Peningkatan Produktivitas Perikanan Budidaya yang Berdampak pada Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERIKANAN BUDIDAYA YANG
BERDAMPAK PADA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT INDONESIA

PKM GAGASAN TERTULIS

Oleh :

Dadang Kurniawan

C14062625

(2006)

Budi Sifa Nurul Fadilah

C14062011

(2006)


Nova F Simatupang

C14070075

(2007)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

1. Judul Kegiatan

:

2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan

d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP

:

f. Alamat email
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP

:
:
:
:
:

:
:

:
:
:

Peningkatan Produktivitas
Perikanan Budidaya Yang
Berdampak Pada Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat
Indonesia
( ) PKM-AI
(x) PKM-GT
Dadang Kurniawan
C14062625
Budidaya Perairan
Institut Pertanian Bogor
Pondok Yasmin, Jl. Bara 2.
Darmaga, Bogor 16680
085287781705
nte_dangkoerniaone@yahoo.co.id
3 orang

Dr. Dinamella Wahjuningrum
19700521 199903 2 001
Jl.Cemara Kipas I/21 Sektor 2,
Taman Yasmin, Bogor /
08159233468

Bogor, 24 Maret 2010

Menyetujui,
Kepala Departemen Budidaya Perairan

Ketua Pelaksana kegiatan,

( Dr. Odang Carman)
NIP. 19591222 198601 1001

(Dadang Kurniawan)
NIM. C14062625

Wakil rektor

Bidang Kemahasiswaan,

Dosen Pendamping,

(Prof.Dr.Ir.H. Yonny Koesmaryono)
NIP. 195812281985031002

(Dr. Dinamella Wahjuningrum)
NIP. 19700521 199903 2 001

i

KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
mengasihi kami, dan berkehendak atas kami untuk menuangkan permasalahanpermasalahan yang ada disekeliling kita dan gagasan-gagasan ke dalam sebuah
karya tulis.
Tidak bisa menutup mata bahwa Indonesia adalah negara yang kaya
sumber daya alam, tetapi belum mampu menyejahterakan rakyat sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945. Sumber daya perikanan adalah salah satu sumber
yang potensial yang seharusnya dapat menyejahterakan kehidupan masyarakat

Indonesia sehingga tidak dianalogikan lagi seperti “tikus yang kelaparan di
lumbung padi”.
Menteri Perikanan Indonesia, Fadel Muhammad, mencanangkan program
mengenai peningkatan produksi hasil perikanan dari sektor budidaya yang
mencapai tiga kali lipatnya dari produksi awal. Hal ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pemberdayaan sumber daya
manusia. Tidak bisa tidak suatu keinginan hanya sekedar harapan tanpa melihat
kondisi sebenarnya yang terjadi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu dukungan dan kerjasama diantara semua
pihak yang terkait untuk memajukan perikanan Indonesia dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Semoga target produksi perikanan
Indonesia tahun 2014 mendatang dapat tercapai dan dapat menyejahterakan
kehidupan petani Indonesia.

ii

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................
RINGKASAN ...........................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................
Latar Belakang .............................................................................................
Tujuan
.............................................................................................
GAGASAN
.............................................................................................
Kondisi Perikanan Dunia .............................................................................
Kesejahteraan Petani Ikan dan Masyarakat Umum .....................................
Aksesibilitas Petani Terhadap Sumber-Sumber Permodalan .......................
Pola Pikir Petani ...........................................................................................
Perhatian Pemerintah Dewasa Ini ................................................................
Peranan Pihak Terkait ..................................................................................
Langkah-Langkah Strategis Pengimplementasian Gagasan ........................
KESIMPULAN ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN ............................................................ ....................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................ ......


i
ii
iii
iv
1
1
1
2
2
2
3
4
4
5
5
6
6
7
8


iii

RINGKASAN
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui program revolusi biru yang
menargetkan produksi perikanan budidaya Indonesia naik tiga kali lipat, yaitu
sebesar 5,38 juta ton pada tahun 2010 dan 16,89 juta ton pada tahun 2014 atau
meningkat sebesar 353%. Permasalahannya adalah kurang optimalnya peranan
KKP karena hanya menargetkan persentase saja dan tidak diikuti dengan jaminan
apabila terjadi over supply mengingat produk perikanan ini bersifat high risk, serta
jaminan lainnya seperti mudahnya akses pasar, modal awal bagi petani ikan,
misalnya semacam KUR (Kredit Usaha Rakyat) serta birokrasi yang mudah. Atas
permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu tindakan yang konkret dan
terintegrasi dari pemerintah dalam hal ini KKP serta beberapa gagasan gagasan
yang dapat dijadikan sebagai bahan kontribusi dalam memaksimalkan sumber
daya alam dan sumberdaya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat petani. Beberapa gagasan yang
dapat diimplementasikan diantaranya merubah kebijakan orientasi dari perikanan
tangkap ke perikanan budidaya dengan menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung dalam rangka pencapaian target produksi, memangkas berbagai
birokrasi yang berbelit-belit yang dapat mengurungkan niat pelaku usaha untuk

