Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat

(1)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL

DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN

CIANJUR JAWA BARAT

SKRIPSI

MILA JAMILAH H34061520

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL

DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN

CIANJUR JAWA BARAT

SKRIPSI

MILA JAMILAH H34061520

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(3)

RINGKASAN

MILA JAMILAH. Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI)

Sayuran adalah salah satu bagian dari subsektor hortikultura yang cukup penting. Konsumsi sayuran per kapita Indonesia tahun 2002 sebesar 32,89 kg/tahun meningkat menjadi 35,33 kg/tahun dan pada tahun 2008. Pemenuhan kebutuhan akan produk pertanian sebagian besar disuplai dari perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan kawasan perdesaan. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kawasan rintisan agropolitan yang didirikan pada tahun 2002 dengan komoditas unggulan wortel dan bawang daun.

Permasalahan yang dihadapi petani wortel dan bawang daun di kawasaan agropolitan Cianjur adalah adanya risiko produksi. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas wortel dan bawang daun yang berfluktuasi dari tahun 2005-2009. Permasalahan lain yang dihadapi petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur adalah pemasaraan wortel dan bawang daun yang harus kontinu dilakukan setiap hari. Faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun disebabkan oleh adanya ketergantungan aktivitas produksi wortel dan bawang daun pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Jika terjadi masalah dalam kegiatan produksi maka kegiatan pemasaran pun akan ikut terhambat. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat risiko produksi dari kedua komoditas tersebut dan mencari strategi penanganan untuk mengatasi risiko produksi di kawasan agropolitan Cianjur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur dan menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

Penelitian dilakukan di kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat yang meliputi dua Desa yaitu di Desa Sindang Jaya (Kecamatan Cipanas) dan di Desa Sukatani (Kecamatan Pacet) yang menjadi kawasan inti pengembangan agropolitan. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2010. Responden penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 petani wortel dan 30 petani bawang daun, diambil secara purposive. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara dengan petani wortel dan bawang daun di lokasi penelitian. Sementara itu data sekunder diperoleh dari Agropolitan Cianjur, Dinas Pertanian Cianjur, Sub Terminal Agribisnis Cigombong, Direktorat Hortikultura, BPS, internet, dan buku literatur serta beberapa penelitian terdahulu yang menjadi bahan rujukan bagi penelitian ini. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko dengan perhitungan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation.


(4)

Dari hasil penilaian risiko menggunakan ukuran coefficient variation yang dilihat dari return produktivitas, diketahui bahwa budidaya wortel menghadapi risiko produksi sebesar 0,26. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani wortel, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,26 satuan atau 26 persen. Sedangkan risiko produksi budidaya bawang daun sebesar 0,29. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani bawang daun, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,29 satuan atau 29 persen.

Strategi pengelolaan risiko produksi wortel dan bawang daun yang dapat diterapkan petani di kawasan agropolitan Cianjur bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Ada enam strategi yaitu, pertama, penyiraman pada musim kemarau dilakukan sesuai kebutuhan pada pagi atau sore hari untuk wortel dan penyiraman juga harus dilakukan pada bedengan sebelum benih wortel disebar serta penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 minggu sekali pada pagi atau sore hari untuk bawang daun atau menggunakan mulsa plastik. Kedua, menerapkan pengendalian hama secara terpadu (PHT). Penyemprotan dengan pestisida harus dihentikan dua minggu sebelum wortel dan bawang daun dipanen serta melakukan penyiangan (ngoyos) sebanyak tiga kali selama musim tanam yaitu 30 HST menggunakan tangan, 60 HST menggunakan garpu kecil, dan 75 HST menggunakan tangan untuk wortel dan penyiangan (ngoyos) sebanyak satu kali selama satu musim tanam dan pembumbunan sebanyak dua kali selama satu musim tanam untuk bawang daun. Ketiga, meningkatkan kesuburan lahan dengan cara pemupukan dan merotasikan pola tanam yang tepat. Keempat, penggunaan variabel input yang sesuai menurut SOP. Kelima, meningkatkan pengembangkan sumberdaya manusia dengan cara mengikuti pelatihan dan penyuluhan budidaya wortel dan bawang daun serta meningkatkan pengawasan terhadap petani penggarap. Keenam, melakukan diversifikasi dengan cara tumpang sari.


(5)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI WORTEL

DAN BAWANG DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN

CIANJUR JAWA BARAT

MILA JAMILAH H34061520

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(6)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat

Nama : Mila Jamilah

NIM : H34061520

Disetujui, Pembimbing

Ir. Popong Nurhayati, MM

NIP. 19670211 199203 2 002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2010

Mila Jamilah H34061520


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 28 Oktober 1988. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Miran dan Ibu Sarinah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurun Najah I pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 4 Tangerang Selatan diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan, penulis terlibat dalam organisasi intra kampus dan beberapa kepanitian. Penulis pernah menjadi pengurus Shariah Economics Student Club (SESC) divisi Usaha Mandiri tahun 2007-2009.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan Agropolitan Cianjur. serta menganalisis alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak dalam rangka pengembangan agribisnis wortel dan bawang daun di Indonesia khususnya di Kawasan Agropolitan Cianjur. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi bahan masukan maupun referensi bagi penelitian selanjutnya.

Bogor, November 2010


(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga memberikan kekuatan, kemudahan serta kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1.

Ir. Popong Nurhayati, MM. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi. dan Dra. Yusalina, MS. atas kritik dan saran serta kesediaannya menjadi dosen penguji pada ujian sidang Penulis.

3.

Ir. Anita Ristianingrum, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan perkuliahan.

4.

Seluruh dosen pengajar dan staf Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

5.

Kedua orang tua tercinta, Bapak, Ibu, dan Dik Laela yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan baik moral maupun materi, serta menjadi motivasi penulis untuk meyelesaikan skripsi ini.

6.

Qurrota A’yun yang telah menjadi pembahas pada seminar penulis dan memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi.

7.

Pengurus Agropolitan Cianjur, terutama Bapak Mulyadi yang bersedia memberikan bantuan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8.

Keluarga Bapak H. Sugilar serta petani wortel dan petani bawang daun yang telah bersedia menjadi responden peneltian ini.

9.

Sahabat AGB43 yang selalu memberikan semangat kepada penulis serta sahabat kostan Bateng69.

Bogor, November 2010 Mila Jamilah


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 8

1.4. Manfaat ... 8

1.5. Ruang Lingkup ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Kajian Agropolitan ... 9

2.2. Kajian Usahatani Wortel dan Bawang Daun ... 10

2.3. Kajian Risiko Bisnis ... 13

2.4. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1. Kerangka Teoritis ... 18

3.1.1 Konsep Risiko ... 18

3.1.2 Sumber-Sumber Risiko ... 21

3.1.3 Manajemen Risiko ... 22

3.2. Kerangka Operasional ... 24

IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 26

4.3. Data dan Instrumentasi ... 26

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.6. Metode Pengolahan Data ... 27

4.6.1 Analisis Risiko ... 27

4.6.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 30

4.7. Definisi Operasional ... 30

V GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 31

5.1. Karakteristik Wilayah ... 31

5.1.1 Kawasan Agropolitan Cianjur ... 31

5.1.2 Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan . 32

5.1.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Pertanian di Kawasan Agropolitan ... 35

5.2. Karakteristik Responden ... 37

5.2.1 Umur Responden ... 37

5.2.2 Tingkat pendidikan Responden ... 38

5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 40

5.2.4 Pengalaman Bertani ... 41


(12)

5.2.6 Status Kepemilikan Lahan ... 43

5.2.7 Pola Pengusahaan Lahan ... 44

5.2.8 Pemasaran Wortel dan Bawang Daun ... 47

5.2.9 Penggunaan Input Usahatani Wortel dan Bawang Daun ... 48

5.2.10 Biaya Produksi Usahatani Wortel dan Bawang Daun 52

5.2.11 Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Wortel dan Bawang Daun ... 56

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI ... 59

6.1. Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun ... 59

6.1.1 Sumber-Sumber Risiko Produksi di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 69

6.1.2 Manajemen Risiko yang Dilakukan Petani ... 68

6.2. Alternatif Penanganan Risiko Produksi ... 73

VII KESIMPULAN dan SARAN ... 79

7.1 Kesimpulan ... 79

7.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di

IndonesiaTahun 2008 ... 1 2. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku

Periode 2004-2008 ... 2 3. Produksi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah

Kecamatan CipanasTahun 2005-2009 ... 3 4. Produksi, Luas Panen, Produktivitas Wortel dan Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas

Tahun 2005-2009 ... 4 5. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kabupaten Cianjur

Tahun 2003-2008 ... 4 6. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Indonesia Tahun

2004-2008 ... 5 7. Pembagian Sampel Petani Wortel dan Petani Bawang Daun

Per Desa ... 28 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sindangjaya dan Sukatani

Tahun 2009 ... 34 9. Persentase Umur Petani Wortel dan Bawang Daun di kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 38 10. Persentase Tingkat pendidikan Petani Wortel dan Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 39 11. Persentase Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Wortel dan

Petani Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun

2010 ... 40 12. Persentase Pengalaman Bertani Petani Wortel dan Petani

Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 41 13. Persentase Luas Lahan Petani Wortel dan Petani Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 42 14. Persentase Status Lahan Petani Wortel dan Petani Bawang

Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 43 15. Persentase Pola Pengusahaan Lahan Wortel di Kawasan

Agropolitan Cianjur ... 45 16. Persentase Pola Pengusahaan Lahan Bawang Daun

di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 46 17. Rata-rata Penggunaan Input Wortel per 1000 m2 Menurut

Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun


(14)

18. Rata-rata Penggunaan Input Bawang Daun per 1000 m2 Menurut Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur

Tahun 2009-2010 ... 49

19. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Wortel per Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 (Rp/1000m2)... 53

20. Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Bawang Daun per Musim Tanam di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 (Rp/1000m2) ... 54

21. Peluang dan Produktivitas Wortel dan Bawang Daun pada Kondisi Tertinggi, Normal, dan Terendah di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 59

22. Nilai Expected Value, Variance, Standars Deviation, dan Coefficient Variation Wortel dan Bawang Daun Dilhat dari Return Produktivitas di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 60

23. Jenis-jenis Hama yang Menyerang Tanaman Wortel ... 64

24. Jenis-jenis Hama yang Menyerang Tanaman Bawang Daun .... 65

25. Jenis-jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Wortel ... 66

26. Jenis-jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Bawang Daun ... 66

27. Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Wortel yang Dilakukan oleh Petani di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 70

28. Cara Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Daun yang Dilakukan oleh Petani di Kawasan Agropolitan Cianjur ... 71


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tingkat Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2005-2006 ... 7

2. Risk-Uncertainty Continum ... 18

3. Hubungan Antara Varian dan Expected Return ... 19

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

5. Pola Pengusahaan Lahan Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 44

6. Pola Pengusahaan Lahan Bawang Daun di Kawasan Agopolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 45

7. Komponen Biaya Produksi Wortel dan Bawang Daun per Musim Tanam pada Tahun 2009-2010 ... 55

8. Biaya Produksi Total, Pendapatan Kotor, dan Pendapatan Bersih Usahatani Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 57

9. Biaya Produksi Total, Pendapatan Kotor, dan Pendapatan Bersih Usahatani Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2009-2010 ... 57

10. Rata-rata Produktivitas Wortel dan Bawang Daun per Musim Tanam pada Tahun 2009-2010... 63


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Proses Produksi dan Hama PenyakitWortel di Kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 85 2. Proses Produksi dan Hama Penyakit Bawang Daun di

Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2010... 86 3. Konsumsi Sayuran Per Kapita IndonesiaTahun 2002-2008

(Kg/Th) ... 87 4. Produksi Sayuran di Kabupaten Cianjur Tahun 2001-2008

(ton) ... 88 5. Produktivitas Sayuran di Indonesia Tahun 2003-2007 ... 89 6. Saluran Tataniaga Wortel dan Bawang Daun di Kawasan

Agropolitan Cianjur Tahun 2010 ... 90 7. Analisis Usahatani Wortel per Musim Tanam (Rp/1000m2) ... 91 8. Analisis Usahatani Bawang Daun per Musim Tanam

(Rp/1000m2) ... 94 9. Perhitungan Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun ... 97


(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian. Berdasarkan data yang terlihat pada Tabel 1, sebesar 14,39 persen penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor pertanian.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008

No Sektor Usaha PDB (persen)

1 Industri pengolahan 27,87

2 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,39

3 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,97

4 Pertambangan dan Penggalian 10,97

5 Jasa-jasa lain 9,76

6 Bangunan 8,46

7 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,44

8 Pengangkutan dan Komunikasi 6,31

9 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,82

Total PDB 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Sektor pertanian terdiri dari beberapa sektor, yaitu subsektor pangan, hortikultura, dan perkebunan. Salah satu sektor yang cukup penting adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka atau obat-obatan. Menurut data Departemen Pertanian Republik Indonesia (2009), nilai Produk Bruto (PDB) subsektor hortikultura dari tahun 2004 hingga 2008 mengalami peningkatan setiap tahun seperti digambarkan pada Tabel 2.


(18)

2

Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008

No Kelompok Komoditas

Nilai PDB (Milyar Rp.) Persentase Pertumbuhan

Pertahun (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008

1 Buah-buahan 30.765 31.694 35.448 42.362 42.660 1,49 5,59 8,89 0,35

2 Sayuran 20.749 22.630 24.694 25.587 27.423 4,34 4,36 1,78 3,46

3 Biofarmaka 722 2.806 3.762 4.105 4.118 59,07 14,56 4,36 0,16

4 Tanaman Hias 4.609 4.662 4.734 4.741 6.091 0,57 0,77 0,07 12,46

Total Hortikultura 56.844 61.792 68.639 76.795 80.292 4,17 5,25 5,61 2,23 Sumber : Ditjen Hortikultura (2009)

Sebagai penyumbang PDB pertanian yang cukup penting, subsektor hortikultura juga berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Subsektor hortikultura merupakan komoditas pertanian yang penting dan berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu bagian subsektor hortikultura yang cukup penting adalah sayuran. Pada tahun 2004-2008, perkembangan PDB sayuran terus meningkat dari 20.749 Milyar Rupiah pada tahun 2004 menjadi 27.423 Milyar Rupiah pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2009). Dari sisi ekonomi, sayuran merupakan tanaman hortikultura yang penting karena mampu memberikan sumbangan kepada PDB hortikultura terbesar kedua setelah buah-buahan (Ditjen Hortikultura 2009).

Kebutuhan sayuran akan selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009, pada tahun 2002 konsumsi sayuran per kapita Indonesia sebesar 32,89 kg/tahun, pada tahun 2005 meningkat 7,4 persen menjadi 35,33 kg/tahun dan pada tahun 2008 sebesar 39,45 kg/tahun atau meningkat sebesar 11,7 persen dari tahun 2005 (Lampiran 3).

Pemenuhan kebutuhan akan produk pertanian sebagian besar disuplai dari perdesaan. Menurut Djakapermana (2003), kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Pengembangan agropolitan ini dilakukan agar terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan


(19)

3 agropolitan sebagai penyedia produk pertanian dengan wilayah kabupaten, kota maupun provinsi sebagai daerah konsumsi komoditas pertanian.

Program Pengembangan Agropolitan telah memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap perekonomian perdesaan sehingga sejak tahun 2003 Indonesia telah berada pada fase percepatan pertumbuhan ekonomi menuju pertumbuhan berkelanjutan (Wibowo, 2004). Menurut Departemen Pertanian (Deptan) tahun 2008, kawasan rintisan agropolitan dengan komoditas unggulan sayuran adalah kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat. Agropolitan Cianjur merupakan salah satu agropolitan yang cukup sukses karena banyak dikunjungi negara asing, sebagai tempat penelitian, dan sayurannya yang berkualitas baik.

Kawasan agropolitan Cianjur memiliki beberapa komoditas unggulan seperti wortel, bawang daun, kubis, petsai, dan lobak (Tabel 3). Dilihat dari jumlah produksi (ton), wortel dan bawang daun merupakan dua komoditas yang paling banyak dibudidayakan di kawasan agropolitan Cianjur.

