PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KELALAIAN DALAM KEGIATAN YANG MENGUMPULKAN MASSA DAN MENIMBULKAN KORBAN

(1)

Penulis adalah seorang yang beragama islam dan dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 29 Mei 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, yang merupakan buah cinta kasih dari pasangan Bapak Aiptu. Herman Yusuf (Alm) dan Ibu Henny Rumiany, Penulis mengenyam jenjang pendidikan di

Taman Kanak-Kanak Taman Siswa Teluk Betung, dan dilanjutkan Sekolah Dasar Taman Siswa Teluk Betung yang diselesaikan pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan untuk lebih mematangkan ilmu hukum yang diperoleh, penulis mengkonsentrasikan diri pada bagian Hukum Pidana. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2011 di Banyuwangi, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu.


(2)

Puji syukur kupersembahkan kehadirat Allah SWT, zat yang tiada

bandingnya yang telah menjadikan segala sesuatu yang sulit ini

menjadi mudah,

Dengan segala kerendahan hati

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Keluarga Kecilku yang berbahagia, ayahandaku Herman Yusuf (alm)

dan ibundaku Henny Rumiany yang telah membesarkan dan

mendidikku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta

menanamkan nilai-nilai yang baik, dan selalu berdo a disetiap waktu

demi kesuksesanku, anakmu tersayang.

Kakak-kakakku yang telah membantuku dukungan baik moril

maupun meteril untuk adikmu tersayang ini

Adikku yang ku sayangi, maafkan atas segala kekurangan yang ada

pada diri ini.

Untuk kekasihku yang selalu mendoakan dan menyemangatiku dalam

menjalani hari-hariku.

Sahabat-sahabatku yang telah mengisi hari-hariku melewati suka dan

duka bersama.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung yang telah mendidik dan

memberikan ilmu serta pengalaman yang bermanfaat.


(3)

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah,SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penegakan Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian dalam Kegiatan yang Mengumpulkan Massa dan Menimbulkan Korban’’ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H selaku Ketua Jurusan Hukum Pidana sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi, mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran.

3. Bapak Fx. Sumarja, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh masa studi.


(4)

mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Bapak Eko raharjo, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

6. Bapak A. Irzal Fardiansyah, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II atas waktu, saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu, khusunya ilmu hukum kepada penulis.

8. Ayahanda dan ibundaku tersayang, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda baktiku, terimakasih yang tiada terkira atas do’a dan dukungannya baik moril dan materil sebagai bentuk limpahan kasih sayang yang tak terkira yang telah diberikan kepadaku sampai saat ini, juga semua motivasi yang tiada bosan-bosan diberikan untuk mengembalikan semangatku.

9. Kakakku Tedi Kurniawan, S.E., Marissa Ravenska H, S.E., dan Decta Willanda Herveny, S.H., yang dengan kesetiaannya memberikan semangat, motivasi dan dukungan sehingga menjadikanku lebih bersikap dewasa serta do’a yang tak pernah terputus serta kasih sayang yang mereka berikan.

10. Adikku, Ade Kurniawan Muharram, terima kasih atas dukungan semangat dan do’a yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Diajeng Putri Iracily, terimakasih atas cinta, dukungan dan do’anya yang selalu mengiringi langkahku ini.


(5)

Wibowo, Nurdian Syafe’i S.H., Puja Kusuma Suud Putra S.H, Rewind Tri Fazardo S.I.P., Robi Okta Suryantas, Syopian Febriansyah, Bang Roman Fazardo Pradana S.H, Bang Nando S.E, Bang Hamdi S.H, Bang Nanda S.H, terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan yang tidak terlupakan dan telah mengisi hari-hariku melewati suka dan duka bersama.

13. Teman-teman seperjuanganku dalam menuntut ilmu : Asrul Septian Malik, Affandi Sitamala S.H., Aditya Ilham S.H., Yogi Setiawan S.H., Devi Santoso, Azwir Ade Putra, dan teman-teman Fakultas Hukum Unila yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua cerita serta pengalaman yang kita lalui bersama.

