Perbedaan Perubahan Kadar Gula Darah pada Olahraga Aerobik dan Anaerobik di Garista Fitness Centre

(1)

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kevin Barezi Girsang

Tempat/Tanggal Lahir : Jayapura, 21 November 1993

Agama : Katolik

Alamat : Jalan Siboro Perumahan Simalingkar Residance II Simalingkar B Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD RK Don Bosco Saribudolok 1999-2005 2. SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar 2005-2008 3. SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar 2008-2011 4. Universitas Sumatera Utara 2011-sekarang Riwayat Organisasi : 1. Ketua Seksi Kerohanian OSIS SMA 2009-2010

2. Departemen DIKLIT PEMA FK USU 2012-2013 3. Ketua Seksi Bakti Sosial KMK USU 2012-2013


(2)

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN (INFORMED)

Selamat Pagi/Siang, Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kevin Barezi Girsang NIM : 110100309

adalah mahasiswa angkatan 2011 semester 7 yang sedang mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Medan dan sekarang sedang melakukan penelitian. Kuisioner ini merupakan instrumen penelitian peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di FK USU. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan kadar gula darah pada olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre Simalingkar Medan.

Responden merupakan member di Garista Fitness Centre. Responden akan diminta untuk mengukur kadar gula darah sebelum dan sesudah melakukan olahraga. Pengukuran akan dilakukan dengan alat ukur gula darah sederhana. Cara ini aman dan tidak berbahaya. Karna hanya menusukan jarum yang berukuran kecil pada jari telunjuk pada tangan yang jarang dipakai untuk bekerja responden. Rasa sakit akibat tusukan jarum akan hilang dalam waktu kurang dari satu jam jadi responden tidak akan mengalami rasa nyeri akibat hal ini.

Responden diminta berolahraga selama 30 menit dengan intensitas dan frekuensi yang biasa dilakukan sebelumnya sebelum penelitian inidilakukan. Selama responden berolahraga peneliti memperhatikan keadaan responden, seperti: tingkat kelelahan dan ada tidaknya kram.. Hal ini dilakukan untuk menghindari cedera pada responden.

Responden diminta untuk memeriksakan kadar gula darah kembali setelah berolahraga selama 30 menit.

Apabila ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh responden atau menolak untuk dilakukan penelitian dapat menghubungi :

Nama : Kevin Barezi Girsang No.Hp : 0822-7416-9629 Stambuk : 2011


(3)

Lampiran 3 : Informed Consent

INFORMED CONSENT

(SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN)

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini.

Untuk menjadi sampel penelitian ini, anda diminta menandatangani persetujuan dibawah ini:

Saya yang bertandatangan dibawah ini, bersedia untuk menjadi sampel penelitian yang berjudul Perbedaan Kadar Gula Darah pada Olahraga Aerobik dan Anaerobik di Garista Fitness Centre. Saya akan memberikan kerjasama yang sepenuhnya terhadap peneliti. NAMA : _______________________________________________________ TANDATANGAN : _______________________________________________________ NO HP : _______________________________________________________ TANGGAL :

Diketahui dan diakui peneliti: PENELITI : KEVIN BAREZI GIRSANG

TANDA TANGAN : _______________________________________________________ TANGGAL :

Segala kerjasama yang anda berikan sangat berharga. Atas kerjasama anda, saya ucapkan terimakasih.


(4)

Lampiran 4 : Lembar Status Responden

LEMBAR STATUS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Nomor HP :

Alamat :

Jenis Olahraga : Aerobik/Anaerobik

SEBELUM SESUDAH

Aerobik Anaerobik Aerobik Anaerobik

Berat Badan Tinggi Badan Indeks Masa Tubuh


(5)

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Komisi Etik


(6)

Lampiran 6: Data Induk Penelitian

NO NAMA JK BB (Kg)

TB

(cm) UMUR

IMT (Kg/m2) JENIS OLAHRAGA KGD SEBELUM (mg/dL) KATEGORI KGD SETELAH (mg/dL)

KATEGORI PERUBAHAN KGD (mg/dL) 1 GG LK 47 150 21 20.9 AEROB 99 NORMAL 96 NORMAL 3 2 ST LK 60 164 21 22.3 AEROB 118 NORMAL 96 NORMAL 22 3 OG LK 51 155 20 21.2 AEROB 114 NORMAL 91 NORMAL 23 4 RS LK 58 159 21 22.9 AEROB 98 NORMAL 80 NORMAL 18 5 HS LK 63 170 22 21.8 AEROB 108 NORMAL 91 NORMAL 17 6 HM LK 56 160 20 21.9 AEROB 96 NORMAL 90 NORMAL 6 7 BP LK 50 161 21 19.3 AEROB 92 NORMAL 85 NORMAL 7 8 JK LK 50 164 21 18.6 AEROB 105 NORMAL 95 NORMAL 10 9 YS LK 61 165 21 22.4 AEROB 111 NORMAL 77 RENDAH 34 10 JS LK 55 169 21 19.3 AEROB 88 NORMAL 80 NORMAL 8 11 RS LK 63 166 22 22.9 AEROB 109 NORMAL 94 NORMAL 15 12 EG LK 59 160 22 23.0 AEROB 90 NORMAL 83 NO RMAL 7 13 RG LK 58 168 21 20.5 AEROB 120 NORMAL 105 NORMAL 15 14 BP LK 50 155 22 20.8 AEROB 93 NORMAL 85 NORMAL 8 15 GG LK 59 161 21 22.8 AEROB 102 NORMAL 97 NORMAL 5 16 ZT LK 53 165 22 19.5 AEROB 104 NORMAL 103 NORMAL 1 17 RS LK 52 155 23 21.6 AEROB 122 TINGGI 110 NORMAL 12 18 KB LK 55 166 22 20.0 AEROB 116 NORMAL 92 NORMAL 24 19 NS LK 53 163 21 19.9 AEROB 135 TINGGI 106 NORMAL 29 20 AP LK 58 165 21 21.3 AEROB 105 NORMAL 96 NORMAL 9 21 IS PR 52 155 21 21.6 ANAEROB 95 NORMAL 94 NORMAL 1 22 SP PR 57 164 22 21.2 ANAEROB 109 NORMAL 104 NORMAL 5 23 SS PR 56 161 21 21.6 ANAEROB 109 NORMAL 97 NORMAL 12 24 SS PR 58 160 21 22.7 ANAEROB 98 NORMAL 88 NORMAL 10 25 US PR 55 155 21 22.9 ANAEROB 110 NORMAL 88 NORMAL 22 26 MP PR 50 163 21 18.8 ANAEROB 107 NORMAL 86 NORMAL 21 27 GP PR 52 157 22 21.1 ANAEROB 90 NORMAL 85 NORMAL 5 28 YS PR 55 160 21 21.5 ANAEROB 103 NORMAL 82 NORMAL 21 29 CH PR 52 158 21 20.8 ANAEROB 96 NORMAL 85 NORMAL 11 30 SS PR 57 160 21 22.3 ANAEROB 98 NORMAL 88 NORMAL 10 31 MP PR 55 162 21 21.0 ANAEROB 135 TINGGI 116 NORMAL 19 32 DS PR 55 158 21 22.0 ANAEROB 100 NORMAL 87 NORMAL 13 33 LG PR 54 164 22 20.1 ANAEROB 99 NORMAL 84 NORMAL 15 34 HS PR 55 165 21 20.2 ANAEROB 85 NORMAL 75 RENDAH 10 35 RS PR 57 165 21 20.9 ANAEROB 109 NORMAL 100 NORMAL 9 36 AL PR 65 168 22 23.0 ANAEROB 106 NORMAL 102 NORMAL 4 37 FM PR 59 161 21 22.8 ANAEROB 72 RENDAH 61 RENDAH 11 38 SA PR 63 166 22 22.9 ANAEROB 102 NORMAL 89 NORMAL 13 39 KP PR 50 161 21 19.3 ANAEROB 100 NORMAL 90 NORMAL 10 40 PA PR 60 165 21 22.0 ANAEROB 88 NORMAL 80 NORMAL 8


(7)

Lampiran 7 : Output SPSS Data Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Jenis_Kelamin 40 1 2 1.50 .506

Umur 40 19 36 24.55 4.663

Tinggi_Badan 40 150 170 161.65 4.429

Berat_Badan 40 47 65 55.70 4.256

IMT 40 18.6 23.0 21.290 1.2838

KGD_Sebelum 40 72 135 103.38 12.502

KGD_Setelah 40 61 116 90.83 10.414

Valid N (listwise) 40

Jenis_Olahraga Statistic Std. Error

Umur Aerobik Mean 25.20 1.035

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 23.03

Upper Bound 27.37

5% Trimmed Mean 25.11

Median 24.50

Variance 21.432

Std. Deviation 4.629

Minimum 19

Maximum 33

Range 14

Interquartile Range 9

Skewness .261 .512

Kurtosis -1.561 .992

Anaerobik Mean 23.90 1.056

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 21.69

Upper Bound 26.11

5% Trimmed Mean 23.44

Median 22.00

Variance 22.305

Std. Deviation 4.723

Minimum 20

Maximum 36

Range 16

Interquartile Range 3

Skewness 1.618 .512

Kurtosis 1.314 .992

Tinggi_Badan Aerobik Mean 162.05 1.178

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 159.59

Upper Bound

164.51

5% Trimmed Mean 162.28

Median 163.50

Variance 27.734

Std. Deviation 5.266

Minimum 150

Maximum 170

Range 20

Interquartile Range 7

Skewness -.634 .512

Kurtosis -.070 .992

Anaerobik Mean 161.25 .781

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 159.62

Upper Bound

162.88

5% Trimmed Mean 161.22

Median 161.00

Variance 12.197


(8)

Minimum 155

Maximum 168

Range 13

Interquartile Range 6

Skewness -.166 .512

Kurtosis -.426 .992

Berat_Badan Aerobik Mean 55.55 1.045

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 53.36

Upper Bound

57.74

5% Trimmed Mean 55.61

Median 55.50

Variance 21.839

Std. Deviation 4.673

Minimum 47

Maximum 63

Range 16

Interquartile Range 8

Skewness -.061 .512

Kurtosis -1.011 .992

Anaerobik Mean 55.85 .874

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 54.02

Upper Bound

57.68

5% Trimmed Mean 55.67

Median 55.00

Variance 15.292

Std. Deviation 3.911

Minimum 50

Maximum 65

Range 15

Interquartile Range 5

Skewness .653 .512

Kurtosis .495 .992

IMT Aerobik Mean 21.145 .3075

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.501

Upper Bound

21.789

5% Trimmed Mean 21.183

Median 21.250

Variance 1.891

Std. Deviation 1.3751

Minimum 18.6

Maximum 23.0

Range 4.4

Interquartile Range 2.5

Skewness -.252 .512

Kurtosis -1.117 .992

Anaerobik Mean 21.435 .2690

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.872

Upper Bound

21.998

5% Trimmed Mean 21.494

Median 21.550

Variance 1.448

Std. Deviation 1.2032

Minimum 18.8


(9)

