PENGARUH KREATIVITAS DALAM MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK
PENGARUH KREATIVITAS DALAM MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK
Oleh
CAHYA WULANDARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
ii ABSTRAK
PENGARUH KREATIVITAS DALAM MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK
Oleh Cahya Wulandari
Berdasarkan observasi pendahuluan di SMA Negeri 1 Purbolinggo yang telah
dilakukan masih banyak sekali siswa yang memperoleh nilai dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil
belajar yaitu kurangnya ketertarikan dan minat siswa dalam mempelajari fisika.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis melakukan penelitian mengenai
pembelajaran yang kreatif dan menarik dengan menggunakan mind map yang
bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan mind map, dan (2) adanya pengaruh kreativitas dalam mind map
terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X.3 SMA Negeri 1
Purbolinggo yang berjumlah 31 siswa pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013 dengan materi Alat-Alat Optik. Desain penelitian ini menggunakan
bentuk Pre-Eksperimental design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design,
dengan begitu data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode paired
sample T test untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan regresi linear sederhana untuk menetahui pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil
(3)
Cahya Wulandari
iii
belajar siswa dengan bantuan SPSS 17.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
(1) Terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yang signifikan dengan
menggunakan mind map sebesar 58,32 dengan nilai N-gain kategori tinggi sebesar
51,61% dan kategori sedang sebesar 48,39% serta tidak ada satupun siswa dalam
kategori rendah. (2) Terdapat pengaruh positif yang linear dan signifikan kreativitas
dalam mind map terhadap hasil belajar siswa sebesar 34,8% yang merupakan nilai
koefisien determinasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,590 yang termasuk
dalam kategori sedang dan persamaan regresi Y = 38,974 + 0,494X dimana
konstanta a dan b merupakan koefisien yang signifikan.
(4)
Judul Skripsi PENGART'H KREATTVITAS DALAM MIND ]}MP TERIIADAP HASIL BELAJAR SISWA PAI}A MATERI ALAT-ALAT OPTIK
Csh1a
Wtrfandcr
i
0913022A75 Pendidikan Fisika Pendidikan MIPA
Keguruan dan lknu Pendidikan ,..,"1..,i'"''' .1,";"".,.
t'
t
I
I Nama Mahasiswa
No. PokokMahasislsa Program Studi
Jurusan
Fakultas
Errahman, M,Si,
19681210 199303
I
0022. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
w
Dr.
Caswita,M.$il
NIP 19671004 199303 I 004(5)
1.
TimPenguji KetuaMENGESAHKAFT
: Dr.
ff.
Undang Rosidin, M,Pd.Sekretaris
: Dr. Abdurrahman, M.Si.Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Agus:Suyatna, M.Si.
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 27 Mei 2013 ng Rahman, M.Si. 15 198503 I 003
(6)
SURAT PERI\TYATAANI
Yang ber,tandaangan di bawah ini adalah:
Nanra NPM
: Catrya Wulandari :0913022A75
Fakuhas/Jurusan
: KIP/PentlidikanhIIPAProgram Studi : PendidikanFisika
Alamat
: Jl. Raya Bumisaxi, No 419, Natm, Lampung SelatanDengan ini menyarakan oan'*wa tlalam skripsi ini tittak tefdapat karya ynng pirmah
diajuk'n untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan
tinggi, dansepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapatkwya atau pendapat yang pemah
clitrrlis atau diterbltkan oleh orang lain, keeruli yang secara remulis diaeu dalam
naskah ini dan disebut dalam dafrarpustaka
(7)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. KERANGKA TEORITIS A.Tinjauan Pustaka 1. Kreativitas ... .. 6
2. Pembelajaran Mind Map ... . 10
3. Hasil Belajar ... .. 18
B. Kerangka Pemikiran ... 25
C. Hipotesis ... 27
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pendidikan ... 28
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
C. Metode dan Desain Penelitian... 29
D. Variabel Penelitian ... 30
(8)
xiv
F. Analisis Instrumen ... 31
1. Uji Validitas ... 31
2. Uji Reliabilitas ... 32
G. Teknik Pengumpulan Data ... 33
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 35
1. Analisis Data ... 35
2. Pengujian Hipotesis ... 36
a. Hipotesis Pertama ... 36
1) Uji Normalitas ... 36
2) Uji Paired Sample T test ... 36
b. Hipotesis Kedua ... 37
1) Uji Normalitas ... 37
2) Uji Linearitas ... 38
3) Uji Regresi Linear Sederhana ... 39
. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
1. Tahapan Pelaksanaan ... 40
2. Uji Instrumen ... 42
a. Uji Validitas ... 42
b. Uji Reliabilitas ... 43
3. Hasil Pengumpulan Data ... 43
a. Data Kreativitas dalam Mind Map ... 43
b. Data Hasil Belajar Siswa ... 45
4. Pengujian Hipotesis ... 45
a. Hipotesis Pertama ... 45
1) Uji Normalitas... 45
2) Uji Paired Sample T test ... 46
b. Hipotesis Kedua ... 47
1) Uji Normalitas... 47
2) Uji Linearitas ... 48
3) Uji Regresi Regresi Linear Sederhana ... 49
B. Pembahasan ... 52
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61
B. Saran ... 61
(9)
xv LAMPIRAN
1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 65
2. Silabus ... 67
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 69
4. Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) ... 76
5. Kunci Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) ... 82
6. Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) ... 88
7. Kunci Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) ... 96
8. Buku Siswa ... 104
9. Kisi-Kisi soal Pretest Hasil Belajar Alat-Alat Optik ... 122
10.Kisi-Kisi soal Posttest Hasil Belajar Alat-Alat Optik ... 127
11.Rubrikasi Pretest dan Posttest ... 132
12.Lembar Pretest 1 ... 134
13.Lembar Posttest 1 ... 136
14.Lembar Pretest 2 ... 138
15.Lembar Posttest 2 ... 141
16.Hasil Uji Instrumen Soal ... 144
17.Uji Validitas Butir Soal ... 145
18.Uji Reliabilitas Soal ... 147
19.Hasil Pretest ... 148
20.Hasil Posttest ... 149
21.Nilai N-gain Hasil Belajar Alat-Alat Optik ... 150
22.Hasil Uji Kreativitas dalam Mind Map ... 151
23.Rekapitulasi Nilai Kreativitas dalam Mind Map Dan Hasil Belajar.. 154
24.Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 155
25.Hasil Uji Paired Sample T test ... 156
26.Hasil Uji Normalitas Krativitas dalam Mind Map dan Hasil Belajar 158 27.Hasil Uji Linearitas ... 159
28.Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 160
29.Contoh Mind Map siswa ... 163
30.Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 167
(10)
xvi
32.Surat Keterangan Penelitian ... 169
33.Berita Acara Seminar Proposal ... 170
34.Berita Acara Seminar Hasil ... 171
35.Berita Acara Ujian Skripsi ... 172
36.Kartu Kendali Skripsi ... 173
(11)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan utama semua sains, termasuk fisika, umumnya dianggap merupakan
usaha untuk mencari keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam
sekitarnya. Banyak orang yang berfikir bahwa sains adalah proses mekanis
dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori. Hal ini tidak benar. Sains
adalah suatu aktivitas kreatif yang dalam banyak hal menyerupai aktivitas
kreatif pikiran manusia, contohnya satu aspek penting dari sains adalah
pengamatan peristiwa. Namun pengamatan memerlukan imajinasi, karena
ilmuwan tidak akan pernah bisa memasukkan semuanya dalam satu deskripsi
mengenai apa yang mereka amati. Dengan demikian, dalam pembelajaran
fisika pun memerlukan kreativitas untuk memudahkan dalam belajar sehingga
proses pembelajaran menjadi lebih relevan dan menarik.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1
Purbolinggo Lampung Timur, diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas X
memperoleh nilai yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Nilai rata-rata ujian tengah semester (UTS) pelajaran fisika kelas X pada
semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 adalah 36,5 sedangkan kriteria
(12)
2 siswa kelas X berjumlah 252, hanya 7,94% yang mencapai ketuntasan belajar.