14. Teman-teman selama menjalankan KKN Vebri, Puji, Hafid, Prili, Eliza, dan Linda terima kasih atas semua suka cita dan pengalaman yang tak terlupakan dan kebersamaannya selama 40 hari di desa Banyuwangi, Banyumas, Pringsewu.


(6)

yang lebih besar dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin..

Bandar Lampung, November 2012 Penulis


(7)

KEGIATAN YANG MENGUMPULKAN MASSA DAN MENIMBULKAN KORBAN

Oleh

Alvo Guntara Hermawan

Kebutuhan manusia amat bervariasi dan kompleks. Perbandingan antara jumlah barang/jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut, terkadang tidak berimbang antara jumlah kebutuhan yang dibutuhkan dengan jumlah barang/jasa yang tersedia dan disediakan oleh penjual barang/jasa tersebut. Sehingga terkadang dalam praktiknya sering kita jumpai jatuhnya korban dalam tiap-tiap proses pemenuhan kebutuhan tersebut, bukan hanya korban luka-luka terkadang tak jarang pula merenggut korban jiwa. Berdasrakan hal tersebut maka perlu diadakan peneltian tentang bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian dalam suatu kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban dan apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian pada suatu kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban.

Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan masalah yuridis normatif yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder berupa bahan hukum primer dan sekunder, dan yuridis empiris yang dilakukan dengan cara mengamati objek penelitian secara langsung. Data penulisan dipergunakan metode analisis data secara kualitatif sebagai analisis utamannya. Berdasarkan uraian unsur-unsur dan fakta-fakta yang sebagaimana telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa penegakan hukum melalui jalur penal

terhadap tindakan pihak penyelenggara dan pihak-pihak yang mendukung berlangsungnya acara konser dan penjualan hp tersebut, dapat dilakukan dengan menerapkan Pasal 359 KUHP tentang tindak pidana kelalaian yang menyebabkan orang lain mati dan 360 ayat (1) dan (2) KUHP tentang tindak pidana kelalaian yang menyebabkan orang lain luka-luka, lebih khususnya perbuatan tersebut dapat juga dikenai pasal-pasal dalam UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Penegakan hukum melalui jalur non-penal diantaranya adalah dapat menggunakan sistem hukum restorative justice pada tindak pidana yang akibat dari tindak pidana tersebut masih dapat diperbaiki dan pemberian informasi serta


(8)

himbauan kepada warga masyarakat mengenai tata cara penyelenggaraan suatu kegiatan yang baik dalam suatu kegiatan yang mengumpulkan massa.

Di akhir penulisan skripsi ini disarankan bahwa, Mengenai upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian dalam kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban dapat diterapkan sanksi-sanksi yang tegas dan lebih berat sehingga dapat mencegah terjadinya tindak pidana kelalaian yang dipandang hukumannya lebih ringan dan memenuhi rasa keadilan serta kepastian hukum, penegakan hukum secara non-penal dapat dilakukan dengan memberikan informasi-informasi penting mengenai suatu penyelenggaraan kegiatan keramaian yang baik kepada masyarakat umum melalui himbauan-himmbauan dan selogan serta menggunakan sistem hukum restorative justice

pada suatu tindak pidana yang akibat dari tindak pidana tersebut masih dapat diperbaiki. Perlu adanya peningkatan kualitas para aparat penegak hukum, baik buruknya suatu peraturan hukum tergantung kepada baik buruknya aparat penegak hukumnya. Meskipun hukumnya baik, tetapi jika para penegaknya tidak baik, maka penegakannya pun tidak akan baik, demikian pula sebaliknya. Perlu adanya peningkatan pemahaman nilai yang baik mengenai penegakan hukum, sehingga dapat membentuk sikap para penegak hukum mengenai bagaimana suatu sistem hukum itu seharusnya bekerja.


