Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010.

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI

MENYUSU DINI DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Oleh:

ERVINA

070100050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI

MENYUSU DINI DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ERVINA

070100050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan judul:

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

Yang dipersiapkan oleh: ERVINA

070100050

Laporan Hasil Penelitian telah diperiksa dan disetujui

Medan, ………

(dr. Delyuzar, Sp.PA(K)) Disetujui, Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010.

Nama

NIM : Ervina : 070100050

Pembimbing

(dr. Delyuzar, Sp.PA(K)) NIP: 19630219 199003 1 001

Penguji 1

(dr. Donna Partogi, Sp.KK) NIP: 19720103 200501 2 001

Penguji 2

(dr.Vita Camelia, Sp.KJ) NIP: 19780404 200501 2 002

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(5)

ABSTRAK

ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI, sehingga ASI adalah makanan terbaik dengan standar emas. Standar emas makanan bayi diawali dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 90 orang responden dengan nilai kesalahan absolut (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode consecutive sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi karakteristik ibu hamil dan 12 pertanyaan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 63 orang (70%) termasuk ke dalam kategori cukup, sebanyak 19 orang (21,1%) termasuk ke dalam kategori baik, dan sebanyak 8 orang (8,9%) termasuk dalam kategori kurang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berada dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya peningkatkan arus informasi yang diterima oleh ibu hamil tentang IMD baik melalui Poliklinik, dokter praktik pribadi, media elektronik, pembagian leaflet, penempelan poster, maupun penyuluhan-penyuluhan.


(6)

ABSTRACT

Breastmilk is the best food to be given to infants, because it contains almost all the nutrients needed by infants. Breast milk is the perfect food for babies and there is no substitute food products whose quality is equal to breast milk, so breast milk is the best food with the gold standard. Gold standard of baby food begins with the act of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), followed by exclusive breastfeeding for 6 months. IMD is the baby begins to suckle their own immediately after birth. As long as they left the baby skin contact with the skin of his mother, at least after one hour immediately after birth.

The purpose of this study was to determine the level of maternal knowledge about the IMD in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan. The study was a descriptive study with cross sectional approach. Location of the study was conducted in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan in June to August in 2010. The population in this study were as many as 90 pregnant women respondents with a value of absolute error (d) of 0.1. The sampling technique in this research is to use the method of consecutive sampling. Instrument in this research is a questionnaire that contains the characteristics of pregnant women and 12 questions about Early Initiation of Breastfeeding (IMD).

The results of this study showed that most respondents that is 63 people (70%) fall into the category enough, as many as 19 people (21.1%) fall into either category, and as many as 8 people (8.9%) included in the poor category . The conclusion of this research is the knowledge of pregnant women in the Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik is in the category enough. From the results of this study is expected to increase the flow of information received by pregnant women about IMD either through the clinic, doctor's private practice, electronic media, distribution of leaflets, pasting posters, as well as counselings.

Keywords: level, knowledge, pregnant women, Early Initiation of Breastfeeding, breast milk.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat unuk memperoleh kelulusan sebagai Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang

Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Delyuzar, Sp.PA(K) dan Bapak dr. Riza Rivany, Sp.OG selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak member arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Vita Camelia, Sp.KJ, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat untuk penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini

4. Ibu dr. Donna Partogi, Sp.KK, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu, Lismawati Sembiring, Am.Keb selaku Penanggung Jawab Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan beserta seluruh staf Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan banyak bantuan, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan.


(8)

7. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih saying dan mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

8. Saudara-saudara penulis, abang, dan kakak yang selalu memberi dukungan, doa, kasih sayang, dan keceriaan dalam hidupku.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2007, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

10.Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2010 Penulis,

Ervina 070100050


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ………. LEMBAR PENGESAHAN ……….. ABSTRAK ……….. ABSTRACT ………. KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GRAFIK ………. DAFTAR SINGKATAN ……… DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB 1 PENDAHULUAN ………

1.1Latar Belakang ………

1.2 Rumusan Masalah ………. 1.3 Tujuan Penelitian ………

1.3.1 Tujuan Umum ………. 1.3.2 Tujuan Khusus ……… 1.4 Manfaat Penelitian ………... 1.4.1 Manfaat bagi Peneliti ... 1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil ...

1.4.3 Manfaat bagi Petugas Kesehatan ... 1.4.4 Manfaat bagi Instansi Pendidikan ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………..

2.1 ASI ……… 2.1.1 Definisi ASI ……….. 2.1.2 Fisiologi Menyusui ………. 2.1.3 Komposisi ASI ……… 2.1.4 Manfaat ASI ……… 2.1.5 ASI Eksklusif ………..

i ii iii iv v vii x xii xiii xiv 1 1 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 9 15


(10)

2.1.6 Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia ……….. 2.1.7 Hubungan Keberhasilan Menyusui dengan IMD ……….… 2.2 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ……….

2.2.1 Definisi IMD ……….. 2.2.2 Manfaat IMD ……….. 2.2.3 IMD yang Dianjurkan ………. 2.2.4 Beberapa Penelitian tentang IMD ……… 2.2.5 Cakupan IMD di Indonesia ……… 2.2.6 Faktor Penghambat IMD ………. 2.3 Pengetahuan ………

2.3.1 Pengertian Pengetahuan ………. 2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ………

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …………

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ………. 3.2 Definisi Operasional ………..

BAB 4 METODE PENELITIAN ………..

4.1 Desain Penelitian ………. 4.2 Tempat dan waktu penelitian ……….. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...

4.3.1 Populasi ………... 4.3.2 Sampel ……… 4.4 Metode Pengumpulan Data ………. 4.4.1 Data primer ………. 4.4.2 Data Sekunder ……… 4.4.3 Uji Validitas ………. 4.4.4 Uji Reliabilitas ……….. 4.5 Metode Analisis Data ……….

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

5.1 Hasil penelitian ... 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.1.2 Karakteristik Responden ...

15 16 17 17 18 19 21 22 24 25 25 25 26 26 26 29 29 29 29 29 30 31 31 31 31 32 33 34 34 34 35


(11)

5.1.3 Pengetahuan Responden ... 5.2 Pembahasan ...

5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian ... 5.2.2 Pengetahuan ...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...

6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

37 43 43 44

48

48 49 51


(12)

DAFTAR TABEL Nomor 2.1 2.2 3.1 3.2 4.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 Judul Perbandingan ASI dan Susu Sapi

Persentase Status Menyusu di Indonesia tahun 2007 Teknik Penilaian dan Skoring

Skor Pertanyaan pada Kuesioner

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Distribusi karakteristik ibu hamil yang berada di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010

Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan Responden pada Pertanyaan Pengetahuan Nomor 1 sampai 6 dalam Kuesioner

Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan Responden pada Pertanyaan Pengetahuan Nomor 7 sampai 12 dalam Kuesioner

Distribusi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Umur Ibu

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Umur Kehamilan

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Pekerjaan Ibu

Halaman 7 23 26 27 33 36 37 38 39 39 40 41

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Jumlah Anak

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Pendidikan Ibu

42

43 5.8


(13)

DAFTAR GRAFIK

Nomor 2.1

2.2

Judul

Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002 – 2007

Persentase Pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2008

Halaman 11


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AKB

ASI BKPPASI DepKes RI DHA DinKes IMT IMD IQ KP-ASI RS SDKI SD SMA SMP SPSS UNICEF WHO

Angka Kematian Bayi Air Susu Ibu

Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI Departemen Kesehatan Republik Indonesia Docosa Hexaenoic Acid