Hal ini menunjukan hasil belajar siswa sangat rendah. Informasi ini diperoleh
dari guru bidang studi fisika SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa salah satunya,
yaitu kurangnya ketertarikan dan minat siswa dalam mempelajari fisika,
walaupun dalam proses kegiatan pembelajaran guru sudah menggunakan
multimedia seperti halnya power point ataupun praktikum namun tetap saja
tidak dapt membangunkan ketertarikan dan minat siswa dalam mempelajari
fisika sehingga berdampak pada hasil belajar yang tidak memuaskan. Oleh
karena itu, untuk membangunkan ketertarikan dan minat siswa diperlukan
suatu proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa
dapat mengeksplor kemampuan dan kreativitasnya dalam mempelajari fisika.
Otak adalah komponen utama untuk pengembangan kreativitas didalam
kegiatan pembelajaran. Salah satu prinsip kerja otak, yaitu adanya sinergi
antara kinerja otak kanan dan kinerja otak kiri. Bila hanya mengandalkan salah
satu sisi otak dan melalaikan sisi lainnya maka akan mengurangi potensi
keseluruhan otak secara drastis, sedangkan pembelajaran fisika seringkali
dikaitkan dengan konsep-konsep yang sulit dipahami, matematis, dan logis
yang cenderung mengandalkan kinerja otak kiri, dan hal tersebut menjadi
momok tersendiri bagi siswa dalam mempelajarinya. Oleh karena itu, agar
pembelajaran fisika menjadi menarik dan tidak sulit untuk dipahami, maka
perlu menyelaraskan kinerja otak kanan dan otak kiri sehingga kreativitas dapat
(13)
3
Materi alat-alat optik menuntut siswa untuk dapat memahani konsep-konsep
yang berkenaan dengan fungsi kerja alat, struktur/bagian-bagian alat, fungsi
kerja dari setiap bagian, jalannya sinar, sampai dengan terbentuknya bayangan
benda oleh mata. Oleh karena itu siswa perlu mengaitkan antar konsep-konsep
tersebut, agar siswa dapat memahaminya dengan mudah maka digunakan mind
map dimana mind map dapat mengembangkan kreativitas siswa dan
mengajarkan siswa untuk mendapatkan poin-poin penting dan kata kunci dari
suatu konsep atau bacaan lainya yang kemudian menghubungkannya menjadi
suatu konsep yang apik dan siswa dapat mengingatnya secara detail.
Berdasarkan latar belakang yang masalah di atas, maka telah dilakukan
penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh Kreativitas dalam Mind Map terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Alat-Alat Optik”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan
mind map?
2. Apakah terdapat pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil
(14)
4 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan mind
map.
2. Mengetahui pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil belajar
siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menyajikan proses
pembelajaran yang membangun kreativitas siswa di dalam kelas untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Dapat mengetahui kreativitas dan hasil belajar siswa terhadap suatu materi
belajar dalam proses pembelajaran dengan menggunakan mind map.
3. Dapat menjadi variasi belajar yang menarik bagi siswa serta meningkatkan
hasil belajar siswa.
4. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan
terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang
menumbuhkan kemampuan dan kreativitas serta pengetahuan lebih
mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
5. Sebagai bahan rujukan untuk menggunakan kreativitas dalam mind map
(15)
5 E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan
penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang
akan diteliti dan agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan,
maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian, yaitu :
1. Kreativitas adalah segala potensi yang terdapat dalam setiap individu yang
meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan
dikembangkan sehingga dapat menciptakan suatu produk yang bermanfaat
bagi diri dan lingkungannya.
2. Model pembelajaran berbasis mind map adalah model baru untuk mencatat
dengan memadukan kinerja otak kiri dan kinerja otak kanan guna
membangun kreativitas belajar siswa.
3. Hasil belajar adalah bukti kemampuan atau keberhasilan kognitif siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk nilai ketika evaluasi pembelajaran dilakukan. Evaluasi
pembelajaran dilakukan sebelum pembelajaran dengan pretest dan setelah
pembelajaran dengan posttest.
(16)
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kemajuan besar di dunia selalu berkembang dari ide dan dunia
mengandalkan otak untuk membuat lompatan-lompatan besar. Untuk
memunculkan ide-ide terbaik tersebut maka diperlukan kreativitas.
Pada dasarnya setiap individu itu kreatif, mungkin kondisi dan cara
yang digunakan untuk mendidiklah yang menyebabkan sulitnya untuk
memasuki kemampuan ini. Besarnya kreativitas akan berperan
penting pada kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru,
menyelesaikan masalah dengan cara yang khas dan lebih menonjol
dalam imajinasi, prilaku, dan produktivitas. Jika bakat kreativitas
dapat dibebaskan maka potensi untuk maju dan sukses akan tak
terbatas. Semiawan (1984: 8) menyatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu yang baru yang
sebelumnya tidak ada. Buzan (2012: 94-95) juga mengemukakan
(17)
7 menjadi orisinil. Pemikiran kreatif termasuk: kefasihan, fleksibilitas,
orisinilitas.
Kreativitas adalah segala potensi yang terdapat dalam setiap individu
yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan
dikembangkan sehingga dapat menciptakan suatu produk yang
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Secara efektif individu
kreatif memiliki rasa ingin tahu yang besar, tertarik terhadap
tugas-tugas majemuk yang dirasanya sebagai tantangan, berani mengambil
resiko untuk membuat kesalahan, dan mempunyai rasa humor, dan
ingin memcari pengalaman-pengalaman baru. Munandar (2009: 20)
mendefinisikan bahwa:
Kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan.
Rhodes dalam Munandar (2009: 20) menyimpulkan bahwa:
Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (preson), proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang dapat mendorong (press) individu ke prilaku kreatif.
Kreativitas dan ingatan adalah proses mental yang menggunakan
imajinasi dan asosiasi. Informasi yang diterima akan dikaitkan dan
saling berhubungan dengan informasi yang sebelumnya telah
diketahui atau dialami. Dengan demikian secara alamiah manusia
memilih informasi apa yang disukai untuk diingat dan informasi apa
(18)
8 b. Ciri-ciri Kreativitas
Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami
ciri-cirinya. Csikszentmihalyi dalam Munandar (2009: 25)
mengemukakan:
Sepuluh ciri pribadi yang kreatif serta terdapat ciri lain yang ikut mempengaruhi terbentuknya pribadi yang kreatif. Untuk
memberikan deskripsi singkat dan sederhana tentang kesepuluh ciri tersebut, maka akan dijabarkan dalam table berikut ini
Tabel 2.1 Sepuluh ciri pribadi kreatif
Ciri pribadi kreatif Ciri lain yang melekat
Energi fisik kuat Tenang & rileks
Cerdas & bijaksana Naif & childish
Disiplin & bertanggungjawab Main-main, humor (komb.)
Imajinasi (realitas) Fantasi (realitas)
Introversi Ekstoversi
Rendah hati Bangga atas hasil karya
Lepas dari gender Wanita mungkin lebih dominan &
laki-laki mungkin lebih sensitif Mandiri & suka menentang Tradisional & konservatif
Bersemangat (passionate) Objective
Gembira Menderita
Csikszentmihalyi dalam Munandar (2009: 25)
Munandar (1999: 56) merumuskan 10 ciri pribadi yang kreatif yang
pada hakekatnya hampir sama tetapi secara hierarki berbeda, yaitu :
Ada pun ciri-ciri pribadi yang kreatif tersebut merupakan pendapat para pakar pisikologis dan pendidik (guru). Kesepuluh ciri yang dimaksud sebagai berikut: (a) imajinatif, (b) Inisiatif, (c) Mempunyai minat luas, (d) Mandiri dan berpikir, (e) Ingin tahu, (f) Senang berpetualang, (g) penuh energi, (h) percaya diri, (i) Bersedia mengambil resiko, (j) Berani dalam pendirian dan keyakinan. Sedangkan ciri pribadi kreatif yang diinginkan oleh guru sebagai berikut: (a) Penuh energy, (b) Mempunyai
prakarsa, (c) Percaya diri, (d) Sopan, (e) Rajin, (f) sehat (g) Melaksanakan pekerjaan tepat pada waktunya, (h) Berani
(19)
9 Klasifikasi ciri-ciri pribadi kreatif yang dikemukakan Munandar
menunjukkan bahwa untuk mengetahui pribadi yang kreatif harus
ditinjau dari berbagai sudut pandang dan yang menjadi titik berat
dalam ciri pribadi kreatif dalam pembelajaran antara lain imajinatif,
inisiatif, mandiri, berpikir kritis, ingin tahu, percaya diri, berani dalam
berpendapat, dan mempunyai ingatan yang baik sehingga kreativitas
dapat tercermin di dalamnya.
c. Cara Mengembangkan Kreativitas Siswa
Kreativitas siswa perlu dikembangan untuk mempermudah siswa
dalam proses pembelajaran. Pengembangan kreativitas menurut
Semiawan (1984: 10) “Mengembangkan kreativitas siswa meliputi segi kognitif, afektif, dan psikomotorik”
Berdasarkan klasifikasi pengembangan kreativitas seperti yang
dinyatakan oleh Semiawan dapat digali lebih dalam bahwa:
1) Pengembangan kognitif antara lain dilakukan dengan merangsang
kemampuan berfikir siswa.
2) Pengembangan afektif dilakukan dengan memupuk sikap dan
minat untuk aktivitas yang kreatif.
3) Pengembangan pisikomotoik dilakukan dengan menyediakan
sarana dan prasarana pendidikan yang berguna untuk mendukung
(20)
10 Cara mengembangkan kreativitas juga dikemukakan oleh Buzan
(2012: 96-98), yaitu:
Dalam kreativitas digunakan proses berpikir divergen, yaitu berpikir ke berbagai arah dan dari berbagai arah, sehingga menghasilkan berbagai macam jawaban atau alternatif penyelesaian. Proses berfikir divergen ini dapat dituangkan dalam bentuk mind map sehingga membantu kita berpikir secara ekspansif dan berpikir secara kreatif. Untuk menjadi kreatif maka perlu membebaskan imajinasi dan hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan mind map.
Beberapa pendapat di atas menujukkan bahwa dalam
mengembangkan kreativitas dapat melalui beberapa aspek, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor karena aspek tersebut juga
merupakan proses berpikir secara divergen, yaitu berpikir ke
berbagai arah dan dari berbagai arah sehingga menghasilkan
berbagai macam pemikiran yang kreatif. Proses-proses tersebut
dapat tercapai dengan menggunakan mind map karena dalam mind
map juga menggunakan cara berpikir divergen sehingga dapat menjadi cara yang efektif untuk mengembangkan kreativitas siswa
dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Pembelajaran Mind Map a. Pengertian Mind Map
Konsep mind map diciptakan oleh Michael Gelb dan diperkenalkan
oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an. Michael Gelb dalam Buzan
(2007: 179-181) :
Mind map dapat diartikan sistem revolusioner dalam
perencanaan dan pembuatan catatan yang telah mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia. Pembuatan mind map didasarkan pada cara kerja alamiah otak dan mampu menyalakan
(21)
percikan-11 percikan kreativitas dalam otak karena melibatkan kedua
belahan otak kita.
Buzan (2012: 4) menyatakan bahwa:
Mind map adalah alat pikir organisaional yang sangat hebat. Mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita. Mind Map juga sangat sederhana.
Pembelajaran berbasis mind map dikenal juga dengan nama Radiant
Thinking. Mind map merupakan alat pemikiran kreatif yang betul-betul hebat, dan mind map juga merupakan sarana untuk menggali
kreativitas. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral,
dan 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind
Map sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide
tersebut. Mind Map juga berguna untuk mengorganisasikan
informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram
pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu
informasi kepada informasi yang lain. Menurut Buzan (2012: 5)
Mind map juga merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan, memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional.
Bentuk mind map seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai
banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat
(22)
12 area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan
sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita
akan pergi dan dimana kita berada.
b. Mind Map Menggunakan Sinergi Otak Kanan dan Otak Kiri
Sistem pendidikan cenderung berfokus pada otak kiri dan kurang
memanfaatkan otak kanan, dengan mind map, kita telah memanfaatkan
dua belahan otak, yaitu otak kanan dan otak kiri. Buzan (2012: 50)
menyatakan bahwa:
Bila Anda hanya mengandalkan salah satu sisi otak dan melalaikan sisi lainnya, Anda mengurang potensi keseluruhan otak secara drastis.
Pembagian dua belahan otak (otak kanan dan otak kiri) dikemukakan
oleh professor Robert Ornstein dalam Buzan (2012: 48-50).
Tabel 2.2 Keterampilan otak kanan dan otak kiri
Otak Kiri Otak Kanan
Kata-kata Logika Angka Urutan Analisis Daftar
Irama
Kesadaran ruang Dimensi
Imajinasi Melamuan Warna
Kesadaran holistik Gestalt
Robert Ornstein dalam Buzan (2012: 48-50)
Pembelajaran berbasis mind map mengajarkan untuk mencatat tidak
hanya menggunakan gambar atau warna. Tony Buzan mengemukakan “your brain is like a sleeping giant, hal itu disebabkan 99% kehebatan otak manusia belum dimanfaatkan secara optimal.”
(23)
13 Tabel 2.3. Penggunaan otak pada mind map
Otak kiri Otak kanan
Tulisan
Urutan Penulisan Hubungan Antar Kata
Warna Gambar Dimensi
c. Tujuan Pembuatan Mind Map
Mind map mempunyai tujuan tertentu dalam pembuatannya, yaitu diantaranya menurut Porter & Hernacki (2008: 152-159) :
Mind map juga dapat disebut dengan peta pemikiran. Mind map juga merupakan model mencatat secara menyeluruh dalam satu halaman. Mind map menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran atau mind map pada dasarnya menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan pada otak.
Mind map bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan
mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Mind map adalah
satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual.
Mind map memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua
belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan
mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara
verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk, dan sebagainya
(24)
14 d. Manfaat dan Kegunaan Mind Map
Buzan (2012: 5), pembelajaran berbasis mind map dapat dimanfaatkan
atau berguna untuk berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Kegunaan pembelajaran berbasis mind map antara lain:
(a) Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, (b) Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui kemana kita pergi dan dimana kita berada, (c) Mengumpulkan sejumlah besar data disuatu tempat, (d) Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan trobosan kreatif baru, (e) Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat.
Selain itu menurut Buzan (2012: 53-130) pembelajaran berbasis mind
map dapat bermanfaat untuk :
(1) Merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis, (2) Membebaskan diri dari seluruh jeratan aturan ketika
mengawali belajar, (3) Membantu seseorang mengalirkan diri tanpa hambatan, (4) Membuat rencana atau kerangka cerita, (5) Mengembangkan sebuah ide, (6) Membuat perencanaan sasaran pribadi, (7) Memulai usaha baru, (8) Meringkas isi sebuah buku, (9) Fleksibel, (10) Dapat memusatkan perhatian, (11)
Meningkatkan pemahaman, (12) Menyenangkan dan mudah diingat.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas mind map
digunakakan untuk mengarahkan suatu permasalahan secara detil
sampai pada pemecahannya yang dirangkum secara kratif dan apik
sehingga bermanfaat untuk menstimulus kerja otak secara sinergis,
memperluas cakupan suatu permasalahan namun sekaligus
mempermudah dalam meningkatkan pemahaman secara fleksibel,
(25)
15 e. Langkah-Langkah Dalam Membuat Mind map
Buzan (2012: 14) mengemukakan sarana dan prasarana untuk
membuat mind map, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil
warna, otak, dan imajinasi.
Buzan (2012: 15-16), membuat Mind map membutuhkan imajinasi
atau pemikiran, adapun tujuh langkah dalam membuat Mind map
adalah :
1) Mulailah dari tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah member kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral Anda.
Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita terap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita. 3) Gunakan warna, Mengapa? Karena bagi otak, warna sama
menariknya dengan gambar. Warna membuat mind map lebih hidup, menambah energy kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan!
4) Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga, atau empat) hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat. 5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
Mengapa? Karean garis lurus akan membosankan otak. 6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa?
Karena kata kunci tunggal member lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map.
7) Gunakan gambar. Mengpa? Krena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata
Dalam membuat mind map juga diperlukan keberanian dan kreativitas
(26)
16 simbol-simbol yang menggambarkan poin atau gagasan utama.
Menghidupkan mind map yang telah dibuat akan lebih mengesankan.
Tony Buzan telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti agar
mind map yang dibuat dapat memberikan manfaat yang optimal. Berikut adalah ringkasan dari Law of MM menurut Buzan:
1) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topic diletakkan di tengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan minimal 3 warna.
2) Garis: lebih tebal untuk BOIs dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.
3) Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.
4) Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar lebih menarik lagi.
5) Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.
6) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya
cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.
Terdapat empat langkah yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran berbasis mind map menurut Buzan dalam Mayasari
(2012: 12), yaitu:
1) Overview: Tinjauan Menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk pertemuan pertama pada setiap awal Semester, Overview dapat diisi dengan kegiatan untuk membuat
(27)
17 Master Mind Map yang merupakan rangkuman dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu Semester yang biasanya sudah ada dalam Silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di rumah atau di perpustakaan.
2) Preview: Tinjauan Awal merupakan lanjutan dari Overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada Overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari Silabus. Dengan demikian, siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah Preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke langkah Inview.
3) Inview: Tinjauan Mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran, dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci dan mendalam. Selama Inview ini, siswa
diharapkan dapat mencatat informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
4) Review: Tinjauan Ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat
membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari-ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.
(28)
18 Mind map yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi pada setiap materi. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap saat. Suasana menyenangkan yang
diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar
akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Dengan demikian, guru
diharapkan dapat menciptakan suasana yang dapat mendukung
kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind map.
Proses belajar yang dialami seseorang sangat bergantung kepada
lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan
sugesti positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil
belajar, sebaliknya jika lingkungan tersebut memberikan sugesti
negatif maka akan buruk dampaknya bagi proses dan hasil belajar.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa
setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa.
Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh
siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran. Hamalik (2007: 30) menyatakan bahwa:
Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan
(29)
19 pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang
disampaikan. Diakhir suatu proses pembelajaran, maka siswa akan
memperoleh suatu hasil belajar berupa peningkatan pengetahuan dan
kemampuannya. Slameto (2003: 131) menyatakan hasil belajar itu
sendiri meliputi 3 aspek, yaitu :
(1) Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), (2) Kepribadian atau sikap (afektif), dan (3) Keterampilan atau penampilan (psikomotor). Sedangkan Hasil belajar dalam kecakapan kognitif memiliki beberapa tingkatan, yaitu: (1) Informasi non verbal, (2) Informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) Konsep dan prinsip, (4) Pemecahan masalah dan kreativitas.
Sardiman (2004: 23-24) menyatakan bahwa ada tiga ranah hasil
belajar, yaitu:
(1) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan). (2) Affective: Receiving (sikap menerima), responding (member respon), Valuing (menilai), organization (organisasi), characterization
(karakterisasi). (3) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level.
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi
belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar,
baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotoris. Hasil
belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun
(30)
20 akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh
pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar.
b. Hasil Belajar Sebagai Tujuan Pembelajaran
Hasil belajar pada dasarnya merupakan tujuan belajar yang berhasil
dicapai oleh siswa. Hasil belajar adakalanya akan mencapai puncak
keberhasilan yang disebut prestasi belajar. Prestasi belajar dapat
mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar
yang telah ditetapkan. Terdapat tujuan dan fungsi dari penilaian yang
dikemukakan oleh Arikunto (2010: 10-11)
Tujuan dan fungsi penilaian: (1) Penilaian berfungsi sebagai selektif, (2) Penilaian berfungsi sebagai diagnostik, (3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan, (4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Sagala (2007: 1) menyatakan bahwa:
Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya.
Klasifikasi belajar seperti yang ditulis Sagala, menunjukkan bahwa
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat
dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses
pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu
materi yang disampaikan. Suatu proses pembelajaran dikatakan
berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat meningkat
(31)
21 c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar menurut Dalyono (2005: 55) antara lain:
(a) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar, (b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan klasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
seperti yang dinyatakan oleh Dalyono dapat digali bahwa:
1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)
Faktor internal adalah keadaan atau kondisi jasmani dan rohani
siswa. Berikut beberapa faktor internal siswa, yaitu:
a) Aspek fisiologis
Anak-anak kekurangan gizi memiliki kemampuan belajar lebih
rendah dibandingkan dengan anak-anak yang sehat karena cepat
lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima pelajaran.
b) Aspek psikologis
Terdapat beberapa faktor yang tergolong ke dalam aspek
psikologis, yaitu intelegensi, minat, bakat, motivasi,
kematangan, dan dan kelelahan.
(1) Intelegensi, Seseorang yang memiliki intelegensi baik
umumnya mudah dalam belajar dan hasilnya pun cenderung
(32)
22 maka cenderung mengalami kesulitan dalam belajar sehingga
prestasi belajarnya pun rendah.
(2) Minat, minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan
dan menikmati beberapa kegiatan. Minat dapat berpengaruh
terhadap belajar siswa, karena apabila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak
akan belajar dengan sungguh-sungguh. Bahan pelajaran yang
menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan
disimpan dalam memori siswa.
(3) Bakat, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Apabila
bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan
bakatnya, maka hasil belajarnya pun akan lebih baik.
(4) Motivasi, kuat lemahnya motivasi belajar seseorang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi
belajar perlu ditingkatkan, baik berasal dari dalam diri
(motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrisik).
(5) Kematangan, kematangan adalah suatu tingkat dalam
pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap
untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan
tangannya sudah dapat untuk menulis dan dengan otaknya
sudah dapat berpikir abstrak.
(6) Kelelahan, agar siswa dapat belajar dengan baik maka harus
(33)
23 dihilangkan dengan beberapa cara, yaitu tidur, istirahat,
olahraga secara teratur, dan memakan makanan bergizi.
2) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa)
Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan sekitar siswa.
Beberapa faktor internal siswa, yaitu:
a) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah, para staf guru, para staf
administrasi dan teman-teman sekelas yang mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu
menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya
dalam belajar.
b) Lingkungan non sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung
dan letak tempat tinggal keluarga siswa dan alat-alat belajar
keadaan cuaca dan waktu belajar digunakan siswa.
c) Metode Pembelajaran
Metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaan. Terdapat
lima hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajar, yaitu:
1) Kemampuan guru dalam menggunakan metode
2) Tujuan pegajaran yang akan dicapai
3) Bahan pengajaran yang perlu dipelajari
4) Perbedaan individual dalam memanfaatkan indera
(34)
24 Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, diharapkan siswa akan
mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
d. Evaluasi Hasil Belajar
Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya
suatu pengukuran hasil belajar, yaitu melalui suatu evaluasi atau tes
dan dinyatakan dalam bentuk angka. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2002: 3) mengatakan bahwa:
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya proses belajar sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pembelajaran.
Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan huruf atau kata atau simbol
setelah siswa tersebut melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar
ini merupakan suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan
kegiatan pembelajaran.Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar
diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar, yaitu melalui suatu
evaluasi atau tesi. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk
menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil
belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka. Tinggi rendahnya hasil
belajar dapat diketahui melalui pedoman penilaian Arikunto (2010:
245) :
Bila nilai siswa > 79 maka dikatagorikan baik sekali, bila 65 < nilai siswa < 80 maka dikategorikan baik, bila 55 < nilai siswa < 66 maka dikatagorikan cukup baik, bila 39 < nilai siswa < 56 maka dikatagorikan kurang baik, dan bila nilai siswa < 40 maka dikategorikan gagal.
(35)
25 Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap akhir
pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam
bentuk hasil belajar siswa. Arikunto (2010: 144) menyatakan bahwa:
Dalam menjaring hasil belajar dapat digunakan dua macam tes, yaitu tes yang telah distandarkan (standardized test) dan tes buatan guru (teacher made test). Standardized test adalah tes yang telah mengalami standarisasi, yakni proses validasi dan reliabilitas sehingga tes tersebut benar-benar valid dan reliable untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu. Teacher mase test adalah testyang dibuat oleh guru untuk menilai kemajuan siswa dalam hal pemcapaian hal yang dipelajari. Teacher made test dikelompokkan menjadi dua, yaitu test lisan dan test tertulis. Tes tertulis dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes subjektif dan tes objektif.
Pada umumnya test subjektif berbentuk essai (uraian). Tes bentuk esai
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata sedangkan tes objektif
adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Tes objektif dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tes
benar-salah (true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test),
menjodohkan (matching test), dan test lisan (completion test).
B. Kerangka Pemikiran
Secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan menginterpretasikan
maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai komunikasi. Baik dalam
pembicaraan, bacaan maupun tulisan. Berbagai format penyampaian tersebut
dapat membantu untuk mengolah informasi yang didapat dan
(36)
26 dalam bentuk eksternalnya (hands-on). Sebagai contoh adalah mind map.
Mind map dapat digunakan sebagai sarana untuk menggali kreativitas, untuk merangsang bekerjanya otak kiri dan kanan secara sinergis, dapat melihat
gambaran secara keseluruhan suatu materi, memudahkan penambahan
informasi baru, mempermudah mengingat informasi, juga akan lebih
mempermudah membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis
yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat
kembali informasi yang telah dipelajari sehingga dengan menggunakan mind
map siswa diajarkan untuk mendapatkan poin-poin penting dan kata kunci dari buku atau bacaan lainnya yang kemudian dihubungkan sehingga menjadi
satu konsep yang apik dan siswa dapat mengingatnya secara detil.
Pembelajaran fisika seringkali dikaitkan dengan konsep-konsep yang sulit
dipahami, matematis dan logis yang cenderung mengandalkan kinerja otak
kiri, dan hal tersebut menjadi momok tersendiri bagi siswa dalam
mempelajari konsep-konsep fisika. Oleh karena itu, agar pembelajaran fisika
menjadi menarik dan tidak sulit untuk dipahami, maka perlu menyinergikan
kinerja otak kiri otak kanan sehingga keativitas dapat terbangun di dalamnya.
Kreativitas dapat terbangun dengan adanya pembebasan imajinasi dan pola
piker, sehingga siswa dapat kreatif dalam belajar. Dengan terbangunnya
kreativitas maka siswa diharapkan memperoleh suatu hasil belajar yang
memuskan. Hal-hal tersebut dapat diperjelas dengan kerangka pemikiran
(37)
27
Menerapkan
Memunculkan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dipaparkan oleh peneliti dan
kerangka pemikiran peneliti, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1) Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan mind map.
2) Terdapat pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil belajar
siswa.
Kreativitas Dalam Mind Map
Proses Pembelajaran Alat-Alat Optik
Hasil Belajar
Model Pembelajaran Berbasis Mind Map
(38)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013
di SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap
Tahun Pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur.
Kelas X terdiri dari 8 kelas, yaitu X.1 sampai X.8 yang berjumlah 253
siswa.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Arikunto, 2010: 183). Berdasarkan populasi yang terdiri dari 8 kelas
diambil 1 kelas berdasarkan pertimbangan peneliti sebagai sampel. Sampel
(39)
29
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah atau aturan yang digunakan dalam
melaksanakan penelitian. Metode pada penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk
Pre-Eksperimental design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah
diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design
Keterangan:
O1 : nilai pretest O2 : nilai posttest
X : perlakuan (mind map)
(Sugiyono, 2009: 110-111)
Penelitian ini diawali dengan memberikan pretest untuk menguji perbedaan
hasil belajar pada keadaan awal siswa. Kemudian memberikan perlakuan,
yaitu peningkatan kreativitas melalui mind map. Selanjutnya kelas sampel
diberi posttest untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa. Kemudian
(40)
30 menganalisis data yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir yang
dihitung dengan menggunakan N-gain.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian terdiri dari kreativitas dalam mind map sebagai
variabel bebas, dan hasil belajar sebagai variabel terikat,. Adapun hubungan
antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 3.2 Gambar paradigma penelitian
Keterangan:
X = Kreativitas dalam mind map Y = Hasil Belajar
Z = Model Pembelajaran berbasis mind map
r = Pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil belajar
(Sugiyono, 2009 : 62)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen hasil belajar berupa tes subjektif (uraian). Tes subjektif (uraian)
ini digunakan dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar yang
ditekankan pada ranah kognitif siswa. Banyaknya butir soal tes subjektif
(uraian), yaitu berjumlah 6 soal. Tes ini diberikan sebelum pembelajaran
(pretest), dan diberikan sesudah pembelajran (posttest). Sebelumnya, soal
tes tersebut diuji validitas, dan reliabilitas. r
X
Y
(41)
31 2. Instrumen kreativitas dalam mind map berupa rubrik angket data yang
akan digunakan setelah siswa membuat sebuah mind map dari materi yang
telah diajarkan oleh guru. Indikator yang digunakan dalam rubrik angket
data tersebut, yaitu ketepatan penggunakan gambar dan symbol untuk ide
sentral dan ide lainya, penggunaan warna yang menarik dan lebih dari 5
warna, ketepatan penggunaan kata kunci, penyingkatan dapat dimengerti,
keterkaitan hubungan antara cabang dengan ide utama dan kreativitas ide
yang menarik.
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam kelas sampel, instrument harus diuji
terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas
jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran
antara hasil tes tersebut dengan kriteria.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
= � −
� 2− 2 � 2− 2
(42)
32 Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 (Masrun dalam Sugiyono, 2009: 188).
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan
pada pendapat Arikunto (2010: 109) yang menyatakan bahwa untuk
menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
11 = −
1 1−
�1 2
�2
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total
(43)
33 Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.
Menurut Triton dalam Sujianto dikutip oleh Marlangen (2010: 32), jika
skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan interval yang sama,
maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut
Tabel 3.1 Interpretasi ukuran kemantapan nilai alpha
Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan
0,00-0,20 0,20-0,40 0,40-0,60 0,60-0,80 0,80-1,00
Kurang reliabel. Agak reliabel. Cukup reliabel. Reliabel. Sangat reliabel.
Triton dalam Sujianto dikutip oleh Marlangen (2010: 32)
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel
yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan
data berbentuk tabel yang diperoleh dari skor pretest dan posttest untuk
(44)
34 kreativitas dalam mind map yang dibuat siswa, dengan kriteria indikator
kreativitas dalam mind map sebagai berikut:
Tabel 3.2 Indikator krativitas dalam mind map
Indikator Kreativitas dalam Mind Map K1
K2
K3
K4
K5
Menggunakan gambar dan symbol untuk ide sentral dan ide lainya dengan tepat
Menggunakan warna yang menarik dan lebih dari 5 warna
Menggunakan kata kunci yang tepat, singkat dapat dimengerti dan mudah diingat
Keterkaitan hubungan antara cabang dengan ide utama
Kreativitas dan ide yang menarik
Masing-masing indikator kreativitas dalam mind map diberi sekor 20. Jadi
siswa dapat memperoleh nilai maksimun 100 jika siswa memenuhi semua
indikator tersebut. Dengan kategori nilai kreativitas dalam mind map
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori nilai kreativitas dalam mind map siswa
Nilai Kategori Nilai Kreativitas dalam Mind Map Siswa
81-100 61-80 41-60 21-40 1-20 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kurang sekali
Lembar tabel pengumpulan data hasil belajar dan kreativitas dalam mind
(45)
35 pre pre post S S S S g max
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori peningkatan tes hasil belajar siswa digunakan
skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor
posttest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah:
Keterangan:
g = Ngain
post
S = Skor posttest
pre
S = Skor pretest
max
S = Skor maksimum
Kategori: Tinggi : 0,7 N-gain 1 Sedang : 0,3 N-gain < 0,7 Rendah : N-gain < 0,3
Meltzer dikutip oleh Marlangen (2010:34)
Untuk menganalisis hasil belajar siswa digunakan skor pretest dan
posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil
belajar siswa pada pembelajaran fisika menggunakan mind map.
Sedangkan proses analisis untuk data kreativitas dalam mind map siswa
adalah sebagai berikut :
(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor
(46)
36 (b) Persentase nilai kreativitas dalam mind map dihitung dengan rumus
� � = �ℎ
� × 100
Muhibin Syah dalam Andriyansah (2011: 34)
2. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pertama dilakukan menggunakan dua metode analisis
dalam SPSS 17.0, yaitu :
1) Uji Normalitas
Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep gerak maka data hasil
pretest dan posttest harus terdistribusi normal. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas atau terdistribusi normal jika pada
Kolmogorov-Smirnov nilai sig. > 0.05 sebaliknya data yang tidak terdistribusi normal memiliki nilai sig.< 0.05.
2) Uji Paired Sample T Test
Uji Paired Sample T Test adalah analisis dengan melibatkan dua
pengukuran pada subyek yang sama terhadap suatu pengaruh atau
perlakuan tertentu. Paired Sample T Test digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang
berpasangan (berhubungan). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa pada materi alat-alat optik digunakan uji
Paired Sample T Test. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t
(47)
37 Setelah diperoleh besar thitung dan ttabel maka dilakukan pengujian
dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Kriteria pengujian
a) Ho diterima jika -t tabel ≤ thitung ≤ t tabel
b) Ho ditolak jika -thitung -t tabel atau thitung t tabel Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:
a) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,025 maka Ho
diterima.
b) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,025 maka Ho
ditolak.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
Hipotesis Pertama
H0 : Tidak terdapat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan mind
map.
H1 : Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan mind
map.
b. Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua dilakukan menggunakan tiga metode analisis
dalam SPSS 17.0, yaitu :
1) Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
(48)
38 dihitung menggunakan program komputer dengan metode kolmogorov
smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas atau terdistribusi normal
jika pada Kolmogorov-Smirnov nilai sig. > 0.05 sebaliknya data yang
tidak terdistribusi normal memiliki nilai sig.< 0.05. Data yang diuji
kenormalitasannya adalah data hasil kreativitas dalam mind map dan
data hasil tes akhir (posttest) hasil belajar siswa.
2) Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau
regresi linear.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan
metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel
dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi
(Linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010: 73). Interpretasi terhadap
kuatnya hubungan tersebut dapat digunakan pedoman seperti pada
Tabel 3.4
Tabel 3.4 Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199
0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah R
Sedang Kuat
Sangat Kuat
(49)
39 3) Uji Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh peningkatan kreativitas
terhadap hasil belajar siswa digunakan uji Regresi Linear Sederhana.
Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk
meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel
bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari
oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)). Persamaan umumnya adalah:
Y = a + b X
Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas.
Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong
antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius. Adapun
hipotesis yang akan diuji adalah:
Hipotesis Kedua
Ho : Tidak terdapat pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap
hasil belajar siswa.
H1 : Terdapat pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil
(50)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yang signifikan dengan
menggunakan mind map sebesar 58,32 dengan nilai N-gain kategori tinggi
sebesar 51,61% dan kategori sedang sebesar 48,39% serta tidak ada
satupun siswa dalam kategori rendah.