(9)

A. Latar Belakang

Sebagai makhluk budaya, manusia mempunyai berbagai kebutuhan. Kebutuhan manusia amat bervariasi dan kompleks. Kebutuhan manusia dalam hidupnya pada dasarnya meliputi 3 (tiga) jenis kebutuhan :

1. Kebutuhan jasmani, meliputi pangan, sandang, rumah, dan berolahraga.

2. Kebutuhan rohani, meliputi pendidikan dan pelatihan, hiburan, kesenian, dan keagamaan.

3. Kebutuhan biologis, meliputi segala kebutuhan yang berguna bagi pengembangan keluarga dan kelangsungan generasi.1

Beberapa contoh pemenuhan kebutuhan tersebut diantaranya adalah, kerumunan warga masyarakat yang mencari kebutuhan akan hiburan dan antusias untuk menonton konser musik, kemudian kerumunan warga masyarakat yang mencari kebutuhan akan pangan yang mengantri untuk mendapatkan sembako murah atau gratis, dan selanjutnya kebuhtan warga masyarakat untuk mendapatkan sesuatu yang prestisius seperti mengantri untuk mendapatkan sebuah handphone berteknologi baru yang canggih.

1


(10)

Perbandingan antara jumlah barang/jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut, terkadang tidak berimbang antara jumlah kebutuhan yang dibutuhkan dengan jumlah barang/jasa yang tersedia. Sehingga terkadang dalam praktiknya sering kita jumpai jatuhnya korban dalam tiap-tiap proses pemenuhan kebutuhan tersebut, bukan hanya korban luka-luka terkadang tak jarang pula merenggut jiwa.

Berikut ini beberapa contoh kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban. Diantaranya seperti yang telah disebutkan di atas mengenai keramaian sebuah konser musik, dan antrian penjualan Handphone (HP) dengan merek dagang BlackBerry, yang dijual murah dan menimbulkan korban :

KAJEN-Pesta para fans Ungu dalam konser bertajuk "Popcoholic with Ungu" di Stadion Widya Manggala Krida Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan Selasa malam berubah menjadi tragedi. Sepuluh orang tewas, enam luka-luka, dan puluhan lainnya jatuh pingsan.

Akibat kejadian itu, Polres Pekalongan mengamankan delapan orang panitia pelaksana kegiatan. Sejak Rabu dinihari hingga berita ini ditulis, mereka masih diperiksa secara intensif oleh penyidik. ''Sampai saat ini kami belum menetapkan satu pun tersangka, semuanya sedang kami periksa secara intensif, '' kata Kapolres Pekalongan AKBP Harrinartanto tanpa mau menyebut siapa kedelapan orang tersebut.

Kapolres hanya menyebut mereka adalah dari dua event organizer di Jakarta dan Semarang. Meski belum ditetapkan sebagai tersangka, Kapolres dengan tegas mengatakan, ada yang dilanggar dalam perizinan. '' Dalam perizinan disebutkan pelaksana akan mendatangkan penonton maksimal 3.000 orang. Kenyataannya sampai 7.000 orang, '' tandasnya. Meski begitu, dari awal hingga berlangsungnya konser Ungu sebenarnya berjalan lancar dan aman. Namun setelah Ungu menyelesaikan pertunjukannya, penonton tidak sabar ingin keluar. '' Sebagian besar buru-buru ingin keluar sehingga berdesak-desakan dan menyebabkan ada yang pingsan dan terinjak-injak, '' jelasnya. Sementara itu, sepuluh korban yang tewas, kemarin semuanya telah teridentifkasi. Mereka adalah Adi Santoso bin Usman (23), warga Desa Kutorejo,Kajen; Supriyanto bin Sarjo (15), warga Desa Babalan Kidul , Bojong; Andi Satriyo bin Slamet Tinggal (15),Noviatun binti Tohari (17), dan Eko Yulianto (20), ketiganya dari Desa Salakbrojo, Kedungwuni. Korban tewas lainnya adalah Nur Hikmah binti Ahmad Mual (15), warga Logandeng, Karangdadap, Ratih Wulandari


(11)

binti Slamet Raharjo (17), dan Suwito Jati Samulyo (17), keduanya dari Desa Ketapang , Ulujami, Pemalang. Dua korban tewas yang terakhir teridentifikasi adalah Imam Purnomo (15) warga Paesan Kedungwuni dan Anton Alatas (15), Warga Desa Warungasem,Batang”.2