Range 4.2

Interquartile Range 1.8

Skewness -.575 .512

Kurtosis -.203 .992

KGD_Sebelum Aerobik Mean 106.25 2.723

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 100.55

Upper Bound

111.95

5% Trimmed Mean 105.67

Median 105.00

Variance 148.303

Std. Deviation 12.178

Minimum 88

Maximum 135

Range 47

Interquartile Range 19

Skewness .509 .512

Kurtosis .022 .992

Anaerobik Mean 100.50 2.785

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 94.67

Upper Bound

106.33

5% Trimmed Mean 100.17

Median 100.00

Variance 155.105

Std. Deviation 12.454

Minimum 72

Maximum 135

Range 63

Interquartile Range 13

Skewness .416 .512

Kurtosis 3.057 .992

KGD_Setelah Aerobik Mean 92.60 2.043

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 88.32

Upper Bound

96.88

5% Trimmed Mean 92.50

Median 93.00

Variance 83.516

Std. Deviation 9.139

Minimum 77

Maximum 110

Range 33

Interquartile Range 12

Skewness .103 .512

Kurtosis -.588 .992

Anaerobik Mean 89.05 2.574

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 83.66

Upper Bound

94.44

5% Trimmed Mean 89.11

Median 88.00

Variance 132.471

Std. Deviation 11.510

Minimum 61

Maximum 116

Range 55


(10)

Skewness .030 .512

Kurtosis 1.784 .992

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KGD_Sebelum 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

KGD_Setelah 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

KGD_Sebelum .101 40 .200(*) .969 40 .343

KGD_Setelah .077 40 .200(*) .982 40 .756

* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 KGD_Sebelum 103.38 40 12.502 1.977

KGD_Setelah 90.83 40 10.414 1.647

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 KGD_Sebelum&

KGD_Setelah 40 .797 .000

Paired Samples Test

Case Processing Summary

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 90% Confidence Interval of the

Difference Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper

Pair 1 KGD_Sebelum


(11)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perubahan_KGD 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Perubahan_KGD Mean 12.55 1.197

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 10.13

Upper Bound

14.97

5% Trimmed Mean 12.14

Median 10.50

Variance 57.331

Std. Deviation 7.572

Minimum 1

Maximum 34

Range 33

Interquartile Range 11

Skewness .837 .374

Kurtosis .466 .733

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Perubahan_KGD .156 40 .015 .944 40 .046

a Lilliefors Significance Correction

T-Test

Group Statistics

Jenis_Olahraga N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Perubahan_KGD Aerobik 20 13.65 9.016 2.016

Anaerobik 20 11.45 5.817 1.301

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 90% Confidence Interval of the

Difference Perubahan_ KGD Equal variances assumed

4.961 .032 .917 38 .365 2.200 2.399 -1.845 6.245 Equal

variances not assumed


(12)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2013. Blood Glucose Responses to Type, Intensity, Duration, and Timing of Exercise. Available from:

http://care.diabetesjournals.org/content/36/10/e177.full [Accesed 19 May 2015] Campbell. 2008. Blood Glucose Levels. Available from:

http://www.netdoctor.co.uk/health_advice/facts/diabetesbloodsugar.htm [Accesed 19 May 2015]

Dorland’s Medical Dictionary, 2007. Aerobic Exercise. Available from: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/exercise [Accesed 19 May 2015]

Ganong. Energi balance and nutrition: Dalam: Ganong WF, Penyunting. Review of medical physiology, 15 ed. New York: Prentice Hall International Inc, 1991:261-295.

Ganong. 2005. Review of Medical Physiology. 22nd ed. USA: McGraw Hill Companies Guyton.Hall JE. Sport Physiology, 11 ed. Piladelphia: Elsevier, 2007:1111-1123

Guyton and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.

Lehninger AL, Nelso DL, Cox MM.1993. Principles of Biochemistry. New York: Worth Publisher.

Mayes. 2003A . Glikolisis dan Oksidasi Piruvat. In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 178-186

Mayes. 2003B . Metabolisme Glikogen. In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 187-194.

Mayes, Peter A. 2003C . Glukoneogenesis dan Pengontrolan Kadar Glukosa Darah. In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 195-205.


(13)

Mihardja L. Energi dan Zat Gizi yang Diperlukan pada Olahra Aerobik dan Anaerobik:

Majalah Gizmindo, 2004:9-13

Mosby’s Medical Dictionary, 2009. Exercise Definition. Available from: http://medical -dictionary.thefreedictionary.com/exercise [Accesed 19 May 2015]

National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC), 2013. Diabetes Prevention Program (DPP). Available from: http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/preventionprogram/

[Accesed 19 May 2015]

Sastroasmoro, dkk. 2008. Usulan Penelitian. In: Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael. ed. Ed. III. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. 29- 57. Sastroasmoro, dkk. 2008. Pemilihan Subjek Penelitian. In: Sudigdo Sastroasmoro dan Ismael Sofyan (Eds.). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, ed. 3. Jakarta: Sagung Seto, 78-91.

Sherwood. 2001. Keseimbangan Energi dan Pengaturan Suhu. In:Beatricia I. Santoso. ed.

Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed II. Jakarta: EGC. 590-608.

Shetty. 2005. A Comparritive Study of Pumonary Function Test Between Athletes and

Nonathletic Student. Available from : http://119.82.96.197/gsdl/ collect /disserta/index/assoc/...dir/doc.pdf - [Accesed : 19 May 2015]

Ganong. 2005. Endocrine Functions of The Pancreas & Regulation of Carbohydrate

Metabolism, Review of Medical Physiology. 22nd ed. ASIA: McGraw-Hill: 333-555.

Willmore, dkk. 1999.Physiology of Sports and Exercise. 2 nd ed. USA : Human Kinetics World Health Organization (1999). WHO consultation: definition, diagnosis and


(14)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Teori

3.2. Kerangka Konsep

Secara konseptual, variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen seperti gambar berikut :

Gambar 3.2. Kerangka Konsep OLAHRAGA

AEROBIK GULA DARAH

PASIEN Variabel Dependent

Variabel Independent

OLAHRAGA ANAEROBIK

KGD SEBELUM KGD SESUDAH

KGD SEBELUM KGD SESUDAH

HASIL PERUBAHAN KGD OLAHRAGA

PERUBAHAN GULA DARAH

AEROB Glikolisis ANAEROB

Glikogenolisis

Glikolisis Glikogenolisis Glukoneogenesis

PERUBAHAN GLUKOSA

PERUBAHAN GLUKOSA

PERUBAHAN KGD

PERUBAHAN KGD


(15)

3.3. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Tabel Defenisi Operasional

Variabel Defenisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur

Skala

Pengukuran Hasil Olahraga

Aerobik

Olahraga bergantung oksigen dengan intensitas rendah

Anamnesa awal

Formulir data induk

responden Skala Nominal Peserta akan melakukan olahraga aerobik Olahraga Anaerobik

Olahraga tidak bergantung oksigen dengan intensitas tinggi

Anamnesa awal

Formulir data induk

responden Skala Nominal Peserta akan melakukan olahraga anaerobik Tinggi Badan

Hasil jumlah pengukuran ruasruas tulang tubuh, meliputi tungkai bawah, tulang panggul, tulang

belakang, tulang leher, dan kepala

Berdiri tegak lurus dengan lantai dengan kepala tegak tanpa alas kaki Alat ukur tinggi badan Skala Rasio Tinggi badan dalam centimeter Berat Badan Massa tubuh meliputi otot, tulang, lemak, cairan tubuh, organ, dan lain-lain

Berdiri tegak diatas alat ukur dengan pakaian minimal, tanpa sepatu jam tangan, dll

Alat ukur

berat badan Skala Rasio

Berat badan dalam Kilogram Indeks Masa Tubuh Penilaian status gizi dengan Indeks Massa Tubuh yaitu ukuran berat disesuaikan untuk tinggi.

Berat dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi dalam meter (kg/m2 ).

Kalkulator Rasio

IMT dalam Kg/m2 Kadar Gula Darah Nilai kadar gula darah yang diambil sebelum dan sesudah olahraga jenis aerobik dan anaerobik Mencucuk ujung jari dengan menggunakan hemolet untuk mengambil setetes darah. Darah Glucometer (GlucoDr) Strip (GlucoDr) Skala Numerik Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Olahraga (mg/dL)


(16)

menit ke-0 dan menit ke-30

diteteskan keatas strip dan diukur dengan alat pengukur kadar glukosa darah

3.3. Hipotesa

Terdapat perubahan yang signifikan pada Kadar Glukosa Darah pada orang yang melakukan olahraga Aerobik dengan yang melakukan olahraga Anaerobik.


(17)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pre-experimental design dengan bentuk rancangan pretest-postest. Dua kelompok penelitian yaitu kelompok yang melakukan olahraga jenis aerobik dan kelompok yang melakukan olahraga jenis anaerobik. Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan pada member Garista Fitness Centre dengan berolahraga selama 30-45 menit dan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah (KGD) sebelum dan sesudah perlakuan.

Gambar 4.1.Rancangan dan Mekanisme Pengukuran Penelitian. Peserta

Kriteria Inklusi

X1 X2

O1 O2

Olahraga 30-45 menit


(18)

Keterangan

X1 : Kelompok perlakuan-1, peserta yang melakukan olahraga jenis aerobik selama 30-45 menit

X2 : Kelompok perlakuan-2, peserta yang melakukan olahraga jenis anaerobik selama 30-45 menit

Pengamatan/Observasi

O1,2 : Pengukuran awal sampel penelitian terhadap kadar gula darah (KGD) sebelum tes O3,4 : Pengukuran akhir sampel penelitian terhadap kadar gula darah (KGD) sesudah tes

4.2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian di Garista Fitness Centre Jalan Jamin Ginting Medan. Lokasi ini dipilih karna termasuk lokasi yang mudah untuk dijangkau dan memiliki pusat pelatihan yang lengkap. Waktu penelitian dikerjakan bulan Juni sampai Oktober 2015. Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan menggunakan alat On-call plus diperiksa di tempat tes dilakukan. 4.3. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah responden yang terdaftar sebagai member di Garista Fitness Centre. Member aktif dan terdaftar di Garista Fitness Centre sebanyak 40 orang.

