Integrated Within Complexity

(1)

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

OLEH

SUNARDI

100406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

OLEH

SUNARDI

100406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUNARDI

100406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

PERNYATAAN

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014


(5)

Judul Skripsi

:

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

Nama Mahasiswa

: SUNARDI

Nomor Pokok

: 100406054

Program Studi

: Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D) (Ir. N. Vinky Rachman, MT)


(6)

Telah diuji pada

Tanggal:

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji

: Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D

Anggota Komisi Penguji

: Wahyuni Zahrah, ST., MS.

Hajar Suwantoro, ST., MT.


(7)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1.

Bapak Bauni Hamid, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu

memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2.

Bapak Achmad Delianur dan Bapak Tavip K. Mustafa, selaku pihak

stakeholder

yang telah membantu dan memberikan petunjuk dan pengarahan

dalam keseluruhan proses rancangan.

3.

Ibu Wahyuni Zahrah, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Hajar Suwantoro,

selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia menjadi penguji dalam kasus ini.

4.

Kedua orangtua serta saudara - saudara perancang yang tercinta, yang telah

memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan

skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

5.

Rekan - rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan

hingga selesainya skripsi ini.

Perancang menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna sehingga perancang sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, perancang berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

yang besar bagi semua pihak.

Medan, 10 Juli 2014

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...

vii

DAFTAR ISI...

viii

DAFTAR GAMBAR...

ix

ABSTRAK...

xii

PROLOGUE -

A RIVER RUNS THROUGH IT ...

1

BAB I

IT ALL GET STARTED

...

4

1.1

The Beginning

...

4

1.2

Step by step

……….

...

13

BAB II

UNDERSTANDING THE WHOLE ASPECT

...

23

BAB III

CONNECTED EACH OTHER

...

31

BAB IV

HUMAN

……..…………

...

39

BAB V

THE FLOW

….…………

...

44

BAB VI

DE ARCHITECTURA

...

69

BAB VII

THE FINALE

..…………

...

81

BAB VIII KESIMPULAN...

89

EPILOGUE -

DO AND UNDERSTAND...

91

DAFTAR PUSTAKA...

93


(9)

DAFTAR GAMBAR

No

Judul Hal

Gambar 1.1

Roof Plan

Podomoro City ... 6

Gambar 1.2 Peta Tata Guna Lahan ... 9

Gambar 1.3 Data Ruang Terbuka ... 10

Gambar 1.4 Data Sirkulasi Kenderaan ... 11

Gambar 1.5 Data Sirkulasi Pejalan Kaki ... 12

Gambar 1.6 Analisa Lingkungan... 14

Gambar 1.7 Analisa Matahari & Curah Hujan ... 15

Gambar 1.8 Analisa Ukuran & Garis Sempadan ... 17

Gambar 1.9 Analisa Drainase & Pepohonan ... 18

Gambar 1.10 Analisa Keistimewaan Buatan & Sirkulasi Pejalan Kaki ... 19

Gambar 1.11 Analisa Sirkulasi Kenderaan & Pemandangan dari Tapak ... 20

Gambar 1.12 Analisa Kebisingan & Manusia Budaya... 21

Gambar 1.13 Gambar Kondisi Pedestrian ... 22

Gambar 2.1 Diagram Hubungan Tema dan Proyek ... 27

Gambar 2.2

House of Falling Water

... 29

Gambar 2.3

Turning Torso Tower

... 30

Gambar 3.1 Sketsa Konsep Awal ... 32

Gambar 3.2 Konsep Rancangan Tapak ... 33


(10)

Gambar 3.4 Konsep Aksebilitas Manusia & Kenderaan ... 36

Gambar 3.5 Konsep Bentukan dan Transformasi Massa ... 38

Gambar 4.1 Konsep Zona Bangunan ... 40

Gambar 5.1 Sketsa Rancangan Awal ... 45

Gambar 5.2 Sketsa Rancangan Ruang Dalam ... 46

Gambar 5.3 Sketsa Rancangan Ruang Dalam 2 ... 48

Gambar 5.4 Rancangan

Ground Plan

... 53

Gambar 5.5 Rancangan Lantai 1 ... 55

Gambar 5.6 Rancangan Lantai 2 ... 56

Gambar 5.7 Rancangan Lantai 3 ... 57

Gambar 5.8 Rancangan Lantai Tower Bangunan ... 58

Gambar 5.9 Rancangan

Lower Ground

... 60

Gambar 5.10 Rancangan

Basement 1

... 61

Gambar 5.11 Rancangan

Basement 2

... 62

Gambar 5.12 Konsep Struktur Tower Bangunan ... 66

Gambar 5.13 Potongan A Site dan Bangunan ... 67

Gambar 5.14 Potongan B Site dan Bangunan ... 68

Gamber 6.1 Bangunan & Tapak Rancangan ... 72

Gambar 6.2 Potongan Prinsip Struktur Tower ... 76

Gambar 6.3 Suasana Interior Kamar Hotel ... 77


(11)

Gambar 6.5 Sistem Strutur Bangunan ... 79

Gambar 7.1 Konsep Air Bersih & Air Kotor ... 82

Gambar 7.2 Konsep Distribusi Listrik ... 84

Gambar 7.3 Konsep Tata Udara ... 85

Gambar 7.4 Konsep

Fire Fighting

... 87


(12)

ABSTRAK

Sungai adalah aliran air yang termasuk kedalam bagian siklus hidrologi. Umumnya

sungai terbentuk secara alami, namun terdapat juga sungai buatan manusia yang

dibuat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup. Sebuah sungai

biasanya dapat menjadi citra dari suatu daerah maupun kota. Kawasan tepian

sungai merupakan kawasan yang berpotensi untuk dijadikan ruang publik maupun

semi-publik dalam suatu tatanan kota. Dalam kasus perancangan ini, sungai

dijadikan sebagai acuan dalam merancang. Tapak rancangan berada pada Jalan

Guru Patimpus dan berbatasan langsung dengan Sungai Deli. Kasus proyek dengan

tema utama arsitektur tepian sungai, dilanjutkan dengan tema gaya hidup urban,

ditambahkan tema individu “

Integrated within Complexity

”. Bermula dari inspirasi

yang didapat dari lingkungan disekitar tapak, perancang menemukan adanya tiga

aspek penting yakni: Sungai Deli sebagai tepian sungai, Podomoro City sebagai

urban komersial, dan Kantor Deli Maskapai sebagai preservasi. Perancang

bermaksud memasukkan ketiga aspek tersebut kedalam rancangan dengan

pendekatan Arsitektur Organik keharmonisan lingkungan hidup. Dari tema tersebut

diharapkan ketiga aspek tersebut dapat di integrasi dengan rancangan kasus proyek.

Kata Kunci : tepian sungai, urban, preservasi, organik

River is water flow that included in part of the hydrological cycle. Generally, the

river formed naturally, but there are also man-made river that is designed to

facilitate and improve the quality of life. A river can usually be the image of an area

or city. Riverfront is an area that has the potential to be used as a semi-public space

and public in order of the city. In the case, the river used as a reference in project

designing. Project site located on Guru Patimpus Street and directly adjacent to

the River Deli. Project case with the main theme of Riverfront, followed by the

sub-theme of Urban Lifestyle, added individual sub-theme "Integrated within Complexity".

Starting from the inspiration gained from the environment around the site, the

designer found that there are three important aspects: River Deli as Riverfront,

Podomoro City as an Urban Commercial, and Office Deli Maskapai as

Preservation. The designer intends to corporate these three aspects into the design

with the Organic Architecture approach to environmental harmony. The theme

hoped that three aspect can be integrated with the project case building.

Keywords : riverside, urban, preservation, organic architecture


(13)

PROLOGUE

A RIVER RUNS THROUGH IT

“Time is like a river. You cannot touch the same water twice because the flow that has passed will never pass again”.

Sungai adalah aliran air yang mengalir dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai juga merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Pemanfaatan terbesar sebuah sungai dapat dijadikan untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi untuk dijadikan objek wisata tepian sungai. Biasanya sungai terbentuk secara alamiah, namun terdapat juga sungai buatan yang sengaja dibuat oleh manusia guna mempermudah dan mengingkatkan tingkat kualitas hidup. Kawasan muka sungai (Riverfront) merupakan kawasan tepian sungai yang sangat berpotensi untuk dijadikan ruang publik maupun semi-publik dalam suatu tatanan kota. Tentunya daerah ini akan dapat menjadi suatu cerminan karakter maupun suatu icon bagi kota tersebut.

Dalam kasus ini, Riverfront Architecture menjadikan kawasan tepian sungai menjadi suatu landasan bagaimana bangunan tersebut dirancang. Dalam konteks PA6 Design Group, kasus perancangan arsitektural bersifat komersial campuran (mixed-use), yang lokasi tapaknya berbatasan dengan tepian Sungai Deli, yakni Jalan Guru Patimpus dan juga merupakan bagian dari lahan yang dulu nya Deli Plaza. Mengingat bahwa Sungai Deli merupakan satu dari beberapa sungai besar yang membelah kota Medan, serta menyimpan sejarah kota Medan kawasan tersebut. Tetapi, kota Medan juga merupakan salah satu dari kota-kota besar di Indonesia yang tidak luput dari permasalahan lingkungan telantar, tidak tertata, dan kumuh. Daerah tepian sungai yang kelak menjadi sasaran bangunan fisik maupun illegal. Serta banyaknya kasus dimana sungai dijadikan daerah


(14)

belakang rumah yang akhirnya menjadi tujuan akhir pembuangan berbagai limbah keseharian. Lebih ironisnya lagi, kasus ini turut menjamah lembaga formal maupun informal, bahkan fungsi bangunan pemerintah yang seharusnya menjadi teladan. Mengangkat tema Urban Lifestyle yang merupakan tema kajian kelompok kami, diharapkan dapat menjadikan proyek ini sebagai proyek yang berkarakter serta menempatkan fungsi-fungsi komersial yang tepat untuk tapak tersebut.

