PEMBELAJARAN TARI PIRING DUA BELAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG

(1)

MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI SMA

NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG

Oleh

Fajar Indah Sari Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

ABSTRACT

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTARGAMBAR DAFTAR DIAGRAM

I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...7

1.3 Tujuan Penelitian ...7

1.4 Manfaat Penelitian ...7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...8

II TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1 Tinjauan Pustaka ...9

2.2 Landasan Teori ...11

2.2.1 Pembelajaran Menggunakan Metode Demonstrasi ...13

a). Kelebihan Metode Demonstrasi ...15

b). Kelemahan Metode Demonstrasi ...15

c). Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi ...17

2.2.2 Pembelajaran ...18

2.2.3 Seni Tari...18

2.2.4 Tari Piring Dua Belas ...21

1. Sejarah ...21

2. Jenis dan Fungsi ...22

3. Ragam Gerak Tari Piring Dua Belas ...23

2.2.5 Ekstrakurikuler ...24


(3)

3.2 Sumber Data ...27

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...28

3.3.1 Observasi ...28

3.3.2 Wawancara ...29

3.3.3 Catatan Lapangan ...29

3.3.4 Dokumentasi ...30

3.3.5 Non Tes ...30

3.3.6 Tes Praktik ...35

3.4 Teknik Analisis Data ...37

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...39

4.1 Hasil Penelitian ...39

4.1.1 Pertemuan Pertama ...39

4.1.2 Pertemuan Kedua ...46

4.1.3 Pertemuan Ketiga ...62

4.1.4 Pertemuan Keempat ...72

4.1.5 Pertemuan Kelima ...79

4.1.6 Pertemuan Keenam...83

4.2 Penggunaan Metode Demonstrasi...90

4.3 Penyajian Data ...92

1. Pengamatan Aktivitas Siswa ...92

2. Pengamatan Tes Praktik ...96

4.4 Pembahasan ...99

V KESIMPULAN DAN SARAN ...104

5.1 Kesimpulan ...104

5.2 Saran ...106 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Lembar Penilaian Aktivitas Siswa ...30

3.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ...33

3.3 Instrumen Penilaian Efektifitas Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Tari Piring Dua Belas ...35

3.4 Tolak Ukur Penilaian ...38

4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama ...46

4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kedua...62

4.3 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Kedua ...62

4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Ketiga ...71

4.5 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Ketiga ...72

4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Keempat ...78

4.7 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Keempat ...79

4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Kelima ...82

4.9 Hasil Pengamatan Proses Siswa Pada Pertemuan Kelima ...82

4.10 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Pertemuan Keenam ...88

4.11 Proses Pembelajaran Aktivitas Guru dan Siswa ...89

4.12 Pengamatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Aspek Visual Activities...93

4.13 Pengamatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Aspek Listening Activities ...94

4.14 Pengamatan Aktivitas Siswa Berdasarkan Aspek Motor Activities ...95

4.15 Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Bentuk Gerak...96

4.16 Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Hafalan Ragam Gerak ...97

4.17 Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan Ekspresi Saat Menari...98

4.18 Hasil Akumulasi Lembar Pengamatan Proses Siswa ...100

4.19 Hasil Akumulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ...101


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian integral dan persoalan yang sangat penting dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Berbicara tentang proses pendidikan sudah tentu tak dapat dipisahkan dengan upaya yang dilakukan, yaitu dilihat dari segi

pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU R.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1).

Dengan usaha sadar dimaksudkan, bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-objektif. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara permanen dalam kehidupan masyarakat.

Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik yang merujuk pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun ke kancah kehidupan


(6)

yang nyata. Penyiapan ini dikaitkan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik, serta mengemban tugas dan pekerjaan kelak di kemudian hari. Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 2011: 7).

Pendidikan Nasional merupakan usaha pembangunan manusia Indonesia menjadi manusia budaya yang bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa dengan

mengusahakan perkembangan spiritual, sikap dan nilai hidup, pengetahuan, keterampilan, pengembangan daya estetik, serta perkembangan jasmani sehingga manusia dapat mengembangkan dirinya, bersama dengan sesama manusia

membangun masyarakat, serta membudayakan alam sekitarnya.

Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik bergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang dimiliki oleh peserta didik sejak lahir, dan lingkungan yang mempengaruhi hingga bakat itu tumbuh dan berkembang. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Sistem pembelajaran tidak terbatas dalam ruang saja tapi dapat


(7)

dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.

Pembelajaran seni tari di intrakurikuler sekolah yang pada umumnya hanya secara materi, dirasakan belum mampu untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dalam mengeksplor pengetahuan mereka tentang seni tari. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler seni tari di sekolah, siswa diberi kesempatan untuk lebih mendalami minat mereka untuk mempelajari seni tari secara mendalam. Ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum (Suryosubroto, 1997: 271).

Ekstrakurikuler yang ada di sekolah pada umumnya memiliki fungsi untuk mengasah bakat-bakat yang ada pada diri siswa untuk dapat lebih berkembang secara spesifik sesuai dengan minat para siswa. Dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa diharapkan mampu mengarahkan bakat positif yang ada pada dirinya dengan kegiatan yang berguna bagi lingkungan sekitarnya. Ekstrakurikuler seni merupakan salah satu kegiatan pengembangan bakat siswa yang secara langsung dapat dikatakan membantu proses pembelajaran seni budaya di kelas.

Seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah. Dalam mata pelajaran seni budaya siswa dapat mempelajari tentang cabang-cabang seni seperti seni tari, seni musik, seni rupa, dan seni drama. Seni tari merupakan salah


(8)

satu bidang seni yang secara langsung menggunakan tubuh manusia sebagai media, yang merupakan ungkapan nilai keindahan dan nilai keluhuran, lewat gerak dan sikap tubuh, dengan penghayatan seni.

Bangsa Indonesia memiliki banyak tari tradisional yang hampir seluruhnya merupakan warisan generasi terdahulu, setiap provinsi memiliki tarian tradisional yang mempunyai keunikan masing-masing. Salah satu tarian yang dimiliki, yaitu tari piring dua belas yang berasal dari Sekala Brak Kecamatan Belalau Lampung Barat. Tari piring dua belas adalah tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang beradat saibatin. Masyarakat Lampung Pesisir merupakan masyarakat Lampung yang tinggal di pinggiran pantai. Tari piring dua belas merupakan tarian tunggal yang dimiliki masyarakat Lampung yang erat kaitannya dengan gawi adat orang Lampung yang beradat saibatin (Tim Taman Budaya, 2008).