berusaha, dan untuk menghindari berbagai praktik korupsi, misalnya dari sektor
perbankan dan administrasi pendirian usaha, memperluas akses petani/pelaku
usaha ke sumber-sumber modal, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) tidak hanya menargetkan persentase yang ingin dicapai saja,
tetapi harus ada program yang terintegrasi antara target yang ingin dicapai dengan
faktor pendukungnya, melakukan pendekatan persuasif kepada petani bahwa
modal yang diberikan untuk dikembalikan lagi, dan perlu adanya kebijakan
tertentu bila usaha mengalami kegagalan, serta perlu dibentuk bank khusus
pertanian yang peranannya memberikan modal usaha tetapi tidak dibebani dengan
bunga yang tinggi.

iv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara kepulauan dan telah dikenal sebagai negara
maritim. Memiliki luas perairan yang lebih besar dibandingkan dengan
daratannya. Oleh karena itu Indonesia memiliki keuntungan komparatif

dibandingkan dengan negara lainnya dari segi sumber daya alam. Selain itu pula
Indonesia memiliki keuntungan sumber daya manusia karena jumlah penduduk
Indonesia termasuk ke dalam lima besar negara di dunia yang berpenduduk padat.
Keuntungan tersebut belum termanfaatkan secara optimal maupun
maksimal karena faktanya sumber daya alam yang melimpah tidak mampu
menyerap banyak tenaga kerja atau dengan kata lain tidak mengurangi angka
pengangguran. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak factor yang saling terkait.
Salah satu sumber daya alam yang belum termanfaatkan dengan baik
adalah sumber daya perairan, baik perairan tawar, payau, dan laut. Sumber daya
tersebut sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media perikanan budidaya.
Hal ini juga didorong oleh program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
melalui program revolusi biru yang menargetkan produksi perikanan budidaya
Indonesia naik tiga kali lipat, yaitu sebesar 5,38 juta ton pada tahun 2010 dan
16,89 juta ton pada tahun 2014 atau meningkat sebesar 353%, sedangkan untuk
sektor perikanan tangkap tidak begitu diandalkan karena dari tahun ke tahun
penangkapan menurun atau terjadi overfishing (KKP, 2010). Komoditas yang
dibudidayakan adalah rumput laut, lele, patin, nila, kerapu, kakap, mas, dan
gurami sampai kepada udang dan bandeng yang banyak diekspor dengan kualitas
yang dapat bersaing dengan produk pasar dunia. Teknologi untuk budidaya
komoditas tersebut pun mudah untuk dikuasai oleh masyarakat.
Sumber daya alam dan sumber daya manusia sudah dimiliki dan ditunjang
pula oleh target yang jelas dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP). Dengan demikian, seharusnya target produksi perikanan
budidaya dapat tercapai dan kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat
khususnya petani ikan yang terjun langsung. Permasalahannya adalah kurang
optimalnya peranan KKP karena hanya menargetkan persentase saja dan tidak
diikuti dengan jaminan apabila terjadi over supply mengingat produk perikanan
ini bersifat high risk, serta jaminan lainnya seperti mudahnya akses pasar, modal
awal bagi petani ikan, misalnya semacam KUR (Kredit Usaha Rakyat) serta
birokrasi yang mudah baik untuk akses ke perbankan maupun birokrasi pendirian
usaha.
Atas permasalahan tersebut maka perlu adanya suatu tindakan yang
konkret dan terintegrasi dari pemerintah dalam hal ini KKP, sektor perbankan, dan
petani. Indikator dari keberhasilan tersebut adalah tercapainya target produksi
perikanan budidaya dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Tujuan
Memberikan gagasan yang dapat dijadikan sebagai bahan kontribusi dalam
memaksimalkan sumber daya alam dan sumberdaya manusia dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khusunya masyarakat petani.

