3.2 Starting Langsung direct-on-line starting
Starting langsung merupakan cara paling sederhana, dimana stator langsung dihubungkan langsung dengan sumber tegangan, artinya tidak perlu
mengatur atau menurunkan tegangan pada saat starting Gambar 3.1. Penggunaan metode ini sering dilakukan untuk motor-motor AC yang mempunyai
kapasitas daya yang kecil.
Legenda: So = tombol OFF
S1 = tombol ON K1 = Start Contactor
F1 = Thermal Overload Relay F2 = Overload Relay
F3 = Control circuit fuse U, V,W = Motor winding
M = Motor
Gambar 3.1 a Rangkaian diagram starting langsung b Rangkaian kontrol
starting langsung
Besar arus start motor induksi pada saat starting dari 4 sampai 10 dari arus beban penuhnya pada faktor daya yang rendah. Hal ini terjadi karena motor pada
saat diam memiliki momen inersia, sehingga untuk mengalahkan momen inersia
itu dibutuhkan arus yang besar. Oleh karena itu, metode starting langsung sering digunakan pada motor induksi dengan daya yang relatif kecil dibawah 7,5 kW.
Torsi start dapat ditentukan dengan persamaan:
f f
sc f
st
xs I
I T
T
2
=
3.3
Dimana: T
st
= Torsi start motor induksi starting torque T
f
= Torsi beban penuh full-load torque I
sc
= Arus hubung singkat short-circuit current I
f
= Arus beban penuh full-load current S
f
= Slip beban penuh full-load slip
3.3 Starting Wye-Delta
Pada metode ini dipergunakan untuk motor induksi rotor sangkar yang dirancang untuk memberikan keluaran nominal bila kumparan stator dihubungkan
delta dan biasanya dipakai pada motor yang mempunyai keluaran nominal sampai 25HP. Belitan stator didesain beroperasi pada hubungan delta dan pada saat
starting belitan tersebut terhubung dengan hubungan bintang. Mula-mula motor distart pada hubungan bintang ketika kecepatan motor meningkat maka hubungan
pada motor tersebut berganti dari hubungan bintang ke delta Gambar 3.3. Ketika motor terhubung bintang maka tegangan pada stator adalah
3 v
. Sehingga arus yang masuk ke terminal motor juga berkurang dan nilai
torsi start pada motor adalah
2
3 1
atau
3 1
kali dari tegangan fasa.
Pada starting hubungan delta, Arus starting fasa,
sc sc
Z V
I =
; Arus starting =
sc
I 3
Pada starting hubungan bintang,
Arus starting fasa,
sc sc
st
I Z
V I
3 1
3 = =
Sehingga :
f f
sc f
f st
f st
xs xI
I xs
I I
T T
2 2
3
=
=
f f
sc f
st
xs I
I T
T
2
3 1
=
3.4
Gambar 3.2 a Rangkaian Starting wye – delta b Rangkaian kontrol starting
wye-delta
3.4 Starting Dengan Tahanan Stator