Diturunkan dari tema besar “A River runs through it”, maka tema yang saya ambil adalah “Integrated within Complexity”. Adapun pengertian Integrated menurut Thesaurus adalah “combining or coordinating separate elements so as to provide a harmonious” dan Complexity yakni“the state or quality of being complex”. Jadi Integrated with complexity merupakan penyelarasan beberapa elemen secara harmoni dalam suatu kompleksitas, yang dalam hal ini merupakan kompleksitas urban lifestyle itu sendiri. Tema ini muncul dari potensi kawasan itu sendiri. Mengingat tapak berbatasan dengan Sungai Deli (Riverfront), Podomoro City (Urban Comercial), dan kantor Deli Maskapai (Preservation). Ketiga aspek tersebut secara langsung mengarahkan kepada suatu penyelesaian. Dimana selain aspek riverfront, aspek urban, kita juga harus melihat balik akan identitas kawasan tersebut terdahulunya yang merupakan kawasan awal mula kota Medan, mengingat banyaknya bangunan kolonial pada koridor kawasan. Oleh karena itu, tema ini diharapkan menjadi dasar acuan pengembangan konsep rancangan arsitektural kasus proyek kawasan tepi Sungai Deli. Dengan menghubungkan aspek sungai yang merupakan aspek alam, urban yang merupakan aspek masa kini, dan preservasi yang merupakan aspek masa lalu. Tentunya diharapkan kawasan tepian sungai ini akan dapat menjadi suatu ruang yang memiliki daya tarik tersendiri untuk kota Medan.

Arsitektur bukan hanya terkait akan bangunan, arsitektur tidaklah dapat terlepas dari keterkaitannya dengan alam dan manusia. Mengingat bahwa manusia merupakan


(15)

subjek pengguna dan alam sebagai wadah ruang terhadap suatu bangunan. Mengacu pada hal tersebut, Arsitektur Organik menjadi bagian dari tema yang nantinya akan berperan dalam penerapannya. Bukan berarti arsitektur organik akan meninggalkan konteks wilayah tersebut, melainkan penyelesaian akan permasalahan kompleksitas tersebut akan lebih diselesaikan mengacu pada sinergi dengan alam dan mengacu pada jaman sekarang, kebutuhkan akan jaman sekarang, serta tanpa menginggalkan jadi diri kawasan tersebut. Tentunya diharapkan akan dapat menghasilkan keharmonisan antara manusia, bangunan, dan alam. Arsitektur Organik merupakan Arsitektur yang timbul dari aspek “Form follow

Function” yang di kemukakan oleh Frank Llyord Wright. Dapat dilihat dari konsep ide bentuk, teknologi struktur, penggunaan material, serta aspek berkelanjutan yang mendasari perbedaan arsitektur modern organik ini. Material yang ramah lingkungan, bentukan serta ornamen yang simple yan sangat mendukung akan kebutuhan jaman sekarang (urban), dan tentunya ramah akan kondisi iklim tropis Indonesia.


(16)

ABSTRAK

Sungai adalah aliran air yang termasuk kedalam bagian siklus hidrologi. Umumnya

sungai terbentuk secara alami, namun terdapat juga sungai buatan manusia yang

dibuat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup. Sebuah sungai

biasanya dapat menjadi citra dari suatu daerah maupun kota. Kawasan tepian

sungai merupakan kawasan yang berpotensi untuk dijadikan ruang publik maupun

semi-publik dalam suatu tatanan kota. Dalam kasus perancangan ini, sungai

dijadikan sebagai acuan dalam merancang. Tapak rancangan berada pada Jalan

Guru Patimpus dan berbatasan langsung dengan Sungai Deli. Kasus proyek dengan

tema utama arsitektur tepian sungai, dilanjutkan dengan tema gaya hidup urban,

ditambahkan tema individu “

Integrated within Complexity

”. Bermula dari inspirasi

yang didapat dari lingkungan disekitar tapak, perancang menemukan adanya tiga

aspek penting yakni: Sungai Deli sebagai tepian sungai, Podomoro City sebagai

urban komersial, dan Kantor Deli Maskapai sebagai preservasi. Perancang

bermaksud memasukkan ketiga aspek tersebut kedalam rancangan dengan

pendekatan Arsitektur Organik keharmonisan lingkungan hidup. Dari tema tersebut

diharapkan ketiga aspek tersebut dapat di integrasi dengan rancangan kasus proyek.

Kata Kunci : tepian sungai, urban, preservasi, organik

River is water flow that included in part of the hydrological cycle. Generally, the

river formed naturally, but there are also man-made river that is designed to

facilitate and improve the quality of life. A river can usually be the image of an area

or city. Riverfront is an area that has the potential to be used as a semi-public space

and public in order of the city. In the case, the river used as a reference in project

designing. Project site located on Guru Patimpus Street and directly adjacent to

the River Deli. Project case with the main theme of Riverfront, followed by the

sub-theme of Urban Lifestyle, added individual sub-theme "Integrated within Complexity".

Starting from the inspiration gained from the environment around the site, the

designer found that there are three important aspects: River Deli as Riverfront,

Podomoro City as an Urban Commercial, and Office Deli Maskapai as

Preservation. The designer intends to corporate these three aspects into the design

with the Organic Architecture approach to environmental harmony. The theme

hoped that three aspect can be integrated with the project case building.

Keywords : riverside, urban, preservation, organic architecture


(17)

BAB I

IT ALL GET STARTED..

1.1 The Beginning

Dewasa ini, seiring berkembangnya peradaban dan teknologi manusia, kawasan sungai dalam perkotaan menjadi suatu ikon yang kurang baik dalam konteks Nusantara. Kota-kota besar di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan kawasan sungai. Kota kita sendiri, Medan tidaklah luput dari kata kumuh, tidak tertata, terlantar jika arah pembicaraan dibawa ke problema sungai. Sungai Deli yang merupakan sungai induk yang melintas di sepanjang kota Medan juga menjadi bagian dari permasalahan tersebut. Mengingat semestinya kawasan tepian sungai harus terbebas dari unsur-unsur fisik yang lebih parah lagi biasanya hanya instansi-instansi illegal yang melakukan pelanggaran, namun saat ini kerap kali dijumpai bangunan-bangunan pemerintah yang seharusnya menjadi suatu acuan pedoman juga berbaris pada kawasan tepian sungai. Terlebih lagi banyak kasus yang kita jumpai, sungai dijadikan bagian dari belakang rumah tinggal yang akhirnya menjadi tujuan pembuangan limbah keseharian. Tentunya hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dan ketidak tahuan mereka tentang buruknya hal tersebut. Bukan hanya mencemari sungai, namun juga akan berdampak bagi kesehatan para penghuni tepian sungai tersebut. Tingkat polusi sungai dikota Medan belumnya cukup tinggi, apabila kita bandingkan dengan Ibukota yang permasalahan tepian sungainya lebih rumit. Dari permasalahan sampah sungai hingga hunian kumuh di sepanjang aliran sungai.

Oleh karena itu, dalam hal ini Pemerintah Kota Medan berencana menata kembali Sungai Deli. Hal ini dikarenakan Sungai Deli sendiri merupakan bagian dari sejarah Medan sendiri yang tidak terpisahkan dalam perkembangan dan kelahiran kota Medan. Pemko Medan akan mengembalikan fungsi Sungai Deliyang semestinya. Dalam hal ini, Pemko


(18)

Medan bekerja sama dengan organisasi swasta yang dianggap mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, yakni PT Twin Rivers Development. Pemko Medan dan pihak PT Twin Rivers Development menunjuk Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara untuk membuat beberapa usulan rancangan pada beberapa kawasan tepian Sungai Deli. Berdasarkan pada tunjangan tersebut, maka Departemen Arsitektur USU membentuk beberapa team perancangan yang dinamakan Studio PA6 Design Group. Grup ini terdiri dari beberapa dosen dan kelompok kerja yang mewakili setiap kasus kawasan tepian Sungai Deli. Terdapat 5 jenis kasus yang harus di cari permasalahan serta solusi permasalahannya. Kebetulan dalam kesempatan ini, saya mendapat kasus proyek A. Adapun kasus tersebut merupakan kasus perancangan akan sub-tema Urban Lifestyle yang ber tempat pada Jalan Guru Patimpus, Kelurahan Kesawan Utara, Kecamatan Medan Barat, Medan. Lahan tapak tersebut sekaligus berbatasan dan merupakan bagian dari lahan Podomoro City Medan yang sekarang dalam proses pengerjaan.

Proses perancangan bermula dengan briefing awal berupa penjelasan proyek, Kerangka Acuan Kerja, serta pendahuluan sejarah kota Medan dan sejarah tapak kawasan. Lahan tapak sebelum pembangunan Podomoro City Medan merupakan lahan tapak kawasan Deli Plaza. Fungsi bangunan yang sebelumnya Deli Plaza dan sekarang Podomoro City keduanya merupakan fungsi bangunan yang mengarah pada fungsi Urban Komersial. Melalui briefing, saya mendapatkan pengetahuan contoh kasus proyek tema sejenis yaitu Riverfront dari praktisi konsultan. Kemudian untuk mendapatkan data yang lebih up-to-date serta tinjauan langsung yang akan sangat berdampak dalam proses kedepannya, saya turun ke lapangan untuk melakukan survei. Saya mengunjungi Kantor Marketing Podomoro untuk melakukan wawancara singkat serta pengambilan foto maket rancangan Podomoro City Medan. Seperti layaknya proses perancangan secara umum, dijumpai permasalahan dalam rangkaian kegiatan. Permasalahan surat survei pun menjadi kendala


(19)

sehingga tidak dapat melakukan survei tapak. Terlepas dari permasalahan tersebut, kemudian saya melalukan survei kawasan disekitar site guna mendapatkan data-data, yakni data sungai, data jalan raya dan sirkulasi kenderaan, sirkulasi manusia, intensitas kenderaan, data dan kondisi bangunan sekitar, serta kondisi ekonomi dan data aktivitas masyarakat sekitar.

Awalnya saya menelusuri zona koridor Jalan Guru Patimpus hingga Jalan Balai Kota. Mengingat akan perihal surat survei yang disampaikan sebelumnya, maka saya hanya dapat melakukan tanya jawab dengan pihak Marketing Podomoro. Pertanyaan-pertanyaan berupa jenis proyek, sistem proyek, serta harga unit satuan pun menjadi pertanyaan mendasar yang diajukan. Oleh karena demikian, pihak Marketing memberikan brosur serta Master Plan Podomoro City.

Gambar 1.1

Roof Plan Podomoro City

Sumber: www.agungpodomoro.com


(20)

Penyelesaian akan kendala surat survei pun diteruskan dengan memohon pengeluaran surat dari Departemen Arsitektur. Adapun potensi dari kawasan tapak proyek setelah saya melakukan survei adalah sebagai kawasan komersil, seperti layaknya yang tertulis pada Kerangka Acuan Kerja. Hal ini dikarenakan tapak berada pada jalan primer yang banyak terdapat perkantoran, hotel, serta bangunan dengan fungsi komersil lainnya. Tetapi, tentunya hasil yang diharapkan tidaklah selalu mulus sesuai dengan yang diharapkan. Pada waktu survei cukup banyak kekurangan maupun permasalahan yang dijumpai pada kawasan tapak. Kurangnya kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya hidup bersih mengakibatkan banyak dijumpai sampah di sepanjang koridor, hal ini juga mungkin dikarenakan kurang tersediany tong sampah. Bukan hanya itu, signage yang kurang tertata serta fasilitas publik yang kurang memadai juga menjadi permasalahan. Penelurusan pada tepian sungai lebih buruk lagi. Saya menjumpai adanya perumahan kumuh diseberang sungai yang berbatasan langsung dengan tapak. Penghuni kawasan kumuh tersebut memanfaatkan Sungai Deli sebagai kebutuhan keseharian mereka, seperti untuk mandi, kegiatan rumah tangga, mencuci baju, bahkan membuang kotoran. Hal ini tentunya harus dicari solusi permasalahannya mengingat kegiatan mereka dapat mencemari sungai dan juga akan dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka.

