Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor

KEANEKARAGAMAN LUMUT EPIFIT PADA
GYMNOSPERMAE DI KEBUN RAYA BOGOR

FIBO ADHITYA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK
FIBO ADHITYA. Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor.
Dibimbing oleh NINA RATNA DJUITA dan NUNIK SRI ARIYANTI.
Penelitian mengenai keanekaragaman lumut epifit umumnya dilakukan pada Angiospermae
sedangkan pada Gymnospermae masih jarang dilakukan. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan
tempat konservasi ex-situ. Berbagai jenis pohon di KRB menyediakan tempat tumbuh bagi jenisjenis lumut epifit. Selain itu KRB memiliki suhu dan kelembapan udara pada kisaran optimum
untuk pertumbuhan lumut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis lumut
epifit pada Gymnospermae di KRB. Sampel lumut diamati pada Gymnospermae di Blok I yang
terdiri atas suku Cycadaceae dan Blok II yang merupakan anggota suku Pinaceae, Araucariaceae,
Gnetaceae, dan Podocarpaceae. Hanya pohon dengan diameter ≥ 20 cm yang dipilih sebagai

sampel pohon. Sampel lumut diambil pada pangkal pohon (0-200 cm) pada posisi arah mata angin
utara, selatan, barat, dan timur. Lumut epifit yang diperoleh dalam penelitian ini ada 18 jenis
termasuk ke dalam 12 marga dan 7 suku. Suku dengan jumlah jenis paling banyak dijumpai adalah
Lejeuneaceae. Jenis lumut yang paling sering dijumpai adalah Lejeunea tuberculosa dan
Octoblepharum albidum. Kedua lumut tersebut dijumpai pada 6 dari 13 pohon sampel. Rata-rata
frekuensi kehadiran (persentase kehadiran) jenis-jenis lumut paling tinggi dijumpai pada bagian
barat (2,1%) kemudian utara (1,8%). Jenis-jenis lumut lebih sering dijumpai pada bagian pangkal
pohon 0-100 cm daripada 100-200 cm.
Kata Kunci: Gymnospermae, Kebun Raya Bogor, keanekaragaman, lumut epifit.

ABSTRACT
FIBO ADHITYA. Diversity of Epiphytic Bryophytes on Gymnospermae in Bogor Botanical
Garden. Supervised by NINA RATNA DJUITA and NUNIK SRI ARIYANTI.
Researchs on diversity of epiphytic bryophytes are more common observed on
Angiospermae than those on Gymnospermae. Bogor Botanical Garden (BBG) is an ex-situ
conservation in which the sample plants are collected around the world for conservation purpose.
Trees in the Botanical Garden provide substrats for epiphytic bryophytes. The temperature and
humidity in the Botanical Gardens were the optimum range for the bryophyte growth. The aim of
this research was to observe diversity of epiphytic bryophytes on Gymnospermae in BBG. The
bryophyte samples were collected from Gymnosperm trees in Blok I which is Cycadaceae familly

and those in Blok II which are the familly of Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae, dan
Podocarpaceae. Only the trees have ≥ 20 cm (dbh) of trunk base were sampled. Bryophytes were
collected from the trunk base at 0-200 cm above the ground, at four cardinal direction (north,
south, west, and east). In total 18 species of epiphytic bryophytes were found, included 12 genera
and 7 families. The family which had the highest number of species was Lejeuneaceae. The most
common species on Gymnosperm trees in the Botanical Garden were Lejeunea tuberculosa and
Octoblepharum albidum. Both of them were found at 6 trees of 13 total tree samples. The species
were found more frequently at west (2,1%) and north (1,8%) part than east and south part of the
host trees. They more frequently inhabit the trunk base on 0-100 cm than 100-200 cm.
Key words: Bogor Botanical Garden, diversity, epiphyte bryophyte, Gymnospermae.

KEANEKARAGAMAN LUMUT EPIFIT PADA
GYMNOSPERMAE DI KEBUN RAYA BOGOR

FIBO ADHITYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi : Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun
Raya Bogor
Nama
: Fibo Adhitya
NIM
: G34070076

Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II


Nina Ratna Djuita, S.Si, M.Si.
Ketua

Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si.
Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
Ketua Departemen Biologi

Tanggal lulus:

PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah potensi dan bimbingan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
yang berjudul Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Ibu Nina Ratna Djuita, S.Si, M.Si dan
Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si selaku pembimbing penelitian atas bimbingan, saran, dan bantuan
yang diberikan selama penelitian hingga karya ilmiah ini selesai, Ir. Hadisunarso, M.Si selaku

penguji atas kritik dan sarannya, Kepala Kebun Raya Bogor beserta staf atas izinnya untuk
pengambilan sampel lumut, Dr. Sri Sudarmiyati T., M.Sc, Dr. Ir. Sulistijorini, dan Dra. Hilda
Akmal, M.Si yang telah banyak memberi arahan, saran, dan masukan dalam penyelesaian karya
ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Parman, Kak Indah Wahyuni, Kak
Saiful Bachri, Marinda Sari Sofiyana, dan teman-teman Biologi Angkatan 44 atas dorongan dan
semangatnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, dan keluarga besar atas
perhatian, doa, dan kasih sayangnya. Penelitian ini terdorong oleh keinginan untuk mengetahui
keanekaragaman jenis lumut epifit pada Gymnospermae di KRB. Penulis berharap semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juli 2012

Fibo Adhitya

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 27 Agustus 1989 dari
pasangan Budi Santoso dan Runtiko. Penulis merupakan anak tunggal.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Bina Insani Bogor dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis

memilih mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Minor Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Ekologi
Dasar, Perkembangan Hewan pada tahun 2011, dan Fisiologi Tumbuhan Dasar pada tahun 2012.
Penulis juga pernah mengikuti pelatihan Seminar Nasional dan Talk Show Revolusi Sains untuk
Indonesiaku Kontribusi Anak Negeri Demi Kemandirian dan Kebangkitan Bangsa di Auditorium
Andi Hakim Nasution Institut Pertanian Bogor pada 13 Desember 2008 dan The Sixth Regional
Training Workshop on Biodiversity and Conservation of Bryophytes and Lichens dan Two-Day
Symposium on A Decade of Study of Malesian Bryophytes and Lichens di Pusat Studi Regional
Penelitian Biologi Tropis (SEAMEO BIOTROP) pada 11 – 19 Juli 2011. Penulis pernah
melakukan penelitian kecil dalam mata kuliah Studi Lapang berjudul Artropoda Arboreal di
Vegetasi Wana Wisata Cangkuang Gunung Salak pada tahun 2009 serta melakukan Praktik
Lapangan di Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor dengan mengkaji Pengawasan
Kesehatan Hewan dalam Alur Tata Niaga Rumah Potong Hewan Terpadu Kota Bogor pada tahun
2010.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ viii
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................................................. 1
BAHAN DAN METODE ........................................................................................................... 1
Waktu dan tempat ............................................................................................................ 1
Pengambilan Sampel ........................................................................................................ 1
Identifikasi Sampel .......................................................................................................... 1
Analisis Data ................................................................................................................... 1
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 1
Keanekaragaman Jenis Pohon Inang dan Lumut Epifit ...................................................... 1
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut pada Blok I dan Blok II ............................. 2
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Jenis Pohon Inang.................. 3
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Letaknya pada Batang ........... 3
Deskripsi Jenis-Jenis Lumut yang Ditemukan di KRB ..................................................... 4
SIMPULAN ............................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 6
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 8

DAFTAR GAMBAR


Halaman
1

Persentase Lejeuneaceae yang dijumpai pada Gymnospermae di Kebun Raya
Bogor yang diperoleh pada penelitian ini (KRB I) dibandingkan pada Angiospermae dari penelitian di KRB sebelumnya (KRB II), pada Angiospermae
di perkebunan (HA I), dan pada Angiospermae di hutan alam (HA II)
dan (HA III). Sumber data: KRB II= Apriana 2010 dan Junita 2010,
HA II= Sporn et al. 2010, dan HA III= Gradstein & Culmsee 2012 ........................................ 2

2

Jumlah jenis lumut epifit pada Gymnospermae di KRB pada Blok I dan Blok II ..................... 3

3

Rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit berdasarkan letaknya
pada pohon inang Gymnospermae yang diperoleh dari penelitian ini ( ) dibandingkan
dengan rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit berdasarkan letaknya pada
pohon inang Angiospermae dari penelitian Apriana (2010) ( ).
Keterangan: U= utara, S= selatan, B= barat, dan T= timur ...................................................... 3


4

Rata-rata persentase jenis lumut yang dijumpai pada ketinggian 0-100 cm dan
100-200 cm pada pangkal pohon inang Gymnospermae di KRB yang diperoleh
pada penelitian ini ( ) dibandingkan pada pangkal pohon inang Angiospermae
di KRB dari penelitian Apriana (2010) ( ) dan Junita (2010) ( ) ............................................ 4

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Peta Kebun Raya Bogor ........................................................................................................ 9

2

Sketsa denah blok I ............................................................................................................ 10

3


Sketsa denah blok II ........................................................................................................... 11

4 Deskripsi jenis Gymnospermae........................................................................................... 12
5 Persebaran jenis lumut epifit berdasarkan ketinggian letak lumut pada pohon (0-100 cm
dan 100-200 cm) dan arah mata angin (U= utara, S= selatan, B= barat, T= timur)
pada pohon inang di Blok I dan Blok II............................................................................... 14
6

Pohon inang Gymnospermae dan jumlah jenis lumut epifit per pohon inang di Blok I
dan Blok II ......................................................................................................................... 15

7 Daftar istilah botani untuk lumut ........................................................................................ 16
8

Jenis lumut hati epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor ...................................... 17

9

Jenis lumut sejati epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor .................................... 18


1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan
tempat konservasi ex-situ dengan luas
mencapai 87 hektar, terletak pada ketinggian
235-250 m dpl (LIPI 2001). Vegetasi yang
ada di KRB merupakan tumbuhan contoh dari
berbagai negara yang ditanam untuk
konservasi. Berbagai jenis pohon di KRB
menyediakan tempat tumbuh bagi jenis-jenis
lumut epifit. Area KRB memiliki suhu
berkisar 22,6-28,5 oC dan kelembaban udara
berkisar 71-92% (Fitri et al. 2003). Asakawa
(2007) melaporkan bahwa lumut hidup pada
lingkungan yang lembab dan akan tumbuh
optimal pada suhu berkisar 15-25 oC, serta
dengan kelembaban udara di atas 50%,
sehingga KRB merupakan tempat yang sesuai
bagi tumbuhnya lumut.
Tumbuhan lumut merupakan kelompok
terbesar kedua setelah tumbuhan berbunga
(350.000 jenis) dan diperkirakan jumlahnya di
dunia ada 15.000-25.000 jenis (Gradstein
et al. 2001; Glime 2006). Lumut dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok utama yaitu
lumut hati, lumut tanduk, dan lumut sejati
(Hallingbäck & Hodgetts 2000). Penelitian
lumut di Jawa telah dilakukan sejak sekitar
200 tahun lalu, tetapi informasinya masih
belum lengkap. Beberapa publikasi lumut di
Jawa akhir-akhir ini masih melaporkan
beberapa catatan baru seperti buku dan
publikasi dalam bentuk jurnal (Tan et al.
2006; Söderström et al. 2008, Gradstein et al.
2010; Haerida et al. 2010). Inventarisasi
lumut khususnya di Bogor telah dilakukan
oleh beberapa ahli di antaranya Schiffner
(1898), Fleischer (1902-1904), dan Verdoorn
(1934a,1934b).
Penelitian lumut epifit pada Angiospermae
di KRB telah dilakukan oleh Apriana (2010)
dan Junita (2010). Dari hasil penelitiannya,
Apriana (2010) memperoleh 33 jenis lumut
hati berdaun, sedangkan Junita (2010)
memperoleh 42 jenis lumut sejati epifit.
Sampai saat ini masih jarang dilakukan
penelitian mengenai lumut epifit pada
Gymnospermae di wilayah tropik. Tujuan
penelitian
ini
adalah
mengetahui
keanekaragaman jenis lumut epifit pada
Gymnospermae di KRB.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Februari sampai Oktober 2011. Pengambilan

lumut dilakukan di KRB pada bulan Februari
2011, sedangkan identifikasinya dilakukan di
Laboratorium
Taksonomi
Tumbuhan
Departemen Biologi FMIPA IPB.
Pengambilan Sampel
Lumut
diambil
pada
tumbuhan
Gymnospermae di KRB yang berada pada
Blok I yang terdiri atas suku Cycadaceae dan
Blok II yang merupakan anggota suku
Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae dan
Podocarpaceae. Peta KRB, sketsa denah
Blok I, dan Blok II masing-masing disajikan
pada Lampiran 1, 2, dan 3, sedangkan
deskripsi Gymnospermae disajikan pada
Lampiran 4. Tumbuhan yang dipilih memiliki
diameter batang ≥ 20 cm. Lumut diambil dari
batang pohon pada kisaran ketinggian 0-200
cm pada posisi arah mata angin utara, selatan,
barat, dan timur. Data yang dicatat adalah
nomor koleksi sampel lumut, arah mata angin,
tekstur kulit pohon, dan diameter batang
pohon. Sampel lumut yang diperoleh
kemudian dibuat herbarium dan diidentifikasi
dengan menggunakan buku kunci identifikasi.
Identifikasi Sampel
Lumut diidentifikasi dengan menggunakan
buku identifikasi, yaitu Flora de Buitenzorg
Volume 2 (Fleischer 1902), The Philippine
Journal of Science Volume 68 (Bartram 1939),
A Handbook of Malesian Mosses Volume I, II,
III (Eddy 1988, 1990, 1996), Mosses of
Singapore and Malaysia (Johnson 1980), dan
Guide to Liverworts and Hornwort of Java
(Gradstein 2011).
Analisis Data
Setelah nama jenis lumut diketahui,
kemudian jenis lumut yang ada pada
Gymnospermae
dibandingkan
dengan
penelitian lumut epifit sebelumnya pada
Angiospermae, dilihat persebaran lumut pada
blok, arah mata angin, dan ketinggian tempat
melekatnya pada pohon. Selain itu juga dilihat
persebaran jenis lumut pada pohon inang dari
jenis-jenis yang berbeda dan memiliki
diameter, serta tekstur kulit pohon berbeda.
Ciri-ciri lumut yang diamati untuk identifikasi
disusun dalam bentuk deskripsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Jenis Pohon Inang dan
Lumut Epifit
Berdasarkan identifikasi sampel lumut
epifit pada pohon Gymnospermae di KRB
diperoleh 18 jenis lumut yang termasuk ke

