Periode Penguatan Perekonomian Melalui Persaingan Usaha
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA - REPUBLIK INDONESIA
62
Laporan Kinerja KPPU 2012
Diskursus ini telah memakan waktu lebih dari 10 tahun, dan sampai dengan saat ini masih menjadi masalah utama bagi
para staf di sekretariat KPPU.
Akibat dari kondisi ini, maka kinerja KPPU secara keseluruhan sangat terpengaruh. Ketidakpastian masa depan menjadi
hantu yang menakutkan bagi staf Sekretariat. Tidaklah mengherankan apabila kemudian turn over yang tinggi dari
staf sekretariat mewarnai iklim kerja di KPPU. Hal ini sangat mempengaruhi semangat kerja sumberdaya manusia KPPU
secara keseluruhan. Apabila hal ini dibiarkan, maka kultur kerja menjadi kurang baik dan akan mendegradasi kinerja
keseluruhan.
Turn over yang tinggi akan menyebabkan KPPU tidak memiliki staf yang handal, karena berdasarkan perjalanan
waktu staf yang handal akan mencari instansi yang lebih memberikan jaminan bagi masa depannya.
b. Sumberdaya Manusia yang Terbatas KPPU sampai dengan saat ini sudah memiliki sekitar 300
staf Sekretariat. Akan tetapi apabila dilihat lebih lanjut, staf yang bergerak dalam pekerjaan inti KPPU ada sekitar
200 orang. Tentu saja dengan ukuran wilayah yang sangat luas dengan jumlah pelaku usaha dan sektor usaha yang
sangat banyak, jumlah sumberdaya manusia tersebut masih belum cukup memadai.
Untuk itu diperlukan sebuah kajian yang proporsional untuk memenuhi kebutuhan minimal KPPU dalam
menjalankan aktivitasnya. Melalui pemenuhan tersebut maka diharapkan KPPU adapat meningkatkan kinerja
sebagaimana yang diharapkan.
Dengan memperhatikan perjalanan KPPU beserta hambatannya tersebut, maka penyempurnaan peran dan fungsi KPPU dalam
sistem ekonomi dan hukum Indonesia pada 2013 harus lebih optimal. Beberapa agenda yang menjadi prioritas KPPU pada
2013 adalah:
Periode Penguatan Perekonomian Melalui Persaingan Usaha
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA - REPUBLIK INDONESIA
63
Laporan Kinerja KPPU 2012
1. Menyempurnakan Kebijakan Persaingan Usaha dalam Sistem Ekonomi Nasional
Kehadiran Undang-undang No 5 Tahun 1999 telah menegaskan kepada kita semua bahwa Indonesia telah menetapkan
persaingan usaha yang sehat sebagai salah satu pilar ekonomi Indonesia. Dalam perjalanannya, KPPU telah mencatat
beberapa keberhasilan implementasi ekonomi sebagai instrumen pengelolaan ekonomi Indonesia melalui kinerja
sektor yang membanggakan yang ditunjukan dengan dua indikator utama yakni tarif atau harga produk yang efisien
dan ketersediaan produkjasa di pasar. Sektor penerbangan dan telekomunikasi menjadi contoh paling signifikan untuk
keberhasilan tersebut.
Tetapi meskipun demikian, dalam perkembangannya dirasakan bahwa peran persaingan usaha sebagai instrumen ekonomi
belum optimal. Untuk mendorong hal ini sebagaimana yang menjadi tujuan UU Nomor 5 Tahun 1999, maka disarankan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Penetapan Kerangka Besar kebijakan Persaingan di Indonesia
Setelah dua periode KPPU berlangsung, KPPU bisa melihat dan menganalisis bahwa salah satu kelemahan yang cukup
mendasar terkait dengan peran dan fungsi persaingan usaha yang sehat sebagai instrumen ekonomi Indonesia
adalah tidak adanya acuan yang bisa menjadi rujukan dari peran dan fungsi tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan
sebuah kerangka besar persaingan usaha Indonesia, yang akan menjadi arah bagaimana dan seperti apa persaingan
usaha yang sehat akan diimplementasikan dalam sistem ekonomi Indonesia.
Kondisi ini sangat mempengaruhi sistem ekonomi Indonesia, karena bagaimanapun kalau ada panduan
yang terdokumentasi terhadap hal tersebut maka seluruh pemangku kebijakan ekonomi Indonesia baik makro maupun
mikro akan memperhatikan dan pasti mengakomodasinya