Tahapan selanjutnya, saya melakukan diskusi di Ruang Studio untuk saling bertukar informasi dan merangkum data-data yang telah di dapat dari hasil survei minggu sebelumnya. Asistensi dengan praktisi konsultan Arsitek kembali dilakukan. Pada kesempatan itu, kelompok saya mendapatkan arahan akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman tentang Teori Kota, serta sejarah kawasan sekitar Sungai Deli. Ternyata dulunya pada bagian pertemuan aliran Sungai Deli dan Babura terdapat bangunan Benteng Belanda, yang sekarang terletak di sekitar belakang bangunan Wisma Benteng. Aliran sungai itu dulunya dimanfaatkan sebagai jalur perdagangan. Pada kesempatan itu juga


(21)

praktisi Arsitek Konsultan mengarahkan pemecahan masalah dalam segi fungsional, komersial, konservasi, urban lifestyle, ruang kota, dan kualitas lingkungan hidup. Menyadari hal tersebut maka saya kembali melalukan survei.

Pada tahap selanjutnya, dosen akademik memberi penekanan akan intergasi antara 3 aspek, yakni: Riverfront, Urban Comercial (Podomoro City Medan), Preservation (Bangunan Deli Maskapai), serta penentuan akan 7 jenis bangunan yang menjadi pilihan dalam jenis proyek. Adapun 7(tujuh) jenis bangunan tersebut yaitu: Hotel bintang 4, Hotel bintang 5, Kondominium, Apartemen, Kantor, Mall, dan Theme Park[1]. Survei kembali saya lakukan, namun masih dijumpai permasalahan akan surat survei. Oleh karena demikian, maka saya menggunakan penambahan data sekunder dah foto survei untuk melengkapi data-data yang belum lengkap.

[1]Biasa juga dikenal dengan nama Amusement Park. Merupakan komunitas/gabungan dari atraksi hiburan, permainan dan kegiatan pada lokasi untuk kesenangan orang banyak. Amusement Park lebih kompleks daripada taman kota maupun taman bermain. Theme park biasanya lebih spesifik dan lebih bertema pada subyek tertentu jika dibandingkan dengan Amusement Park.


(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

1.2 Step by step

Kegiatan survei lapangan merupakan satu dari beberapa rangkaian penting dalam proses perancangan. Hal ini dikarenakan dengan melakukan kegiatan survei, hasil suatu rancangan atau desain akan dapat mencapai batas maksimalnya. Kegiatan survei akan membuka pandangan si perancang untuk memahami keadaan tapak, kondisi fisik tapak, potensi tapak, dan sebagainya. Tentunya hal tersebut tidak akan didapatkan secara maksimal apabila perancang tidak ikut terjun langsung ke lapangan untuk melihat dan meninjau tapak proyek. Tetapi, kegiatan survei tidaklah cukup apabila kegiatan survai tersebut hanya menyangkut tapak/site proyek. Keseluruhan kawasan koridor tapak hingga radius tertentu juga merupakan suatu faktor penting dan tambahan untuk ditinjau lebih lanjut. Kondisi disekitar tapak yang dalam hal ini mencakup kawasan koridor jalan memiliki faktor penting tersendiri dalam tahapan perancangan. Aspek-aspek seperti aspek guna lahan, fungsi bangunan sekitar, aspek pencapaian manusia dan kenderaan tentu akan sangat berpengaruh pada rancangan proyek.


(27)

.Setelah kegiatan survai, tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan pendataan tapak kawasan yang menjadi proyek pada kasus perancangan. Mengingatkan kembali bahwa tapak kawasan terletak di inti kota Medan, tepatnya pada jalan Guru Patimpus, kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.

Gambar 1.6 Analisa Lingkungan

Batasan-batasan tapak meliputi; sebelah utara berbatasan dengan Jalan Guru Patimpus dan deretan ruko komersil, sebelah timur berbatasan dengan Podomoro City Medan, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Deli, dan sebelah selatan berbatasan dengan kompleks perumahan serta kantor Deli Maskapai. Adapun total besaran luas lahan tapak berkisar 2.5 Ha dengan sempadan Sungai Deli 15m, sempadan Jalan Guru Patimpus 8,5m; dengan kontur tanah menjorok ke Sungai Deli. Iklim tapak merupakan iklim tropis dengan suhu


(28)

minimum 23º C dan maksimum 33,1º C; memiliki kelembaban udara 78%-82%; dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) 60% dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) 4-32 lantai.

Gambar 1.7 Analisa Matahari & Curah Hujan

Terlepas dari hanya mengumpulkan data dan fakta dalam kegiatan survei, metoda lain yang saya lakukan adalah analisa. Metoda tersebutlah yang membedakan pembelajaran mahasiswa Arsitektur dengan mahasiswa jurusan lainnya. Dalam kesempatan ini pihak stakeholder memberikan saya arahan untuk mengerjakan tahapan metoda analisa secara individu. Karena demikian, maka saya melakukan survei akan analisa Tata Guna Lahan. Hasil yang didapatkan pun dari studi lapangan langsung serta penambahan data sekunder.

Didapatkan bahwa pada koridor kawasan didominasi oleh perkantoran, ruko komersil, perhotelan, serta pemukiman. Bangunan dengan fungsi perkantoran; Plaza Telkom, Kantor Pos Medan, Kantor Perbankan (BRI), Kantor TVRI, Kantor Walikota


(29)

Medan. Koridor juga didukung oleh beberapa fungsi rekreasi seperti: Merdeka Walk, Mall Palladium, Hotel JW Marriott, Hotel Grand Aston, Hotel Dharma Deli, Wisma Benteng, serta deretan-deretan ruko komersil. Ditambah lagi dengan adanya ruang terbuka hijau yakni: Lapangan Merdeka, serta beberapa kuburan. Aspek-aspek diatas menjadi generator utama aktivitas pada koridor ini. Perumahan pada kawasan mematuhi aturan GSB dengan baik, meskipun masih dijumpai kawasan kumuh pada tepian Sungai Deli. Dari hasil studi diatas, mengingat banyaknya perkantoran, ruko, area rekreasi, serta ruang terbuka, maka saya dapat menarik kesimpulan bahwa kawasan tapak proyek merupakan kawasan koridor komersial (bisnis). Dengan adanya faktor pendukung lain seperti kelengkapan jaringan-jaringan listrik dan air serta terletak pada jalan ariteri dan berada di pusatkota, maka untuk kasus proyek ini saya memilih proyek Hotel Bisnis dan Mall.


(30)

Gambar 1.8 Analisa Ukuran & Garis Sempadan

Tapak proyek selain cocok untuk di jadikan bangunan Hotel dan Mall, juga memiliki potensi lain yang cukup besar. Menurut saya, karena letak tapak proyek yang berbatasan langsung dengan Sungai Deli maka sangatlah cocok juga untuk dijadikan sebagai area rekreasi. Jika dijadikan sebagai Esplanade maka akan menjadi donatur yang cukup besar terhadap kawasan kota. Area tersebut akan dapat menjadi ruang publik bagi masyarakat sekitar untuk berinteraksi sosial dank arena berbatasan langsung dengan sungai, pemandangan yang didapat pun cukup menjanjikan.


(31)

Gambar 1.9 Analisa Drainase & Pepohonan

Daerah disepanjang sungai juga ditumbuhi pepohonan yang akan dapat menambah daya tarik tersendiri, hal ini dikarenakan kurangnya ruang publik bagi masyarakat perkotaan pada saat ini. Tentunya pepohonan tersebut akan dapat menjadi peneduh bagi manusia yang melalui area tersebut. Pendatang akan dapat menikmati alam ditengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan saat ini. Oleh karena itu, fungsi mix-used Hotel dan Mall tersebut akan dilengkapi dengan ruang terbuka hijau. Mengingat hampir tidak adanya ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota pada masa sekarang. Diharapkan apabila kelak proyek tapak selesai hal ini akan dapat memberikan sedikit edukasi kepada masyarakat perkotaan akan


(32)

pentingnya ruang terbuka hijau dimasa sekarang seiring terus meningkatnya pemanasan global.

Gambar 1.10 Analisa Keistimewaan Buatan & Sirkulasi Pejalan Kaki

Untuk menciptakan suatu koridor bisnis komersial yang baik, tentunya tidak terlepas dari pentingnya sirkulasi horizontal kawasan. Sesuai data, tapak berada pada jalan Guru Patimpus yang merupakan jalan arteri dan merupakan jalan dengan intensitas kenderaan yang besar. Dengan demikian tentunya menimbulkan 2 pandangan, yakni pandangan akan potensi yang positif dimana dengan tingkat kepadatan kenderaan yang tinggi dengan fungsi komersial yang dimiliki tentu akan dapat menarik banyak pengunjung untuk mendatangi bangunan mix-used. Hal tersebut tentunya merupakan suatu prospek yang bagus. Namun dikarenakan telah tingginya intensitas kenderaan, ditambah lagi akses keluar masuk tapak


(33)

akan dapat meningkatkan intensitas kenderaan yang semulanya telah padat. Tentunya hal ini akan berdampak bagi keseluruhan bagian koridor kawasan.

Gambar 1.11 Analisa Sirkulasi Kenderaan & Pemandangan dari Tapak

Oleh sebab itu, alternatif-alternatif pencapaian diharapkan akan dapat mengurangi ancaman tersebut, seperti pelebaran jalan Guru Patimpus, pemasukan akses sirkulasi kedalam tapak, dan sebagainya. Hal tersebut diharapkan akan dapat mengurangi beban kenderaan pada koridor tersebut.