“JAKARTA, Jaringnews.com - Kasus ricuhnya penjualan perdana BlackBerry Bold 9790 atau Bellagio yang mendapat diskon 50 persen, Jumat (25/11/2011) berbuntut panjang. Saat ini pihak kepolisian dikabarkan telah menetapkan satu orang tersangka dari pihak Event Organization (EO) dalam kasus tersebut. Hal itu disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharuddin Jafar kepada Jaringnews.com, Selasa (29/11/2011). Baharuddin mengatakan, "Ada satu tersangka dari pihak EO. Sementara dari pihak RIM dan security PP (Pacific Place) masih dalam pemeriksaan. Sedangkan Kanit Intel Polsek Jakarta Selatan terkena sanksi." Pernyataan Baharuddin diamini sumber Jaringnews.com. Menurutnya, yang harus bertanggung jawab dalam kasus itu adalah EO yang telah diserahkan tanggung jawab oleh pihak pengelola. "EO-nya yang harus tanggung jawab. Nama EO itu Experential, dan dari EO sudah ada yang dijadikan tersangka," ungkap sumber Jaringnews.com yang enggan disebutkan namanya tersebut kepada Jaringnews.com via BlackBerry Messangger (BBM). Pelimpahan kesalahan itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, koordinasi di lapangan dari pihak EO kacau balau. "Sebenarnya RIM mengalokasikan dua hari dengan jumlah kuota 1.000 pembeli pertama. Tapi di lapangan kacau karena kacau koordinasinya. Karena EO-nya juga," ucap sumber Jaringnews.com tersebut. Sejak kekisruhan itu terjadi, salah seorang petinggi Research In Motion (RIM) Indonesia, Andrew Cobham --warga negara Kanada--dipanggil polisi sebagai saksi, Jumat (25/11/2011) malam. "Padahal (kasus itu) bukan tanggung jawabnya. Soal RIM jadi panjang urusannya. Tadi pagi, hari ini, Selasa (29/11/2011), kantor RIM didatangi polisi. Saat ini RIM Employee (karyawan RIM) sedang tidak di tempat," imbuh sumber Jaringnews.com itu. Seperti diketahui, pada Jumat kemarin RIM Indonesia memberikan potongan harga hingga 50 persen bagi 1.000 pembeli pertama BlackBerry Bold 9790 atau Bellagio yang dijual di pusat perbelanjaan Pacific Place. Sayangnya, acara tersebut berujung rusuh setelah para pengantre berdesak-desakan. Korban pun tak bisa dihindari, mulai dari pingsan, kejepit hingga ada yang patah tulang. Sebelumnya, Penyidik Kepolisian Resor Metropolitan (Polrestro) Jakarta Selatan, Kepala Polrestro Jakarta Selatan, Komisaris Besar Polisi Imam Sugiyanto mengungkapkan sedang menyelidiki dan mengembangkan kasus tersebut. "Tersangka lain ada, namun masih kami kembangkan," tuturnya. Setidaknya ada empat pihak yang terlibat kegiatan penjualan Blackberry, yakni penyelenggara, pengelola gedung, keamanan dan pihak RIM sebagai perusahaan yang memproduksi Blackberry. Saat ini, penyidik telah menetapkan satu orang tersangka berinisial 'E' dari penyelenggara kegiatan dan memeriksa 10 orang saksi. Imam menyebutkan, tersangka E

2


(12)

dikenakan Pasal 360 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang kealpaan yang menyebabkan orang terluka. Informasi awal yang menyebutkan adanya pihak yang menyuruh calon pembeli yang tidak mengantre agar masuk barisan yang dibatasi tali. "Itu yang diduga menjadi pemicu kericuhan," cetus Imam. Imam berpendapat, seharusnya penyelenggara meminta izin keramaian kepada polisi jika kegiatan mereka melibatkan ribuan orang namun polisi hanya mendapat pemberitahuan tanpa ada keterangan jenis kegiatan dan jumlah pengunjung”.3

Jatuhnya korban baik luka-luka ataupun korban jiwa dalam kegiatan yang mengumpulkan massa di atas, adalah sebuah situasi di luar dugaan semua pihak, dan dikarenakan adanya korban jiwa dan luka-luka pada peristiwa tersebut maka peristiwa tersebut telah masuk kedalam ranah hukum pidana, oleh karena itu harus ada yang pihak bertanggungjawab atas terjadinya peristiwa yang diduga terdapat unsur kelalaian tersebut.

