Status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan

commit to user 75 pemeliharaan, dan cara menghindari yang merugikan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut Soekidjo, 2007, d Faktor Sosio-Ekonomis : pengaruh lingkungan atau iklan, wanita karier atau yang bekerja akan sulit untuk mengatur waktu dan cara menyusui bayinya; e Faktor Lain : meningkatnya promosi susu kaleng sebagai Pendamping Air Susu Ibu PASI, penerangan atau bahkan anjuran yang salah yang justru berasal dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan untuk menggunakan PASI, bayi menolak saat diberi ASI karena sejak lahir pertama kali sudah diperkenalkan PASI oleh petugas kesehatan. Sehingga bayi menjadi bingung puting Mochtar, 2007.

2. Status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan

hipotesis kerja diterima, makin ibu tidak bekerja maka makin memberikan ASI eksklusif. Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja di luar rumah mempunyai keterbatasan kesempatan untuk menyusui bayinya secara langsung. Keterbatasan ini bisa berupa waktu atau tempat, terutama jika di tempat kerja tidak tersedia fasilitas tersebut. Jika ibu bekerja mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai manfaat, cara penyimpanan, termasuk juga pemberian ASI diharapkan dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamilmelahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif. Dari berbagai penelitian menunjukan banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan jumlah yang bervariasi : 13 1982, 18,2 Satoto 1979, 48 Suganda commit to user 76 1979, 28 Surabaya 1992,47 Columbia, 6 New Delhi. Selain itu gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makananminuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang Ibu yang tidak bekerja dapat dikatakan sebagai ibu yang hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan waktunya di rumah tanpa terikat pekerjaan di luar rumah, sehingga mempunyai kesempatan yang banyak untuk dapat memberikan perawatan, memberikan ASI secara optimal tanpa dibatasi oleh waktu dan kesibukan. Sedangkan p ada ibu yang bekerja di luar rumah dan harus meninggalkan anaknya lebih dari 7 jam, sehingga kesempatan untuk dapat memberikan perawatan dan ASI kepada anak menjadi berkurang. Sebenarnya beberapa perlindungan untuk ibu menyusui telah diberikan antara lain memberi cuti melahirkan selama 3 bulan dan boleh menyusui anaknya selama 2 x 12 jam dalam waktu kerja. Sebenarnya ASI dapat disimpan dan diberikan selama ibu bekerja. Peyimpanan ASI dalam gelas tertutup pada suhu kamar dapat tahan 6 jam, sedang dalam lemari es dapat disimpan 24 jam dapat dipergunakan langsung tanpa pemanasan. Hasil penelitian juga didapatkan bahwa meskipun ibu bekerja, masih tetap dapat memberikan ASI eksklusif, hal ini dapat disebabkan karena tingginya kesadaran ibu terhadap pentingnya ASI eksklusif khususnya pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan, meskipun ibu bekerja mempunyai kesibukan masih tetap menyempatkan dirinya untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memberikan ASI perasan yang dilakukan pada waktu sebelum bekerja, dan sebagian ibu juga sudah mempunyai anggarapan bahwa memberikan ASI tidak harus harus menyusui secara langsung. Fenomena yang terjadi di perkotaan saat ini antara lain banyak sekali ibu-ibu yang bekerja, apalagi pada saat krisis moneter lebih banyak commit to user 77 lagi ibu-ibu yang membantu suaminya mencari nafkah, sehingga ASI ekslusif akan menurun. Sedangkan keadaan di pedesaan dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu: Pertama, kelompok ibu-ibu pedesaan yang mampu. Inilah yang sebetulnya dapat melakukan ASI ekslusif, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor sosial, kekerabatan, adat, religi, dan sebagainya. Faktor kekerabatan sosial atau gotong royong antara lain terlihat di masyarakat di Jawa, Sumatra, dan sebagainya. Pada waktu seorang ibu melahirkan, para tetangga berdatangan untuk membantu merawat ibu dan bayinya tersebut. Ada yang memberi madu, kelapa muda, pisang, nasi, dan sebagainya. Pada saat itu ibu masih kesakitan dan belum begitu kuat, sehingga perawatan bayi dilakukan oleh nenek, keluarga suami, ataupun tetangga. Hal ini disebabkan masyarakat di pedesaan hidup dalam kelompok- kelompok. Sebagian besar masyarakat Indonesia menganut adat kultur patrilokal, dimana otonomi dalam keluarga di tangan suami dan ibu suami. Seorang gadis yang sudah berumah tangga, secara otomatis akan mengikuti suaminya. Otonomi keluarga di tangan suami, termasuk di sini adalah pemberian makanan dini pada bayi baru lahir. Kesemuanya akan menyebabkan rendahnya ASI ekslusif. Kedua, ibu-ibu yang tidak mampu di pedesaan yang biasanya terdiri dari buruhburuh tani, sehingga 1-2 minggu setelah melahirkan mereka harus membantu suaminya mencari nafkah. Sementara, bayinya dititipkan kepada keluarga yang ada di rumah. Oleh keluarganya, bayi diberi makan pisang atau nasi pisang yang dihaluskan, yang relatif murah dan mudah diperoleh. Sedangkan pemberian susu bubuk commit to user 78 tidak mungkin terbeli karena harganya mahal. Hal ini juga merupakan penyebab mengapa ASI ekslusif tidak dapat dilakukan. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardeyati pada tahun 2007 dengan judul “ Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kepatuhan bu Memberikan ASI Eksklusif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta”. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status bekerja dengan pemberian ASI eksklusif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Mardeyati yaitu metode penelitian observasional dengan rancangan historical cohort. Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling dengan metode consecutive sampling Mardeyati, 2007. Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar ,teratur dan eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 enam bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2dua tahun. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450MENKESIV2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI PP-ASI khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi. commit to user 79 Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri.

3. Inisiasi menyusu dini menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Sei Sikambing Medan Tahun 2012

1 48 56

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

1 33 68

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010.

0 33 89

Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2007

0 27 61

Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Tindakan Pemberian Asi Eksklusif Dipuskesmas Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

0 28 68

Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

3 34 108

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Status Pemberian ASI Di Kecamatan Jatipu

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Status Pemberian ASI Di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar.

0 1 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan Status Pemberian ASI Di Kecamatan Jatipu

0 2 16

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif.

0 2 20