(34)

Gambar 1.12 Analisa Kebisingan & Manusia Budaya

Selain sirkulasi kenderaan, sirkulasi manusia juga merupakan bagian dari analisa yang harus diselesaikan. Jalur pejalan kaki sendiri pada Jalan Guru Patimpus cukup kecil. Ditambah lagi jalur riol kota yang terbuka dan berdimensi lebih besar dari jalur pejalan kaki. Seperti layaknya kawasan lain di Medan, pepohonan serta tiang-tiang reklame juga turut meramaikan jalur pejalan kaki pada koridor tersebut. Tentunya hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan pejalan kaki. Sedangkan pada koridor jalan Balai Kota dan jalan Tembakau Deli, fasilitas pejalan kaki cukup nyaman untuk dilalui. Lebar jalur pejalan kaki serta pemeliharaan nya membuat pengguna merasa aman dan nyaman.


(35)

A

B

Gambar 1.13 Gambar Kondisi Pedestrian

Sumber: dokumentasi pribadi

Berdasarkan gambar 1.13 dapat dilihat perbandingan kondisi jalur pejalan kaki pada Jalan Guru Patimpus (A) dan Jalan Balai Kota (B).


(36)

BAB II

UNDERSTANDING THE WHOLE ASPECT

Setelah tahapan analisa, pengumpulan data dan fakta dalam deretan proses perancangan, tahapan selanjutnya adalah penerapan tema dan konsep. Pada tahapan tersebut haruslah diperhatikan bahwa tema yang di tetapkan atau dipilih haruslah sesuai dengan konteks dan keadaan tapak sekitarnya. Pada kesempatan ini, saya sebagai salah satu anggota studio PA6 Design Group mendapat 2 jenis tema dalam kasus proyek yang bersangkutan, dimana tema utama proyek adalah Riverfront dengan sub-tema Urban Lifestyle. Selain 2 tema diatas, akan ada sebuah tema individu lagi yang disisipkan untuk keseluruhan proses perancangan proyek, yang kemudian semuanya akan diterapkan dalam rancangan bangunan dan tapak proyek.

Riverfront sebagai tema utama menyangkut bagaimana sungai sebagai aspek utama yang terhubung dengan tapak proyek, sehingga akan dapat menghasilkan suatu rancangan yang sinergi antara bangunan, lansekap, serta semua aspek yang menyangkut tapak hingga kawasan tapak dengan sungai. Tema induk Riverfront menjadi arah acuan ide dan konsep dalam keseluruhan proses perancangan, sehingga kajian yang muncul juga berhubungan dengan sungai pada akhirnya. Tepat bersebelahan dengan tapak proyek sebagai kajian Riverfront adalah Sungai Deli, yang merupakan salah satu dari sungai yang membelah kota Medan. Sejarahnya, Sungai Deli dahulu nya merupakan jalur utama perdagangan yang digunakan oleh pendatang Belanda maupun penduduk lokal. Dari jalur tersebutlah kota Medan sedikit demi sedikit mulai berkembang. Namun sejarah tetaplah sejarah, meskipun dulunya Sungai Deli sedemikian berdampak, dewasa ini Sungai ini tidaklah terlepas dari permasalahan umum dalam konteks perkotaan. Sungai deli kerap


(37)

kurang memperhatikan lingkungan. Mereka kurang memahami akan pentingnya sungai sebagai edge[2] dalam kota. Karena kurangnya pemahaman tersebut, maka Sungai Deli kerap dijadikan sebagai bagian belakang dari bangunan (rumah tinggal) yang pada akhirnya menjadi sasaran pembuangan akhir limbah-limbah keseharian. Padahal jika dikaji lebih mendalam, Sungai Deli memiliki potensi yang besar sebagai area rekreasi dan area sabuk hijau yang akan sangat berpengaruh bagi kota Medan dan penduduk kota Medan khususnya. Apalagi letak tapak berada pada area komersial.

Terlebih lagi sub-tema Urbanlifestyle memiliki hubungan yang sangat erat dengan kawasan, mengingat koridor kawasan merupakan koridor komersial. Tema Urbanlifestyle diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan manusia sekarang akan tren gaya hidup masa sekarang. Tentunya akan sangat menarik jika kebutuhan rekreasi di tambah dengan kebutuhan akan masa kini di realisasikan dalam tapak koridor. Kasus proyek yang saya ambil adalah proyek bangunan Hotel dan Mall.

Hotel, berasal dari kata hostelyang memiliki makna seperti “tempat penampungan

untuk pendatang”. Ada beberapa jenis hotel, namun Hotel bisnis merupakan jenis hotel

yang saya pilih. Dikutip dari pernyataan Hughes dan Kapoor : Bussiness is the organized effort of individuals to produce and sell for a profit, the goods and services that satisfysocietys needs. The general term business refers to all such efforts within a society or within an industry. Maksudnya ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

[2 ] Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge memiliki identitas yang kuat karena tampak

visualnya yang jelas. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk yang merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau menyatukan. [Lynch (1975)


(38)

Menurut kamus umum : bisnis adalah secara dagang, secara perdagangan, usaha dagang, bidang usaha. (Kamus Umum, Brata Atmajaya,h . 1994). Secara umum bisnis berarti komersial, perdagangan atau kegiatan keuangan yang mempergunakan waktu, perhatian tenaga kerja, dan penanaman modal demi perbaikan/kemajuan. (Encyclopedia America, 1982)

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hotel bisnis adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana, fasilitas pelengkap lainnya serta jasa bagi umum yang dapat mendukung dan memperlancar kegiatan bisnis para tamu (seperti meeting room, bussines centre, exhibition room dan sebagainya), yang dikelola secara komersil serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Hotel bisnis berfungsi layaknya semua hotel, yang membedakannya adalah dari segi letak hotel tersebut. Hotel bisnis biasanya terletak pada kawasan yang didominasi kegiatan komersial dan perkantoran. Dikarenakan tapak berada pada koridor komersial dan banyak dijumpai perkantoran maka hotel bisnis akan sangat cocok. Target penghuni hotel tentunya untuk mereka yang cukup sibuk dengan bisnis dan waktu. Bisa jadi bagi mereka yang berasal dari luar kota maupun Negara. Mengingat tapak proyek berdekatan dengan stasiun kereta api yang dapat langsung menuju Kuala Namu International Airport. Standar hotel bisnis berbintang 5, dengan berbagai fasilitas pendukung layaknya: ballroom, swimming pool, multi function room, gym, spa, dan sebagainya. Swimming pool akan berupa infinity pool yang mengarah ke sungai, mengingat tidak mungkin nya pengunjung untuk berendam di sungai. Karakter lain yang cukup membedakan hotel bisnis adalah dari segi interior dan material. Hotel bisnis kerap memiliki luasan yang tidak terlalu besar, namun penyelesaian interior dan material nya sangat mewah/ berkelas. Mengingat


(39)

pengunjung hotel juga merupakan pengunjung yang cukup sibuk dan harus dimanjakan, fungsi lain ke-2 (mix used) yang saya pilih adalah Mall.

Fungsi mix-used ini tentunya diharapkan akan dapat menjadi area rekreasi bagi pengunjung hotel yang cukup padat jadwal waktunya. Selain itu, tentunya Mall ini akan menjadi area perbelanjaan bagi kawasan secara khususnya dan bagi kota Medan secara umumnya. Mall ini diharapkan akan dapat menjadi pilihan rekreasi bagi mereka yang membutuhkan, seperti bagi para karyawan perkantoran disepanjang koridor yang lelah maupun stress dengan pekerjaan. Target lain nya adalah penumpang kereta api yang kadang harus menunggu kereta. Ditambah lagi tapak berbatasan dengan perumahan dan sarana pendidikan. Tentunya hal tersebut akan menambah jumlah pengunjung, seperti ketika jam istirahat maupun makan siang, serta jam pulang kantor/sekolah. Sarana seperti supermarket yang menyediakan kebutuhan keseharian dapat di tambah, mengingat adanya perumahan disekitar tapak.

Tahapan selanjutnya setelah menetapkan jenis proyek, yakni saya menentukan tema individu yang kelak menjadi judul skripsi. Tema tersebut tentunya merupakan tema konteks sungai sebagai tema utama Riverfront dan sub-tema Urban Lifestyle. Tema tersebut kelak menjadi acuan pada bangunan dan tapak yang akan di rancang. Adapun tema yang saya ambil adalah Integrated within Complexity. Dasar lahirnya tema tersebut dari kondisi tapak kawasan. Mengingat pada tapak terdapat sungai sebagai Riverfront, Podomoro City sebagai Urban Comercial, dan kantor Deli Maskapai sebagai Preservation maka perlu adanya sinergi antara ketiga aspek tersebut. Sungai Deli sebagai tema utama serta sarana rekreasi dan edge bagi kota Medan, Podomoro City yang merupakan keseluruhan superblok mencakup perkantoran, mall, apartemen dan juga hotel, condominium untuk future development nya. Serta Kantor Deli Maskapai yang dulunya merupakan kantor perusahaan Deli pertama yang dibangun atas usulan Sultan Deli, yang kemudian pada


(40)

beberapa tahun terakhir ini dijual pada investor swasta. Untuk mengintegrasikan aspek-aspek diatas adapun pendekatan arsitektur yang saya ambil adalah Arsitektur Organik, dengan pendekatan lingkungan hidup.

Gambar 2.1 Diagram Hubungan Tema dan Proyek

Dalam Penguin Dictionary of Architecture (1999) terdapat dua pengertian Arsitektur Organik. Pertama, Arsitektur Organik adalah sebuah istilah yang diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari bangunan yang terorganisir berdasaran analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk natural. Misalnya arsitektur yang menggunakan bentuk-bentuk biomorifk. Pengertian kedua, Arsitektur Organik menurutnya adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Frank Lloyd Wright, Hugo Haring, dan arsitek lainnya untuk arsitektur yang secara visual dan lingkungan saling harmonis, terintegrasi dengan tapak,


(41)

dan merefleksikan kepedulian arsitek terhadap proses dan bentuk alam yang diproduksinya. Dalam tahap ini, saya cenderung mengarah pada pengertian yang kedua.

Menurut Ganguly (2008) dalam artikelnya What is Organic in Architecture, mendefinisikan Arsitektur Organik sebagai hasil dari perasaan akan kehidupan, seperti integritas, kebebasan, persaudaraan, harmoni, keindahan, kegembiraan dan cinta. Arsitektur Organik merupakan sebuah filosofi arsitektur yang menjunjung harmoni antara lingkungan hidup manusia dan dunia alam melalui pendekatan desain, terintegrasi baik dengan tapak dan menghasilkan sebuah kesatuan, komposisi yang saling berkaitan, meliputi bangunan-bangunan dan lingkungan disekitarnya. Adapun pelopor-pelopor Arsitektur Organik antara lain Frank Lloyd Wright, Antoni Gaudi dan Rudolf Steiner, yang masing menggambarkan inspirasi prinsip organik dengan cara mereka masing-masing. Dalam Arsitektur Organik, arsitektur bukan hanya sebagai ekspresi sosial dan budaya, melainkan juga sebagai sesuatu yang mempengaruhi kehidupan manusia. Penerjemahan bentuk organik dipengaruhi oleh banyak hal selain dari segi fungsi (kebutuhan ruang). Akan ada penerjemahan berbeda apabila arsitektur dilihat dari konsep alam. Khususnya dalam ruang, yakni ruang bukanlah lagi sebagai susunan grid dengan garis dan sudut tegak lurus, melainkan suatu bentuk yang sangat kompleks. Bentuk organik dapat didapat dari analogi dan metafora pada bentuk-bentuk alam. Adapun ciri Arsitektur Organik pada umumnya : terinspirasi dari alam, terdapat unsur pengulangan, elastis mengikuti aliran, unik, mengekspresikan konsep ide secara kuat.

