METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN KASIMPULAN DAN SARAN

BAB V KASIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

89 5.2 Saran 89 DAFTAR PUSTAKA 91 Lampiran 93 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Enam Kategori Proses Kognitf Revisi Taksonomi Blom 13 Tabel 2.2 Aktivitas Siswa 21 Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran yang Berpusat Pada Guru dan Model Pembelajaran yang Berpusat Pada Siswa 23 Tabel 2.4 Sintaks Model PBL 36 Tabel 2.5 Hasil-hasil Penelitian yang Relevan 37 Tabel 3.1 Disain Penelitian 64 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Hasil belajar 65 Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 66 Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 66 Tabel 4.1 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 75 Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 76 Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 77 Tabel 4.4 Uji Hipotesis Data Pretes 77 Tabel 4.5 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 78 Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Postes 79 Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Postes 80 Tabel 4.8 Uji Hipotesis Data Postes 80 Tabel 4.9 Hasil Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 81 Tabel 4.10 Penilaian Afektif Kelas Eksperimen 82 Tabel 4.11 Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen 83 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Hasil yang Diperoleh Dari Model PBL 34 Gambar 2.2 Mind Map Fluida Dinamis 43 Gambar 2.3 Aliran Laminer dan Aliran Turbulent 48 Gambar 2.4 Fluida Mengalir 49 Gambar 2.5 Aliran Air Pada Penampang yang Berbeda-beda 50 Gambar 2.6 Azas Bernouli 51 Gambar 2.7 Penyempitan Dalam Pipa yang Membawa Fluida yang Bergerak 52 Gambar 2.8 Aliran Udara Disekitar Penampang Pesawat 53 Gambar 2.9 Venturimeter 55 Gambar 2.10 Kapal Hidrofoil 56 Gambar 2.11 Bak Penyimpanan Air 57 Gambar 2.12 Tabung Karburator 58 Gambar 2.13 Penyemprot Nyamuk 59 Gambar 2.14 Tabung Pitot 59 Gambar 3.1 Skema Penelitian 69 Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 76 Gambar 4.2 Perbandingan Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 79 Gambar 4.3 Diagram Batang N-Gain Aktivitas Siswa 82 Gambar 4.4 Diagram Batang Penilaian Afektif 83 Gambar 4.5 Diagram Batang Penilaian Psikomotorik 84 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 93 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 106 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 119 Lampiran 4 Penilaian Kognitif 133 Lampiran 5 Afeketif 134 Lampiran 6 Psikomotorik 137 Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa 1 140 Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa 2 144 Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa 3 147 Lampiran 10 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar 150 Lampiran 11 Test Hasil Bejar 157 Lampiran 12 Pedoman Penilaian Aktivitas 161 Lampiran 13 Penilaian Observasi Aktivitas 162 Lampiran 14 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 163 Lampiran 15 Rekapitulasi Penilaian Afektif Kelas Eksperimen 169 Lampiran 16 Rekapitulasi Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen 175 Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Belajar 181 Lampiran 18 Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi 189 Lampiran 19 Uji Normalitas 194 Lampiran 20 Uji Homogenitas 197 Lampiran 21 Uji Hipotesis 200 Lampiran 22 Lembar Observasi Guru Wawancara 204 Lampiran 23 Lembar Observasi Siswa Angket 206 Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva 0 ke z 209 Lampiran 25 Tabel Uji Lilliefors 210 Lampiran 26 Tabel Nilai-nilai Distribus F 211 Lampiran 27 Nilai-nilai Kritis J Untuk Uji Wilcoxon 213 Lampiran 28 Mind Map 214 Lampiran 29 Dokumentasi 215

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk yang tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Struktur manusia dan situasi di dunia membuat proses belajar mengajar tidak terhindarkan. Belajar dan diajar merupakan benang-benang dalam tenunan eksistensi manusia yang tidak dapat disingkirkan dan dihancurkan. Manusia merupakan mahluk yang penuh ketidaktahuan, sama sekali tidak mengerti dan tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada hari kemudian. Karenanya, mereka belajar. Berbeda dengan serangga dan bebatuan, manusia mempelajari banyak hal pada alam semesta ini. Bahkan Tipler 1998:1 mengatakan: “Manusia selalu ingin tahu tentang dunia di sekitarnya. Sejak dimulainya penuangan gagasan dalam tulisan, manusia telah berupaya mencari cara untuk menerapkan keteraturan pada keanekaragaman yang luar biasa dari kejadian-kejadian yang diamatinya. Pencarian keteraturan ini terwujud dalam berbagai bentuk: pertama agama, kedua seni, ketiga sains.” Dari semua tindakan yang dilakukan manusia, orang pasti akan berharap bahwa mengajar adalah tindakan yang dilakukan dengan pemikiran yang paling mendalam dan dengan pengertian yang paling jelas akan sasaran-sasarannya. Namun ternyata pengharapan ini sangat salah arah sebab sejumlah besar guru hanya sekedar mengajar, mengajar sebagaimana mereka dulu di ajar, menerapkan kebiasaan yang sudah mendarah daging tanpa direnungkan, tanpa memutuskan apa yang akan diajarkan dan apa yang akan ditekankan, sama seperti burung gagak tidak memutuskan lagu apa yang akan dinyanyikannya. Jelas tidak dapat disangkal bahwa hal ini tidak dapat dibenarkan dan tidak bertanggung jawab Wolterstorff, 2014:7. Fisika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi didalamnya serta dapat diterangkan dengan menggunakan konsep-konsep sederhana. Fisika berhubungan dengan materi dan energi, dengan hukum-hukum yang mengatur gerakan partikel dan gelombang, dengan interaksi antar partikel, dan dengan sifat-sifat molekul, atom dan inti atom, dan dengan sistem-sistem berskala lebih besat seperti gas, zat cair, dan zat padat. Pada abad ke-21 ini hampir semua peralatan teknologi canggih seperti komputer, radar, pesawat supersonik dan lain sebagainya diciptakan berdasarkan temuan teori-teori fisika. Dan bukan hanya dalam hal teknologi, pencapain yang telah dilakukan dalam fisika juga sudah mengubah cara pandang manusia terhadap dunia. Apa yang dulu dianggap tidak mungkin dicapai oleh kemampuan manusia, sekarang sudah dapat dicapai dengan menguasai teknologi. Johnson 2014:68 mengatakan, “teknologi abad ke- 20 memungkinkan para ilmuwan melakukan pengamatan dengan tingkat ketepatan yang tinggi dan terperinci terhadap galaksi dan atom, planet dan partikel-partikel sub-atom, mikroorganisme, dan sel-sel otak.” Fisika merupakan mata pelajaran yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghafalan. Namun kenyataannya fisika sering dipandang sebagai suatu ilmu abstrak oleh siswa dengan teori, rumus-rumus, dan soal-soal yang sulit. Guru juga cenderung menekankan persamaan matematis dalam menyelesaikan soal-soal fisika bukan melatih siswa dalam keterampilan proses sainsnya. Sebagimana ilmu pengetahuan lainnya, fisika memang terdiri dari hal yang abstrak dan nyata. Namun apa yang terjadi jika dalam proses pembelajaran hanya salah satu dari keduanya yang ditekankan atau bahkan dipisahkan. Sehingga terjadi dualisme dalam mengajarkan fisika kepada murid. Johnson 2014:48 mengatakan : “Dualisme ini memisahkan sisi abstrak dengan sisi nyata. Sisi abstrak yaitu gagasan-gagasan, konsep, pengetahuan itu sendiri, dan kumpulan informasi telah lama terpisah dari sisi nyata pendidikan. Banyak penganut metode mengajar tradisional masih mempertahankan pemisahan ini. Sisi nyata, yaitu tindakan praktis di dalam dunia keseharian, situasi aktual, masalah-masalah nyata diminimalkan oleh para pendukung pendidikan tradisional, seakan sisi tersebut tidak terlalu berguna. Pendidikan hanya bertujuan mengajari kepala bukan tubuh. Mengajak siswa untuk menyerap, tetapi tidak menggunakan; mendengar, tetapi tidak bertindak; berteori, tetapi tidak mempraktekkan. Tugas para siswa adalah mengingat fakta dan gagasan, bukan