2

Persentase Lejeuneaceae

dalam 12 marga dan 7 suku. Pada penelitian
ini diperoleh lebih banyak jenis lumut sejati
(12 jenis) daripada lumut hati berdaun
(6 jenis). Suku Lejeuneaceae (5 jenis) paling
banyak ditemukan di KRB dibandingkan
anggota suku lainnya (Lampiran 5). Anggota
suku ini
juga banyak dijumpai dalam
penelitian lumut pada Angiospermae di KRB
(Apriana 2010; Junita 2010), di perkebunan
dan hutan hujan tropis sub pegunungan
(Ariyanti et al. 2008; Sporn et al. 2010), dan
di hutan hujan tropis pegunungan (Gradstein
& Culmsee 2010) (Gambar 1).
40
30
20
10
0
KRB I KRB II HA I

HA II HA III

Lokasi Penelitian
Gambar 1 Persentase Lejeuneaceae yang dijumpai pada
Gymnospermae di Kebun Raya Bogor yang
diperoleh pada penelitian ini (KRB I)
dibandingkan pada Angiospermae dari
penelitian di KRB sebelumnya (KRB II), pada
Angiospermae di perkebunan (HA I), dan pada
Angiospermae di hutan alam (HA II) dan (HA
III). Sumber data: KRB II= Apriana 2010 dan
Junita 2010, HA I= Ariyanti et al. 2008, HA
II= Sporn et al. 2010, dan HA III= Gradstein
& Culmsee 2010.

Ada beberapa faktor yang diduga dapat
menyebabkan suku Lejeuneaceae banyak
dijumpai, yaitu Lejeuneaceae merupakan suku
dari lumut hati berdaun yang memiliki jumlah
jenis terbesar (Goffinet & Shaw 2009;
Gradstein 2011), dan anggota suku ini
memiliki kantung air yang memungkinkannya
dapat beradaptasi untuk menyimpan air dan
mengurangi resiko kekeringan, sehingga
menyebabkannya dapat bertahan hidup
dengan baik (Gradstein & Pócs 1989).
Anggota Gymnospermae yang dijadikan
sebagai sampel ada 9 jenis dari total 13 pohon
(Lampiran 6). Empat pohon yang diambil dari
Blok I merupakan satu jenis Gymnospermae
yang sama, yaitu Lepidozamia hopeii dari
suku Cycadaceae; sedangkan 9 sampel pohon
di Blok II merupakan Gymnospermae yang
terdiri atas 8 jenis, 2 jenis dari suku Pinaceae
(Pinus caribaea dan P. montizumae), 3 jenis
dari
suku
Araucariaceae
(Araucaria

cunninghamii,
A. columnaris, dan Agathis
robusta), 1 jenis dari suku Gnetaceae
(Gnetum gnemon) dan 2 jenis dari suku
Podocarpaceae
(Podocarpus
neriifolius
(jantan dan betina), dan P. chinensiswell).
Jumlah jenis lumut epifit per pohon pada
Blok I berkisar 2-5 dengan rata- rata 4 jenis
per pohon, sedangkan pada Blok II berkisar
0-6 dengan rata-rata 3 jenis per pohon
(Lampiran 6). Hasil ini lebih sedikit jika
dibandingkan dengan penelitian Gradstein &
Culmsee (2010) pada Angiospermae di hutan
hujan tropis pegunungan. Menurut peneliti ini,
jumlah jenis lumut per pohon 9-21, dengan
rata-rata 15 per pohon. Tetapi, lebih banyak
jika dibandingkan dengan penelitian Putrika
(2012) di hutan Universitas Indonesia. Jumlah
jenis lumut per pohon yang didapat peneliti ini
memiliki rata-rata 1-2,5 jenis per pohon.
Keanekaragaman jenis lumut cenderung
dipengaruhi oleh tipe habitat. Kebun Raya
Bogor memiliki kanopi pohon yang terbuka,
jika dibandingkan dengan yang berada di
hutan alam. Keanekaragaman lumut di KRB
ini lebih tinggi daripada penelitian Putrika
(2012) di hutan Universitas Indonesia, diduga
karena KRB memiliki kondisi lingkungan
yang lebih sesuai untuk pertumbuhan lumut,
sedangkan tempat tumbuh lumut epifit pada
penelitian Putrika (2012) cenderung kering,
lebih terbuka, dan banyak kendaraan yang
lewat di sekitar lokasi.
Kebanyakan lumut (9 jenis) hanya
dijumpai pada satu pohon inang, tetapi ada
dua jenis lumut yang dijumpai pada enam
pohon inang. Kedua jenis lumut itu adalah
Lejeunea tuberculosa dan Octoblepharum
albidum. Lumut L. tuberculosa ditemukan
pada pohon Gymnospermae pada nomor 1, 2,
7, 8, 11 dan 12 sedangkan O. albidum
ditemukan di pohon Gymnospermae pada
nomor 1, 2, 3, 10, 12, dan 13, jenis yang
lainnya dijumpai pada 2-5 pohon inang.
Berdasarkan hal ini keberadaan jenis lumut
tidak spesifik dijumpai pada jenis pohon
tertentu. Hal yang serupa juga diperoleh dari
penelitian pada inang Angiospermae yang
dilakukan di hutan Universitas Indonesia
(Putrika 2012).
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis
Lumut pada Blok I dan Blok II
Lumut epifit lebih banyak ditemukan di
Blok II (13 jenis) daripada Blok I (10 jenis)
(Gambar 2). Jenis lumut yang terdapat pada
Blok I saja adalah Exodictyon sulivantii,
Syrrhopodon prolifer, Fissidens autoicus,
F. intromarginatulus, dan F. perpusillus.

3

15
10
5

signifikan untuk kemunculan jenis lumut per
pohon.
Hal signifikan tersebut hanya
ditunjukkan oleh total jenis lumut perpohon.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh
13 jenis lumut dari 11 pohon berkulit kasar,
dua jenis lumut dari satu pohon berkulit halus,
dan tiga jenis lumut dari satu pohon berkulit
halus dan kasar (Lampiran 6). Pada penelitian
lain, tekstur kulit pohon kemungkinan besar
merupakan faktor penting yang ikut
mempengaruhi distribusi lumut epifit.
Gradstein & Culmsee (2010) melaporkan
bahwa batang pohon yang berkulit kasar
memiliki jumlah jenis lumut epifit yang lebih
banyak dibandingkan dengan batang pohon
yang berkulit halus. Meskipun ada perbedaan
jumlah lumut dari sampel pohon bertekstur
kasar dan halus, tetapi dalam penelitian ini
tidak bisa dibandingkan karena jumlah sampel
yang berbeda. Lebih banyak jenis lumut di
pohon yang berkulit kasar mungkin bukan
karena tekstur pohon tetapi karena sampel
pohon yang lebih banyak (Lampiran 6).

0
Blok I

Blok II

Gambar 2 Jumlah jenis lumut epifit pada Gymnospermae di KRB pada Blok I dan
Blok II.

Keanekaragaman dan Persebaran Jenis
Lumut Berdasarkan Jenis Pohon Inang
Pada penelitian ini jenis lumut epifit paling
banyak ditemukan (6 jenis) pada pohon
P. montizumae dengan diameter batang
39,5 cm, namun pada diameter yang sama di
pohon yang lain (L. hopeii), hanya dijumpai
dua jenis. Pada pohon A. cunninghamii
dengan diameter batang 66,2 cm yang
merupakan diameter terbesar, hanya dijumpai
dua jenis, sedangkan pada diameter batang
23,6 cm di pohon L. hopeii (sampel nomor 2)
yang merupakan diameter terkecil dijumpai
lima jenis lumut. Ada juga pohon yang tidak
ada lumutnya, yaitu pohon dengan diameter
batang 37,9 cm pada pohon P. caribaea. Hal
ini menunjukan keanekaragaman jenis lumut
per pohon tidak dipengaruhi oleh ukuran
diameter pohon, diameter besar atau kecil
suatu jenis pohon bukan berarti jumlah lumut
epifit yang diperoleh banyak atau sedikit
tetapi hanya menunjukkan perbedaan jenis
lumut epifit yang diperoleh. Ariyanti et al.
(2008) dan Strazdina (2010) menyebutkan
bahwa diameter batang bukan merupakan
faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah
jenis lumut per pohon, tetapi dalam penelitan
Mežaka & Znotina (2010) dilaporkan bahwa
diameter batang pohon merupakan faktor

Keanekaragaman dan Persebaran Jenis
Lumut Berdasarkan Letaknya pada
Batang
Rata-rata frekuensi kehadiran (persentase
kehadiran) jenis lumut pada Gymnospermae
lebih banyak dijumpai pada kulit pohon di
bagian barat (2,1%) dan utara (1,8%),
dibandingkan dengan bagian selatan (1,4%)
dan timur (1,2%) jenis (Gambar 3). Lumut
lebih banyak dijumpai pada bagian barat dan
utara, kemungkinan karena pada bagian
tersebut relatif sedikit terkena cahaya matahari
dan lebih lembab dibandingkan dengan arah
yang bertolak belakang dengannya.
Rata-rata frekuensi kehadiran

Jumlah jenis lumut

Jenis lumut yang hanya terdapat pada Blok
II adalah Lejeunea sordida, Lopholejeunea
eulopha, Frullania apiculata, Calymperes
boulayi, Meiothecium bogoriense, M. jagorii,
M. microcarpum, dan sp.1(lumut sejati).
Lumut yang terdapat pada kedua Blok
adalah Cheilolejeunea trifaria, C. incisa,
Lejeunea
tuberculosa,
Leucobryum
chlorophylosum, dan O. albidum. Banyaknya
jumlah jenis lumut epifit di Blok II mungkin
dipengaruhi oleh sampel pohon yang terdiri
atas beberapa jenis Gymnospermae. Ariyanti
et al. (2008) menyebutkan keanekaragaman
jenis lumut berhubungan dengan tipe habitat.
Habitat
yang
heterogen
memiliki
keanekaragaman
yang
lebih
banyak
dibandingkan dengan yang homogen.

6
5
4
3
2
1
0
U

S

B

T

Arah mata angin

Gambar 3 Rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit
berdasarkan letaknya pada pohon inang
Gymnospermae yang diperoleh dari penelitian
ini ( ) dibandingkan dengan rata-rata
frekuensi kehadiran lumut epifit berdasarkan
letaknya pada pohon inang Angiospermae dari

4

penelitian Apriana (2010) ( ). Keterangan:
U= utara, S= selatan, B= barat, dan T= timur.

Rata-rata persentase lumut

Apriana (2010), yang meneliti tentang
lumut hati pada Angiospermae, menemukan
bahwa jenis lumut epifit lebih sering dijumpai
pada bagian timur, sedangkan pada penelitian
Junita (2010) juga di Angiospermae, jenis
lumut sejati epifit lebih sering dijumpai pada
pohon bagian barat dengan persentase
penutupan dan jumlah jenis lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain. Dalam
penelitian Mežaka & Znotina (2006)
dilaporkan bahwa jumlah jenis lumut epifit
lebih sering pada arah selatan dibandingkan
arah lainnya. Banyaknya lumut pada arah
mata angin tersebut dikarenakan pada arah
selatan jarang terkena cahaya matahari dan
lebih lembab, selain itu posisinya bertolak
belakang dengan arah utara yang lebih banyak
terkena cahaya matahari yang membuatnya
menjadi lebih kering. Friedel et al. (2006) dan
Ariyanti et al. (2008) menyebutkan bahwa
banyak jenis lumut menyukai tempat yang
ternaungi dan kelembaban yang tinggi.
Lumut lebih banyak dijumpai pada bagian
pangkal pohon 0-100 cm (10 jenis) daripada
bagian pohon yang lebih tinggi 100-200 cm
(8 jenis) (Gambar 4). Pada penelitian
Apriana (2010) dan Junita (2010) didapatkan
hasil yang sama, bahwa lumut lebih banyak
dijumpai pada bagian tersebut. Hal ini
dikarenakan pada pangkal pohon terdapat
banyak humus atau dekat dengan tanah,
sehingga jenis-jenis lumut yang tumbuh di
tanah dapat juga tumbuh di pangkal pohon.
10
8
6
4
2
0
0-100 cm

100-200 cm

Ketinggian
Gambar 4 Rata-rata persentase jenis lumut yang dijumpai
pada ketinggian 0-100 cm dan 100-200 cm
pada pangkal pohon inang Gymnospermae di
KRB yang diperoleh pada penelitian ini ( )
dibandingkan dengan pangkal pohon inang
Angiospermae di KRB dari penelitian Apriana
(2010) ( ) dan Junita (2010) ( ).