Salah satu contoh karya Arsitektur Organik adalah House of Falling Water[3] oleh Frank Lloyd Wright. Beliau menjadikan aliran air dibawah bangunan sebagai bagian aspek

[3]Dikenal juga sebagai kediaman Kaufmann adalah sebuah rumah yang dirancang oleh arkitek bernama Frank Lloyd Wright


(42)

dari bangunan. House of Falling Water pun di desain secara menyeluruh mengikuti alam, maka wajar saja apabila dijumpai bebatuan didalam rumah tersebut. Hal ini dikarenakan bangunan tersebut benar-benar di desain “mengikuti” alam disekitarnya. Selain contoh diatas, Santiago Calatrava yang merupakan salah satu arsitek yang terkenal dengan teknologi strukturnya juga menghasilkan karya mengenai organik, yakni Turning Torso Tower[4].Beliau mengambil pendekatan bentuk tubuh manusia, dimana bangunan di desain menyerupai pergerakan tubuh manusia yaitu dapat berelok. Dari hal tersebut, penerapan organik yang saya terapkan adalah bahwa bangunan yang saya rancang akan mengintegrasikan keseluruhan aspek dalam tapak, baik hubungan manusia, bangunan, lingkungan maupun ruang dalam skala mikro.

Gambar 2.2

House of Falling Water

Sumber: www.fallingwater.org

sebagiannya di atas sebuah air terjun yang terletak di Bear Run, cabang sungai Youghiogheny di daratan tinggi Laurel, pegunungan Allegheny.

[4] merupakan sebuah pencakar langit di Malmö, Swedia, terletak di selat Öresund. Menara ini dirancang oleh arsitek

Spanyol, Santiago Calatrava dan secara resmi dibuka pada 27 Agustus 2005. Menara ini mencapai tinggi 190 meter (623 kaki) dengan 54 tingkat.


(43)

Gambar 2.3

Turning Torso Tower

Sumber: www.torsotower.com


(44)

BAB III

CONNECTED EACH OTHER

Penerapan tema adalah salah satu dari beberapa rangkaian dalam tahapan proses perancangan yang dilakukan setelah proses penentuan tema. Seperti yang telah saya jabarkan pada draf skripsi sebelumnya, telah dibahas mengenai tema yang dipilih dan juga pendekatan teori arsitektur yang berhubungan dengan tema “Integrated within

Complexity”. Penerapan tema pada bangunan bukan hanya mencakup bentukan fisik bangunan, mengingat bahwa pendekatan teori yang saya gunakan adalah arsitektur organik maka penerapan tema tersebut juga digambarkan kepada manusia dan lingkungan yang bersangkutan. Manusia, lingkungan, dan bangunan merupakan bagian penting dalam kajian ilmu arsitektur, juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam merancang. Suatu karya arsitektur akan dianggap berhasil apabila menjawab ketiga aspek tersebut. Suatu bangunan dapat dinilai baik atau tidaknya apabila bangunan tersebut telah difungsikan. Penerapan tema yang berhubungan dengan tiga aspek tersebut dapat digambarkan dalam bentuk konsep rancangan. Keseluruhan konsep dalam rancangan dapat berupa; konsep rancangan tapak, konsep ruang terbuka hijau, konsep sirkulasi manusia, konsep sirkulasi kenderaan, konsep faktor keamanan dan keselamatan, konsep kulit/selubung bangunan, konsep rencana ruang dalam, konsep struktur, konsep mekanikal elektrikal, konsep pemasokan energi, dan konsep aspek berkelanjutan.

Konsep rancangan tapak pada umumnya terdiri dari elemen manusia ,lingkungan dan bangunan. Elemen manusia dalam tahap ini menyangkut sistem sirkulasi manusia dan juga generator aktivitas manusia. Dalam tahapan ini saya membagi konsep tapak menjadi bagian sirkulasi manusia dan tata hijau, sirkulasi kenderaan, sirkulasi jalur servis. Untuk


(45)

Gambar 3.1 Sketsa Konsep Awal

sirkulasi manusia dan tata hijau saya menggunakan konsep penyelesaian Esplanade5.

Penggambaran esplanade tersebut menggunakan kajian arsitektur organik, yaitu berupa arus hubungan antara manusia dan alam (lingkungan) disertai bangunan pada daerah tepian Sungai Deli. Konsep tersebut lahir dari pendekatan akan harmonisasi (integrasi) lingkungan hidup yang merupakan pendekatan yang jarang dijumpai pada kawasan. Penerapan integrasi tersebut diterapkan pada esplanade disepanjang tepian sungai. Esplanade tersebut merupakan bagian dari arus integrasi yang menghubungkan antara lingkungan yang dalam hal ini Riverfront dan bangunan. Mengingat bahwa pendekatan integrasi yang saya ambil adalah tiga aspek, yakni Riverfront, Urban Comercial, dan Preservation, maka pada jalur tersebut akan dijumpai taman dengan bentukan dasar

[5] Merupakan area dengan ketinggian tertentu yang terbuka dan luas, biasanya terdapat disamping sungai atau area yang


(46)

segitiga (tiga aspek diatas). Untuk menambah generator aktivitas pada daerah esplanade saya memasukkan fungsi Amphitheater6. Perbedaan material menandai perbedaan antara ruang hijau dan ruang esplanade. Pada jalur esplanade material berupa batu alam dan paving blok diharapkan dapat menjadi penyelesaian desain, karena paving blok masih dapat menjadi daerah resapan. Sedangkan pada area hijau berupa segitiga tersebut akan menjadi taman dari keseluruhan esplanade yang telah cukup besar, sehingga manusia akan dapat berteduh dan beristirahat dibawah teduhan pepohonan.

Gambar 3.2 Konsep Rancangan Tapak

Bagian yang menghubungkan antara jalur sirkulasi manusia dengan areal tata hijau adalah jalan setapak, yang juga merupakan akses antara sirkulasi manusia dan area hijau.


(47)

Selain itu jalan tersebut juga dapat membawa orang ke area duduk bagi orang yang ingin beristirahat maupun yang ini bersantai menikmati pandangan sungai disertai pepohonan rindang yang menaungi orang tersebut dari panasnya paparan sinar matahari. Karena itu, disekitar tepian sungai akan ada Amphitheater, sehingga selain menikmati indahnya pemandangan sungai, pengunjung juga akan dapat menikmati hiburan panggung. Area esplanade yang telah di deskripsikan tersebut tentunya diharapkan akan dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Namun, untuk menambah minat dan kemudahan pengunjung untuk datang ke tapak, maka saya membuat terminal bus dibagian Jalan Guru Patimpus. Selain terminal, saya juga menambahkan food court disamping terminal tersebut, dengan target pengunjung merupakan para karyawan dan pelajar disekitar tapak kawasan. Sebenarnya tujuan area esplanade tersebut selain sebagai area santi dan tata hijau juga merupakan sebagai jalur transisi antara satu generator aktivitas ke yang lain. Misalnya dari terminal tadi pengunjung hendak menuju Amphitheater, maka secara tidak langsung akan melewati dan juga menikmati area esplanade. Begitu juga sebaliknya apabila pengunjung mall hendak menikmati pertunjukan maupun menikmati keindahan view sungai maka akan menikmati area esplanade ini juga.


(48)

Gambar 3.3 Konsep Ruang terbuka, Tata Hijau & Manifestasi Sosial

Selain rancangan akan sirkulasi manusia dan ruang terbuka hijau, terdapat juga sirkulasi kenderaan. Saya membedakan antara akses pencapaian kenderaan ke bangunan dengan akses pencapaian manusia ke bangunan. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesan nyaman dan aman bagi pengunjung yang hendak berkunjung dengan berjalan kaki. Untuk sirkulasi kenderaan sendiri saya membaginya menjadi dua, yakni untuk sirkulasi menuju mall dan sirkulasi menuju hotel. Mall sebagai fungsi campuran yang merupakan area komersial bernilai jual tinggi saya tempatkan dibagian depan. Oleh karena itu pencapaian fungsi mall melalui Jalan Guru Patimpus dengan drop off mengarah ke jalan tersebut serta akses keluar menuju jalan utama tersebut. Alasan selain bernilai jual tinggi, penempatan mall di depan juga dimaksudkan untuk mempermudah akses pencapaian manusia menuju mall. Untuk akses hotel, menurut asumsi saya hotel bisnis merupakan hotel dengan fungsi


(49)

yang cukup privat maka saya menempatkan drop off hotel sedikit lebih jauh dari Jalan Guru Patimpus. Jalur pencapaian kenderaan sengaja dibuat lebih panjang dikarenakan untuk fungsi hotel bisnis mencakup adanya Ballroom. Mengingat bahwa Ballroom menampung intensitas manusia yang cukup besar, maka jalur pencapaian tersebut diharapkan dapat cukup menampung kenderaan yang menuju area drop off. Untuk jalur penembusan keluar tapak, fungsi hotel menawarkan dua akses, yakni penembusan ke Jalan Guru Patimpus, dan penembusan ke Jalan Tembakau Deli. Akses tersebut menggambarkan pemenuhan akan integrasi lingkungan hidup

Gambar 3.4 Konsep Aksebilitas Manusia & Kenderaan

Gambaran tipologi bangunan menggunakan aspek-aspek disekitarnya melalui pendekatan arsitektur organik. Mengingat bahwa terdapat aspek Riverfront, Urban Comercial, dan Preservation maka bentukan bangunan menyerupai segitiga yang