Pembelajaran tari piring dua belas pada awal belajar tidaklah mudah karena tarian ini belum banyak dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, untuk bisa

mengenalkan dan melestarikan tari piring dua belas, tarian ini diajarkan kepada siswa di sekolah. Siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif tidak hanya secara teori melainkan siswa harus memperagakan gerak tari yang diajarkan dengan baik dan benar. Diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk menanamkan kesadaran terhadap gerak tubuh dan proses pemahaman ekspresi tubuh. Kesadaran

melakukan gerak dan memahami ekspresi tubuh sangatlah penting agar siswa bisa melakukan gerak dengan teknik gerak tari yang baik dan benar. Dengan demikian siswa dapat menguasai ragam gerak, properti, dan musik yang diberi oleh guru.


(9)

Penguasaan teknik tari dan penghafalan sangat penting karena dengan

pelaksanaan proses yang baik dan benar akan menuju suatu penjiwaan tari yang akan disajikan. Seorang penari yang sudah dianggap mampu menguasai teknik gerak akan mudah mengolah gerak-gerak tari secara sederhana.

Gerakan pokok yang digunakan dalam tari piring dua belas adalah gerak sembah, gerak ngaka kelap, gerak ngahilok, gerak sebatang masuk, gerak sebatang keluar, gerak laga puyuh, dan gerak nokoh. Ragam gerak inilah yang dapat

dikembangkan menjadi beberapa gerakan yang terdapat dalam tari piring dua belas.

Hasil observasi di lapangan, pembelajaran seni tari di ekstrakurikuler seni SMA Negeri 4 Bandar Lampung dapat digambarkan sebagai berikut: a) siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler dibagi menjadi dua kategori, yaitu tari tradisional dan modern, b) siswa terdiri atas kelas X dan XI yang memiliki karakter dan skill yang berbeda-beda, dan c) kegiatan ekstrakurikuler tari dilakukan secara rutin di sekolah.

Pembagian dua kategori dalam ekstrakurikuler seni tari di maksudkan agar siswa lebih fokus dalam mengembangkan bakat pada salah satu jenis tari saja. Pelatih tari tradisional dan modern berbeda, sesuai dengan keahliannya masing-masing. Kemampuan awal siswa yang tidak sama mengharuskan pelatih untuk dapat memperhatikan masing-masing siswa dalam setiap proses pembelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan secara rutin member kesempatan siswa untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki.


(10)

Agar proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik, dalam proses pembelajaran pelatih harus memilih teknik pembelajaran yang efektif. Pelatih dituntut untuk memiliki kemampuan tentang materi yang akan diajarkan serta teknik penyampaiannya kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih maksimal. Penilaian pun akan dilakukan secara objektif karena hasil pembelajaran yang maksimal akan menimbulkan standar penilaian sesuai dengan kemampuan anak. Untuk mencapai tujuan tersebut setiap guru memilih metode manakah yang paling tepat untuk mata pelajarannya (N.K, 1998: 76).

Metode Demonstrasi digunakan bila ingin memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik (N.K, 1998: 76). Metode demonstrasi dipilih untuk dapat merangsang daya pikir siswa dalam menangkap materi gerak secara langsung yang diberikan oleh pelatih. Dengan mencontohkan secara langsung teknik gerak dalam tari, hasil belajar diharapkan maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik serta materi mampu dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Seorang pelatih harus membangun suasana yang menyenangkan agar siswa memiliki keberanian untuk bergerak sesuai dengan imajinasinya. Proses pembelajaran akan efektif dengan adanya interaksi antara pelatih ekstrakurikuler dan siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Tari Piring Dua Belas Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Di SMA Negeri 4 Bandar Lampung”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi Nurmalasari tentang “Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Tari Piring Dua Belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah” di mana


(11)

kesimpulan yang didapat dari penggunaan model kooperatif tipe STAD dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah adalah baik. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa penelitian Nurmalasari menjadi acuan yang dapat melengkapi materi dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana proses dan hasil pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang proses dan hasil pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstrakurikuler seni di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.

a. Bagi guru pelatih ekstrakurikuler SMA Negeri 4 Bandar Lampung dalam meningkatkan kualitas kinerja dan kreativitas dalam proses pembelajaran yang berkualitas, bervariasi untuk mencapai hasil belajar atau kemampuan


(12)

b. Dengan pembelajaran mengenai tari piring dua belas siswa termotivasi untuk mengenal tari tradisional yang ada di daerah Lampung serta menambah kecintaan mereka terhadap kebudayaan Lampung;

c. Sebagai bahan apresiasi dan tambahan wawasan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari mengenai metode demonstrasi yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran tari piring dua belas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi hal-hal di bawah ini:

1. Objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung;

2. Subjek dalam penelitian ini adalah 8 siswa yang tergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler seni di SMA Negeri 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013-2014;

3. Tempat penelitian ini adalah di halaman kelas yang ada di SMA Negeri 4 Bandar Lampung;

4. Waktu dalam penelitian ini adalah bulan Januari Tahun Pelajaran 2014/2015.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini masih orisinil apabila diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang pembelajaran tari piring dua belas, dan metode demonstrasi belum ada yang mencatat tentang pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Mesin pengajaran adalah metode yang digunakan untuk membuat pelajar segera mendapatkan informasi yang akurat dari suatu respon. Metode demonstrasi memiliki keuntungan yang besar dibanding prosedur pendidikan lainnya dalam hal kemampuannya mendemonstrasikan materi secara langsung kepada pelajar. Pelajar atau peserta didik adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya.

Pendidikan atau pembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ketingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu.


(14)

Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari cenderung bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi kognitif. Selanjutnya, keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada keaktifan siswa dalam merespons dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya (Thobroni, 2011:19).

Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran akan membantu pengajar dalam menyampaikan isi materi kepada siswa. Metode adalah suatu cara untuk

menyampaikan materi atau bahan ajar dari seorang pengajar kepada siswa sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dengan

menggunakan metode dalam proses belajar mengajar memiliki keuntungan antara lain, yaitu pembelajaran yang akan diberikan oleh guru akan lebih menumbuhkan motivasi yang tinggi dan adanya minat belajar yang tumbuh dalam diri siswa. Metode demonstrasi adalah salah satu cara yang biasa digunakan oleh seorang pengajar dalam menyampaikan materi atau bahan ajar kepada para peserta didik. Penyampaian materi dalam metode demonstrasi dilakukan pengajar dengan menjelaskan, menginstruksikan serta mencontohkan secara langsung materi sehingga siswa dapat lebih memahami dan dapat menguasai materi yang disampaikan dengan baik. Pemanfaatan metode demonstrasi dapat membuat pembelajaran abstrak menjadi konkret.