Tabel 3. Produksi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009

Jenis Sayuran

Produksi (ton) Persentase Pertumbuhan Pertahun

(%)

2005 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009

Wortel 25.547,1 13.813,5 12.469 10.480,7 7.157 -29,81 -5,12 -8,66 -18,84

Bawang

Daun 7.774,5 7.392,2 8.644 4.181,3 7.114 -2,52 7,81 -34,80 25,96

Kubis 5.682 2.401,1 1.640 3.237,8 2.531 -40,59 -18,83 32,76 -12,25

Petsai/

Sawi 1.544 1.619 332 1.733 1.093 2,37 -65,97 67,85 -22,65

Lobak 1.558 3.264 4.498 2.769 3.745 35,38 15,90 -23,79 14,98

Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)

Pada tahun 2005, produksi wortel di kawasan agropolitan Cianjur terus mengalami penurunan hingga tahun 2009 menjadi 7.157 ton. Sementara itu, bawang daun mengalami fluktuasi produksi dari tahun 2005-2009. Pada tahun 2006 produksi bawang daun mengalami penurunan menjadi 7.392,2 ton, lalu meningkat pada tahun 2007 menjadi 8.644 ton, kemudian menurun kembali pada tahun 2008 menjadi 4.181,3 ton hingga akhirnya meningkat lagi sebesar 7.144 ton pada tahun 2009.


(20)

4

Tabel 4. Produksi, Luas Panen, Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005-2009

Tahun

Wortel Bawang Daun

Produksi (ton) Luas Panen (Ha) Produk tivitas (Ton/Ha) Produksi (ton) Luas Panen (Ha) Produk tivitas (Ton/Ha)

2005 25.547,1 671 38,07 7.774,5 287 27,09

2006 13.813,5 562 24,58 7.392,2 263 28,11

2007 12.469 370 33,7 8.644 395 21,88

2008 10.480,7 442 23,77 4.181,3 383 10,92

2009 7.157 231 30,98 7.144 322 22,19

Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)

Wortel dan bawang daun juga merupakan dua komoditas unggulan di Kabupaten Cianjur. Jumlah produksi wortel menempati urutan pertama terbesar dan produksi bawang daun menempati urutan kedua terbesar dari 23 jenis sayuran yang ada di kabupaten Cianjur dari tahun 2001 hingga 2008 (Lampiran 4). Produktivitas wortel dan bawang daun di kabupaten Cianjur juga mengalami fluktuasi produksi tiap tahunnya (Tabel 5).

Tabel 5. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kabupaten Cianjur Tahun 2003-2008

Tahun

Wortel Bawang Daun

Produktivitas (Ton/Ha) Persentase Pertumbuhan Pertahun (%) Produktivitas (Ton/Ha) Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

2003 26,77 0 26,35 0

2004 31,11 7,50 26,10 -0,48

2005 30,41 -1,14 26,36 0,50

2006 23,82 -12,15 26,72 0,68

2007 19,04 -11,15 17,56 -20,69

2008 23,71 10,92 10,99 -23,01

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2009)

Dilihat dari sakala nasional, produktivitas wortel dan bawang daun ternyata juga mengalami fluktuasi produktivitas (Tabel 6). Wortel dan bawang daun termasuk ke dalam 10 komoditas sayuran unggulan Negara Indonesia dilihat dari jumlah produktivitasnya pada tahun 2008 (Lampiran 5). Produktivitas


(21)

5 nasional wortel terus mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga tahun 2008. Sedangkan produktivitas nasional bawang daun mengalami fluktuasi.

Tabel 6. Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Indonesia Tahun 2004-2008

Tahun

Wortel Bawang Daun

Produktivitas (Ton/Ha)

Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

Produktivitas (Ton/Ha)

Persentase Pertumbuhan Pertahun (%)

2003 16,55 0 8,99 0

2004 17,53 2,88 10,4 7,27

2005 17,85 0,90 11,04 2,99

2006 16,97 -2,53 11,13 0,41

2007 14,78 -6,90 10,11 -4,80

2008 14,67 -0,37 10,65 2,60

Sumber : Ditjen Hortikultura (2009)

Produktivitas dari wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur yang relatif berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko pada proses produksi. Adanya faktor risiko berpotensi menurunkan produksi kedua komoditas tersebut. Hasil produksi yang menurun bisa menyebakan potensi kerugian bagi pelaku usaha (petani). Agar potensi kerugian akibat fluktuasi produktivitas wortel dan bawang daun tidak terjadi maka kajian tentang risiko produksi cukup dibutuhkan petani. Berdasarkan keterangan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di Kabupaten Cianjur khususnya di kawasan agropolitan Cianjur.

1.2 Perumusan Masalah

Wortel dan bawang daun merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting dikonsumsi. Konsumsi wortel dan bawang daun yang cukup tinggi mengindikasikan permintaan kedua komoditas tersebut juga turut meningkat. Konsumsi wortel Nasional meningkat dari 0,94 kg/tahun pada tahun 2006 menjadi 1,14 kg/tahun pada tahun 2008 dan volume impor bawang daun meningkat 929.132 kg/tahun pada tahun 2007 menjadi 972.390 kg/tahun pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2010). Hal ini merupakan peluang pasar untuk memenuhi permintaan konsumen.


(22)

6 Petani sayuran di kawasan agropolitan memasarkan produk mereka di sekitar wilayah Cianjur dan Jabodetabek seperti, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur. Selain pasar yang disebutkan di atas, pemasaran sayuran juga dilakukan ke restoran, hotel, dan supermarket. Khusus pemasaran sayuran ke restoran dan hotel hanya berada di wilayah Puncak-Cipanas. Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket lebih sulit penanganannya dibandingkan dengan pemasaran ke pasar tradisional (Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Bogor, Pasar Depok, Pasar Tangerang, Pasar Bekasi dan Pasar Cianjur). Pemasaran sayuran ke restoran, hotel, dan supermarket membutuhkan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang sudah ditentukan sesuai dengan kontrak pembelian, seperti spesifikasi kualitas produk. Pemasaran sayuran di kawasan agropolitan Cianjur terutama komoditas wortel dan bawang daun ke pasar tradisional maupun restoran, hotel, dan supermarket dilakukan setiap hari. Maka dari itu untuk memenuhi permintaan sayuran terutama wortel dan bawang daun dibutuhkan kontinuitas produksi kedua komoditas tersebut agar pemasaran keduanya tidak terhambat.

Harga jual wortel dan bawang daun dari petani merupakan harga yang ditentukan oleh harga kesepakatan pasar yang umumnya berdasarkan kondisi permintaan dan penawaran dari Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Namun, beberapa petani yang bisa memasarkan produk mereka ke restoran, hotel, atau supermarket mendapatkan harga yang umumnya lebih tinggi dibandingkan harga yang ditentukan pasar. Pada waktu pengambilan data, rata-rata petani memperoleh harga wortel sebesar Rp 1.500 per kilogram dan harga bawang daun sebesar Rp 2.500 per kilogram untuk pemasaran ke pasar Cianjur dan Jabodetabek.

Produktivitas wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur mengalami fluktuasi dari tahun 2005-2009 (Gambar 1). Produktivitas wortel terus mengalami fluktuasi tiap tahunnya dan produktivitas bawang daun terus mengalami penurunan meskipun pada tahun 2008 mulai meningkat. Gambaran mengenai tingkat produktivitas wortel dan bawang daun seperti yang terlihat pada Gambar 1 menunjukkan produktivitas kedua sayuran tersebut relatif berfluktuasi dengan produktivitas yang cenderung menurun. Produktivitas yang cenderung menurun mengindikasikan adanya faktor risiko pada kegiatan produksi kedua


(23)

7 komoditas tersebut. Faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun disebabkan oleh adanya ketergantungan aktivitas produksi wortel dan bawang daun pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca.

Gambar 1. Tingkat Produktivitas Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Tahun 2005-2009

Sumber : Program Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur (2009)

Berbagai permasalahan pada aspek produksi dapat memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya faktor risiko produksi dari wortel dan bawang daun. Dari kondisi tersebut, pengembangan bisnis komoditas wortel dan bawang daun memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian. Jika terjadi masalah dalam kegiatan produksi maka kegiatan pemasaran pun akan ikut terhambat. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

2. Bagaimana alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.


(24)

8

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis tingkat risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

2. Menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Bagi petani wortel dan bawang daun khususnya di kawasan agropolitan Cianjur, penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam manajemen risiko yang terjadi dalam pengembangan usahanya.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis wortel dan bawang daun.

3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan daya analisis mengenai risiko agribisnis.

4. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Komoditas yang dikaji adalah wortel dan bawang daun. Hal ini dikarenakan komoditas ini adalah komoditas unggulan di kawasan agropolitan Cianjur. 2. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif

penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut.