(50)

mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Sisi setiap segitiga mengarah pada tiap aspek yang bersangkutan dan juga berhubungan. Seperti pada sisi Riverfront akan ada area esplanade yang menghubungkan antara bangunan dan sungai, pada sisi Preservation aka nada jalur akses menuju kantor Deli Maskapai, dan pada sisi Urban Comcerial yang dalam hal ini merupakan Podomoro City maka aka nada jalur akses dan koneksi antara bangunan dan Podomoro City tersebut. Penyelesaian akan fasad dan selubung bangunan akan diselesaikan sesuai dengan aspek yang bersangkutan. Pada sisi sungai akan menggunakan pendekatan material alam (kayu) untuk penyelesaiannya. Pada sisi Podomoro City fasad akan berupa fasad yang cukup komersial dan modern. Mungkin bisa saja merupakan layar display yang akan sekaligus berguna sebagai tontonan untuk area food court. Sedangkan untuk fasad pada sisi preservasi akan lebih diselesaikan dengan pendekatan arsitektur masa kini, hal ini dimaksudkan untuk menyelaraskan ketiga sisi bangunan mengingat ketiga aspek merupakan hal yang cukup berbeda. Akan ditakutkan apabila nantinya tidak ada sinkronisasi antara ketiga sisi bangunan. Oleh karena itu pendekatan penyelesaian pada sisi preservasi mungkin akan diselesaikan secara bentuk. Dapat berupa penerapan arcade dan sebagainya. Untuk bagian tower bangunan juga akan merupakan bentuka segitiga. Perbedaannya terletak pada, tower dirancang akan dapat menimbulkan kamuflase pandangan. Yakni tower dibuat akan seakan berputar dengan perubahan total derajat dari lantai tower terbawah dan teratas sebesar 90 derajat. Pemutaran dimulai dari salah satu ujung sisi segitiga mengarah pada sungai dan berakhir pada Jalan Guru Patimpus sebesar 90 derajat. Hal ini dimaksudkan menunjuk sungai sebagai tema utama perancangan, dan juga akan dapat memberikan pandangan yang berbeda untuk setiap lantai kamar tower (hotel).


(51)

(52)

BAB IV

HUMAN

Pembahasan sebelumnya mengenai 3 (tiga) aspek penting dalam suatu rancangan, yaitu manusia, lingkungan, dan bangunan, yang mana penerapannya harus di perhatikan baik terhadap tapak rancangan maupun bangunan rancangan itu sendiri. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipungkiri lagi sebagai aspek utama dalam proses perancangan. Menurut Vitruvius bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas). Karya arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Oleh karena demikian, ada banyak hal yang juga harus diperhatikan dalam keseluruhan proses perancangan seperti: aspek kekuatan/struktur pada bangunan, aspek zoning kegiatan (privasi atau publik), aspek keselamatan, aspek keamanan, dan sebagainya. Penerapan akan konsep yang disebutkan diatas juga merupakan bagian dari keseluruhan konsep yang akan diterapkan dalam rancangan bangunan. Pada pembahasan sebelumnya, saya telah membahas mengenai penerapan tema dan konsep rancangan, kali ini saya akan membahas lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai konsep yang dijabarkan diatas.

Konsep keselamatan, keamanan dan privasi, pada konsep privasi saya membagi zona menjadi beberapa zona seperti zona publik, zona semi publik, zona servis, zona privat, dan zona semi privat. Fungsi bangunan yang pilih adalah mall dan hotel. Mengingat perbedaan yang cukup menonjol akan zona pada kedua fungsi, dimana hotel memiliki pendekatan zona privat yang cukup tinggi, dan mall lebih mengarah kepada zona publik maka konsep penyelesaian zoning haruslah tepat sasaran. Pada kesempatan ini saya membagi bangunan menjadi 2 bagian yaitu bagian podium dan bagian tower (kasus proyek


(53)

merupakan fungsi campuran dan memungkinkan merupakan bangunan high rise[7]). Podium didominasi oleh fungsi mall yang terkoneksi dengan fungsi hotel. Hal ini dikarenakan jumlah luasan fungsi hotel yang tidak memungkinkan apabila hanya diselesaikan pada bagian tower bangunan. Fungsi hotel pada podium ditargetkan untuk keperluan akan fasilitas penunjang pada hotel itu sendiri. Tentunya akan ada penghubung sekaligus pemisahan antara kedua fungsi tersebut.

Gambar 4.1 Konsep Zona Bangunan

Konsep keamanan dan keselamatan pada bangunan tinggi (high rise) merupakan sesuatu yang menjadi prioritas tinggi. Tentunya pada bangunan tinggi akan ada

[7] istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki ketinggian tertentu. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan

untuk menambahkan fungsi dari bangunan tersebut. Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 23 m hingga 150 m. Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 150 m disebut sebagai pencakar langit.


(54)

penanggulangan maupun antisipasi apabila terjadi bencana yang membahayakan, seperti kebakaran, gempa bumi, dan sebagainya. Untuk penanggulangan akan kebakaran, biasanya akan ada hydran maupun sprinkler sebagai alat pemadaman api. Akan tetapi, selain hanya untuk memadamkan api, aspek keselamatan manusia didalamnya juga harus diperhatikan. Ketersediaan akan tangga kebakaran merupakan suatu hal yang sudah semestinya, dengan jarak ketersediaan antara 1(satu) tangga ke tangga yang lain minimal 25 meter. Tentunya tangga kebakaran tersebut akan tahan terhadap api sesuai dengan asumsi lamanya evakuasi. Disamping itu, tangga kebakaran harus bebas dari asap kebakaran guna mempertimbangkan keselamatan pengguna ketika kebakaran terjadi, ketersediaan akan pressure fan menjadi suatu prioritas. Dikarenakan tangga kebakaran harus tahan api, maka kebanyakan kasus yang dijumpai tangga kebakaran biasanya menggunakan material yang memiliki titik leleh tinggi, seperti beton.

Konsep lainnya yakni konsep rancangan ruang dalam bangunan, merupakan hal utama yang perlu diperhatikan untuk menciptakan fungsionalitas suatu ruangan. Sebagai bangunan tinggi dengan fungsi mall dan hotel (dalam hal ini hotel bisnis) konsep ruang dalam antara kedua fungsi tentunya sangat berbeda dan harus benar-benar diperhatikan. Hotel sebagai fungsi penginapan, tempat manusia beristirahat dan menikmati waktu senggangnya tentunya akan sangat memerlukan privasi yang tinggi jika dibandingkan dengan fungsi mall yang lazimnya merupakan area publik dengan tingkat kepadatan cukup tinggi. Karena hal tersebut maka pemisahan akan fungsi hotel dan mall harus sangat diperhatikan sehingga penghuni hotel akan merasa nyaman dan tidak terganggu walaupun dengan fungsi mall dalam 1(satu) bangunan.

Seperti yang telah dijabarkan diatas bahwa pembagian antara fungsi mall dan fungsi hotel saya bagi melalui pembagian akan zona podium bangunan dan tower bangunan. Podium ditujukan untuk memenuhi keseluruhan bagian dari fungsi mall dengan


(55)

penambahan fasilitas akan fungsi hotel pada sebahagian daerah. Fungsi hotel pada podium berupa penempatan fungsi fasilitas yang biasanya terdapat dalam hotel. Mengingat bahwa dalam kasus perancangan kali ini, hotel merupakan hotel dengan standar bintang 5 yang umumnya memiliki fasilitas ballroom, kolam renang, restoran, meeting room, pool table/karaoke area, gym center, sauna & spa, dan sebagainya. Pada bagian fasilitas tersebut biasanya juga dijumpai dan dinikmati oleh sebagian publik maupun penghuni hotel sendiri. Pada bagian tersebut dapat dirancang menjadi daerah transisi dan terkoneksi antara fungsi hotel dan mall itu sendiri.

Pada rancangan mall, saya kembali menggunakan pendekatan akan tema utama yakni Riverfront. Oleh sebab itu, saya menerapkan konsep view bangunan ke luar (tapak) yang dalam hal ini tepian sungai. Pada bagian sisi bangunan yang menghadap ke sungai akan dijumpai esplanade yang terhubung dengan bangunan (mall). Penyelesaian akan batasan sisi bangunan dengan tapak akan diselesaikan secara terbuka, dapat menggunakan material berupa kaca maupun area terbuka yang terhubung antara tapak dan bangunan. Hal ini dimaksudkan supaya manusia ataupun pengunjung mall walaupun berada didalam bangunan masih akan tetap merasakan lingkungan luar yang terhubung secara baik dengan bangunan. Pada kesempatan ini, lantai ground bangunan mall saya menempatkan sedikit fungsi restoran dan kebanyakan fungsi retail barang. Pada lantai pertama lebih didominasi oleh fungsi retail barang (dalam hal ini fashion), begitu juga dengan lantai kedua. Perbedaan terletak pada penempatan fungsi dan target lantai ketiga. Pada lantai tiga saya menempatkan food court dan biskop. Hal ini dimaksudkan supaya pengunjung mau naik ke lantai tiga mengingat area makan/ restoran terdapat pada lantai tiga. Secara tidak langsung pengunjung dipaksa melalui keseluruhan lantai pada bangunan mall yang tentunya akan menjadikan tiap lantai bangunan menjadi lebih bernilai karena dilalui oleh pengunjung. Hal serupa juga dimaksudkan dengan penempatan bioskop.


(56)

Begitu juga dalam rancangan hotel, fungi pada ground berupa lobby, kantor, dan bar & lounge. Fungsi ballroom terkesan terpisah dengan keseluruhan bagian podium, dikarenakan ballroom memerlukan akses serta luasan yang sangat besar. Oleh karena itu, untuk mengurangi desakan arus manusia dan kenderaan yang akan dapat mengganggu fungsi hotel itu sendiri maka ballroom saya tempatkan dibelakang tapak maupun podium dengan akses yang lebih khusus. Pada lantai ground hotel akan ada koridor penghubung antara fungsi hotel dan mall. Sistem penghubung ini adalah sistem satu arah, maksudnya penghuni hotel dapat mengakses mall dengan bebas, tetapi sebaliknya, penghuni mall tidak dapat dengan bebas memasuki area hotel. Pada lantai satu hotel saya menempatkan fungsi yang lebih mengarah pada fungsi bisnis mengingat hotel adalah fungsi bisnis. Penyediaan meeting room, serta koneksi antara meeting room ke ballroom. Sama seperti sistem pada lantai ground, terdapat koridor dengan sistem satu arah pada lantai ini. Untuk lantai selanjutnya didominasi oleh fungsi restoran dengan jumlah tiga. Satu restoran hotel itu sendiri yang biasa dinamakan coffee shop. Pada restoran ini kebutuhan akan sarapan penghuni hotel dipenuhi. Kedua restoran lainnya merupakan restoran yang harus ada untuk melengkapi standar akan bintang 5. Tentunya kedua restoran tersebut akan dapat di kunjungi bukan hanya oleh penghuni hotel tetapi juga oleh masyarakat umum. Pemenuhan akan fasilitas penghuni hotel ditempatkan pada lantai tiga. Pada lantai ini terdapat kolam renang, gym, sauna&spa yang ditujukan untuk penghuni hotel khususnya dan dapat pula oleh masyarakat umumnya. Sedangkan untuk keseluruhan tower bangunan akan diisi oleh fungsi kamar hotel. Tentunya hal tersebut menawarkan view serta kenyamanan tersendiri karena tinggi dan jauh dari fungsi bangunan lainnya.