Dinas Kesehatan Indeks Massa Tubuh Inisiasi Menyusu Dini Kelompok Pelindung ASI Rumah Sakit

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Pertama

Statistical Product and Service Solutions The United Nations Children's Fund World Health Organization


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9

Lampiran 10 Lampiran 11

Daftar Riwayat Hidup Kuesioner

Lembar Penjelasan Terhadap Subjek Penelitian Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Content Validity

Surat Persetujuan Izin Penelitian Surat Keterangan Selesai Penelitian Leaflet

Lembar Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Hasil Output dan Data Induk Dokumentasi


(16)

ABSTRAK

ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI, sehingga ASI adalah makanan terbaik dengan standar emas. Standar emas makanan bayi diawali dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 90 orang responden dengan nilai kesalahan absolut (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode consecutive sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi karakteristik ibu hamil dan 12 pertanyaan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 63 orang (70%) termasuk ke dalam kategori cukup, sebanyak 19 orang (21,1%) termasuk ke dalam kategori baik, dan sebanyak 8 orang (8,9%) termasuk dalam kategori kurang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berada dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya peningkatkan arus informasi yang diterima oleh ibu hamil tentang IMD baik melalui Poliklinik, dokter praktik pribadi, media elektronik, pembagian leaflet, penempelan poster, maupun penyuluhan-penyuluhan.


(17)

ABSTRACT

Breastmilk is the best food to be given to infants, because it contains almost all the nutrients needed by infants. Breast milk is the perfect food for babies and there is no substitute food products whose quality is equal to breast milk, so breast milk is the best food with the gold standard. Gold standard of baby food begins with the act of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), followed by exclusive breastfeeding for 6 months. IMD is the baby begins to suckle their own immediately after birth. As long as they left the baby skin contact with the skin of his mother, at least after one hour immediately after birth.

The purpose of this study was to determine the level of maternal knowledge about the IMD in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan. The study was a descriptive study with cross sectional approach. Location of the study was conducted in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan in June to August in 2010. The population in this study were as many as 90 pregnant women respondents with a value of absolute error (d) of 0.1. The sampling technique in this research is to use the method of consecutive sampling. Instrument in this research is a questionnaire that contains the characteristics of pregnant women and 12 questions about Early Initiation of Breastfeeding (IMD).

The results of this study showed that most respondents that is 63 people (70%) fall into the category enough, as many as 19 people (21.1%) fall into either category, and as many as 8 people (8.9%) included in the poor category . The conclusion of this research is the knowledge of pregnant women in the Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik is in the category enough. From the results of this study is expected to increase the flow of information received by pregnant women about IMD either through the clinic, doctor's private practice, electronic media, distribution of leaflets, pasting posters, as well as counselings.

Keywords: level, knowledge, pregnant women, Early Initiation of Breastfeeding, breast milk.


(18)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Sofyani (2008), ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI. ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Kandungan ASI sesuai untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada bayi (Anon., 1982). Dalam penelitian Kries, et al. (1999) dicantumkan bahwa anak yang mendapat ASI dapat terhindar dari kekurangan gizi dan obesitas. Selain itu, Jason, Nieburg, dan Marks (1984) juga menemukan bahwa anak yang mendapat ASI dapat terhindar dari kejadian diare.

Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei, dan Kirkwood (2006) menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat tergantung pada IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan bayi sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam proses menyusui. Menurut Clemens, et al. (1999), tindakan IMD berhubungan dengan penurunan angka kejadian diare sebesar 26% pada bayi dalam enam bulan pertama setelah lahir dikarenakan adanya kandungan kolostrum di dalam ASI.

SDKI (2007) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 95% anak di bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama setelah lahir. Median durasi pemberian ASI adalah 22,3 bulan. Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%, angka tersebut mengalami penurunan menjadi 18% pada umur 4 hingga 5 bulan.

Menurut UNICEF (2010), Indonesia merupakan negara dengan peringkat kesembilan dalam jumlah kematian neonatus di dunia setelah India, Cina, Nigeria, Pakistan, Kongo, Etiopia, Bangladesh, dan Afganistan. Tanzania merupakan negara dengan peringkat kesepuluh dengan jumlah kematian neonatus


(19)

yang lebih kecil daripada Indonesia. DinKes Provinsi Sumatera Utara (2009) melaporkan bahwa Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara mengestimasi Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 26,90 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup.

Jones, et al. (2003) menemukan bahwa menyusui dapat mencegah 13% kematian balita. Selain itu, menurut Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei, dan Kirkwood (2006), 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama setelah lahir, dan angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan IMD dalam 1 jam pertama setelah lahir.

Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:

1. IMD dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir.

2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan.

3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan.

4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih. Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih banyak dilaksanakan di kalangan multigravida daripada primigravida. Tan, Choong, Leong, Ng, dan Yong (2008) menemukan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida.

Menurut Sitepu (2008), Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no. 547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes no. 502/Menkes/SK/IX/1991. Oleh karena itu, peneliti berharap dapat menemukan sampel yang beragam dari segi karakteristik umur, umur kehamilan, pendidikan, dan pekerjaan.


(20)

Berdasarkan data di atas, hanya sedikit realisasi tindakan IMD sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan ibu, padahal keberhasilan menyusu sangat tergantung pada tindakan IMD. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, umur kehamilan, jumlah anak, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan umur ibu hamil.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan umur kehamilan.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan jumlah anak.

5. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil IMD berdasarkan pendidikan.

6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan pekerjaan.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti

Yang menjadi manfaat bagi peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan peneliti tentang cara pembuatan karya tulis ilmiah yang baik dan benar.

2. Menambah pengetahuan peneliti tentang IMD.

1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi ibu tentang manfaat IMD dengan dibagikannya leaflet tentang IMD.

1.4.3 Manfaat bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan, sehingga dinas terkait dapat merencanakan suatu penyuluhan tentang IMD.

1.4.4 Manfaat bagi Instansi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI

2.1.1 Definisi ASI

Menurut Soetjinigsih (1997), ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (mammae), sebagai makanan utama bagi bayi. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi dan dalam jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 240/Men Kes/ Per/ V/85 tentang Pengganti ASI, ASI adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi dan oleh karena itu, penggunaannya perlu dilestarikan.

Air susu ibu menurut stadium laktasi (masa pengeluaran air susu) dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kolostrum yaitu air susu ibu yang berwarna kekuning-kuningan, disekresi pada hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh.

2. Air susu transisi atau peralihan yaitu air susu ibu peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI matur, disekresi dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.

3. Air susu matur atau matang yaitu air susu ibu yang keluar pada hari keempat belas sampai seterusnya.

2.1.2 Fisiologi Menyusui

Menurut Soetjinigsih (1997), secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan VI, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai ke linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan superfisial dan profundus yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior, dan obliqus eksterna.


(23)

Menurut Roesli (2007), payudara terdiri dari bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal payudara terdiri dari sepasang buah dada, puting susu, dan areola mamae. Bagian internal terdiri dari mamary alveoli (kelenjar susu), sinus lactiferus (gudang susu) yang terletak di bawah areola mamae, ductus lactiferus (saluran susu), dan jaringan ikat dan lemak sebagai jaringan penunjang dan pelindung.

Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pula yaitu refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex). ASI diproduksi oleh mamary alveoli dan disalurkan melalui ductus lactiferus ke sinus lactiferus.

Pada saat sinus lactiferus mengalami pengosongan ASI dan saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, maka kelenjar hipofisa bagian depan akan menghasilkan hormon prolaktin yang akan merangsang mamary alveoli untuk memproduksi ASI. Selain itu, prolaktin juga menekan fungsi ovarium sehingga memperlambat fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, dapat menjarangkan kehamilan.

Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian belakang. Proses pengeluaran ASI dari sinus lactiferus terjadi karena kontraksi sel otot polos di sekitar mamary alveoli yang merupakan kerja dari hormon oksitosin. Oleh karena itu, oksitosin berperan dalam refleks pengeluaran ASI (let down reflex).

2.1.3 Komposisi ASI

Menurut Roesli (2007), perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari (stadium laktasi) adalah sebagai berikut:

1. Kolostrum (susu jolong) yaitu ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 dan ke-7. Kolostrum merupakan cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi; berprotein tinggi; mempunyai kadar karbohidrat, lemak, dan energi yang lebih rendah daripada ASI matur;


(24)

dan pencahar yang ideal untuk membersihkan usus bayi yang baru lahir agar siap menerima makanan yang akan datang.

2. Air susu transisi/ peralihan yaitu ASI yang keluar sejak hari ke-4/hari ke-7 sampai hari ke-10/hari ke-14. Kadar protein akan semakin merendah, kadar karbohidrat dan lemak akan makin meninggi, dan volume ASI yang makin meningkat.

3. Air susu matang (matur) yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14. Perbandingan ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

TABEL 2.1

PERBANDINGAN ASI DAN SUSU SAPI

ASI SUSU SAPI

Pencemaran bakteri tidak ada mungkin ada

Zat anti-infeksi banyak tidak ada

Protein

฀Kasein (%) 40 80

฀Whey (%) 60 20

Asam amino

Taurin cukup untuk pertumbuhan otak tidak ada

Lemak

Kolesterol cukup untuk pertumbuhan

otak, karena banyak lemak ikatan panjang

tidak cukup, karena banyak lemak ikatan

pendek dan sedang

Lipase ada tidak ada

Laktosa/gula (%) 7 (cukup) 3-4(cukup)

Garam tepat untuk pertumbuhan terlalu banyak

Mineral

Kalsium 350 (tepat) 1440 (terlalu banyak)

Fosfat 150 (tepat) 900 (terlalu banyak)

Zat besi diserap baik diserap tidak baik


(25)

Terdapat beberapa perbedaan ASI dengan susu sapi, yaitu:

1. ASI mengandung lipase untuk memudahkan pencernaan lemak, terutama lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan arachidonic acid) yang merupakan komponen penting dalam mielinisasi. Mielinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan membantu penjalaran rangsangan yang lebih cepat.

2. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30% lebih banyak daripada susu sapi. Para pakar menemukan bahwa makin tinggi kadar laktosa susu suatu jenis mamalia, maka ukuran otaknya relatif makin besar karena laktosa dan metabolitnya (galaktosa) merupakan makanan vital bagi otak yang sedang tumbuh. Selain itu, laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium, meningkatkan pertumbuhan Lactobacillus bifidus, dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus bayi karena asam laktat yang merupakan hasil fermentasi laktosa akan memberikan suasana asam di dalam usus bayi.

3. Protein ASI yang utama adalah whey yang mudah dicerna, sedangkan protein susu sapi yang utama adalah kasein yang sukar dicerna oleh usus bayi karena kasar dan bergumpal. Taurin yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, dan retina hanya terdapat di dalam ASI; sedangkan pada susu sapi sama sekali tidak dijumpai taurin. Selain itu, ASI mengandung alfa-laktalbumin yang tidak menyebabkan alergi. Susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menimbulkan alergi.

4. ASI memberikan imunisasi pasif dan aktif kepada bayi karena kandungan SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang akan mencegah terjadinya kebocoran dinding usus sehingga kuman tidak dapat masuk ke peredaran darah. Selain itu, ASI juga dapat merangsang


(26)

pembentukan daya tahan tubuh bayi, sehingga ASI berperan juga sebagai imunisasi aktif.

5. Zat nutrisi berupa vitamin, mineral, dan zat besi yang terdapat di dalam ASI lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat nutrisi yang berasal dari susu sapi maupun susu formula; sehingga yang penting adalah bukan berapa banyak kandungan zat nutrisi di dalam suatu makanan bayi, tetapi berapa persen dari zat tersebut yang dapat diserap oleh tubuh.

2.1.4 Manfaat ASI

Manfaat pemberian ASI bagi bayi, yaitu:

1. ASI sebagai nutrisi. Dalam penelitian Valevski, et al. (2005) terbukti rendahnya kadar tiamin dalam susu formula yang mengakibatkan kejadian defisiensi tiamin pada bayi.

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung fungsi ASI sebagai peningkat daya tahan tubuh, yaitu:

a. Menurut Beaudry (1995), angka kejadian infeksi gastrointestinal 47% lebih rendah pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI.

b. Menurut Talayero, et al. (2006), terdapat penurunan 30% angka rawat inap di rumah sakit dengan peningkatan satu bulan menyusu saat masih bayi.

c. Dalam penelitian Kramer, et al. (2001), promosi ASI menurunkan 40% kejadian infeksi gastrointestinal.

d. Menurut Cesar, Victoria, Barros, Santos, dan Flores (1999), bayi yang diberi ASI mempunyai resiko 16,7 kali lebih jarang untuk menderita pneumonia dibandingkan dengan anak ynag tidak mendapat ASI.

e. Menurut Bachrach, Schwarz, dan Bachrach (2003), sejumlah sumber digunakan untuk meneliti hubungan pemberian ASI


(27)

dengan resiko anak dirawat inap karena penyakit saluran pernapasan bawah. Penelitian tersebut dilakukan pada bayi sehat yang lahir cukup umur dan punya akses ke fasilitas kesehatan yang memadai. Kesimpulan di negara maju, bayi yang mendapat susu formula mengalami penyakit saluran pernapasan 3 kali lebih parah dan memerlukan rawat inap di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 4 bulan. f. Dalam penelitian Beral, et al. (2000), anak yang mendapat ASI

lebih jarang menderita leukemia dan limfoma.

g. Menurut Dell dan To (2001), anak yang diberi ASI mengalami pengurangan 40% sampai 50% resiko untuk menderita asma dibandingkan dengan anak yang tidak.

h. Dalam penelitian Martin, Middleton, Gunnel, Owen, dan Smith (2005) terhadap 4.000 wanita dewasa ditemukan bahwa angka kejadian kanker payudara 12% lebih kecil pada wanita yang diberi ASI saat masih bayi dibandingkan dengan wanita yang tidak. Dengan meningkatnya daya tahan tubuh bayi, tentu saja Angka Kematian Bayi akan berkurang. Menurut DinKes Provinsi Sumatera Utara (2009), Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara mengestimasi Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 26,90 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan Angka Kematian Bayi belum mencapai angka yang memuaskan, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya dari pemerintah untuk membantu penurunan angka tersebut, agar kualitas hidup masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dengan semakin berjalannya waktu. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut ini.


(28)

GRAFIK 2.1

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2002 – 2007

Sumber: DinKes (2009)

4. ASI meningkatkan kecerdasan.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat meningkatkan kecerdasan, yaitu:

a. Menurut Horwood dan Fergusson (1998), tampak kecenderungan kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan peningkatan IQ, hasil tes kecerdasan standar, peningkatan ranking di sekolah, dan peningkatan angka di sekolah dari 1.000 anak yang diikuti sampai usia 18 tahun.

b. Dalam penelitian Jain dan Leventhal (2002) dilakukan meta analisa terhadap 40 penelitian dengan 68% menyimpulkan bahwa menyusui dapat meningkatkan kepandaian.

c. Mortensen, et al. (2002) melakukan penelitian terhadap 3.253 orang di Denmark didapatkan hubungan antara lama pemberian ASI dan peningkatan IQ. Orang yang disusui kurang dari 1 bulan mempunyai IQ 5 poin lebih rendah dari yang disusui setidaknya 7-9 bulan. Terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ.

d. Menurut Gale, Callaghan, Godfrey, Law, dan Martyn (2004), peningkatan IQ anak sesuai dengan peningkatan lama menyusui saat bayi.


(29)

e. Foroushani, Mohammad, Mahmoodi, dan Siassi (2010) melakukan penelitian terhadap 5.362 anak di Inggris dan didapatkan asosiasi positif antara lama menyusui dengan perkembangan kognitif anak. f. Dalam penelitian Smith, Durkin, Hinton, Bellinger, dan Khun

(2003) dilakukan penelitian pada 439 anak usia sekolah dengan berat badan lahir sangat rendah (di bawah 1.500 gram). Bayi yang tidak diberi ASI ternyata mempunyai skor yang lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, kemampuan visuo spasial, dan visuo motorik dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI.

g. Quinn, Callaghan, Williams, Najman, Andersen, dan Bor (2001) melakukan penelitian terhadap 3.880 anak Australia sejak lahir untuk menentukan pola pemberian ASI dan perkembangan kognitif anak. Terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara bayi yang diberikan ASI selam enam bulan atau lebih dan bayi yang tidak pernah mendapat ASI. Dalam tes kosakata, anak perempuan yang mengkonsumsi ASI memiliki skor 8,2 poin lebih tinggi, sedangkan anak laki-laki memiliki 5,8 poin lebih tinggi. 4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.

5. ASI memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual, maupun sosialisasinya (Roesli, 2007).

6. Menurunkan resiko obesitas (kegemukan).

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat menurunkan resiko obesitas yaitu:

a. Shields, Callaghan, Williams, Najman, dan Bor (2006) menyimpulkan bahwa anak yang disusui selama kurang dari 4 bulan mempunyai IMT yang lebih tinggi daripada anak yang disusui selama 4 bulan atau lebih.

b. Dalam penelitian Strawn dan Zuguo (2004) terhadap 177.304 anak yang lahir pada tahun 1988-1992 didapatkan persentase


(30)

overweight yang tertinggi pada anak yang tidak pernah mendapat ASI.

c. Liese, Hirsch, Mutius, Keil, Leopold, dan Weiland (2001) melakukan penelitian terhadap dua kelompok anak dan mendapatkan hasil bahwa anak yang mendapat ASI terhindar dari resiko overweight.

d. Toschke, Vignerova, Lhotska, Osancova, Koletzko, dan Kries (2002) melakukan penelitian terhadap 33.768 anak usia sekolah dan menyimpulkan bahwa kejadian obesitas lebih sedikit pada kelompok anak yang mendapat ASI.

7 Menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu:

a. Martin (2004) melakukan penelitian porspektif melibatkan 7.276 bayi Inggris selama 7,5 tahun. Pada usia tujuh tahun, bayi yang tidak diberi ASI memiliki tekanan diastolik dan sistolik yang lebih tinggi daripada bayi yang diberi ASI. Terjadi pengurangan tekanan darah sistolik 1% pada masyarakat berhubungan dengan 1,5% pengurangan angka kematian secara keseluruhan. Hal ini merupakan keuntungan yang signifikan pada masa dewasa.

b. Penelitian Owen, et al. (2008) di Inggris meneliti tingkat kolesterol pada 1.500 remaja umur 13-16 tahun. Mereka menemukan bahwa pemberian ASI memiliki keuntungan jangka panjang dalam mencegah penyakit kardiovaskuler dengan mengurangi kolesterol total dan kolesterol berkadar lipid rendah.

c. Singhal, Cole, dan Lucas (2001) mengukur tekanan darah 216 anak usia 13-16 tahun yang lahir prematur. Mereka yang mendapat susu formula bayi sangat awal atau susu formula secara rutin, tekanan darahnya lebih tinggi daripada mereka yang mendapat ASI selama masa bayi. Para penenliti menyimpulkan bahwa pemberian ASI pada bayi prematur dapat menurunkan


(31)

tekanan darah pada tahun berikutnya. Kesimpulan ini juga berlaku pada bayi yang lahir cukup bulan.

Manfaat pemberian ASI bagi ibu, yaitu:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Menurut WHO (2007), tindakan IMD dapat mencegah perdarahan uterus postpartum karena adanya faktor uterotonics yang bekerja.

2. Mengurangi terjadinya anemia. Postpartum anemia dapat dicegah oleh tindakan IMD.

3. Menjarangkan kehamilan. Menurut Li dan Qiu (2007), penambahan lama menyusui sesuai dengan penurunan kemungkinan ovulasi.

4. Mengecilkan rahim (Roesli, 2007).

5. Lebih cepat langsing kembali. Kac, Benicio, Melendez, Valente, dan Struchiner (2004) melakukan penelitian kohort terhadap 405 wanita postpartum dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama menyusui sesuai dengan peningkatan penurunan berat badan.

6. Mengurangi tingkat kejadian kanker.

a. Dalam peneltian Riman, et al. (2001) didapati penurunan angka kejadian kanker ovarium pada wanita yang pernah menyusui anaknya dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah.

b. Menurut Okamura, et al. (2006) menyusui dapat menurunkan resiko kanker endometrium pada wanita di Jepang.

7. Lebih ekonomis/murah.

Pengeluaran biaya untuk membeli susu pengganti ASI akan tergantikan dengan adanya ASI.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu. 9. Portabel dan praktis.

Perlengkapan seperti botol susu tidak perlu dibawa saat berpergian. 10.Memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2007).

11.Mengurangi resiko osteoporosis. Menurut Karlsson, Ahlborg, dan Karlsson (2005), wanita yang menyusui anaknya mempunyai densitas tulang yang lebih padat daripada wanita yang tidak.


(32)

2.1.5 ASI eksklusif

Pada awal kehidupan, seorang bayi akan menggantungkan hidupnya kepada makanan berupa ASI sampai usia enam bulan. Biasanya tidak terdapat gangguan pertumbuhan dalam usia enam bulan, kecuali jika anak menderita penyakit. ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan selama jangka waktu minimal empat bulan dan akan lebih baik apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan serta bayi tanpa diberi tambahan cairan lain seperti: susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih dan tidak diberi makanan padat lain seperti : pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain (Roesli, 2007).

2.1.6 Cakupan ASI Eksklusif Di Indonesia

Menurut Dinkes (2009), persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Provinsi Sumatera Utara tidak menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan seperti tergambar pada grafik 2.2 dibawah ini.

GRAFIK 2.2

PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2004-2008

Sumber: Dinkes (2009)

Cakupan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dari tahun 2004 sampai dengan 2007 cenderung menurun secara signifikan, namun pada tahun 2008 ada peningkatan yang cukup berarti yaitu sebesar 10,33% dibandingkan


(33)

tahun 2007. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun-tahun berikutnya dapat dicapai angka yang lebih memuaskan guna meningkatkan kesejahteraan hidup masayarakat di Indonesia.

2.1.7 Hubungan Keberhasilan Menyusui dengan Inisiasi Menyusu Dini

Edmond, et al. (2006) menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat tergantung pada IMD. Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan bayi sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam proses menyusui. Menurut Kramer, et al. (2001), bayi yang melakukan IMD lebih berhasil disusui secara eksklusif dan lebih lama disusui.

Menurut Roesli (2008), hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59% dan 38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih disusui di usia yang sama. Penelitian di Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif.

WHO/UNICEF telah mempublikasikan tentang sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui dan telah dikembangkan oleh DepKes RI dan BKPPASI (Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI), yaitu:

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya. Pada klinik pranatal, kepada para ibu hamil diberikan informasi tentang keuntungan menyusui dan membimbing mereka untuk menyelesaikan masalah laktasi.

4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Petugas memberi bantuan agar ibu dapat saling bersentuhan dengan anaknya untuk memulai pemberian ASI;


(34)

sedangkan pada ibu dengan bedah sesar yang dibius diberikan waktu setangah jam sampai ibu sadar kembali dan dapat mengawali proses menyusui

5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankannya.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung.

8. Mendukung pemberian ASI kepada bayi tanpa dijadwal karena pemberian ASI sekehendak hati akan melancarkan produksi ASI. 9. Tidak memberikan dot atau kompeng karena dapat mengakibatkan

bayi bingung puting. Oleh karena itu, bila bayi dirawat pisah, maka ASI diberikan dengan pipet, sonde, atau sendok.

10.Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui. Setiap RS/Rumah Bersalin/Puskesmas sebaiknya membentuk KP-ASI (Kelompok Pelindung ASI) untuk membantu ibu-ibu yang mengalami masalah laktasi dan meyakinkan mereka tentang manfaat menyusui, terutama pada mereka yang pertama sekali menyusui bayinya.

2.2 Inisiasi Menyusu Dini 2.2.1 Definisi

Menurut Roesli (2008), IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara.

Ada beberapa intervensi yang menganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi caesar, vakum, forcep, bahkan perasaan


(35)

sakit di daerah kulit yang digunting pada saat epistiotomi dapat pula menganggu kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang IMD ini pada tenaga kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan pada tenaga kesehatan unutk menyampaikan informasi IMD pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan IMD.

Dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan antara bayi dan ibunya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa:

1. Ibu dan bayi sudah dapat berinteraksi dalam menit-menit pertama setelah lahir, jika bayi segera diletakkan di perut ibu.

2. Dalam beberapa menit, bayi dapat merangkak ke payudara dan menyusu sendiri (the best crawl).

3. Kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator, thermal synchrony).

2.2.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Terdapat beberapa alasan yang mendasari pentingnya kontak kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan, yaitu:

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.

3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri ’baik’ di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi menyaingi bakteri ’jahat’ dari lingkungan. 4. Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2

jam pertama bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.


(36)

5. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan dari susu manusia. Hal ini dapat menganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.

6. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif dan akan lebih lama disusui. Hal ini telah terbukti dari beberapa penelitian.

7. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin berfungsi untuk :

a. Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia postpartum.

b. Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia.

c. Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua. Oleh karena itu, dinamakan juga hormon kasih sayang.

d. Merangsang pengeluaran ASI dari payudara.

8. Bayi mendapat ASI kolostrum. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan IMD lebih dulu mendapat kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membentuk lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

2.2.3 Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah-langkah melakukan IMD secara umum yang dianjurkan.


(37)

1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu.

2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.

3. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Menurut penelitian Dr. Neils Bergman dari Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas daripada kulit dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat thermoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.

6. Apabila bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

7. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak terpisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.

Tatalaksana IMD pada operasi caesar tetap dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor, yaitu:

1. Pada ibu yang diberikan anestesi spinal atau epidural dan ibu dalam keadaan sadar, maka usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi.

2. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah mulai sadar walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat


(38)

menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat.

2.2.4 Beberapa Penelitian tentang Inisiasi Menyusu Dini

Terdapat beberapa penelitian tentang IMD, yaitu:

1. Dr. Lennart Righard dan seorang bidan Margareta Alade, 1990. a. Penelitian dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir.

Ke-72 ibu-bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir normal dan dengan obat-obatan (tindakan).

b. Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya. 1. Bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan

dengan cepat. Setelah itu, segera diletakkan di dada atau di perut ibu dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu dibiarkan setidaknya satu jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai merangkak ke arah payudara dan dalam usia 50 menit, ia menyusu dengan baik.

2. Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri. 3. Bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera

setelah lahir diletakkan di dada ibu dengan kontak kulit ke kulit, hasilnya tidak semua dapat menyusu sendiri. Yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah.

4. Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari ibunya maka tidak ada satu pun yang dapat menyusu sendiri. 5. Kemampuan bayi merangkak mencari payudara bertahan

beberapa minggu.

6. Pada bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan


(39)

diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya, ia tampak menyusu dengan baik. 2. Sose dkk CIBA foundation, 1978.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui.

3. Fika dan Syafiq, Journal Kedokteran Trisakti, 2003.

Penelitian di Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif.

4. Dr. Karren Edmond, 2006.

Peneliti-peneliti dari Inggris di bawah pimpinan Dr. Karren Edmond melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi dipublikasikan di Pediatrics (30 Maret 2006). Judul penelitiannya ”Menunda Permulaan/Inisiasi Menyusu Meningkatkan Kematian Bayi”. Berikut ini hasil penelitiannya.

a. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi yang baru lahir antara Juni 2003 sampai Juni 2004.

b. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan. c. Jika mulai menyusu pertama, saat bayi berusia di atas dua jam dan

di bawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan.

2.2.5 Cakupan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia

SDKI (2007) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 95% anak di bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama setelah lahir. Median durasi pemberian ASI adalah 22,3 bulan.


(40)

Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%, angka tersebut mengalami penurunan menjadi 18% pada umur 4 hingga 5 bulan.

TABEL 2.2

PERSENTASE STATUS MENYUSU DI INDONESIA TAHUN 2007


(41)

2.2.6 Faktor-Faktor Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi.

1. Bayi akan kedinginan merupakan pendapat yang tidak benar karena suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.

2. Ibu yang harus dijahit bukan merupakan penghalang untuk menyusui karena kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

3. Suntikan vitamin K dan tetes mata harus segera diberikan setelah lahir untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) adalah pendapat yang tidak benar. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

4. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur merupakan pendapat yang tidak benar karena menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai dilakukan.

5. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain adalah tidak benar karena kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

6. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi merupakan pendapat yang tidak benar karena kolostrum merupakan imunisasi pertama untuk bayi, dan dapat melindungi, serta mematangkan dinding usus yang masih muda.


(42)

Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih banyak dilaksanakan di kalangan multigravida daripada primigravida. Tan, Choong, Leong, Ng, dan Yong (2008) menemukan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama sekali (Prawirohardjo, et al., 2007).

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Domain kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan seseorang harus melampui semua tahap tersebut. (Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

2. Tingkat pendidikan yang dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang

3. Keyakinan bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang 4. Fasilitas, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku

5. Penghasilan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mampu menyediakan atau membeli fasilitas – fasilitas sumber informasi

6. Sosial budaya dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2 Definisi Operasional

Pengetahuan merupakan apa yang diketahui oleh responden mengenai pengertian dan manfaat IMD. Menurut Arikunto (1995), penilaian tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang menggunakan teknik dengan rentangan skor dibagi tiga sama besar.

Pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai IMD berdasarkan jawaban yang diberikan responden dengan cara ukur berupa wawancara dan alat ukur berupa kuesioner dengan menggunakan sistem skoring. Teknik penilaian dan skoring, yaitu:

TABEL 3.1

TEKNIK PENILAIAN DAN SKORING

Skor Pengetahuan

9-12 Baik

5-8 Cukup

0-4 Kurang

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik

Medan

Berdasarkan umur ibu

Berdasarkan pendidikan Berdasarkan

umur kehamilan

Berdasarkan pekerjaan

Berdasarkan jumlah


(44)

Skor 0 berarti jawaban responden tersebut salah dan skor 1 berarti jawaban responden tersebut benar. Terdapat dua belas pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan responden tentang IMD dengan penilaian tingkat pengetahuan responden mengenai sistem skor dengan skala pengukuran ordinal sebagai berikut:

TABEL 3.2

SKOR PERTANYAAN PADA KUESIONER

NO YA TIDAK TIDAK TAHU

1 1 0 0

2 1 0 0

3 1 0 0

4 1 0 0

5 1 0 0

6 1 0 0

7 1 0 0

8 1 0 0

9 1 0 0

10 1 0 0

11 0 1 0

12 1 0 0

Menurut Roesli (2008), Inisiasi menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara.

Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang didefinisikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang dijalani sampai tamat. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi:

1. Rendah apabila responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat. 2. Sedang apabila responden tamat SMP sederajat.


(45)

Pekerjaan merupakan pekerjaan ibu saat mengandung. Pekerjaan ibu dikategorikan menjadi:

1. Bekerja. 2. Tidak bekerja.

Umur ibu merupakan umur ibu hamil saat mengisi kuesioner. Umur ibu dikategorikan menjadi:

1. Di bawah 25 tahun. 2. Dari 25 sampai 30 tahun. 3. Dari 30 tahun ke atas.

Umur kehamilan merupakan umur kehamilan ibu saat mengisi kuesioner. Umur kehamilan dikategorikan menjadi:

1. Trimester pertama. 2. Trimester kedua. 3. Trimester ketiga.

Jumlah anak merupakan jumlah anak ibu saat mengisi kuesioner. Jumlah anak dikategorikan menjadi:

1. 0 2. 1 3. 2 4. ≥3


(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Yang dimaksud dengan :

1. Metode deskriptif

Adalah penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan baik yang berupa faktor resiko maupun efek atau hasil (Sastroasmoro, 2010).

2. Cross sectional

Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Kata suatu saat bukan berarti semua subyek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya setiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Sastroasmoro, 2010).

4.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 selama bulan Juni sampai Juli 2010.

4.3Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1Populasi

Populasi penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu: 1. Populasi Target

Ibu hamil. 2. Populasi Aktual

Ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010 selama peneltian berlangsung.


(47)

4.3.2Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu, sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berada di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan selama penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi adalah ibu hamil yang tidak bersedia mengikuti penelitian.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode consecutive sampling yang merupakan jenis non-probability sampling yang paling baik.

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar populasi dengan menggunakan rumus di bawah ini (Wahyuni, 2008):

n N

Z1-α/2 p d

Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 90 orang responden.

: besar sampel minimum.

: jumlah populasi ibu hamil dari tanggal 6 Januari 2009 selama satu tahun di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu sebanyak 1151 ibu hamil.

: nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu.

: harga proporsi di populasi, dalam penelitian ini dipakai 0,5.

: kesalahan absolut yang dapat ditolerir di dalam penelitian ini digunakan 10%.

n = N.Z21-α/2.p.(1-p) (N-1)d2+ Z21-α/2.p.(1-p)

n = 1151.(1,96)2.0,5.0,5 90 (1151-1)(0,1)2+(1,96)2.0,5.0,5


(48)

4.4Metode Pengumpulan Data 4.4.1Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang ada. Penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari komisi etik tentang pelaksanaan penelitian di bidang kesehatan.

4.4.2Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.4.3Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan bahwa alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang sudah selesai disusun dan diuji validitasnya dengan SPSS versi 15.0. Teknik untuk menguji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner adalah product moment.

r = koefisien korelasi product moment. x = skor tiap pertanyaan atau item. y = skor total.

N = jumlah responden.

Uji validitas dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan validitas isi (content) dan validitas konstrak (construct). Setelah melakukan validitas konstrak untuk dua kali dan didapatkan bahwa soal-soal di dalam kuesioner telah valid dan reliabel, peneliti melanjutkan uji validitas dengan cara validitas isi kepada ahli.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas konstrak adalah pasien Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSU Dr. Pirngadi Medan sebanyak 20 orang sampel pada bulan Juni 2010 yang memiliki karakter yang hampir sama dengan karakter pasien dalam penelitian.

r = N(∑xy)-(∑x∑y)


(49)

Pada uji validitas konstrak yang pertama, terdapat 2 soal dari kuesioner awal yang tidak valid yaitu soal nomor 7 yang berisi pertanyaan tentang bayi dengan kesempatan menyusu dini yang akan lebih jarang menangis dan soal nomor 8 yang berisi pertanyaan tentang pernapasan dan denyut jantung akan menjadi lebih stabil saat dilakukan Inisiasi Menyusu Dini.

Pada uji validitas konstrak yang kedua ditambahkan pertanyaan pengganti untuk soal nomor 7 dan 8 yaitu tentang jumlah kolostrum (ASI) yang keluar pada saat Inisiasi Menyusu Dini yang sudah mencukupi untuk dijadikan makanan pertama bayi baru lahir, sehingga tidak diperlukan tambahan cairan yang lain dan tentang kemungkinan pelaksanaan tindakan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi yang lahir dengan operasi Caesar.

Validitas isi dilakukan setelah selesai validitas konstrak dengan cara memberikan instrumen kepada pakar yang menguasai topik yang diteliti. Dalam hal ini yaitu dr. Yusuf R. Surbakti, Sp.OG (K).

4.4.4Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti, menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tepat asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama. Kuesioner yang sudah selesai disusun dan diuji reliabilitasnya dengan SPSS versi 15.0. Kuesioner diuji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Koefifien Reliabilitas Alfa, yaitu:

r = reliabilitas instrument.

k = jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal.

∑σb2 = jumlah varians butir. σt2 = varians total.

r = k 1- ∑σb2


(50)

Soal yang telah valid dengan cara validitas konstrak yang kedua akan diuji reliabilitasnya. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel 4.1.

TABEL 4.1

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0.593 0.649 0.581 0.513 0.685 0.612 0.685 0.685 0.685 0.673 0.562 0.527 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.843 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.5 Metode Analisis Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 15.0.


(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010” diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada 90 ibu hamil yang berada di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan selama penelitian berlangsung dan dilakukan dengan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang ada. Hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut:

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Berdasarkan Surat Keputusan Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dibangunlah Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik yang merupakan rumah sakit kelas A, yang terletak di jalan Bunga Lao no. 17 Padang Bulan, Medan. Di samping itu juga merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan untuk wilayah Pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Aceh, Propinsi Sumatera Barat, dan Propinsi Riau.

RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak ± 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. 9 Letak daerah yang di pedalaman ini sangat mendukung bagi para pasien karena suasana tenang di daerah tersebut akan semakin mempercepat proses penyembuhan dari pasien. Selain itu, RSUP H. Adam Malik yang berada jauh dari pusat kota Medan, masih memiliki udara yang sangat sejuk dan belum terpolusi oleh udara kendaraan bermotor. Di sekeliling area RSUP H. Adam Malik terdapat tempat-tempat seperti toko buah, warung ataupun rumah makan, apotik, toko yang menyediakan jasa foto kopi sehingga berguna bagi para pengunjung rumah sakit untuk menjenguk, para pegawai ataupun mahasiswa yang berada di rumah sakit.


(52)

5.1.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik distribusi, ibu hamil yang berada di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan selama penelitian berlangsung dibagi menjadi 3 kelompok umur, yaitu di bawah 25 tahun, dari 25 sampai 30 tahun, dan dari 30 tahun ke atas. Dari tabel 5.1 dapat diketahui sebaran kasus menurut umur bahwa sebagian besar berada pada kelompok berumur di bawah 25 tahun yaitu sebanyak 34 orang (37,8%), sedangkan kelompok umur responden yang paling sedikit terdapat pada kelompok 25-30 tahun yaitu sebanyak 26 orang (28,9%).

Responden dibagi atas 3 kelompok umur kehamilan yaitu trimester pertama, kedua, dan ketiga. Dari tabel 5.1 dapat diketahui sebaran kasus menurut umur bahwa sebagian besar berada pada kelompok trimester ketiga yaitu sebanyak 57 orang (63,3%), sedangkan kelompok umur kehamilan responden yang paling sedikit terdapat pada kelompok trimester pertama yaitu sebanyak 9 orang (10%).

Berdasarkan pekerjaan, responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok yaitu bekerja dan tidak bekerja. Berdasarkan hal tersebut diperoleh bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar berada pada kelompok bekerja yaitu sebanyak 46 orang (51,1%), sedangkan kelompok umur kehamilan responden yang tidak bekerja hanya sebanyak 44 orang (48,9%).

Berdasarkan jumlah anak, responden dibagi atas 4 kelompok, yaitu 0, 1, 2, dan ≥3. Dari sebaran kasus dapat diketahui bahwa sebagian besar berada pada

kelompok 0 yaitu sebanyak 54 orang (60,0%), sedangkan kelompok jumlah anak yang paling sedikit terdapat pada kelompok ≥3 yaitu sebanyak 3 orang (4,4%).

Responden dibagi atas 3 kelompok tingkat pendidikan yaitu tidak sekolah atau tamat SD, tamat SMP, dan tamat SMA atau Perguruan Tinggi. Dari tabel 5.1 dapat diketahui sebaran kasus menurut tingkat pendidikan bahwa sebagian besar berada pada kelompok tidak sekolah atau tamat SD yaitu sebanyak 35 orang (38,9%), sedangkan kelompok umur kehamilan responden yang paling sedikit terdapat pada kelompok tamat SMP yaitu sebanyak 27 orang (30,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1


(53)

TABEL 5.1

DISTRIBUSI KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG BERADA DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA

TAHUN 2010

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%) Umur

Di bawah 25 tahun 34 37,8

25-30 tahun 26 28,9

30 tahun ke atas 30 33,3

Umur Kehamilan

Trimester pertama 9 10,0

Trimester kedua 24 26,7

Trimester ketiga 57 63,3

Pekerjaan

Bekerja 46 51,1

Tidak bekerja 44 48,9

Jumlah anak

0 54 60,0

1 17 18,9

2 15 16,7

≥3 3 4,4

Pendidikan Terakhir

Tidak sekolah atau tamat SD 35 38,9

Tamat SMP 27 30,0

Tamat SMA atau Perguruan Tinggi 28 31,1


(54)

5.1.3 Pengetahuan Responden

Dari Tabel 5.2 dan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa sebanyak 88 orang (97,8%) telah mengetahui bahwa jumlah kolostrum (ASI) yang keluar pada saat Inisiasi Menyusu Dini sudah mencukupi untuk dijadikan makanan pertama bayi baru lahir dan kemungkinan pelaksanaan IMD pada suatu operasi Caesar. Hasil penelitian ini menunjukan masih rendahnya pengetahuan ibu hamil mengenai proses IMD yakni hanya 27 orang (30%) yang menjawab benar.

TABEL 5.2

DISTRIBUSI FREKUENSI DAN PRESENTASI PENGETAHUAN RESPONDEN PADA PERTANYAAN PENGETAHUAN NOMOR 1 SAMPAI

6 DALAM KUESIONER

No. Item Pertanyaan Pengetahuan

Salah Benar

n (%) n (%)

1 Mengetahui tentang definisi IMD 16 17,8 74 82,2

2 Mengetahui manfaat IMD bagi ibu tentang pengeluaran plasenta

61 67,8 29 32,2

3 Mengetahui manfaat IMD bagi ibu tentang perdarahan

60 66,7 30 33,3

4 Mengetahui proses IMD 63 70,0 27 30,0

5 Mengetahui bahwa kulit ibu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi

5 5,6 85 94,4

6 Mengetahui bahwa dengan menjilat kulit ibu maka bayi akan menelan bakteri ‘baik’ dari kulit ibu


(55)

TABEL 5.3

DISTRIBUSI FREKUENSI DAN PRESENTASI PENGETAHUAN RESPONDEN PADA PERTANYAAN PENGETAHUAN NOMOR 7 SAMPAI

12 DALAM KUESIONER

No. Item Pertanyaan Pengetahuan

Salah Benar

n (%) n (%)

7

8

Mengetahui jumlah kolostrum (ASI) yang keluar pada saat Inisiasi Menyusu Dini sudah mencukupi untuk dijadikan makanan pertama bayi baru lahir

Mengetahui kemungkinan pelaksanaan IMD pada suatu operasi caesar

2 2,2 88 97,8

2 2,2 88 97,8

9 Mengetahui manfaat IMD untuk kelancaran proses menyusu eksklusif

5 5,6 85 94,4

10 Mengetahui manfaat IMD bagi bayi 9 10,0 81 90,0

11 Mengetahui saat dimulainya proses IMD 30 33,3 66 66,7

12 Mengetahui kerugian pemberian susu formula

14 15,6 76 84,4

Dari tabel 5.4 tentang distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai Inisiasi Menyusu Dini dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yakni 63 orang (70%) termasuk ke dalam kategori cukup, sebanyak 19 orang (21,1%) termasuk ke dalam kategori baik, dan sebanyak 8 orang (8,9%) termasuk dalam kategori kurang.


(56)

TABEL 5.4

DISTRIBUSI FREKUENSI DAN PRESENTASI TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN MENGENAI IMD DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 8 8,9

Cukup 63 70,0

Kurang 19 21,1

Total 90 100

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik usia ibu dapat dilihat pada tabel 5.5. Usia ibu dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok usia di bawah 25 tahun, kelompok usia 25 sampai 30 tahun, dan kelompok usia di atas 30 tahun. Data tersebut didapatkan saat melakukan wawancara pengisian kuesioner yang akan diisi oleh peneliti sendiri.

TABEL 5.5

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL UJI TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR IBU

Tingkat Pengetahuan

Kelompok Usia Kurang Cukup Baik Total

f % f % f %

Di bawah 25 tahun 3 37,5 25 39,7 6 31,6 34

25 sampai 30 tahun 3 37,5 19 30,2 4 21,1 26

Di atas 30 tahun 2 25 19 30,2 9 47,4 30


(57)

Dari tabel di atas terlihat bahwa proporsi terbesar yaitu 37,5% responden yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai IMD memiliki usia dalam rentang di bawah 25 tahun dan 25 sampai 30 tahun. Sementara untuk tingkat pengetahuan cukup, mayoritas responden berusia di bawah 25 tahun,yaitu sebesar 39,7%. Sedangkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebagian besar berada pada kelompok usia di atas 30 tahun, yaitu sebesar 47,4%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik umur kehamilan dapat dilihat pada tabel 5.6. Karakteristik umur kehamilan dibagi menjadi trimester pertama, kedua, dan ketiga dan diisi oleh peneliti saat wawancara selama pengisian kuesioner berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden secara lisan.

TABEL 5.6

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL UJI TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KEHAMILAN

Tingkat Pengetahuan

Kelompok Usia kehamilan

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f %

Trimester pertama 2 25 6 9,5 1 5,3 9

Trimester kedua 3 37,5 18 28,6 3 15,8 24

Trimester ketiga 3 37,5 39 61,9 15 78,9 57

Total 8 100 63 100 19 100 90

Dari tabel 5.6, proporsi terbesar responden dengan pengetahuan baik berada di usia kehamilan trimester ketiga (78,5%). Sebanyak 15,8% responden dengan pengetahuan baik lainnya berada di usia kehamilan trimester kedua dan 5,3% sisanya berada di trimester pertama.


(58)

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik kelompok pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 5.7.

TABEL 5.7

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL UJI TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN KELOMPOK PEKERJAAN IBU

Tingkat Pengetahuan

Kelompok Pekerjaan ibu

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f %

Bekerja 7 87,5 31 49,2 8 42,1 46

Tidak bekerja 1 12,5 32 50,8 11 57,9 44

Total 8 100 63 100 19 100 90

Dari tabel 5.7 terlihat bahwa proporsi terbesar yaitu 87,5% responden yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai IMD berada dalam kelompok bekerja. Sementara untuk tingkat pengetahuan cukup, mayoritas responden dalam kelompok tidak bekerja, yaitu sebesar 50,8% . Demikian juga untuk responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebagian besar berada pada kelompok tidak bekerja, yaitu sebesar 57,9%.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik jumlah anak dapat dilihat pada tabel 5.8.


(59)

TABEL 5.8

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL UJI TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN KELOMPOK JUMLAH ANAK

Tingkat Pengetahuan

Kelompok Jumlah Anak

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f %

0 7 87,5 32 50,8 15 78,9 54

1 0 0 16 25,4 1 5,3 17

2 1 12,5 14 22,2 0 0 15

≥3 0 0 1 1,6 3 15,8 4

Total 8 100 63 100 19 100 90

Dari tabel 5.8 terlihat bahwa proporsi terbesar yaitu 87,5% responden yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai IMD berada dalam kelompok jumlah anak 0. Sebanyak 12,5% responden dengan tingkat pengetahuan kurang berada pada kelompok jumlah anak 2. Pada kelompok jumlah anak 1 dan 3 tidak didapatkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berdasarkan karakteristik pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.9.


(60)

TABEL 5.9

DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL UJI TINGKAT PENGETAHUAN BERDASARKAN KELOMPOK PENDIDIKAN IBU

Tingkat Pengetahuan

Kelompok Usia kehamilan

Kurang Cukup Baik Total

f % f % f %

Tidak Sekolah atau Tamat SD

6 75 22 34,9 7 36,8 35

Tamat SMP 2 25 21 33,3 4 21,1 27

Tamat SMA atau Perguruan Tinggi

0 0 20 31,7 8 42,1 28

Total 8 100 63 100 19 100 90

Dari tabel 5.9 terlihat bahwa proporsi terbesar yaitu 75% responden yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai IMD berada dalam kelompok tidak sekolah atau tamat SD. Demikian juga untuk tingkat pengetahuan cukup, mayoritas responden dalam kelompok tidak sekolah atau tamat SD, yaitu sebesar 34,9%. Sedangkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebagian besar berada pada kelompok Tamat SMA atau Perguruan Tinggi, yaitu sebesar 42,1%.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian

Dalam penelitian ini telah dilakukan wawancara berdasarkan kuesioner yang telah valid dan reliabel untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSUP Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh peneliti langsung terhadap responden penelitian. Dari hasil pengumpulan didapatkan data tentang karakteristik-karakteristik responden ibu hamil yang mengisi kuesioner.


(1)

Karakteristik Responden :

um ur responden

34 37.8 37.8 37.8

26 28.9 28.9 66.7

30 33.3 33.3 100.0

90 100.0 100.0

di bawah 25 tahun 25 sampai 30 t ahun 30 tahun k e atas Total

Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

um ur keha mil an

9 10.0 10.0 10.0

24 26.7 26.7 36.7

57 63.3 63.3 100.0

90 100.0 100.0

trimest er pertama trimest er k edua trimest er k etiga Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

pekerjaan

46 51.1 51.1 51.1

44 48.9 48.9 100.0

90 100.0 100.0

bekerja tidak bekerja Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

jumlah anak

54 60.0 60.0 60.0

17 18.9 18.9 78.9

15 16.7 16.7 95.6

2 2.2 2.2 97.8

1 1.1 1.1 98.9

1 1.1 1.1 100.0

90 100.0 100.0

0 1 2 3 4 5 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Hasil Uji Variabel Pengetahuan :

pendidikan terakhir

35 38.9 38.9 38.9

27 30.0 30.0 68.9

28 31.1 31.1 100.0

90 100.0 100.0

tidak sekolah atau tamat SD tamat SMP tamat SMA atau Perguruan Tinggi Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 1

16 17.8 17.8 17.8

74 82.2 82.2 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 2

61 67.8 67.8 67.8

29 32.2 32.2 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 3

60 66.7 66.7 66.7

30 33.3 33.3 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 4

63 70.0 70.0 70.0

27 30.0 30.0 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

pertanyaan 5

5 5.6 5.6 5.6

85 94.4 94.4 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 6

58 64.4 64.4 64.4

32 35.6 35.6 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 7

2 2.2 2.2 2.2

88 97.8 97.8 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 8

2 2.2 2.2 2.2

88 97.8 97.8 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 9

5 5.6 5.6 5.6

85 94.4 94.4 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

p total kelompok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 8 8.9 8.9 8.9

cukup 63 70.0 70.0 78.9

baik 19 21.1 21.1 100.0

Total

pertanyaan 10

9 10.0 10.0 10.0

81 90.0 90.0 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 11

60 66.7 66.7 66.7

30 33.3 33.3 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan 12

14 15.6 15.6 15.6

76 84.4 84.4 100.0

90 100.0 100.0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

p total

8 8.9 8.9 8.9

5 5.6 5.6 14.4

12 13.3 13.3 27.8

46 51.1 51.1 78.9

2 2.2 2.2 81.1

2 2.2 2.2 83.3

7 7.8 7.8 91.1

8 8.9 8.9 100.0

90 100.0 100.0

4.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

umur responden * p total kelompok Crosstabulation Count

p total kelompok Total

kurang cukup baik kurang

umur responden

di bawah 25 tahun 3 25 6 34

25 sampai 30 tahun 3 19 4 26

30 tahun ke atas 2 19 9 30

Total 8 63 19 90

umur kehamilan * p total kelompok Crosstabulation Count

p total kelompok Total

kurang cukup baik kurang

umur kehamilan

trimester pertama 2 6 1 9

trimester kedua 3 18 3 24

trimester ketiga 3 39 15 57

Total 8 63 19 90

pekerjaan * p total kelompok Crosstabulation Count

p total kelompok Total

kurang cukup baik kurang

pekerjaan bekerja 7 31 8 46

tidak bekerja 1 32 11 44

Total 8 63 19 90

jumlah anak * p total kelompok Crosstabulation Count

p total kelompok Total

kurang cukup baik kurang

jumlah anak

0 7 32 15 54

1 0 16 1 17

2 1 14 0 15

3 0 1 1 2

4 0 0 1 1

5 0 0 1 1

Total 8 63 19 90

pendidikan terakhir * p total kelompok Crosstabulation Count

p total kelompok Total


(6)

pendidikan terakhir

tidak sekolah atau

tamat SD 6 22 7 35

tamat SMP 2 21 4 27

tamat SMA atau

Perguruan Tinggi 0 20 8 28