Kurangnya persiapan dan sikap profesionalitas diduga menjadi penyebab terjadinya peristiwa yang menyebabkan jatuhnya korban tersebut yang disebabkan kelalaian penyelenggara. Segala bentuk kelalaian tersebut haruslah dipertanggungjawabkan di depan hukum.

Hukum pada umumnya adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama: keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.4

3

http://jaringnews.com/keadilan/umum/5919/polisi-tetapkan-satutersangka-kisruh-penjualan-blackberry-murah, 22 Maret 2012, pukul 14.54 WIB.

4


(13)

Menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi.5

Sedangkan Soebekti berpendapat bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara, yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya, dalam mengabdi kepada tujuan negara itu dengan menyelenggarakan keadilan dan ketertiban.6

Jika peristiwa di atas dilihat menggunakan kacamata hukum pidana, perbuatan tersebut dapat dikategorikan kedalam perbuatan melawan hukum. Dalam hukum pidana yang menjadi perhatian adalah perbuatan-perbuatan yang bersifat melawan hukum saja, perbuatan melawan hukum tersebut dilarang dan diancam dengan pidana apabila dilanggar.

Ada 2 pendirian tentang perbuatan melawan hukum berdasarkan sifatnya, yaitu : 1. Pendirian yang formil, perbuatan melawan hukum adalah melawan

undang-undang, karena hukum adalah undang-undang.

2. Pendirian yang materiil, perbuatan melawan hukum tidak hanya melawan undang-undang saja (hukum tertulis), tetapi juga hukum yang tidak tertulis.7 Peristiwa jatuhnya korban baik luka-luka ringan/berat ataupun meninggal dunia tersebut dapat dikategorikan suatu perbuatan melawan hukum, karena berdasarkan undang-undang terutama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

5

Sudikno Mertokusumo.op.cit.hal 81. 6

Sudikno Mertokusumo.loc. cit.

7


(14)

dianggap telah melanggar ketentuan mengenai hukum pidana materiil dalam KUHP, yaitu Pasal 359 dan 360 ayat (1) dan (2) KUHP.

Ada banyak hal baik yang bersifat obyektif yang mendorong dan mempengaruhi ketika seorang mewujudkan suatu tingkah laku yang pada kenyataannya dilarang oleh undang-undang. Soedarto mendeskripsikan unsur-unsur tindak pidana, yang

oleh beliau disebut sebagai “Syarat Pemidanaan” sebagaiberikut : 1. Perbuatan, yang harus:

a. Memenuhi rumusan undang-undang (perbuatannya diatur dalam sebuah undang-undang).

b. Bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar).

2. Orang, dalam hal ini berhubungan dengan “Kesalahan”, yang meliputi:

a. Kemampuan bertanggung jawab.

b. Sengaja (Dolus/Opzet) atau Lalai (Culpa/Alpa) (tidak ada alasan pemaaf)8 Moeljatno menyebutkan, yang merupakan unsur atau elemen perbuatan pidana adalah :

a. Kelakuan dan akibat.

b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan. c. Kedaan tambahan yang memberatkan pidana. d. Unsur melawan hukum yang obyektif.

e. Unsur melawan hukum yang subyektif.9

8

Tri Andrisman. 2007. Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.Bandar Lampung. Universitas Lampung. hal 95.