3. Penelitian ini menggunakan data input output usahatani selama tiga musim tanam pada tahun 2009-2010. Data tersebut digunakan untuk mengetahui gambaran umum usahatani wortel dan bawang daun. Sementara itu, untuk menganalisis tingkat risiko produksi menggunakan data output selama 10 kali musim tanam.


(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Agropolitan

Menurut Dinas Pertanian Cianjur (2003), agropolitan terdiri dari dua kata yaitu agro dan politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Definisi agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, mengelola kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi pertanian yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten) tetapi ditentukan dengan memperlihatkan skala ekonomi. Program pengembangan agropolitan adalah program pengembangan yang berbasis pertanian di kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergiskan berbagai potensi yang ada untuk mendorong, berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah

Beberapa penelitian yang dilakukan di kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat diantaranya dilakukan oleh Pruliyan (2005), Hutagulung (2005), dan Mulhayati (2005). Penelitian Pruliyan (2005) mengkaji usahatani sayuran dan strategi pengembangan usahati sayuran dengan metode R/C rasio dan Matriks QSPM. Berbeda dengan penelitian Hutagulung (2005) yang mengkaji optimisasi produksi sayuran. Penelitian Mulhayati (2005) juga berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu mengkaji saluran pemasaran wortel dengan metode margin pemasaran dan farmer share.

Pruliyan (2005) dalam penelitiannya Analisis Keragaan Usahatani dan Srategi Pengembangan Usahatani Sayur di Kawasan Agropolitan Cianjur menyatakan secara umum kegiatan usahatani masih layak dilakukan dengan nilai R/C rata-rata untuk petani berlahan luas adalah 1,23 dan pada petani berlahan sempit nilai R/C rata-rata sebesar 1,09. Tingkat pendapatan dan produksi sangat dipengaruhi oleh harga jual komoditi yang diusahakan. Berdasarkan hasil analisis


(26)

10 Matriks QSPM diperoleh strategi pembentukan lembaga penunjang serta sarana pendukung pertanian mendapat prioritas paling tinggi. Pilihan strategi selanjutnya adalah mengoptimalkanbperan dan fungsi dari kelompok tani. Kemudian pilihan berikutnya adalah pengembangan pertanian organik. Pilihan strategi keempat yaitu peningkatan kualitas SDM. Pilihan alternatif strategi terakhir yaitu pengembangan Agrowisata.

Hutagulung (2005) dalam penelitiannya Optimisasi Produksi Sayuran di Kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat menyatakan pada kondisi aktual, lahan di kawasan agropolitan dialokasikan untuk pola I sebesar 9 persen, pola II sebesar 25 persen, pola III sebesar 2 persen, pola IV sebesar 16 persen, pola V sebesar 10,7 persen, pola VI sebesar 16 persen, pola VII sebesar 10,7 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi aktual sebesar 39 milyar rupiah. Kondisi optimal menghasilkan tingkat alokasi lahan sebagai berikut pola I sebesar 13,7 persen, pola II sebesar 6,6 persen, pola III sebesar 0 persen, pola IV sebesar 22,4 persen, pola V sebesar 4,1 persen, pola VI sebesar 8,9 persen, pola VII sebesar 14,9 persen. Pendapatan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar 46,5 milyar rupiah.

Mulhayati (2005) dalam penelitiannya Saluran Pemasaran Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur menyatakan berdasarkan perhitungan margin pemasaran dan farmer share, saluran pemasaran wortel yang paling efisien dan memberikan bagian terbesar untuk petani adalah saluran pemasaran II (petani-pedagang pengumpul-(petani-pedagang pengecer(Pasar TU Kemang Bogor)). Rasio keuntungan biaya tertinggi pada pemasaran wortel terdapat pada saluran pemasaran III (petani-pedagang pengecer(Pasar Bekasi)), maka saluran pemasaran III dapat menjadi alternatif salauran pemasaran yang dapat digunakan jika prioritas yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan petani.

2.2 Kajian Usahatani Wortel dan Bawang Daun

Wortel dan bawang daun merupakan dua jenis tanaman yang berumur pendek. Menurut Pitojo (2006), wortel (Daucus caroca L.) adalah tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Barat yang kemudian menyebar ke Cina dan seluruh daerah Mediteran. Tanaman ini tumbuh pada daerah yang sejuk dengan suhu 200C


(27)

11 dengan pH tanah netral sekitar 6,6. Perkembangbiakkan wortel dengan cara penyerbukan pada bunganya. Tanaman wortel dapat dipanen setelah berumur 3-4 bulan, tergantung varietasnya.

Menurut Cahyono (2005), bawang daun (Allium fistulosum L.) adalah tanaman yang berasal dari benua Asia yang memiliki iklim tropis. Keadaan iklim yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi usahatani bawang daun adalah suhu udara 190C-240C dengan pH tanah 6,5-7,5. Bawang daun yang ditanam dari bibit anakan bisa dipanen pada umur 2,5 bulan. Jika bibit yang ditanam berasal dari biji, bawang daun dapat dipanen pada umur 5 bulan.

Beberapa penelitian dengan komoditas wortel dan bawang daun diantaranya dilakukan oleh Pasaribu (2007), Ruhmayanti (2008), Sumiyati (2006), dan Darwiyah (2006). Beberapa penelitian dengan komoditas wortel mengkaji analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani, seperti yang dilakukan oleh Pasaribu (2007) dan Ruhmayanti (2008). Penelitian dengan komoditas bawang daun dilakukan oleh Darwiyah (2006) dan Sumiyati (2006). Selain itu ada pula yang menganalisis hanya usahataninya saja seperti yang dilakukan oleh Ruhmayanti (2008). Penelitian Pasaribu (2007), Darwiyah (2008), Sumiyati (2006) sama-sama menggunakan metode R/C rasio dan rasio NPM-BKM. Sedangkan penelitian Ruhmayanti (2008) hanya menggunakan metode R/C rasio.

Pasaribu (2007) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Wortel di Kabupaten Tegal menyatakan, analisis pendapatan usahatani didapat bahwa R/C rasio atas biaya tunai sebesar 4,26 dan R/C rasio biaya total sebesar 2,45. Berdasarkan analisis faktor produksi, didapat model produksi dengan R2 dan R2 adjusted

masing-masing sebesar 73,7 persen dan 65,9 persen. Dari model tersebut, penggunaan benih dan tenaga kerja pria berpengaruh nyata terhadap produksi wortel pada selang kepercayaan 95 persen. Sedangkan pupuk kandang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 80 persen. Dengan nilai elastisitas benih sebesar 0,542, penggunaan tenaga kerja pria sebesar 0,408, dan pupuk kandang sebesar 0,049. Selain itu penggunaan faktor produksi belum digunakan secara efisien karena rasio masing-masing faktor produksi tidak sama dengan


(28)

12 satu. Dimana rasio NPM-BKM lahan sebesar 1,35, benih sebesar 38,6, pupuk urea sebesar 2,37, pupuk TSP sebesar 11,36, pupuk KCl sebesar 10,48, pupuk kandang sebesar 33,78, obat cair sebesar -1,11, serta penggunaan tenaga kerja pria dan wanita masing.masing sebesar 3,24 dan -1,27.

Ruhmayanti (2008) melakukan penelitian mengenai Analisis Usahatani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani wortel dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat produksi wortel. Penelitian tersebut menyatakan bahwa usahatani wortel di desa Sukatani pada musim hujan dan kemarau layak karena nilai R/C atas biaya total baik pada kelompok petani strata I maupun strata II lebih dari satu. Sementara faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi wortel adalah luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk KCl, dan tenaga kerja.

Darwiyah (2006) dalam penelitiannya Analisis Usahatani dan Sistem Penjualan Bawang Daun di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur menyatakan penggunaan faktor produksi bibit, tenaga kerja, pupuk kandang, urea, NPK, dan pestisida belum efisien karena rasio NPM dan BKM lebih dari satu, sedangkan untuk faktor produksi pupuk TSP tidak efisien, karena rasio NPM dan BKM kurang dari satu. Oleh karena itu penambahan penggunaan pupuk TSP tidak akan meningkatkan produksi karena penggunaannya sudah berlebihan. Faktor produksi bibit, pupuk kandang, dan TSP berpengaruh secara nyata terhadap produksi bawang daun, dan secara keseluruhan model layak atau signifikan pada taraf nyata lima persen, Usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya berada pada kondisi kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Hasil analisis pendapatan, baik atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total menunjukkan bahwa usahatani di daerah penelitian menguntungkan, karena penerimaannya lebih besar dari total biaya produksi yang dikeluarkan. sistem penjualan yang dilakukan terdiri dari sistem borong dan sistem jual langsung setelah panen.

