PROSEDUR PENAGIHAN PIUTANG USAHA ATAS JASA AERONAUTIKA PADA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) BANDAR UDARA INTERNASIONAL NGURAH RAI BALI.

(1)

BILLING PROCEDURES TRADE RECEIVABLES THE SERVICES AERONAUTICS IN. ANGKASA PURA I ( PERSERO ) NGURAH RAI

INTERNATIONAL AIRPORT BALI

Oleh :

MEGA PUTRI RAHMA GITA NIM : 1306013068

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Akuntansi


(2)

Denpasar 2016

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada hari/ tanggal : Kamis, 02 Juni 2016.

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak. ……… 2. Sekretaris : Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak. ………

Ketua Program Pembimbing

Drs. Komang Ardana, MM I Made Karya Utama, SE.,M.Com.,Ak NIP. 19561012 198403 1 003 NIP. 19970821 200212 1 003


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika pada PT.

Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali” .

Penyusunan Tugas Akhir Studi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pigak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak I Made Karya Utama, SE.,M.Com.,Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi selama mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan dalam penulisan laporan ini.


(4)

5. Ibu Komang Ayu Krisnadewi, SE., MSi., Ak selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan tuntunan selama masa perkuliahan pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Bapak dan Ibu Dosen pengajar pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah mendidik dan telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

7. Bapak Dalimin selaku Kepala Bagian Accounting Section Head PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan praktik kerja lapangan.

8. Seluruh staf pada accounting section head PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan selama mengikuti praktik kerja lapangan.

9. Keluarga yang selalu memberikan dukungan moral dan material serta doa restu sehingga laporan praktik kerja lapagan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

10. Seluruh teman-teman jurusan akuntansi serta pihak-pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir Studi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir Studi ini. Akhir kata penulis harapkan agar Tugas Akhir Studi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.


(5)

Denpasar, April 2016

Penulis

Judul : Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali

Nama : Mega Putri Rahma Gita NIM : 1306013068

ABSTRACT

This research was conducted at PT. Angkasa Pura I (Persero) Ngurah Rai International Airport Bali at Jalan Raya Ngurah Rai Bali. The data used is the qualitative and quantitative data. Source data used are primary and secondary data sources. All the data collected using the method of observation and documentation. Data analysis techniques used in this study is a comparative descriptive analysis techniques. The purpose of this study was to determine whether the receivables collection procedures for aeronautical services at PT. Angkasa Pura I (Persero) Ngurah Rai International Airport Bali are in accordance with established procedures. Based on


(6)

these studies, it can be concluded that the procedure of accounts receivable from aeronautical services have followed the existing standards. In practice there is a separation between the financial, accounting and cashier section so as to avoid the occurrence of errors / manipulation with the separation of the part.

Keywords: procedures, collection of accounts receivable, accounts receivable

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Tujuan Penelitian……… 4

1.3 Kegunaan Penelitian………... 4


(7)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori………... 6

2.1.1 Pengertian Prosedur……… 6

2.1.2 Karakteristik Prosedur……… 7

2.1.3 Manfaat Prosedur……… 8

2.1.4 Pengertian Penagihan………. 8

2.1.5 Piutang……….... 9

2.1.6 Cadangan Kerugian Piutang ……….. 13

2.1.7 Prosedur Penagihan Piutang Usaha……… 14

2.1.8 Fungsi yang Terkait dalam Penagihan Piutang……….. 16

2.1.9 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang………... 17

2.1.10 Unsur Sistem Pengendalian Intern……….. 18

2.1.11 Jasa Aeronautika………. 20

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya………. 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian……… 23

3.2 Obyek Penelitian……… 23

3.3 Identifikasi Variabel……….. 23

3.4 Definisi Operasional Variabel………... 23

3.5 Jenis dan Sumber Data……….. 24

3.5.1 Jenis Data……….. 24

3.5.2 Sumber Data………. 25

3.6 Metode Pengumpulan Data……… 25


(8)

