
̅ = 55.4 × 4.4 µm, n = 25), 2-3-seriat, posisi dalam askus
3.9-4.9 µm ( ̅
menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, bagian dekat sekat tengah
mendatar, kemudian meruncing berangsur membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII C 73, pada petiole Daemonorops fisa dari Kalimantan, 26 Desember 2012, P.R.
Aliyah, Krb 2; blok XII C 73, pada rachis Oncosperma tigillarium dari Asia Tenggara, 6
dan 13 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb 15.
Gambar 14 Oxydothis rattanica: a-b askoma pada permukaan rachis, sayatan
transversal askoma: c-d ruang askoma dengan ostiolum pada salah
satu ujungnya (→), e jaringan stroma (→), f askus, g cincin askus
(→), h askospora. Skala: a-b 500 µm, c-e 100 µm, f-h 10 µm
16
Oxydothis rattanicola J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 15)
Askomata berkembang di bawah epidermis, batas stromata dengan
askomata tidak terlihat jelas, terdapat tepi tebal berwarna abu-abu pekat atau
hitam, area dalam stromata berwarna abu-abu pucat, soliter dan grup, askomata
soliter berwarna hitam, bentuk grup elipsoid dan tidak beraturan, dengan ostiola
berwarna hitam pada salah satu sisinya. Sayatan vertikal askomata, 960-2612 ×
437-1203 µm, bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel berorientasi
horizontal. Ostiola berbentuk silinder dengan lubang yang terletak pada atau dekat
dengan tepi menembus kutikula inang pada bagian tengah askomata, periphysate.
Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri
atas satu lapis sel. Stromata berada di antara askomata, bentuk oblong tipis,
berwarna cokelat sedang-gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti
̅ = 154.9 × 9.9 µm, n =
jaringan palisade. Askus 152.3-162.5 × 8.2-12.9 µm ( ̅
25), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate
(bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+) berbentuk baji dengan tinggi 1.4̅
2.1 µm dan diameter 2.1-2.6 µm ( ̅
1.8 × 2.5 µm, n = 25). Askospora
̅
51.0-63.8 × 4.1-5.1 µm ( ̅
= 56.6 × 4.8 µm, n = 30), 1-3-seriat, posisi dalam
askus menyerong, tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap, dengan
proses singkat membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII C 76, pada rachis Daemonorops palembanica dari Sumatera, 4 Februari 2013, P.R.
Aliyah, Krb 13; blok XII C 79, pada petiole Daemonorops metanochaetes dari Jawa 26
April 2013, P.R. Aliyah, Krb 24.
Gambar 15 Oxydothis rattanicola: a askoma pada permukaan rachis,
sayatan transversal: b ruang askoma, c ostiolum periphysate
(→), d askus, e cincin askus (→), f askospora. Skala: a 500
µm, b 100 µm, c-g 10 µm
Oxydothis rimicolla J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 16)
Askomata sedikit menonjol di atas epidermis, berbentuk globose, berwarna
hitam, soliter atau bergerombol membentuk grup 2-8 askomata. Sayatan vertikal
askomata, 167-353 × 146-216 µm, bentuk askomata silinder, memanjang paralel
17
dengan orientasi horizontal. Ostiola eccentric, menembus epidermis pada salah
satu ujung askomata, berwarna coklelat gelap, periphysate. Peridium terdiri atas
lapisan sel berbentuk oblong, hialin, dinding sel berwarna cokelat. Askus 152.3̅ = 172.3 × 11.3 µm, n = 20), mengandung 8203.1 × 8.93-12.7 µm ( ̅
askospora, berbentuk silinder, pedicellate (bertangkai), unitunikat, aparatus
subapikal beramiloid (J+) berbentuk baji, dengan tinggi 2.6-4.6 µm dan diameter
̅ 3.4 × 3.1 µm, n = 20). Askospora 68.9-93.2 × 2.3-3.3 µm
2.6-3.8 µm ( ̅
̅ = 81.8 × 2.7 µm, n = 20), 2-seriat, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing
( ̅
berangsur dalam proses yang panjang membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIV A 60, pada rachis Ptychosperma macarthurii dari Papua, 21 Januari 2013, P.R.
Aliyah, Krb 7; XIV A 111, pada rachis Ptychosperma sp. dari Papua, 21 January 2013,
P.R. Aliyah, Krb 8; XII E 70A, pada rachis Ptychosperma macarthurii dari Papua Nugini,
30 Januari 2013, P.R. Aliyah, Krb 10.
Gambar 16 Oxydothis rimicolla: a askoma pada permukaan rachis,
b sayatan transversal askoma: ruang askoma (►) dan
ostiolum (→), c-d askus, e cincin askus (→), f
askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c-d 20 µm, e-f 10
µm
18
PEMBAHASAN
Oxydothis merupakan cendawan Ascomycota yang umumnya ditemukan
pada tanaman monokotil khususnya palem. Oxydothis memiliki askus yang
berbentuk silinder memanjang, umumnya askus dilengkapi dengan aparatus
subapikal beramiloid (J+), askospora hialin dan bersekat 1, dan berbentuk filiform
atau fusiform panjang yang meruncing tajam di kedua ujungnya atau membentuk
seperti jarum, atau kedua ujungnya tumpul membulat. Karakter morfologi yang
digunakan dalam pencirian spesies Oxydothis ialah orientasi askoma, bentuk dan
ukuran cincin askus, dan bentuk askospora terutama kedua ujungnya (Hyde 1994).
Oxydothis yang berhasil diidentifikasi pada penelitian ini sebanyak 16
spesies, yaitu O. angustispora, O. asymmetrica, O. batuapoiensis, O.
belalongensis, O. daemonoropsicola, O. dispariapicis, O. elaeicola, O. extensa, O.
grisea, O. hoehnelii, O. hongkongensis, O. licualicola, O. nonspecifica, O.
rattanica, O. rattanicola, dan O. rimicolla. Sebanyak 15 spesies, kecuali O.
grisea, merupakan spesies yang pertama kali ditemukan di Indonesia. Sebelumnya
spesies-spesies ini belum pernah dilaporkan persebarannya di Indonesia, namun
pernah dilaporkan di Australia, Brunei Darussalam, Ekuador, Hongkong,
Malaysia, dan Filipina (Tabel 1).
Tabel 1 Oxydothis yang ditemukan di Kebun Raya Bogor dan yang telah
dilaporkan (Hyde 1994; Fröhlich dan Hyde 2000)
Indonesia
AU, BD, EC, HK, MAL,
Eksplorasi
Spesies
(Hyde
PHa
KRB
1994)
(Fröhlich dan Hyde 2000)
O. angustispora
v
v
O. asymmetrica
v
v
O. batuapoiensis
v
v
O. belalongensis
v
v
O. daemonoropsicola
v
v
O. dispariapicis
v
v
O. elaeicola
v
v
O. extensa
v
v
O. grisea
v
v
O. hoehnelii
v
v
O. hongkongensis
v
v
O. licualicola
v
v
O. nonspecifica
v
v
O. rattanica
v
v
O. rattanicola
v
v
O. rimicolla
v
v
a
Sebaran geografis Oxydothis yang dilaporkan Fröhlich dan Hyde (2000), AU: Australia, BD:
Brunei Darussalam, EC: Ekuador, HK: Hongkong, MAL: Malaysia, PH: Filipina.
Oxydothis grisea merupakan spesies tipe dari genus Oxydothis. Spesies ini
pertama kali ditemukan pada ental daun palem Calamus di Cibodas, Jawa Barat
19
(Penzig dan Saccardo 1897). Spesies ini ditemukan bersama dengan O. nigricans
Penz. & Sacc. dan O. maculosa Penz. & Sacc. Selain itu, O. grisea juga
ditemukan di Manokwari, Papua pada Ptychosperma sp. pada tahun 1992 (Hyde
1994). Oxydothis grisea yang ditemukan di KRB (Gambar 9) berasosiasi dengan
P. pullenii yang juga berasal dari Papua. Data ini menunjukkan hubungan yang
erat antara Oxydothis dan inangnya, karena Oxydothis ditemukan ditempat inang
tumbuh, walaupun bukan di daerah asalnya.
Keanekaragaman Morfologi
Sampai saat ini masih terjadi kontroversi mengenai klasifikasi Oxydothis
di dalam Kingdom Fungi (Kirk et al. 2008). Berdasarkan morfologi askoma yang
memanjang horizontal dan membentuk clypeate, Oxydothis dimasukkan ke dalam
Famili Amphisphaeriaceae (Hidayat et al. 2006). Hawksworth et al. (1995)
menggolongkan Oxydothis ke dalam Famili Hyponectriaceae berdasarkan ciri
askoma yang memiliki struktur papillate dan askus yang berbentuk silinder.
Berdasarkan analisis sekuen DNA daerah Internal Transcribed Spacer (ITS),
Oxydothis digolongkan ke dalam Famili Clypeosphaeriaceae (Kang et al. 1998).
Akan tetapi, hasil analisis molekuler berdasarkan daerah 28S dan ITS yang
dilakukan Hidayat et al. (2006), Oxydothis lebih berkerabat dekat dengan anggota
Famili Amphisphaeriaceae atau Xylariaceae.