4.4. Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah responden yang merupakan member resmi Garista Fitness Centre dan dengan kriteria sebagai berikut :

4.4.1 Kriteria Inklusi :

1. Bersedia menjadi responden

2. Umur ≤ 60 tahun

3. Indeks Masa Tubuh Normal (Kg/m2=18,5-22,9)


(19)

4.5.2. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian diambil dengan metode consecutive sampling, dimana semua subjek yang memenuhi kriteria pemilihan akan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi atau seluruh subjek yang memenuhi kriteria dalam jangka waktu penelitian dapat dijadikan sampel dengan tetap mencapai jumlah minimal sampel yang ditetapkan.

Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan beberapa alasan seperti jumlah populasi yang sangat besar sehingga seluruh populasi tidak mungkin diperiksa karena memakan waktu yang lama, adanya homogenitas atau sifat kesamaan dalam populasi, dan ketelitian terhadap pengukuran sampel akan lebih baik. Alasan lain berupa lebih murah, mudah, cepat, akurat, spesifik, dan mewakili populasi (Wahyuni, 2007)

Perkiraan besar sampel untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10000 dapat menggunakan formula yang lebih sederhana, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 0.05 (Notoatmodjo, 2005). Maka diperoleh 36,3636 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 37 sampel.

Perkiraannya dalah sebagai berikut:

� = .�2+

n = besar sampel N = besar populasi

d = presisi 5% (dengan tingkat kepercayaan 95%) � = . , 2+

� = ,

~� = ����

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2008).


(20)

4.5. Cara megumpulkan data

Perlakuan yang diberikan pada kedua kelompok perlakuan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Responden yang merupakan member di Garista Fitness Centre semuanya diminta mengisi kuisioner yang berisi identitas (nama dan umur), jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan

2. Peserta dikelompokan menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok X1 merupakan kelompok yang melakukan olahraga jenis aerobik dan kelompok X2 merupakan kelompok yang melakukan olahraga jenis anaerobik.

3. Pada awal perlakuan peserta (semua kelompok) dilakukan pengukuran kadar gula darah (KGD) dengan menggunakan darah sampel dari ujung jari menggunakan alat ukur.

4. Kelompok X1-X2 diberikan perlakuan dengan memberikan olahraga selama 30-45 menit.

5. Setelah 30-45 menit diberikan perlakuan, peserta kembali dilakukan pengukuran kadar gula darah (KGD) dengan menggunakan darah sampel ujung jari menggunakan alat ukur.

4.5.1. Etichal Clearance

Etichal Clearance merupakan suatu keterangan keizinan untuk melakukan suatu penelitian.

Keizinan perlu didapatkan untuk penelitian yang melibatkan manusia atau hewam sebagai subjek yang diteliti agar prinsip etik kehidupan dan kemanusiaan dipatuhi. Penelitian hanya dapat dijalankan setelah mendapat ethical clearance. Penelitian ini telah mendapatkan

ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran


(21)

4.5.2. Mengukur Kadar Gula Darah

Alat dan Bahan : Hemolet dan Glukometer, Glucose Strip Lancet, Alkohol Swab, Alat Tulis

Cara Kerja :

Hemolet dibuka, lanset dimasukan ke dalam hemolet lalu dibuka penutup lanset, kemudian hemolet ditutup kembali. Kedalaman penetrasi kulit pada hemolet telah ditentukan 3 mm, kemudian hemolet ditarik pada kedua bagiannya sehingga terdengar bunyi ‘klik’. Penyediaan glukometer, dimasukan kartu kode pemeriksaan kadar gula darah. Setelah itu dimasukan strip periksa dibagian atas glukometer.

Siswa dipersilahkan duduk di kursi yang disediakan. Jari responden dipijat-pijat dan ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol, kemudian tunggu sampai kering. Hemolet ditusuk pada ujung jari secara tegak lurus dengan kulit. Setetes darah telah diabsorpi pada strip periksa pada glukometer. Dalam 10 detik kadar gula darah dapat dibaca pada glukometer.


(22)

4.6. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul dilakukan editing, coding, dan entry kedalam file komputer. Setelah dilakukan clearing¸ data analisis, secara statistik dengan bantuan Program SPSS versi 15. Data yang sudah terolah kemudian diuji menggunakan uji T independen dan uji T dependen.


(23)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pengambilan sampel secara

consecutive sampling, yang di lakukan pada Desember 2015. Populasi dalam penelitian ini

adalah member Garista Fitness Centre Jl. Simalingkar Medan, Indonesia dan sebagai subjek penelitian di pilih perempuan dan laki-laki berusia 15-25 tahun.

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Garista Fitnes Center adalah sebuah tempat pelatihan kebugaran jasmani yang ada di Simalingkar di kota Medan. Fitness centre ini beralamat di jalan Letjen Jamin Ginting No. 20 Simpang Rumah Sakit Jiwa. Tempat fitnes centre ini memiliki lebih dari 100 member yang terdaftar. Luas area kira-kira 800 m2 yang juga memiliki dua lantai. Garista Fitness Centre buka setiap hari mulai jam 10 pagi sampai dengan jam 9 malam.

Garista Fitness Centre menyediakan program latihan barbel, senam aerobik, yoga, dan senam zumba setiap minggunya. Alat-alat yang disediakan meliputi barbel, dumbel, alat treadmil dan alat-alat pelatihan lainnya. Tempat fitness ini memiliki seorang Personal Trainer dan Empat orang pegawai dan seorang teknisi. Senam aerobik dilakukan setiap hari mulai jam 5 sampai jam 6 sore. Senam Zumba dan Yoga dilakukan sekali dalam seminggu.

5.1.2. Deskripsi responden

Responden penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 17-25 tahun. Sebanyak 40 orang yaitu 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan setuju menjadi responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah umur dibawah 60 tahun dengan indeks masa tubuh normal serta kadar gula darah sewaktu dibawah 200 mg/dL.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah menderita riwayat penyakit berat, menderita diabetes dan memiliki KGD sewaktu lebih dari 200 mg/dL. Kriteria eksklusi lain adalah makan ataupun minum selama 30 menit olahraga berlangsung.


(24)

5.1.3. Deskripsi karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 40 responden yang merupakan member dari Garista Fitness Centre di Simalingkar Medan. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik yang diamati adalah umur, tinggi badan, berat badan, dan indeks masa tubuh. Data distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

5.1.4. Frekuensi responden

Tabel 5.1. Frekuensi Karakteristik Semua Responden

Parameter Frekuensi (n) Mean ± Standar Deviasi

Umur (Tahun) 40 24.55 ± 4.663

Tinggi Badan (cm) 40 161.65 ± 4.429

Berat Badan (kg) 40 55.70 ± 4.256

IMT (kg/m2) 40 21.290 ± 1.2838

Kadar Gula Darah

Sebelum (mg/dl) 40 103.38 ± 12.502

Sesudah (mg/dl) 40 90.83 ± 10.414

Keterangan: IMT : Indeks Masa Tubuh

Berdasarkan karakteristik usia rerata usia responden adalah 24.55 dengan standar deviasi 4.663 dan rentang umur responden adalah 17 tahun. Usia terendah adalah 19 tahun dan tertinggi adalah 36 tahun. Berdasarkan karakteristik tinggi badan, rerata tinggi badan responden 161.65 cm dengan standar deviasi 4.429 dan rentang tinggi responden adalah 20 cm. Responden yang paling tinggi adalah 170 cm dan paling pendek adalah 150 cm. Berdasarkan karakteristik berat badan, rerata berat badan responden adalah 55.70 kg dengan standar deviasi 4.256 dan rentang berat badan responden adalah 18 kg. Berat badan responden yang paling tinggi adalah 65 kg dan paling rendah adalah 47 kg. Sedangkan berdasarkan Indeks Masa Tubuh, rerata IMT responden adalah 21.290 dengan standar deviasi 1.2838 dan rentang IMT responden adalah 4.4 kg/m2. Indeks masa tubuh responden paling rendah adalah 18.6 dan tertinggi adalah 23.0 kg/m2.


(25)

Berdasarkan karakteristik kadar gula darah sebelum, rerata KGD sebelum responden adalah 103.38 dengan standar deviasi 12.502 dan rentang KGD responden adalah 63 mg/dl. Nilai KGD responden tertinggi adalah 135 dan terendah adalah 72 mg/dl. Nilai kadar gula darah yang didapat dari responden dibagi menjadi 3 kategori yaitu normal 80-120 mg/dL, diatas normal > 120 mg/dL dan rendah < 80 mg/dL. Dari 40 responden pada ditemukan kadar gula darah sewaktunya terdapat 90% responden dengan kadar gula darah normal, 8% responden dengan kadar gula darah tinggi, dan 2% dengan kadar gula darah rendah.

Berdasarkan karakteristik kadar gula darah sesudah, rerata KGD setelah responden adalah 90.83 dengan standar deviasi 10.414 dan rentang KGD responden adalah 55 mg/dl. Nilai KGD responden tertinggi adalah 116 dan terendah adalah 61 mg/dl. Dari 40 responden pada ditemukan kadar gula darah sewaktunya terdapat 92.5% responden dengan kadar gula darah normal, 7.5% dengan kadar gula darah rendah, dan tidak ada responden yang kadar gula tinggi.

Berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan oleh responden maka berikut adalah analisis mean dan standar deviasinya.

Keterangan : IMT : Indeks Masa Tubuh KGD : Kadar Gula Darah

Gambar 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Olahraga

20 0 25.2 162.05 55.55 21.145 106.25 92.6 0 20 23.9 161.25 55.85 21.435 100.5 89.05 Laki-laki Perempuan Umur (Tahun) Tinggi Badan (cm) Berat Badan (kg)

IMT (kg/m2) KGD sebelum

(mg/dl)

KGD setelah (mg/dl)

Karakteristik Berdasarkan Jenis Olahraga


(26)

5.1.5. Hasil Analisis Statistik

Tabel 5.2. Analisis Kadar Gula Darah responden berdasarkan jenis olahraga

JENIS OLAHRAGA

P1-2

Aerobik Anaerobik

Sebelum Sesudah P1 Sebelum Sesudah P2

KGD (mg/dl)

106.25 ± 12.178

92.60 ± 9.139

0.0001

100.50 ± 12.454

89.05 ± 11.510

0.0001 0.365

*P value < 0.05 perubahan bermakna *P value > 0.05 perubahan tidak bermakna

Pada pemeriksaan kadar gula darah sebelum melakukan olahraga, rerata kadar gula darah pada responden yang akan melakukan olahraga aerobik adalah 106.25 dengan standar deviasi 12.178. Sedangkan kadar gula darah pada responden yang akan melakukan olahraga anaerobik reratanya adalah 100.50 dengan standar deviasi 12.454.