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan……… 28 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan………... 28 4.1.2 Bidang Kegiatan Institusi………... 30 4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan…………. 32 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian………. 45

4.2.1 Bagian-Bagian yang Terkait dalam Prosedur Penagihan Piutang Usaha………. 45

4.2.2 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang Usaha………. 47

4.2.3 Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai……… 49

4.2.4 Unsur Sistem Pengendalian Intern………. 52

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………. 58 5.2 Saran………... 59

DAFTAR RUJUKAN Lampiran


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

4.1 Struktur Organisasi ……… 34 4.3a Flowchart Prosedur Penagihan Piutang atas Jasa Aeronautika

Pada PT. Angkasa Pura I Persero ………... 55 4.3b Flowchart Prosedur Penagihan Piutang atas Jasa Aeronautika

Pada PT. Angkasa Pura I Persero ………... 56 4.3c Flowchart Prosedur Penagihan Piutang atas Jasa Aeronautika


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti penerimaan kas/ bank Lampiran 2 : Slip penerimaan/kwitansi Lampiran 3 : Surat Pengantar Faktur Lampiran 4 : Faktur Tagih


(12)

(13)

2 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan perusahaan pada umumnya jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi adalah untuk memperoleh keuntungan, menjaga kelangsungan hidup dan kesinambungan operasi perusahaan sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam bisnis hanya bisa dicapai melalui pengelolaan yang baik, khususnya pengelolaan manajemen keuangan sehingga modal yang dimiliki bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Beberapa perusahaan banyak yang menerapkan penjualan secara kredit. Diharapkan dengan adanya penjualan secara kredit dapat memberikan kemudahan bagi konsumen dengan tidak harus membayar barang atau jasa yang ditawarkan pada saat itu juga, namun dapat melalui jangka waktu yang ditentukan oleh perusahaan. Penjualan kredit di dalam perusahaan akan menimbulkan piutang usaha ketika produk atau jasa telah dihasilkan dan diberikan kepada konsumen dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Piutang usaha merupakan salah satu unsur terpenting dalam aktiva lancar karena biasanya hanya membutuhkan satu tahapan lagi untuk dikonversi menjadi kas. Piutang usaha sebuah perusahaan merupakan bagian terbesar dari aktiva lancar serta menjadi salah satu bagian yang cukup besar dari total aktiva perusahaan.

Terlepas dari itu semua perusahaan membutuhkan adanya prosedur kerja yang baik yang bertujuan untuk menghasilkan suatu informasi yang baik dengan


(14)

melibatkan beberapa orang atau lebih dalam perusahaan yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam, sehingga kelangsungan hidup dalam lingkungan perusahaan dapat dipertahankan. Prosedur penagihan piutang usaha juga dirancang oleh perusahaan untuk memberikan gambaran/ tahapan-tahapan yang jelas mengenai piutang usaha yang pada dasarnya meliputi tahapan mulai dari mencatat, mengkalkulasi, membuat dokumen dan informasi piutang usaha untuk keperluan manajemen dan bagian lain yang berkepentingan. Pentingnya prosedur/ tahapan-tahapan kerja dalam sebuah perusahaan adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan, penyimpangan sehingga tindakan manipulasi yang dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan dapat dihindari. Perusahaan harus memiliki prosedur penagihan piutang yang baik, efisien dan efektif untuk menghindari adanya piutang tak tertagih. Prosedur yang baik dapat menghasilkan informasi yang reliable dan tepat waktu, sehingga bermanfaat bagi perusahaan dalam mengambil keputusan.

PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali merupakan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memberikan pelayanan lalu lintas udara dan bisnis bandar udara di Indonesia yang menitikberatkan pelayanan pada kawasan Indonesia Bagian Tengah dan Indonesia Bagian Timur. Jasa yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali terbagi atas 2 bagian besar yaitu jasa aeronautika dan jasa non aeronautika. Jasa aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan penerbangan dan penumpang yang terdiri dari aircraft parking, jasa penempatan dan penyimpanan pesawat dalam Bandar udara dan Passenger Processing, jasa layanan penumpang dalam Bandar udara.


(15)

4

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali”, dengan rumusan masalah bagaimana penerapan prosedur penagihan piutang usaha atas jasa aeronautika pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Ngurah Rai Bali?


(16)

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan penerapan prosedur penagihan piutang usaha atas jasa aeronautika pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Ngurah Rai Bali.

1.3 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1) Manfaat Teoritis

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan serta sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan dalam mengembangkan prosedur penagihan piutang atas jasa aeronautika yang diterapkan perusahaan.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara berurutan dan sistematis sehingga bab yang satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Adapun sistematika penyajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(17)

6 Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, responden penelitian (jika ada), metode pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, uraian jabatan serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan tentang simpulan dari analisis yang dibahas pada bab sebelumnya serta saran yang diperlukan berdasarkan simpulan yang dibuat.


(18)

(19)

8 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pengawasan penagihan piutang usaha atas jasa aeronautika sudah dijalankan dengan baik. Perusahaan menetapkan periode kredit 14 hari. Apabila melewati batas waktu yang telah ditentukan debitur belum juga melakukan pembayaran, maka debitur akan diberikan Surat Panggilan.

2) Pembuatan bukti penerimaan kas/ bank, slip penerimaan harus mendapat verifikasi dan otorisasi oleh pihak yang berwenang di dalam section yang terkait terlebih dahulu. Hal ini menghindari penyelahgunaan bukti penerimaan kas/ bank sebagai alat untuk mengeluarkan uang ataupun penyelewengan uang yang masuk.

3) Dalam prosedur penagihan piutang usaha ata jasa aeronautika dokumen yang digunakan telah bernomor urut tercetak, sehingga memudahkan pertanggung jawabannya dan mewujudkan praktik yang sehat.


(20)

5.2 Saran

1) Bagian yang bertanggung jawab terhadap penagihan piutang lebih memperketat pengawasan dalam proses penagihan kepada customer dengan cara melakukan monitoring dan konfirmasi terhadap rencana pembayaran piutang, agar piutang tidak tertagih dapat dihindari

2) Bagian yang menerima setoran dari bank harus lebih aktif melakukan konfirmasi kepada debitur yang melakukan pembayaran melalui transfer bank. 3) Semua bagian yang terlibat dalam pelaksanaan prosedur penagihan piutang usaha atas jasa aeronautika di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali, agar selalu berbedoman pada peraturan yang ada, sehingga dapat mengurangi dang mencegah timbulnya penyimpangan dan kesalahan dalam pelaksanaan prosedur tersebut.


(21)

10

DAFTAR RUJUKAN

Bambang Riyanto. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi ke-4. Cetakan ke-10. Yogyakarta : BPFE

Baridwan, Zaki. 2009. Sistem Akuntansi. Edisi ke-5. Yogyakarta: BPFE Mulyadi.2013. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi ke- 3. Yogyakarta: BPFE

Kieso, Warfield, Weygan. 2008. Akuntansi Intermediate. Edisi ke-12. Erlangga Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura I (Persero) Tentang Organisasi dan Tata

Cara Kerja Kantor Cabang PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali No. KEP.100/0M.01.01/2013 S.R Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi ke-5. Jakarta:

Salemba Empat

Sugiyono, 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Warren, Reeve and Fess. 2005. Accounting: Pengantar Akuntansi. Diterjemahkan: Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan. Edisi 21. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta.


(22)

(23)

12


(24)

(25)

14


(26)

(27)

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur

Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan baik swasta maupun pemerintah hendaknya memiliki prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan. Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman bagi suatu organisasi dalam menentukan aktivitas apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan yang akan dicapai dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik.

Menurut Baridwan (2009:30) menyatakan bahwa prosedur merupakan suatu urutan-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sedang terjadi. Sedangkan menurut Mulyadi (2013:5) prosedur adalah suatu kegiatan urutan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang. Kegiatan klerikal yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir,


(29)

buku besar dan jurnal yang meliputi menulis, mengadakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih, memindahkan dan membandingkan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkaian dari beberapa tahapan suatu tindakan secara sistematis dan jelas dimana melibatkan setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.1.2 Karakteristik Prosedur

Berikut ini adalah beberapa karakteristik prosedur menurut Mulyadi (2013:8) diantaranya adalah :

1) Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.

2) Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan menggunakan biaya seminimal mungkin.

3) Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana.

4) Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab. 5) Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.


(30)

2.1.3 Manfaat Prosedur

Suatu prosedur dapat memberikan beberapa manfaat menurut Mulyadi (2013:15) diantaranya :

1) Lebih memudahkan dalam langkah-langkah kegiatan yang akan datang. 2) Mengubah pekerjaan berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas, sehingga

menyederhanakan pelaksanaan dan untuk selanjutnya mengerjakan yang seperlunya saja.

3) Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dipatuhi oleh seluruh pelaksana.

4) Membantu dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja yang efektif dan efisien.

5) Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan, bila terjadi penyimpangan akan dapat segera diadakan perbaikan-perbaikan sepanjang dalam tugas dan fungsinya masing-masing.

2.1.4 Pengertian Penagihan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penagihan merupakan proses, cara, perbuatan menagih, permintaan agar membayar hutang. Dalam akuntansi penagihan biasanya digunakan untuk menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang. Penagihan adalah suatu kegiatan melakukan tagihan kepada seseorang atau kelompok, agar orang tersebut ingat akan utangnya yang harus dibayar. Adapun maksud daripada penagihan itu sendiri adalah untuk menginformasikan dan mengingatkan, pihak-pihak


(31)

tertagih bahwa ia mempunyai kewajiban untuk membayar utangnya kepada pihak penagih.

2.1.5 Piutang

1) Pengertian Piutang

Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan, karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang timbul akibat adanya penjualan jasa dan barang secara kredit, bisa juga melalui pemberian pinjaman. Adanya piutang menunjukkan terjadinya penjualan secara kredit yang dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya perusahaan dalam meningkatkan penjualan.

Menurut tujuan akuntansi, istilah piutang pada umumnya diterapkan dalam pengertian yang sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang diharapkan akan tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang tidak lebih dalam 1 tahun.

Menurut Soemarso (2009:338) piutang adalah piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan, perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa yang berpiutang. Pengertian piutang menurut Indriyo dan Basri (2002:81) adalah


(32)

meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi, badan atau debitur lainnya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan piutang adalah tuntutan atau klaim antara pihak yang akan memperoleh pembayaran dengan pihak yang akan membayar kewajibannnya. Pengelolaan piutang secara efisien sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung terhadap keuangan perusahaan akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara seksama.

2) Klasifikasi Piutang

Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi. Berikut adalah klasifikasi piutang menurut Warren, Reeve, Fess (2005:404), yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita:

(1) Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.

(2) Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable)

Piutang wesel/ wesel tagih yaitu jumlah terhutang bagi pelanggan jika perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal. Wesel biasanya digunakan untuk jangka waktu yang pembayarannya lebih dari 60 hari. Jika wesel diperkirakan akan tertagih dalam jangka


(33)

waktu satu tahun, maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

(3) Piutang Lain-lain

Piutang lain-lain yaitu meliputi piutang bunga, piutang pegawai, dan piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

Dari klasifikasi piutang diatas dapat disimpulkan piutang mempunyai beberapa jenis, diantaranya piutang usaha, piutang ini berasal dari penjualan barang maupun jasa di suatu perusahaan dan piutang lancar. Piutang lancar berarti sama seperti piutang jangka pendek yang waktu pembayarannya dalam kurun waktu 1 tahun.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang

Menurut Bambang Riyanto (2010:85) faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang adalah sebagai berikut:

(1) Volume Penjualan Kredit

Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.