Jenis metode pengajaran yang akan dilakukan antara lain, memotivasi siswa untuk menumbuhkan minat dan imajinasi para siswa, menjelaskan dengan benar dan memperagakannya dengan baik.


(15)

Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran seni tari akan lebih membantu siswa karna siswa tidak hanya dijelaskan atau diinstruksikan

gerakannya saja, akan tetapi siswa bisa melihat gerakan atau tariannya langsung dengan menyaksikan peragaan dari guru. Oleh karna itu, pemanfaatan metode demonstrasi dalam belajar tari piring dua belas sangat membantu agar tujuan dari proses belajar mengajar dapat tercapai dengan baik.

Tari piring dua belas adalah tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang beradat saibatin. Piring dua belas berarti penari menari bersama piring yang sudah disiapkan di bawah berjajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring yang akan dibawa penari. Para penari menggunakan cincin di jari telunjuk saat menari, sehingga dalam permainan/melempar piring terdengar bunyi yang menambah suasana lebih semarak. Tari piring dua belas dipentaskan pada waktu Nayuh (pesta perkawinan) dan penyambutan tamu agung dari Penyimbang Adat Lampung Saibatin (Tim Taman Budaya, 2008).

2.2 Landasan Teori

Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang memberikan, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena. Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut berlangsung. Setelah masalah penelitian

dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian adalah mencari teori-teori yang dijadikan sebagai landasan teori-teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang berkaitan dengan judul pada penelitian, yaitu teori pembelajaran dan konsep metode pembelajaran


(16)

demonstrasi. Teori mempunyai dasar empiris. Suatu teori dapat memandang gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi dapat pula dengan menganalisa dan menginterpretasi secara kritis.

Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Seorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan prilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Proses yang dapat diamati adalah stimulus dan respons. Oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut (Thobroni, 2011:64). Proses pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks. Proses itu sendiri sulit diamati, namun perbuatan atau tindakan belajar dapat diamati berdasarkan perubahan tingkah laku yang dihasilkan oleh tindakan belajar tersebut. Setiap tindakan belajar mengandung beberapa unsur yang sifatnya dinamis, karena dapat berubah-ubah, dalam arti dapat menjadi lebih kuat atau menjadi lemah. Unsur-unsur yang terkait dalam proses pembelajaran terdiri dari motivasi siswa, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek yang belajar.

Kelima unsur inilah yang bersifat dinamis dan dapat mempengaruhi proses belajar tersebut (Hamalik, 2008:50).


(17)

Mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling pengaruh-mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Implikasi dalam rumusan ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya; 2. Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan;

3. Bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan;

4. Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan (Hamalik, 2008: 60). Dengan demikian penelitian ini dapat dikatakan masih orisinil.

2.2.1 Pembelajaran Menggunakan Metode Demonstrasi

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Artinya bagaimana seorang pendidik dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.

Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.


(18)

Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sitematis artinya proses yang

digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2012:2).

Demonstrasi adalah salah satu metode dalam pendidikan yang sangat sering digunakan dalam bidang praktikum. Metode demonstrasi adalah salah satu cara yang biasa digunakan oleh seorang pengajar dalam menyampaikan materi atau bahan ajar kepada para peserta didik. Penyampaian materi dalam metode demonstrasi dilakukan pengajar dengan menjelaskan, menginstruksikan serta mencontohkan secara langsung materi sehingga siswa dapat lebih memahami dan dapat menguasai materi yang disampaikan dengan baik. Metode demonstrasi tidak seharusnya digunakan dalam setiap situasi, namun hendaknya disesuaikan dengan situasi. Demonstrasi dapat berhasil jika digunakan : (1) pada pengajaran

manipulatif dan keterampilan; (2) pada pengembangan pengertian; (3) untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru; dan (4) untuk memperkuat penerimaan terhadap sesuatu yang baru, dan memperbaiki cara melakukan sesuatu.

Metode demonstrasi digunakan bila ingin memperlihatkan bagaimana sesuatu harus terjadi dengan cara yang paling baik (N.K, 1998: 76).


(19)

a). Kelebihan Metode Demonstrasi

N.K dalam bukunya yang berjudul ‘Didaktik Metodik’ menjelaskan bahwa kelebihan dari metode demonstrasi adalah:

1. Membantu siswa untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab menarik;

2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas;

3. Menghindari verbalisme; dan 4. Memberikan keterampilan tertentu.

Dengan demikian, siswa akan lebih aktif berinteraksi secara langsung. Tidak hanya menguasai materi tapi bisa mencontohkan secara langsung. Materi akan di ingat lebih lama karena siswa memahami sendiri materi yang diberikan oleh guru. b). Kelemahan Metode Demonstrasi

Selain memiliki kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki kemungkinan-kemungkinan kurang efektif yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah:

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan materi yang matang dan telah diuji terlebih dahulu oleh guru, karena jika tidak, proses belajar dengan

menggunakan metode ini bisa saja kurang efektif. Guru dituntut untuk menguasai materi sebelum materi disampaikan kepada siswa.


(20)

3. Diperlukan waktu yang lebih untuk mendemonstrasikan materi dengan jumlah siswa yang banyak, guru membutuhkan waktu yang cukup untuk memastikan materi dapt dipahami secara merata oleh siswa.

4. Tempat yang digunakan bisa saja membutuhkan ruangan yang luas, bahkan bila dibutuhkan metode demonstrasi menggunakan properti sesuai dengan materi yang dipelajari.

5. Demonstrasi membutuhkan tenaga ahli sesuai dengan bidangnya, agar materi yang diberikan kepada siswa secara optimal dapat mencapai hasil yang

maksimal.

Agar metode demonstrasi berjalan dengan maksimal, kemungkinan-kemungkina yang menyebabkan kurang efektif dapat diatasi dengan cara:

1. Guru telah cukup menyiapkan alat-alat atau properti yang dibutuhkan serta menguji atau mempraktekan materi secara berulang-ulang sebelum materi disampaikan kepada siswa, dengan demikian guru diharapkan dapat

meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyebabkan materi tidak dimengerti oleh siswa.

2. Guru memberikan pengertian tetang metode demonstrasi kepada siswa, agar siswa dapat mengerti apa yang ingin diberikan oleh guru.

3. Menjaga situasi dan kondisi agar tetap menarik dan nyaman bagi siswa agar kegiatan belajar mengajar menggunakan metode demonstrasi tidak


(21)

4. Waktunya cukup dengan pertimbangan ada kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan membuat catatan.

c). Langkah-langkah penerapan Metode Demonstrasi

Secara umum, ada dua jenis metode demonstrasi, yaitu metode demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Kedua jenis demonstrasi itu biasanya digunakan secara terpisah dengan subjek yang sangat berbeda, tetapi dalam beberapa hal dapat dikombinasikan.