2

GAGASAN
Kondisi Perikanan Dunia
Penangkapan berlebih atau over fishing sudah menjadi kenyataan pada
berbagai perikanan tangkap di dunia. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia
(FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh,
mengalami tangkap lebih atau stok yang tersisa bahkan sudah terkuras, hanya
25% dari sumberdaya masih berada pada kondisi tangkap kurang (FAO, 2002).
Total produksi perikanan tangkap dunia pada tahun 2000 ternyata 5% lebih rendah
dibanding puncak produksi pada tahun 1995 (tidak termasuk Cina, karena unsur
ketidak-pastian dalam statistik perikanan mereka). Oleh karena itu produktivitas
perikanan yang kini diharapkan adalah dari sektor budidaya.
Kondisi seperti ini memberikan pelajaran bahwa tidak bisa terus menerus
bergantung kepada yang disediakan oleh alam, tetapi perlu adanya usaha untuk
mengurangi ketergantungan atau paling tidak memberikan waktu kepada alam
untuk recovery. Pemerintah dalam hal ini KKP telah mengantisipasi dengan
mencanangkan peningkatan target produksi perikanan budidaya pada tahun 2014
sebesar 353%. KKP perlu menyediakan sarana dan prasarana produksi untuk
mencapai target tersebut. Sarana dan prasarana yang ada harus sepenuhnya
mendukung kegiatan produksi, misalnya mempermudah izin pembukaan lahan
tambak, membuka atau memperbaiki jalur transportasi, regulasi harga dan
ketersediaan pakan ikan.

Kesejahteraan Petani Ikan dan Masyarakat Umum
Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2009, melansir persentase
penduduk miskin di Indonesia meliputi kota dan desa mencapai 14,15% atau
sekitar 32,53 juta orang. Menurut BPS, angka kemiskinan di sektor pertanian
mencapai 56,1 persen, jauh di atas industri (6,77 persen). Sektor permodalan
adalah salah satu dari sekian perkara yang mempengaruhi sulitnya petani
memperbaiki nasib mereka.
Menurut Serikat Petani Indonesia (SPI, 2007), salah satu contohnya di
Kabupaten Sukabumi, tercatat sekitar 16.000 keluarga nelayan tradisional dimana
95% adalah nelayan miskin. Sementara sisanya adalah para taweu atau juragan
pemilik perahu yang hidupnya sejahtera. Nelayan juga seringkali terbelit utang
kepada para juragan, selain cicilan yang membengkak, nelayan juga ditekan
dengan harga jual yang dipotong oleh para juragan. Belum lagi datangnya
perusahaan besar kerap “menyedot” dan tidak menyisakan kekayaan alam bagi
para nelayan kecil. Di NTT sebagai contoh, enam perusahaan asing budidaya
mutiara, salah satunya PT Kyoko Shinju Indonesia dan satu perusahaan
penangkapan ikan cakalang dan tuna setiap tahunnya mengeruk kekayaan laut
NTT. Sementara itu, rakyat NTT malah menjadi masyarakat termiskin di
Indonesia dan bahkan menderita wabah kelaparan baru-baru ini.
Pemerintah dapat mengatasi permasalahan ini dengan cara menetapkan
harga jual minimum komoditas perikanan dari petani/nelayan langsung, sehingga

3

nelayan tidak dirugikan lagi. Memang pemerintah kurang memperhatikan hargaharga komoditas perikanan dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya,
misalnya harga gabah, harga beras, dan harga lainnya yang disubsidi. Selain itu
juga, pemerintah perlu mengeluarkan aturan yang membatasi jumlah ikan yang
dapat diambil dari alam oleh pihak swasta, atau menciptakan rantai produksi
dimana nelayan/petani sebagai produsen tingkat I bagi produsen sebelumnya,
sehingga nelayan dapat akses untuk memasarkan produknya.