(57)

BAB V

THE FLOW

Setelah serangkaian tahapan dalam proses desain, sampailah saya kepada tahapan perancangan skematik. Dalam tahapan ini, pendekatan akan sketsa akan sangat berguna demi kelangsungan kedepan proses perancangan. Sketsa berupa rancangan site, massa bangunan, tampak maupun potongan bangunan tidaklah terpisahkan. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting mengingat dalam tahap ini konsep-konsep yang sebelumnya direncanakan akan dimasukkan kedalam desain dan apakah konsep yang sebelumnya dapat diterapkan atau tidak. Dalam tahapan ini juga batasan dalam mendesain akan dijumpai, namun pencapaian akan desain akan menjadi lebih teliti dan terarah dibandingkan dengan tahapan konsep yang hanya sebatas pemikiran ide maupun gagasan yang ingin diterapkan dalam suatu desain. Dalam tahapan rancangan skematik umumnya rancangan yang dihasilkan masih belum tepat dan terukur, tetapi dalam prosesnya telah menggunakan pendekatan skala yang menggambarkan layout dari tapak.

Awalnya dari proses rancangan skematik, adapun sketsa rancangan yang pertama direncanakan berupa sketsa rancangan tapak/ ground plan. Rancangan tapak ini merupakan rancangan paling mendasar untuk memahami akan skala keseluruhan bangunan dalam lahan proyek. Tentunya rancangan tapak skematik juga mengikuti kaidah akan peraturan pemerintah setempat akan Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis Sempadan Sungai, Koefisien Dasar Bangunan, serta tinggi maksimal bangunan. Dalam kasus ini Garis Sempadan Bangunan (GSB) bagian depan sebesar 18.5meter dengan Garis Sempadan Sungai 15meter, KDB 60% dari keseluruhan luas tapak yaitu 2.5 Ha yang merupakan unsur fisik bangunan.


(58)

Gambar 5.1 Sketsa Rancangan Awal

Setelah penetapan akan batasan peraturan pemerintah selanjutnya maka tahapan selanjutnya yang saya lakukan adalah penetapan akan bentukan massa awal yang akan menjadi bangunan utama dalam kasus proyek kali ini. Bentukan massa mengikuti konsep sebelumnya yang berupa pendekatan akan bentuk segitiga. Namun dalam kasus ini bentukan tapak ternyata berupa persegi panjang., maka bentukan massa awal segitiga harus disesuaikan kembali. Penempatan massa sebisa mungkin ditempatkan mendekati jalan

sehingga pencapaian akan manusia akan lebih terasa “manusiawi”. Selanjutnya saya

membagi zona fungsi bangunan menjadi bagian yang umum, yakni zona mall dan zona hotel. Zona mall merupakan zona yang sangat umum dan publik dengan intensitas


(59)

pengunjung yang tinggi. Oleh karena itu, saya menempatkan zona mall dibagian depan massa bangunan yang mengarah ke jalan utama yaitu Guru Patimpus. Selain karena hal diatas, penempatan zona mall didepan juga dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian akan pengunjung yang berjalan kaki untuk mencapai mall. Untuk zona hotel saya tempatkan dibagian samping dan belakang bangunan karena fungsi hotel lebih privat. Oleh karena itu, pencapaian ke hotel akan lebih jauh dibandingkan ke mall.


(60)

Mengacu terhadap zona tersebut maka penetapan entrance tentu tidak jauh dari acuan tersebut. Untuk keseluruhan bangunan serta beberapa bagian tapak, akan ada kenaikan level ground sebesar 3m dari ketinggian jalan raya. Hal ini dimaksudkan mengingat lahan pada kota yang sangat mahal serta lantai setinggi 3m tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai fungsi retail kelaknya.Entrance mall ditempatkan didepan bangunan berdekatan dengan jalan utama. Untuk sequence8 pejalan kaki, akan terdapat 2 akses pencapaian ke mall. Pejalan kaki akan dapat melewati esplanade yang berada ditepian sungai diiringi amphitheater dan taman yang langsung mengarah pada side entrance mall. Pejalan kaki juga dapat melewati jalur disamping jalur pencapian kenderaan yang mana terdapat outdoor food court yang kemudian berakhir pada drop off main entrance mall. Dalam penempatan tersebut haruslah diperhatikan perlunya suatu aspek “generator”. Misalnya penempatan taman dan amphitheater dalam jalur menuju mall merupakan suatu generator aktivitas dalam keseluruhan tahapan pencapaian bangunan. Begitu juga dengan adanya outdoor food court dimaksudkan untuk menambah generator aktivitas dalam jalur pencapaian tersebut. Untuk entrance hotel terdapat disamping bangunan menghadap ke Podomoro City, dengan entrance Ballroom disampingnya. Untuk pencapaian pejalan kaki ke hotel (walaupun jarang) saya membuka jalur belakang melalui bangunan Deli Maskapai. Tentunya dalam hotel itu sendiri akan terdapat akses langsung ke mall dengan sistem satu(1) arah, yaitu pengunjung mall akan dibatasi memasuki zona hotel, tetapi tidak demikian dengan penghuni hotel yang dapat mengakses mall dengan cukup bebas. Dari

[8] urut-urutan/ sequence adalah suatu peralihan atau perubahan pengalaman dalam pengamatan terhadap

komposisi.urut-urutan yang baik peralihan atau perpindahan ini mengalir dengan baik, tanpa kejutan yang tak terduga, tanpa perubahan yang mendadak. Tujuan penerapan prinsip urut-urutan seperti dalam arsitektur adalah untuk membimbing pengunjung ketempat yang dituju dan sebagai persiapan menuju klimaks. H.K Ishar (1992 : 110-121)


(61)

keseluruhan diatas pendekatan akan tema Integrated within Complexity dapat terlihat. Integrasi antara Deli Maskapai, Podomoro City, dan Sungai Deli.

Gambar 5.3 Sketsa Rancangan Ruang Dalam 2

Setelah penetapan akan zona dan entrance, selanjutnya saya merancang tapak dalam sketsa. Sketsa ini bertujuan menentukan posisi serta orientasi bangunan secara keseluruhan dalam tapak. Untuk tepian sungai akan terdapat esplanade yang terbentang penuh disepanjang tepian sungai dalam tapak. Esplanade akan berupa perkerasan dengan taman-taman dengan bentukan dasar segitiga. Segitiga mengingat tiga aspek utama yakni


(62)

Riverfront, Urban Comersial, dan Preservation. Taman tersebut tentunya selain sebagai nilai tambah kepada lingkungan juga sebagai tempat teduh bagi pengguna esplanade. Dalam keseluruhan deretan esplanade akan terdapat amphitheater yang menjorok kesungai untuk kegiatan pertunjukan. Sebagai tambahan akan terdapat jembatan untuk pejalan kaki pada bagian samping belakang tapak yang menghubungkan tapak menuju Jalan Sungai Deli. Penambahan jembatan ini tentunya dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian pada tapak mengingat pada Jalan Sungai Deli terdapat beberapa lembaga pendidikan yang secara tidak langsung dapat menambah jumlah pengunjung terutama pada fungsi mall bangunan.

Untuk rancangan mall, akan terdapat outdoor food court yang menghubungkan jalan raya dengan mall. Pengulangan lagi, bentukan food court juga merupakan bentukan dasar segitiga. Rancangan mall saya bagi menjadi area ground, dimana pada area ini akan terdapat banyak bukaan sehingga pengunjung mall akan dapat merasakan ruang luar dalam bangunan. Selain merasakan ruang luar, pengunjung mall juga akan dijanjikan dengan view ke sungai. Pada lantai ground lebih ditekankan pada fungsi retail yang umum mengingat side entrance mall juga terdapat pada lantai yang sama. Pada lantai ini juga akan terdapat atrium untuk menunjang kegiatan pameran, promosi dan sebagainya. Didalam mall akan terdapat fungsi food court kembali. Mengingat bahwa outdoor food court yang terletak diantara jalan utama dan mall merupakan outdoor dan juga ditargetkan untuk kawasan sekitar dengan akses yang mudah. Bedanya dengan food court didalam mall, food court terletak pada lantai tiga(3) bangunan mall, mengingat pada ketinggian tersebut maka view yang didapat juga akan berbeda. Apabila outdoor food court memberikan view taman serta tapak, maka indoor food court pada mall akan menawarkan view menengah kota medan, Sungai Deli, serta sebahagian kawasan tapak. Indoor food court ditempatkan pada lantai tiga dengan alasan bahwa pengunjung haruslah melewati keseluruhan lantai bangunan yang


(63)

secara tidak langsung “menjual” tiap lantai bangunan pada mall. Pada lantai ini juga akan

terdapat bioskop, pada lantai-lantai sebelumnya akan diisi dengan fungsi retail dengan variasi tertentu. Untuk fungsi mall ini, diperkirakan akan terdapat 2 lift penumpang, 1 lift servis, 10 eskalator dan 2 atrium.

Suatu rancangan biasanya mempertimbangkan aspek fungsi bangunan tersebut. Oleh sebab itu terdapat pendekatan akan form followfunction ataupun function follow form. Dalam kasus ini, saya menjembatani kedua pendekatan tersebut. Dimana walaupun fungsi merupakan prioritas, namun bagaimanapun sebagai perancang yang dalam kasus ini Arsitek, haruslah dapat menghasilkan karya yang dapat memenuhi akan kebutuhan bentuk, fungsi dan juga kekuatan/daya tahan. Sebagai bangunan komersial campuran antara fungsi mall dan hotel bisnis, bentukan massa bangunan lahir dari aspek disekitarnya. Sungai, Podomoro City, dan kantor Deli Maskapai secara tidak langsung menjadi tiga(3) aspek yang saya terapkan. Bentukan segitiga dengan perwakilan tiap segi/sisi merupakan ketiga aspek diatas.

