31
BAB III CONNECTED EACH OTHER
Penerapan tema adalah salah satu dari beberapa rangkaian dalam tahapan proses perancangan yang dilakukan setelah proses penentuan tema. Seperti yang telah saya
jabarkan pada draf skripsi sebelumnya, telah dibahas mengenai tema yang dipilih dan juga pendekatan teori arsitektur yang berhubungan dengan tema
“Integrated within Complexity”. Penerapan tema pada bangunan bukan hanya mencakup bentukan fisik
bangunan, mengingat bahwa pendekatan teori yang saya gunakan adalah arsitektur organik maka penerapan tema tersebut juga digambarkan kepada manusia dan lingkungan yang
bersangkutan. Manusia, lingkungan, dan bangunan merupakan bagian penting dalam kajian ilmu arsitektur, juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
dalam merancang. Suatu karya arsitektur akan dianggap berhasil apabila menjawab ketiga aspek tersebut. Suatu bangunan dapat dinilai baik atau tidaknya apabila bangunan tersebut
telah difungsikan. Penerapan tema yang berhubungan dengan tiga aspek tersebut dapat digambarkan dalam bentuk konsep rancangan. Keseluruhan konsep dalam rancangan dapat
berupa; konsep rancangan tapak, konsep ruang terbuka hijau, konsep sirkulasi manusia, konsep sirkulasi kenderaan, konsep faktor keamanan dan keselamatan, konsep
kulitselubung bangunan, konsep rencana ruang dalam, konsep struktur, konsep mekanikal elektrikal, konsep pemasokan energi, dan konsep aspek berkelanjutan.
Konsep rancangan tapak pada umumnya terdiri dari elemen manusia ,lingkungan dan bangunan. Elemen manusia dalam tahap ini menyangkut sistem sirkulasi manusia dan
juga generator aktivitas manusia. Dalam tahapan ini saya membagi konsep tapak menjadi bagian sirkulasi manusia dan tata hijau, sirkulasi kenderaan, sirkulasi jalur servis. Untuk
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 3.1
Sketsa Konsep Awal
sirkulasi manusia dan tata hijau saya menggunakan konsep penyelesaian Esplanade
5
. Penggambaran esplanade tersebut menggunakan kajian arsitektur organik, yaitu berupa
arus hubungan antara manusia dan alam lingkungan disertai bangunan pada daerah tepian Sungai Deli. Konsep tersebut lahir dari pendekatan akan harmonisasi integrasi
lingkungan hidup yang merupakan pendekatan yang jarang dijumpai pada kawasan. Penerapan integrasi tersebut diterapkan pada esplanade disepanjang tepian sungai.
Esplanade tersebut merupakan bagian dari arus integrasi yang menghubungkan antara lingkungan yang dalam hal ini Riverfront dan bangunan. Mengingat bahwa pendekatan
integrasi yang saya ambil adalah tiga aspek, yakni Riverfront, Urban Comercial, dan Preservation
, maka pada jalur tersebut akan dijumpai taman dengan bentukan dasar
[5]
Merupakan area dengan ketinggian tertentu yang terbuka dan luas, biasanya terdapat disamping sungai atau area yang memiliki jumlah tampungan air yang besar yang mana manusia dapat berjalan diarea tersebut
Universitas Sumatera Utara
33 segitiga tiga aspek diatas. Untuk menambah generator aktivitas pada daerah esplanade
saya memasukkan fungsi Amphitheater
6
. Perbedaan material menandai perbedaan antara
ruang hijau dan ruang esplanade. Pada jalur esplanade material berupa batu alam dan paving blok diharapkan dapat menjadi penyelesaian desain, karena paving blok masih
dapat menjadi daerah resapan. Sedangkan pada area hijau berupa segitiga tersebut akan menjadi taman dari keseluruhan esplanade yang telah cukup besar, sehingga manusia akan
dapat berteduh dan beristirahat dibawah teduhan pepohonan.
Gambar 3.2
Konsep Rancangan Tapak
Bagian yang menghubungkan antara jalur sirkulasi manusia dengan areal tata hijau adalah jalan setapak, yang juga merupakan akses antara sirkulasi manusia dan area hijau.
[6]
Amphitheater adalah area terbuka yang biasanya digunakan untuk hiburan, pertunjukan, dan olahraga
Universitas Sumatera Utara
34 Selain itu jalan tersebut juga dapat membawa orang ke area duduk bagi orang yang ingin
beristirahat maupun yang ini bersantai menikmati pandangan sungai disertai pepohonan rindang yang menaungi orang tersebut dari panasnya paparan sinar matahari. Karena itu,
disekitar tepian sungai akan ada Amphitheater, sehingga selain menikmati indahnya pemandangan sungai, pengunjung juga akan dapat menikmati hiburan panggung. Area
esplanade yang telah di deskripsikan tersebut tentunya diharapkan akan dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Namun, untuk menambah minat dan kemudahan
pengunjung untuk datang ke tapak, maka saya membuat terminal bus dibagian Jalan Guru Patimpus. Selain terminal, saya juga menambahkan food court disamping terminal
tersebut, dengan target pengunjung merupakan para karyawan dan pelajar disekitar tapak kawasan. Sebenarnya tujuan area esplanade tersebut selain sebagai area santi dan tata hijau
juga merupakan sebagai jalur transisi antara satu generator aktivitas ke yang lain. Misalnya dari terminal tadi pengunjung hendak menuju Amphitheater, maka secara tidak langsung
akan melewati dan juga menikmati area esplanade. Begitu juga sebaliknya apabila pengunjung mall hendak menikmati pertunjukan maupun menikmati keindahan view
sungai maka akan menikmati area esplanade ini juga.
