KESIMPULAN DAN SARAN 65 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS TERTULIS SISWA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN BANGUN DATAR BAGI SISWA KELAS IX DI SMP TELADAN PEMATANG SIANTAR.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Aktivitas Guru dan Siswa dengan Inkuiri 16 Tabel 3.1. Indikator Kinerja 32 Tabel 3.2. Kriteria Tingkat kemampuan Komunikasi matematis 33 Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis 33 Tabel 4.1. Persentase Siswa yang Mampua Mengerjakan Tes Diagnostik dengan Skor Lebih Besar atau Sama dengan 70 36 Tabel 4.2. Hasil Observasi Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri I 42 Tabel 4.3. Hasil Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Tertulis I 44 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Aspek menggambar I 46 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Aspek Ekspresi Matematika I 46 Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat kemampuan Siswa pada Aspek Menulis 47 Tabel 4.7. Pencapaian Indikator Kinerja 48 Tabel 4.8. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Pada Tes Komunikasi Tertulis I 48 Tabel 4.9. Hasil Observasi Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri II 55 Tabel 4.10. Hasil Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Tertulis II 57 Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat kemampuan Siswa pada Aspek Menggambar II 59 Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Aspek Ekspresi Matematika II 59 Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Aspek Menulis II 60 Tabel 4.14. Pencapaian Indikator Keinerja Siklus II 61 Tabel 4.15. Deskripsi Tingkat Kemampuan Sisiwa pada Tes Komunikasi Tertulis II 61 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Siklus Pembelajaran Inkuiri 15 Gambar 2.2. Persegi Panjang ABCD dan Persegi Panjang EFGH 22 Gambar 2.3. Layang-layang ABCD dan Layang-layang PQRS 22 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 31 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 RPP I 68 Lampiran 2. RPP II 80 Lampiran 3. LKS 1 92 Lampiran 4. Jawaban LKS I 95 Lampiran 5. LKS 2 98 Lampiran 6. Jawaban LKS 2 101 Lampiran 7. LKS 3 103 Lampiran 8. Jawaban LKS 3 107 Lampiran 9. LKS 4 109 Lampiran 10. Jawaban LKS 4 112 Lampiran 11. Soal Tes Komunikasi I 114 Lampiran 12. Jawaban Tes Komunikasi I 116 Lampiran 13. Kisi-kisi Soal Tes Komunikasi I 120 Lampiran 14. Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis I 122 Lampiran 15. Soal Tes Komunikasi II 126 Lampiran 16. Jawaban Soal Tes Komunikasi II 128 Lampiran 17. Kisi-kisi Tes Komunikasi II 132 Lampiran 18. Penskoran Tes Komunikasi II 134 Lampiran 19. Soal Tes Diagnostik 137 Lampiran 20. Kisi-kisi Tes Diagnostik 139 Lampiran 21. Jawaban Tes Diagnostik 142 Lampiran 22. Penskoran Tes Diagnostik 147 Lampiran 23. Validitas Soal Tes Diagnostik I 154 Lampiran 24. Validitas Soal Tes Diagnostik II 155 Lampiran 25. Validitas Soal Tes Diagnostik III 156 Lampiran 26. Validitas Soal Tes Komunikasi I 157 Lampiran 27. Validitas Soal Tes Komunikasi I 158 Lampiran 28. Validitas Soal Tes Komunikasi II 159 Lampiran 29. Validitas Soal Tes Komunikasi II 160 Lampiran 30. Kisi-isi Lembar Observasi 161 Lampiran 31. Observasi Pertemuan I 162 Lampiran 32. Observasi Pertemuan II 165 Lampiran 33. Observasi Pertemuan III 168 Lampiran 34. Observasi Pertemuan IV 171 Lampiran 35. Daftar Nilai Tes Diagnostik 174 Lampiran 36. Daftar Nilai Tes Komunikasi I 176 Lampiran 37. Daftar Nilai Tes Komunikasi II 178 Lampiran 38. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Tes Diagnostik 180 Lampiran 39. Tes Diagnostik 182 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam konteks sekolah dewasa ini, pembelajaran bukan sekedar kegiatan menyampaiakan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip atau mendemonstrasikan keterampilan tertentu kepada peserta didik. Sesungguhnya pembelajaran adalah usaha membantu peserta didik untuk belajar. Pada saat guru memfasilitasi atau membimbing peserta didik untuk belajar, maka guru tentu saja terlibat dalam kegiatan menceritakan, menjelaskan, dan mendemonstrasikan keterampilan, namun kegiatan tersebut hendaknya merupakan bagian dari berbagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan akhir dari proses pembelajaran. “Pembelajaran di sekolah lebih dari sekedar proses membantu peserta didik untuk belajar. Dalam hal ini, guru harus yakin bahwa peserta didik benar-benar terbantu untuk mempelajari materi pelajaran dan keterampilan yang dituntut dalam kurikulum” Jufri, 2013:7. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta mampu mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Salah satu standar proses pembelajaran adalah komunikasi communication. “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesaninformasi dari suatu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antaranya” Sutikno,2013:61. Setiap hari jutaan anak dan ribuan orang dewasa berkomunikasi dalam hubungan antara siswa dan guru. Namun, tidak diketahui apakah komunikasi yang mereka lakukan berpengaruh terhadap proses pembelajaran sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini karena lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, guru perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses pembelajaran. “Komunikasi dalam proses pembelajaran adalah hubungan atau interaksi antara guru dengan siswa yang berlangsung pada saat proses pembelajaran, atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara guru dengan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran” Sutikno, 2013:63. Komunikasi dalam hal ini tidak sekedar komunikasi secara lisan atau verbal tetapi juga komunikasi secara tertulis. Komunikasi secara lisan dan tertulis termuat dalam komunikasi matematis. The National Council of Teacher of Mathematics NCTM dalam Ansari 2009:9 mengemukakan, matematika sebagai alat komunikasi mathematics as communication merupakan pengembangan bahasa dan simbol untuk mengkomunikasikan ide matematika. Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas IX SMP Teladan Pematang Siantar yaitu bapak J. Sihombing, juga diperoleh keterangan bahwa pada dasarnya sebagian siswa sudah mempunyai minat yang cukup besar untuk belajar matematika namun, kemampuan siswa akan komunikasi matematika masih tergolong renadah. Menurut guru tersebut, kurangnya kemampuan komunikasi matematika siswa itu dapat dilihat dari : 1. Ketika dihadapkan pada suatu soal cerita, siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal sebelum menyelesaikannya, sehingga siswa sering salah dalam menafsirkan maksud dari soal tersebut. 2. Siswa masih kurang paham terhadap suatu konsep matematika, hal ini tampak bahwa sebagian besar siswa masih kesulitan dalam menggunakan konsep persamaan kuadrat dalam pemecahan masalah. 3. Kurangnya ketepatan siswa dalam menyebutkan symbol atau notasi matematika. Kemampuan siswa akan komunikasi matematika masih tergolong rendah. Kurangnya kemampuan siswa itu juga dapat dilihat dari hasil tes diagnostik yang dilakukan peneliti untuk melihat kemampuan komunikasi siswa secara tertulis yaitu