Penelitian ini menggunakan metode demonstrasi cara pada setiap pertemuan, karena demonstrasi cara menunjukkan bagaimana mengerjakan sesuatu. Hal ini termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan yang sedang diajarkan, memperlihatkan apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, serta menjelaskan setiap langkah pengerjaannya. Metode demonstrasi cara biasanya dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak biaya.

Dalam menyusun langkah-langkah metode demonstrasi cara antara lain: (1) merencanakan, (2) mempersiapkan demonstrator, (3) mempersiapkan pengamat, (4) melaksanakan, dan (5) menganalisis hasil demonstrasi cara.

Demonstrasi cara dapat digunakan dalam pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan penjelasan yang benar dan memperagakannya dengan cara yang baik sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada tahap ini pengajar melakukan

demonstrasi dengan instruksi yang benar dan tidak tergesa-gesa dalam mengajar serta memperhatikan rincian instruksinya. Selanjutnya pengajar meminta siswa untuk mencoba melakukan gerakan-gerakan seperti yang telah diajarkan dengan


(22)

lancar dan benar. Hasil dari metode demonstrasi cara, siswa dapat mempelajari materi sekaligus praktiknya secara detil karena pengajar memperhatikan tiap proses pembelajaran. Memudahkan pengajar memberi materi gerak pada siswa karena langsung mencontohkan bagaimana cara bergerak dengan baik.

2.2.2 Pembelajaran

Kemampuan merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Proses belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah menghasilkan tiga pembentukkan kemampuan yang dikenal sebagai taxonomi bloom. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Kemampuan psikomotor merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan tersebut terjadi karena kerja saraf yang sistematis.

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang.

2.2.3 Seni Tari

Seni adalah segala perbuatan manusia yang muncul dari imajinasinya yang memiliki unsur keindahan dan nilai estetis hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya. Tari adalah bentuk gerak yang indah disertai dengan


(23)

musik dan ekspresi disaat mendemonstrasikan. Seni tari merupakan gerak tubuh manusia yang terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan gerak, ketepatan irama, dan ekspresi (Mustika, 2012: 22). Sehingga pembelajaran seni tari merupakan salah satu upaya untuk membelajarkan siswa terhadap bentuk gerak yang indah disertai dengan musik dan ekspresi yang baik pada saat mendemonstrasikannya. Jenis kesenian yang ada masing-masing memiliki struktur atau unsur yang terkandung didalamnya dan sangat erat hubungannya antara satu dengan yang lain. Contoh struktur seni dalam bidang seni tari adalah wiraga, wirama, dan wirasa.

a. Wiraga

Wiraga bisa diartikan sebagai kemampuan tubuh untuk berekspresi melalui gerakan-gerakan yang indah dan bermakna. Wiraga tertuju pada keterampilan memvisualisasikan setiap gerakan secara baik dan benar, dan hal ini berkaitan dengan daya ingat (hafal).

Gerak yang dihasilkan bukanlah gerak keseharian biasa, melainkan gerak yang telah diperindah dan diperhalus melalui nilai-nilai estetis yang terkandung dalam tari. Gerakan bisa berupa kelenturan, penguasaan teknik gerak tari, penguasaan ruang dan ungkapan gerak yang jelas dan bersih. Gerak tari tidak terlepas dari unsur tenaga, ruang dan waktu. Tenaga merupakan kekuatan dalam mengawali, mengendalikan dan menghentikan gerak. Ruang gerak adalah ruang yang diciptakan penari dalam melakukan gerak dan ruang yang dimanfaatkan oleh penari dalam melakukan gerak. Waktu yang berkaitan erat dengan ketepatan irama dan ritme dalam menari.


(24)

Ada dua jenis tari yang dibedakan berdasarkan bentuknya, yaitu tari

representasional yaitu tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas, dan tari yang non representasional yaitu tari yang tidak menggambarkan sesuatu secara simbolis. Aspek wiraga yang diambil dalam menilai kemampuan

mendemonstrasikan tari piring dua belas yakni hafalan atau urutan gerak dan teknik gerak tari piring dua belas.

b. Wirama

Wirama adalah pengaturan tempo dan ritme yang penting, yang erat sekali

hubungannya dengan irama. Tempo berarti kecepatan dari gerak tubuh yang dapat dilihat dari panjang pendeknya waktu yang diperlukan. Ritme dalam gerak tari menunjukkan ukuran waktu dari setiap perubahan detail gerak.

Irama yang digunakan dalam iringan tari maupun irama bagi penari sangatlah penting untuk difahami dan dikuasai oleh seorang penari. Penari yang baik sudah seharusnya memiliki pemahaman yang baik tentang ketukan irama atau ritme dalam iringan tari. Penari bisa dikatakan tidak baik jika ia bergerak

(mendemonstrasikan) di luar irama tari dan iringannya. Hal ini dapat dijadikan penilaian dalam aspek wirama. Yaitu ketepatan irama dan ritme dalam menarikan (mendemonstrasikan) tari piring dua belas.

c. Wirasa

Wirasa adalah aspek yang mendukung secara keseluruhan ekspresi pada tarian yang dibawakan. Dalam wirasa bagi penari yang baik, wajib memiliki kepekaan yang tinggi terhadap daya imajinasi, daya fikir, rasa dan ekspresi. Kemampuan menghayati dan mengekspresikan karakter peran termasuk dalam aspek wirasa.


(25)

Penilaian terhadap aspek wirasa dapat berupa ekspresi penari dalam menarikan (mendemonstrasikan) tari piring dua belas.

2.2.4 Tari Piring Dua Belas

Tari piring dua belas merupakan tari tunggal dari Provinsi Lampung yang menggunakan piring sebagai properti dalam mendemonstrasikan. Tari ini merupakan tari pergaulan masyarakat Lampung Pesisir yang beradat saibatin. 1. Sejarah

Tari piring dua belas berasal dari Sekala Brak kecamatan Belalau Lampung Barat. Masuknya tari piring dua belas di Kecamatan Kota Agung wilayah Teluk

Semangka dibawa oleh masyarakat Lampung Pesisir dari Belalau yang berpindah mencari daerah penghidupan baru pada abad XV. Tari piring dua belas dahulunya adalah tarian sang Ratu yang digunakan untuk menyambut kedatangan hulu balak (pengawal) dari perang (Tim Taman Budaya, 2008).

Ratu berasal dari paksi Marga Benawang yang mana asal mula berasal dari Sekala Brak Gunung Pesagi yang turun ke Teluk Semangka namanya Raja Baniting kemudian turun gelar lagi menjadi Raja Semaka, dari Raja Semaka membuat sebuah kerajaan kecil menjadi Paksi Marga Benawang. Sang Ratu memberikan suguhan kepada para pengawal karena luapan rasa gembira ketika pulang dari perang.