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 3.3
Konsep Ruang terbuka, Tata Hijau Manifestasi Sosial
Selain rancangan akan sirkulasi manusia dan ruang terbuka hijau, terdapat juga sirkulasi kenderaan. Saya membedakan antara akses pencapaian kenderaan ke bangunan
dengan akses pencapaian manusia ke bangunan. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesan nyaman dan aman bagi pengunjung yang hendak berkunjung dengan berjalan kaki. Untuk
sirkulasi kenderaan sendiri saya membaginya menjadi dua, yakni untuk sirkulasi menuju mall dan sirkulasi menuju hotel. Mall sebagai fungsi campuran yang merupakan area
komersial bernilai jual tinggi saya tempatkan dibagian depan. Oleh karena itu pencapaian fungsi mall melalui Jalan Guru Patimpus dengan drop off mengarah ke jalan tersebut serta
akses keluar menuju jalan utama tersebut. Alasan selain bernilai jual tinggi, penempatan mall di depan juga dimaksudkan untuk mempermudah akses pencapaian manusia menuju
mall. Untuk akses hotel, menurut asumsi saya hotel bisnis merupakan hotel dengan fungsi
Universitas Sumatera Utara
36 yang cukup privat maka saya menempatkan drop off hotel sedikit lebih jauh dari Jalan Guru
Patimpus. Jalur pencapaian kenderaan sengaja dibuat lebih panjang dikarenakan untuk fungsi hotel bisnis mencakup adanya Ballroom. Mengingat bahwa Ballroom menampung
intensitas manusia yang cukup besar, maka jalur pencapaian tersebut diharapkan dapat cukup menampung kenderaan yang menuju area drop off. Untuk jalur penembusan keluar
tapak, fungsi hotel menawarkan dua akses, yakni penembusan ke Jalan Guru Patimpus, dan penembusan ke Jalan Tembakau Deli. Akses tersebut menggambarkan pemenuhan akan
integrasi lingkungan hidup
Gambar 3.4
Konsep Aksebilitas Manusia Kenderaan
Gambaran tipologi bangunan menggunakan aspek-aspek disekitarnya melalui pendekatan arsitektur organik. Mengingat bahwa terdapat aspek Riverfront, Urban
Comercial , dan Preservation maka bentukan bangunan menyerupai segitiga yang
Universitas Sumatera Utara
37 mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Sisi setiap segitiga mengarah pada tiap aspek yang
bersangkutan dan juga berhubungan. Seperti pada sisi Riverfront akan ada area esplanade yang menghubungkan antara bangunan dan sungai, pada sisi Preservation aka nada jalur
akses menuju kantor Deli Maskapai, dan pada sisi Urban Comcerial yang dalam hal ini merupakan Podomoro City maka aka nada jalur akses dan koneksi antara bangunan dan
Podomoro City tersebut. Penyelesaian akan fasad dan selubung bangunan akan diselesaikan sesuai dengan aspek yang bersangkutan. Pada sisi sungai akan menggunakan
pendekatan material alam kayu untuk penyelesaiannya. Pada sisi Podomoro City fasad akan berupa fasad yang cukup komersial dan modern. Mungkin bisa saja merupakan layar
display yang akan sekaligus berguna sebagai tontonan untuk area food court. Sedangkan untuk fasad pada sisi preservasi akan lebih diselesaikan dengan pendekatan arsitektur masa
kini, hal ini dimaksudkan untuk menyelaraskan ketiga sisi bangunan mengingat ketiga aspek merupakan hal yang cukup berbeda. Akan ditakutkan apabila nantinya tidak ada
sinkronisasi antara ketiga sisi bangunan. Oleh karena itu pendekatan penyelesaian pada sisi preservasi mungkin akan diselesaikan secara bentuk. Dapat berupa penerapan arcade dan
sebagainya. Untuk bagian tower bangunan juga akan merupakan bentuka segitiga. Perbedaannya terletak pada, tower dirancang akan dapat menimbulkan kamuflase
pandangan. Yakni tower dibuat akan seakan berputar dengan perubahan total derajat dari lantai tower terbawah dan teratas sebesar 90 derajat. Pemutaran dimulai dari salah satu
ujung sisi segitiga mengarah pada sungai dan berakhir pada Jalan Guru Patimpus sebesar 90 derajat. Hal ini dimaksudkan menunjuk sungai sebagai tema utama perancangan, dan
juga akan dapat memberikan pandangan yang berbeda untuk setiap lantai kamar tower hotel.
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 3.5
Konsep Bentukan dan Transformasi Massa
Universitas Sumatera Utara
39
BAB IV HUMAN