Sumiyati (2006) dalam penelitiannya Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Daun (Studi Kasus Desa Sindangjaya Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Barat) menyatakan nilai


(29)

13 R/C usahatani bawang daun pada kondisi optimal sebesar 8,13 lebih besar dibandingkan nilai R/C pada kondisi aktual sebesar 2,32. Faktor produksi untuk lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk kandang, obat cair, obat padat, tenaga kerja pria dan wanita berpengaruh nyata, sedangkan pupuk TSP tidak nyata. Usahatani bawang daun di Desa Sindangjaya berada pada skala kenaikan hasil yang meningkat (Increasing Return to Scale), hal ini ditunjukkan oleh jumlah elastisitas dari masing-masing faktor produksi sebesar 1,21. Penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu.

2.4 Kajian Risiko Bisnis

Menurut Robison dan Barry (1987) menjelaskan terdapat perbedaan antara konsep risiko dan ketidakpastian. Jika peluang suatu kejadian dapat diketahui oleh pembuat keputusan, yang didasarkan pada pengalaman, maka hal tersebut menunjukkan konsep risiko. Sedangkan jika peluang suatu kejadian tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan maka hal tersebut menunjukkan konsep ketidakpastian.

Beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau risiko harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial (Harwood et al, 1999). Beberapa penelitian dengan kajian risiko dilakukan oleh Fariyanti (2008), Tarigan (2009), Sulistiawati (2005) dan Utami (2009).

Fariyanti (2008) meneliti mengenai Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedaticity (GARCH), sedangkan analisis perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran digunakan model persamaan simultan. Adapun komoditas yang diteliti adalah kentang dan kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan dengan kubis, tetapi sebaliknya risiko harga pada kentang lebih rendah daripada


(30)

14 kubis. Diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi akibat risiko produksi dan harga produk adalah dengan mengurangi penggunaan lahan, benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Sementara strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yaitu dengan penggunaan benih yang tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit, pengembangan teknologi irigasi dan diversifikasi kegiatan usahatani maupun luar usahatani. Adapun strategi untuk mengatasi harga produk diperlukan penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan serta berkelompok pada tingkat petani, pengembangan sistem contract farming dan kelembagaan pemasaran.

Tarigan (2009) melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh Permata Hati Organic Farm serta menganalisis alternatif penanganan risiko produksi dalam menjalankan usaha sayuran organik. Analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation pada kegiaatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang diteliti pada kegiatan spesialisasi meliputi brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting. Sementara pada kegiatan portofolio komoditas yang dianalisis adalah tomat dengan bayam hijau, dan cabai keriting dengan brokoli.

Analisis risiko produksi dilakukan dengan berdasarkan nilai produktivitas dan pendapatan bersih perusahaan dari kegiatan yang dilakukan. berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, risiko tertinggi dari keempat komoditas tersebut adalah bayam hijau. Sementara berdasarkan pendapatan bersih pada brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting, risiko tertinggi dimiliki oleh komoditas cabai keriting. Analisis risiko yang dilakukan pada kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.


(31)

15 Sulistiyawati (2005) dalam penelitiannya Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani Sayur-Sayuran pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menyatakan pendapatan yang diterima Perusahaan Pacet Segar setiap bulan dari masing-masing komoditas yang diusahakannya mengalami tingkat efisiensi yang lumayan besar karena memiliki R/C rasio lebih dari satu. Komoditas jagung acar memiliki risiko total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh komoditas lain karena fluktuasi pendapatannya relatif stabil dibandingkan komoditas lain. Diversifikasi yang dilakukan Perusahaan Pacet Segar mengandung risiko yang cukup besar. Hal ini dilihat berdasarkan analisis korelasi bahwa sebagian besar kombinasi antar komoditas yang diusahakan memiliki nilai koefisien korelasi yang positif artinya kombinasi antar komoditas tersebut memiliki hubungan yang erat sehingga apabila komoditas yang satu merugi maka komoditas yang lainnya pun merugi. Berdasarkan optimalisasi pendapatan dan risiko, komoditas daun bawang, bunga kol, wortel baby dan wortel memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan komoditas lain.

Utami (2009) melakukan penelitian mengenai Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko produksi bawang merah, menganalisis perilaku penawaran bawang merah, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Analisis risiko produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation serta penggunaan analisis regresi linier berganda untuk analisis perilaku penawaran.

Hasil penelitian menunjukkan, dilihat dari sisi penerimaan usahatani, diperoleh nilai expected return sebesar Rp. 25.949.621,9 per hektar. Sementara risiko yang diterima oleh petani bawang merah di Kabupaten Brebes adalah sebesar 60,09 persen dari nilai return yang diperoleh petani dengan standar deviasi rata-rata sebesar Rp. 11.768.995 per hektar. Dari nilai tersebut maka, jika dibandingkan dengan perhitungan risiko dari sisi produktivitas, nilai risiko yang dihitung dari sisi penerimaan atau return ternyata jauh lebih tinggi. Perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes dijelaskan oleh pengaruh


(32)

16 beberapa variabel yaitu harga output, variasi harga output, harga bibit, variasi harga bibit, harga pupuk (Urea, NPK, TSP, KCl), biaya obat-obatan, nilai ekspektasi produksi, dan variasi produksi. Model yang diperoleh mampu menggambarkan variasi dari kuantitas bawang merah yang ditawarkan sebesar 91 persen. Variabel biaya obat-obatan dan variabel nilai ekspektasi produksi berpengaruh nyata terhadap perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes dan variabel harga bibit berpengaruh nyata terhadap tingkat penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes.

Dari beberapa penelitian tentang kajian risiko bisnis, terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Penelitian yang dilakukan Fariyanti (2008), Tarigan (2009), dan Utami (2009) memiliki persamaan yaitu menganalisis risiko produksi. Namun, masing-masing penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu penelitian Fariyanti (2008) menganalisis perilaku ekonomi rumah tangga petani dan juga menganalisis risiko harga, dan penelitian Utami (2009) yang juga menganalisis perilaku penawaran petani. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Sulistiawati (2005), kajian risiko yang dianalisis merupakan risiko diversifikasi dan juga analisis pendapatan. Penelitian Sulistiawati lebih mengkhususkan kajian risiko tentang diversifikasi.

2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Dari beberapa penelitian terdahulu mengenai risiko, terdapat persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penggunaan alat analisis risiko seperti yang dilakukan oleh Tarigan (2009) dan Utami (2009) yaitu menggunakan perhitungan variance, standard deviation, dan coefficient variation

serta persamaan dari lokasi penelitian seperti yang dilakukan oleh Pruliyan (2005), Darwiyah (2006), dan Sumiyati (2006) yang bertempat di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet-Cipanas Kabupaten Cianjur. Persamaan kajian risiko produksi dan risiko harga dalam penelitian ini juga sama seperti yang dilakukan oleh Fariyanti (2008) meskipun terdapat perbedaan dalam alat analisis yang digunakan. Selain itu persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada komoditas yang dianalisis yaitu wortel dan bawang daun seperti yang


(33)

17 dilakukan Pasaribu (2007), Ruhmayanti (2008), Darwiyah (2006), Sumiyati (2006).

Adapun perbedaaan ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis risiko produksi pada dua komoditas yaitu wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur serta mencari alternatif strategi untuk mengatasi risiko produksi pada wortel dan bawang daun. Beberapa penelitian mengenai risiko produksi sebelumnya menganalisis pada perusahaan agribisnis, komoditas yang berbeda, dan lokasi penelitian yang berbeda pula.


(34)

III.

KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Konsep Risiko

Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian. Namun demikian secara ilmiah kedua konsep tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian merupakan suatu kondisi yang tidak dapat diketahui atau diperkirakan sebelumnya oleh pengambil keputusan. Sedangkan, risiko adalah suatu kondisi yang menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman (Robison & Barry 1987). Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu continuum

dapat dilihat dari Gambar 2.

Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui

Gambar 2. Risk-Uncertainty Continuum

Sumber : Debertin (1986)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada continuum sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sementara continuum yang disebelah kanan menggambarkan kejadian yang tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti.

Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan (decision theory). Menurut Robison dan Barry (1987), alat analisis yang umum digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model. Model ini digunakan karena danya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kesejahteraan (utility). Berdasarkan realita, nilai utilitas itu sangat sulit diukur sehingga dalam


(35)

19 menganalisis menggunakan nilai return. Return bisa berupa produktivitas, harga, dan pendapatan.

Menurut Debertin (1986), terdapat tiga kategori individu dalam menghadapi risiko (decision theory), yaitu Risk Averter, Risk Neutral, dan Risk Taker. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dijelaskan dengan teori utilitas seperti terlihat pada gambar 3.

Expected Return

U1Risk Averter

U2 Risk Neutral

U3Risk Taker/Lover

Varian Return

Gambar 3. Hubungan Antara Varian dan Expected Return

Sumber : Debertin, 1986

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara varian return yang merupakan ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, dengan return yang diharapkan (expected return) yang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan. Perilaku pembuat keputusan (decision theory) dalam menghadapi risiko tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kategori berikut :

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averter) menunjukkan jika U1 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya

kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan return yang diharapkan. Artinya, jika varian return

semakin tinggi, maka expected return juga akan tinggi. Karena, begitu varian

return rendah, maka risk averter akan langsung keluar dari bisnis tersebut, contoh : asuransi.


(36)

20 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya

kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan menaikkan return yang diharapkan. Artinya, jika varian

return semakin tinggi, maka expected return akan tetap.

3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka

adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaannya menerima return

yang diharapkan lebih rendah. Artinya, jika varian return semakin tinggi, maka expected return akan turun. Jadi, begitu varian return tinggi, maka risk lover akan tetap menjalani bisnis tersebut karena menganggap risiko tersebut bukanlah masalah yang harus dikhawatirkan.

Salah satu indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi, atau volatilitas dari hasil yang diharapkan pelaku bisnis. Beberapa contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis diantaranya adalah adanya fluktuasi produksi, fluktuasi harga output, atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Pengukuran risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Beberapa ukuran dalam menghitung risiko diantaranya yaitu, varian, standar deviasi, dan koefisien variasi.

Konsep risiko yang dijelaskan di atas mempunyai kaitan dengan konsep peluang (probability). Peluang menunjukkan distribusi frekuensi terhadap suatu kejadian. Menurut Hanafi (2009), ada tiga metode menentukan peluang, yaitu : 1. Metode Klasikal yaitu, menentukan peluang dengan besaran yang sama.

Contoh, penentuang peluang koin, gambar 0,5 dan angka 0,5.

2. Metode Frekuensi Relatif yaitu, menentukan peluang berdasarkan persentase. Contoh, tingkat pendidikan dibagi jumlah penduduk.

3. Metode Subyektif yaitu, menentukan peluang berdasarkan pengalaman sebelumnya.


(37)

21

3.1.2 Sumber-Sumber Risiko

Risiko pada kegiatan pertanian bersifat unik dibandingkan yang lain. Hal ini dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam teutama iklim dan cuaca. Menurut Harwood et al. (1999), menyatakan terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian, yaitu meliputi:

1. Production or Yield Risk

Faktor risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan adanya beberapa hal yaitu, serangan hama dan penyakit, curah hujan, musim, kelembaban, teknologi, input, dan bencana alam. Penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa adanya penyesuaian sebelumnya justru dapat menyebabkan penurunan produktivitas. Akibat risiko produksi tersebut berpengaruh terhadap penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen.

2. Price or Market Risk

Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan harga input. Pada umumnya, kegiatan produksi pertanian merupakan proses yang lama. Sementara itu, pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga input yang dapat berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi. Pada akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh pada return

yang diperoleh petani. 3. Institutional risk

Institutional risk berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian. Misalnya, adanya kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input. Secara umum, institutional risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

4. Financial Risk

Finacial risk atau risiko finansial ini dihadapi oleh petani pada saat petani meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate).


(38)

22

3.1.3 Manajemen Risiko

Menurut Lam (2003) bahwa majemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Hal penting untuk mengoptimalkan profit adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan.

Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian. Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.

Manajemen risiko sangat penting dalam pelaksanaannya karena hal ini akan berakibat pada hasil atau keuntungan perusahaan. Menurut Lam (2003) ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan yakni mengelola risiko adalah tugas manajemen, manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai aset pemegang saham, manajemen risiko dapat mengurangi volatilitas pendapatan, dan dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finasial. Dalam hal ini dilakukan pemahaman akan risiko yang mencangkup adanya kesadaran risiko, melakukan pengukuran risiko dan dapat mengendalikannya. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengolahan serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang


(39)

23 ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya.

Menurut Hanafi (2009), manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.

1. Identifikasi risiko

Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadap oleh suatu organisasi. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

2. Evaluasi dan pengukuran risiko

Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi.

3. Pengelolaan risiko

Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konseskuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghndaran, ditahan (rentention), diversifikasi, transfer risiko (asuransi), pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).

Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada berbagai cara yang dapat dilakukan. Menurut Harwood et al. (1999), alternatif penanganan risiko produk pertanian dapat diatasi dengan cara diversifikasi usaha, integrasi vertikal,


(40)

24 kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. Menurut Fariyanti (2008), diversifikasi mampu untuk mengurangi risiko, meskipun risiko yang dihadapi dalam melakukan kombinasi beberapa kegiatan usaha tidak mungkin sama dengan nol.

3.2 Kerangka Operasional

Konsumsi akan bawang daun dan wortel mengalami peningkatan, sehingga permintaan bawang daun dan wortel juga mengalami peningkatan (Ditjen Hortikultura, 2010). Pemasaran bawang daun dan wortel di kawasan agropolitan Cianjur dihadapkan pada kekontinuitasan ketersediaan kedua komoditas tersebut untuk dipasarkan. Para petani di kawasan agropolitan Cianjur dihadapkan pada kendala fluktuasi produksi kedua komoditas tersebut sehingga mengindikasikan adanya risiko produksi. Risiko produksi yang terjadi akan mengakibatkan penurunan produktivitas. Adanya faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun bisa menyebabkan potensi kerugian.

Seperti halnya karakteristik produksi di sektor pertanian, aktivitas produksi bawang daun dan wortel sangat bergantung pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya risiko produksi bawang daun dan wortel di tingkat petani yang berpotensi menimbulkan kerugian. Berbagai permasalahan pada aspek produksi dapat memberikan gambaran terhadap kemungkinan adanya faktor risiko produksi wortel dan bawang daun. Dalam hal ini akan diperoleh hasil analisis dari tingkat risiko produksi untuk mengetahui seberapa besar potensi keuntungan dan kerugian yang mungkin diperoleh dari usahatani wortel dan bawang daun. Maka dari itu, perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi wortel dan bawang daun.


(41)

25 Langkah-langkah yang dilakukan penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebakan risiko produksi seperti, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca, tingkat kesuburan lahan, efektivitas pengunaan input, keterampilan sumber daya manusia yang kurang, kemudian dilakukan analisis risiko untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada komoditas wortel dan bawang daun untuk kemudian mencari alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

.

.

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

Permintaan Wortel dan Bawang Daun yang Meningkat

Kontinuitas Pemasaran Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan

Fluktuasi Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur

Permasalahan Produksi : Faktor iklim dan cuaca

Pengaruh hama dan penyakit tanaman Tingkat kesuburan lahan

Efektivitas penggunaan input Keterampilan SDM yang kurang Analisis Risiko Produksi:

Wortel

Bawang Daun

Variance

Standard Deviation Coefficient Variation

Analisis Deskriptif


(42)

IV.

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan sentra produksi sayuran dengan komoditas unggulan wortel dan bawang daun. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil lokasi penelitian di dua Desa yaitu Desa Sindang Jaya (Kecamatan Cipanas) dan Desa Sukatani (Kecamatan Pacet) yang menjadi kawasan inti pengembangan agropolitan. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2010 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2010.

4.2 Metode Penentuan Sampel

Petani sayuran yang menjadi anggota agropolitan Cianjur berjumlah 100 orang dari sembilan kelompok yang tersebar di kedua Desa (lima kelompok di Sindangjaya dan empat kelompok di Sukatani. Dari 100 orang petani sayur tersebut diambil 30 orang petani yang sedang menanam wortel dan 30 orang petani yang sedang menanam bawang daun secara purposive. Pembagian jumlah responden dari kedua Desa yang menjadi kawasan inti agropolitan Cianjur terdapat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Pembagian Sampel Petani Wortel dan Petani Bawang Daun per Desa Desa Petani Wortel (orang) Petani Bawang Daun (orang)

Sindangjaya 20 22

Sukatani 10 8

4.3 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara dengan petani wortel dan bawang daun di lokasi penelitian. Sementara itu data sekunder diperoleh dari, Agropolitan Cianjur, Dinas Pertanian Cianjur, Sub Terminal Agribisnis Cigombong, Direktorat Hortikultura, BPS, internet, dan buku


(43)

27 literatur serta beberapa penelitian terdahulu yang menjadi bahan rujukan bagi penelitian ini.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan petani sebagai responden dan responden lain yang terkait dengan penelitian ini seperti pengelola Agropolitan Cianjur, pengelola STA Cigombong, Dinas Pertanian Cianjur dan Petugas Penyuluh Lapang. Metode pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi atau pengamatan, wawancara langsung melalui kuisioner, serta membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan dalam penelitian.

4.5 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dalam penelitian ini mengunakan Microsoft Excel 2007. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan di lokasi penelitian, dan alternatif strategi untuk mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis risiko yang meliputi variance, standard deviation, dan coefficient variation.

4.6.1 Analisis Risiko

Probabilitas adalah nilai atau angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai suatu peluang adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian, yang berarti peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Penentuan peluang menggunakan metode subyektif yang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang dialami petani. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal, dan


(1)

95

LanjutanLampiran 8. Analisis Usahatani Bawang Daun Musim Kedua (Januari-April 2010) (Rp/1000m2)

No. Biaya Bibit Biaya Pupuk Biaya Obat Biaya Tenaga Kerja Biaya Panen Penyusutan Opportunity Lahan Pengeluaran Umum Pendapatan Kotor Pendapatan Bersih 1 833333 326667 141667 1172500 100000 23333 94444 20000 5000000 2288056 2 1875000 367500 288750 820000 500000 77499 94444 10000 5750000 1716807 3 4000000 584000 202600 1260000 412500 69165 94444 20000 8250000 1607291 4 700000 236800 26000 756000 60000 50000 94444 34320 1800000 -157564 5 1562500 770000 351563 1107500 250000 52500 94444 50000 12500000 8261493 6 2500000 366500 75900 1160000 200000 53332 94444 20000 6000000 1529824 7 833333 202000 53333 316667,00 83333 53332 94444 16667 2083333 430224 8 1875000 227500 153125 835000 150000 52500 94444 12500 6000000 2599931 9 625.000 150.000 182.875 600000 100000 52499 94444 50000 4000000 2145182 10 1562500 404688 333438 1112500 156250 133332 94444 50000 6250000 2402848 11 1562500 201250 50688 500000 250000 98300 94444 16667 7500000 4726151 12 3864841 1192580 145760 954063,6 695671 133332 94444 94444 11130742 3955606 13 1250000 458333 191333 686666,67 150000 109500 94444 22222 3750000 787501 14 1250000 232333 100000 600000 133333 73333 94444 11111 3333333 838779 15 1250000 153750 61563 53900 200000 60000 94444 20000 5000000 3106343 16 4166667 633333 5750 1036666,7 666667 73333 94444 83333 16666667 9906473 17 750000 176000 367500 980000 90000 87260 94444 22220 2250000 -317424 18 2000000 171600 66300 1432000 160000 51852 94444 22222 6400000 2401582 19 1100000 115250 58500 397500 100000 135000 94444 52222 4000000 1947084 20 7000000 1385000 899000 990000 500000 171109 94444 33333 35000000 23927114 21 1000000 318750 110000 781000 200000 109500 94444 33333 4000000 1352973 22 800000 205760 64240 710400 80000 142855 94444 23333 1600000 -521032 23 2000000 757500 232000 750000 600000 144166 94444 23333 7500000 2898557 24 1020000 222000 31000 1260000 200000 53094 94444 55554 5500000 2563908 25 340000 205000 56250 512500 50000 81666 94444 25000 1375000 10140 26 1700000 236000 56250 650000 200000 34999 94444 26666 5500000 2501641 27 1360000 274000 31000 770000 160000 109760 94444 33332 4400000 1567464 28 2300000 338000 338500 1620000 300000 69999 94444 48000 6900000 1791057 29 850000 299000 65000 1515000 200000 51427 94444 26666 5500000 2398463 30 340000 301667 8800 1481000 60000 71427 31488 0 1650000 -644382


(2)

96

LanjutanLampiran 8. Analisis Usahatani Bawang Daun Musim Ketiga (September-Desember 2009) (Rp/1000m2)

No. Biaya Bibit Biaya Pupuk Biaya Obat Biaya Tenaga Kerja Biaya Panen Penyusutan Opportunity Lahan Pengeluaran Umum Pendapatan Kotor Pendapatan Bersih 1 1666667 326667 141667 1172500 83333 23333 94444 20000 5833333 2304722 2 1725000 367500 288750 820000 300000 77499 94444 10000 3750000 66807 3 4000000 584000 202600 1260000 150000 69165 94444 20000 2500000 -3880209 4 700000 236800 26000 756000 40000 50000 94444 34320 1200000 -737564 5 3125000 770000 351563 1107500 187500 52500 94444 50000 6250000 511493 6 3000000 366500 75900 1160000 100000 53332 94444 20000 3000000 -1870176 7 833333 202000 53333 316667,000 50000 53332 94444 16667 1250000 -369776 8 3000000 227500 153125 835000 125000 52500 94444 12500 6250000 1749931 9 1000000 150.000 182.875 600000 50000 52499 94444 50000 3000000 820182 10 1875000 404688 333438 1118750 125000 133332 94444 50000 6625000 2490348 11 1875000 201250 50688 500000 187500 98300 94444 16667 4687500 1663651 12 3710247 1205830 145760 989399,293 463781 133332 94444 94444 6802120 -35117 13 1250000 458333 159667 673333,333 100000 109500 94444 22222 6000000 3132501 14 1250000 232333 100000 600000 100000 73333 94444 11111 5000000 2538779 15 1250000 153750 61563 489000 150000 60000 94444 20000 3750000 1471243 16 4166667 600000 5750 916666,667 333333 73333 94444 83333 8333333 2059806 17 750000 176000 367500 980000 60000 87260 94444 22220 1500000 -1037424 18 3200000 582000 66300 1432000 140000 51852 94444 22222 5600000 11182 19 2000000 136500 61500 397500 75000 135000 94444 52222 3000000 47834 20 7000000 1385000 899000 990000 100000 171109 94444 33333 7000000 -3672886 21 1000000 318750 110000 781000 100000 109500 94444 33333 2500000 -47027 22 640000 205760 102640 710400 64000 142855 94444 23333 1280000 -703432 23 1600000 757500 232000 750000 400000 144166 94444 23333 3600000 -401443 24 1650000 222000 31000 1260000 100000 53094 94444 55554 5000000 1533908 25 550000 205000 56250 512500 40000 81666 94444 25000 2000000 435140 26 1700000 236000 56250 650000 250000 34999 94444 26666 12500000 9451641 27 2200000 274000 31000 770000 120000 109760 94444 33332 6000000 2367464 28 2300000 338000 168500 1320000 200000 69999 94444 48000 5000000 461057 29 1375000 299000 65000 1515000 125000 51427 94444 26666 6250000 2698463 30 550000 301667 8800 987333,333 40000 71427 21312 0 2000000 19461


(3)

97

Lampiran 9.Perhitungan Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun

No

Wortel Bawang Daun

Peluang (10 x ) Produktivitas (ton/ha) Peluang (10 x ) Produktivitas (ton/ha)

Tinggi Normal Rendah Tinggi Normal Rendah Tinggi Normal Rendah Tinggi Normal Rendah

1 0,3 0,4 0,3 25 25 20 0,2 0,5 0,3 14,33 10 8,33

2 0,3 0,4 0,3 15 12,5 7,5 0,2 0,5 0,3 35 25 15

3 0,3 0,4 0,3 28 28 12 0,3 0,4 0,3 30 27,5 5

4 0,3 0,4 0,3 37,5 28,75 18,75 0,3 0,4 0,3 8,8 6 4

5 0,3 0,4 0,3 31,25 25 16,25 0,3 0,4 0,3 25 25 18,75

6 0,3 0,4 0,3 50 33,33 25 0,3 0,4 0,3 40 20 10

7 0,3 0,4 0,3 32 26,67 20 0,5 0,3 0,2 9 8,33 5

8 0,3 0,4 0,3 37,5 25 20 0,1 0,3 0,6 21,25 18,75 12,5

9 0,3 0,4 0,3 36 32 10 0,2 0,4 0,4 35 20 10

10 0,3 0,4 0,3 36 32 10 0,5 0,3 0,2 18,75 12,5 6,25

11 0,4 0,5 0,1 60 40 25 0,3 0,4 0,3 31,25 25 12,5

12 0,3 0,4 0,3 22 20 10 0,3 0,4 0,3 52,5 52,5 35

13 0,3 0,4 0,3 24 8 4 0,3 0,4 0,3 20 15 10

14 0,4 0,5 0,1 25 20 15 0,3 0,5 0,2 16,67 13,33 10

15 0,3 0,5 0,2 20 16 12 0,3 0,5 0,2 25 20 15

16 0,3 0,5 0,2 25 20 15 0,3 0,5 0,2 83,33 66,67 33,33

17 0,3 0,5 0,2 25 20 15 0,3 0,5 0,2 15 9 6

18 0,3 0,5 0,2 30 20 12 0,3 0,5 0,2 24 16 12

19 0,3 0,4 0,3 250 200 150 0,3 0,4 0,3 15 12,5 7,5

20 0,3 0,4 0,3 20 16,67 10 0,4 0,5 0,1 60 50 10

21 0,3 0,4 0,3 25 20 10 0,3 0,4 0,3 25 20 10

22 0,3 0,4 0,3 8 8 5 0,3 0,4 0,3 12,8 8 3,2

23 0,3 0,4 0,3 20 16,67 13,33 0,4 0,5 0,1 5 3 0,4

24 0,3 0,5 0,2 50 33,33 26,67 0,3 0,4 0,3 24 20 10

25 0,3 0,5 0,2 37,5 25 10 0,3 0,4 0,3 6 5 4

26 0,3 0,5 0,2 33,33 13,33 3,33 0,3 0,4 0,3 25 20 15

27 0,3 0,5 0,2 33,33 23,33 16,67 0,3 0,4 0,3 24 16 12

28 0,3 0,4 0,3 33,33 26,67 10 0,3 0,4 0,3 50 30 20

29 0,3 0,4 0,3 10 8 1 0,3 0,4 0,3 20 20 12,5

30 0,3 0,4 0,3 33,33 26,67 10 0,3 0,4 0,3 6 6 1


(4)

98

LanjutanLampiran 9. Perhitungan Risiko Produksi Wortel Kondisi Peluang

(Pi)

Produktivitas (Ri)

Expected Return Ř= (Pi).(Ri)

Variace σ²= (Ri-Ř)² . (Pi)

Tertinggi 0,31 37,10 11,50 23,95

Normal 0,43 28,33 12,18 0,000172

Terendah 0,26 17,78 4,62 28,83

Total 28,31 52,780172

Hasil Perhitungan :

Expected Return (Ř) = 28,31 (ton/ha) Variance (σ²) = 52,78 (ton/ha)

Standars Deviation (σ) = 7,26 (ton/ha) Coefision Variation (σ/Ř) = 0,26 (26 persen)

LanjutanLampiran 9. Perhitungan Risiko Produksi Bawang Daun Kondisi Peluang

(Pi)

Produktivitas (Ri)

Expected Return Ř= (Pi).(Ri)

Variace σ²= (Ri-Ř)² . (Pi)

Tertinggi 0,30 25,92 7,78 13,11

Normal 0,42 20,04 8,42 0,22

Terendah 0,28 11,14 3,12 18,69

Total 19,31 32,02

Hasil Perhitungan :

Expected Return (Ř) = 19,31(ton/ha) Variance (σ²) = 32,02 (ton/ha)

Standars Deviation (σ) = 5,66 (ton/ha) Coefision Variation (σ/Ř) = 0,29 (29 persen)


(5)

RINGKASAN

MILA JAMILAH. Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI)

Sayuran adalah salah satu bagian dari subsektor hortikultura yang cukup penting. Konsumsi sayuran per kapita Indonesia tahun 2002 sebesar 32,89 kg/tahun meningkat menjadi 35,33 kg/tahun dan pada tahun 2008. Pemenuhan kebutuhan akan produk pertanian sebagian besar disuplai dari perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan kawasan perdesaan. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kawasan rintisan agropolitan yang didirikan pada tahun 2002 dengan komoditas unggulan wortel dan bawang daun.

Permasalahan yang dihadapi petani wortel dan bawang daun di kawasaan agropolitan Cianjur adalah adanya risiko produksi. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas wortel dan bawang daun yang berfluktuasi dari tahun 2005-2009. Permasalahan lain yang dihadapi petani wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur adalah pemasaraan wortel dan bawang daun yang harus kontinu dilakukan setiap hari. Faktor risiko pada kegiatan produksi wortel dan bawang daun disebabkan oleh adanya ketergantungan aktivitas produksi wortel dan bawang daun pada faktor produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti, pengairan, pengaruh hama dan penyakit tanaman, serta faktor iklim dan cuaca. Jika terjadi masalah dalam kegiatan produksi maka kegiatan pemasaran pun akan ikut terhambat. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat risiko produksi dari kedua komoditas tersebut dan mencari strategi penanganan untuk mengatasi risiko produksi di kawasan agropolitan Cianjur. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur dan menganalisis alternatif penanganan risiko produksi wortel dan bawang daun di kawasan agropolitan Cianjur.

Penelitian dilakukan di kawasan agropolitan Cianjur Jawa Barat yang meliputi dua Desa yaitu di Desa Sindang Jaya (Kecamatan Cipanas) dan di Desa Sukatani (Kecamatan Pacet) yang menjadi kawasan inti pengembangan agropolitan. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2010. Responden penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 petani wortel dan 30 petani bawang daun, diambil secara purposive. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara dengan petani wortel dan bawang daun di lokasi penelitian. Sementara itu data sekunder diperoleh dari Agropolitan Cianjur, Dinas Pertanian Cianjur, Sub Terminal Agribisnis Cigombong, Direktorat Hortikultura, BPS, internet, dan buku literatur serta beberapa penelitian terdahulu yang menjadi bahan rujukan bagi penelitian ini. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko dengan perhitungan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient


(6)

Dari hasil penilaian risiko menggunakan ukuran coefficient variation yang dilihat dari return produktivitas, diketahui bahwa budidaya wortel menghadapi risiko produksi sebesar 0,26. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani wortel, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,26 satuan atau 26 persen. Sedangkan risiko produksi budidaya bawang daun sebesar 0,29. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh petani bawang daun, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,29 satuan atau 29 persen.

Strategi pengelolaan risiko produksi wortel dan bawang daun yang dapat diterapkan petani di kawasan agropolitan Cianjur bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Ada enam strategi yaitu, pertama, penyiraman pada musim kemarau dilakukan sesuai kebutuhan pada pagi atau sore hari untuk wortel dan penyiraman juga harus dilakukan pada bedengan sebelum benih wortel disebar serta penyiraman pada musim kemarau dilakukan 1 minggu sekali pada pagi atau sore hari untuk bawang daun atau menggunakan mulsa plastik. Kedua, menerapkan pengendalian hama secara terpadu (PHT). Penyemprotan dengan pestisida harus dihentikan dua minggu sebelum wortel dan bawang daun dipanen serta melakukan penyiangan (ngoyos) sebanyak tiga kali selama musim tanam yaitu 30 HST menggunakan tangan, 60 HST menggunakan garpu kecil, dan 75 HST menggunakan tangan untuk wortel dan penyiangan (ngoyos) sebanyak satu kali selama satu musim tanam dan pembumbunan sebanyak dua kali selama satu musim tanam untuk bawang daun. Ketiga, meningkatkan kesuburan lahan dengan cara pemupukan dan merotasikan pola tanam yang tepat. Keempat, penggunaan variabel input yang sesuai menurut SOP. Kelima, meningkatkan pengembangkan sumberdaya manusia dengan cara mengikuti pelatihan dan penyuluhan budidaya wortel dan bawang daun serta meningkatkan pengawasan terhadap petani penggarap. Keenam, melakukan diversifikasi dengan cara tumpang sari.