Permasalahan Status Kelembagaan PENUTUP 71

Periode Penguatan Perekonomian Melalui Persaingan Usaha KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA - REPUBLIK INDONESIA 62 Laporan Kinerja KPPU 2012 Diskursus ini telah memakan waktu lebih dari 10 tahun, dan sampai dengan saat ini masih menjadi masalah utama bagi para staf di sekretariat KPPU. Akibat dari kondisi ini, maka kinerja KPPU secara keseluruhan sangat terpengaruh. Ketidakpastian masa depan menjadi hantu yang menakutkan bagi staf Sekretariat. Tidaklah mengherankan apabila kemudian turn over yang tinggi dari staf sekretariat mewarnai iklim kerja di KPPU. Hal ini sangat mempengaruhi semangat kerja sumberdaya manusia KPPU secara keseluruhan. Apabila hal ini dibiarkan, maka kultur kerja menjadi kurang baik dan akan mendegradasi kinerja keseluruhan. Turn over yang tinggi akan menyebabkan KPPU tidak memiliki staf yang handal, karena berdasarkan perjalanan waktu staf yang handal akan mencari instansi yang lebih memberikan jaminan bagi masa depannya.

b. Sumberdaya Manusia yang Terbatas KPPU sampai dengan saat ini sudah memiliki sekitar 300

staf Sekretariat. Akan tetapi apabila dilihat lebih lanjut, staf yang bergerak dalam pekerjaan inti KPPU ada sekitar 200 orang. Tentu saja dengan ukuran wilayah yang sangat luas dengan jumlah pelaku usaha dan sektor usaha yang sangat banyak, jumlah sumberdaya manusia tersebut masih belum cukup memadai. Untuk itu diperlukan sebuah kajian yang proporsional untuk memenuhi kebutuhan minimal KPPU dalam menjalankan aktivitasnya. Melalui pemenuhan tersebut maka diharapkan KPPU adapat meningkatkan kinerja sebagaimana yang diharapkan. Dengan memperhatikan perjalanan KPPU beserta hambatannya tersebut, maka penyempurnaan peran dan fungsi KPPU dalam sistem ekonomi dan hukum Indonesia pada 2013 harus lebih optimal. Beberapa agenda yang menjadi prioritas KPPU pada 2013 adalah: Periode Penguatan Perekonomian Melalui Persaingan Usaha KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA - REPUBLIK INDONESIA 63 Laporan Kinerja KPPU 2012

1. Menyempurnakan Kebijakan Persaingan Usaha dalam Sistem Ekonomi Nasional

Kehadiran Undang-undang No 5 Tahun 1999 telah menegaskan kepada kita semua bahwa Indonesia telah menetapkan persaingan usaha yang sehat sebagai salah satu pilar ekonomi Indonesia. Dalam perjalanannya, KPPU telah mencatat beberapa keberhasilan implementasi ekonomi sebagai instrumen pengelolaan ekonomi Indonesia melalui kinerja sektor yang membanggakan yang ditunjukan dengan dua indikator utama yakni tarif atau harga produk yang efisien dan ketersediaan produkjasa di pasar. Sektor penerbangan dan telekomunikasi menjadi contoh paling signifikan untuk keberhasilan tersebut. Tetapi meskipun demikian, dalam perkembangannya dirasakan bahwa peran persaingan usaha sebagai instrumen ekonomi belum optimal. Untuk mendorong hal ini sebagaimana yang menjadi tujuan UU Nomor 5 Tahun 1999, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

a. Penetapan Kerangka Besar kebijakan Persaingan di Indonesia

Setelah dua periode KPPU berlangsung, KPPU bisa melihat dan menganalisis bahwa salah satu kelemahan yang cukup mendasar terkait dengan peran dan fungsi persaingan usaha yang sehat sebagai instrumen ekonomi Indonesia adalah tidak adanya acuan yang bisa menjadi rujukan dari peran dan fungsi tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah kerangka besar persaingan usaha Indonesia, yang akan menjadi arah bagaimana dan seperti apa persaingan usaha yang sehat akan diimplementasikan dalam sistem ekonomi Indonesia. Kondisi ini sangat mempengaruhi sistem ekonomi Indonesia, karena bagaimanapun kalau ada panduan yang terdokumentasi terhadap hal tersebut maka seluruh pemangku kebijakan ekonomi Indonesia baik makro maupun mikro akan memperhatikan dan pasti mengakomodasinya