2. Terdapat pengaruh yang linear dan signifikan kreativitas dalam mind map
terhadap hasil belajar siswa sebesar 34,8% yang merupakan nilai koefisien
determinasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,590 yang termasuk
dalam kategori sedang dan persamaan regresi Y = 38,974 + 0,494X
dimana konstanta a dan b merupakan koefisien yang signifikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Guru harus mampu mempersiapkan segala sarana dan prasarana
pendukung dalam pembelajaran dengan menggunakan mind map ini,
karena ada cukup banyak perlengkapan yang digunakan pada
(51)
62 2. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga siswa dapat lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran dan memperoleh hasil mind map yang berkualitas.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan materi lain
selain alat-alat optik untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih
representatif dalam menilai kreativitas dalam mind map. Pemilihan materi
dapat didasarkan pada materi yang menarik bagi siswa, dekat dengan
kehidupan sehari-hari siswa, dan secara umum memiliki banyak
kemungkinan untuk dieksplorasi melalui gambar, symbol, kata kunci, dan
(52)
63
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah. 2011. Studi Perbandingan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi pada Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
__________. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta.
Dahar, R W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eduration. 2012. Mind Map SMA. Diakses pada tanggal 7 Desember 2012 dari http://www.eduartion.com/index.php/mind-map-sma.
Giancoli, C Douglas. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Khisniah, Afina Setia. 2011. Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatuf Melalui Mind Map dengan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.
(53)
64 Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep pada
Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Mayasari, Fitri. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Media Gambar Statis dengan Animasi melalui Model Pembelajaran Mind Mapping ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa. Skripsi. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Meca, Fatma. 2010. Penerapan Model Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar IPS Terpadu pada Siswa Kelas VII A SMP Walisongo Gempol di Pasuruan. Skripsi. Malang : Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Mind Map Art. 2012. Creativity Tips. Diakses pada tanggal 6 November 2012 dari http://www.mindmapart.com/tag/tony-buzan/
Munandar, U. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. __________. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineke
Cipta.
Porter, De Bobby & Hernacki. 2008. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman & Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. MediaKom: Yogyakarta.
Semiawan, Conny. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Silaban, Ramlan dan Masita Anggraini Napitulu. 2012. Pengaruh Media Mind Mapping terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA pada Pembelajaran Menggunakan Advance Organizer. Jurnal. Vol. 4. No.2. Medan: Universitas Negeri Medan. Diakses pada tanggal 9 April 2013 dari http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Article-0000376/23269
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Supriadi, D. 2001. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung: CV. Alfabeta.
Widura. 2008. Brain Management Series for Learning Strategy (Mind Map Langkah Demi Langkah). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
(54)
65 Weblog Ask. 2012. Model Pembelajaran Mind Mapping. Diakses pada tanggal 5
November 2012 dari http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-mind-mapping.html
(1)
39 3) Uji Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh peningkatan kreativitas terhadap hasil belajar siswa digunakan uji Regresi Linear Sederhana. Kegunaan regresi dalam penelitian salah satunya adalah untuk
meramalkan atau memprediksi variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)). Persamaan umumnya adalah:
Y = a + b X
Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
Hipotesis Kedua
Ho : Tidak terdapat pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil belajar siswa.
H1 : Terdapat pengaruh kreativitas dalam mind map terhadap hasil belajar siswa.
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yang signifikan dengan
menggunakan mind map sebesar 58,32 dengan nilai N-gain kategori tinggi sebesar 51,61% dan kategori sedang sebesar 48,39% serta tidak ada satupun siswa dalam kategori rendah.
2. Terdapat pengaruh yang linear dan signifikan kreativitas dalam mind map terhadap hasil belajar siswa sebesar 34,8% yang merupakan nilai koefisien determinasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,590 yang termasuk dalam kategori sedang dan persamaan regresi Y = 38,974 + 0,494X dimana konstanta a dan b merupakan koefisien yang signifikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru harus mampu mempersiapkan segala sarana dan prasarana pendukung dalam pembelajaran dengan menggunakan mind map ini, karena ada cukup banyak perlengkapan yang digunakan pada
(3)
62 2. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga siswa dapat lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan memperoleh hasil mind map yang berkualitas.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan materi lain selain alat-alat optik untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih representatif dalam menilai kreativitas dalam mind map. Pemilihan materi dapat didasarkan pada materi yang menarik bagi siswa, dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan secara umum memiliki banyak
kemungkinan untuk dieksplorasi melalui gambar, symbol, kata kunci, dan warna.
(4)
63
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah. 2011. Studi Perbandingan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi pada Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
__________. 2012. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta. Dahar, R W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eduration. 2012. Mind Map SMA. Diakses pada tanggal 7 Desember 2012 dari
http://www.eduartion.com/index.php/mind-map-sma. Giancoli, C Douglas. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Khisniah, Afina Setia. 2011. Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kreatuf Melalui Mind Map dengan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Bandung: UPI Bandung.
(5)
64 Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep pada
Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Mayasari, Fitri. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Media Gambar Statis dengan Animasi melalui Model Pembelajaran Mind Mapping ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa. Skripsi. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Meca, Fatma. 2010. Penerapan Model Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar IPS Terpadu pada Siswa Kelas VII A SMP Walisongo Gempol di Pasuruan. Skripsi. Malang : Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Mind Map Art. 2012. Creativity Tips. Diakses pada tanggal 6 November 2012 dari http://www.mindmapart.com/tag/tony-buzan/
Munandar, U. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. __________. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineke
Cipta.
Porter, De Bobby & Hernacki. 2008. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman & Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. MediaKom: Yogyakarta.
Semiawan, Conny. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Silaban, Ramlan dan Masita Anggraini Napitulu. 2012. Pengaruh Media Mind Mapping terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA pada Pembelajaran Menggunakan Advance Organizer. Jurnal. Vol. 4. No.2. Medan: Universitas Negeri Medan. Diakses pada tanggal 9 April 2013 dari http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Article-0000376/23269
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Supriadi, D. 2001. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung: CV. Alfabeta.
Widura. 2008. Brain Management Series for Learning Strategy (Mind Map Langkah Demi Langkah). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
(6)
65 Weblog Ask. 2012. Model Pembelajaran Mind Mapping. Diakses pada tanggal 5
November 2012 dari http://weblogask.blogspot.com/2012/09/model-pembelajaran-mind-mapping.html