Secara umum, beberapa karakter morfologi yang mencirikan genus
Oxydothis ialah askoma tertanam tepat di bawah jaringan epidermis inang,
berbentuk kubah memanjang, dan memiliki clypeus. Fröhlich dan Hyde (2000)
menduga bahwa struktur askoma yang memanjang sangat dipengaruhi anatomi
dari jaringan tumbuhan palem. Askus Oxydothis berbentuk silinder panjang,
multiseriat (membentuk beberapa baris di dalam kantung askus), dengan aparatus
pada bagian subapikal berbentuk cakram atau baji. Askospora berbentuk fusiform
memanjang, beberapa spesies filiform dengan 1 sekat di bagian tengah. Dari
tengah, askospora meruncing ke bagian apeks askospora membentuk ujung tajam
seperti jarum, atau ujung tumpul membulat (Hyde 1993).
Askoma Oxydothis berupa peritesium merupakan suatu ruang yang
membungkus askus berisikan askospora. Askoma memiliki dinding yang disebut
peridium. Pada askoma terdapat rongga yang merupakan jalan ke luar askospora
sebagai ciri dari cendawan berperitesium, yaitu ostiolum. Ostiolum dengan
periphysate, yaitu hifa steril yang tumbuh pada rongga ostiolum dengan orientasi
mengarah ke atas (menuju luar rongga). Di antara ruang askoma terdapat jaringan
stroma, yaitu hifa vegetatif yang berkembang di dalam atau pada askoma
(Fröhlich dan Hyde 2000; Gambar 17).
Askoma Oxydothis terdiri atas dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Askoma
tipe 1 dicirikan dengan askoma yang timbul di atas jaringan epidermis inang dan
memiliki ostiolum pada salah satu ujung askoma, sedangkan tipe 2 dicirikan
dengan askoma yang tertanam di bawah jaringan epidermis inang dan ostiolum
pada bagian tengah askoma (Fröhlich dan Hyde 2000; Gambar 18). Spesies yang
memiliki askoma tipe 1 lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan askoma
tipe 2 (Tabel 2).
20
Gambar 18 Askoma Oxydothis yang tertanam di bawah epidermis: a ruang
askoma (►) dan ostiolum (►), b periphysate (→) pada ostiolum,
c ostiolum (►), d jaringan stroma di antara askomata (►)
Gambar 17 Askoma Oxydothis: a tipe 1 dan b tipe 2
Tabel 2 Karakter askoma, cincin askus, dan askospora Oxydothis yang ditemukan
di Kebun Raya Bogor
Spesies
Tipe
askoma
O. asymmetrica
O. batuapoiensis
O. belalongensis
O. daemonoropsicola
O. dispariapicis
O. elaeicola
O. extensa
O. grisea
O. hoehnelii
O. hongkongensis
O. licualicola
O. nonspecifica
O. rattanica
O. rattanicola
O. rimicolla
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 1
-Tipe 1
-Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 1
Kisaran ukuran
cincin askus
(t × d)
(µm)
2.1-3.2 × 2.5-2.8
1.3-2.3× 1.5-2.5
1.0-2.1 × 2.1-2.6
-2.6-3.6 × 2.6-4.6
1.0-1.3 × 3.1-3.6
2.1-3.6 × 2.0-3.1
2.1-5.1 × 2.6-4.1
1.5-2.0 × 2.6-3.3
1.3-2.1 × 2.6-3.3
--1.5-2.6 × 2.6-3.3
1.3-2.1 × 2.1-2.6
2.5-3.9(-6.6) ×
2.6-3.9
Kisaran
ukuran
askospora
(p × l) (µm)
70.2-84.2 × 3.6-5.6
45.9-51.0 × 3.1-4.1
54.9-71.5 × 3.1-4.1
95.7-105.9 × 4.6-5.6
74.7-110.2 × 2.5-5.7
62.5-82.9 × 5.1-6.2
75.3-85.5 × 5.1-6.2
63.9-85.5 × 5.1-7.2
45.9-60.0 × 3.8-6.4
49.8-60.1 × 4.1-4.5
57.4-71.5 × 5.1-6.4
54.4-66.3 × 5.1-6.2
51.0-62.5 × 3.9-5.1
51.0-70.2 × 3.9-5.4
68.9-108.5 × 2.3-7.7
Tanda hubung em (--) menunjukkan bahwa tidak dilakukan pengamatan atau pengukuran
Rerata
panjang
askospora
(µm)
76.2
44.0
63.0
98.9
86.8
73.9
81.7
68.6
54.3
55.4
63.9
62.0
54.5
59.9
82.7
21
Karakter askus yang diamati untuk membedakan spesies ialah cincin askus.
Cincin askus yang terletak pada bagian subapikal ini terdiri atas dua bentuk, yaitu
cakram (discoid) dan baji (wedge-shape) (Gambar 19). Cincin askus ini akan
bereaksi dengan reagen Melzer membentuk warna biru. Warna biru merupakan
ciri fisik reaksi yang terjadi antara iodin yang terkandung dalam reagen, dengan
aparatus subapikal yang mengandung pati. Beberapa cincin askus bersifat refraktif
ketika bereaksi dengan reagen tersebut. Cincin askus menghubungkan bagian
subapikal dengan apikal askus melalui suatu kanal yang akan terlihat dengan
mengatur fokus halus pada mikroskop. Kanal ini merupakan saluran tempat
askospora keluar dari askus.
Gambar 19 Cincin askus (→) Oxydothis: a cakram dan b baji
Askospora Oxydothis memiliki bentuk fusiform panjang dan meruncing,
atau filiform. Terdapat dua tipe askospora dalam meruncing, yaitu meruncing
dengan curam (tapering abruptly) dan meruncing berangsur (tapering gradually)
(Gambar 20). Sebagian besar askospora yang ditemukan pada penelitian ini
memiliki bentuk meruncing berangsur dan sebanyak 3 spesies yang memiliki
askospora meruncing curam, yaitu O. batuapoiensis, O. dispariapicis, dan O.
hongkongensis. Oxydothis licualicola, O. rattanica, dan O. rattanicola memiliki
askospora yang meruncing berangsur dari tengah sekat, kemudian meruncing
dengan curam menuju bagian apeks.
Karakter lain yang diamati dari askospora ialah bentuk apeks, yaitu tajam
(pointed-end), tumpul (blunt-end), dan berbentuk seperti jarum (spine-like
processes) (Gambar 20). Spesies dengan bentuk ujung askospora yang tumpul
paling sedikit ditemukan, yaitu O. asymmetrica, O. daemonoropsicola, O.
dispariapicis. Apeks askospora yang membentuk proses seperti jarum umumnya
memiliki ujung tajam, kecuali O. froehlichii yang membentuk proses jarum yang
Gambar 20 Askospora Oxydothis: a meruncing berangsur dengan
ujung tumpul, b meruncing berangsur dengan ujung
tajam, dan c meruncing seperti jarum membentuk ujung
tajam
22
pendek, dengan apeks membulat/tumpul (Hyde 1994).
Kisaran ukuran cincin askus, askospora dan rerata panjang askopora
beragam pada setiap spesies. Spesies yang ditemukan di KRB dan memiliki
ukuran terbesar ialah O. daemonoropsicola, sedangkan ukuran terkecil ialah O.
batuapoiensis (Tabel 2). Oxydothis daemonoropsicola (Gambar 5) memiliki
askospora meruncing berangsur dari sekat tengah membentuk ujung tumpul dan
kisaran ukuran 95.7-105.9 × 4.6-5.6 µm. Oxydothis batuapoiensis (Gambar 3)
memiliki askospora meruncing dengan curam dari sekat tengah dengan proses
seperti jarum membentuk ujung tajam, dan memiliki kisaran ukuran 45.9-51.0 ×
3.1-4.1 µm. Kisaran ukuran kedua askospora ini relatif lebih besar dibandingkan
dengan laporan sebelumnya (Fröhlich dan Hyde 2000).
Asosiasi Oxydothis dengan Palem di Kebun Raya Bogor
Sebanyak 23 spesimen ental daun palem-paleman yang dikoleksi terdiri
atas Arenga, Calamus, Daemonorops, Licuala, Oncosperma, Nenga, Pinanga,
dan Ptychosperma, dengan total 18 spesies. Spesimen yang dikoleksi sebagai
inang Oxydothis (Tabel 3) ialah palem yang ditemukan di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan masing-masing 1 palem-paleman yang berasal
dari Filipina, Papua Nugini, dan Thailand.
Asosiasi Oxydothis dengan Calamus spp. dan Daemonorops spp.
Calamus dan Daemonorops merupakan Arecaceae yang tumbuh
merambat (rotan) yang banyak dijumpai di Sulawesi (Mogea 2002). Oxydothis
elaeicola ditemukan berasosiasi dengan Calamus unifarius. Sebanyak masingmasing 1 spesimen Oxydothis belalongensis, O. extensa, O. hongkongensis, serta
2 spesimen O. rattanica dan O. rattanicola berasosiasi dengan Daemonorops spp.
Hasil eksplorasi di Australia, Brazil, Brunei Darussalam, dan Hongkong,
dilaporkan bahwa O. elaeicola berasosiasi dengan Calamus spp., dan O.
hongkongensis, O. rattanica, dan O. rattanicola berasosiasi dengan Daemonorops
spp. dan Calamus spp. (Fröhlich dan Hyde 2000). Calamus unifarius dilaporkan
di sini sebagai inang baru dari O. elaicola.
Asosiasi Oxydothis dengan Ptychosperma spp.
Sebanyak 3 spesimen O. rimicolla ditemukan di Ptychosperma
macarthurii dan Ptychosperm
(Fungi, Xylariales) PADA PALEM-PALEMAN (Arecaceae)
DI KEBUN RAYA BOGOR
PUJI RACHMATUL ALIYAH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) pada Palem-paleman (Arecaceae) di
Kebun Raya Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Puji Rachmatul Aliyah
NIM G34090064
ABSTRAK
PUJI RACHMATUL ALIYAH. Keanekaragaman Oxydothis Penz. & Sacc.
(Fungi, Xylariales) pada Palem-paleman (Arecaceae) di Kebun Raya Bogor.
Dibimbing oleh AGUSTIN WYDIA GUNAWAN dan IMAN HIDAYAT.
Palem-paleman (Arecaceae) merupakan tanaman monokotil dengan
anggota terbesar dan persebaran luas. Oxydothis Penz. & Sacc. ialah cendawan
Ascomycota yang berasosiasi dengan palem. Salah satu pusat konservasi palem
dan vegetasi tropik di Indonesia ialah Kebun Raya Bogor (KRB). Penelitian ini
bertujuan mengidentifikasi diversitas Oxydothis pada palem di KRB. Sampel
ental daun palem dengan askoma berupa bercak bundar berwarna abu, hitam, atau
cokelat dikoleksi dari blok Arecaceae. Askus dan askospora diamati dengan
medium shears, dan reaksi amiloid pada cincin askus diamati dengan reagen
Melzer. Sebanyak 16 spesies Oxydothis yang berhasil diidentifikasi ialah O.
angustispora J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. asymmetrica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O.
batuapoiensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. belalongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O.
daemonoropsicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. dispariapicis J. Fröhl. & K.D. Hyde,
O. elaeicola Petr, O. extensa J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. grisea Penz. & Sacc., O.
hoehnelii (Rehm.) Sacc., O. hongkongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. licualicola
J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. nonspecifica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. rattanica J.
Fröhl. & K.D. Hyde., O. rattanicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, dan O. rimicolla J.
Fröhl. & K.D. Hyde.
Kata kunci: Arecaceae, Ascomycota, diversitas, Kebun Raya Bogor, Xylariales.
ABSTRACT
PUJI RACHMATUL ALIYAH. Diversity of Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi,
Xylariales) from Palms (Arecaceae) in Bogor Botanical Garden. Supervised by
AGUSTIN WYDIA GUNAWAN and IMAN HIDAYAT.
Palm (Arecaceae) is monocotyledonous plant and widely distributed
worldwide. Oxydothis Penz. & Sacc. is a fungal genus belonging to phylum
Ascomycota. Bogor Botanical Garden (KRB) is well-known as one of important
ex-situ conservation of tropical plants, especially in Indonesia. This study was
aimed at examining the diversity of Oxydothis associated with palms in KRB.
Decaying fronds from Arecaceae sites with black, gray, or brown spot on the
surface were collected. Asci, ascal ring, and ascospores were observed in shears
medium, and Melzer reagent was used to see the amyloid reaction of ascal ring. A
total 16 species were identified as follow: O. angustispora J. Fröhl. & K.D. Hyde,
O. asymmetrica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. batuapoiensis J. Fröhl. & K.D. Hyde,
O. belalongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. daemonoropsicola J. Fröhl. & K.D.
Hyde, O. dispariapicis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. elaeicola Petr., O. extensa J.
Fröhl. & K.D. Hyde, O. grisea Penz. & Sacc., O. hoehnelii (Rehm.) Sacc., O.
hongkongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. licualicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, O.
nonspecifica J. Fröhl. & K.D. Hyde, O. rattanica J. Fröhl. & K.D. Hyde., O.
rattanicola J. Fröhl. & K.D. Hyde, and O. rimicolla J. Fröhl. & K.D. Hyde.
Keywords: Arecaceae, Ascomycota, diversity, Bogor Botanical Garden, Xylariales.
KEANEKARAGAMAN Oxydothis Penz. & Sacc.
(Fungi, Xylariales) PADA PALEM-PALEMAN (Arecaceae)
DI KEBUN RAYA BOGOR
PUJI RACHMATUL ALIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Keanekaragaman Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) pada
Palem-paleman (Arecaceae) di Kebun Raya Bogor
Nama
: Puji Rachmatul Aliyah
NIM
: G34090064
Disetujui oleh
Ir Agustin Wydia Gunawan, MS
Pembimbing I
Dr Iman Hidayat
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen Biologi
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah karena atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan
sejak bulan Januari sampai Mei 2013 dengan judul Keanekaragaman Oxydothis
Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) pada Palem-paleman (Arecaceae) di Kebun
Raya Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Agustin Wydia Gunawan, MS dan
Dr Iman Hidayat selaku pembimbing yang banyak memberikan arahan dan
masukan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini, serta Nina Ratna
Djuita, MSi selaku penguji yang telah memberi saran. Terima kasih pula penulis
sampaikan kepada teman-teman penelitian bagian mikologi serta Biologi 46 atas
saran dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga kepada mama, papa, serta
seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Puji Rachmatul Aliyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
BAHAN DAN METODE
1
HASIL
2
PEMBAHASAN
18
Keanekaragaman Morfologi
19
Asosiasi Oxydothis dengan Palem di Kebun Raya Bogor
22
Asosiasi Oxydothis dengan Tanaman Monokotil
24
SIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL
1 Oxydothis yang ditemukan di Kebun Raya Bogor dan yang telah
dilaporkan (Hyde 1994; Fröhlich dan Hyde 2000)
2 Karakter askoma, cincin askus, dan askospora Oxydothis yang
ditemukan di Kebun Raya Bogor
3 Keanekaragaman Oxydothis pada spesies substrat yang ditemukan di
Kebun Raya Bogor dan spesies substrat yang telah dilaporkan serta
persebarannya
4 Perbandingan ukuran askospora dan cincin askus O. rimicolla
18
20
23
23
DAFTAR GAMBAR
1 Oxydothis angustispora: a-b askoma pada permukaan rachis, c
sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
2 Oxydothis asymmetrica: a askoma pada permukaan rachis, b-c
sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
3 Oxydothis batuapoiensis: a-b askoma pada permukaan rachis palem,
c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
4 Oxydothis belalongensis: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c kumpulan askus, d kumpulan askus dengan
cincin askus, dan e askospora. Skala: a 500 µm, b 50, c 20 µm, d-e 10
µm
5 Oxydothis daemonoropsicola: a-b askoma pada permukaan rachis, c
sayatan transversal askoma, d askus, e askospora. Skala: a-b 500 µm,
c 50 µm, d 20 µm, e 10 µm
6 Oxydothis dispariapicis: a-b askoma pada permukaan rachis, c
sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus, dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20µm, e-f 10 µm
7 Oxydothis elaeicola: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum, d askus, e askospora, f cincin askus.
Skala: a-b 100 µm, c-e 10 µm
8 Oxydothis extensa: a askoma pada permukaan petiole, b askus, cincin
askus berbentuk: c cakram, d baji, e askospora. Skala: a -, b 20 µm, ce 10 µm
9 Oxydothis grisea: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c askus, d cincin askus, e askospora. Skala: a 2
cm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm
10 Oxydothis hoehnelii: a-b askoma pada permukaan rachis, c askus, d
cincin askus, e askospora. Skala: a-b 500 µm, c 20 µm, d-e 10 µm
11 Oxydothis hongkongensis: a askoma pada permukaan rachis, b-c
sayatan transversal askoma, d-e askus, f cincin askus, g askospora.
Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d-e 20 µm, f-g 10 µm
3
4
5
6
7
8
9
9
10
11
12
12 Oxydothis licualicola: a-b askoma pada permukaan petiole, c sayatan
transversal askoma, d askus, e askospora, Skala: a-b 500 µm, c 50 µm,
d 20, e 10 µm
13 Oxydothis nonspecifica: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum, d jaringan stroma, e askus, dan f
askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm, f 5 µm
14 Oxydothis rattanica: a-b askoma pada permukaan rachis, sayatan
transversal askoma: c-d ruang askoma dengan ostiolum pada salah
satu ujungnya, e jaringan stroma, f askus, g cincin askus, h askospora.
Skala: a-b 500 µm, c-e 100 µm, f-h 10 µm
15 Oxydothis rattanicola: a askoma pada permukaan rachis, sayatan
transversal: b ruang askoma, c ostiolum periphysate, d askus, e cincin
askus, f askospora. Skala: a 500 µm, b 100 µm, c-g 10 µm
16 Oxydothis rimicolla: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma: ruang askoma dan ostiolum, c-d askus, e cincin
askus, f askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c-d 20 µm, e-f 10 µm
17 Askoma Oxydothis: a tipe 1 dan b tipe 2
18 Askoma Oxydothis yang tertanam di bawah epidermis: a ruang
askoma dan ostiolum, b periphysate pada ostiolum, c ostiolum, d
jaringan stroma di antara askomata
19 Cincin askus Oxydothis: a cakram dan b baji
20 Askospora Oxydothis: a meruncing berangsur dengan ujung tumpul, b
meruncing berangsur dengan ujung tajam, dan c meruncing curam
dengan proses seperti jarum membentuk ujung tajam
13
14
15
16
17
20
20
21
21
PENDAHULUAN
Oxydothis Penz. & Sacc. (Fungi, Xylariales) terdiri atas 75 spesies yang
dilaporkan hidup sebagai saprob, endofit, atau parasit pada tanaman monokotil
(Taylor dan Hyde 2003; Hidayat et al. 2006). Oxydothis umum hidup pada
Arecaceae (palem-paleman), sebagian pada famili Pandanaceae dan Poaceae,
serta dilaporkan bersifat spesifik pada Arecaceae (Fröhlich dan Hyde 2000).
Arecaceae merupakan tumbuhan monokotil dengan anggota terbesar dengan
persebaran luas. Sekitar 75% dari 592 spesies anggota Ascomycota dengan
susbtrat Arecaceae ditemukan di kawasan tropik. Kepulauan Pasifik termasuk
Indonesia dan Filipina merupakan kawasan yang memiliki keanekaragaman
Ascomycota yang tinggi dengan 179 spesies (Taylor dan Hyde 2003).
Oxydothis yang telah diketahui persebarannya di Indonesia yaitu O. grisea
Penz. & Sacc. (spesies tipe), O. calami (Henn.) Syd. & P. Syd., O. maculosa Penz.
& Sacc., dan O. pandanicola (Syd. & P. Syd.) Petr. yang ditemukan di Bogor dan
Cibodas, Provinsi Jawa Barat; O. gigantea K.D. Hyde, O. manokwariensis K.D.
Hyde, O. ragai K.D. Hyde, dan O. saltuensis K.D. Hyde yang ditemukan di
Manokwari, Irian Jaya; serta O. nonamyloidea K.D. Hyde yang ditemukan di
Dumoga Timur, Sulawesi Utara. Cendawan tersebut ditemukan pada substrat
Calamus sp., Livistona sp., serta beberapa palem-paleman rawa dan terestrial yang
belum diidentifikasi (Hyde 1994).
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan pusat konservasi ex situ vegetasi
tropik yang berasal dari Indonesia dan introduksi dari berbagai negara. Sebanyak
112 spesies dari 432 spesies palem-paleman KRB merupakan spesies yang dapat
ditemukan di Indonesia (Mogea dan Witono 1998). Keanekaragaman koleksi
Arecaceae di KRB diharapkan menjadi gambaran umum keanekaragaman di
Indonesia dan keanekaragaman cendawan yang berasosiasi dengannya. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keanekaragaman
spesies cendawan Oxydothis pada Arecaceae di Kebun Raya Bogor.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2012 sampai Mei 2013.
Pengambilan sampel dilakukan di blok Arecaceae (blok V, X, XI, XII, XIII, dan
XIV) di Kebun Raya Bogor. Pengamatan mikroskopi, pengukuran, dan
identifikasi dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Biologi, FMIPA,
IPB, Bogor dan Laboratorium Mikologi, Bagian Mikrobiologi, Pusat Penelitian
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong.
Sampel yang dikoleksi merupakan ental daun palem-paleman yang
berasal dari Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Papua), Papua Nugini,
Thailand, dan Filipina. Sampel tersebut ialah bagian ental daun palem yang
mengering dan belum gugur dari pohon. Ental daun yang diambil ialah bagian
tengah (rachis) dan pangkal (petiole), pada permukaan epidermisnya terdapat
askoma berupa bercak bundar berwarna abu-abu, hitam, atau cokelat.
2
Sampel yang diambil sesuai dengan banyaknya ental yang ditemukan di
sekitar pohon palem, serta keberadaan askoma pada sampel. Sampel dibungkus
dengan plastik bersegel berukuran 10 × 20 cm dan diberi kertas tisu yang telah
dilembapkan. Plastik diberi data paspor dengan informasi meliputi nama palem,
situs koleksi, daerah asal palem, dan tanggal koleksi.
Sampel diperiksa menggunakan mikroskop stereo. Askoma cendawan
(berupa bercak pada ental) diambil menggunakan pinset, direhidrasi menggunakan
air destilata atau KOH 3%, dan diamati dengan mikroskop majemuk. Rehidrasi
dengan KOH 3% diberikan pada askoma yang tertanam di bawah epidermis ental
yang keras (Fröhlich dan Hyde 2000). Bagian atas askoma diambil menggunakan
pinset dan isinya dipindahkan ke kaca objek yang telah ditetesi medium shears
untuk memeriksa askus dan askospora, serta reagen Melzer (Kirk et al. 2008)
untuk memeriksa cincin askus. Oxydothis ditentukan berdasarkan bentuk
askospora panjang dan bagian apeks yang meruncing. Askoma dengan askospora
tersebut ditandai di sekelilingnya dengan tinta permanen dan diberi kode Krb 124.
Morfologi askoma yang tertanam di bawah jaringan epidermis didapatkan
dari sayatan secara transversal dengan ketebalan 20 µm dengan mikrotom beku.
Medium yang digunakan untuk sayatan ialah gliserin. Preparat diberi label sesuai
dengan kode askoma yang telah ditandai sebelumnya, selanjutnya hasil sayatan
diamati dengan mikroskop majemuk.
Morfologi Oxydothis yang diamati untuk identifikasi meliputi tipe askoma,
posisi ostiolum, ukuran dan bentuk cincin askus, kisaran ukuran askospora, ratarata panjang askospora, dan bentuk apeks dari askospora. Identifikasi dilakukan
berdasarkan kunci identifikasi Hyde (1994), Fröhlich dan Hyde (2000), Taylor
dan Hyde (2003), serta situs database Mycobank (http://www.mycobank.org/),
USDA fungus-host database (http://nt.ars-grin.gov/fungaldatabases/fungushost/
fungushost.cfm), dan Index Fungorum (http://www.indexfungorum.org/Names/
Names.asp).
HASIL
Taksonomi
Oxydothis angustispora J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 1)
Askomata menonjol sedikit dari bawah jaringan epidermis, berbentuk
elipsoid pada permukaan inang, berwarna hitam, soliter atau berkelompok.
Ostiola menyembul dari salah satu bagian ujung askomata, berwarna hitam.
Sayatan vertikal askomata, 366-750 × 291-539 µm, bentuk askomata panjang,
membentuk barisan paralel. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap,
bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di antara askomata,
bentuk oblong tipis, berwarna cokelat sedang sampai cokelat gelap, tersusun rapat
dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade. Askus 154.2-171.1 × 7.7-11.8
̅ 163.2 × 9.4 µm, n = 25), mengandung 8-askospora, berbentuk
µm ( ̅
silinder panjang, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk cakram, dengan tinggi 0.5-1.5 µm dan diameter 2.1-3.3
3
̅
̅
µm ( ̅
1.0 × 2.8 µm, n = 20). Askospora 76.6-95.7 × 2.6-3.6 µm ( ̅
85.2 × 3.0 µm, n = 25), 3-seriat, orientasi memanjang sejajar askus, tumpang
tindih, filiform, hialin, sekat tidak jelas terlihat, meruncing sedikit tumpul pada
kedua ujungnya.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XI B XIII 189, pada rachis Nenga pumula dari Jawa, 13 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb
18; blok V K 190, pada rachis Oncosperma horridum dari Sulawesi Tengah, 9 Maret
2013, P.R. Aliyah, Krb 19.
Gambar 1 Oxydothis angustispora: a-b askoma pada permukaan rachis, c sayatan
transversal askoma, d askus, e cincin askus (→), dan f askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e-f 10 µm
Oxydothis asymmetrica J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 2)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis, berbentuk globose,
berwarna hitam, soliter atau bergerombol membentuk grup besar, area di sekitar
askomata berwarna abu-abu sedang sampai abu-abu gelap. Ostiola berwarna
4
hitam, menonjol pada sisi askomata. Sayatan vertikal askomata, 344-679 × 278503 µm, bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel berorientasi
horizontal, dengan ostiola eccentric, membelok ke atas pada salah satu ujung
̅ 192.6
askomata menembus epidermis. Askus 177.7-208.2 × 8.2-10.8 µm ( ̅
× 10.0 µm, n = 25), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus,
unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+), berbentuk
̅
baji, dengan tinggi 2.1-3.2 µm dan diameter 2.5-2.8 µm ( ̅
2.6 × 2.6 µm,
̅ 76.2 × 4.9 µm, n =
n = 10), refraktif. Askospora 70.2-84.2 × 3.6-5.7 µm ( ̅
25), 2-3-seriat, posisi dalam askus menyerong, tumpang tindih, fusiform
memanjang, hialin, 1-sekat, meruncing berangsur dari sekat tengah, dengan proses
yang panjang membentuk ujung tajam.
Gambar 2 Oxydothis asymmetrica: a askoma pada permukaan rachis,
b-c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus
(→), dan f askospora. Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d 20
µm, e-f 10 µm
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
V J 38, pada rachis Pinanga coronata dari Sumatera Barat, 28 Desember 2012, P.R.
Aliyah, Krb 3.
Oxydothis batuapoiensis J. Fröhl. & K. D. Hyde (Gambar 3)
Askomata menonjol dari bawah epidermis, berwarna hitam, lebih
menonjol dibandingkan dengan area stromata yang berwarna hitam mengelilingi
5
askomata, soliter atau bergerombol membentuk grup. Ostiola menonjol pada sisi
askomata, berwarna hitam dan terlihat seperti lubang pada permukaan inang.
Sayatan vertikal askomata, bentuk askomata silinder, berorientasi horizontal,
memanjang sejajar dengan inang dengan ostiola eccentric, berbelok menembus
epidermis pada salah satu ujung askomata. Askus 70-155.2 × 4.6-10.3 µm
̅ 110.1 × 7.3 µm, n = 25), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder,
( ̅
lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal J+ (beramiloid),
̅ 1.8 ×
berbentuk baji dengan tinggi 1.3-2.3 µm dan diameter 1.5-2.6 µm ( ̅
2.1 µm, n = 25), terwarnai sangat tipis. Askospora 45.9-51.0 × 3.1-4.1 µm
̅ 44.0 × 3.4 µm, n = 25), 1-2-seriat, posisi dalam askus menyerong,
( ̅
tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap, meruncing dengan curam,
membentuk proses seperti jarum, dengan ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XI B XIII 230, pada rachis Licuala sp. dari Papua, 4 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb 14.
Gambar 3 Oxydothis batuapoiensis: a-b askoma pada permukaan rachis
palem, c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin askus
(→), dan f askospora. Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm,
e-f 10 µm
Oxydothis belalongensis J. Fröhl. & K. D. Hyde (Gambar 4)
Askomata menonjol sedikit dari bawah jaringan epidermis, bentuk tidak
teratur, batas askomata dengan stromata tidak mudah ditentukan, warna askomata
abu-abu pucat, soliter. Ostiola menyembul pada bagian sisi askomata, bentuk
silinder berlubang, berwarna hitam. Sayatan vertikal askomata, 979-3504 × 6261942 µm, bentuk askomata silinder panjang, membentuk barisan paralel. Peridium
dengan dinding sel berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu
lapis sel. Stromata berada di antara askomata, bentuk sel oblong tipis, berwarna
cokelat sedang sampai cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal
̅ = 177.7 × 4.8 µm,
seperti jaringan palisade. Askus 152.3-203.1 × 3.8-5.7 µm ( ̅
6
Gambar 4 Oxydothis belalongensis: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c kumpulan askus, d kumpulan askus dengan
cincin askus, dan e askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c 20 µm,
d-e 10 µm
n = 20), mengandung 8-askospora, silinder, lurus, unitunikat, pedicellate
(bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+), berbentuk baji dengan tinggi 1.0̅
2.1 µm dan diameter 2.1-2.6 µm ( ̅
1.5 × 2.3 µm, n = 10). Askospora
̅
54.9-71.5 × 3.1-4.1 µm ( ̅
= 62.9 × 3.8 µm, n = 25), 1-2 seriat, posisi dalam
askus menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing dengan
curam, membentuk proses seperti jarum dengan ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
X E 23 A, pada rachis Daemonorops rubra dari Jawa, 30 Januari 2013, P.R. Aliyah, Krb
11.
Oxydothis daemonoropsicola J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 5)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis inang, elipsoid,
berwarna hitam, bergerombol membentuk grup besar. Ostiola menyembul pada
sisi askomata, area stromata berwarna hitam. Sayatan vertikal askomata, 7451087 × 627-891 µm, bentuk askomata lentikular, membentuk barisan panjang
paralel berorientasi horizontal, dengan ostiola eccentric membelok ke atas pada
salah satu ujung askomata, menembus epidermis. Peridium dengan dinding sel
berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata
berada di antara askomata, berwarna cokelat sedang-gelap, tersusun rapat dengan
orientasi vertikal seperti jaringan palisade. Askus 157.4-208.2 × 10.3-10.8 µm
̅ = 181.8 × 10.7 µm, n = 20), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder,
( ̅
lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai). Askospora 95.7-105.9 × 4.6-5.7 µm
̅ = 98.9 × 5.3 µm, n = 20), 1-3-seriat, posisi dalam askus menyerong,
( ̅
tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing berangsur dalam proses yang panjang
membentuk ujung tumpul.
7
Gambar 5 Oxydothis daemonoropsicola: a-b askoma pada permukaan
rachis, c sayatan transversal askoma, d askus, e askospora.
Skala: a-b 500 µm, c 50 µm, d 20 µm, e 10 µm
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII A 118, pada rachis Pinanga kuhlii dari Sumatera, 6 February 2013, P.R. Aliyah, Krb
16.
Oxydothis dispariapicis J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 6)
Askomata berkembang di bawah epidermis, sedikit menonjol, elipsoid,
berwarna hitam, soliter atau bergerombol membentuk kelompok kecil, area
stromata sekeliling askomata berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap. Ostiola
berwarna hitam, tertanam di bawah epidermis, globose. Sayatan vertikal askomata,
322-529 × 269-481 µm, bentuk askomata lentikular, membentuk barisan panjang
paralel, berorientasi horizontal. Stromata berada di antara ruang askomata, bentuk
̅=
sel oblong, warna dinding sel cokelat gelap. Askus 108-171 × 7.5-12 µm ( ̅
142.2 × 9.6 µm, n = 20), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus,
unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+), berbentuk
̅ 3.0 × 3.7 µm, n
baji dengan tinggi 2.6-3.6 µm dan diameter 2.6-4.6 µm ( ̅
̅
= 10), refraktif. Askospora 74.8-110.2 × 2.5-5.7 µm ( ̅
= 86.8 × 4.4 µm, n =
30), 2-3-seriat, susunan dalam askus menyerong, fusiform, hialin, 1-sekat, area
sekitar sekat tengah datar, kemudian meruncing berangsur membentuk ujung
tumpul.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok X
D 80 A, pada rachis Pinanga coronata dari Sumatera, 22 January 2013, P.R. Aliyah, Krb
5.
8
Gambar 6 Oxydothis dispariapicis: a-b askoma pada permukaan
rachis, c sayatan transversal askoma, d askus, e cincin
askus (→), dan f askospora. Skala: a-b 500 µm, c 50
µm, d 20µm, e-f 10 µm
Oxydothis elaeicola Petr. (Gambar 7)
Askomata menonjol dari bawah epidermis, batas stromata dengan
askomata tidak terlihat jelas, area dalam stromata berwarna abu-abu pucat sampai
abu-abu gelap, area stromata dibatasi tepi berwarna abu-abu pekat, hitam, soliter,
atau bergerombol membentuk grup, bentuk grup elipsoid dan tidak beraturan.
Ostiola menyembul di atas epidermis, berwarna hitam, berbentuk silinder dengan
lubang yang terletak pada atau dekat dengan tepi. Sayatan vertikal askomata, 8562533 × 644-1686 µm, bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel,
dengan ostiola eccentric, membelok ke atas pada salah satu ujung askomata,
menembus kutikula inang. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap,
bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata di antara ruang askomata.
̅ = 193.9 × 5.7 µm, n = 25), mengandung
Askus 177.7-218.4 × 5.1-6.2 µm ( ̅
8-askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai),
aparatus subapikal beramiloid (J+) berbentuk cakram, dengan tinggi 1.0-1.3 µm
̅ 1.2 × 3.3 µm, n = 10). Askospora 62.5-82.9 ×
dan diameter 3.1-3.6 µm ( ̅
̅ = 73.9 × 5.7 µm, n = 25), 1-2-seriat, posisi dalam askus
5.1-6.2 µm ( ̅
menyerong, tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap, kemudian
meruncing dengan curam dalam proses yang panjang, membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIIB IX, pada rachis Calamus unifarius dari Jawa, 4 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb 12.
9
Gambar 7 Oxydothis elaeicola: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum (→), d askus, e askospora, f cincin
askus (→). Skala: a-b 100 µm, c-e 10 µm
Oxydothis extensa J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 8)
Askomata berkembang di bawah epidermis, timbul sedikit dari bawah
epidermis inang, bentuk elipsoid, berwarna hitam, soliter, grup. Askus 187.9̅ = 197.3 × 10.4 µm, n = 10), mengandung 8208.2 × 10.3-10.8 µm ( ̅
askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus
subapikal beramiloid (J+), berbentuk cakram dan baji, dengan kisaran tinggi 2.1-
Gambar 8
Oxydothis extensa: a askoma pada permukaan petiole, b askus,
cincin askus (→) berbentuk: c cakram, d baji, e askospora. Skala:
a 1mm, b 20 µm, c-e 10 µm
10
̅
3.6 µm dan diameter 2.1-3.1 µm ( ̅
2.9 × 2.6 µm, n = 10), refraktif.
̅ = 81.7 × 5.8 µm, n = 25), 1-2-seriat,
Askospora 75.3-85.5 × 5.1-6.2 µm ( ̅
tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap dengan proses seperti jarum,
membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XE 19, pada petiole Daemonorops longispatha dari Borneo, 26 April 2013, P.R. Aliyah,
Krb 23.
Oxydothis grisea Penz. & Sacc. (Gambar 9)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis inang, elipsoid,
berwarna hitam, soliter. Ostiola pada tepi askomata, berwarna hitam, membentuk
lubang. Sayatan vertikal askomata, 476-769 × 370-675 µm, bentuk askomata
lentikular dengan ostiola eccentric, membentuk barisan panjang paralel yang
berorientasi horizontal. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap,
bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di antara askomata,
berwarna cokelat sedang sampai cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi
̅ = 160.7
vertikal seperti jaringan palisade. Askus 152.3-182.8 × 9.3-15.4 µm ( ̅
× 12.4 µm, n = 20), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus,
unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+) berbentuk
̅ 3.8 × 3.2 µm, n
baji dengan tinggi 2.1-5.1 µm dan diameter 2.6-4.1 µm ( ̅
̅
= 10), refraktif. Askospora 63.8-85.5 × 5.1-7.2 µm ( ̅
= 68.6 × 5.9 µm, n =
25), 2-3-seriat, posisi dalam askus menyerong, tumpang tindih, hialin, 1-sekat,
meruncing sedikit demi sedikit, kemudian meruncing seperti jarum membentuk
ujung tajam.
Gambar 9 Oxydothis grisea: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c askus, d cincin askus (→), e askospora. Skala:
a 2 cm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm
11
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIV A 150A, pada rachis Ptychosperma pullenii dari Papua, 21 Maret 2013, P.R. Aliyah,
Krb 21.
Oxydothis hoehnelii (Rehm.) Sacc. (Gambar 10)
Askomata menonjol sedikit di atas epidermis, 322-1660 × 229-626 µm,
soliter atau kelompok kecil, askomata tidak dapat dibedakan dengan area stromata,
area stromata berwarna abu-hitam, batas stromata berwarna hitam. Askus 137.1̅ = 152.9 × 6.8 µm, n = 20), mengandung 8-askospora,
162.5 × 5.7-7.2 µm ( ̅
berbentuk silinder, lurus, pedicellate (bertangkai), unitunikat, aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji, dengan tinggi 1.5-2.1 µm dan diameter 2.6-3.3 µm
̅ 1.9 × 2.9 µm, n = 10). Askospora 45.9-59.9 × 3.8-6.4 µm ( ̅
̅ = 54.3
( ̅
× 5.1 µm, n = 20), 2-seriat, posisi dalam askus menyerong, 1-sekat, fusiform,
hialin, meruncing sedikit demi sedikit dalam proses yang singkat membentuk
ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII E 26 pada rachis Arenga tremula, dari Filipina, 21 Januari 2013, P.R. Aliyah, Krb 9.
Gambar 10 Oxydothis hoehnelii: a-b askoma pada permukaan rachis,
c askus, d cincin askus (→), e askospora. Skala: a-b 500
µm, c 20 µm, d-e 10 µm
Oxydothis hongkongensis J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 11)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis, bentuk tidak beraturan,
warna askomata abu-abu pucat, soliter, atau bergerombol membentuk grup kecil.
Ostiola menyembul pada sisi askomata, berwarna hitam, batas stromata dengan
12
Gambar 11 Oxydothis hongkongensis: a askoma pada permukaan rachis,
b-c sayatan transversal askoma, d-e askus, f cincin askus
(→), g askospora. Skala: a 500 µm, b-c 50 µm, d-e 20 µm, fg 10 µm
askomata tidak mudah ditentukan. Sayatan vertikal askomata, 569-1853 × 4411006 µm, bentuk askomata silinder dengan ostiola eccentric, membentuk barisan
paralel berorientasi horizontal. Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat
gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di antara
askomata, bentuk oblong tipis, berwarna cokelat sedang sampai cokelat gelap,
tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade. Askus 89.3̅ = 103.6 × 6.2 µm, n = 25), mengandung 8-askospora,
113.6 × 5.1-7.7 µm ( ̅
berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji dengan tinggi 1.3-2.1 µm dan diameter 2.6-3.3 µm
̅ 1.7 × 2.9 µm, n=20), terwarnai dengan tipis berwarna abu. Askospora
( ̅
̅ = 55.4 × 4.7 µm, n = 25), 2-3-seriat, posisi dalam
49.7-60.1 × 4.1-5.4 µm ( ̅
askus menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap,
lalu meruncing dengan curam membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII C 216, pada rachis Daemonorops palembanica dari Sumatera Utara, 9 Maret 2013,
P.R. Aliyah, Krb 20.
13
Oxydothis licualicola J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 12)
Askomata menonjol dari bawah jaringan epidermis, berbentuk globose,
berwarna hitam, soliter, atau membentuk grup 2-8 askomata, area sekitar
askomata berwarna abu. Ostiola berwarna hitam di sisi askomata. Sayatan vertikal
askomata, 150-335 × 92-194 µm, bentuk askomata panjang silinder, berorientasi
horizontal, membentuk barisan paralel. Peridium dengan dinding sel berwarna
cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Askus 101.6-116.7 ×
̅ = 108.5 × 10.8 µm, n = 20), mengandung 8-askospora,
7.7-14.1 µm ( ̅
berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji dengan tinggi 1.5-2.6 µm dan 3.1-3.6 µm ( ̅
̅
2.1 × 3.2 µm, n = 10), terwarnai dengan tipis. Askospora 57.4-71.4 × 5.1-6.4
̅ = 63.9 × 5.8 µm, n = 20), 2-3-seriat, posisi dalam askus menyerong,
µm ( ̅
tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing sedikit demi sedikit, lalu
curam, membentuk jarum yang pendek dengan ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIV A 7, pada petiole Licuala spinosa dari Asia Tenggara, 21 Januari 2013, P.R. Aliyah,
Krb 6.
Gambar 12 Oxydothis licualicola: a-b askoma pada permukaan petiole,
c sayatan transversal askoma, d askus, e askospora, Skala:
a-b 500 µm, c 50 µm, d 20, e 10 µm
Oxydothis nonspecifica J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 13)
Askomata menonjol dari bawah epidermis, globose, berwarna abu-abu
pucat sampai abu-abu sedang, hitam, soliter atau bergerombol membentuk grup 28 askomata, dibatasi oleh tepi hitam. Ostiola berwarna hitam timbul pada tepi.
Sayatan vertikal askomata, 671-988 × 499-724 µm, bentuk askomata silinder,
membentuk barisan paralel berorientasi horizontal, dengan ostiola eccentric,
berbentuk silinder pendek, membelok ke atas pada salah satu ujung askomata,
menembus kutikula inang, periphysate. Peridium dengan dinding sel berwarna
cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel. Stromata berada di
antara ruang askomata, bentuk sel oblong tipis, berwarna cokelat sedang sampai
14
Gambar 13 Oxydothis nonspecifica: a askoma pada permukaan rachis, b sayatan
transversal askoma, c ostiolum (→), d jaringan stroma (→), e askus,
dan f askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c 20 µm, d-e 10 µm, f 5
µm
cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade.
̅ = 114.2 × 10.4 µm, n = 20), mengandung
Askus 90.4-138.6 × 8.2-12.6 µm ( ̅
8-askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), cincin
̅ = 61.9 × 5.4 µm, n
askus tidak teramati. Askospora 57.4-66.4 × 5.1-6.2 µm ( ̅
= 20), 1-2 seriat, posisi dalam askus menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin,
1-sekat, meruncing berangsur dari sekat tengah membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIII L 166, pada rachis Licuala paludosa dari Thailand, 26 Desember 2012, P.R. Aliyah,
Krb 1.
Oxydothis rattanica J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 14)
Askomata timbul dari bawah epidermis, batas stromata dengan askomata
tidak terlihat jelas, tepi stromata tipis berwarna hitam, area dalam stromata
berwarna seperti epidermis inang, abu-abu pucat sampai hitam, soliter atau grup,
bentuk grup elipsoid dan tidak beraturan. Ostiola pada tepi stromata, berwarna
hitam, membentuk lubang. Sayatan vertikal askomata, 882-2286 × 416-909 µm,
bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel, dengan ostiola eccentric,
15
berwarna hitam, berbentuk silinder, mencuat ke atas epidermis, membelok ke atas
pada salah satu ujung askomata, menembus kutikula inang. Peridium dengan
dinding sel berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri atas satu lapis sel.
Stromata berada di antara ruang askomata, berwarna cokelat sedang sampai
cokelat gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti jaringan palisade.
Askus 109-120 × 8.7-12.3 µm (115 × 10.1 µm, n = 25), mengandung 8-askospora,
berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate (bertangkai), aparatus subapikal
beramiloid (J+) berbentuk baji, terwarnai tipis, refraktif. Askospora 51.0-62.5 ×
̅ = 55.4 × 4.4 µm, n = 25), 2-3-seriat, posisi dalam askus
3.9-4.9 µm ( ̅
menyerong, tumpang tindih, fusiform, hialin, 1-sekat, bagian dekat sekat tengah
mendatar, kemudian meruncing berangsur membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII C 73, pada petiole Daemonorops fisa dari Kalimantan, 26 Desember 2012, P.R.
Aliyah, Krb 2; blok XII C 73, pada rachis Oncosperma tigillarium dari Asia Tenggara, 6
dan 13 Februari 2013, P.R. Aliyah, Krb 15.
Gambar 14 Oxydothis rattanica: a-b askoma pada permukaan rachis, sayatan
transversal askoma: c-d ruang askoma dengan ostiolum pada salah
satu ujungnya (→), e jaringan stroma (→), f askus, g cincin askus
(→), h askospora. Skala: a-b 500 µm, c-e 100 µm, f-h 10 µm
16
Oxydothis rattanicola J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 15)
Askomata berkembang di bawah epidermis, batas stromata dengan
askomata tidak terlihat jelas, terdapat tepi tebal berwarna abu-abu pekat atau
hitam, area dalam stromata berwarna abu-abu pucat, soliter dan grup, askomata
soliter berwarna hitam, bentuk grup elipsoid dan tidak beraturan, dengan ostiola
berwarna hitam pada salah satu sisinya. Sayatan vertikal askomata, 960-2612 ×
437-1203 µm, bentuk askomata silinder, membentuk barisan paralel berorientasi
horizontal. Ostiola berbentuk silinder dengan lubang yang terletak pada atau dekat
dengan tepi menembus kutikula inang pada bagian tengah askomata, periphysate.
Peridium dengan dinding sel berwarna cokelat gelap, bentuk sel oblong, terdiri
atas satu lapis sel. Stromata berada di antara askomata, bentuk oblong tipis,
berwarna cokelat sedang-gelap, tersusun rapat dengan orientasi vertikal seperti
̅ = 154.9 × 9.9 µm, n =
jaringan palisade. Askus 152.3-162.5 × 8.2-12.9 µm ( ̅
25), mengandung 8-askospora, berbentuk silinder, lurus, unitunikat, pedicellate
(bertangkai), aparatus subapikal beramiloid (J+) berbentuk baji dengan tinggi 1.4̅
2.1 µm dan diameter 2.1-2.6 µm ( ̅
1.8 × 2.5 µm, n = 25). Askospora
̅
51.0-63.8 × 4.1-5.1 µm ( ̅
= 56.6 × 4.8 µm, n = 30), 1-3-seriat, posisi dalam
askus menyerong, tumpang tindih, hialin, 1-sekat, meruncing bertahap, dengan
proses singkat membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XII C 76, pada rachis Daemonorops palembanica dari Sumatera, 4 Februari 2013, P.R.
Aliyah, Krb 13; blok XII C 79, pada petiole Daemonorops metanochaetes dari Jawa 26
April 2013, P.R. Aliyah, Krb 24.
Gambar 15 Oxydothis rattanicola: a askoma pada permukaan rachis,
sayatan transversal: b ruang askoma, c ostiolum periphysate
(→), d askus, e cincin askus (→), f askospora. Skala: a 500
µm, b 100 µm, c-g 10 µm
Oxydothis rimicolla J. Fröhl. & K.D. Hyde (Gambar 16)
Askomata sedikit menonjol di atas epidermis, berbentuk globose, berwarna
hitam, soliter atau bergerombol membentuk grup 2-8 askomata. Sayatan vertikal
askomata, 167-353 × 146-216 µm, bentuk askomata silinder, memanjang paralel
17
dengan orientasi horizontal. Ostiola eccentric, menembus epidermis pada salah
satu ujung askomata, berwarna coklelat gelap, periphysate. Peridium terdiri atas
lapisan sel berbentuk oblong, hialin, dinding sel berwarna cokelat. Askus 152.3̅ = 172.3 × 11.3 µm, n = 20), mengandung 8203.1 × 8.93-12.7 µm ( ̅
askospora, berbentuk silinder, pedicellate (bertangkai), unitunikat, aparatus
subapikal beramiloid (J+) berbentuk baji, dengan tinggi 2.6-4.6 µm dan diameter
̅ 3.4 × 3.1 µm, n = 20). Askospora 68.9-93.2 × 2.3-3.3 µm
2.6-3.8 µm ( ̅
̅ = 81.8 × 2.7 µm, n = 20), 2-seriat, fusiform, hialin, 1-sekat, meruncing
( ̅
berangsur dalam proses yang panjang membentuk ujung tajam.
Material examined: INDONESIA, Jawa Barat, Bogor, Kebun Raya Bogor, blok
XIV A 60, pada rachis Ptychosperma macarthurii dari Papua, 21 Januari 2013, P.R.
Aliyah, Krb 7; XIV A 111, pada rachis Ptychosperma sp. dari Papua, 21 January 2013,
P.R. Aliyah, Krb 8; XII E 70A, pada rachis Ptychosperma macarthurii dari Papua Nugini,
30 Januari 2013, P.R. Aliyah, Krb 10.
Gambar 16 Oxydothis rimicolla: a askoma pada permukaan rachis,
b sayatan transversal askoma: ruang askoma (►) dan
ostiolum (→), c-d askus, e cincin askus (→), f
askospora. Skala: a 500 µm, b 50 µm, c-d 20 µm, e-f 10
µm
18
PEMBAHASAN
Oxydothis merupakan cendawan Ascomycota yang umumnya ditemukan
pada tanaman monokotil khususnya palem. Oxydothis memiliki askus yang
berbentuk silinder memanjang, umumnya askus dilengkapi dengan aparatus
subapikal beramiloid (J+), askospora hialin dan bersekat 1, dan berbentuk filiform
atau fusiform panjang yang meruncing tajam di kedua ujungnya atau membentuk
seperti jarum, atau kedua ujungnya tumpul membulat. Karakter morfologi yang
digunakan dalam pencirian spesies Oxydothis ialah orientasi askoma, bentuk dan
ukuran cincin askus, dan bentuk askospora terutama kedua ujungnya (Hyde 1994).
Oxydothis yang berhasil diidentifikasi pada penelitian ini sebanyak 16
spesies, yaitu O. angustispora, O. asymmetrica, O. batuapoiensis, O.
belalongensis, O. daemonoropsicola, O. dispariapicis, O. elaeicola, O. extensa, O.
grisea, O. hoehnelii, O. hongkongensis, O. licualicola, O. nonspecifica, O.
rattanica, O. rattanicola, dan O. rimicolla. Sebanyak 15 spesies, kecuali O.
grisea, merupakan spesies yang pertama kali ditemukan di Indonesia. Sebelumnya
spesies-spesies ini belum pernah dilaporkan persebarannya di Indonesia, namun
pernah dilaporkan di Australia, Brunei Darussalam, Ekuador, Hongkong,
Malaysia, dan Filipina (Tabel 1).
Tabel 1 Oxydothis yang ditemukan di Kebun Raya Bogor dan yang telah
dilaporkan (Hyde 1994; Fröhlich dan Hyde 2000)
Indonesia
AU, BD, EC, HK, MAL,
Eksplorasi
Spesies
(Hyde
PHa
KRB
1994)
(Fröhlich dan Hyde 2000)
O. angustispora
v
v
O. asymmetrica
v
v
O. batuapoiensis
v
v
O. belalongensis
v
v
O. daemonoropsicola
v
v
O. dispariapicis
v
v
O. elaeicola
v
v
O. extensa
v
v
O. grisea
v
v
O. hoehnelii
v
v
O. hongkongensis
v
v
O. licualicola
v
v
O. nonspecifica
v
v
O. rattanica
v
v
O. rattanicola
v
v
O. rimicolla
v
v
a
Sebaran geografis Oxydothis yang dilaporkan Fröhlich dan Hyde (2000), AU: Australia, BD:
Brunei Darussalam, EC: Ekuador, HK: Hongkong, MAL: Malaysia, PH: Filipina.
Oxydothis grisea merupakan spesies tipe dari genus Oxydothis. Spesies ini
pertama kali ditemukan pada ental daun palem Calamus di Cibodas, Jawa Barat
19
(Penzig dan Saccardo 1897). Spesies ini ditemukan bersama dengan O. nigricans
Penz. & Sacc. dan O. maculosa Penz. & Sacc. Selain itu, O. grisea juga
ditemukan di Manokwari, Papua pada Ptychosperma sp. pada tahun 1992 (Hyde
1994). Oxydothis grisea yang ditemukan di KRB (Gambar 9) berasosiasi dengan
P. pullenii yang juga berasal dari Papua. Data ini menunjukkan hubungan yang
erat antara Oxydothis dan inangnya, karena Oxydothis ditemukan ditempat inang
tumbuh, walaupun bukan di daerah asalnya.
Keanekaragaman Morfologi
Sampai saat ini masih terjadi kontroversi mengenai klasifikasi Oxydothis
di dalam Kingdom Fungi (Kirk et al. 2008). Berdasarkan morfologi askoma yang
memanjang horizontal dan membentuk clypeate, Oxydothis dimasukkan ke dalam
Famili Amphisphaeriaceae (Hidayat et al. 2006). Hawksworth et al. (1995)
menggolongkan Oxydothis ke dalam Famili Hyponectriaceae berdasarkan ciri
askoma yang memiliki struktur papillate dan askus yang berbentuk silinder.
Berdasarkan analisis sekuen DNA daerah Internal Transcribed Spacer (ITS),
Oxydothis digolongkan ke dalam Famili Clypeosphaeriaceae (Kang et al. 1998).
Akan tetapi, hasil analisis molekuler berdasarkan daerah 28S dan ITS yang
dilakukan Hidayat et al. (2006), Oxydothis lebih berkerabat dekat dengan anggota
Famili Amphisphaeriaceae atau Xylariaceae.
Secara umum, beberapa karakter morfologi yang mencirikan genus
Oxydothis ialah askoma tertanam tepat di bawah jaringan epidermis inang,
berbentuk kubah memanjang, dan memiliki clypeus. Fröhlich dan Hyde (2000)
menduga bahwa struktur askoma yang memanjang sangat dipengaruhi anatomi
dari jaringan tumbuhan palem. Askus Oxydothis berbentuk silinder panjang,
multiseriat (membentuk beberapa baris di dalam kantung askus), dengan aparatus
pada bagian subapikal berbentuk cakram atau baji. Askospora berbentuk fusiform
memanjang, beberapa spesies filiform dengan 1 sekat di bagian tengah. Dari
tengah, askospora meruncing ke bagian apeks askospora membentuk ujung tajam
seperti jarum, atau ujung tumpul membulat (Hyde 1993).
Askoma Oxydothis berupa peritesium merupakan suatu ruang yang
membungkus askus berisikan askospora. Askoma memiliki dinding yang disebut
peridium. Pada askoma terdapat rongga yang merupakan jalan ke luar askospora
sebagai ciri dari cendawan berperitesium, yaitu ostiolum. Ostiolum dengan
periphysate, yaitu hifa steril yang tumbuh pada rongga ostiolum dengan orientasi
mengarah ke atas (menuju luar rongga). Di antara ruang askoma terdapat jaringan
stroma, yaitu hifa vegetatif yang berkembang di dalam atau pada askoma
(Fröhlich dan Hyde 2000; Gambar 17).
Askoma Oxydothis terdiri atas dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Askoma
tipe 1 dicirikan dengan askoma yang timbul di atas jaringan epidermis inang dan
memiliki ostiolum pada salah satu ujung askoma, sedangkan tipe 2 dicirikan
dengan askoma yang tertanam di bawah jaringan epidermis inang dan ostiolum
pada bagian tengah askoma (Fröhlich dan Hyde 2000; Gambar 18). Spesies yang
memiliki askoma tipe 1 lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan askoma
tipe 2 (Tabel 2).
20
Gambar 18 Askoma Oxydothis yang tertanam di bawah epidermis: a ruang
askoma (►) dan ostiolum (►), b periphysate (→) pada ostiolum,
c ostiolum (►), d jaringan stroma di antara askomata (►)
Gambar 17 Askoma Oxydothis: a tipe 1 dan b tipe 2
Tabel 2 Karakter askoma, cincin askus, dan askospora Oxydothis yang ditemukan
di Kebun Raya Bogor
Spesies
Tipe
askoma
O. asymmetrica
O. batuapoiensis
O. belalongensis
O. daemonoropsicola
O. dispariapicis
O. elaeicola
O. extensa
O. grisea
O. hoehnelii
O. hongkongensis
O. licualicola
O. nonspecifica
O. rattanica
O. rattanicola
O. rimicolla
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 1
-Tipe 1
-Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 1
Kisaran ukuran
cincin askus
(t × d)
(µm)
2.1-3.2 × 2.5-2.8
1.3-2.3× 1.5-2.5
1.0-2.1 × 2.1-2.6
-2.6-3.6 × 2.6-4.6
1.0-1.3 × 3.1-3.6
2.1-3.6 × 2.0-3.1
2.1-5.1 × 2.6-4.1
1.5-2.0 × 2.6-3.3
1.3-2.1 × 2.6-3.3
--1.5-2.6 × 2.6-3.3
1.3-2.1 × 2.1-2.6
2.5-3.9(-6.6) ×
2.6-3.9
Kisaran
ukuran
askospora
(p × l) (µm)
70.2-84.2 × 3.6-5.6
45.9-51.0 × 3.1-4.1
54.9-71.5 × 3.1-4.1
95.7-105.9 × 4.6-5.6
74.7-110.2 × 2.5-5.7
62.5-82.9 × 5.1-6.2
75.3-85.5 × 5.1-6.2
63.9-85.5 × 5.1-7.2
45.9-60.0 × 3.8-6.4
49.8-60.1 × 4.1-4.5
57.4-71.5 × 5.1-6.4
54.4-66.3 × 5.1-6.2
51.0-62.5 × 3.9-5.1
51.0-70.2 × 3.9-5.4
68.9-108.5 × 2.3-7.7
Tanda hubung em (--) menunjukkan bahwa tidak dilakukan pengamatan atau pengukuran
Rerata
panjang
askospora
(µm)
76.2
44.0
63.0
98.9
86.8
73.9
81.7
68.6
54.3
55.4
63.9
62.0
54.5
59.9
82.7
21
Karakter askus yang diamati untuk membedakan spesies ialah cincin askus.
Cincin askus yang terletak pada bagian subapikal ini terdiri atas dua bentuk, yaitu
cakram (discoid) dan baji (wedge-shape) (Gambar 19). Cincin askus ini akan
bereaksi dengan reagen Melzer membentuk warna biru. Warna biru merupakan
ciri fisik reaksi yang terjadi antara iodin yang terkandung dalam reagen, dengan
aparatus subapikal yang mengandung pati. Beberapa cincin askus bersifat refraktif
ketika bereaksi dengan reagen tersebut. Cincin askus menghubungkan bagian
subapikal dengan apikal askus melalui suatu kanal yang akan terlihat dengan
mengatur fokus halus pada mikroskop. Kanal ini merupakan saluran tempat
askospora keluar dari askus.
Gambar 19 Cincin askus (→) Oxydothis: a cakram dan b baji
Askospora Oxydothis memiliki bentuk fusiform panjang dan meruncing,
atau filiform. Terdapat dua tipe askospora dalam meruncing, yaitu meruncing
dengan curam (tapering abruptly) dan meruncing berangsur (tapering gradually)
(Gambar 20). Sebagian besar askospora yang ditemukan pada penelitian ini
memiliki bentuk meruncing berangsur dan sebanyak 3 spesies yang memiliki
askospora meruncing curam, yaitu O. batuapoiensis, O. dispariapicis, dan O.
hongkongensis. Oxydothis licualicola, O. rattanica, dan O. rattanicola memiliki
askospora yang meruncing berangsur dari tengah sekat, kemudian meruncing
dengan curam menuju bagian apeks.
Karakter lain yang diamati dari askospora ialah bentuk apeks, yaitu tajam
(pointed-end), tumpul (blunt-end), dan berbentuk seperti jarum (spine-like
processes) (Gambar 20). Spesies dengan bentuk ujung askospora yang tumpul
paling sedikit ditemukan, yaitu O. asymmetrica, O. daemonoropsicola, O.
dispariapicis. Apeks askospora yang membentuk proses seperti jarum umumnya
memiliki ujung tajam, kecuali O. froehlichii yang membentuk proses jarum yang
Gambar 20 Askospora Oxydothis: a meruncing berangsur dengan
ujung tumpul, b meruncing berangsur dengan ujung
tajam, dan c meruncing seperti jarum membentuk ujung
tajam
22
pendek, dengan apeks membulat/tumpul (Hyde 1994).
Kisaran ukuran cincin askus, askospora dan rerata panjang askopora
beragam pada setiap spesies. Spesies yang ditemukan di KRB dan memiliki
ukuran terbesar ialah O. daemonoropsicola, sedangkan ukuran terkecil ialah O.
batuapoiensis (Tabel 2). Oxydothis daemonoropsicola (Gambar 5) memiliki
askospora meruncing berangsur dari sekat tengah membentuk ujung tumpul dan
kisaran ukuran 95.7-105.9 × 4.6-5.6 µm. Oxydothis batuapoiensis (Gambar 3)
memiliki askospora meruncing dengan curam dari sekat tengah dengan proses
seperti jarum membentuk ujung tajam, dan memiliki kisaran ukuran 45.9-51.0 ×
3.1-4.1 µm. Kisaran ukuran kedua askospora ini relatif lebih besar dibandingkan
dengan laporan sebelumnya (Fröhlich dan Hyde 2000).
Asosiasi Oxydothis dengan Palem di Kebun Raya Bogor
Sebanyak 23 spesimen ental daun palem-paleman yang dikoleksi terdiri
atas Arenga, Calamus, Daemonorops, Licuala, Oncosperma, Nenga, Pinanga,
dan Ptychosperma, dengan total 18 spesies. Spesimen yang dikoleksi sebagai
inang Oxydothis (Tabel 3) ialah palem yang ditemukan di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan masing-masing 1 palem-paleman yang berasal
dari Filipina, Papua Nugini, dan Thailand.
Asosiasi Oxydothis dengan Calamus spp. dan Daemonorops spp.
Calamus dan Daemonorops merupakan Arecaceae yang tumbuh
merambat (rotan) yang banyak dijumpai di Sulawesi (Mogea 2002). Oxydothis
elaeicola ditemukan berasosiasi dengan Calamus unifarius. Sebanyak masingmasing 1 spesimen Oxydothis belalongensis, O. extensa, O. hongkongensis, serta
2 spesimen O. rattanica dan O. rattanicola berasosiasi dengan Daemonorops spp.
Hasil eksplorasi di Australia, Brazil, Brunei Darussalam, dan Hongkong,
dilaporkan bahwa O. elaeicola berasosiasi dengan Calamus spp., dan O.
hongkongensis, O. rattanica, dan O. rattanicola berasosiasi dengan Daemonorops
spp. dan Calamus spp. (Fröhlich dan Hyde 2000). Calamus unifarius dilaporkan
di sini sebagai inang baru dari O. elaicola.
Asosiasi Oxydothis dengan Ptychosperma spp.
Sebanyak 3 spesimen O. rimicolla ditemukan di Ptychosperma
macarthurii dan Ptychosperm