Tari piring dua belas berarti penari mendemonstrasikan piring yang sudah disiapkan dibawah berjajar sebanyak dua belas piring ditambah dua piring yang akan dibawa penari. Tari piring dua belas dipentaskan pada waktu nayuh (pesta


(26)

perkawinan) dan menyambut tamu agung dari penyimbang adat Lampung Saibatin yang dibawakan oleh muli mekhanai (bujang gadis).

Simbol menggunakan dua belas piring dalam mendemonstrasikan tari piring dua belas karena paksi Marga Benawang mempunyai dua belas bandar, dan tiap bandar memiliki pengawal, dan setiap pengawal memiliki pasukan perang. Nama ke 12 bandar, yakni bandar Raja Basa, bandar Sanggi, bandar Ngaghip, bandar Telagening, bandar Maja, bandar Muakhas, bandar Telunggu, bandar Buway Nyata, bandar Batu Regah, bandar Limau, bandar Putih dan bandar Tulung Buya. Tari piring dua belas juga menggunakan dua piring kecil dalam

mendemonstrasikan yang melambangkan bahwa dalam segala sesuatu itu ada dua, ada kalah ada menang, ada baik ada buruk, dan ada susah ada pula senang (Tim Taman Budaya, 2008).

2. Jenis dan Fungsi

Tari piring dua belas merupakan tari tunggal masyarakat Lampung. Tarian ini merupakan tari hiburan pada acara pesta adat yaitu dapat dipertunjukan dalam acara :

1. Pesta perkawinan 2. Pesta penetapan gelar

3. Pesta penyambutan tamu agung 4. Pesta pada hari-hari besar Nasional.

Tempat penyelenggaraan dilakukan di tempat balai adat, dapat juga di panggung, lapangan terbuka, dan gedung-gedung apabila sudah mendapat izin berdasarkan musyawarah adat.


(27)

3. Ragam Gerak Tari Piring Dua Belas

Tari piring dua belas terdiri dari tujuh dasar gerak tangan dan tiga gerak dasar gerakan kaki. Akan tetapi, ketiga ragam gerakan kaki hanyalah langkah-langkah biasa tidak memiliki nama, arti dan maksud tertentu.

1. Sembah

Hitungan 1-4 menunduk dan pandangan mengarah pada telapak tangan yang tertutup di atas paha dengan posisi sejajar

Hitungan 5-8 posisi badan proses tegap mengikuti proses tangan menghadap ke atas dengan pandangan ke depan.

2. Ngaka kelap

Pada awal gerak kedua telapak tangan menyilang sejajar dengan paha, posisi badan dan arah pandangan mengikuti gerak tangan. Gerak dilakukan ke tiga arah yakni, arah depan, kanan, dan kiri.

3. Ngahilok

Pada awal gerak kedua telapak tangan sejajar memegang properti piring, posisi badan lurus ke depan dan arah pandang mengikuti piring sambil tersenyum. 4. Sebatang Masuk

Kedua tangan ditekuk ke arah samping pinggang sambil memegang properti piring, posisi badan tegap dengan pandangan lurus ke depan.


(28)

5. Sebatang Keluar

Kedua tangan lurus kedepan dengan telapak tangan ke arah luar sambil memegang properti piring, posisi badan tegap dengan pandangan lurus ke depan.

6. Laga Puyuh

Pada awal gerak kedua tangan ditekuk di depan dada sambil memegang piring, hitungan 1-2 kedua pergelangan tangan diputar kesamping kanan bawah, hitungan 3-4 terus mengalir kesamping kiri atas, setiap ganti arah badan, badan diliukkan menyesuaikan gerakan tangan.

7. Nokoh

Melempar atau menukar piring secara bergantian yaitu piring dari tangan kanan dipindahkan ke tangan kiri, begitu pula sebaliknya. Setiap lemparan piring/pindahan piring dihitung 1 dan seterusnya (Tim Taman Budaya, 2008). 2.2.5 Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan yang diselenggarakan di sekolah (Suryosubroto, 1997: 270). Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut Dikertorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah:


(29)

1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.

3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakurikuler dan program kokurikuler.

2.3 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar mengajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiiwa lama dan ilmu jiwa modern. Untuk aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities (Sardiman, 2012: 101). Jenis aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut (Sardiman, 2012: 101). 1. Visual Activities, yaitu memperhatikan,

2. Listening Activities, yaitu mendengarkan, 3. Motor Activities, yaitu percobaan.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung, maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang melandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012: 9).

Dipilihnya desain deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini menjabarkan tentang segala informasi dan hasil dari pengamatan secara apa adanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan proses pembelajaran siswa SMA Negeri 4 Bandar Lampung dalam mendemonstrasikan tari piring dua belas.

3.2 Sumber Data

Tari piring dua belas merupakan salah satu materi ajar yang ada pada

ekstrakurikuler di SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Penerapan pembelajaran pada ekstrakurikuler seni yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi. Dipilihnya


(31)

siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler seni atas rekomendasi guru seni sekaligus pelatih ekstrakurikuler SMA Negeri 4 Bandar Lampung yakni Ibu Ishe karena antusias dan minat belajar siswa yang cukup besar dalam belajar tari piring dua belas. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru atau pelatih dan siswa yang tergabung dalam ekstrakurikuler seni tari berjumlah 8 siswa perempuan. 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012: 224). Dalam penelitian ini ada lima teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi, lembar pengamatan siswa, guru, dan tes praktik.

3.3.1 Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur-unsur yang nampak itu disebut dengan data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan lengkap. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti (Widoyoko, 2012: 46).

Peneliti bertindak sebagai pengamat dalam kelas ekstrakurikuler di SMA Negeri 4 Bandar Lampung yang pesertanya berjumlah 8 orang siswa perempuan. Bertujuan untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap

pembelajaran seni tari di SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Dalam proses observasi lebih fokus terhadap aktifitas siswa dalam kelas ekstrakurikuler seni.


(32)

3.3.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2012: 137). Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan secara langsung menggunakan wawancara terstruktur untuk mendapatkan informasi tentang strategi

pembelajaran apa yang digunakan oleh pelatih atau guru ekstrakurikuler yakni Ibu Ishe kepada siswa untuk mengetahui proses belajar-mengajar, jadwal

ekstrakurikuler serta kemampuan tentang pembelajaran seni tari di ekstrakurikuler SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Instrumen pertanyaan dari wawancara

terstruktur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tentang materi tari piring dua belas, metode demonstrasi, dan pendapat siswa tentang penyampaian materi tari piring dua belas.