Aksesibilitas Petani Terhadap Sumber-Sumber Permodalan
Walaupun bukan satu-satunya faktor produksi usaha pertanian, tapi dalam
batas-batas tertentu modal merupakan faktor kritikal. Tidak jarang ditemui bahwa
kekurangan biaya merupakan kendala yang menghambat petani dalam mengelola
dan mengembangkan usaha tani.
Kelembagaan ekonomi pedesaan tidak berkembang baik akibat terlalu
banyaknya campur tangan yang cenderung berlebihan dari sistem birokrasi
pemerintah. Tindakan ini, pada kenyataannya telah melumpuhkan sebagian
kelembagaan lokal yang selama ini berkembang dan berperanan di masyarakat
dalam pemerataan pendapatan, termasuk kelembagaan pembiayaan pertanian
(Sudaryanto dan Syukur, 2000 dalam Nurmanaf, 2007). Lemahnya peranan
kelembagaan pembiayaan pertanian tersebut membawa konsekuensi semakin
terbatasnya akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan (Syukur et al.,
2003 dalam Nurmanaf, 2007). Disamping itu, campur tangan pemerintah yang
berlebihan juga menciptakan kondisi informasi yang tidak simetris antara
sebagian besar masyarakat (dalam hal ini petani) dengan kelompok masyarakat
lainnya. Hal ini membawa implikasi yang luas berupa rendahnya aksesibilitas
pelaku agribisnis terhadap sumberdaya modal, teknologi, peningkatan
kemampuan, informasi pasar dan lain sebagainya (Syukur dan Windarti, 2001
dalam Nurmanaf, 2007).
Sumber pembiayaan lembaga formal yang menjadi pilihan dan dekat
dengan masyarakat di pedesaan adalah bank pemerintah khususnya Bank BRI.
Namun bank-bank lain seperti Bank Mandiri, Bank BNI, BPD melalui BPR dan
BKK dan lain-lain juga dapat diakses masyarakat. Meskipun di Bank BRI tingkat
wilayah penyaluran kredit untuk sektor pertanian relatif kecil, tapi di tingkat Unit
Desa porsi kredit mikro pertanian, di beberapa kasus terdapat dalam porsi yang
relatif besar. Sementara, kredit mikro informal disalurkan melalui pihak swasta
sebagai pelepas uang, seperti bank Plecit/Kangkung (di NTB) dan bank Tuyul (di
Jateng). Lembaga-lembaga informal ini umumnya mudah diakses oleh siapa saja
yang memerlukan, secara cepat, jarak dekat, waktu dan besar pinjaman sesuai
kebutuhan, dengan prosedur sederhana dan tanpa agunan, tapi dengan tingkat
bunga yang lebih tinggi. Hubungan pinjaman demikian lebih didasarkan pada
kepercayaan ketimbang jaminan seperti halnya institusi pembiayaan komersial
(Nurmanaf, 2007).
Seharusnya pemerintah bisa berperan lebih banyak melalui bank-bank
formal dibandingkan dengan sumber pembiayaan informal karena pemerintah
punya wewenang untuk melakukan hal itu, misalnya menyediakan kredit bagi

4

petani yang mudah untuk diakses karena pemerintah harus sadar bahwa mayoritas
petani/nelayan kecil di Indonesia berpendidikan rendah, sehingga mereka enggan
berurusan dengan birokrasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu membentuk suatu
bank khusus pertanian yang fungsinya untuk menyalurkan dana ke para
petani/nelayan tanpa bunga tinggi atau tanpa agunan. Pemerintah juga bisa
menciptakan suatu program wirausaha yang ada dalam lembaga formal tetapi
tidak sama dengan status peminjam lainnya. Program wirausaha ini bisa disertai
dengan pembimbingan dari segi manajemen ataupun teknis.

Pola Pikir Petani
Berbagai program pembiayaan mikro telah direalisasikan baik oleh
lembaga perbankan maupun lembaga-lembaga pemerintah seperti Pemda/Bappeda
dan Departemen Pertanian. Namun, kredit tersebut sering kali tidak terserap
karena berbagai faktor, antara lain tidak tepat waktu. Selain itu adanya pandangan
pihak-pihak tertentu beranggapan bahwa kredit program merupakan hibah dari
pemerintah yang tidak perlu dikembalikan.
Pemahaman seperti ini mungkin dapat diatasi dengan pendekatan secara
persuasif, misalnya melalui pembinaan usaha yang menitikberatkan kepada
pengembangan diri dan usaha untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang
dipinjamkan.

Perhatian Pemerintah Dewasa Ini
Perhatian pemerintah dalam hal ini melalui kontribusi perbankan pada
sektor pertanian. Selama lima tahun terakhir, penyaluran kredit perbankan pada
sektor pertanian tidak beranjak pada angka 6 persen dari total penyaluran kredit
nasional. Tahun ini Bank Indonesia mengumumkan portofolio kredit pertanian
hanya 5,5 persen dari total kredit. Padahal merekalah the real investor bagi sektor
pangan. Kebun karet, misalnya, seluas 3,5 juta hektare merupakan investasi murni
masyarakat, kebun kelapa 3,7 juta hektare, dan jutaan hektare komoditas
perkebunan lain. Lihat juga para petani yang mencetak sawah lebih dari 7 juta
hektare dengan produksi sekitar 50 juta ton gabah. Investasi yang nilainya
triliunan rupiah ini tanpa suntikan BLBI atau bailout (Tempo, 2010).
Selama ini memang ada beberapa program permodalan untuk masyarakat
pedesaan dan kelompok tani/nelayan, seperti bantuan Program Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP), program Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat
(LM3), dan sebagainya. Tahun ini, sasaran penerima PUAP mencakup 10 ribu
gapoktan/desa dengan total anggaran Rp 1,18 triliun serta pemberdayaan 1.538
LM3 dengan total anggaran Rp 306,74 miliar. Dengan model bantuan, ada
persoalan inefisiensi dan rendahnya akuntabilitas. Anggaran seperti ini juga
sangat rawan dikorupsi oleh oknum-oknum tertentu. Laporan sejumlah kalangan
menyebutkan, dana PUAP yang seharusnya mereka terima Rp 100 juta hanya
sampai sekitar Rp 70 juta (Tempo, 2010).

5

Seharusnya pemerintah sadar bahwa negara Indonesia adalah negara
agraris yang mata pencaharian penduduknya mayoritas dari sektor pertanian. Oleh
karena itu, kredit untuk sektor pertanian harus ditingkatkan lagi, tidak cukup 5,5%
dari total kredit. Pemerintah harus lebih bijak dalam mengatur anggaran, dan
tentunya harus mengedepankan program-program yang menyangkut hajat hidup
orang banyak, atau program-program itu harus pro rakyat.

Peranan Pihak Terkait
Pihak-pihak yang berperan dalam pencapaian target produksi perikanan
dari sektor budidaya yang akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat petani
adalah:
1. Pemerintah dalam hal ini KKP, berperan dalam penentuan kebijakankebijakan (regulator) yang dapat mendorong dan memihak pada sektor
pertanian demi kesejahteraan masyarakat petani. KKP harus menyediakan
sarana dan prasarana produksi, selain itu pemerintah harus menciptakan
iklim yang baik untuk usaha.
2. Perbankan, berperan dalam penyaluran sumber modal kepada pelaku
usaha/petani. Birokrasi ditingkat perbankan harus dihapuskan atau
disesuaikan dengan kondisi petani yang umumnya berpendidikan rendah
3. Petani, berperan sebagai ujung tombak dari alat pencapaian target KKP
yang sekaligus menjadi objek program pemerintah yang perlu ditingkatkan
kesejahteraannya. Petani/nelayan harus dibina dalam rangka
pengembangan usaha dan pengembangan diri.

Langkah-Langkah Strategis Pengimplementasian Gagasan
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
mengimplementasikan gagasan:
1. Merubah kebijakan orientasi dari perikanan tangkap ke perikanan
budidaya dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung
dalam rangka pencapaian target produksi.
2. Memangkas berbagai birokrasi yang berbelit-belit yang dapat
mengurungkan niat pelaku usaha untuk berusaha, dan untuk menghindari
berbagai praktik korupsi, misalnya dari sektor perbankan dan administrasi
pendirian usaha.
3. Memperluas akses petani/pelaku usaha ke sumber-sumber modal.
4. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
tidak hanya menargetkan persentase yang ingin dicapai saja, tetapi harus
ada program yang terintegrasi antara target yang ingin dicapai dengan
faktor pendukungnya.
5. Melakukan pendekatan persuasif kepada petani bahwa modal yang
diberikan untuk dikembalikan lagi, dan perlu adanya kebijakan tertentu

6

bila usaha mengalami kegagalan serta dilakukan pembinaan untuk usaha
jangka panjang.
6. Perlu dibentuk bank khusus pertanian yang peranannya memberikan modal
usaha tetapi tidak dibebani dengan bunga yang tinggi, dan prosedur yang
berbelit-belit.

KESIMPULAN
Target KKP akan tercapai bila semua stakeholder yang terkait dapat
bekerjasama secara sinergis baik antara pemerintah, perbankan, dan petani
sehingga akan tercapai kesejahteraan bagi masyarakat petani. Gagasan dapat
diimplementasikan oleh penulis dari lingkungan terkecil karena untuk mengubah
sesuatu yang besar dimulai dari hal yang terkecil, dengan kata lain perlu ada
kesadaran diri bahwa pemasalahan ini bisa dituntaskan dengan kerjasama dari
semua pihak terkait. Gagasan ini diharapkan dapat membuka mata berbagai pihak
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani.

DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2009. Kemiskinan. www.bps.go.id. [22 Maret 2010].
FAO, 2002. The state of the world fisheries and aquaculture 2002. FAO, Rome:
FAO, 150 pp.
KKP. 2009. Kelautan dan perikanan dalam angka.
Nurmanaf AR. 2007. Lembaga Informal pembiayaan mikro lebih dekat dengan
petani. Analisis kebijakan pertanian 5(2):99-109
SPI. 2007. Tentang pembaruan agraria dan pembangunan pedesaan.
www.spi.or.id. [22 Maret 2010].T
Tempo. 2010. Petani dan Kasus Century. www.tempointeraktif.com. [22 Maret
2010].

1. Judul Kegiatan

:

2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP

:

f. Alamat email
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP

Peningkatan Produktivitas
Perikanan Budidaya Yang
Berdampak Pada Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat
Indonesia
( ) PKM-AI
(x) PKM-GT

: Dadang Kurniawan
: C14062625
: Budidaya Perairan
: Institut Pertanian Bogor
: Pondok Yasmin, Jl. Bara 2.
Darmaga, Bogor 16680
085287781705
: nte_dangkoerniaone@yahoo.co.id
: 3 orang
: Dr. Dinamella Wahjuningrum
: 19700521 199903 2 001
: Jl.Cemara Kipas I/21 Sektor 2,
Taman Yasmin, Bogor /
08159233468

Bogor, 24 Maret 2010

Menyetujui,
Kepala Departemen Budidaya Perairan

Ketua Pelaksana kegiatan,

( Dr. Odang Carman)
NIP. 19591222 198601 1001

(Dadang Kurniawan)
NIM. C14062625

Wakil rektor
Bidang Kemahasiswaan,

Dosen Pendamping,

(Prof.Dr.Ir.H. Yonny Koesmaryono)
NIP. 195812281985031002

(Dr. Dinamella Wahjuningrum)
NIP. 19700521 199903 2 001

i

KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
mengasihi kami, dan berkehendak atas kami untuk menuangkan permasalahanpermasalahan yang ada disekeliling kita dan gagasan-gagasan ke dalam sebuah
karya tulis.
Tidak bisa menutup mata bahwa Indonesia adalah negara yang kaya
sumber daya alam, tetapi belum mampu menyejahterakan rakyat sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945. Sumber daya perikanan adalah salah satu sumber
yang potensial yang seharusnya dapat menyejahterakan kehidupan masyarakat
Indonesia sehingga tidak dianalogikan lagi seperti “tikus yang kelaparan di
lumbung padi”.
Menteri Perikanan Indonesia, Fadel Muhammad, mencanangkan program
mengenai peningkatan produksi hasil perikanan dari sektor budidaya yang
mencapai tiga kali lipatnya dari produksi awal. Hal ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pemberdayaan sumber daya
manusia. Tidak bisa tidak suatu keinginan hanya sekedar harapan tanpa melihat
kondisi sebenarnya yang terjadi.
Oleh karena itu, diperlukan suatu dukungan dan kerjasama diantara semua
pihak yang terkait untuk memajukan perikanan Indonesia dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Semoga target produksi perikanan
Indonesia tahun 2014 mendatang dapat tercapai dan dapat menyejahterakan
kehidupan petani Indonesia.

ii

DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
RINGKASAN ......................................................................................................iv
PENDAHULUAN ................................................................................................1
Latar Belakang ......................................................................................................1
Tujuan....................................................................................................................1
GAGASAN ...........................................................................................................2
Kondisi Perikanan Dunia ......................................................................................2
Kesejahteraan Petani Ikan dan Masyarakat Umum...............................................2
Aksesibilitas Petani Terhadap Sumber-Sumber Permodalan ................................3
Pola Pikir Petani ....................................................................................................4
Perhatian Pemerintah Dewasa Ini .........................................................................4
Peranan Pihak Terkait ...........................................................................................5
Langkah-Langkah Strategis Pengimplementasian Gagasan .................................5
KESIMPULAN ....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................6
LAMPIRAN .........................................................................................................7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................8

iii

Thank you for evaluating

BCL easyConverter Desktop
This Word document was converted from PDF with an evaluation
version of BCL easyConverter Desktop software that only
converts the first 3 pages of your PDF.
CTRL+ Click on the link below to purchase

Activate your software for less than $20
http://www.pdfonline.com/easyconverter/