Pada tahapan rancangan skematik, yang sebelumnya telah dibahas mengenai zona-zona pada massa bangunan yang merupakan hasil dari sketsa dan konsep sebelumnya dengan zona depan fungsi mall dan zona samping belakang zona hotel. Untuk fungsi mall pada lantai ground akan diisi dengan retail dengan fungsi publik umumnya. Bertepatan pada lantai diatasnya akan terdapat retail dengan fungsi busana maupun retail dengan nilai view yang agak sedikit. Pada lantai satu(1) ini juga akan terdapat void yang berfungsi sebagai area bukaan view kebawah ketika terdapat event maupun pertunjukan pada mall. Hal ini dimaksudkan pengunjung mall akan dapat menikmati pertunjukan dari koridor tiap lantai bangunan, selain itu penerapan void juga dimaksudkan untuk mempermudah arah tujuan pergerakan didalam mall. Pengunjung dapat melihat retail pada lantai dibawahnya sehingga akan lebih mudah ditemukan. Pada lantai dua (2) masih akan dijumpai retail


(64)

dengan fungsi fashion serta sedikit area restoran. Pada lantai ini akan ditawarkan sedikit view keluar tapak serta ke sungai. Selanjutnya untuk lantai diatasnya yakni lantai tiga(3) akan diisi dengan fungsi food court dan biskop. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penempatan food court dilantai tiga (3) dengan pertimbangan akses pencapaian melewati

setiap lantai bangunan yang secara tidak langsung akan “menjual” setiap retail pada

lantainya. Sedangkan untuk fungsi bioskop memang harus ditempatkan pada lantai teratas mall. Hal ini dikarenakan kebutuhan luasan biskop serta sistem struktur bentang lebar bioskop itu sendiri. Hal ini juga yang cukup mendasari penempatan bioskop pada beberapa mall pada lantai atas bangunan.

Biasanya dalam sebuah mall akan terdapat sebuah supermarket yang biasanya menjual kebutuhan keseharian. Dalam perancangan kali ini, fungsi tersebut saya tempatkan pada daerah basement. Hal ini dikarenakan luasan supermarket itu sendiri, didukung oleh akses servis stoking bahan supermarket (akses servis terdapat pada lantai basement), dan juga di dukung oleh kemudahan akan pemindahan barang belanjaan langsung kebasement parkiran pengunjung. Jadi, pengunjung ketika hendak kembali ke parkiran kenderaan mereka, mereka akan dapat berbelanja kebutuhan mereka terlebih dahulu. Selain itu, troli belanjaan mereka akan dapat didorong hingga mendekati kawasan parker sehingga beban belanjaan aka menjadi ringan. Pada area basement ini juga terdapat semi drop off entrance, sehingga pengunjung akan mendapat sedikit kemudahan untuk dapat memilih dijemput pada lantai basement maupun ground.

Beranjak dari rancangan skemati mall, saya juga melakukan rancangan skematik pada fungsi hotel. Pada rancangan tersebut yang paling mendasar saya tentukan adalah letak entrance dan lobby hotel. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa entrance hotel ditempatkan dibagian belakang massa bangunan untuk meningkatkan privasi, dengan entrance ballroom di sampingnya. Tentunya akan ada penghubung antara lobby hotel ke


(65)

mall sehingga penghuni hotel akan dapat langsung menikmati fungsi mall setelah melakukan check in. Pada bagian lobby yang terdapat dalam lantai ground ini akan terdapat resepsionis dengan bagian front office dibelakangnya. Front office tersebut akan menjadi media pengolahan data dan informasi penghuni dari resepsionis yang kemudian diproses pada bagian back office nantinya. Pada lobby ini juga akan terdapat bar & lounge sebagai tempat tunggu sekaligus tempat penghuni hotel melakukan kegiatan bisnis seperti jumpa rekan kerja dan sebagainya. Pada lantai ini akan terdapat lift menuju basement dan juga deretan lift utama menuju lantai-lantai diatasnya. Khusus pada bagian podium bangunan untuk fungsi hotel, akan terdapat tangga akses menuju lantai podium hotel diatasnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi beban penggunaan lift pada bagian tower hotel. Pada lantai ini juga terdapat ballroom dengan prefunction hall bersampingan dengan lobby hotel.


(66)

(1)

ii. Kolam anak – anak iii. R. Salin iv. R. Loker v. R. Filtrasi vi. Shower a. Pria b. Wanita vii. Toilet a. Pria b. Wanita c. Wastaf el viii. R. Pengel ola ix. Gudang Janitor Tambahan kebutuhan untuk hotel bintang 4  Area Transaksi

i. Biro Perjala nan ii. Money Change r iii. ATM iv. Retail  Ballroom i. Ballroo m ii. R. Peneri ma iii. Backst age iv. Gudan g v. Toilet

 Street Cafe

15 m2 15 m2 16 m2 20 m2

21,7m x 12m 0.5 m2 /org 20 m2 15 m2 2 m2 / orang 20 m2

1 2 2 1 10 5  Area Transaksi Tamu

Hotel 

Menukar dan mengambil uang  Membeli barang souvenir  Biro perjalanan  Money changer  ATM  Retail

260 m2 3 m2 40 m2 15 m2 20 m2 100 m2 Karyawa

n 

Melayani pengunjun g  Mengelola dan membersih kan

 Ballroom Tamu

Hotel 

Mengikuti acara  Sanitasi  Ballroom  R.Penerima  Backstage  Gudang Perabot  Toilet Karyawa

n 

Mengurus keperluan acara  Sanitasi  Backstage  Gudang perabot  Toilet  Street Café Tamu

Hotel 

Menikamar ati Suansana

 Makan dan

minum

 Jajanan

malam  sanitasi

 Area street café  Toilet  Dapur kecil

Karyawa

n 

Mengolah, mengurus, dan membersih kan area cafe Administrasi

 Ruang administrasi

a) R.

Reception

b) R.

Executive Manager

c) R. Asisten. Executive Manager

d) R.

Sekertaris

e) R. Rapat

f) R.

Reception

g) R.

Fotocopy

h) R. Public Relation  Sales and Catering

a) R.

Reception b) R. Sales

Executive

c) R.

Manager Produksi d) R. Banguet

Manager e) Sekertaris f) R. Fotocopy  Accounting a) R. Reception b) R. Audit

Manager 15 m2 12 m2 18 m2 12 m2 6 m2 12 m2 15 m2 16 m2 16 m2 18 m2 6 m2 6 m2 9 m2 6 m2 6 m2 9 m2 12 m2 30 m2 9 m2 6 m2 18 m2 15 m2 12 m2 9 m2 7.2 m2 18 m2 9 m2 1.2 m2 / orang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10  Administr asi Karyawa

n 

Menerima reservasi kamar hotel  Membuat perhitunga n biaya tamu  Membuat laporan administras i penyewaan kamar  Menerima dan menyeleksi calon pegawai dan karyawan  Mengelola adminitrasi keuangan hotel

 R. Reception  R. Exc

Manager  R. Asisten

Exc Manager  R. Sekertaris  R. Rapat  R. Reception  R. Fotocopy  R. Public

Relation

15 m2 12 m2 18 m2 12 m2 6 m2 12 m2 15 m2 16 m2 16 m2 18 m2 6 m2 6 m2 9 m2 6 m2 6 m2 9 m2 12 m2 30 m2 9 m2 6 m2 18 m2 15 m2 12 m2 9 m2 7.2 m2 18 m2 9 m2 12 m2  Sales dan

Catering

Karyawa

n 

Melakukan perencanaa n pemasaran, periklanan / promosi dan penjualan produk dan fasilitas hotel

 R. Reception  R. Sales

Executive  R. Catering

Manager  R. Banguet

Manager  Sekertaris  R. Foto copy


(2)

c) R. Administra si

d) R.

Pemasaran e) R. Foto

copy  Front Office

a) R. Front Office Manager b) R. General

Manager c) R. Asisten

Gen Manager d) Ruang IT e) R. Control

Audio

f) Gudang

g) R. Surat h) Toilet

 Accountin

g

Karyawa

n  Menerima tamu

 Mengurus

keuangan hotel

 Rapat

 Menyiapka

n arsip dan mengetik

 Foto copy

 Menyimpa

n arsip

 R. Reception  R. Audit

Manager  R.

Administrasi  R.

Pemasaran  R. Foto

Copy  Toilet

 Front

Office

Karyawa

n 

Menunggu tamu  Mengurus sarana rekreasi  Menyimpa n alat

 R. Front Office Manager  R. General

Manager  R. Asisten

General Manager  Ruang IT  R. Control

Audio

 Gudang

 R. Kerja dan Surat

Service

 Laundry

a) Laundry

b) R. Laundry Supervisor

c) Gudang

Alat

d) R. House Keeper

e) R. Asisten House Keeper f) R. Sekertaris g) Gudang Linen h) Gudang Seragam

 Ruang Mesin

a) R. ME

b) R. Genset

c) R. AHU

d) R. Mesin AC

e) R. Panel

f) R. IT

g) Toilet

 Housekeeping

a) R.

Housekeep er

b) R. Asisten Housekeep er

c) R. Lost and Found d) G. Penyimpan an e) Uniform Service

 Area Parkir

a) Area parkir roda 2

b) Area parkir roda 4 c) Area parkir

bus

0.72 m2/ kamar 9 m2 0.23 m2/ kamar 9 m2 6 m2 6 m2 0.23 m2/ kamar 24 m2 20 m2 45 m2 20 m2 20 m2 20 m2 36 m2 1.2 m2 / org 9 m2 6 m2 6 m2 20 m2 24 m2

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1

 Laundry Karyawa

n 

Mencuci dan Membersih kan pakaian  Menyimpa n peralatan  Mengantar pakaian tamu  Gudang Linen  Laundry Dryer  R. Laundry

Supervisor

 Gudang

 R. House Keeper  R. Asisten

House Keeper  R. Sekertaris

86.4 m2 9 m2 27.6 m2 9 m2 6 m2 6 m2 27.6 m2 24 m2 20 m2 45 m2 20 m2 20 m2 20 m2 36 m2 6 m2 9 m2 6 m2 6 m2 20 m2 24 m2

2555 m2

 Ruang

Mesin

Karyawa

n 

Mengatur sistem mekanikal dan elektrikal pada bangunan  Merawat dan memperbai ki mesin – mesin

 R. Genset dan tangki BBM  R. Panel dan

Trafo  R. Pompa  R.

Pengendali Kebakaran  R. Ground Water Tank  R. AHU dan Mesin AC  R. IT

 Housekee

ping

Karyawa

n 

Menjahit seragam dan pakaian  Mencarika n barang hilang atau tertinggal  Mengawasi Pekerjaan  R. Housekeepin g  R. Asisten

Housekeepin g  R. Lost and

Found  R. Penyimpana n  Uniform Service  Room Service  Area Parkir Tamu

hotel 

Memarkirk an Kendaraan

 Area Parkir Roda 2  Area Parkir

Roda 4  Area Parkir

Bus Karyawa n  Memakirka n Kendaraan


(3)

(4)

(5)

(6)