Untuk menunjang keberhasilan wawancara, peneliti harus memiliki: (1)

kemampuan berkomunikasi yang baik, (2) kemampuan berbahasa yang baik, (3) kemampuan memberikan kesan yang baik kepada para responden, (4) pemahaman tentang maksud dan tujuan penelitian, dan (5) kemampuan membuat catatan yang lengkap dan jelas (Widoyoko, 2012: 44).

3.3.3 Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tentang hal-hal yang terjadi pada saat penelitian, pencatatan bisa secara garis besar saja agar tidak hilang dari ingatan peneliti. Pada saat peneliti memasuki lokasi penelitian, apa yang dilihat, apa yang


(33)

didengar, dan apa yang dialami dicatat dalam rangka membantu pengumpulan data dalam refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

3.3.4 Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 240).

Dalam penelitian ini menggunakan dokumen berbentuk catatan lapangan dan foto-foto serta video selama proses pembelajaran seni tari berlangsung, yaitu pada setiap pertemuan. Alat yang digunakan adalah camera digital dan camera

handphone. Digunakannya teknik dokumentasi secara khusus untuk mengetahui

informasi tentang sekolah, guru, siswa, dan proses pembelajaran seni tari yang ada di ekstrakurikuler seni di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

3.3.5 Non Tes

Teknik non tes digunakan dalam memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 4 Bandar Lampung dan aktivitas guru dalam mengajar dengan penggunaan metode demonstrasi yang diamati pada lembar pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.1 Lembar Penilaian Aktivitas Siswa

No. Aspek Deskriptor Penilaian Skor Kriteria 1. Visual

Activities a) Seluruh siswa memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan kemudian siswa mampu

menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan sesuai dengan 5

Baik Sekali


(34)

apa yang telah dicontohkan oleh guru

b) Dari 8 siswa terdapat 1 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswa tidak mampu menggerakkan atau ikut mendemonstrasikan bersama temannya

4 Baik

c) Dari 8 siswa terdapat 2-4 siswa yang tidak memperhatikan guru pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan dengan baik sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru

3 Cukup

d) Dari 8 siswa terdapat 5-7 siswa yang tidak memperhatikan pada saat guru mendemonstrasikan sehingga siswa tidak mampu menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru

2 Kurang Baik

e) Seluruh siswa tidak

memperhatikan pada saat guru mendemonstrasikan sehingga seluruh siswa tidak dapat menggerakkan atau ikut

mendemonstrasikan dengan baik atau tidak sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan oleh guru

1 Kurang Sangat

2. Listening

Activities a) Seluruh siswa mendengarkan materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik yang dijelaskan oleh guru dan seluruh siswa mampu

mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru

5 Sekali Baik

b) Dari 8 siswa terdapat 1 siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan

4 Baik


(35)

yang tidak mendengarkan materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru

3 Cukup

d) Dari 8 siswa terdapat 5-7 siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru tentang materi ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik, sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan

2 Kurang

Baik

e) Seluruh siswa tidak mendengarkan guru pada saat guru menjelaskan materi tentang ragam gerak, urutan gerak, dan ketepatan gerak dengan musik sehingga siswa tidak mampu mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh guru

1 Sangat

Kurang 3. Motor

Activities a) Seluruh siswa mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas dengan baik sesuai dengan gerakan yang dijarkan oleh guru

5 Baik

Sekali b) Dari 8 siswa terdapat 1 siswa yang

tidak mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas sesuai dengan yang telah dipelajari

4 Baik

c) Dari 8 siswa terdapat 2-4 siswa yang tidak mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas sesuai dengan yang telah dipelajari

3 Cukup

d) Dari 8 siswa terdapat 5-7 siswa yang tidak mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas sesuai dengan yang telah dipelajari

2 Kurang

Baik e) Seluruh siswa tidak

mendemonstrasikan gerak tari piring dua belas dengan baik sesuai dengan gerakan yang dijarkan oleh guru

1 Sangat

Kurang

Total Skor 15

Perhitungan dilakukan setelah skor aktivitas siswa didapat untuk mengetahui nilai aktivitas berdasarkan tiga aspek yang akan dijadikan indikator penilaian aktivitas


(36)

siswa yaitu visual activities, listening activities, dan motor activities pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel yaitu lembar penilaian aktivitas siswa yang memiliki skor maksimum 15. Setelah skor aktivitas siswa diperoleh, selanjutnya diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai Siswa =

x 100%

Untuk melihat kegiatan guru di dalam kelas digunakan lembar pengamatan aktivitas guru. Pada pembelajaran tari piring dua belas guru berperan aktif dalam menggunakan metode demonstrasi.

Tabel 3.2 Lembar Pengamatan Aktifitas Guru

No. Instrumen Kegiatan Guru P.1 P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 1. Memberi apersepsi dan motivasi

2. Memberitahukan KD dalam pembelajaran hari ini 3. Memberitahukan

indikator/tujuan pembelajaran 4. Menjelaskan kegiatan/tugas

yang harus dilakukan peserta didik

5. Menggunakan metode demonstrasi

6. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dengan guru, dan atau peserta didik dengan sumber belajar 7. Melibatkan peserta didik secara

aktif dalam pembelajaran 8. Memfasilitasi peserta didik

untuk berfikir kritis,

menganalisis, memecahkan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

9. Memfasilitasi peserta didik berkompetensi untuk


(37)

10. Memberi konfirmasi melalui berbagai sumber terhadap hasil pembelajaran menggunakan metode demonstrasi

11. Berperan sebagai narasumber dan fasilitator dalam

menjawabpertanyaan peserta didik yang mengalami kesulitan, dengan bahasa yang baik dan santun

12. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil pembelajaran menggunakan metode

demonstrasi

13. Memberi motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif 14. Guru mengajukan pertanyaan

untuk mengecek ketercapaian tujuan pendidikan

15. Menyimpulkan hasil belajar 16. Memberi tugas untuk pertemuan

guru berikutnya

(Sumber: Instrumen Supervisi Akademik Sertifikasi Guru) Keterangan:

P.1 = Pertemuan pertama P.4 = Pertemuan keempat

P.2 = Pertemuan kedua P.5 = Pertemuan kelima

P.3 = Pertemuan ketiga P.6 = Pertemuan keenam

Aktivitas yang dilakukan guru pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung tiap pertemuan diamati dengan menggunakan instrumen pengamatan aktivitas guru. Sebagai penanda apabila telah dilakukan maka kolom-kolom akan diberi check list.