Deskripsi
Jenis-Jenis
Lumut
yang
Ditemukan di KRB
Pengenalan jenis lumut hati dan sejati
epifit pada Gymnospermae di KRB dapat

dilihat pada deskripsi di bawah ini, istilah
botani dalam deskripsi untuk lumut dapat
dilihat pada Lampiran 7, gambar lumut hati
epifit disajikan pada Lampiran 8, sedangkan
gambar lumut sejati epifit disajikan pada
Lampiran 9.
Lumut hati epifit
Cheilolejeunea incisa
Jenis lumut ini memiliki ukuran 8-12 mm,
berwarna hijau, susunan daun incubous, lobe
berbentuk segi empat, sel daun isodiametric;
lobule pendek, 1/2-3/4 lobe, terdapat gigi, gigi
terdiri atas satu tonjolan; underleaves berbagi,
ukuran sinus 1/4 panjang underleaves.
C. trifaria
Jenis lumut ini memiliki ukuran 3-7 mm,
berwarna kuning keputihan, susunan daun
incubous; lobe berbentuk bulat telur; sel daun
isodiametric; lobule pendek, 1/4-1/2 lobe,
terdapat gigi, gigi terdiri atas satu tonjolan;
underleaves berbagi, ukuran sinus 3/4 panjang
underleaves.
Frullania apiculata
Jenis lumut ini memiliki ukuran panjang
tanaman 6-14 mm, berwarna hitam keunguan,
susunan daun incubous, lobe berbentuk bulat
telur; sel daun isodiametric; lobule melekat
pada lobe dengan satu sel saja, tidak terdapat
gigi; underleaves berbagi, sinus 1/4-1/2
panjang underleaves.
Lejeunea sordida
Jenis lumut ini memiliki ukuran 3-5 mm,
berwarna cokelat, susunan daun incubous,
lobe berbentuk bulat telur; sel daun
isodiametric; lobule pendek, 1/4-1/2 lobe, dan
tidak terdapat gigi; underleaves berbagi,
ukuran sinus 1/4 panjang underleaves.
L. tuberculosa
Jenis lumut ini memiliki ukuran 5-7 mm,
berwarna hijau, susunan daun incubous, lobe
berbentuk bulat telur; sel daun isodiametric;
lobule pendek, 1/3 lobe, tidak terdapat gigi;
underleaves berbagi, ukuran sinus 1/4-1/2
panjang underleaves.
Lopholejeunea eulopha
Jenis lumut ini memiliki ukuran panjang
tanaman 5-16 mm, berwarna cokelat, susunan
daun incubous, lobe berbentuk bulat telur; sel
daun isodiametric, tepi lobule bagian ujung
melekat pada lobe dengan satu sel; tidak
terdapat gigi; underleaves tidak berbagi, sinus
tidak ada.

5

Lumut sejati epifit
Calymperes boulayi
Jenis lumut ini memiliki ukuran 2-3 mm,
termasuk ke dalam lumut acrocarpus,
berwarna hijau; daun tersusun spiral, bentuk
daun lanset, tidak memiliki border, tulang
daun percurrent halus, sel cancellina convex
dengan dinding sel yang tebal, cancellina
berukuran 1/4 panjang daun, tepi daun
bergigi, ujung daun runcing, ada gemma, sel
daun isodiametric, kadang tidak berpapil,
tidak memiliki alar cells.
Exodictyon sullivantii
Jenis lumut ini memiliki ukuran 2-3 mm,
termasuk ke dalam lumut acrocarpus,
berwarna hijau, susunan daun spiral, bentuk
daun lanset, memiliki border, tulang daun
percurrent tanpa cilia, tidak ada cancellina,
tepi daun bergigi, ujung daun runcing, tidak
ada gemma; sel daun kotak, ada mamilla,
tidak memiliki alar cells.
Fissidens autoicus
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1- 4 mm,
termasuk ke dalam lumut acrocarpus,
berwarna hijau, daun tersusun atas dua deret,
bentuk daun lanset, memiliki setengah daun
proksimal berduplikasi membentuk vaginant
lamina, memiliki border, tersusun atas sel-sel
yang pendek dalam dua lapis, tulang daun
excurrent, tepi daun bergigi, ujung daun
runcing; sel daun isodiametric, unimamilla,
tidak memiliki alar cells.
F. intromarginatulus
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-2 mm,
termasuk ke dalam lumut acrocarpus,
berwarna hijau, daun tersusun atas dua deret,
bentuk daun lanset, memiliki setengah daun
proksimal berduplikasi membentuk vaginant
lamina, memiliki border; tersusun atas sel-sel
yang pendek dalam dua lapis, tulang daun
excurrent, tepi daun bergigi, ujung daun
runcing;
sel
daun
isodiametric,
pluripapillose, tidak memiliki alar cells.
F. perpusillus
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-2 mm,
termasuk ke dalam lumut acrocarpus,
berwarna hijau, daun tersusun atas dua deret,
bentuk daun lanset, memiliki setengah daun
proksimal berduplikasi membentuk vaginant
lamina, tidak memiliki border; tersusun atas
sel-sel yang pendek dalam satu lapis, tulang
daun excurrent, tepi daun bergigi, ujung daun
runcing;
sel
daun
isodiametric,
pluripapillose, tidak memiliki alar cells.

Leucobryum chlorophylosum
Jenis lumut ini memiliki ukuran 9-12 mm,
berwarna putih, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun
lanset, tidak memiliki border, tulang daun
excurrent, pada irisan melintang daun
dijumpai sel chlorocyst terletak ditengah dan
leucocyst ditepi bisa sampai 3 lapisan pada
kedua sisi chlorocyst, tepi daun rata, ujung
daun runcing; sel daun kotak, tidak memiliki
papilla/mamilla, tidak memiliki alar cells.
Meiothecium bogoriense
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-2 mm,
berwarna hijau, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun
bulat telur, tidak memiliki border, tidak ada
tulang daun, tepi daun bergigi, ujung daun
runcing; sel daun rhombic, tidak memiliki
papilla/mamilla, alar cells terdiferensiasi
dengan jelas.
M. jagorii
Jenis lumut ini memiliki ukuran 5-12 mm,
berwarna hijau, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun
bulat telur, tidak memiliki border, tidak ada
tulang daun, tepi daun bergigi, ujung daun
runcing, sel daun rhombic, tidak memiliki
papilla/mamilla, alar cells memiliki bentuk
agak lonjong, terletak pada bagian tengah,
berwarna kuning.
M. microcarpum
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-4 mm,
berwarna hijau, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun
bulat telur, tidak memiliki border, tidak ada
tulang daun, tepi daun bergigi, ujung daun
runcing; sel daun rhombic, tidak memiliki
papilla/mamilla, alar cells memiliki bentuk
lonjong, terletak pada bagian sisi, berwarna
bening, sedangkan bagian tengah kuning.
Octoblepharum albidum
Jenis lumut ini memiliki ukuran 4-5 mm,
termasuk ke dalam lumut acrocarpus, susunan
daun spiral, bentuk daun lanset, tidak
memiliki border; tulang daun lebar,
penampang melintang daun berbentuk
segitiga; dengan sel-sel chlorocyst di antara
leucocyst bagian atas dan bawah, tepi daun
rata, ujung daun runcing; sel daun kotak, tidak
memiliki papilla/mamillae, tidak memiliki
alar cells.

6

Syrrhopodon prolifer
Jenis lumut ini memiliki ukuran 2-5 mm,
termasuk ke dalam lumut acrocarpus,
berwarna hijau, susunan daun spiral, bentuk
daun lanset, memiliki border, tulang daun
percurrent halus; cancellina berukuran 3/4
panjang daun, sel cancellina isodiametric;
dinding sel tidak tebal, tepi daun rata, ujung
daun runcing, tidak ada gemma; sel daun
isodiametrik, memiliki papilla, tidak memiliki
alar cells.
sp.1
Jenis lumut ini memiliki ukuran kurang
dari 1 mm, termasuk ke dalam lumut
pleurocarpous, susunan daun spiral, bentuk
daun bulat telur, tidak memiliki border, tidak
ada tulang daun, tepi daun rata, ujung daun
runcing; sel daun belah ketupat, tidak
memiliki papilla/mamilla, memiliki alar cells.

SIMPULAN
Lumut epifit yang diperoleh dalam
penelitian ini ada 18 jenis termasuk ke dalam
12 marga dan 7 suku. Suku dengan jumlah
jenis paling banyak dijumpai adalah
Lejeuneaceae. Jenis lumut yang paling sering
dijumpai adalah Lejeunea tuberculosa dan
Octoblepharum albidum. Kedua lumut
tersebut dijumpai pada 6 dari 13 pohon
sampel. Rata-rata frekuensi kehadiran
(persentase kehadiran) jenis-jenis lumut
paling tinggi dijumpai pada bagian barat
(2,1%) kemudian utara (1,8%). Jenis-jenis
lumut lebih sering dijumpai pada bagian
pangkal pohon 0-100 cm daripada 100-200
cm.

DAFTAR PUSTAKA
Apriana D. 2010. Keragaman dan Kelimpahan
Lumut Hati Epifit di Kebun Raya
Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Ariyanti NS, Bos MM, Kartawinata K,
Tjitrosoedirdjo SS, Guhardja E, dan
Gradstein SR. 2008. Bryophyte on tree
trunk in natural forest, selectively
logged forest and cacao agroforests in
Central Sulawesi, Indonesia. Biol
Conser 141: 2516-2527.
Asakawa Y. 2007. Biologically active
compounds from bryophyte. Pure Apll.
Chem. 79:557-580.

Bartram EB.1939. The Philippine Journal of
Science. Volume ke-68. Manila:
Bureau of Printing.
Eddy A. 1988. A Hand Book of Malesian
Mosses. Volume ke-1, Sphagnales to
Dicranales. London: British Museum
(Natural History).
Eddy A. 1990. A Hand Book of Malesian
Mosses. Volume ke-2, Leucobryaceae
to Buxbaumiaceae. London: British
Museum (Natural History).
Eddy A. 1996. A Hand Book of Malesian
Mosses. Volume ke-3, Splachnobryace
ae to Leptostomataceae. London:
British Museum (Natural History).
Fitri A, Kusrini MD, Priyono A. 2003.
Keanekaragaman jenis amfibi (Ordo
Anura) di Kebun Raya Bogor. Di
dalam Konservasi Amfibi dan Reptil di
Indonesia. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan; Bogor 8 Mei 2003.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fleischer
M.
1902-1904.
Flore
de
Buitenzorg.Volume ke-2. Leiden: E .J.
Brill.
Friedel A, Oheimb GV, Dengler J, Härdtle.
2006. Species diversity and species of
epiphytic Bryophytes and lichens - a
comparison
of
managed
and
unmanaged beech forest in NE
Germany. Feddes Repertorium. 117:
172-185.
Glime JM. 2006. Physiological Ecology.
Volume ke-1. WWW Bryoecol.
[terhubung berkala] http://www.bryoecol.mtu.edu/ [13 Agustus 2011].
Goffinet B, Shaw AJ. 2009. Bryophyte
Biology Second Edition. New York:
Cambridge Univ Pr.
Gradstein SR, Pócs T. 1989. Tropical Rain
Forest
Ecosystem.
Amsterdam:
Elsevier Science.
Gradstein SR, Churchill SP, Salazar-Alen N.
2001. Guide to The Bryophytes of
Tropical America. New York: The
New York Botanical Garden.
Gradstein SR, Culmsee H. 2010. Bryophyte
diversity on tree trunk in motane forest
of Central Sulawesi, Indonesia.
Tropical Bryology 31: 95-105.
Gradstein SR et al. 2010. Bryophytes of
Mount Patuha, West Java, Indonesia.
Reinwardtia 13: 107-123.
Gradstein SR. 2011. Guide to the Liverworts
and Hornworts of Java.. Bogor:
SEAMEO BIOTROP.

7

Haerida I, Gradstein SR, Tjitrosoedirdjo SS.
2010.
Lejeuneaceae
subfamily
Ptychanthoideae (Hepaticae) in West
Java. Gard Bull Singapore 62: 53-103.
Hallingbäck T, Hodgetts N. 2000. Mosses,
Liverworts, and Hornworts. Status
Survey and Conservation Action Plan
for Bryophytes. United Kingdom :
Information Press.
Johnson A. 1980. Mosses of Singapore and
Malaysia.
Singapore:
Singapore
University Press.
Junita N. 2010. Lumut Sejati Epifit pada
Pangkal Pohon di Kebun Raya Bogor
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
2001. An Alphabetical List of Plant
Species Cultivated in The Bogor
Botanical Garden. Bogor: CV. Riza
Graha Jaya.
Mezaka A, Znotina V. 2006. Epiphytic
bryophytes in old growth forests of
slopes, screes and ravines in north-west
Latvia. Acta Universitatis Latviensis
710 :103 - 116.
Mezaka A, Znotina V. 2010. Epiphytic
bryophyte and lichen communities in
relation to tree and forest stand
variables in Populus tremula forest of
south-east Latvia. Acta Biol. Univ.
Daugavp. 2 : 1–8.

Putrika A. 2012. Komunitas Lumut Epifit di
Kampus Universitas Indonesia Depok
[tesis]. Depok: Fakultas Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas Indonesia.
Schiffner V. 1898. Conspectus Hepaticarum
Archipelagi
indici.
Batavia:
Staatsdruckerei.
Söderström L, Hagborg A, von Konrat M,
Renner M. 2008. Early Land Plants
Today: Liverwort
Checklist of
Checklist. Botany 47:105-130.
Sporn GS et al. 2010. Vertical distribution of
epiphytic bryophyte in an Indonesia
rainforest. Biodivers Conserv 19: 745 760.
Strazdina L. 2010. Bryophyte community
composition on an island of Lake
Cieceres, Latvia: dependence on forest
stand and substrate properties.
Environmental
and Experimental
Biology 8: 49-58.
Tan BC et al. 2006 Mosses of Gunung
Halimun National Park, West Java,
Indonesia. Reinwardtia 12:205-214.
Verdoorn FR. 1934a. A Year Book Devoted
to The Study of Mosses and Hepatics.
Ann Bryol Supl I: 1-183.
Verdoorn FR. 1934b. A Year Book Devoted
to The Study of Mosses and Hepatics.
Ann
Bryol
Supl
IV:
1-192.

LAMPIRAN

9

Lampiran 1 Peta Kebun Raya Bogor

B

A

Skala 1:5000
Keterangan:

A: Blok I terdiri atas suku Cycadaceae
B: Blok II terdiri atas Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae dan Podocarpaceae

10

Lampiran 2 Sketsa Denah Blok I

II.E.49

II.E.53
II.E.54

II.E.14

Keterangan: II.E.14, II.E.49, II.E.53, II.E54 ( Lepidozamia hopeii)

11

Lampiran 3 Sketsa denah blok II

V.F.10
V.F.105
V.F.114

V.F.83
V.F.115
V.F.116

V.F.117

V.F.40

V.F.103

Skala 1:500
Keterangan:

Araucariaceae: V.F.40, V.F.103
Podocarpaceae: V.F.115, V.F.116, V.F.117
Gnetaceae: V.F.114
Pinaceae: V.F.10, V.F.83, V.F.105

12

Lampiran 4 Deskripsi jenis Gymnospermae
Agathis robusta
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan mengelupas,
serat kulit rapat dan kecil. Daun tunggal, berhadapan, bentuk lanset, dan ujung runcing. Strobilus
tersusun aksilar/terminal pada cabang pendek, strobilus jantan berukuran lebih kecil daripada
strobilus betina. Biji bersayap.
Araucaria columnaris
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar dan berbentuk tabung,
pepagan mengelupas. Daun tunggal, tersusun spiral, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus
tersusun aksilar/terminal pada cabang pendek, strobilus jantan berukuran lebih kecil daripada
strobilus betina, strobilus jantan oblong-lonjong, strobilus betina bulat telur. Biji bersayap.
A. cunninghamii
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar dan berbentuk tabung,
pepagan mengelupas. Daun tunggal, tersusun spiral, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus
tersusun aksilar/terminal pada cabang pendek, dapat memproduksi strobilus apabila berumur 15-25
tahun, strobilus jantan berukuran lebih kecil daripada strobilus betina, strobilus jantan lonjong,
strobilus betina bulat telur. Biji bersayap.
Gnetum gnemon
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang halus, pepagan bergelang.
Daun tunggal, bentuk bulat telur, ujung runcing. Strobilus jantan terdiri atas satu lingkaran bunga
betina yang mandul di bagian atas dan bunga jantan tersusun spiral di bagian bawah, strobilus
betina terdiri atas 1 lingkaran bunga yang subur.
Lepidozamia hopeii
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar dan berbentuk tabung,
pepagan berlekah (pepagan luar yang seakan-akan membentuk alur; huruf V atau bentuk sampan
atau perahu). Daun majemuk menyirip, tersusun spiral dan dipisahkan oleh cataphylls (daun
pertama yang tidak berkembang lagi), bentuk lanset, ujung runcing, tulang daun tidak bercabang.
Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral, bagian bawah
mikrosporofil terdapat mikrosporangia (kantung sari), dalam megasporofil terdapat
megasporangia. Biji berbentuk oblong atau ellipsoidal dengan bagian luar sarcotesta (kulit biji
yang berdaging) berwarna merah.
Pinus caribaea
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan bersisik. Daun
berkarang, bentuk bulat telur, ujung runcing. Strobilus jantan memiliki mikrosporofil, masingmasing mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia yang tersusun spiral dan mikrospora bersayap,
strobilus betina memiliki bakal biji yang tersusun spiral. Biji bersayap.
P. montizumae
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan bersisik. Daun
berkarang, bentuk daun bulat telur, dan ujung runcing. Strobilus jantan memiliki mikrosporofil,
masing-masing mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia yang tersusun spiral dan mikrospora
bersayap, strobilus betina memiliki bakal biji yang tersusun spiral. Biji bersayap.

13

Lampiran 4 (lanjutan)
Podocarpus chinensiswell
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan berlekah.
Daun tunggal, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus jantan banyak memiliki mikrosporofil,
masing-masing mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia, strobilus betina memiliki satu biji.
Embrio memiliki dua kotiledon.
P. neriifolius
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan berlekah.
Daun tunggal, susunan tersebar, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus jantan memiliki banyak
mikrosporofil, masing-masing mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia, strobilus betina
memiliki satu biji. Embrio memiliki dua kotiledon.

.

14

Lampiran 5 Persebaran jenis lumut epifit berdasarkan ketinggian letak lumut pada pohon
(0-100 cm dan 100-200 cm) dan arah mata angin (U= utara, S= selatan, B= barat,
T= timur) pada pohon inang di Blok I dan Blok II.
Kelompok
Suku
Jenis
Lumut Hati
Frullaniaceae
Frullania apiculata
Lejeuneaceae
Cheilolejeunea incisa
C. trifaria
Lejeunea sordida
L. tuberculosa
Lopholejeunea eulopha
Lumut Sejati
Calymperaceae
Calymperes boulayi
Exodictyon sullivantii
Syrrhopodon prolifer
Fissidentaceae
Fissidens autoicus
F. intromarginatulus
F. perpusillus
Leucobryaceae
Leucobryum chlorophylosum
Octoblepharaceae
Octoblepharum albidum
Sematophyllaceae
Meiothechium bogoriense
M. jagorii
M.microcarpum
sp.1
Jumlah

0-100 cm
Blok

100-200 cm

Nomor
Pohon
Inang

U

S

B

T

U

S

B

T

I
II

-

-

-

-

+

-

-

-

10

I
II
I
II
I
II
I
II
I
II

+
+
+
+
+

+
+
+

+
+
+
+
+
-

+
+
+
+
-

-

-

+
-

-

3
5,10,12,13
1,2
10
5,12
1,2
7,8,11,12
7

I
II
I
II
I
II

-

-

+
+
-

-

+
-

-

-

-

10
1
1
-

I
II
I
II
I
II

+
-

+
+
+
-

+
-

+
-

-

-

-

-

2,4
3,4
2
-

I
II

-

-

-

-

+

-

+
+

-

3
10

I
II

-

-

-

-

+
+

+
+

+
+

+
-

1,2,3
10,12,13

I
II
I
II
I
II
I
II

6

6

+
9

5

+
+
7

+
3

+
6

+
+
3

11
6,8,12,13
6
7

15

Lampiran 6 Pohon inang (Gymnospermae) dan jumlah jenis lumut epifit per pohon inang di
Blok I dan Blok II.
Pohon Inang (Gymnospermae)
Blok

I

Nama Pohon

Nomor
Pohon

Diameter
Batang
(cm)

1
II.E.49
26.7
2
II.E.54
23.6
3
II.E.53
33.7
4
II.E.55
39.5
Rata-rata jenis lumut per pohon inang
5
V.F.40
65.6
Araucaria columnaris
6
V.F.103
66.2
A. cunninghamii

Lepidozamia hopeii
L. hopeii
L. hopeii
L. hopeii

Agathis robusta
II

Nomor
Sampel
Pohon

7

V.F.83

44.9

8
V.F.114
42.7
Gnetum gnemon
9
V.F.105
37.9
Pinus caribaea
10
V.F.10
39.5
P. montizumae
11
V.F.115
25.5
Podocarpus chinensiswell
12
V.F.117
34.4
P. neriifolius (jantan)
13
V.F.116
34.4
P. neriifolius (betina)
Rata-rata jenis lumut per pohon inang

Tekstur Kulit
Pohon
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Halus dan
Kasar
Halus
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar
Kasar

Jumlah
Jenis
Lumut
5
5
4
2
4
2
2
3
2
0
6
2
5
3
3

16

Lampiran 7 Daftar istilah botani untuk lumut
Acrocarpous

: Tumbuhan lumut yang tumbuh tegak dan menghasilkan sporofit pada bagian
ujung batang.
Alar cells
: Sel pada bagian sudut atau tepi basal daun yang berbeda ukuran, bentuk, dan
warna dari sel pada bagian daun yang lain.
Border
: Tepi daun yang terdiferensiasi baik bentuk, ukuran, warna, ataupun ketebalan.
Cancellina
: Bagian basal daun yang tersusun oleh sel-sel yang kosong transparan dan
biasanya berukuran besar dibandingkan sel lainya.
Chlorocyst
: Sel yang berisi klorofil.
Cilia
: Bagian yang menyerupai rambut-rambut halus.
Excurrent
: Tulang daun yang melebihi ujung daun.
Gemma
: Alat reproduksi aseksual pada lumut.
Incubous
: Susunan daun pada lumut hati, daun lateral menutupi daun lateral diatasnya.
Isodiametric
: Bentuk teratur dengan diameter yang sama.
Lamina
: Helaian daun yang tipis, separuh daun yang rata, berbeda dengan tulang daun.
Leucocyst
: Sel yang tidak berisi klorofil.
Lobe
: Bagian dari daun lateral dari lumut hati yang biasanya berukuran besar.
Lobule
: Bagian daun lateral yang membentuk kantung pada lumut hati.
Mamilla
: Penonjolan dinding sel sehingga terjadi perluasan lumen sel yang menonjol.
Oblong
: Bangun daun apabila memiliki panjang berbanding lebar 2 1/2 -3:1.
Papilla
: Penonjolan padat pada permukaan dinding sel.
Percurrent
: Pertulangan daun yang memanjang dan berakhir di ujung daun atau sebelum
ujung daun.
Pleurocarpous : Tumbuhan lumut yang tumbuh merayap dan menghasilkan sporofit pada
bagian lateral batang.
Pluripapillose : Memiliki beberapa papilla.
Rhombic
: Sel berbentuk belah ketupat.
Sinus
: Belahan pada underleaves.
Underleaves
: Daun yang tersusun pada posisi ventral pada lumut hati berdaun.
Unimamillate
: Memiliki satu mamillae.
Vaginant lamina : Duplikat daun pada suku Fissidentaceae yang berbentuk seperti perahu di sisi
adaksial.

17

Lampiran 8 Jenis lumut hati epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor

Keterangan:

a, b. C. trifaria
e, f. L. eulopha

c, d. F. apiculata
g, h. L. sordida

18

Lampiran 9 Jenis lumut sejati epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor

Keterangan:

a, b. C. boulayi
e, f. F. autoicus

c, d. E. sulivantii.
g, h. L. chlorophylosum

ABSTRAK
FIBO ADHITYA. Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor.
Dibimbing oleh NINA RATNA DJUITA dan NUNIK SRI ARIYANTI.
Penelitian mengenai keanekaragaman lumut epifit umumnya dilakukan pada Angiospermae
sedangkan pada Gymnospermae masih jarang dilakukan. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan
tempat konservasi ex-situ. Berbagai jenis pohon di KRB menyediakan tempat tumbuh bagi jenisjenis lumut epifit. Selain itu KRB memiliki suhu dan kelembapan udara pada kisaran optimum
untuk pertumbuhan lumut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis lumut
epifit pada Gymnospermae di KRB. Sampel lumut diamati pada Gymnospermae di Blok I yang
terdiri atas suku Cycadaceae dan Blok II yang merupakan anggota suku Pinaceae, Araucariaceae,
Gnetaceae, dan Podocarpaceae. Hanya pohon dengan diameter ≥ 20 cm yang dipilih sebagai
sampel pohon. Sampel lumut diambil pada pangkal pohon (0-200 cm) pada posisi arah mata angin
utara, selatan, barat, dan timur. Lumut epifit yang diperoleh dalam penelitian ini ada 18 jenis
termasuk ke dalam 12 marga dan 7 suku. Suku dengan jumlah jenis paling banyak dijumpai adalah
Lejeuneaceae. Jenis lumut yang paling sering dijumpai adalah Lejeunea tuberculosa dan
Octoblepharum albidum. Kedua lumut tersebut dijumpai pada 6 dari 13 pohon sampel. Rata-rata
frekuensi kehadiran (persentase kehadiran) jenis-jenis lumut paling tinggi dijumpai pada bagian
barat (2,1%) kemudian utara (1,8%). Jenis-jenis lumut lebih sering dijumpai pada bagian pangkal
pohon 0-100 cm daripada 100-200 cm.
Kata Kunci: Gymnospermae, Kebun Raya Bogor, keanekaragaman, lumut epifit.

ABSTRACT
FIBO ADHITYA. Diversity of Epiphytic Bryophytes on Gymnospermae in Bogor Botanical
Garden. Supervised by NINA RATNA DJUITA and NUNIK SRI ARIYANTI.
Researchs on diversity of epiphytic bryophytes are more common observed on
Angiospermae than those on Gymnospermae. Bogor Botanical Garden (BBG) is an ex-situ
conservation in which the sample plants are collected around the world for conservation purpose.
Trees in the Botanical Garden provide substrats for epiphytic bryophytes. The temperature and
humidity in the Botanical Gardens were the optimum range for the bryophyte growth. The aim of
this research was to observe diversity of epiphytic bryophytes on Gymnospermae in BBG. The
bryophyte samples were collected from Gymnosperm trees in Blok I which is Cycadaceae familly
and those in Blok II which are the familly of Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae, dan
Podocarpaceae. Only the trees have ≥ 20 cm (dbh) of trunk base were sampled. Bryophytes were
collected from the trunk base at 0-200 cm above the ground, at four cardinal direction (north,
south, west, and east). In total 18 species of epiphytic bryophytes were found, included 12 genera
and 7 families. The family which had the highest number of species was Lejeuneaceae. The most
common species on Gymnosperm trees in the Botanical Garden were Lejeunea tuberculosa and
Octoblepharum albidum. Both of them were found at 6 trees of 13 total tree samples. The species
were found more frequently at west (2,1%) and north (1,8%) part than east and south part of the
host trees. They more frequently inhabit the trunk base on 0-100 cm than 100-200 cm.
Key words: Bogor Botanical Garden, diversity, epiphyte bryophyte, Gymnospermae.

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan
tempat konservasi ex-situ dengan luas
mencapai 87 hektar, terletak pada ketinggian
235-250 m dpl (LIPI 2001). Vegetasi yang
ada di KRB mer