Pemanfaatan Tumbuhan Palem–Paleman (Arecaceae) Pada Masyarakat Aceh Di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen

(1)

PEMANFAATAN TUMBUHAN PALEM - PALEMAN

(

Arecaceae

) PADA MASYARAKAT ACEH DI

KECAMATAN GANDAPURA

KABUPATEN BIREUEN

TESIS

Oleh :

CUT ROSWITA

127030013

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PEMANFAATAN TUMBUHAN PALEM - PALEMAN (Arecaceae) PADA MASYARAKAT ACEH DI KECAMATAN GANDAPURA

KABUPATEN BIREUEN

TESIS

Diajukan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sain dalam Program Studi Magister Biologi pada Program Pascasarjana Fakultas

Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : PEMANFAATAN TUMBUHAN PALEM - PALEMAN (Arecaceae) PADA MASYARAKAT ACEH DI KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN BIREUEN

Nama Mahasiswa : Cut Roswita

NIM : 127030013

Program Studi : Magister Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Pembimbing 1 Pembimbing II

Dr.T. Alief Aththorik. M. Si Dr. Nursahara Pasaribu. M. Sc

NIP: 196909 19199903 1 002 NIP: 19630123 199003 2 001

Ketua Program Studi Biologi Dekan

Prof. Dr. H. Syafruddin Ilyas, M. BIOMED

NIP: 19660209 199203 1 003 NIP. 19631026 199103 1 001 Dr. Sutarman, M.Sc.


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PEMANFAATAN TUMBUHAN PALEM – PALEMAN (Arecaceae) PADA MASYARAKAT ACEH DI KECAMATAN GANDAPURA KABUPATEN

BIREUEN

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya di jelaskan

sumbernya dengan benar.

Medan, 19 Desember 2014

NIM: 127030013 Cut Roswita


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cut Roswita

NIM : 127030013

Program Studi : Magister Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exlusive Free Right) atas Tesis saya yang berjudul:

Pemanfaatan Tumbuhan Palem–Paleman (Arecaceae) Pada Masyarakat Aceh Di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif Ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih data, memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan memplublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan 19 Desember 2014


(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Desember 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. T. Alief Aththorick M.Si Anggota : 1. Dr. Nursahara Pasaribu M.Sc

2. Prof. Dr. Syafruddin Ilyas M. Biomed 3. Dr. Suci Rahayu M.Si


(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Cut Roswita

Tempat Dan Tanggal Lahir : Lampoh Saka 19 November 1979

Alamat Rumah : Jl. Sunggal Gg Camar. Medan

Telepon : 082368581979

e-mail

Instansi Tempat Bekerja : Madrasah Tsanawiah Swasta Darul

Ulum Lhok Mon Puteh Kota

Lhoksemawe. Aceh

DATA PENDIDIKAN

MIN : MIN GANDAPURA TAMAT : 1992

AL FURQAN : BAMBI. SIGLI TAMAT : 1995

MAN : BIREUEN TAMAT : 1999

Strata-1 : UNIVERSITAS AL MUSLIM TAMAT : 2007 Strata-2 : Magister Biologi FMIPA USU TAMAT : 2014


(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-NYA Tesis ini dapat diselesaikan. Dengan selesainya tesis ini, perkenenkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesat-besarnya kepada:

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc. atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Ketua Program Studi Magister Biologi, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas M. Biomed sekaligus penguji 1 beserta seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Biologi Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Dr. T. Alief Aththorick, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Dr. Nursahara Pasaribu M. Sc selaku dosen pembimbing II serta Dr. Suci Rahayu M. Si selaku dosen penguji II yang dengan penuh kesabaran menuntun dan membimbing penulis hingga selesainya tesis ini.

Kepada suami tercinta Saiful Anwar dan anak tersayang Haiqal Rivalqi, Cut Putri Miftahul Riska dan Khairurraju atas semua do'a, dukungan, dan pengorbanan kalian baik berupa moril dan materil, budi baik ini tidak dapat dibalas hanya diserahkan kepada ALLAH SWT. Kepada kedua orangtua serta seluruh keluarga untuk semua do'a, dukungan dan semangat yang diberikan. Kepada Afrida Fattia Rosannah S.pd, Nurbaiti, S.pd, Mutia, S.pd, yang telah banyak membantu penulis dalam menjalankan penelitian ini di lapangan semoga sukses selalu, Rusdi Machrizal yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, terima kasih atas tenaga dan waktu yang telah diberikan, dan semua masyarakat Gandapura yang membantu dalam proses pengambilan data sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.

Penulis


(9)

ABSTRAK

Penelitian pemanfaatan tumbuhan palem oleh masyarakat Aceh di Gandapura telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan April 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, wawancara semi terstruktur dan bebas mendalam (open ended) pada berbagai kelompok umur. Hasil penelitian menunjukkan 13 jenis tumbuhan palem yang dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh di Gandapura. Pemanfaatan 13 jenis tumbuhan tersebut terdiri dari 7 jenis sebagai bahan pangan, 7 jenis sebagai bahan kerajinan, 5 jenis sebagai bahan bangunan, 7 jenis untuk pengobatan tradisional, 2 jenis untuk upacara adat dan 5 jenis tumbuhan hias. Untuk mengetahui pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan dilakukan analisis tingkat kepentingan suatu jenis tumbuhan bagi masyarakat yaitu dengan menghitung Index of Cultural Significance (ICS). Nilai ICS tertinggi terdapat pada tumbuhan Cocos nucifera yaitu 293, diikuti Areca catechu dan Arenga pinnata dengan nilai 113 dan 111.


(10)

Abstract

The utilization of palm by Aceh people in the subdistrict of Gandapura has been studied from January until Apri 2014. Research was conducted using questionair and semi-structured and depth interviews on different ages. There are thirteen species of palms that are used by Aceh people for many porposes., utilization of 13 species of plants consisted of, 7 spesies were used for food, 7 species for material handicrafts, 5 spesies for building materials, 7 species for traditional medicines, 2 species for tradisional customes, and 5 species for ornamental plants. To know the utilization of spcies diversity, the importance of palm species to the community was analyzed with Index of Cultural Significance (ICS). The lighest value of ICS is found on Cocos nucifera (293) followeld by Areca catechu and Arenga pinnata with their ICS number are 113 and 11, respectively.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB. 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB. 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Botani ... 4

2.2 Pemanfaatan Arecaceae Secara Umum ... 12

2.3 Sejarah Asal Usul Nama Aceh ... 13

2. 4 Adat Budaya Masyarakat Aceh... 15

2.5 Struktur Kepemimpinan Masyarakat ... 17

2. 6 Mata Pencaharian ... 21

2. 7 Pemanfaatan Tumbuhan dalam Mayarakat Aceh ... 21

BAB. 3 METODE PENELITIAN ... 22

3. 1 Deskripsi Area ... 22

3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

3.3 Alat dan Bahan ... 24

3.4 Populasi dan Sampel ... 24


(12)

BAB 4. HASI DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Pengetahuan Masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura dalam Mengenal Tumbuhan Palem-paleman ... 31

4.2 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan ... 32

4.3 Pemanfaatan Tumbuhan Berdasarkan Bagian ... 34

4.4 Pemanfaatan Tumbuhan berdasarkan Kelompok Kegunaan ... 36

4.4.1 Tumbuhan sebagai bahan pangan ... 38

4.4.2 Tumbuhan penghasil alat, anyaman dan kerajinan ... 42

4.4.3 Tumbuhan untuk bahan bangunan ... 46

4.4.4 Tumbuhan obat ... 48

4.4.5 Tumbuhan untuk upacara adat ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Deskripsi wilayah dan demografi lokasi penelitian ... 22

2. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan ... 32

3. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan ... 36

4. Beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan ... 38

5. Beberapa spesies tumbuhan penghasil alat, anyaman dan kerajinan ... 43

6. Beberapa spesies penghasil bahan bangunan ... 46

7. Beberapa spesiestumbuhan obat ... 48

8. Tumbuhan bahan upacara adat ... 53

9. Beberapa spesies tumbuhan hias ... 53


(14)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Struktur kepemimpinan Masyarakat Aceh... 19

2. Peta lokasi penelitian ... 23

3. Kelapa sebagai bahan minuman dan buah kalang-kaleng ... 38

a. Kerajinan dari situek dan sabut pinang ... 41

b. Tempat eraman telur ayam dari daun iboh ... 44

c. Pembuatan sapu lidi………. 44

c. Anyaman tikar dari daun iboh ... 44

4. a. Tumbuhan lontar ... 45

b. Kerajinan tudong dari daun lontar ... 45

5. a. Anyaman bleut dari daun kelapa ... 45

b. Anyaman raga dan rengkan dari daun kelapa ... 45

6. a. Bahan-bangunan dari anyaman daun meria ... 47

b. Bahan bangunan terbuat dari pelepah meria ... 47

7 a. Utimoh……… 52

b. Tepak sirih……… 52

c. Janur………. 52

8. a. palem kuning ... 54

b. palem merah ... 54

c. palas payung ... 54

d. palem botol ... 54


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

NO HALAMAN 1.

Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu

61

2 Contoh kuesioner pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan Tumbuhan palem-paleman dalam kehidupan sehari-hari

62

3 Wawancara pengumpulan data 63

4 Biodata responden 64

5 Tabel data wawancara pemanfaatan arecaceae 65

6 Tabel data responden di Kecamata Gandapura 66

7 Tabel data responden kunci di Kecamatan Gandapura 81

8 Tabel Index of Cultural Significance ICS 82


(16)

ABSTRAK

Penelitian pemanfaatan tumbuhan palem oleh masyarakat Aceh di Gandapura telah dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan April 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, wawancara semi terstruktur dan bebas mendalam (open ended) pada berbagai kelompok umur. Hasil penelitian menunjukkan 13 jenis tumbuhan palem yang dimanfaatkan oleh masyarakat Aceh di Gandapura. Pemanfaatan 13 jenis tumbuhan tersebut terdiri dari 7 jenis sebagai bahan pangan, 7 jenis sebagai bahan kerajinan, 5 jenis sebagai bahan bangunan, 7 jenis untuk pengobatan tradisional, 2 jenis untuk upacara adat dan 5 jenis tumbuhan hias. Untuk mengetahui pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan dilakukan analisis tingkat kepentingan suatu jenis tumbuhan bagi masyarakat yaitu dengan menghitung Index of Cultural Significance (ICS). Nilai ICS tertinggi terdapat pada tumbuhan Cocos nucifera yaitu 293, diikuti Areca catechu dan Arenga pinnata dengan nilai 113 dan 111.