(38)

3.3.6 Tes Praktik

Jenis tes yang digunakan yaitu tes kemampuan siswa dalam bersikap terhadap siswa lain, kemampuan siswa mempelajari, dan mendemonstrasikan tari piring dua belas. Data tes yang digunakan adalah data kemampuan tes praktik siswa yang dinilai dengan pedoman penskoran dengan menggunakan panduan indikator penilaian yang ada, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Efektifitas Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Tari Piring Dua Belas

No Aspek Indikator Deskriptor Penilaian Skor Kualitatif

1 Wiraga

Urutan gerak

Siswa mampu mempraktikkan urutan gerak dari awal hingga

akhir tanpa lupa 5

Baik sekali Siswa mampu mempraktikkan

gerak dengan tingkat kesalahan

1-2 kali urutan gerak 4 Baik

Siswa mampu mempraktikkan gerak dengan tingkat kesalahan

3-4 kali urutan gerak 3 Cukup

Siswa mampu mempraktikkan gerak dengan tingkat kesalahan

5-6 kali urutan gerak 2 Kurang

Siswa mampu mempraktikkan gerak dengan tingkat kesalahan lebih dari 6 kali urutan gerak 1

Sangat kurang

Teknik gerak

Siswa mampu mempraktikkan semua ragam gerak sesuai

dengan teknik gerak 5

Baik sekali Siswa mampu mempraktikkan

enam ragam gerak sesuai

dengan teknik gerak 4 Baik

Siswa mampu mempraktikkan lima ragam gerak sesuai dengan

teknik gerak 3 Cukup

Siswa mampu mempraktikkan empat ragam gerak sesuai

dengan teknik gerak 2 Kurang

Siswa mampu mempraktikkan satu hingga tiga ragam gerak

sesuai dengan teknik gerak 1

Sangat kurang Siswa mampu mempraktikkan


(39)

2 Wirama Ketepatan gerak dengan musik

gerakan tari mengikuti ketukan

gerak, dan tempo iringan musik 5 sekali Baik Siswa mempraktikkan gerakan

1-2 kali terlambat atau

mendahulukan ketukan gerak,

dan tempo iringan musik 4 Baik

Siswa mempraktikkan gerakan 3-4 kali terlambat atau

mendahulukan ketukan gerak,

dan tempo iringan musik 3 Cukup

Siswa mempraktikkan gerakan 5-6 kali terlambat atau

mendahulukan ketukan gerak,

dan tempo iringan musik 2 Kurang

Siswa mempraktikkan gerakan lebih dari 6 kali terlambat atau mendahulukan ketukan gerak, dan tempo iringan musik

1 Sangat kurang

3 Wirasa Ekspresi

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tersenyum dan pandangan ke depan

5 Sangat baik Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tersenyum tapi terkadang lupa dan pandangan ke depan

4 Baik

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tersenyum tapi terkadang lupa dan pandangan masih terlihat menghafal

3 Cukup

Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tidak tersenyum dan pandangan ke depan

2 Kurang Siswa mampu

mendemonstrasikan dengan tidak tersenyum dan pandangan masih menunduk

1 Sangat kurang

Jumlah Skor Maksimum 20

Kriteria Penilaian =

1= Sangat Kurang, 2= Kurang, 3= Cukup, 4= Baik, 5= Sangat Baik

Setelah Instrumen Penilaian Pengamatan Tes Praktik dinilai maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai berdasarkan 2 aspek yang telah ditentukan


(40)

dan pemberian skor yang telah ditentukan pada tabel 3.3, yang memiliki skor maksimal 15. Setelah skor didapat maka diolah menjadi nilai dengan rumus: Skor

N = x Skor Ideal % Skor Maksimum

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau katagori. Data pada awal penelitian dan berlanjut terus sepanjang penelitian dalam penelitian ini, data-data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

Data yang didapat dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1. Mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran tari piring dua

belas dengan menggunakan metode demonstrasi;

2. Menganalisis hasil tes tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar;

3. Memberi nilai hasil tes praktik siswa, dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut.

Skor Siswa

Nilai Siswa = x 100 % Skor Maksimum


(41)

4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas menggunakan tolok ukur sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian untuk Skala

Interval Tingkat Kemampuan Keterangan

85 - 100 Baik sekali

75 – 84 Baik

60 - 74 Cukup

40 – 59 Kurang

0 - 39 Sangat kurang

( Nurgiantoro, 2001 :36).

5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis;

6. Membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data-data pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, aktivitas siswa dan guru, serta hasil tes praktik.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan

dapat disimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran tari piring dua belas

dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung adalah sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode

demonstrasi memiliki peran penting yaitu menjadi media terjalinnya interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dijabarkan sebagai berikut:

a. Merencanakan materi pembelajaran, yakni mengenai sejarah dan ragam

gerak dasar tari piring dua belas.

b. Mempersiapkan demonstrator, ragam gerak yang akan didemonstrasikan

adalah ragam gerak sembah, ngaka kelap, ngahilok, sebatang masuk,

sebatang keluar, laga puyuh, dan nokoh. Demonstrator berperan

memberikan contoh ragam gerak yang akan dipelajari. Terdapat 8 siswa

yang mengikuti pembelajaran tari piring dua belas.

c. Mempersiapkan pengamat, guru berperan sebagai pengamat terhadap


(43)

d. Pelaksanaan demonstrasi, demonstrator memberikan demonstrasi gerak

tari piring dua belas, siswa memperhatikan sebelum mencoba

memperagakan gerak.

e. Menganalisis hasil demonstrasi, demonstrator dan pengamat menganalisis

mengenai jalannya proses demonstrasi dan memberikan penilaian kepada siswa.

Penggunaan metode demonstrasi dapat membantu guru dalam proses

pembelajaran karena guru dapat mengajarkan materi gerak secara detil mulai dari proses pemberian ragam gerak, menilai kemampuan menari siswa, hingga evaluasi. Siswa dapat mempelajari tari dengan cara yang paling baik yaitu dengan memperhatikan apa yang dipraktikan oleh guru, mencoba bergerak sesuai dengan yang telah diajarkan dan menyesuaikan tarian dengan musik.

Dalam seluruh proses pembelajaran tari piring dua belas guru terlebih dahulu

mendemonstrasikan ragam gerak tari di depan siswa kemudian siswa memperhatikan guru dengan baik sebelum siswa mempraktikkan apa yang sudah diajarkan. Kelemahan dalam penggunaan metode ini hampir tidak terlihat, hanya saja memerlukan kesabaran yang lebih pada saat guru menemukan siswa yang melakukan kesalahan dan guru harus mengulang kembali mendemonstrasikan ragam gerak secara berulang-ulang sampai siswa memahami apa yang dimaksud oleh guru.

2. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas untuk


(44)

a. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung berdasarkan aspek bentuk gerak termasuk dalam kategori baik (62,5%);

b. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4

Bandar Lampung berdasarkan aspek hafalan ragam gerak termasuk dalam kategori baik sekali (50%);

c. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4

Bandar Lampung berdasarkan aspek ekspresi saat menari termasuk dalam kategori baik sekali (50%).

Berdasarkan hasil di atas maka kesimpulan yang didapat dari proses dan hasil

pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di

SMA Negeri 4 Bandar Lampung adalah baik.

5.2 Saran

Dengan melihat kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tentang

pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di

SMA Negeri 4 Bandar Lampung, dapat disarankan:

1. Bagi guru seni budaya dan peneliti selanjutnya agar dapat

mengoptimalkan penggunaan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung sebagai metode pembelajaran seni tari karena metode ini merupakan metode yang paling efektif untuk mempraktekan ragam gerak tari.


(45)

2. Dalam proses pembelajaran tari hendaknya siswa memiliki kepercayaan diri untuk mencoba ragam gerak apapun yang diberikan oleh guru, dan tetap mempertahankan kedisiplinan.

3. Untuk sekolah supaya membangun ruangan khusus untuk dijadikan tempat

berlatih oleh ekstrakurikuler tari sehingga siswa dapat bergerak dengan nyaman dan tidak terganggu konsentrasinya oleh siswa lain yang berada disekelilingnya.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Mustika, I Wayan. 2012. Tari Muli Siger. Lampung: Anugrah Utama Raharja

N.K, Roestiyah. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta: Bumi Aksara

Nurmalasari, Devi. 2013. Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Tari Piring Dua Belas Di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung

Tengah. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Thobroni, Muhammad. 2011. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Tim Taman Budaya. 2008. “Deskripsi Tari Piring Dua Belas”. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.


(1)

4. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan, kemudian diukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari piring dua belas menggunakan tolok ukur sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian untuk Skala

Interval Tingkat Kemampuan Keterangan

85 - 100 Baik sekali

75 – 84 Baik

60 - 74 Cukup

40 – 59 Kurang

0 - 39 Sangat kurang

( Nurgiantoro, 2001 :36).

5. Mereduksi data dengan cara mengumpulkan, merangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok yang sesuai untuk dianalisis;

6. Membuat kesimpulan dengan cara mengelola dan menganalisis data-data pada saat observasi, catatan lapangan, dokumentasi, aktivitas siswa dan guru, serta hasil tes praktik.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis deskriptif kualitatif dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung adalah sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi memiliki peran penting yaitu menjadi media terjalinnya interaksi antara guru dan siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dijabarkan sebagai berikut:

a. Merencanakan materi pembelajaran, yakni mengenai sejarah dan ragam gerak dasar tari piring dua belas.

b. Mempersiapkan demonstrator, ragam gerak yang akan didemonstrasikan adalah ragam gerak sembah, ngaka kelap, ngahilok, sebatang masuk, sebatang keluar, laga puyuh, dan nokoh. Demonstrator berperan

memberikan contoh ragam gerak yang akan dipelajari. Terdapat 8 siswa yang mengikuti pembelajaran tari piring dua belas.

c. Mempersiapkan pengamat, guru berperan sebagai pengamat terhadap jalannya proses demonstrasi.


(3)

d. Pelaksanaan demonstrasi, demonstrator memberikan demonstrasi gerak tari piring dua belas, siswa memperhatikan sebelum mencoba

memperagakan gerak.

e. Menganalisis hasil demonstrasi, demonstrator dan pengamat menganalisis mengenai jalannya proses demonstrasi dan memberikan penilaian kepada siswa.

Penggunaan metode demonstrasi dapat membantu guru dalam proses

pembelajaran karena guru dapat mengajarkan materi gerak secara detil mulai dari proses pemberian ragam gerak, menilai kemampuan menari siswa, hingga evaluasi. Siswa dapat mempelajari tari dengan cara yang paling baik yaitu dengan memperhatikan apa yang dipraktikan oleh guru, mencoba bergerak sesuai dengan yang telah diajarkan dan menyesuaikan tarian dengan musik. Dalam seluruh proses pembelajaran tari piring dua belas guru terlebih dahulu mendemonstrasikan ragam gerak tari di depan siswa kemudian siswa

memperhatikan guru dengan baik sebelum siswa mempraktikkan apa yang sudah diajarkan. Kelemahan dalam penggunaan metode ini hampir tidak terlihat, hanya saja memerlukan kesabaran yang lebih pada saat guru menemukan siswa yang melakukan kesalahan dan guru harus mengulang kembali mendemonstrasikan ragam gerak secara berulang-ulang sampai siswa memahami apa yang dimaksud oleh guru.

2. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas untuk tiap aspeknya adalah sebagai berikut.


(4)

a. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung berdasarkan aspek bentuk gerak termasuk dalam kategori baik (62,5%);

b. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung berdasarkan aspek hafalan ragam gerak termasuk dalam kategori baik sekali (50%);

c. Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari piring dua belas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung berdasarkan aspek ekspresi saat menari termasuk dalam kategori baik sekali (50%).

Berdasarkan hasil di atas maka kesimpulan yang didapat dari proses dan hasil pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung adalah baik.

5.2 Saran

Dengan melihat kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tentang

pembelajaran tari piring dua belas dengan menggunakan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung, dapat disarankan:

1. Bagi guru seni budaya dan peneliti selanjutnya agar dapat

mengoptimalkan penggunaan metode demonstrasi di SMA Negeri 4 Bandar Lampung sebagai metode pembelajaran seni tari karena metode ini merupakan metode yang paling efektif untuk mempraktekan ragam gerak tari.


(5)

2. Dalam proses pembelajaran tari hendaknya siswa memiliki kepercayaan diri untuk mencoba ragam gerak apapun yang diberikan oleh guru, dan tetap mempertahankan kedisiplinan.

3. Untuk sekolah supaya membangun ruangan khusus untuk dijadikan tempat berlatih oleh ekstrakurikuler tari sehingga siswa dapat bergerak dengan nyaman dan tidak terganggu konsentrasinya oleh siswa lain yang berada disekelilingnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Mustika, I Wayan. 2012. Tari Muli Siger. Lampung: Anugrah Utama Raharja N.K, Roestiyah. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta: Bumi Aksara

Nurmalasari, Devi. 2013. Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Tari Piring Dua Belas Di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah. Skripsi. Lampung: Universitas Lampung

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Thobroni, Muhammad. 2011. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media

Tim Taman Budaya. 2008. “Deskripsi Tari Piring Dua Belas”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung

Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar