Perlindungan Konsumen TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN, PELAKU

34 34

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN, PELAKU

USAHA, PENERBANGAN, DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM

2.1. Perlindungan Konsumen

2.1.1. Pengertian perlindungan konsumen Di Indonesia telah tumbuh dan berkembang banyak industri barang dan jasa, baik yang berskala besar maupun kecil, terutama sejak dilaksanakannya pembangunan nasional secara bertahap dan terencana melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun Repelita. 33 Pertumbuhan dan perkembangan industri barang dan jasa di satu pihak membawa dampak positif antara lain dapat disebutkan tersedianya kebutuhan dalam jumlah yang mencukupi, mutunya yang lebih baik, serta adaya alternatif pilihan bagi konsumen dalam pemenuhan kebutuhannya. Akan tetapi, dilain pihak terdapat dampak negatif yaitu dampak penggunaan dari teknologi itu sendiri serta perilaku bisnis yang timbul karena makin ketatnya persaingan yang memengaruhi masyarakat selaku konsumen. Ketatnya persingan dapat mengubah perilaku ke arah persaingan yang tidak sehat karena para produsen - pelaku usaha memiliki kepentingan yang saling berbenturan di antara mereka. Persaingan tidak sehat ini pada gilirannya dapat 33 Janus Sidabalok, op cit, hal. 1 35 merugikan konsumen. Berdasarkan kondisi dan fenomena tersebut mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dengan konsumen menjadi tidak seimbang, dimana kedudukan konsumen lebih lemah dibandingkan kedudukan pelaku usaha. Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan adanya peraturan yang melindungi kepentingan- kepentingan konsumen yang selama ini terabaikan serta untuk menjamin terciptanya perlindungan terhadap kedudukan konsumen. Lahirlah istilah perlindungan konsumen yang sesungguhnya berfungsi untuk menyeimbangkan kedudukan konsumen dan pelaku usaha, dengan siapa mereka saling berhubungan dan saling membutuhkan. Keadaan yang seimbang tersebut akan menertibkan dan menserasikan keselarasan materiil, tidak sekedar formil, dalam kehidupan manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana dikendaki oleh falsafah bangsa dan negara Indonesia. 34 . Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas meliputi perlindungan kosumen dalam memperoleh barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga akibat-akibat dari pemakaian barang dan jasa itu. 35 Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan pilihannya atas barang danatau jasa kebutuhannya serta 34 A.Z Nasution, 1999, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Dana WIdya, Jakarta, selanjutnya disingkat A.Z Nasution I, hal. 16 35 Janus Sidabalok, op cit, hal. 7 36 mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen tersebut. 36 Untuk melindungi konsumen diperlukan seperangkat aturan hukum dengan suatu campur tangan negara melalui penetapan sistem perlindungan hukum terhadap konsumen. Campur tangan yang dilakukan negara dalam menjamin suatu penyelenggaraan perlindungan konsumen adalah menuangkan perlindungan konsumen ke dalam suatu produk hukum yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pengertian perlindungan konsumen tertuang dalam Pasal 1 angka 1 UUPK yang menyatakan perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Hukum perlindungan konsumen merupakan keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik undang-undang maupun peraturan perundang-undangan lainnya serta putusan-putusan hakim yang substansinya mengatur mengenai kepentingan konsumen. 37 A.Z Nasution berpendapat bahwa hukum perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah- kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen, sedangkan hukum konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan dan 36 A.Z Nasution, 2003, Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia, Jurnal Teropong, selanjutnya disingkat A.Z Nasution II, hal. 6-7 37 Abdul R. Saliman, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana, Jakarta, hal. 213 37 masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup. 38 Dalam perlindungan konsumen terdapat hubungan hukum antara dua pihak yakni pihak pelaku usaha dan pihak konsumen. Apabila perlindungan konsumen dikaitkan dalam penggunaan jasa penerbangan maka yang dimaksud sebagai pelaku usaha adalah pihak perusahaan maskapai penerbangan yang menyediakan jasa penerbangan, sedangkan yang dimaksud sebagai konsumen dalam penerbangan adalah para pengguna jasa penerbangan atau yang biasa dikenal dengan sebutan penumpang. 2.1.2. Asas dan tujuan perlindungan konsumen Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa asas hukum bukan merupakan peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya, asas-asas hukum memberi makna etis kepada setiap peraturan-peraturan hukum serta tata hukum. 39 Asas hukum ibarat jantung peraturan hukum atas dasar dua alasan yakni, pertama asas hukum merupakan landasan paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Artinya penerapan peraturan-peraturan hukum itu dapat dikembalikan kepada asas-asas hukum, sedangkan yang kedua karena asas hukum mengandung etis, maka 38 Sidharta, op cit, hal. 9-10 39 Satjipto Rahardjo, 1991, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, selanjutnya disebut Satjipto Rahardjo II, hal. 87 38 asas hukum diibaratkan sebagai jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 40 Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama seluruh pihak yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah berdasarkan lima asas, yang menurut Pasal 2 UUPK adalah : 1. asas manfaat; 2. asas keadilan; 3. asas keseimbangan; 4. asas keamanan dan keselamatan konsumen; serta 5. asas kepastian hukum. 41 Asas manfaat mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak diatas pihak lain atau sebaliknya, tetapi adalah untuk memberikan kepada masing-masing pihak, produsen-pelaku usaha dan konsumen, apa yang menjadi hak-haknya. Dengan demikian, diharapkan bahwa 40 Ibid, hal. 85 41 Janus Sidabalok, op cit, hal. 25-27 39 pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen bermanfaat bagi selutuh lapisan masyarakat dan pada gilirannya bermanfaat bagi kehidupan berbangsa. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. Asas ini mengendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan produsen-pelaku usaha dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan penunaian kewajiban secara seimbang. Oleh karena itu, undang- undang ini mengatur sejumlah hak dan kewajiban konsumen dan produsen-pelaku usaha. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual. Asas ini menghendaki agar konsumen, produsen-pelaku usaha dan pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen. Kepentingan antara konsumen, produsen-pelaku usaha dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada salah satu pihak yang mendapat perlindungan atas kepentingannya yang lebih besar dari pada pihak lain. 40 Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi atau digunakannya dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu, undang-undang ini membebankan sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh produsen-pelaku usaha dalam memproduksi dan mengedarkan produknya Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Asrtinya, kewajiban yang terkandung didalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari sehingga masing-masing pihak memperoleh keadilan. Oleh karena itu, negara bertugas dan menjamin terlaksananya undang-undang ini sesuai dengan bunyinya. Tujuan diadakannya perlindungan konsumen adalah untuk memberikan kedudukan yang sama antara pelaku usaha dan konsumen, serta memperhatikan hak- hak konsumen. Dalam UUPK Pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah : a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; 41 b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa; c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; f. meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanaan, dan keselamatan konsumen. Tujuan hukum ini baru dapat berjalan sebagaimana yang dicita-citakan apabila diperkuat oleh kesatuan dari keseluruhan subsistem yang terkandung dalam undang-undang dengan didukung oleh sarana dan fasilitas yang menunjang. Selain itu suatu tujuan hukum walaupun telah diatur secara sistematis dalam peraturan perundang-undangan atau ketentuan lainnya akan menjadi mati apabila penerapannya tidak mampu memenuhi tuntutan rasa keadilan atau memberi manfaat lain kepada masyarakat umum. 2.1.3. Pengertian konsumen, hak, dan kewajiban konsumen Istilah konsumen pertama kali masuk dalam substansi GBHN pada tahun 1983. Menurut GBHN, pembangunan nasional pada umumnya serta pembangunan ekonomi pada khususnya harus menguntungkan dan menjamin kepentingan konsumen. Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer Inggris- Amerika, atau consumentkonsument Belanda. Pengertian dari kata consumer 42 adalah lawan dari produsen yakni setiap orang yang menggunakan barang danatau jasa. 42 Pengertian konsumen dalam Pasal 1 angka 2 UUPK menyatakan konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. A.Z Nasution berpendapat bahwa terdapat beberapa batasan tentang konsumen, yakni : 1. konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu; 2. konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang danatau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang atau jasa lain untuk diperdagangkan kembali tujuan komersial; 3. konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapatkan dan menggunakan barang danatau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga, danatau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali tujuan nonkomersial. 43 Beberapa pengertian konsumen di atas bila dikaitkan dengan penerbangan maka, para pengguna jasa penerbangan yang biasa dikenal dengan istilah penumpang termasuk ke dalam kategori konsumen akhir karena penumpang menggunakan jasa penerbangan untuk suatu kegunaan tertentu yang dalam hal ini untuk kepentingan pribadi dan tidak untuk diperdagangkan kembali. 42 A.Z Nasution I, op cit, hal. 3 43 A.Z Nasution I, op cit, hal. 13 43 Hal tersebut diperkuat dalam Ordonansi Pengangkutan Udara yakni istilah konsumen lebih tertuju kepada pengguna jasa atau penumpang. Meskipun dalam Ordonansi Pengangkutan Udara tersebut tidak memberikan defisini tentang apa yang dimaksud dengan penumpang, tetapi dalam penerbangan tertatur dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan penumpang oleh Ordonansi tersebut adalah setiap orang yang diangkut oleh pengangkut berdasarkan suatu perjanjian pengangkutan dengan atau tanpa bayaran. 44 Perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih hak- haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen. 45 Dalam pengertian hukum, yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan 44 Suherman E., 2000, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan Himpunan Makalah 1961-1995, Mandar Maju, Bandung, hal. 40 45 Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 30 44 yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya. 46 Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen yang diakui secara internasional, yaitu : 1. hak untuk mendapatkan keamanan the right to safety; 2. hak untuk mendapatkan informasi the right to be informed; 3. hak untuk memilih the right to choose; 4. hak untuk didengar right to be heard. 47 Penerbangan bila dikaitkan dengan hak-hak konsumen yang diatur dalam Pasal 4 UUPK, yaitu : a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkomsumsi barang danatau jasa. Dalam hal ini konsumen pengguna jasa penerbangan dalam mengkomsumsi jasa dengan tujuan memperoleh manfaat dari jasa penerbangan yang dipergunakan. Manfaat yang didapatkan tidak boleh mengancam keselamatan, jiwa dan harta benda konsumen serta terjaminnya kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. b. hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut. Sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Dalam hal ini konsumen pengguna jasa penerbangan tidak mau mempergunakan jasa penerbangan yang dapat mengancam keselamatan, jiwa 46 A.Z Nasution I, op cit, hal. 4 47 Sidharta, op cit, hal. 16-27 45 dan harta bendanya. Oleh karena itu, konsumen harus diberi kebebasan dalam memilih jasa penerbangan yang akan dipergunakan. c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa. Konsumen pengguna jasa penerbangan harus memperoleh informasi yang benar jasa penerbangan yang akan dipergunakan. Karena informasi yang diperolehlah yang menjadi landasan konsumen untuk memilih. d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan. Dalam hal ini tidak jarang konsumen pengguna jasa penerbangan memperoleh kerugian dalam mempergunakan jasa penerbangan. Artinya, terdapat suatu kelemahan pada jasa penerbangan yang disediakan oleh penyedia jasa. Penyedia jasa penerbangan harus siap dalam menerima setiap pendapat dan keluhan dari konsumen guna memperoleh masukan dalam meningkatkan kualitas dalam daya saing. e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. Kedudukan konsumen pengguna jasa penerbangan lebih lemah dibanding penyedia jasa penerbangan karena konsumen tidak memahami mengenai proses yang dilakukan oleh penyedia jasa dalam menyediakan jasa penerbangan yang dipergunakan. Oleh karena itu diperlukan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa bagi konsumen. 46 f. hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. Konsumen karena memiliki kedudukan yang lebih lemah dibandingkan penyedia jasa. Untuk itu konsumen harus diberikan pembinaan dan pendidikan terkait hak dan kewajiban seorang konsumen. g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Sudah merupakan suatu hak dasar manusia untuk diperlakukan sama. Oleh karena itu penyedia jasa penerbangan harus berperilaku adil dengan memberikan pelayanan yang sama kepada semua konsumennya tanpa memandang perbedaan status sosial, agama, ras maupun suku. h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Sudah selayaknya setiap konsumen pengguna jasa penerbangan yang mengalami kerugian atas penggunaan jasa penerbangan harus mendapatkan berupa kompensasi ataupun ganti rugi dari pihak penyedia jasa semasih diatur dalam peraturan perundang-undangan. Setiap hak yang melekat pada setiap diri konsumen akan selalu diimbangi oleh kewajiban-kewajiban yang berfungsi sebagai kontrol agar hak yang dimiliki tidak dipergunakan dengan melampaui batas-batas nilai kewajaran yang ada di dalam masyarakat pada umumnya dan pada hubungan dalam dunia perdagangan antara konsumen dengan pelaku usaha pada khususnya. Kewajiban konsumen diatur dalam Pasal 5 UUPK yang bila dikaitkan dengan penyelenggaraan penerbangan yaitu : 47 a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan. Tidak jarang konsumen sering dirugikan karena tidak memperoleh manfaat yang maksimal dalam mempergunakan jasa penerbangan. Hanya saja setelah diselidiki kerugian yang diderita konsumen adalah disebabkan karena konsumen tidak mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian yang telah disediakan oleh penyedia jasa penerbangan. Oleh karena itu, konsumen harus membaca dan mengikuti petunjuk informasi yang diberikan jika tidak ingin dirugikan. b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. Konsumen pengguna jasa penerbangan harus beritikad baik dalam melakukan transaksi dalam pembeliaan jasa kepada penyedia jasa. c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang sudah disepakati. Antara konsumen pengguna jasa dengan penyedia jasa memiliki hubungan yang bersifat kontraktual. Artinya merupakan kewajiban konsumen pengguna jasa penerbangan untuk membayar sesuai nilai tukar jasa penerbangan yang dipergunakannya. d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Konsumen pengguna jasa penerbangan patut mengikuti segala ketentuan yang berlaku terkait upaya penyelesaian sengketa. 48

2.2. Pelaku Usaha