Pada pemeriksaan kadar gula darah sesudah olahraga, rerata kadar gula darah pada responden yang telah melakukan olahraga aerobik adalah 92.60 dengan standar deviasi 9.139. Sedangkan Kadar gula darah pada responden yang telah melakukan olahraga anaerobik reratanya adalah 89.05 dengan standar deviasi 11.510.


(27)

5.1.5.1 Perbandingan Kadar Gula Darah sebelum dan sesudah melakukan olahraga pada responden yang melakukan jenis olahraga aerob dan anaerob

Dari hasil analisa dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil output :

Hasil uji T paired dependent pada olahraga aerob dan anaerob sebelum dan setelah , nilai p

value masing-masing adalah .000(tepatnya 0.0001). Hal ini berarti terdapat perbedaan

bermakna kadar gula darah sebelum dan setelah melakukan olahraga baik aerob maupun anaerob.

5.1.5.2. Perbandingan Perubahan Kadar Gula Darah terhadap Jenis olahraga aerob dan anaerob

Dari hasil analisa dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil output :

Hasil uji T independent, nilai P value adalah 0.365. Hal ini berarti rerata perubahan Kadar Gula darah pada olahraga aerob dan anaerob adalah tidak berbeda.


(28)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Kadar Gula Darah pada Responden

Glukosa darah merupakan homeostatis antara masukan dengan pengeluaran. Glukosa darah berasal dari makanan, glukoneogenesis, dan glikogenolisis. Pengeluaran glukosa terjadi akibat pengambilan glukosa darah oleh jaringan ekstrahepatik terutama otot rangka dan jaringan adiposa (Mayes, 2003).

Enzim amilase yang terdapat dalam tubuh memecah ikatan α1-4 di dalam zat pati. Amilosa kemudian dipecah menjadi maltosa dan maltriosa serta sejumlah kecil glukosa. Amilopektin dipecah menjadi oligosakarida, yang kemudian didegradasi oleh enzim oligosakaridase spesifik yang terdapat pada sel brush border dengan hasil akhir adalah glukosa (Barasi, 2009).

Rerata Kadar Gula Darah responden yang diukur masih dalam batas normal (80-120 mg/dL). Hal ini dimungkinkan karna tidak ada gangguan pencernaan dan transpor glukosa dalam tubuh responden. Rerata kadar gula darah responden sebelum melakukan olahraga adalah 103,4 mg/dL. Kadar gula darah responden yang tertinggi adalah 135 mg/dL sedangkan terendah adalah 72 mg/dL.

Sistem energi aerobik dapat diketahui dari waktu penyelesaian aktivitasnya. Sistem ini dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama dengan intensitas rendah. Sama dengan sistem aerobik, sistem anaerobik juga dapat diketahui berdasarkan waktu, namun lebih singkat dan cepat serta dengan intensitas yang tinggi. Energi yang diperoleh dari aktivitas aerobik adalah pembakaran glikogen dengan oksigen, sedangkan anaerobik adalah dari sistem ATP-PC dan Asam Laktat.

Di dalam penelitian sebanyak 20 responden melakukan olahraga jenis aerob dan 20 orang responden lagi melakukan olahraga anaerob. Responden aerob melakukan lari menggunakan treadmil sejauh 18 km/jam dengan 0% incline selama 5 menit. Kemudian dilakukan pengukuran di menit ke-30. Dengan meningkatnya kapasitas aerobik, maka cadangan energi menjadi lebih besar, sehingga tubuh lebih mampu mempertahankan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Energi yang diperoleh didapat dari pembakaran glikogen menggunakan oksigen, membuat kerja fisik dapat berlangsung dengan waktu yang lama. Dua puluh responden melakukan olahraga jenis anaerob dengan melakukan pemanasan dalam lima menit setelah itu lari treadmil dengan kecepatan 36 km/jam dengan 0% incline


(29)

selama 10 detik. Sistem energi anaerobik bekerja dalam waktu yang singkat dan cepat serta dengan intensitas yang tinggi. Sistem energi ini membentuk energi tanpa bantuan oksigen. Sumber energi yang digunakan adalah Sistem ATP-PC dan Asam Laktat.

ATP merupakan zat kimia yang membuat otot dapat melakukan kontraksi. ATP merupakan senyawa yagn selama aktivitas diubah menjadi ADP dan menghasilkan energi. Apabila ATP dipergunakan dan habis, maka terdapat bantuan PC dalam pembentukan energi. PC dapat kembali mengubah ADP menjaadi ATP. Jumlah ATP yang langsung tersedia adalah untuk kira-kira 6-8 detik (Peter G.J.M Janssen, 1993). ATP yang tersedia di dalam otot, bersamaan dengan zat berenergi tinggi yaitu PC menyediakan energi yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan yang maksimal tingginya selama 5-10 detik (Woeryanto, 1985). Apabila aktivitas dengan intensitas tinggi itu diteruskan lebih lama dari sistem energi fosfat, maka didalam otot yang sedang aktif terdapat energi yang diperoleh dari simpanan glikogen. Pelepasan energi anaerobik dari glikogen menghasilkan asam laktat yang mengakibatkan kelelahan. Semua olahraga yang memerlukan kecepatan diawali dengan penggunaan sistem ATP-PC dan dilanjutkan dengan sistem asam laktat, dan diakhiri dengan konversi asam laktat menjadi glukosa di hati. Sistem ini merupakan faktor yang penting dalam olahraga karena dapat menghasilkan ATP relatif lebih cepat.

Penelitian ini menunjukan bahwa rerata kadar gula darah sesudah olahraga yang diukur pada menit ke-30 pada semua responden adalah 90,825 mg/dL. Rerata perubahan kadar gula darah sesudah berolahraga adalah 12,575 mg/dL. Nilai perubahan tertinggi adalah 34 mg/dL dan perubahan terendah adalah 1 mg/dL. Perubahan kadar gula darah ini dikarenakan sejumlah hormon berperan dalam mempertahankan kadar gula darah seperti hormon insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan. Insulin dapat meningkatkan ambilan glukosa oleh jaringan ekstrahepatik sehingga menyebabkan penurunan KGD seketika. Efek ini diperkuat oleh efek insulin yang menghambat glikogenolisis dan glukoneogenesis (Mayes, 2003). Kecepatan transportasi ke dalam otot yang sedang digunakan selama berolahraga dengan intensitas sedang dapat meningkat sepuluh kali lipat. Saat berolahraga kadar insulin plasma menurun sehingga transportasi glukosa tersebut bersifat non-dependen insulin. Olahraga akan meningkatkan ketersediaan GLUT 4 membran plasma sel otot. Glukosa akan berdifusi ke dalam otot sehingga glukosa darah akan menurun pada akhir olahraga (Rose, 2005).


(30)

Pada penelitian ini walaupun nilai rerata perubahan kadar gula darah pada olahraga aerobik dan anaerobik berbeda, namun dikarenakan hasil uji analisis nilai p < 0,1 maka tidak terjadi perubahan (tidak signifikan). Mekanisme kompensasi untuk memertahankan kadar gula darah dalam batas normal mungkin terjadi.

Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Sheri R. Colberg, dkk dalam jurnal diabetes mengatakan aktivitas fisik seperti berjalan kaki menurunkan kadar glukosa darah paling kecil (-25,0 ± 42,4 mg/dL) dibandingkan dengan olahraga tidak spesifik (-33,5 ± 50,0 mg/dL), berlari/jogging (−40.1 ± 55.1 mg/dL), bersepeda (−42.4 ± 48.8 mg/dL), olahraga

dengan alat (−35.9 ± 48.8 mg/dL), dan menari (−37.4 ± 45.3 mg/dL, P < 0.05).

Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, peneliti belum banyak menemukan hasil penelitian tentang perubahan gula darah pada olahraga jenis aerobik dan olahraga jenis anaerobik. Selain itu, penelitian mengenai hubungan olahraga aerobik dan anaerobik dengan kadar gula darah jarang dilakukan.


(31)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah pada responden sebelum dan setelah melakukan olahraga jenis aeobik dan anaerobik

2. Tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan kadar gula darah pada responden yang melakukan olahraga jenis aerobik dibandingkan dengan responden yang melakukan olahraga jenis anaerobik

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut yaitu:

1. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya untuk memperbanyak sampel penelitian

2. Waktu dalam pengambilan sampel sangat berpengaruh terhadap perubahan kadar gula darah, semakin cepat pengambilan sampel setelah olahraga akan semakin baik


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson dkk., 2009).

Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak makan setidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah 2 jam postprandial mengukur kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah ad random mengukur kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir (Henrikson dkk, 2009).

2.1.1. Katabolisme Glukosa

Glukosa dalam tubuh akan mengalami oksidasi untuk menghasilkan ATP. Pengolahan glukosa menjadi ATP berlangsung didalam sel melalui respirasi selular yang melibatkan 4 jenis reaksi yaitu glikolisis, pembentukan asetil koenzim A, siklus Kreb dan rantai transport elektron (Tortora and Derrickson, 2009).

2.1.1.1. Glikolisis

Proses glikolisis terjadi pada semua organisme. Proses ini berfungsi untuk menukarkan glukosa menjadi piruvat dan akan menghasilkan ATP tanpa menggunakan oksigen. Glikolisis dimulai dengan satu molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya (C6H12O6) dan akan dipecahkan menjadi dua molekul piruvat yang masing-masing memiliki 3 atom karbon (C3H3O3) yang merupakan hasil akhir bagi proses ini (Irawan, 2007). Sepanjang proses glikolisis ini akan terbentuk beberapa senyawa, seperti Glukosa 6-fosfat, Fruktosa 6-fosfat, Fruktosa 1,6-bisfosfat, Dihidroksi aseton fosfat, Gliseraldehid 3-fosfat, 1,3- Bisfosfogliserat, 3-Fosfogliserat, 2-Fosfogliserat, Fosfoenol piruvat dan piruvat. Selain itu, proses glikolisis ini juga akan menghasilkan molekul ATP dan NADH (di mana 1 NADH menghasilkan 3 ATP). Sejumlah 4 molekul ATP dan 2 molekul NADH (6 molekul ATP) akan dihasilkan dan pada tahap awal proses ini


(33)

memerlukan 2 molekul ATP. Sebagai hasil akhir, 8 molekul ATP akan terbentuk (Marks dkk, 2005).

Gambar 2.1. Skema Proses Glikolisis (Mayes, 2003) 2.1.1.2. Pembentukan Asetil Koenzim A

Sebelum memasuki siklus Kreb, piruvat yang terhasil dari proses glikolisis harus dioksidasikan terlebih dahulu di dalam mitokondria menjadi asetil koenzim A dan karbon dioksida. Setelah piruvat memasuki mitokondria, enzim piruvat dehidrogenase akan menukarkan piruvat kepada acetyl group dengan melepaskan karbon dioksida. Semasa proses ini juga, terjadi reduksi pada NAD+ menjadi NADH dengan mengambil H+ yang dilepaskan oleh piruvat. Acetyl group akan berikatan dengan koenzim A, maka terhasil asetil koenzim A (asetil-KoA) (Tortora and Derrickson, 2009).


(34)

Gambar 2.2. Skema Proses Pembentukan Asetil Koenzim A (Mayes, 2003) 2.1.1.3. Siklus Kreb

Dalam proses metabolisme energi dari glukosa, siklus Kreb merupakan tahapan yang terakhir. Proses ini berlaku di dalam mitokondria dan berlangsung secara aerobik. Molekul asetil-KoA yang merupakan produk akhir dari proses konversi piruvat kemudian akan masuk ke dalam siklus Kreb. Perubahan yang terjadi dalam siklus ini adalah mengubah 2 atom karbon yang terikat didalam molekul asetil-KoA menjadi 2 molekul karbon dioksida (CO2), membebaskan koenzim A serta memindahkan energi dari siklus ini ke dalam senyawa NADH, FADH2 dan GTP. Untuk melanjutkan proses metabolisme energi, molekul NADH dan FADH2 yang dihasilkan dalam siklus ini akan diproses kembali secara aerobik di dalam membran sel mitokondria melalui proses Rantai Transpor Elektron untuk menghasilkan produk akhir berupa ATP dan air (Ganong, 2005).


(35)

Gambar 2.3. Skema Proses Siklus Kreb (Mayes, 2003) 2.1.1.4. Rantai Transpor Elektron

Proses ini juga dikenal sebagai proses fosforilasi oksidatif. Di dalam proses ini, NADH dan FADH2 yang mengandung elektron akan melepaskan elektron tersebut ke dalam akseptor utama yaitu oksigen. Pada akhir dari proses ini, akan terhasil 3 molekul ATP dari 1 molekul NADH dan 2 molekul ATP dihasilkan dari 1 molekul FADH2 (Irawan, 2007).

Di dalam otot, terutama selama aktivitas yang berlebihan, kebutuhan terhadap ATP sangat tinggi dan oksigen sudah banyak dikonsumsi, laktat dehidrogenase (LDH) mengkatalisis reduksi NADH oleh piruvat menghasilkan laktat dan NAD+. Reaksi ini dikelompokkan sebagai reaksi ke 11 dalam glikolisis. Proses ini meregenerasi NAD+ untuk berpartisipasi dalam reaksi GAPDH. Jadi total reaksi glikolisis secara anaerob dalam sel otot secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Glukosa + 2 ADP + 2Pi --- 2 laktat + 2 ATP + 2H+.

Akumulasi laktat ini tidak menyebabkan kelelahan otot seperti yang dipercaya selama ini, melainkan akumulasi laktat tersebut menjadikan suasana asam (otot dapat meneruskan aktivitasnya meskipun konsentrasi laktat tinggi dengan syarat pH dijaga tetap konstan). Ini adalah benar, bahwa daging hewan yang dibiarkan berlari sampai kecapekan akan terasa asam karena akumulasi asam laktat dalam jaringan ototnya.


(36)

2.1.1.5. Glikogenolisis

Glikogen merupakan bentuk penyimpanan karbohidrat yang utama di tubuh mamalia dan dijumpai terutama di hati dan otot. Dalam hati, fungsi utama glikogen adalah untuk melayani jaringan tubuh lain lewat pembentukan glukosa darah. Di otot unsur ini hanya memenuhi kebutuhan organ itu sendiri sebagai sumber bahan bakar metabolik yang siap dipakai (Mayes, 2003).

Glikogen disintesis dari glukosa dan prekursor lainnya lewat lintasan glikogenesis. Pemecahan terjadi melalui sebuah lintasan terpisah yang dikenal sebagai glikogenolisis. Glikogenolisis menyebabkan pembentukan glukosa di hati dan pembentukan laktat di otot yang masing-masing terjadi akibat adanya atau tidak adanya enzim glukosa fosfatase (Mayes, 2003).

AMP siklik mengintegrasikan pengaturan glikoneogenesis dan glikogenesis secara timbal balik dengan mendorong aktivitas enzim fosforilase dan inhibisi enzim glikogen sintase (Mayes, 2003).

2.1.1.6. Glukoneogenesis

Glukoneogenesis merupakan mekanisme untuk mengonversikan unsur-unsur nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Proses ini memberikan glukosa pada tubuh disaat karbohidrat tidak tersedia. Substrat yang penting adalah asam amino, glukogenik, laktat, gliserol dan propionat (Mayes, 2003).

Lintasan glukoneogenesis yang ditemukan di hati dan di ginjal memanfaatkan reaksi pada glikolisis yang reversibel tambah 4 reaksi tambahan untuk menghindari reaksi nonekuilibrium yang ireversibel. Enzim yang mengkatalisis reaksi tambahan tersebut adalah piruvat karbosilase, fosfoenolpiruvat, fruktosa 1,6-Bifosfatase dan glukosa-6-fosfatase (Mayes, 2003).

Laktat membentuk piruvat yang memasuki mitokondria untuk menjalani karbosilasi menjadi oksaloasetat sebelum terjadi konversi menjadi fosfoenolpiruvat yang diikuti dengan biosintesis glukosa di sitosol (Mayes, 2003).

Glikolisis dan glikoneogenesis merupakan lintasan yang sama tetapi bekerja dengan arah yang berlawanan, sehingga aktivitas keduanya harus diatur secara timbal balik. Cara ini dicapai dengan tiga mekanisme yang utama yang mempengaruhi aktivitas enzim-enzim


(37)

penting, yaitu (1) induksi atau represi sistem enzim (2) modifikasi kovalen oleh fosforilasi yang reversibel dan (3) efek alosterik (Mayes, 2003).

Sel hati yang dapat melewati glukosa dengan bebas merupakan yang utama untuk mengatur glukosa darah karena sel tesebut mengandung enzim glukokinase dengan Km yang tinggi, yang secara spesifik disesuaikan dengan fungsi pengeluaran glukosa sesudah makan. Insulin disekresikan sebagai respon langsung hiperglikemia; hormon ini akan membantu hati untuk menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan memfasilitasi pengambilan glukosa oleh jaringan ekstrahepatik. Glukagon disekresikan sebagai respon terhadap hipoglikemia dan mengaktifkan glikogenesis serta glukoneogenesis di hati yang menyebabkan pelepasan glukosa ke dalam darah (Meyes, 2003).

Enzim-enzim glukoneogenesis yang cacat akan menimbulkan hipoglikemia dan asidosis asam laktat. Penyebab oksidasi asam lemak merupakan penyebab tambahan adanya gangguan pada glikoneogenesis dan hipoglikemia (Mayes, 2003).

2.1.2. Proses Pencernaan Glukosa

Gula sederhana (monosakarida) tidak perlu dicerna sebelum diabsorpsi, yang biasa berlangsung di dalam usus halus. Disakarida dipecah oleh enzim yang spesifik untuk masing-masing gula, saat disakarida melewati permukaan mukosa usus halus. Pati matang (yang telah dimasak) dicerna oleh amilase ludah di dalam mulut. Kadar pH dalam lambung yang rendah mencegah proses pencernaan lebih lanjut, tetapi di duodenum dan jejunum pH naik dan tersedia amilase pankreas. Amilase ini menyebabkan pemecahan selang-seling

pada ikatan α1-4 dalam pati mentah atau matang. Amilosa terutama didegradasi menjadi maltosa dan maltotriosa serta dilepaskan sejumlah kecil glukosa. Amilopektin dipecah menjadi oligosakarida, yang kemudian didegradasi oleh enzim oligosakaridase spesifik yang terikat pada sel brush border dengan hasil akhirnya adalah glukosa. (Barasi, 2009).

Glukosa dan galaktosa diangkut dari usus halus, melintasi membran apikal dan memasuki aliran darah dengan mekanisme 2 tahap.

1. Sekelompok protein pengangkut glukosa berada pada membran sel. Pada mulanya glukosa bergerak mengikuti penurunan gradien konsentrasi dari lumen usus halus


(38)

menuju sel apikal. Pengangkut GLUT-1, yang berikatan dengan natrium, memfasilitasi difusi ini.

2. Ion natrium kemudian diangkut keluar secara aktif dari sel apikal. Molekul glukosa berpindah dari sel apikal menuju aliran darah, menggunakan molekul pengangkut berikutnya GLUT-2 dan difusi yang terfasilitasi (Barasi, 2009).

2.1.2.1. Metabolisme Glukosa

Semua sel tidak pernah berhenti mendapat pasokan glukosa, tubuh mempertahankan kadar glukosa darah yang konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dL bagi dewasa dan 80-90 mg/dL bagi anak, walaupun pasokan makanan dan kebutuhan jaringan berubah-ubah sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja (Cranmer dkk, 2009).

Proses ini disebut homeostasis glukosa. Kadar glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glukoneogenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak mencukupi. Kadar glukosa yang tinggi yaitu hiperglikemia dicegah oleh perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa. Keseimbangan antar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa selama puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormon homeostasis metabolik yaitu insulin dan glukagon (Ferry, 2008).

2.1.2.2. Metabolisme Glukosa di Hati

Jaringan pertama yang dilewati melalui vena hepatika adalah hati. Dalam hati glukosa dioksidasi dalam jalur-jalur yang menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi segera sel-sel hati dan sisanya diubah menjadi glikogen dan triasilgliserol. Insulin meningkatkan penyerapan dan penggunaan glukosa sebagai bahan bahan bakar, dan penyimpanannya sebagai glikogen serta triasilgliserol. Simpanan glikogen dalam hati bisa mencapai maksimum sekitar 200-300 g setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat. Sewaktu simpanan glikogen mulai penuh, glukosa akan mulai diubah oleh hati menjadi triasilgliserol (Marks dkk., 2000).

2.1.2.3. Metabolisme glukosa di jaringan lain

Glukosa dari usus, yang tidak dimobilisis oleh hati, akan mengalir dalam darah menuju jaringan perifer. Glukosa akan dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air. Banyak


(39)

jaringan misalnya otot menyimpan glukosa dalam jumlah kecil dalam bentuk glikogen (Raghavan dkk., 2009).

2.1.2.4. Metabolisme glukosa di otot

Otot rangka yang sedang bekerja menggunakan glukosa dari darah atau dari simpanan glikogennya sendiri, untuk diubah menjadi laktat melalui glikolisis atau menjadi laktat melalui glukolisis atau menjadi CO2 dan H2O. Setelah makan, glukosa digunakan oleh otot untuk memulihkan simpanan glikogen yang berkurang selama otot bekerja melalui proses yang dirangsang oleh insulin. Otot yang sedang bekerja juga menggunakan bahan bakar lain dari darah, misalkan asam-asam lemak (Raghavan dkk., 2009).

2.1.2.5. Metabolisme glukosa di jaringan adiposa

Insulin merangsang penyaluran glukosa ke dalam sel-sel adiposa. Glukosa dioksidasi menjadi energi oleh adiposit. Selain itu, glukosa digunakan sebagai sumber untuk membentuk gugus gliserol pada triasilgliserol yang disimpan dijaringan adiposa (Bell dkk., 2001).

2.1.3. Sistem Metabolisme Otot Pada Kerja Fisik

Di dalam otot terdapat sistem metabolik dasar yang sama seperti di dalam semua bagian tubuh yang lain. Terdapat tiga sistem metabolik yang bersifat sangat penting untuk memahami batasan aktivitas fisik. Sistem ini adalah sistem fosfagen, sistem glikogen-asam laktat, dan sistem aerobik.

2.1.3.1. Sistem fosfagen

Sumber dasar energi otot adalah Adenosine Triphosphate (ATP). Jumlah ATP yang terdapat pada otot seorang atlet yang terlatih dengan baik hanya cukup untuk mempertahankan daya otot yang maksimal selama tiga detik.

Oleh karena itu, penting bahwa ATP yang baru terus menerus harus dibentuk. Ketika ATP terurai menjadi Adenosine Diphosphate (ADP) dan Adenosine Monophosphate (AMP) dihasilkan energi yang dapat digunakan untuk kontraksi otot skeletal selama latihan fisik. Tiap molekul ATP yang terurai diperkirakan menghasilkan energi sebesar 7-12 kalori.


(40)

Selain ATP otot skeletal juga mempunyai senyawa fosfat berenergi tinggi lain yaitu Creatine Phosphate (CP) yang dapat digunakan untuk menghasilkan ATP. Gabungan antara ATP dan CP disebut sistem energi fosfagen. Sistem ATPCP merupakan sistem energi anaerobik.

2.1.3.2. Sistem Glikogen- Asam Laktat

Glikogen yang disimpan di dalam otot dapat dipecah menjadi glukosa dan glukosa kemudian digunakan untuk energi. Tahap awal proses ini disebut glikolisis. Selama glikolisis setiap molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul asam piruvat dan energi dilepaskan untuk membentuk empat molekul ATP. kemudian asam piruvat akan masuk ke mitokondria sel otot dan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak molekul ATP. Akan tetapi, bila tidak terdapat oksigen yang cukup untuk melangsungkan tahap kedua metabolisme glukosa ini, sebagian besar dari asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat.

Karakteristik dari sistem glikogen-asam laktat adalah bahwa sistem ini dapat membentuk molekul ATP kira kira 2,5 kali lebih cepat daripada yang dapat dilakukan oleh mekanisme oksidatif mitokondria.

2.1.3.3 Sistem aerobik

Sistem aerobik berarti oksidasi dari bahan makanan di dalam mitokondria untuk menghasilkan energi. Dalam sistem aerobik dibutuhkan O2 untuk menguraikan glikogen/glukosa menjadi CO2 dan H2O melalui siklus krebs dan sistem transpot elektron. Waktu yang diperlukan untuk membentuk ATP pada sistem aerobik lebih lambat dibandingkan dengan sistem fosfagen dan sistem glikogen asam-laktat, tetapi jumlah ATP yang dihasilkan lebih banyak.

2.2. Olahraga

2.2.1 Definisi Olahraga

Menurut Gale Encyclopedia of Medicine (2008), olahraga adalah aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan dikerjakan secara berulang dan bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani. Sedangkan menurut Mosby’s Medical Dictionary (2009),


(41)

olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan atau mengembalikan fungsi organ dan fungsi fisiologis tubuh.

2.2.2 Jenis-jenis olahraga 2.2.2.1. Olahraga aerobik

Olahraga aerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot besar dan dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu yang cukup lama (Sherwood, 2001). Terdapat banyak jenis latihan fisik aerobik, yaitu:

a. Berjalan b. Jogging c. Senam d. Renang e. Bersepeda f. Lari

g. Aktivitas olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis

Menurut Dorland’s Medical Dictionary (2007), olahraga aerobik adalah aktivitas fisik yang dirancang utnuk meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan fungsi sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. Latihan aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini sangat dianjurkan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight (Sherwood, 2001; CDC, 2011; Cleveland Clinic, 2011). Olahraga aerobik atau yang biasa disebut latihan kardiovaskular meningkatkan fungsi kerja paru, jantung dan melancarkan sirkulasi darah, sehingga tubuh mendapatkan dan menggunakan oksigen lebih baik untuk metabolisme sel. Oksigen berfungsi dalam pembentukan sumber energi tubuh yaitu adenosin trifosfat (ATP) dengan menggunakan siklus asam sitrat sebagai jalur metabolisme utama (Sherwood, 2001).

Aktivitas fisik yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan cepat, jogging atau lari-lari kecil, renang, dansa, atau bersepeda. Intensitas dalam setiap olahraga aerobik berbeda-beda. Intensitas adalah usaha yang diberikan setiap orang dalam mengerjakan aktivitas fisik.

American Heart Association (AHA) menganjurkan, setidaknya dilakukan aktivitas fisik

dengan intensitas sedang, yaitu di mana Target Heart Rate (THR) atau detak jantung yang diinginkan adalah 60-80% dari perkiraan detak jantung maksimal, (Cleveland Clinic, 2011).


(42)

Perkiraan detak jantung maksimal adalah 220 dikurang dengan umur saat ini. AHA juga menganjurkan olahraga aerobik dilakukan dalam 20-30 menit perharinya untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner. Frekuensi atau jumlah hari untuk olahraga dalam seminggu yang dianjurkan adalah 3-7 hari perminggu (AHA, 2001).

Menurut salah satu institusi kesehatan jantung dan toraks terbesar di Amerika Serikat,

Cleveland Clinic (2011), olahraga aerobik memiliki tiga bagian yang utama, yaitu:

a. Warm-up

Pada bagian warm-up atau biasa disebut pemanasan, dilakukan latihan gerakan-gerakan dengan intensitas rendah selama 3-5 menit.

b. Conditioning

Pada bagian ini dilakukan latihan aerobik dalam durasi 30-45 menit sampai mencapai THR yang diinginkan.

c. Cool-down

Bagian ini memerlukan waktu selama 3-5 menit dengan latihan intensitas rendah untuk menurunkan detak jantung secara perlahan dan mengurangi risiko kecelakaan.

2.2.2.2. Olahraga anaerobik

Olahraga anaerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang tidak memerlukan oksigen dalam pelaksanaannya. Terdapat dua jenis latihan anaerobik, yaitu lari cepat dan angkat beban. Olahraga angkat beban ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (CDC, 2011) yang meningkatkan penggunaan glukosa dan membantu pengendalian glukosa darah (Devlin, 2009). Cleveland Clinic (2011) menganjurkan frekuensi olahraga anaerobik dalam seminggu memiliki satu atau dua hari tanpa olahraga di antara hari-hari latihan. Satu set adalah sejumlah repetisi atau perulangan kembali gerakan. Cleveland Clinic (2011) juga menganjurkan satu set mengandung 12-20 kali repetisi dengan angkat beban ringan dan 8-12 repetisi angkat beban berat untuk membentuk massa otot. Disarankan terdapat masa recovery yaitu 0-180 detik di antara dua set. Hal ini untuk mencegah kelelahan otot yang lebih cepat.

2.2.3. Manfaat Olahraga

Menurut Centre for Diseases Control and Prevention (CDC) pada tahun 2011, terdapat enam manfaat olahraga, yaitu:


(43)

2. Menurunkan tekanan darah.

3. Menurunkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2, serangan jantung, stroke, dan beberapa bentuk kanker.

4. Menurunkan nyeri arthritis dan cacat akibat arthritis 5. Menurunkan risiko terkena osteoporosis

6. Menurunkan gejala depresi dan kecemasan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, olahraga yang baik untuk menurunkan berat badan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight adalah olahraga aerobik, intensitas sedang dengan frekuensi ≥ 3 kali perminggu. Lebih banyak aktivitas fisik yang dilakukan, lebih banyak kalori yang dibakar untuk digunakan sebagai energi dalam menurunkan berat badan (CDC, 2011). Jika asupan kalori juga dibatasi, maka gabungan antara aktivitas fisik dan penurunan jumlah kalori yang dimakan menimbulkan suatu

calorie deficit” yang akhirnya akan menyebabkan penurunan berat badan (CDC, 2011). Braden dkk. (1998) dalam Adiwinanto (2008) mengatakan bahwa, latihan fisik yang berhubungan dengan posisi berat badan 30 menit, tiga kali seminggu selama 32 minggu meningkatkan densitas mineral tulang belakang, kaki dan densitas mineral total tubuh. Hal ini berkaitan dengan manfaat olahraga yang diungkapkan oleh CDC (2011) tentang olahraga mencegah terjadinya osteoporosis.

2.2.4. Fisiologis Olahraga

Tubuh manusia merupakan sesuatu mesin yang luar biasa di mana aktivitas tubuh yang terkoordinasi sempurna terjadi secara simultan. Peristiwa-peristiwa tubuh ini memungkinkan fungsi kompleks tubuh seperti mendengar, melihat, bernapas serta pengolahan informasi tanpa upaya kesadaran. Apabila seseorang melakukan aktivitas seperti berjalan, dia akan menggeser sistem tubuh dari keadaan istirahat kepada keadaan aktif. Jika aktivitas itu dilakukan beberapa kali, tubuhnya akan beradaptasi terhadap aktivitas tersebut. Aktivitas yang dilakukan tadi disebut “aktivitas fisik”. Aktivitas fisik ini merupakan proses yang rumit dimana pelatih perlu mengawasi perubahan pada subjek setiap menit sewaktu aktivitas. Oleh karena itu, jika seseorang itu ingin menjadi atlet, dia perlu mempunyai tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dibanding dengan populasi normal ( Shetty, 2005).


(44)

Perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila aktivitas fisik atau latihan olahraga yang berterusan dilakukan. Oleh karena itu, tanggapan tehadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap ligkungan stres. Salah satunya adalah respon jangka pendek yaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang yaitu setelah olahraga teratur yang mempermudahkan latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Adaptasi terhadap latihan kronik ini disebut “training”. (Willmore dkk, 1999) Adaptasi terhadap latihan akut adalah respon terhadap latihan di mana efek terhadap pelatihan (Willmore, 1994).

Respon jangka pendek serta jangka panjang ini memenuhi kebutuhan energi. Kenaikan pesat dalam kebutuhan energi sewaktu latihan memerlukan penyesuaian peredaran darah yang seimbang untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen, nutrisi serta mengeliminasi produk akhir metabolisme seperti karbon dioksida dan asam laktat dan membebaskan panas berlebihan. Pergeseran metabolisme tubuh terjadi melalui kegiatan terkoordinasi dari semua sistem tubuh iaitu neuromuskuler, respiratori, kardiovaskular, metabolik, dan hormonal (Shetty , 2005).

2.2.4.1. Respon Jangka Panjang dan Pendek Terhadap Latihan Fisik 2.2.4.1.1. Sistem respirasi

Latihan fisik akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk mempertahankan konsentrasi gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida (William, 1999).

Permulaan aktivitas fisik ini disertai dengan peningkatan dua tahap ventilasi. Hampir segera dapat terlihat peningkatan pada inspirasi dan kenaikan bertahap pada kedalaman dan tingkat pernapasan. Kedua tahap penyesuaian menunjukkan bahwa kenaikan awal dalam ventilasi diproduksi oleh mekanisme gerakan tubuh setelah latihan dimulai, namun sebelum rangsangan secara kimia, korteks motor menjadi lebih aktif dan mengirimkan impuls stimulasi ke pusat inspirasi, yang akan merespon dengan meningkatkan respirasi juga. Secara umpan balik proprioseptif dari otot rangka dan sendi aktif memberikan masukan tambahan tentang gerakan ini dan pusat pernapasan dapat menyesuaikan kegiatan itu berdasarkan kesesuaiannya (Guyton, 2006).


(45)

Tahap kedua lebih bertahap dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh perubahan status suhu dan kimia dari darah arteri. Sambil latihan berlangsung, peningkatan proses metabolisme pada otot menghasilkan lebih banyak panas, karbon dioksida dan ion hidrogen. Semua faktor ini meningkatkan penggunakan oksigen dalam otot, yang meningkatkan oksigen arteri juga. Akibatnya, lebih banyak karbon dioksida memasuki darah, meningkatkan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah. Hal ini akan dirasakan oleh kemoreseptor, yang sebaliknya merangsang pusat inspirasi, dimana terjadi peningkatan dan kedalaman pernapasan. Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa kemoreseptor dalam otot juga mungkin terlibat iaitu dengan meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan volume tidal (Willmore, 1999).

Walaupun sistem kardiovaskular adalah begitu efisien dengan menyuplai jumlah darah yang cukup ke jaringan, daya tahan masih terhalang jika sistem pernapasan tidak membawa oksigen yang cukup untuk memenuhi permintaan. Fungsi sistem pernapasan biasanya tidak terbatas karena ventilasi dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih besar daripada fungsi kardiovaskular. Melainkan sistem kardiovaskuler dan sistem lain, sistem respirasi juga mengalami adaptasi khusus untuk ketahanan pelatihan untuk memaksimalkan efisiensi. Adaptasi ini meliputi, peningkatan ventilasi dengan peningkatan dalam pengambilan oksigen maksimal dengan minimum empat minggu pelatihan (William, 1991) dan diikuti dengan pengurangan yang signifikan pada ventilasi yang setara yang diamati. Akibatnya, sedikit udara akan dihirup pada konsumsi oksigen pada tingkat tertentu. Hal ini akan mengurangi persentase oksigen total yang digunakan dibandingkan pernapasan. Oleh karena itu, keadaan ini membantu dalam melakukan olahraga berat yang berkepanjangan tanpa kelelahan otot ventilasi. Mekanisme yang tepat tidak diketahui untuk adaptasi pelatihan dalam sistem ventilasi. Secara umum, ada peningkatan dalam 'volume dan kapasitas' saat istirahat karena fungsi pernapasan ditingkatkan (Bijalani, 1998).

2.2.4.1.2. Sistem Kardiovaskular

Memahami dasar anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler, seseorang dapat melihat secara khusus bagaimana sistem ini merespon terhadap peningkatan tuntutan tubuh sewaktu pelatihan. Selama latihan, permintaan oksigen di otot aktif meningkat, lebih banyak nutrisi digunakan dan proses metabolisme dipercepatkan serta menghasilkan sisa metabolisme. Jadi, untuk memberikan lebih banyak nutrisi dan untuk menghilangkan sisa metabolisme, sistem kardiovaskuler harus beradaptasi untuk memenuhi tuntutan sistem muskuloskeletal selama latihan (Willmore, 1999).


(46)

Respon akut atau langsung yang terlihat sewaktu latihan adalah peningkatan kontraktilitas miokard, peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan respon perifer termasuk vasokonstriksi umum pada otot-otot dalam keadaan istirahat, ginjal, hati, limpa dan daerah splanknikus ke otot-otot kerja dan juga ada peningkatan tekanan darah sistolik akibat curah jantung yang meningkat. Dengan pelatihan yang ada akan ditandai penurunan denyut nadi dan pengurangan tekanan darah saat istirahat dengan peningkatan volume darah dan hemoglobin (Guyton, 2006).

Selama tenaga digunakan, akan masih terjadi penurunan denyut nadi, peningkatan

stroke volume, peningkatan curah jantung (Carolin Kisner, 1996) dan peningkatan ekstraksi

oksigen oleh otot bekerja karena perubahan enzimatik dan biokimia pada otot serta peningkatan konsumsi oksigen maksimal untuk setiap intensitas latihan yang diberikan (Ganong, 2005).

2.2.4.1.3. Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan aliran darah ke otot-otot yang bekerja memberikan oksigen tambahan. Maka, ekstraksi oksigen lebih banyak dari sirkulasi darah dan penurunan PO2 jaringan lokal dan peningkatan PCO2. Setelah pelatihan daya tahan, ada peningkatan aktivitas enzim mitokondria pada kedua serat lambat dan cepat tanpa mengubah kecepatan kontraksi serat. Oleh itu, pelatihan meningkatkan kemampuan kedua jenis serat untuk menyediakan energi selama latihan berkepanjangan. Setelah mengikuti latihan kekuatan, kegiatan intensitas tinggi membutuhkan perbaikan besar dalam kekuatan otot dan kapasitas aerobik tinggi. Selain itu, akan terjadi peningkatan ukuran otot-otot yang terlibat iaitu hipertrofi. (Carolin Kisner, 1996).

2.2.4.1.4. Sistem Metabolik

Sumber langsung untuk kontraksi otot diisi kembali oleh proses fosforilasi oksidatif yang membutuhkan O2. Ketika kebutuhan energi melebihi batas metabolisme, metabolisme anaerobik akan menjadi suplemen sistem pasokan energi selama latihan. Selama intensitas tiba-tiba yang berat seperti 100 menit atau “Power Lifting”, hampir semua energi berasal dari ATP dan kreatinin fosfat. Sewaktu latihan berlangsung, peningkatan penyimpanan untuk kreatinin fosfat serta glikogen berlangsung. Aktivitas kreatin kinase meningkat karena adanya peningkatan jumlah serta ukuran mitokondria. Dengan demikian, ada akumulasi asam laktat yang rendah dan penurunan pH sehingga menurunkan kelelahan. (Bijalani, 1998).


(47)

2.2.4.1.5. Perubahan sistem lain

Perubahan sistem lainnya meliputi penurunan lemak tubuh, kolesterol darah dan kadar trigliserida, peningkatan aklimatisasi panas dan peningkatan kekuatan tulang, ligamen dan tendon (Shetty, 2005).


(48)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut American Diabetic Association (ADA) tahun 2003, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Prevalensi diabetes melitus di dunia menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2000 mencapai 171 juta jiwa dan diperkirakan akan menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030 dan diprediksi menjadi penyebab kematian nomor tujuh di dunia (WHO, 2013). Diabetes merupakan penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (WHO, 2013).

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Kadar gula ini juga disebut dengan kadar gula plasma. Kadar gula darah ini diukur dengan satuan milimol per liter (mmol/L). Kadar gula darah normal berkisar antara 4-8 mmol/L (Campbell, 2008). Menurut Sherwood (2001) gula darah merupakan satuan terkecil dari karbohidrat yang telah dimetabolisme didalam tubuh dan berada didalam darah. Yang mempengaruhi kadar gula darah adalah : asupan makanan (karbohidrat), pemecahan lipid, glikogen, asam amino, insulin, dan olahraga.

Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani, karena dalam olahraga melibatkan sistem muskuloskeletal dan banyak sistem lainnya. Nilai olahraga bukan hanya untuk memelihara tubuh yang sehat melainkan juga untuk menyembuhkan tubuh yang tidak sehat. Latihan-latihan olahraga yang teratur dapat dimanfaatkan untuk menurunkan berat badan yang berlebihan juga mempunyai efek langsung menurunkan tekanan darah.

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu, yang bertujuan menjaga tubuh agar selalu dalam keadaan sehat dan bugar. Latihan fisik dilakukan oleh otot secara teratur, berulang dan berkesinambungan. Olahraga terdiri dari olahraga aerobik dan olahraga anaerobik (Flora, 2012).


(49)

Olahraga aerobik adalah aktivitas fisik yang menggunakan energi ATP dari hasil fosforilase glikogen dan asam lemak bebas. Proses metabolisme tergantung dari ketersediaan oksigen. Olahraga anaerobik adalah aktivitas fisik yang dalam proses metabolisme pembentukan energi tidak menggunakan oksigen. Energi dihasilkan dari pembentukan ATP melalui sumber energi yang tidak menggunakan oksigen. Energi dihasilkan dari pembentukan ATP melalui sumber energi yang berasal dari kreatin fosfat dan glikogen (Astrand dkk, 2003).

Aktivitas fisik pada umumnya merupakan gabungan dari sistem aerobik dan anaerobik, akan tetapi porsi kedua sistem tersebut berbeda pada setiap cabang olahraga. Untuk cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dan waktu relatif singkat, misal lari sprint 400 m, sistem energi predominannya adalah anaerobik. Sebaliknya, pada cabang olaraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas rendah dan berlangsung relatif lama, misal jogging 1600 m, sistem predominannya adalah aerobik. Hal ini dikarenakan energi yang dibentuk dari metabolisme aerobik dan anaerobik di dalam sel merupakan suatu proses pembentukan energi yang berkesinambungan untuk aktivitas fisik yang juga berkesinambungan (Astrand, 2003).

Aktivitas fisik baik aerobik maupun anaerobik dapat mengakibatkan perubahan hemodinamik tubuh. Aktivitas fisik tidak hanya melibatkan fungsi kardiovaskuler dan adaptasi muskular tetapi juga menimbulkan perubahan respon endokrin. Hormon-hormon ini terlibat dalam mobilisasi dan degradasi substrat untuk energi (Mooren, 2005) yang mengakibatkan perubahan kadar gula darah.

Hasil penelitian yang dilakukan Diabetes Prevention Program di Amerika Serikat pada tahun 2013 menunjukan bahwa jutaan orang berisiko tinggi dapat menunda atau menghindari diabetes tipe 2 dengan kehilangan berat badan melalui aktivitas fisik secara teratur dan diet. Peserta yang diintervensi gaya hidupnya yang mendapat latihan fisik dan konseling diet dapat menurunkan resiko diabetes sampai 58 persen. Temuan tersebut berlaku untuk semua etnis dan jenis kelamin. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Sheri R. Colberg, dkk dalam jurnal diabetes mengatakan aktivitas fisik seperti berjalan kaki menurunkan kadar glukosa darah paling kecil (-25,0 ± 42,4 mg/dL) dibandingkan dengan olahraga tidak spesifik (-33,5 ± 50,0 mg/dL), berlari/jogging (−40.1 ± 55.1 mg/dL),

bersepeda (−42.4 ± 48.8 mg/dL), olahraga dengan alat (−35.9 ± 48.8 mg/dL), dan menari (−37.4 ± 45.3 mg/dL, P < 0.05).


(50)

Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, peneliti belum banyak menemukan hasil penelitian tentang perubahan gula darah pada olahraga jenis aerobik dan olahraga jenis anaerobik. Selain itu, penelitian mengenai hubungan olahraga aerobik dan anaerobik dengan kadar gula darah jarang dilakukan. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini agar dapat mengetahui apakah ada perbedaan perubahan gula darah pada peserta yang melakukan olahraga aerobik dan anaerobik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan perubahan kadar gula darah (KGD) pada kelompok peserta yang melakukan olahraga aerobik dengan kelompok peserta yang melakukan olahraga anaerobik di Garista Fitness Centre Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan kadar gula darah (KGD) pada responden yang melakukan olahraga aerobik dengan responden yang melakukan olahraga anaerobik di Garista Fitness Centre.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan Kadar gula darah (KGD) pada peserta yang melakukan olahraga (aerobik dan anaerobik).

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peserta

Memberi informasi kepada responden penelitian tentang perbedaan olahraga aerobik dan anaerobik terhadap perubahan kadar gula darah (KGD).


(51)

1.4.2. Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis peneliti. Dan dapat meningkatkan pengetahuan perubahan Kadar gula darah (KGD) pada peserta yang melakukan olahraga aerobik dan anaerobik


(1)

ABSTRAK

Latar Belakang. Diabetes merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2000 mencapai 171 juta jiwa dan diperkirakan akan menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030 dan diprediksi menjadi penyebab kematian nomor tujuh di dunia. KGD dipengaruhi oleh asupan karbohidrat, pemecahan lipid, glikogen, asam amino, insulin, dan Olahraga. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang melibatkan banyak sistem, dilakukan secara teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Olahraga terdiri dari olahraga aerobik dan anaerobik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perubahan KGD pada orang yang melakukan olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre.

Metode. Desain penelitian menggunakan metode pre-experimental design dengan bentuk

rancangan pretest-postest. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling, sampel yang diperlukan sebanyak 40 orang, yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan mengelompokan responden menjadi kelompok aerob dan anaerob, mengukur KGD sebelum berolahraga kemudian meminta responden untuk berolahraga dan memeriksa KGD, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap KGD yang didapat. KGD tersebut kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk angka, kemudian diinterpretasikan.

Hasil. Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 40 responden mengenai

perbandingan perbedaan KGD pada olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre. Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada semua responden (aerobik dan anaerobik) adalah sebesar 103.38 mg/dl (SD=12.50) dan KGD sesudah berolahraga pada semua responden (aerobik dan anaerobik) adalah sebesar 90.83 mg/dl (SD=10.41). Hasil uji T dependen pada kedua olahraga aerob dan anaerob, nilai P masing-masing 0,0001. Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada responden yang berolahraga aerobik adalah sebesar 106.25 mg/dl (SD=12.17) dan KGD sesudah berolahraga pada responden yang berolahraga aerobik adalah sebesar 92.60 mg/dl (SD=9.13). Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada responden yang berolahraga anaerobik adalah sebesar 100.50 mg/dl (SD=12.45) dan KGD sesudah berolahraga pada responden yang berolahraga anaerobik adalah sebesar 89.05 mg/dl (SD=11.51). Hasil uji T independen pada KGD sebelum dan sesudah kedua olahraga aerob dan anaerob, nilai P adalah 0,365.

Kesimpulan. Hasil ini menunjukan terdapat perbedaan bermakna KGD pada responden

sebelum dan setelah melakukan olahraga jenis aerobik dan anaerobik. Namun Tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan KGD pada responden yang melakukan olahraga jenis aerobik dibandingkan dengan responden yang melakukan olahraga jenis anaerobik.


(2)

ABSTRACT

Background. Diabetes is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia

caused by insulin secretion, insulin action, or both. The prevalence of diabetes mellitus in 2000 reached 171 million people and is expected to be 366 million in 2030 and is predicted to be the cause of death number seven in the world. Glucose level affected by the intake of carbohydrates, lipids breakdown, glycogen, amino acids, insulin, and Sports. Sport is a physical activity that involves many systems, carried out regularly within a certain period of time and intensity. Exercise consists of aerobic and anaerobic exercise. The purpose of this study to determine differences of Blood Glucose Level changes in people who do aerobic exercise and anaerobic in Garista Fitness Centre.

Method. The study design using pre-experimental design with pretest-posttest form.

Samples were taken with Consecutive Sampling method, samples are required as many as 40 people, who met the inclusion criteria. Data collected by grouping the respondents into groups of aerobic and anaerobic, measuring of Glucose Level before exercising then asked respondents to exercise and check Blood Glucose Level, then the results tabulated and processing performed on each Glucose Level obtained. The Blood Glucose Level are then analyzed and the results produced in the form of numbers, and then interpreted.

Results. After a study found data from 40 respondents regarding comparisons of Blood

Glucose Level differences in aerobic and anaerobic exercise in Garista Fitness Centre. The results mean of Glucose Level before exercising all respondents (aerobic and anaerobic) amounted to 103.38 mg / dl (SD = 12.50) and Glucose Level after exercise on all respondents (aerobic and anaerobic) amounted to 90.83 mg / dl (SD = 10.41). T test results dependent on both the aerobic and anaerobic exercise, the P value 0.0001 respectively. The results mean of Glucose Level before exercise on aerobic exercise respondents amounted to 106.25 mg / dl (SD = 12.17) and Glucose Level after exercise on aerobic exercise respondents amounted to 92.60 mg / dl (SD = 9.13). The results mean of Blood Glucose Level before exercising in respondents anaerobic exercise amounted to 100.50 mg / dl (SD = 12.45) and Blood Glucose Level after exercise on anaerobic exercise respondents amounted to 89.05 mg / dl (SD = 11.51). T independent test results on Glucose Level before and after both aerobic and anaerobic exercise, the P value was 0.365.

Conclusion. This result suggests that there are significant differences among respondent’s

Blood Glucose Level before and after exercise aerobic and anaerobic. But not significantly different of Glucose Level changes in respondents who do aerobic exercise compared with respondents who exercise the type of anaerobic.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

DAFTAR ISI ... ivi

DAFTAR GAMBAR... viiiii

DAFTAR TABEL ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Bagi Peserta ... 3

1.4.2. Bagi Peneliti ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kadar glukosa darah ... 5

2.1.1. Katabolisme Glukosa ... 5

2.1.2. Proses Pencernaan Glukosa ... 10

2.1.3. Sistem Metabolisme Otot Pada Kerja Fisik ... 12

2.2 Olahraga ... 14

2.2.1 Definisi Olahraga ... 14


(4)

4.2. Tempat dan waktu penelitian ... 25

4.3. Populasi penelitian ... 25

4.4. Sampel penelitian ... 26

4.4.1 Kriteria Inklusi : ... 26

4.4.2. Besar Sampel ... 26

4.5. Cara megumpulkan data ... 27

4.5.1. Etichal Clearance ... 27

4.5.2. Mengukur Kadar Gula Darah ... 28

4.6. Analisa Data ... 29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2. Deskripsi Responden ... 30

5.1.3. Frekuensi Responden ... 31

5.1.4. Hasil Analisis Statistik ... 31

5.2.Pembahasan ... 33

5.2.1. Kadar Gula Darah pada Responden ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1. Kesimpulan ... 38

6.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Proses Glikolisis ... 6

Gambar 2.2. Skema Proses Pembentukan Asetil Koenzim A ... 7

Gambar 2.3. Skema Proses Siklus Kreb ... 8


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Frekuensi karakteristik semua responden ... 31 Tabel 5.2. Analisis Kadar Gula Darah responden berdasarkan jenis olahraga ... 30