(34)

Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang.

(3) Ketentuan dalam Pembatasan Kredit

Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relative besar maka besarnya piutang juga semakin besar.

(4) Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang dalam 2 cara yaitu pasif dan aktif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan kebijaksanaanya secara pasif.

(5) Kebiasaan Membayar dalam Pelanggan

Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasikan menjadi kas dalam setahun di neraca disajikan dalam pada bagian aktiva lancar. 4) Penilaian Piutang


(35)

Menurut Kieso, dkk (2008:350) semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa datang. Oleh karena piutang usaha berjangka pendek, biasanya ditagih dalam jangka waktu 30 hingga 90 hari, bagi piutang jangka pendek yang dikenakan bunga, bunganya akan relative lebih kecil dari jumlah piutangnya. Sebagai ganti dari penilaian piutang usaha pada nilai sekarang didiskontokan, piutang usaha dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu nilai kas yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa piutang usaha haru dicatat sebagai jumlah bersih dari estimasi piutang tak tertagih dan potongan dagang. Tujuannya adalah untuk melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benar-benar diperkirakan dapat diterima secara tunai.

2.1.6 Cadangan Kerugian Piutang

Cadangan kerugian piutang adalah cadangan kas yang digunakan untuk menutup piutang yang tidak dapat tertagih. Menurut Kieso (2008:350) piutang tak tertagih adalah kerugian pendapatan yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat pada akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba. Tidak ada satupun ketentuan umum yang merupakan pedoman untuk menentukan kapan suatu piutang tak tertagih. Karena pada kenyataannya seorang customer gagal untuk membayar piutang sesuai kontrak atau perjanjian tidak berarti utang-utang tersebut tidak akan dapat tertagih. Bangkrutnya customer adalah salah satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian / seluruh piutang.


(36)

Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis customer atau gagalnya upaya penagihan setalah dilakukan beberapa kali usaha.

Piutang yang telah ditetapkan sebagai piutang tak tertagih bukan merupakan aktiva lagi, oleh karena itu harus dikeluarkan dari pos piutang dalam neraca. Piutang tak tertagih merupakan suatu kerugian, dan kerugian ini harus dicatat sebagai beban (expense), yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense) yang disajikan dalam laporan laba rugi. Semua penghapusan ini harus dicatat dengan tepat dan teliti karena berhubungan langsung dengan laporan keuangan yang digunakan manajemen dalam pengambilan keputusan.

2.1.7 Prosedur Penagihan Piutang Usaha

Prosedur penagihan berfungsi membuat surat perjanjian jatuh tempo dan mengirimkan kepada debitur. Pada bagian ini merupakan bagian langsung yang berhubungan dengan debitur, maka akan ada banyak kendala yang timbul karena belum tentu para debitur membayar tagihannya.

Adapun prosedur penagihan secara terperinci yang dikemukakan oleh Mulyadi dalam bukunya “Sistem Akuntansi” (2013:493) adalah sebagai berikut:

1) Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagian penagihan.

2) Bagian penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan perusahaan, untuk melakukan penagihan kepada debitur.


(37)

3) Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari debitur.

4) Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kasa.

a) Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.

b) Bagian kasa mengirimkan kwitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada debitur.

5) Bagian kasa menyetorkan cek ke bank setelah cek atas cek tersebut dilakukan oleh pejabat yang berwenang debitur.

6) Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.

Dalam pengawasan penagihan, manajemen harus mempunyai strategi khusus, ketat tetapi tidak menimbulkan kecurigaan melainkan harus menciptakan suasana kepercayaan sehingga para pegawai bagian penagihan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan leluasa. Tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi penyelewengan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, karena kemungkinan kecurangan disini mempunyai peluang besar jika pengendalian dan pengawasan diterapkan bersifat longgar. Dalam hal ini jangan sampai terjadi kasus pelanggan yang sudah membayar tetapi belum dilaporkan ke bagian akuntansi dan masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan kesalahan terjadi.

Menurut Kasmir (2003:95) ada beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan penagihan piutang, yaitu:


(38)

1) Melalui Surat

Bilamana pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari tetapi belum dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat untuk mengingatkan atau menegur pelanggan yang belum membayar hutangnya yang jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan maka dapat dikirimkan lagi surat dengan teguran yang lebih keras.

2) Melalui Telepon

Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan tersebut belum juga dibayar maka bagian kredit dapat menelpon pelanggan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata pelanggan mempunyai alasan yang dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai jangka waktu tertentu.

3) Kunjungan Personal

Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat pelanggan sering kali digunakan karena dirasakan sangat penting dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.

4) Tindakan Yuridis

Bilamana ternyata pelanggan tidak mau membayar kewajibannya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.


(39)

1) Fungsi Sekretariat

Fungsi ini bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan atau remmitance advice melalui pos dan para debitur perusahaan. Fungsi ini juga bertugas membuat daftar surat pemberitahuan yang diterima dari para debitur dan fungsi ini berada di tangan bagian sekretariat.

2) Fungsi Penagihan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi dan fungsi ini berada di tangan bagian penagihan. 3) Fungsi Kas

Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat atau fungsi penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dari berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh dan fungsi ini berada di tangan bagian kas.

4) Fungsi Akuntansi

Fungsi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang, dan fungsi ini berada di tangan bagian akuntansi.

5) Fungsi Pemeriksa Intern

Fungsi ini bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan yang ada di tangan fungsi kas secara periodik, dan melakukan rekonsiliasi bank,


(40)

untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi, dan fungsi ini berada di tangan bagian pemeriksa intern.

2.1.9 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang

Menurut Mulyadi (2013:488) terdapat dokumen yang digunakan dalam prosedur penagihan piutang, yakni :

1) Surat pemberitahuan yang menerima kas dari piutang. Surat pemberitahuan ini digunakan sebagai dokumen sumber pemberitahuan yang biasanya berupa tembusan bukti kas keluar.

2) Daftar surat pemberitahuan dikirimkan ke fungsi kas untuk kepentingan pembuatan bukti setor bank dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen pendukung bukti setor dalam pencatatan penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas.

3) Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas sebagai fungsi akuntansi dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dan piutang ke dalam jurnal penerimaan kas. 4) Kwitansi sebagai dokumen bukti penerimaan kas yang dibuat oleh

perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang. 2.1.10 Unsur Sistem Pengendalian Intern (Pengendalian Akuntansi)

Menurut Mulyadi (2013:163) untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang baik dalam perusahaan maka diperlukan adanya unsur-unsur yang harus diperhatikan, antara lain:


(41)

1) Struktur organisasi

- Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan misalnya penjualan. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan. - Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap

suatu transaksi.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu penggunaan formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi.

3) Praktek yang Sehat

- Penggunaan formulir bernomor urut bercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan alat yang memberikan otorisasi terlaksananya transasksi.


(42)

- Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

- Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.

- Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari.

- Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.

- Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan. Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya.

- Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian yang lain.

4) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya

- Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang mempunyai kecakapan sesuai dengan tuntutan tanggung jawab yang akan dipikulnya, manajemen harus mengadakan analisis jabatan yang ada


(43)

dalam perusahaan dan menentukan syarat-syarat yang dipenuhi oleh calon karyawan yang menduduki jabatan tersebut.

- Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya. 2.1.11 Jasa Aeronautika

Jasa aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan penerbangan dan penumpang yang terdiri dari aircraft parking, jasa penempatan dan penyimpanan pesawat dalam Bandar udara dan Passenger Processing, jasa layanan penumpang dalam Bandar udara. Atau dengan kata lain jasa aeronautika merupakan bidang jasa yang aktifitasnya berhubungan langsung dengan kegiatan penerbangan. Jasa aeronautika yang berada di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali, meliputi :

1) Aircraft Parking

Aircraft Parking adalah jasa penempatan dan penyimpanan pesawat udara. Pelayanan yang diberikan oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan tempat parkir pesawat (apron). Apron di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a) Apron Utara¸ seluas 300.200 M2. Memiliki daya tamping 37 parking stand yang diperuntukkan bagi penerbangan berjadwal (reguler flight). Mampu melayani pesawat berbadan lebar (wide body) dengan type terbesar B747 seri 400;


(44)

b) Apron Selatan, seluas 74.125 M2 . Memiliki daya tamping 16 parking stand. Diperuntukkan bagi penerbangan tidak berjadwal (unscheduled flight) dan charter. Menampung pesawat berbadan kecil (narrow body). 2) Passenger Processing

Passenger Processing adalah jasa layanan penumpang. Pelayanan yang diberikan oleh PT. Angkara Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan gedung terminal penumpang beserta fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas check in, transit, boarding, dan trolley. Gedung terminal penumpang dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Terminal Internasional, seluas 120.000 M2. Menampung 16 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 11 garbarata;

b) Terminal Domestik, seluas 65.800 M2. Mampu menampung 9 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 3 garbarata.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Aurelius Wisnu (2013) meneliti tentang Prosedur Penagihan Piutang atas Penjualan Spare Part pada PT. Astra Interasional Tbk – Honda Cabang Denpasar.


(45)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur penagihan piutang atas penjualan spare part di Astra Honda sudah sesuai dengan prosedur yang diterapkan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada lokasi penelitian dan jenis piutang yang ditagih. Sedangkan persamaannya terletak pada teknik analisis data yang bersifat analisis deskriptif, metode analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif , metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi serta kesamaan mengangkat judul mengenai prosedur penagihan piutang.


(1)

untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi, dan fungsi ini berada di tangan bagian pemeriksa intern.

2.1.9 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang

Menurut Mulyadi (2013:488) terdapat dokumen yang digunakan dalam prosedur penagihan piutang, yakni :

1) Surat pemberitahuan yang menerima kas dari piutang. Surat pemberitahuan ini digunakan sebagai dokumen sumber pemberitahuan yang biasanya berupa tembusan bukti kas keluar.

2) Daftar surat pemberitahuan dikirimkan ke fungsi kas untuk kepentingan pembuatan bukti setor bank dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen pendukung bukti setor dalam pencatatan penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas.

3) Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas sebagai fungsi akuntansi dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dan piutang ke dalam jurnal penerimaan kas. 4) Kwitansi sebagai dokumen bukti penerimaan kas yang dibuat oleh

perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang. 2.1.10 Unsur Sistem Pengendalian Intern (Pengendalian Akuntansi)

Menurut Mulyadi (2013:163) untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang baik dalam perusahaan maka diperlukan adanya unsur-unsur yang harus diperhatikan, antara lain:


(2)

1) Struktur organisasi

- Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan misalnya penjualan. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan. - Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap

suatu transaksi.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu penggunaan formulir harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi.

3) Praktek yang Sehat

- Penggunaan formulir bernomor urut bercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir merupakan alat yang memberikan otorisasi terlaksananya transasksi.


(3)

- Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.

- Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.

- Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari.

- Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.

- Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan. Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya.

- Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian yang lain.

4) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya

- Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang mempunyai kecakapan sesuai dengan tuntutan tanggung jawab yang akan dipikulnya, manajemen harus mengadakan analisis jabatan yang ada


(4)

dalam perusahaan dan menentukan syarat-syarat yang dipenuhi oleh calon karyawan yang menduduki jabatan tersebut.

- Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya. 2.1.11 Jasa Aeronautika

Jasa aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan penerbangan dan penumpang yang terdiri dari aircraft parking, jasa penempatan dan penyimpanan pesawat dalam Bandar udara dan Passenger Processing, jasa layanan penumpang dalam Bandar udara. Atau dengan kata lain jasa aeronautika merupakan bidang jasa yang aktifitasnya berhubungan langsung dengan kegiatan penerbangan. Jasa aeronautika yang berada di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali, meliputi :

1) Aircraft Parking

Aircraft Parking adalah jasa penempatan dan penyimpanan pesawat udara. Pelayanan yang diberikan oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan tempat parkir pesawat (apron). Apron di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a) Apron Utara¸ seluas 300.200 M2. Memiliki daya tamping 37 parking stand yang diperuntukkan bagi penerbangan berjadwal (reguler flight).

Mampu melayani pesawat berbadan lebar (wide body) dengan type terbesar B747 seri 400;


(5)

b) Apron Selatan, seluas 74.125 M2 . Memiliki daya tamping 16 parking

stand. Diperuntukkan bagi penerbangan tidak berjadwal (unscheduled flight) dan charter. Menampung pesawat berbadan kecil (narrow body).

2) Passenger Processing

Passenger Processing adalah jasa layanan penumpang. Pelayanan yang diberikan oleh PT. Angkara Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan gedung terminal penumpang beserta fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas check in, transit, boarding, dan trolley. Gedung terminal penumpang dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Terminal Internasional, seluas 120.000 M2. Menampung 16 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 11 garbarata;

b) Terminal Domestik, seluas 65.800 M2. Mampu menampung 9 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 3 garbarata.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Aurelius Wisnu (2013) meneliti tentang Prosedur Penagihan Piutang atas Penjualan Spare Part pada PT. Astra Interasional Tbk – Honda Cabang Denpasar.


(6)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur penagihan piutang atas penjualan spare part di Astra Honda sudah sesuai dengan prosedur yang diterapkan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada lokasi penelitian dan jenis piutang yang ditagih. Sedangkan persamaannya terletak pada teknik analisis data yang bersifat analisis deskriptif, metode analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif , metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi serta kesamaan mengangkat judul mengenai prosedur penagihan piutang.


Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA PENERBANGAN ATAS TERJADINYA KETERLAMBATAN ANGKUTAN PENERBANGAN : STUDI PADA PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK BANDAR UDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI.

2 15 79

Pengaruh Kompensasi Finansial dan Kompensasi Non-Finansial terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali.

0 0 16

Pengaruh anggaran partisipasi, kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja manajerial PT. Angkasa Pura-I di Bandar Udara Ngurah Rai - Bali.

0 0 153

PROSEDUR PENCATATAN ATAS PERSEDIAAN PADA PT.ANGKASA PURA I (PERSERO) BANDARA INTERNASIONAL NGURAH RAI.

3 15 21

BEBAN EMISI AKTIVITAS LTO PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL I GUSTI NGURAH RAI BALI.

0 0 11

PROSEDUR PENGADAAN BARANG DAN JASA PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) DI KANTOR CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SURAKARTA.

1 8 15

PENERAPAN PROSEDUR LAYANAN AERONAUTIKA PT ANGKASA PURA I (PERSERO) CABANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SURAKARTA TERHADAP AIRLINES (MASKAPAI PENERBANGAN).

0 0 14

PROSEDUR PENGADAAN BARANG DAN ATAU JASA (PELELANGAN) DI LINGKUNGAN PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SURAKARTA.

0 1 1

PRAKTIK KERJA LAPANGAN “ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PIUTANG USAHA JASA NON-AERONAUTIKA DALAM UPAYA PENINGKATAN PENAGIHAN PADA PT ANGKASA PURA I (PERSERO) BANDARA JUANDA SURABAYA”

3 9 85

Pengaruh anggaran partisipasi, kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja manajerial PT. Angkasa Pura-I di Bandar Udara Ngurah Rai - Bali

0 0 28