(17)

Abstract

The utilization of palm by Aceh people in the subdistrict of Gandapura has been studied from January until Apri 2014. Research was conducted using questionair and semi-structured and depth interviews on different ages. There are thirteen species of palms that are used by Aceh people for many porposes., utilization of 13 species of plants consisted of, 7 spesies were used for food, 7 species for material handicrafts, 5 spesies for building materials, 7 species for traditional medicines, 2 species for tradisional customes, and 5 species for ornamental plants. To know the utilization of spcies diversity, the importance of palm species to the community was analyzed with Index of Cultural Significance (ICS). The lighest value of ICS is found on Cocos nucifera (293) followeld by Areca catechu and Arenga pinnata with their ICS number are 113 and 11, respectively.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Palem merupakan tumbuhan yang menarik untuk dikaji, menarik bukan saja dari segi ilmu tumbuh-tumbuhan, melainkan juga dari segi keindahan bentuk, keanekaragaman jenis, dan kegunaannya. Hal ini dimungkinkan karena kelompok palem memang besar jumlahnya. Masyarakat yang ada di Kecamatan Gandapura merupakan salah satu contoh masyarakat yang melakukan interaksi dengan alam lingkungan sekitarnya. Ini terlihat dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka memanfaatkan tumbuhan tersebut dari kelompok palem yang terdapat di lingkungan tempat tinggalnya

Begitu banyaknya manfaat palem yang digunakan oleh masyarakat, membuat tumbuhan ini semakin lama semakin sedikit penyebarannya, disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam melestarikan tumbuhan tersebut, disini perlunya perkembangan pengetahuan tentang dunia tumbuhan seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia itu sendiri. Kemajuan teknologi terutama transportasi dan komunikasi secara tidak langsung telah mengubah pola pikir manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Perubahan ini akan berlaku pula pada pengetahuan masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan, terutama tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional (Indaryani et al.,2002). Pemanfaatan tradisional dan spesifik sumber daya alam hayati khususnya jenis-jenis palem sangatlah penting untuk dikaji dalam pengembangan dan pelestarian di masa depan, melihat tumbuhan palem yang ada di Kecamatan Gandapura pelestariannya kurang dikembangkan, disinilah perlunya ilmu etnobotani.

Studi etnobotani tidak hanya mengumpulkan tumbuhan berguna, mencatat nama lokal dan cara pemanfaatannya, tetapi perlu diperluas dengan pendekatan disiplin antar ilmu botani dengan ilmu sosial. Penekanan yang dilakukan secara interdisipliner akan dapat memecahkan masalah yang mencakup aspek sosial budaya dan persepsi serta pemahaman masyarakat terhadap pelestarian tumbuhan


(19)

dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kajian etnobotani akan terungkap cara berpikir masyarakat tentang kebijakan dalam pemanfaatan budidaya, konservasi keanekaragaman hayati yang secara tradisi diatur oleh nilai budaya, kepercayaan dan ritual (Waluyo, 1998). Etnobotani juga didefinisikan sebagai suatu studi yang menjelaskan hubungan antara manusia dengan tumbuh- tumbuhan yang secara keseluruhan menggambarkan peran dan fungsi tumbuhan dalam suatu budaya (Hastuti et al., 2002).

keanekaragaman flora yang tinggi berperan penting dalam membentuk pola hidup yang berbeda dari berbagai suku. Kekayaan tumbuhan yang tinggi tersebut apabila dipadukan dengan keanekaragaman suku bangsa yang mendiami daerah-daerah di seluruh Indonesia, maka akan terungkap terbentuknya berbagai sistem pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan. Secara historis tumbuhan telah menjadi sumber kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhannya baik berupa hasil yang dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan sebagai sumber kehidupan sudah membentuk tradisi dan budaya masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan. Salah satu bentuk interaksi masyarakat dengan hutan adalah pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan. Pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional merupakan warisan pengetahuan dari nenek moyang ke generasi selanjutnya (Hamzah et al.,2003).

Masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura yang tinggal di pegunungan dan di pesisir pantai telah banyak menggunakan tumbuhan dari jenis Arecaceae sebagai bahan obat-obatan, bahan pangan, bahan upacara adat, bahan bangunan, bahan alat, anyaman dan kerajinan dan tanaman hias. Potensi tumbuhan Arecaceae (palem) yang demikian besar dapat mempengaruhi tingkat keragaman bentuk pemanfaatan oleh masyarakat di Kecamatan Gandapura. Menurut Nega et al., (2003) pemanfaatan palem oleh masyarakat terbagi menjadi 8 bentuk pemanfaatan antara lain, bahan makanan dan minuman, bahan bangunan, bahan obat obatan, bahan minyak, bahan penyegar, energi, senjata dan perkakas serta magis/ ritual. Dalam pemanfaatan ada beberapa jenis palem yang dikenal sebagai palem serba guna. Jenis-jenis tersebut antara lain kelapa (Cocos nucifera), sagu


(20)

(Metroxylon sagu), nipa (Nypa fructicans) dan enau (Arenga pinnata). Untuk mengetahui manfaat tumbuhan Arecaceae, maka dilakukan penelitian tentang pemanfaatan Arecaceae dalam kehidupan masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen Nanggro Aceh Darussalam.

1.2 Perumusan Masalah

Tumbuhan Arecaceae banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Gandapura dalam kehidupan sehari-hari, namun belum diketahui data yang lengkap terkait jenis dan kegunaannya. Pemanfaatan tumbuhan palem oleh masyarakat Gandapura terutama untuk pengobatan belum dikembangkan secara luas, masih dalam lingkungan kehidupan pribadi masing-masing, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian terkait dengan pemanfaatan tumbuhan palem-paleman pada masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan tumbuhan palem-paleman oleh masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber ilmiah masyarakat Kecamatan Gandapura dalam memanfaatkan tumbuhan palem sehingga dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam kegiatan pengembangan pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan, khususnya tumbuhan jenis Arecaceae. Juga dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut guna pengembangan etnobotani secara tradisional, dan bisa dijadikan sebagai jembatan pemanfaatan pengetahuan tradisional dengan pengetahuan modern.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani

2.1.1 Arecaceae (Palem-Paleman)

Palem merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang telah lama di kenal dalam kehidupan manusia sebagai tumbuhan serba guna. Tumbuhan ini memiliki sifat khas dan unik serta keragaman yang cukup tinggi, baik dari corak maupun bentuk (Heatubun, 1999 dalam Gusbager et al., 2003). Indonesia memiliki lebih kurang 400 jenis palem (Purwanto, 1999 dalam Gusbager et al., 2003). Penampakan yang cantik, indah, gagah dan anggun menyebabkan palem sebagai tanaman favorit penghias ruangan lebih dari 100 tahun lalu (Erna, 1994 dalam Gusbager et al., 2003). Palem tidak hanya digunakan sebagai penghias ruangan tetapi juga disekitar halaman, baik halaman rumah atau perkantoran. Manfaat palem, selain tanaman hias juga sebagai sumber makanan, bahan bangunan, bahan kerajinan atau anyaman, dan beragam kebutuhan lain (Essig, 1977 dalam Gusbager et al., 2003)

Palem adalah pohon atau tanaman memanjat, dengan batang yang kerap kali tidak bercabang dan mempunyai bekas daun yang membentuk cincin, kadang kadang dari batang yang terletak di atas tanah atau akar rimpang dapat keluar beberapa batang (membentuk rumpun). Daun menyirip atau membentuk kipas seperti pada palem kipas (Wisam, 2007).

Palem merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang banyak di jumpai pada daerah sub tropik hingga daerah tropik. Umumnya palem tumbuh dan menyebar pada hutan daratan rendah dan merupakan salah satu komponen penting dalam menyusun vegetasi hutan. Nega et al.,(2003) Menyatakan secara umum suku Arecaceae mempunyai ciri-ciri:

 Batangnya tumbuh tegak ke atas dan jarang bercabang

 Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati

 Akarnya tumbuh dari pangkal batang dan berbentuk akar serabut


(22)

 Tangkai daun memiliki pelepah daun yang membungkus batang.

 Bunga tersusun dalam karangan bunga (mayang)

 Buahnya ditutupi lapisan luar yang relatif tebal (biasa disebut sabut)

 Biji buah relatif cair pada saat masih muda dan semakin mengeras ketika tua.

Banyak anggota famili ini yang dibudidayakan orang sebagai bahan makanan, minyak, serat, perabotan, bangunan, tanaman hias dan lain-lain. Jenis tumbuhan yang popular dari famili ini yaitu : korma (Phoenix dactylifera), kelapa (Cocos nucifera) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis).

Sub Famili Palem

Beberapa sub-famili Palem yang terdapat di Indonesia adalah : A. Phoenicoideae

a) Arenga piñnata (Aren).

Palem ini berukuran sedang hingga besar, tumbuh tunggal dan tegak, dengan tinggi pohon dapat mencapai 4-7 m pada saat dewasa, batang bentuk bulat/silindris, memiliki diameter berkisar antara 30-35 cm dengan bentuk ruas nyata serta panjang ruas 20-25 cm, warna batang muda hijau, tua coklat, daun berwarna hijau, keadaan permukaan halus, Palem ini tumbuh pada kondisi tanah yang kering dan sedikit berbatu, selain itu berdasarkan kesenangan terhadap cehaya jenis ini suka pada tempat kurang naungan, karena jenis ini merupakan salah satu jenis yang toleran terhadap cahaya. pemanfaatan jenis palem ini biasa di ambil niranya oleh masyarakat, sedangkan tulang daunnya dijadikan sapu (Nega et al.,2003).

Aren merupakan genus famili palem, iklim dan curah hujan yang dibutuhkan aren bertempat tumbuh di pegunungan tepi, aren membutuhkan suhu yang tinggi, paling sedikit suhu udara 250C, pada waktu malam kemampuan hidup aren berubah manjadi lamban. Faktor lingkungan yang lebih menentukan ialah curah hujan, aren lebih senang ditanam di daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun, atau yang hujannya jatuh selama 7-10 bulan dalam setahun (Wisam, 2007)


(23)

2. Coryphoideae

a. Corypha elata Roxb (Gebang).

Bagi penduduk di pesisir Indonesia, gebang cukup berperan dalam kehidupan sehari hari. Daunnya besar, bundar dan kaku sehingga sering di gunakan untuk atap dan kerajinan tangan seperti tikar, keranjang dan kipas. Nira yang disedap dari pembungaannya dapat dibuat gula atau alkohol. Umbut batangnya dapat dimakan. Batangnya dapat menghasilkan sagu kira kira 90 kg setiap pohon, dan sagu gebang berkhasiat sebagai obat untuk penyakit usus. Daging buah yang muda dipakai untuk campuran dalam minuman. Bila buah menua, dagingnya beracun. Menurut laporan yang lain ramuan akar gebang dapat digunakan untuk obat sakit murus-murus, disamping itu, palem ini mempunyai nilai sebagai tanaman hias kerena bentuk tajuknya yang bagus (LIPI, 1978).

b. Johannesteijmannia altifrons (Daun payung).

Palem ini mempunyai daun yang besar, lebar dan relatif kuat. Di pedalaman Semenanjung Malaya dan Sarawak orang sering mempergunakannya sebagai atap, karena penggunaanya maka jenis ini disebut daun payung. Daunnya yang berbentuk tajuk yang cukup indah. Di Indonesia penyebaran tanaman ini sangat terbatas sekali. Antara tahun 1880-1940 tumbuhan ini dijumpai di daerah Aceh dan pantai timur Sumatera. Di semenanjung Malaya dan Sarawak, Kalimantan Utara tumbuhan ini paling sering dijumpai. Biasanya palem ini tumbuh di hutan-hutan yang lebat dan merupakan tumbuhan pada skala hutan-hutan bagian bawah. Jarang dijumpai di tempat yang terbuka. Menyukai daerah dengan ketinggian 25-1200 m dpl ( LIPI, 1978).

Palem ini tumbuhnya tunggal. Tingginya mencapai 6 m. Daunnya lebar berbentuk belah ketupat. Lebar daun tampak bervariasi menurut keadaan geografi daerahnya. Perbungaannya berbentuk tandan yang bagian pangkalnya ditutupi oleh beberapa seludang bunga. Bunganya berwarna putih. Buahnya berwarna coklat yang permukaannya kasar, ditutupi oleh benjolan–benjolan kulit semacam gabus yang berbentuk kerucut.


(24)

c. Licuala grandis (Palas payung).

Tumbuhan yang berasal dari Papua Nugini ini daunnya bundar, berukuran besar, dan tepinya bergelombang Di Indonesia sudah digunakan sebagai tanaman hias. Disenangi karena bentuk daunnya dan tubuhnya yang langsing, secara alam jenis ini menyukai daerah daratan rendah. Tumbuhan tidak berumpun. Batangnya dapat mencapai tinggi 2 m. Seperti batang palem pada umumnya, palas berbatang lurus dan keras. Bagian tepi daunnya bergelombang, bergerigi halus, dan tangkai daunnya berduri. Pembungaan dan pembuahannya tumbuh di antara ketiak daun. Buah yang masak berwarna merah. Buah buah tersebut mempunyai kulit yang tipis dan berwarna merah. Perbanyakan terjadi melalui bijinya, karenanya tumbuhnya tidak merumpun. Pertumbuhannya relatif lambat, oleh karena itu palas payung ini baik sekali untuk tanaman hias.

3. Borassoideae

a. Borrassus flabellifer (Lontar,).

Palem ini merupakan pohon yang tumbuhnya tunggal dan berbatang lurus yang dapat mencapai tinggi sampai 30 m. Batangnya seperti batang pohon kelapa atau bahkan lebih besar lagi. Permukaan batangnya lebih halus dan berwarna agak kehitam hitaman. Daunnya berbentuk seperti kipas yang bundar. Tepinya banyak mempunyai lekukan yang lancip. Daun daun tuannya tidak segera luruh tetapi tetap melekat di ujung batang, sehingga tajuk pohonnya menjadi bundar. Perbungaannya berbentuk tandan. Perbungaan jantan dan betinanya masing masing terletak pada pohon yang berlainan. Buahnya besar, bulat, di dalamnya banyak bersabut, berair dan berbiji tiga.

Asal tumbuhan ini masih belum diketahui dengan pasti, mungkin merupakan tumbuhan asli Indonesia. Diduga rontal yang ada di Afrika tropik, India, Birma, Siam, Malaysia sampai ke Nusa Tenggara Timur masih merupakan jenis yang sama. Tumbuhan ini menyukai tempat yang terbuka, kering dan berudara pantai. Tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m dpl.


(25)

a. Borassodendron borneensis Dransfield (Bindang, Budang)

Tumbuhan ini dijumpai di kawasan Kutai dan Kalimantan Timur. Di Sarawak, Malaysia umbut bindang diperjual balikan sebagai bahan sayur mayur, permukaan umbutnya agak kasar, wangi, manis, dan enak rasanya. Bindang dijumpai tumbuh secara alami di Kutei, dan Sarawak. Tumbuh di hutan-hutan karangas dan daratan rendah diantara jenis-jenis lain yang merajai tepi hutan tersebut. Tubuhnya berupa pohon yang tumbuh tunggal, berbatang lurus. Dapat mencapai tinggi 20 m. Helaian daunnya bundar bercelah-celah dalam. Pembungaan jantan dan betinanya masing-masing terletak pada pohon yang berlainan, menggantung dan berupa tandan yang bercabang banyak. Buahnya mirip buah lontar, bersabut, mempunyai tempurung dan daging buah.

4. Lepidocaryoideae

a. Calamus caesius (Rotan sega, Rotan sega putih).

Tumbuhan ini tergolong jenis rotan yang berkualitas baik, dan merupakan tumbuhan asli kawasan Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Umumnya tumbuh di hutan-hutan maranti di daratan rendah sampai pada ketinggian 200 m dpl. Tumbuhnya berumpun dan memanjat yang dapat mencapai tinggi sampai 30 meter. Daunnya berbentuk sirip. Anak anak daunnya berbentuk lanset memanjang. Tangkai daunnya berduri. Duri-durinya tidak rapat. Pembungaan berbentuk malai. Pembungaan dapat mencapai 3 meter. Buahnya berbentuk lonjong, panjang 1,5 cm, bersisik. Batangnya dapat dipakai untuk bahan pembuat meja, kursi, tongkat, alat peraga anyam anyaman dan lainnya. Untuk keperluan tersebut dapat dipakai batang yang utuh ataupun belahan-belahan batang yang telah diraut.

b. Daemonorops melanochaetes (Penjalin manis).

Seperti halnya rotan yang lain, rotan dari jenis ini baik juga untuk bahan baku pembuatan meja, kursi dan kerajinan lainnya. Dapat tumbuh di daratan rendah sampai daratan tinggi pada ketinggian 1500 m dpl. Tumbuhnya di hutan hutan tropik yang lembab di Sumatera dan Jawa. Rotan ini dikenal ada 5 varietas


(26)

yang bentuknya hampir sama. Tumbuhnya tunggal atau berumpun, tingginya sampai 15 meter. Garis tengah batangnya sampai 2,5 cm. Daunnya berbentuk sirip, panjangnya sampai 4 meter. Jumlah anak anak daunnya mencapai 40 pasang. Bagian ujung tulang daunnya memanjang sampai 2,5 cm. Daunnya berbentuk sirip. Panjangnya sampai 4 meter. Kegunaan selain untuk bahan baku kerajinan tangan, ternyata umbut rotan ini dimakan di Keratonan yokyakarta. Daun-daun yang tua dapat digunakan untuk atap pada gubuk-gubuk di kebun.

c. Salacca edulis (Salak)

Tumbuhan ini banyak dibudidayakan di Indonesia. Jenis salak tumbuh baik di daratan rendah sampai pada ketinggian 700 m dpl. Dengan udara yang agak panas. Tingginya mencapai 4,5-7 m. Tumbuhnya berumpun. Batang umumnya hampir tidak kelihatan karena pohon tertutup oleh daun yang tersusun rapat menghalangi batang. Kadang kadang-batangnya melata dan dapat bertunas. Pelepah dan tangkai daunnya berduri panjang. Perbungaan terdiri dari jantan dan betina yang masing-masing terletak pada pohon yang berlainan. Buahnya tersusun dalam tandan, terletak di antara pelepah daun. Buah bulat sampai seperti gasing.

5. Cocoideae

a. Cocos nucifera (Kelapa).

Pohonnya tegak, kadang kadang melengkung, berbatang bulat. Tinggi antara 5-30 meter. Daunnya bersirip genap. Bunganya berwarna kekuning-kuningan atau kehijau-hijauan yang tersusun dalam bentuk malai. Berbunga terus-menerus sepanjang tahun. Di dalam tandan, bunga yang betina terletak di pangkal sedangkan yang jantannya di ujung tandan. Buahnya bulat, berserabut, berbatok dan berdaging, buah berukuran besar. Kelapa banyak ditemukan tumbuh di daerah pantai, pada tanah yang mengandung garam. Tumbuh baik di bawah ketinggian 300 m dpl dengan curah hujan rata rata antara 1270 -2550 mm / tahun.


(27)

b. Elaeis guineensis (Kelapa sawit)

Tumbuhan ini berasal dari Afrika Tropika. Di Indonesia yang pertama kali menanam adalah di Kebun Raya Bogor, kemudian bijinya disebarkan ke Sumatera Timur hingga sekarang penyebarannya sudah sangat luas. Tanaman ini menyukai iklim tropik dengan suhu 20–210 C dan tumbuh baik pada suhu 24-270 C dengan kelembaban yang tinggi, yang bercurah hujan ± 200 cm. Tanah yang cocok tumbuhnya ialah jenis tanah yang subur.

6. Arecoideae

a. Areca catechu (Pinang sirih)

Tumbuhan ini umum dijumpai di kawasan Asia Tenggara. Diduga berasal dari filipina. Sekarang tumbuhan ini sudah tersebar luas dari pantai timur Afrika tropik sampai ke pulauan Fiji. Jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian 750 m dpl. Pinang sirih berbatang lurus dan agak licin. Tinggi rata rata 10 meter. Berdaun sirip agak melengkung. Pelepah daunnya berupa seludang. Anak anak daunnya lebar. Bunga bunganya tersusun dalam suatu bulir. Bunga bunga betina terletak di bagian pangkal, sedangkan jantannya di bagian ujung, Selain untuk menyirih endosperma buah tanaman ini di pakai untuk bahan pernis. Umbut batangnya dapat dipergunakan untuk campuran ramuan obat obatan.

b. Pinanga densiflora (Pinang Tutul)

Palem ini disebut pinang tutul karena anak-anak daunnya sering mempunyai bercak-bercak hijau tua seperti tutul. Pinang tutul tumbuh secara alami di Sumatera. Umum dijumpai di Aceh dan Bengkulu. Tumbuhan ini menyukai tempat yang agak basah. Biasanya menyenangi daerah dekat aliran sungai, pada ketinggian antara 300–800 m dpl. Tumbuhnya berumpun. Tingginya sampai 4 m. Batangnya berukuran kecil, secara menyeluruh tidak jelas tampak. Berdaun sirip yang pelepah daunnya berbentuk seludang. Tulang daun yang mudanya berwarna merah. Besar anak-anak daunnya agak bervariasi. Pada anak daun yang muda terdapat bercak-bercak hijau tua. Bercak-bercak tersebut menghilang pada daun yang tua. Perbungaan berbentuk malai, menggantung.


(28)

Tangkai tandannya berwarna kuning. Buahnya berwarna merah jambu. Pada umur yang relatif muda, palem ini telah dapat menghasilkan buah.

7. Nypoideae

a. Nypa fruticans (Nipah).

Tumbuhan ini sudah tak asing lagi bagi penduduk pesisir. Daunnya umum digunakan untuk atap, atau untuk alat kerajinan tangan seperti tikar, keranjang, topi, payung dan lain-lain. Di samping buahnya dapat dimakan juga dapat menghasilkan nira yang kadang-kadang diolah menjadi gula. Nipa tersebar di sepanjang daerah tropik, mulai dari Sri Lanka sampai kepulauan Solomon dan Australia (LIPI, 1978).

Tumbuhan ini tumbuh pada kondisi daerah berair, berdasarkan kesenangan terhadap cahaya, jenis ini suka pada tempat yang terbuka atau bebas naungan. Palem ini berperawakan sedang, plenantic, tinggi 5-6m, berumpun memiliki batang semu, daun berwarna hijau, jumlah daun dalam mahkota 6-8, panjang daun 400 cm, lebar daun 150-200 cm, ujung daun bifit, bentuk daun pinate, panjang anak daun 30-100 cm, lebar anak daun 3-8 cm,bentuk anak daun elongate, bentuk ujung anak daun acuminate, jumlah anak daun 40 pasang, tata letak anak daun berhadapan, panjang petiole 35-45 cm, pelepah berwarna coklat kehitaman, panjang pembungaan 120-125 cm, jumlah percabangan bunga 4-5, tata letak keluar bunga interfoliar, warna tangkai bunga coklat tua, ujung meruncing bentuk seperti corong, warna coklat. Bunga berbulir, berumah satu, warna orange. Buah bentuk lonjong, warna coklat, diameter 5-10 cm, panjang 10-15 cm, epicarp tebal berserabut, endocarp tipis keras, endosperm homogenous, berembrio basal (Nega et al., 2003).

2.1.2 Tempat Tumbuh Arecaceae (Palmae)

Menurut Witono et al.,(2000) palem dapat tumbuh dengan baik pada tipe tanah yang berpasir, tanah gambut, tanah kapur dan tanah berbatu. Palem juga dapat tumbuh pada berbagai kemiringan dari tanah datar, tanah berbukit dan tanah berlereng terjal. Palem membutuhkan suhu rata-rata tahunan 170–250 C, curah


(29)

hujan 2000 mm–2500 mm pertahun dengan rata-rata hujan turun 120- 140 hari dalam setahun dan kelembapan relative 80%. Untuk pertumbuhan palem juga memerlukan cahaya, dan cahaya yang sampai ke dasar hutan berbeda-beda sehingga menjadi ciri tersendiri untuk menentukan pertumbuhan suatu spesies palem. Palem bisa juga dilestarikan diluar kawasan hutan (ex situ) dengan cara mempelajari aspek ekologisnya sehingga dapat dibudidayakan diluar habitat (Desianto et al.,2002).

2.2. Pemanfaatan Arecaceae Secara Umum

Sebagian besar masyarakat di Indonesia mengenal manfaat Arecaceae. Macam dan cara pemanfaatan famili ini sangat beragam tergantung dari kelompok masyarakat atau etnik tertentu, dimana masing-masing kelompok masyarakat atau etnik tersebut memiliki sistem pengelolaan dan pemanfaatan tanaman Arecaceae. Secara umum tanaman yang termasuk dalam Arecaceae mempunyai kegunaan sebagai berikut:

Manfaat tumbuhan Arecaceae (Palmae)

Beberapa jenis palem termasuk jenis yang serbaguna, dari segi kegunaan jenis-jenis palem dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Sumber karbohidrat, baik dalam bentuk pati maupun gula.

2) Sumber minyak, sudah sejak lama masyarakat Indonesia memanfaatkan kelapauntuk minyak goreng.

3) Sumber bahanan anyaman, rotan merupakan bahan anyaman berkualitas tinggi, beberapa jenis palem juga menghasilkan daun yang dapat dianyam.

4) Sumber bahan bangunan, ada jenis-jenis palem yang mempunyai batang yang kuat untuk mengganti kayu di balik batang-batang kelapa

menjadi tiang-tiang atau bahan ukiran perkakas rumah tangga.

5) Sumber bahan penyegar, masih ada masyarakat di Indonesia yang masih menginang (menyirih).


(30)

6) Sumber tanaman hias, banyak jenis palem yang sudah dimanfaatkan untuk tanaman hias di jalan maupun di pekarangan rumah.

7) Sebagai bahan campuran ramuan obat.

8) Sebagai bahan sesaji dalam upacara adat, baik upacara perkawinan maupun upacara ritual (LIPI, 1978).

2.3 Sejarah Asal Usul Masyarakat Aceh

Aceh adalah propinsi yang terletak di bagian paling ujung Barat pulau Sumatera dari wilayah Republik Indonesia. Propinsi yang dijuluki dengan berbagai sebutan nama ini dalam perjalanan sejarahnya pernah mengalami puncak kemajuan peradabannya terutama pada ahkhir abat ke 16 hingga awal abat ke 17 sebagai kerajaan islam terbesar kelima di dunia, setelah kerajaan Islam Usmaniah di Turki, kerajaan islam Maroko di Afrika Utara, kerajaan Agra di Anak Benua India, dan kerajaan Aceh Darussalam di Asia Tenggara (Syarif et al., 2012).

Sebagai daerah yang pernah mengalami kejayaan peradabannya, tentu saja Aceh tidak hanya pernah menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan pada masa itu, melainkan Aceh juga memiliki aturan pemerintahan yang baik dengan sistim nilai nilai adat masyarakat yang teratur. Akan tetapi, seiring perjalanan jaman, perjalanan sejarah Aceh kemudian juga mengalami pasang surut akibat berbagai perubahan yang tak dapat dihindari, dan akibat perubahan itu pula, Aceh pun kemudian menyandang beberapa nama dalam penyesuaian diri dengan perubahan sejarah itu.

Kalau di masa kesultanan, Aceh dikenal dengan nama kerajaan Aceh Darussalam, setelah merdeka orang kadang-kadang menyebut nama Aceh dengan daerah “Serambi Mekkah”, “Aceh Daerah Modal”, atau “Aceh Bumi Tanah Rencong”, “Daerah Istimewa Aceh”, Nanggroe Aceh Darussalam”, dan Aceh sebagai “ Daerah Otonomi Khusus”, hingga sebutan Propinsi Aceh sekarang ini. Syarif.,et al(2012). Akan tetapi mulai abat ke-19 ada beberapa pengarang diantaranya Snouck Hurgronje yang kembali pada tulisan yang lebih tepat ″Atjeh″ dalam penelitiannya diberinya judul De Atjebers, Cara menulis inilah yang dipakai dalam teks teks resmi dan tulisan kontemporer Republik Indonesia dan


(31)

juga oleh pengarang pengarang karya karya terbaru mengenai Aceh, Snouck Hurgronjo juga pernah menjelaskan bahwa biarpun ada berbagai tefsiran yang digemari orang tetapi tak satupun yang tepat , Oleh karena itu Asia Tenggara banyak toponim mempunyai etimologi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka tak bakal sia sialah kalau kita sependapat seperti Marsden bahwa nama tempat ini pun berasal dari nama tumbuhan, kendati kepastian mengenai hal itupun tidak ada (Lombard, 2008).

Propinsi Aceh sebagaimana teleh digambarkan di atas tidak hanya kaya dengan nama besar julukannya, tetapi juga dikenal sebagai daerah yang Serat dengan liku-liku sejarahnya yang panjang dalam berbagai warna dan bentuk kesejarahan dari masa ke masa. Semua liku liku sejarah itu penuh dengan berbagai peristiwa berdarah (peperangan), mulai dengan perang Aceh melawan Belanda tahun 1873 sampai dengan mendaratnya Jepang tahun 1942.

Setelah kekerasan dan kekejaman jepang menjajah Aceh yang dimulai pendaratannya Maret 1942, akhirnya jepang menyerah kalah kepada sekutu dan akhirnya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya tahun 1945. Namun Aceh setelah merdeka terus bergolak, peristiwa berdarah tak sunyi pula dengan munculnya peristiwa perang cumbok, akibat perseturuan antara ulama dan kaum Uleebalang di Aceh. Kemudian tahun 1953-1962 muncul pula peristiwa DI/TII dibawah pimpinan Tgk. Muhammad Daud Beureueuh. Usai DI/TII meletus pula peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965, yang juga tidak sedikit memakan korban jiwa dan harta benda masyarakat Aceh, selang 10 tahun setelah peristiwa PKI muncul lagi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dibawah pimpinan Tgk. Muhammad Hasan Tiro pada tanggal 4 Desember 1976 dan gejolak GAM berikutnya berkorban lagi pada tahun 1989-2005.

Aceh rupanya tidak cukup dengan bala dan bencana krisis dentuman senjata (perang) ALLAH SWT memberikan cobaan lagi dengan bencana yang maha dahsyat, yaitu gempa bumi berkekuatan 8,7 Skala Richter, yang disusul gelombang tsunami berkecepatan 600 km/jam, pada 26 Desember 2004. Pada tahun 2005, setelah masa emergensi pascatsunami Aceh dibangun kembali melalui program Rehabilitasi dan Rekontruksi dibawah koordinasi dan


(32)

manajemen Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh dan Nias Sumatera Utara.

Kondisi Aceh pascatsunami menghadapi fenomena baru, dimana perkembangan kehidupan budaya dan adat istiadat masyarakatnya mulai terasa pergeserannya akibat keterbukaan komunikasi multi media, ilmu pengetahuan dan teknologi dan pergaulan antar bangsa dan etnis, sehingga identitas harkat dan martabat ke- Aceh-annya mulai memudar, dan bahkan ada diantara nilai nilai luhur dari tatanan kehidupan masyarakat Aceh kian terabaikan.Hal ini erat kaitannya dengan kedatangan berbagai suku bangsa di dunia yang tinggal dan bergaul dalam masyarakat Aceh, dengan program membantu Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh (Syarif et al., 2012).

2. 4 Adat Budaya Masyarakat Aceh

Sejarah mencatat, bahwa masyarakat Aceh pernah berperan sebagai bangsa di dunia, dibawah kepemimpinan sultan-sultan yang turun-temurun sejak sultan Ali Mughayat Syah tahun (1514-1528) sampai berakhir dengan tertangkapnya Sultan Muhammad Syah sebagai Sultan Aceh yang terakhir (1874-1903). Di masa pemerintahan sultan–sultan itu, Aceh telah membangun diri berasaskan pada suatu tatanan adat budaya (Adat ngon hukom agama lagei zat ngon sifeut), sehingga dapat mengantarkan kebesarannya berperan di dunia internasional. Kala itu Aceh juga menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai negara-negara yang berpengaruh di dunia, seperti dengan Turki Usmaniyah, Inggris, Perancis dan lain lain. Bahkan Aceh mampu membela dan membantu kerajaan-kerajaan di Semenanjung Melayu dalam melawan dan mengusir pasukan portugis yang hendak menjajah negerinya.

Lebih dahsyat lagi adalah kemampuan Aceh dalam melawan pasukan Belanda yang hendak menjajah Aceh, sehingga terjadi peperangan panjang selama puluhan tahun (1873-1904). Bahkan kejatuhan kesultanan, Aceh terus menerus memberikan perlawanan dan tak pernah menyerahkan kedaulatannya kepada penjajah Belanda. Kekuatan dan semangat orang Aceh dalam membangun persatuan dan kesatuan melawan penjajah adalah karena berkat daya tahan


(33)

budayanya yang luar biasa, yaitu “Adat Aceh”Secara teori ; adat dapat dipahami sebagai suatu realitas proses interaksi, antar individu dan kelompok manusia yang melahirkan format-format nilai budaya berwujut norma, moral, hukum, seni dan tatanan aturan–aturan yang satu dengan lainnya berkorelasi menjadi suatu sistem. Sistem inilah yang mengikat masyarakat Aceh dalam kelompok budaya masing-masing sesuai dengan kawasan lingkungannya.

Dari aspek antropologis, adat itu menjadi salah satu elemen perekat kesatuan bangsa. Di Indonesia ada adat Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Jawa, Bali, Bugis, dan lain-lain. Dalam kontek Aceh juga ada adat dan budaya etnis masing-masing. Yaitu Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Barat, Tamiang, Gayo, Alas, Kluet, Anek Jamee, Singkil, Simeulu dan lain-lain. Pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, adat pada umumnya lahir dari dukungan faktor faktor genealogis dan teritorial kawasan masing-masing. Dalam praktek kehidupan sehari-hari, adat dipandang sebagai kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan dalam kehidupan masyarakat. Demikian juga fungsi adat Aceh yang pada dasarnya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:

1. Adat sebagai adat istiadat adalah kebiasan-kebiasaan prilaku yang hidup dan berkembang dalam membangun prilaku masyarakat yang tertip dan teratur, hirarki, seremonial, ritual untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam masyarakat.

2. Adat sebagai norma adalah kaedah hukum, untuk memelihara dan membangun keseimbangan (equilibrium) kehidupan masyarakat dengan ketentuan, barangsiapa melanggarnya akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan pembinaan dan pelestarian adat, pemerintah propinsi Aceh telah membentuk lembaga khusus yang disebut dengan Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA). Pembentukan LAKA merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses sejarah sosial masyarakat Aceh itu sendiri. Khususnya dalam kaitan dengan konflik politik yang terjadi di Aceh pasca terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945, pada tanggal 9 Juli 1986.Kemudian, pada tahun 2003 nama LAKA mengalami perubahan menjadi Majelis Adat Aceh (MAA). MAAini lahir berdasarkan keputusan Kongres Adat


(34)

Aceh yang diselenggarakan oleh LAKA pada tanggal 24-28 September 2002 di Banda Aceh, dan ditetapkanlah Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Keistimewaan Aceh, dimana salah satunya adalah Keistimewaan bidang penyelenggaraan Adat dan Adat Istiadat masyarakat Aceh.

Bagi masyarakat Aceh, pembangunan budaya dan adat yang disertai dengan syariat, dari sudut antropologis merupakan suatu kemestian, karena nilai-nilai adat dan syariat menjadi perekat kekuatan kesatuan dan persatuan ke-Aceh-an dalam membke-Aceh-angun kesejahterake-Aceh-an hidupnya.‟Hukom (Agama) ngon adat lagei zat ngon sifeut, hanjeut meu-reut-reut ki nyang hawa”.Maksudnya, hukum dengan adat laksana zat dengan sifat, tidak boleh dicerai berai sesuka hatinya.

Lembaga lembaga adat itu antara lain berguna sebagai:

1. Institusi /organisasi masyarakat menjadi suatu sarana /potensi yang sangat akurat untuk menggerakkan dalam pembangunan sebagai perekat mewujutkan kesatuan /kerjasama, kedamaian, kerukunan, ketentraman, dan kenyamanan bagi pencapaian kesejahtaraan hidup (dunia dan akhirat).

2. Wahana /lembaga yang dapat dimanfaatkan /kegunaan, paling tidak ada 6 dimensi, yaitu:

• Dimensi ritualitas/agamis

• Dimensi ekonomis/kebutuhan hidup • Dimensi pelestarian lingkungan hidup • Dimensi hukum, norma atau kaidah • Demensi/ harkat/martabat,

• Dimensi kompetitif/keunggulan (Syarif et al., 2012).

2. 5 Struktur Kepemimpinan Masyarakat

Masyarakat di Propinsi Nanggro Aceh Darussalam terdiri dari delapan sub etnis (suku bangsa). Kondisi sosial budaya masyarakat dapat dilihat dari sistem kekerabatan kelompok keluarga masyarakat, dalam hal ini yang paling dominan adalah masyarakat suku bangsa Aceh, Gayo, dan Aneuk Jamee. Masyarakat umumnya menganut sistim keluarga batih. Rumah tangga terdiri atas keluarga kecil yaitu ayah, ibu dan anak yang belum kawin. Ayah dan ibu dalam keluarga


(35)

batih mempunyai peranan penting untuk mengasuh keluarga sampai dewasa. Penanaman ini sudah menjadi tanggung jawab ayah dan ibu meliputi segala kebutuhan keluarga akan sandang dan pangan, kesehatan dan pendidikan.

Masyarakat Aceh menarik garis keturunan berdasarkan prinsip bilateral yang memperhitungkan hubungan kekerabatan, baik melalui garis ayah maupun garis ibu. Kerabat-kerabat dari ayah disebut wali atau Biek. Apabila ayah meninggal dunia yang bertanggung jawap atas anaknya adalah wali, dan garis keturunan dari pihak ibu disebut sarong atau koy.

Dalam suatu masyarakat terdapar golongan paling atas yang disebut dengan lapisan elit dan lapisan paling bawah disebut dengan lapisan biasa atau orang kebanyakan. Masyarakat Aceh mengenal adanya lapisan sosial pada masa lalu. Tradisi sistem kepemimpinan pada masa lalu terwujut dalam satu struktur mulai dari gampong (desa), mukim (kumpulan desa desa), daerah Uleebalang (distrik), daerah sagoe (kumpulan beberapa mukim), sampai kepada sultan. Dalam kepemimpinan tingkat gampong dikenal tiga unsur utama yang menjalankan pemerintahan, yakni :

» pertama keuchik yaitu kepala gampong . Jabatan ini bersifat turun temurun dan diresmikan oleh uleebalang. Keuchik berkewajiban untuk menjaga ketertiban, keamanan dan adat istiadat dalam desanya, berusaha untuk memakmurkan kampong, memberi keadilan dalam perselisihan perselisihan.

» Unsur kedua Teungku meunasah atau imum meunasah, merupakan pimpinan dalam keagamaan, mulai dari mengajar mengaji Alquran kepada anak-anak dan menanamkan dasar-dasar ketauhidan, memimpin berbagai upacara keagamaan pada hari-hari besar Islam, hingga membacakan doa dalam kenduri kenduri.

» Unsur ketiga adalah tuha peut yaitu dewan orang tua yang banyak pengalaman dan paham tentang soal adat dan agama. Tuha peut atau ureung Tuha berperan memberi nasehat kepada Keuchik dan Imeum Meunasah.


(36)

Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang paling menonjol dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu golongan umara dan golongan ulama. Umara

1.

dapat diartikan sebagai pemerintah atau pejabat pelaksana pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan. Contohnya seperti jabatan :

Sultan yang merupakan pimpinan atau pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan.

2.

Panglima Sagoe

3.

(Panglima Sagi) yang memimpin unit pemerintahan Sagi. Uleebalang

4.

sebagai pimpinan unit pemerintah Nanggroe (negeri). Kepala Mukim

5.

yang menjadi pimpinan unit pemerintahan Mukim.

Keuchiek atau Geuchiekyang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan Gampong (kampung). Struktur kepemimpinan Masyarakat Aceh tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Struktur Kepemimpinan Masyarakat Aceh

SULTAN

Ulama

Qadhi Uleebalang

Sayed

Umara

Imum Mukim Uleebalang

Panglima Sagoe

Mukim

Geuchiek Teungku-Teungku

Teungku Meunasah

Syarifah Habib


(37)

Keseluruhan pejabat tersebut di atas, dalam struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal sebagai lapisan pemimpin adat, pemimpin keduniawian, atau kelompok elite sekuler.Sementara golongan ulama yang menjadi pimpinan yang mengurusi masalah-masalah keagamaan (hukom atau syariat Islam) dikenal sebagai pemimpin keagamaan atau masuk kelompok elite religius, Oleh karena para ulama ini mengurusi hal-hal yang menyangkut keagamaan, maka mereka haruslah seorang yang berilmu, yang dalam istilah Aceh disebutUreung Nyang Malem

1.

,dengan demikian tentunya sesuai dengan predikat/sebutan ulama itu sendiri yang berarti para ahli ilmu atau para ahli pengetahuan. Adapun golongan atau kelompok Ulama ini dapat disebutkan, yaitu :

Qadli (kadli), yaitu orang yang memimpin pengadilan agama atau yang dipandang mengerti mengenai hukum agama pada tingkat kerajaan dan juga pada tingkat Nanggroe yang disebut

2.

Kadli Uleebalang. Imum Mukim (Imam Mukim)

3.

, yaitu yang mengurusi masalah keagamaan pada tingkat pemerintahan mukim, yang bertindak sebagai imam sembahyang pada setiap hari Jumat di sebuah mesjid pada wilayah mukim yang bersangkutan.

Teungku-teungku, yaitu pengelola lembaga-lembaga pendidikan keagamaan seperti dayah dan rangkang, juga termasuk murid-muridnya. Bagi mereka yang sudah cukup tinggi tingkat keilmuannya, disebut dengan istilah

4.

Teungku Chiek. Teungku Meunasah, yang memimpin masalah-masalah yang berhubungan dengan keagamaan pada satu unit pemerintah Gampong

Selain pembagian atas kedua kelompok tersebut, yang paling menonjol dalam masyarakat Aceh tempo doeloe, terdapat lapisan-lapisan lain seperti kelompok Sayed yang bergelar habib untuk laki-laki dan Syarifah untuk perempuan. Kelompok ini dikatakan berasal dari keturunan suku Quresy.Jadi kelompok Sayed ini juga merupakan lapisan tersendiri dalam masyarakat Aceh Sudirman et al.,(2008).


(38)

2.6 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura pada umumnya adalah petani dan hanya sebahagian kecil saja yang memiliki mata pencaharian sebagai Buruh Swasta, PNS, Industri Rumah Tangga, dan Pedagang, hal ini disebabkan karena kegiatan berladang dan mencari ikan merupakan kegiatan utama untuk memenuhi kebutuhan mereka dan sudah menjadi budaya yang sulit ditinggalkan. Sesuai dengan keadaan ekosistemnya maka di Kecamatan Gandapura komoditas yang cocok adalah tumbuhan palem-paleman (Arecaceae) dan ikan, karena berada didaerah pinggir pantai yang bernilai ekonomis tinggi dan sebagai sumber pendapatan utama.

2.7 Pemanfaatan Tumbuhan dalam Masyarakat Aceh

Pemanfaatan tumbahan pada masyarakat Aceh sangatlah banyak seperti diantaranya dalam setiap upacara adat, baik upacara perkawinan, dan sunatan rasul dan lain-lain yang bersangkutan dalam urusan adat. Masyarakat Aceh menggunakan jenis tumbuhan dari Arecaceae seperti daun kelapa muda digunakan dalam pembuatan janur yang berfungsi untuk memberi tanda tempat pesta yang diletakkan dipinggir jalan, kemudian digunakan untuk pembuatan ketupat pada hari lebaran, juga kelapa yang sudah tumbuh sebagai bawaan pengantin pria yang diserahkan untuk pengantin wanita, juga pada acara empatpuluh empat hari bayi turun tanah buah kelapa dibelah diatas bayi dan dimandikan dengan air kelapa. Seperti juga pinang sirih untuk menyirih, pada mayarakat Aceh identik dengan tapak sirih atau cerana, pada jaman dahulu setiap rumah orang Aceh pasti memiliki tapak sirih karena mengunyah daun sirih menggunakan pinang suatu kebiasaan yang sudah mentradisi sejak dahulu, pinang sirih juga digunakan dalam upacara adat dan untuk menyambut tamu.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Area

Gandapura adalah sebuah kecamatan di dalam kabupaten Bireuen. Kantor ibu kota Kecamatan ini terletak diantara pesisir pantai dan pegunungan. Kecamatan ini memiliki luas wilayah sekitar 3,615 Ha dan terdapat 40 desa dengan jumlah penduduk 21,359 jiwa (Yusrizal,. 2012). seperti terlihat pada Tabel berikut :

Tabel 3.1 Deskripsi Wilayah dan Demografi Lokasi Penelitian

NO DESA LD JP (jiwa) Mata pencaharian PL LK Pr PTN Nly PDG IRT PNS BPS LL S B S 1 Cot Rambat 100 91 91 93 - 1 8 8 15 - 38 62 2 Ujong Bayu 100 152 177 180 - 6 2 3 1 15 40 60 3 Pante Sikumbong 100 135 160 85 - 6 1 14 6 39 36 64 4 Lapang Barat 75 363 378 47 22 20 12 28 14 10 21 54 JUMLAH 375 741 806 405 22 33 23 53 36 64 135 240

Keterangan

LD = Luas Desa IRT = Industri Rumah Tangga

JP = Jumlah Penduduk PNS = Pegawai Negeri Sipil

LL = Laki Laki BPS = Buruh Pegawai Swasta

Pr = Perempuan LL = Lain-Lain

PTN = Petani PL = Penggunaan Lahan

NLY = Nelayan S = Sawah

PDG = Pedagang BS = Bukan Sawah

Penelitian ini mengambil 4 desa sebagai lokasi penelitian yaitu desa Lapang Barat, Cot Rambat, Pante Sikumbong dan Ujong Bayu. Flora jenis tumbuh - tumbuhan di Kecamatan Gandapura dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu tumbuh - tumbuhan yang dibudidayakan oleh penduduk, tumbuh - tumbuhan yang hidup dikawasan hutan dan tumbuh-tumbuhan yang dibeli dari tempat lain. Tumbuh - tumbuhan yang dibudidayakan antara lain padi, mangga, rambutan kacang panjang, kelapa, pinang, sawit, dan sebagainya.Di kawasan hutan terdapat berbagai jenis tumbuh- tumbuhan seperti kayu Merante, Barat daya, Jeumpa, Sentang, Durian, Sangen, Semarang, Jati, Damasui, dan lain lain. Sedangkan tumbuhan yang dibeli dipasar yaitu tanaman hias seperti anggrek, kamboja, dan


(40)

berbagai jenis palem. Fauna alam di Kecamatan Gandapura cukup beragam, binatang yang diternakkan penduduk antara lain sapi, kambing atau domba, kerbau, dan ternak unggas.

Kecamatan Gandapura berbatasan dengan: > Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

> Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Makmur. > Sebelah Tumur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara.

> Sebalah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kuta Blang, peta Gandapura seperti terlihat berikut:

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai bulan April 2014. Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh, yang terdiri dari desa Lapang Barat, Cot Rambat, Pante Sikumbong dan Ujong Bayu.


(41)

3.3 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian antara lain peta lokasi penelitian, daftar kuesioner, literatur, sebagai bahan pendukung pustaka, alat perekam suara, alat tulis dan buku lapangan, kamera dan perlengkapan untuk pembuatan herbarium seperti koran, kantong plastik, alkohol dan lain lain:

3.4 Populasi Dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di empat desa kecamatan Gandapura yaitu desa Lapang Barat dengan jumlah penduduk 741 jiwa, desa Cot Rambat dengan jumlah penduduk 182 jiwa, desa Pante Sikumbong dengan jumlah penduduk 295 jiwa, dan desa Ujong Bayu dengan jumlah penduduk 329 jiwa. Keempat desa ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: • Penduduknya masih asli.

• Penduduknya masih memegang teguh adat istiadat. • Hidup berdekatan dengan hutan dan pantai.

Sampel

Cara Pengambilan sampel dilakukan dengan Metode purposeve sampling yaitu populasi mempunyai unsur/anggota yang homogen dan berstrata, yaitu sampel diambil berdasarkan kelompok umur yaitu dewasa muda (umur 20-35), dewasa sedang ( umur 36-50 ), dan orang tua ( >50 ). Adapun kriteria pengambilan sampel berdasarkan pengelompokan umur yang terpilih yaitu:

» Kelompok umur dewasa muda (20-35) tahun yaitu mereka sudah aktif dalam bekerja untuk mencari penghasilan, umumnya mereka belum memiliki tempat tinggal yang tetap.

» Kelompok umur dewasa sedang umur (36-50) tahun yaitu umumnya sudah berkeluarga dan memiliki tempat tinggal yang tetap.

» Kelompok umur orang tua (>50) tahun umumnya mereka sudah dianggap pemuka/petua kampung dan memiliki pengaruh yang besar di kampung.


(42)

Sampel diambil berdasarkan intensitas sampling 10% - 20% (Lampiran A) dari jumlah populasi masing-masing desa.

3.5 Pelaksanaan Penelitian Di Lapangan

Pada saat pengambilan spesimen tanaman Arecaceae peneliti dibantu oleh seorang yang memiliki pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan tersebut. Kemudian dilakukan pengamatan dan dikoleksi. Setiap spesimen tumbuhan Arecaceae yang belum diketahui nama ilmiahnya diambil diberi label gantung yang sudah diberi nomor koleksi dan dicatat nama daerahnya kemudian dilakukan pendeskripsian. Spesimen disusun diantara lipatan koran, diikat tali palastik, dimasukkan kantong plastik yang berukuran 60 × 40 cm, disemprot dengan alkohol sampai basah agar sampel tidak berjamur. Sebelum kantong plastik ditutup rapat, udara yang terdapat didalamnya dikosongkan terlebih dahulu, kantong plastik kemudian diberi lakban, selanjutnya spesimen di bawa ke laboratorium sistematika tumbuhan FMIPA USU untuk di identifikasi lebih lanjut.

Tekhnik Pengumpulan Data Kuesioner.

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dibuat berdasarkan indikator indikator dari variabel penelitian yang harus direspon oleh responden. Untuk mengukur pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan Arecaceae dalam kehidupan sehari hari, peneliti menggunakan contoh angket sebanyak 6 pertanyaan seperti yang terdapat pada (lampiran B) dengan demikian skor jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut:

» Opsi A dengan bobot nilai 4 » Opsi B dengan bobot nilai 3 » Opsi C dengan bobot nilai 2 » Opsi D dengan bobot nilai 1 » Opsi E dengan bobot nilai 0


(43)

Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara teknik wawancara semi tersruktur dan cara wawancara bebas dan mendalam yang berpedoman pada daftar pertanyaan seperti : nama lokal tanaman, bagian yang dimanfaatkan, cara pemanfaatan, status tanaman (liar /budidaya) dan lainnya. Untuk wawancara di pilih dari nara sumber yang dianggap memiliki pengetahuan yang lebih luas atau lebih spesifik dari adat kebudayaan. Nara sumber ini meliputi tokoh tokoh masyarakat, tua tua adat dan perangkatnya, ahli pengobatan tradisional (dukun, tabib) dan masyarakat biasa yang memiliki pengetahuan tentang Arecaceae baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar dialam lingkungannya. (Lampiran wawancara pengumpulan data dapat di lihat di lampiran C).

Tekhnik observasi digunakan untuk mendapatkan fakta fakta empiris yang tampak (kasat mata). Cara memperoleh data dan observasi Partisipatorik yaitu peneliti hanya datang ditempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut langsung terlibat dalam kegiatan tersebut. Tekhnik Dokumentasi dilakukan dengan memanfaatkan dokumen dokumen tertulis, gambar, foto, atau benda benda lainnya yang berkaitan dengan aspek aspek yang diteliti. Data yang dikumpulkan dianalasis untuk mendapatkan indeks Kepentingan Budaya atau Index of Cultural Significance (ICS) (Turner, 1988) dengan analisis data sebagai berikut :

Indek Kepentingan Budaya atau Index of Cultural Signicance (ICS)

��� �� (�����)��+ (�����)��+⋯+ (�����)�� �=�

Keterangan :

ICS = persamaan jumlah nilai guna suatu jenis tumbuhan dari kegunaan 1

hingga n, dimana n menunjukkan kegunaan terakhir dari suatu jenis tumbuhan.

i = nilai intensitas, menunjukkan nilai 1 sehingga n berurutan. q = nilai kualitas

e = nilai ekslusivitas


(44)

Tabel 1. Nilai kualitas kegunaan suatu jenis tumbuhan menurut kategori etnobotani

(Quality oj use categories in ethnobotany)

No Deskripsi Kegunaan Nilai

Makanan Utama:

1 Makanan pokok 5

Bahan Pangan Tambahan (Secondary Foods)

2 Umbi-umbian

3 Bahan makanan berupa batang, daun, pucuk daun, bunga,dan Kecambah

4 4 Bahan makanan berupa buah-buahan, biji-bijian 4 5 Bahan makanan berupa tunas, pucuk tumbuhan dan bagian

tanaman lainnya

4 6 Bahan makanan yang berupa jamur yang tidak beracun 4

7 Bahan makanan yang hanya dimanfaatkan pada saat paceklik, kekurangan makanan

4

8 Bahan minuman 4

Bahan pangan lain yang digunakan

9 Menambah rasa, aroma, manis, bumbu-bumbuan dan penambah rasa lainnya

3 10 Bahan pangan suplemen sebagai campuran bentuk menu makanan,

pembungkus bahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam persiapan pembuatan bahan pangan

3

11 Bahan rokok (misalnya: tembakau) 3

12 Pakan ternak dan makanan hewan 3

Bahan Materi Utama

13 Kayu bahan bangunan, bahan wadah 4

14 Kayu bahan bakar 4

15 Bahan serat, bahan pakaian, dan bahan kerajinan atau teknologi Tradisional

4

16 Kulit kayu sebagai wadah dan konstruksi 4

Bahan Materi Sekunder

17 Penghasil tannin, berguna untuk perawatan 3

18 Bahan pewarna, tato, dekorasi dan kosmetika 3

19 Bahan deodoran, bahan pembersih 3

20 Bahan perekat, tali, bahan tahan air 3

21 Bahan sebagai alas, bahan tikar, bahan pengelap, bahan pembalut 3 22 Bahan campuran berbagai jenis bahan yang berguna 3

Bahan Obat-obatan

23 Tonikum, obat-obatan yang menyegarkan, merangsang 3

24 Purgatif, laksatif, emetik 3

25 Bahan obat untuk demam, obat batuk, TBC, influenza 3


(45)

No Deskripsi Kegunaan Nilai 27 Obat untuk arthritis, rheumatik, sakit persendian, lumpuh atau paralis 3

28 Obat-obatan untuk penyakit saluran kencing 3

29 Obat-obatan untuk penyakit dalam 3

30 Obat-obatan untuk infeksi mata 3

31 Obat-obatan untuk perempuan, obstetrik atau ginekologi atau 3 32 Obat-obatan yang secara khusus untuk anak-anak 3

33 Obat-obatan untuk kanker 3

34 Obat-obatan untuk penyakit hati, system sirkulasi, tekanan darah 3

35 Obat anti iritasi 3

36 Analgetik dan anesthetik 3

37 Obat anti racun 3

38 Obat-obatan sakit perut atau masalah pencernaan, disentri 3

39 Obat-obatan untuk aphrodisiac 3

40 Obat-obatan untuk penyakit infeksi telinga 3

41 Obat-obatan untuk demam dan malaria 3

42 Obat sakit gigi 3

43 Obat-obatan untuk penyakit hewan 3

44 Obat-obatan untuk infeksi dan perwatan kulit 3 45 Medicine miscellaneous or unspecified 3

Ritual atau Spiritual

46 Ritual kelahiran 2

47 Ritual inisiasi 2

48 Ritual kematian atau ritual keberanian, kepahlawanan dalam perang antar suku

2

49 Ritual pengobatan 2

50 Ritual perburuan, pemancingan dan ritual kegiatan pertanian 2

51 Bahan pangan utama untuk ritual 2

52 Jenis yang secara spesifik ditabukan atau hanya digunakan untuk ritual adat atau ritual penyembuhan

2 53 Sebagai jimat, tanda cinta kasih (symbol), permainan, atau sebagai

bahan ritual penolak hujan dan lain-lain

2 Mitologi

54 Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural atau mitos 2 55 Jenis tumbuhan berperan dalam supernatural dalam mitos yang

bersifat magis religius

2 56 Jenis tumbuhan berperan secara alami dalam mitos-mitos atau

sejarah

2

57 Keperluan totem, simbol dansa 2

58 Mithik atau secara tradisional berasosiasi dengan hewan 2

59 Bahan campuran 2

60 Untuk kesenangan, indikator lingkungan, nama seseorang, desa dan sebagainya

2


(46)

No Deskripsi Kegunaan Nilai 62 Tumbuhan yang secara spesifik tidak diketahui kegunaannya,

tetapi diketahui mempunyai gambaran yang indah atau memiliki kemiripan dengan jenis tumbuhan iainnya.

2

63 Tumbuhan yang memiliki nilai, tetapi tidak digunakan secara khusus atau adakalanya sangat khusus atau mempunyai kekecualian

1 64 Tumbuhan tidak berharga atau tidak bernilai atau tidak diketahui

oleh siapapun

0

Tabel 2. Kategorisasi yang menggambarkan intensitas penggunaan (Intensity of use)

jenis tumbuhan berguna.

Nilai Deskripsi

5 Sangat tinggi intensitas penggunaannya; yaitu jenis jenis tumbuhan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara reguler hampirsetiap hari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

4 Intensitas penggunaannya tinggi; meliputi jenis jenis tumbuhan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara reguler harian, musiman, atau dalam waktu berkala

3 Intensitasnya sedang; penggunaan jenis-jenis tumbuhan secara reguler tetapi dalam kurun waktu-waktu tertentu, misalnya pemanfaatan yang bersifat musiman. Biasanya jenis jenis ini diramu, diekstrak, atau bila hasilnya berlebihan bisa diperjual belikan

2 Intensitas penggunaannya rendah, meliputi jenis jenis yang jarang digunakan dan tidak mempunyai pengaruh dalam kehidupan sehari-hari 1 Sangat jarang intensitas penggunaannya, meliputi jenis - jenistumbuhan yang sangat minimal atau sangat jarang digunakan dalam kehidupan


(47)

sehari-Tabel 3. Kategorisasi yang menggambarkan tingkat eklusivitas atau tingkat kesukaan

Nilai Deskripsi

2 Paling disukai, merupakan pilihan utam, jenistumbuhan yang menjadi komponen utama dan sangat berperan dalam kultural. Jenis ini memiliki kegunaan yang paling disukai atau jugaI bagi jenis jenis yang mempunyai nilai guna tidak tergantikan oleh jenis lain

1 Meliputi jenis jenis tumbuhan berguna yang disukai tetapi terdapat jenis jenis apabila jenis tersebut tidak ada

0,5 Meliputi jenis jenis tumbuhan berguna yang hanya sebagai sumber daya sekunder, eklusivitasnya atau nilai kegunaannya rendah


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengetahuan Masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura dalam Mengenal Tumbuhan Palem–paleman

Sebagian besar masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura tidak mengenal istilah palem-paleman untuk menunjukkan kelompok tumbuhan yang tergolong Arecaceae. Mereka baru dapat mengenal tumbuhan palem-paleman setelah melihat gambar-gambar yang ditunjukkan kepada mereka. Berdasarkan wawancara pengumpulan data diketahui pada kelompok umur 20-35 tahun 64,90% mengenal tumbuhan palem tanpa melihat gambar dan 35,09% mengenal tumbuhan palem dengan melihat gambar, kelompok umur 36-50 tahun 76,23% mengenal tumbuhan palem tanpa melihat gambar dan 23,76% mengenal tumbuhan palem dengan melihat gambar. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat Gandapura tentang tumbuhan palem paleman pada kelompok umur 20-35 tahun dan umur 36-50 pengetahuan mereka didapat dari media dan buku, sedangkan kelompok umur >50 tahun 85,92% mengenal tumbuhan palem dengan melihat gambar dan 14,07% mengenal tumbuhan palem tanpa melihat gambar disebabkan kebanyakan dari mereka mengenal tumbuhan palem dari keluarga dan pengalaman sendiri.

Pada dasarnya masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura mengenal jenis-jenis tumbuhan yang termasuk dalam kelompok Arecaceae atau palem-paleman namun istilah Arecacee atau palem-paleman tidak dikenal dalam bahasa lokal mereka. Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman masyarakat dalam memakai istilah dalam berbahasa Indonesia sehingga masyarakat tidak mengerti istilah palem paleman, kebiasaan masyarakat dalam mengenal nama tumbuhan hanya dengan nama daerahnya saja atau nama umumnya saja, mereka tidak pernah mendengar atau mengetahui tumbuhan yang selalu mereka manfaatkan mempunyai nama lain.

Cara masyarakat dalam mengenal tumbuhan palem-paleman ada 4 cara yaitu dari keluarga, dari orang lain, dari sumber lain dan pengalaman sendiri. Pada


(49)

kelompok umur 20-35 tahun 12,01% mengenal tumbuhan palem dari keluarga, 16,82% mengenal tumbuhan palem dari orang lain, 33,65% mengenal tumbuhan palem dari sumber lain dan 37,5% mengenal tumbuhan palem dari pengalaman sendiri. Kelompok umur 36-50 tahun 17,32% mengenal tumbuhan dari keluarga, 11,88% mengenal tumbuhan palem dari orang lain, 34,65% mengenal tumbuhan palem dari sumber lain, 36,13% mengenal tumbuhan dari pengalaman sendiri. Kelompok umur >50 55,55% mengenal tumbuhan palem dari keluarga dan 44,44% mengenal tumbuhan palem dari pengalaman sendiri. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang mengenal tumbuhan jenis palem-paleman tanpa melihat gambar terlebih dahulu lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang mengenal tumbuhan jenis palem dengan menggunakan gambar. 4.2 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

Kecamatan Gandapura merupakan daerah yang masih memiliki potensi tumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya tumbuhan Arecaceae yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya. Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara yang dilakukan dengan masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura diketahui bahwa dalam kehidupan mereka memanfaatkan sebanyak 13 spesies tumbuhan dari famili Arecaceae. seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel1. Jenis jenis Tumbuhan Arecaceae yang dimanfaatkan masyarakat Aceh di Kecamatan Gandapura.

No Nama Ilmiah Nama Umum Nama Lokal Asal perolehan

tumbuhan

1 Arenga pinnata Aren Bak jok Liar

2 Araca catechu Pinang Bak pineng Budidaya/Liar

3 Borassus flabellifer Lontar Bak teue Liar

4 Caryota no Sarai raja Jok bungong Beli

5 Corypha utan Ibus Bak iboh Liar

6 Cocos nucifera Kelapa Bak U Budidaya/Liar

7 Chrysalidocarpus lutescens Palem kuning Palem kuneng Beli 8 Cyrtostachys lakka Palem merah Palem merah Beli 9 Elaeis guineensis Kelapa sawit Bak sawet Budidaya 10 Hyophorb lagenicaulis Palem botol Palem botol Beli 11 Licuala grandis Palas payung Palem kipaih Beli

12 Metroxylon sagu Rumbia Bak meria Budidaya/Liar


(50)

Dilihat dari perolehan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu berasal dari budidaya, liar dan dibeli di pasar. Berdasarkan hasi pengolompokan ini, dapat disimpulkan tumbuhan yang berasal dari budidaya sebanyak 5 spesies, yang tumbuh liar sebanyak 7 spesies, dan tumbuhan yang dibeli dipasar sebanyak 5 spesies, sedangkan yang liar dan budidaya sebanyak 4 spesies. Berdasarkan asal tumbuhan seperti yang terdapat pada Tabel 1 diatas bahwa spesies yang tumbuh liar dan yang di budidayakan mempunyai pemanfaatan yang sama, seperti tumbuhan kelapa, ibus, lontar kelapa sawit dan pinang, daunnya dijadikan anyaman, buahnya sebagai bahan pangan dan obat-obatan, batangnya untuk bahan bangunan dan upacara adat. Sedangkan tumbuhan dibeli dipasar pemanfaatan tumbuhan tersebut hanya untuk kesenangan atau indikator lingkungan. Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan manusia merupakan salah satu wujud keikutsertaan manusia dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan alam sekitarnya.

Hasil penelitian Desianto et al., (2002) di bagian utara kawasan cagar alam Pegunungan Cyclop, Papua mendapatkan 1 jenis tanaman palem yang termasuk katagori liar yaitu jenis Nypa fruticans, jenis palem ini oleh masyarakat setempat khususnya bagian tangkai daun digunakan sebagai atap rumah, tanggkai buahnya sering disadap untuk dibuat minuman beralkohol yang disebut bobo.

Berbeda dengan Nega et al., (2003) yang menemukan 3 jenis tanaman palem liar dikawasan hutan dataran rendah Bayeda distrik teluk Arguni Papua. Adapun ketiga jenis palem tersebut yaitu Metroxylon sagu, Nypa fruticans, Arenga pinnata. Jenis Arenga pinnata biasa diambil niranya oleh masyarakat. Sedangkan tulang daunnya dijadikan sapu, Tanaman palem jenis Metroxylon sagu oleh masyarakat kampung Bayeda batangnya digunakan sebagai bahan bangunan, tangkai daun digunakan sebagai bahan pembuat dinding rumah, daun dijadikan atap, serta daun juga digunakan dalam acara adat. jenis Nypa fruticans, khususnya bagian daun yang tua digunakan sebagai bahan pembuat atap, sdangkan yang muda sebagai pembungkus rokok dan dipergunakan juga dalam acara adat, Buah dimakan dan niranya diminum.


(1)

Lanjutan 2 Lampiran L

NO Jenis tumbuhan Bagian tumbuhan yang diketahui q e i ICS

22 buah : sebagai obat menurunkan panas 3 2 1 6 23 buah : sebagai obat perawatan rambut 3 2 1 6 24 buah : sebagai obat nyeri pinggang 3 1 1 3 25 buah : sebagai obat sakit mata 3 2 1 6 26 buah putik : sebagai bahan obat sakit kepala 3 2 1 6 27

daun

muda :

alat kerajinan janur dalam upacara

perkawinan 3 1 1 3

28 buah :

bahan upacara adat perkawinan u

lason 3 2 2 12

29 buah :

bahan upacara adat perkawinan u

timoh 3 2 2 12

30 daun : sebagai bahan bangunan dinding 3 2 1 6 31 daun : sebagai alat kerajinan janur 3 2 1 6 32 daun : sebagai alat kerajinan sarung ketupat 3 2 1 6 33 daun : sebagai alat kerajinan raga 3 2 1 6 34 daun : sebagai alat kerajinan salop boh giri 3 2 1 6

TOTAL 272

7 Chrysalidocarpus lutescens 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2

TOTAL 6

8 Cyrtostachys lakka 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2

TOTAL 6

9 Elaeis guineensis 1 buah : sebagai bahan pangan minyak goreng 3 4 1 12 2

daun

pucuk : sebagai bahan pangan pakan ternak 3 2 1 6 3 cangkang : sebagai bahan pangan jamur 4 2 1 8 4 buah : sebagai bahan pembersih sabun 3 4 2 24

5 lidi :

sebagai bahan alat kerajinan tusuk

gigi 4 1 1 4

6 lidi : sebagai bahan alat kerajinan sapu 4 1 1 4 7 cangkang : sebagai bahan kayu bakar 4 1 1 4

TOTAL 62

10 Hyophorb lagenicaulis 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2


(2)

Lanjutan 3 Lampiran L

NO Jenis tumbuhan Bagian tumbuhan yang diketahui q e i ICS

11 Licuala grandis 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2

TOTAL 6

12 Metroxylon sagu 1 buah : sebagai bahan campuran rujak 3 1 1 3 2 batang : sebagai bahan makanan hewan 3 1 1 3 3 pelepah : sebagai alat kerajinan sangkar 4 1 1 4 4

kulit

pelepah :

sebagai bahan bangunan

dinding/tepaih 4 1 1 4

5 daun : sebagai bahan bangunan atap 4 1 1 4 6 pelepah : sebagai bahan bangunan dinding 4 1 1 4 7 batang : sebagai bahan bangunan pagar 3 1 1 3 8 buah : sebagai obat disentri 3 1 1 3

9 buah : sebagai obat maag 3 1 1 3

TOTAL 34

13 Nypa fruticans 1 buah : sebagai bahan pangan kalang kaleng 4 1 1 4 2 buah : sebagai bahan makanan buah-buahan 4 1 1 4

3 daun : sebagai bahan rokok 3 2 1 6

4 pelepah : sebagai bahan makanan hewan 3 1 1 3 5 daun : sebagai bahan bangunan atap rumah 4 1 1 4 6 daun : sebagai bahan alat kerajinan tudong 4 1 1 4 7 daun : alat untuk obat memperkuat gigi 3 1 1 3 8 daun : sebagai alat terapi telinga bernanah 3 1 1 3

9 daun :

bahan untuk menghilangkan bau

badan 3 1 1 3

10 pelepah : sebagai obat diare pada hewan 3 1 1 3


(3)

LAMPIRAN M

Tabel Index of Cultural Significance (ICS) di Kecamatan Gandapura.

Pada kelompok umur >50

No Jenis Tumbuhan Bagian yang dimanfaatkan q e i ICS

1 Arenga pinnata 1 buah sebagai pangan kalang kaleng 3 3 1 9 2 tandan : sebagai bahan campuran makanan 3 3 2 18 3 sabut : sebagai alat kerajinan sapu 4 3 1 12 4 bule jok : sebagai alat kerajinan sapu 4 3 1 12 5 bule jok : sebagai alat kerajinan sikat 4 2 1 8 6 bule jok :

sebagai alat kerajinan penyaringan

air 3 4 1 12

7 bule jok : sebagai alat kerajinan tali 4 1 1 4 8 batang : sebagai bahan bangunan gasee 4 1 1 4 9 air nira : sabagai obat penambah tenaga 3 2 1 6 10 air nira : sebagai obat kolestrol 3 2 1 9

TOTAL 94

2 Areca catechu 1 buah :

sebagai bahan upacara perkawinan

tepak sirih 2 2 2 8

2 batang :

sebagai bahan bangunan lantai

rumah 4 1 1 4

3 batang : sebagai bahan bangunan pagar 4 1 1 4 4 buah : sebagai bahan pangan menyirih 3 4 2 24 5 buah :

sebagai penambah

penghasilan/dijual 3 3 1 9

6 buah : sebagai obat maag 3 3 1 9

7 buah :

sebagai alat permainan pada hari 17

agustus 2 1 2 4

8 daun : sebagai alat kerajinan tali 3 1 1 3 9 batang : sebagai alat kerajinan timba 3 1 1 3 10 akar : sebagai obat penambah stamina 3 3 1 9

11 akar : sebagai obat kuat 3 3 1 9

12

janggut pinang :

sebagai campuran obat penyakit

ayan 3 1 1 3

13 buah : sebagai obat diare 3 1 1 3

TOTAL 92

3 Borassus flabellifer 1 buah :

sebagai bahan pangan campuran

makanan 3 1 1 3

2 batang :

sebagai bahan tahan air /penahan

abrasi 3 1 1 3

3 pelepah : sebagai obat luka 3 1 1 3 4 pelepah : sebagai obat maag 3 1 1 3 2 daun : sebagai alat kerajinan tudong 4 2 1 4

4 biji :

sebagai untuk kesenangan/ mainan

anak 2 1 1 2

TOTAL 18

4 Coryota no 1 air nira : sebagai minuman nira 4 1 0,5 2 2 batang : sebagai tanaman hias 2 1 1 2 3 daun : sebagai tanaman hias 2 1 1 2 4 buah : sebagai tanaman hias 2 1 1 2


(4)

Lanjutan 1 Lampiran M

No Jenis Tumbuhan Bagian yang dimanfaatkan q e i ICS

5 Carypha utan 1 batang : sebagai alat kerajinan beduk 4 1 1 4 2 daun : sebagai alat kerajinan tikar 4 3 1 12 3 daun : sebagai obat sakit kepala 3 3 1 9 4 pelepah : sebagai obat lambung 3 3 1 9 5 pelepah : sebagai obat luka 3 3 1 9 4 daun : sebagai alat kerajinan goni 4 3 1 12 5 daun : sebagai alat kerajinan kipas 4 1 1 4

TOTAL 59

6 Cocos nucifera 1 batang : sebagai bahan bangunan papan 4 1 1 4 2 lidi : sebagai alat kerajinan sapu 4 3 2 24 3 tempurung : sebagai bahan bakar 4 3 1 12 4 tapeh : sebagai alat kerajinan sikat 4 1 1 4 5 Ubeue : sebagai bahan bakar 4 4 2 32 6 air nira : sebagai minuman segar 4 3 1 12

7 buah :

sebagai bahan pangan minyak

goreng 3 2 1 6

8 buah : sebagai bahan pangan santan 3 3 2 18 9 buah : sebagai bahan pangan pliek u 3 3 2 18 10 buah :

sebagai bahan pangan yang dapat

dijual 3 3 1 9

11 buah : sebagai obat menurunkan panas 3 2 1 6 12 buah : sebagai obat perawatan rambut 3 2 1 6 13 buah : sebagai obat nyeri pinggang 3 1 1 3 14 buah : sebagai obat sakit mata 3 2 1 6 15 buah putik ; sebagai bahan obat sakit kepala 3 2 1 6 16 lidi muda : sebagai obat radang tenggorokan 3 1 1 3 17 buah :

sebagai bahan upacara adat

perkawinan 3 2 2 12

18 buah :

sebagai bahan upacara adat

perkawinan 3 2 2 12

TOTAL 192

7

Chrysalidocarpus

lutescens 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2

TOTAL 6

8 Cyrtostachys lakka 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 5 2

TOTAL 6

9 Elaeis guineensis 1 buah :

sebagai bahan pangan minyak

goreng 3 2 2 12

2 daun : sebagai bahan pangan pakan ternak 3 2 1 6 3 cangkang : sebagai bahan pangan jamur 4 2 1 8 4 buah : sebagai bahan pembersih sabun 3 4 2 24

TOTAL 50

10 Hyophorb lagenicaulis 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2


(5)

Lanjutan 2 Lampiran M

No Jenis Tumbuhan Bagian yang dimanfaatkan q e i ICS

11 Licuala grandis 1 daun : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 2 batang : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2 3 buah : sebagai tumbuhan kesenangan 2 1 1 2

TOTAL 6

12 Metroxylon sagu 1 buah : sebagai bahan campuran rujak 3 2 1 6 2 batang : sebagai bahan makanan hewan 4 3 1 12 3

kulit

pelepah :

sebagai bahan bangunan dinding

/tepaih 4 3 1 `12

4 daun : sebagai bahan bangunan atap 4 3 1 12 5 pelepah : sebagai bahan bangunan dinding 4 3 1 12 6 batang : sebagai bahan bangunan pagar 4 2 1 8 7 buah : sebagai obat disentri 3 2 1 6

8 buah : sebagai obat maag 3 2 1 6

3 pelepah : sebagai alat kerajinan sangkar 4 1 1 4

TOTAL 36

13 Nypa fruticans 1 buah : sebagai bahan pangan kalang kaleng 3 1 1 3 2 buah : sebagai bahan makanan buah-buahan 4 1 1 4 3 daun : sebagai bahan rokok 3 4 2 24 4 pelepah : sebagai bahan makanan hewan 3 2 1 6 5 daun : sebagai bahan bangunan atap rumah 4 1 1 4 6 pelepah : sebagai obat diare pada hewan 3 1 1 3 7 daun : sebagai bahan terapi 3 1 1 3 8 daun : sebagai bahan alat kerajinan tudong 4 1 1 4 9 daun : alat untuk obat memperkuat gigi 3 1 1 3 10 buah : sebagai obat maag 3 1 1 3


(6)

LAMPIRAN N

Contoh perhitungan ICS dan D1, D2, D3.

Indek Kepentingan Budaya atau

Index of Cultural Signicance

(ICS)

���

=

(

��

��

)

��

+ (

��

��

)

��

+

+ (

��

��

)

��

�=�

(

×

×

,

) + (

×

×

,

) + (

×

×

,

)

�=�

=

3

Keterangan:

ICS

= persamaan jumlah nilai guna suatu jenis tumbuhan dari kegunaan 1

hingga n, dimana n menunjukkan kegunaan terakhir dari suatu jenis

tumbuhan.

i

= nilai intensitas, menunjukkan nilai 1 sehingga n berurutan

q

= nilai kualitas.

e

= nilai ekslusivitas.