9


(15)

Dari penggambaran di atas, seseorang dapat dipidana apabila ia memenuhi unsur-unsur yang telah disebutkan di atas. Untuk dapat dikatakan sebagai tindak pidana perbuatan itu harus memenuhi rumusan undang-undang dan bersifat melawan hukum. Sedangkan untuk dapat dipertanggungjawabkan secara pidana, orang yang melakukan tindak pidana itu harus mempunyai kesalahan berupa : a) melakukan tindak pidana dengan sengaja atau alpa; b) orang itu mampu bertanggung jawab.10

Pada kejahatan terhadap tubuh yang menyebabkan orang lain mati ataupun luka-luka karena kealpaan. Akibat mati atau luka-lukanya seseorang ini dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. Kejahatan terhadap tubuh yang menyebabkan mati atau luka-luka karena kealpaan merupakan kejahatan yang bersifat materiil, dimana akibatnya yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang (tindak pidanamateriil).

Tindak pidana kelalaian dalam penulisan skripsi ini merupakan suatu perbuatan yang akibatnya dibebankan kepada seseorang atas perbuatan yang dilakukannya yaitu kelalaian yang menyebabkan orang lain mati atau luka-luka karena kealpaan dan pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan keputusan hakim menurut ketentutan undang-undang.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian skripsi dengan judul “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban”.

10


(16)

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian dalam suatu kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban? b. Apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam penegakan hukum

terhadap pelaku tindak pidana kelalaian pada suatu kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban?

2. Ruang Lingkup

Lingkup penelitian skripsi ini termasuk dalam bidang hukum pidana dan lingkup bahasannya mengenai: Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian dalam suatu kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban. b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam penegakan hukum

terhadap pelaku tindak pidana kelalaian pada suatu kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban.


(17)

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

a. Secara teoritis, berguna untuk memberikan gambaran bagi pembuat undang-undang dan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi aparat penegak hukum terkait.

b. Secara praktis, sebagai salah satu pemikiran bagi penyidik kepolisian, jaksa penuntut umum dan hakim, dalam penegakan maupun penuntutan perkara serta dalam memutus perkara tinadak pidana kelalaian pada suatu kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban. Adapun kegunaan lainnya adalah sebagai informasi dan tambahan kepustakaan bagi para praktisi dan maupun akademisi hukum.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis adalah konsep yang merupakan abstraksi dari hasil-hasil pemikiran atau kerangka acuan yang ada pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti.11

Untuk menjawab permasalahan yang pertama, penulis menggunakan teori penegakan hukum yang dikemukakan oleh Hoefnagels yaitu kebijakan kriminal 11

Soerjono Soekanto. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. hal 124.


(18)

penal (penal policy)dan kebijakan non-penal(non-penal policy) yang merupakan usaha-usaha yang rasional dalam mengendalikan atau menanggulangi kejahatan (politik kriminal/criminal policy), kebijakan penal dan non penal yaitu :

a. Kebijakan Penal

Merupakan upaya represif, yaitu kebijakan dalam menanggulangi kejahatan yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi dengan menggunakan hukum pidana atau undang-undang yang menitik beratkan kepada penindasan, pemberantasan, dan perampasan sesudah suatu kejahatan terjadi.

b. Kebijakan Non Penal

Sarana non penal biasa disebut juga sebagai upaya preventif, yaitu upaya-upaya yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan, merupakan upaya-upaya pencegahan. Pencegahan lebih baik dari pada pemberantasan berlaku bagi upaya ini. Pencegahan atau pengendalian sebelum terjadinya kejahatan sasaran yang utama adalah menangani faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan, faktor-faktor tersebut berpusat pada keadaan atau masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi terjadinya kejahatan.

Kemudian untuk menjawab permasalahan yang kedua pada penulisan skripsi ini, pertama penulis menggunakan teori tentang penegakan hukum pidana yang dikutip dari buku Firganefi12, dengan tahan-tahap sebagai berikut :

a. Tahap Formulasi, yaitu tahap penegakan hukum pidanainabstractooleh badan pembuat undang-undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini

12


(19)

dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan undangan podana untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini dapat pula disebut kebijakan legislatif.

b. Tahap aplikasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari Kepolisian sampai Pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum bertugas menegakkan serta menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan daya guna. Tahap kedua ini dapat pula disebut sebagai tahap kebijakan yudikatif.

c. Tahap eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang melalui penerapan pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan. Dalam melaksanakan pemidanaan yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan, aparat pelaksana pidana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan pidana yang dibuat oleh pembuat undang-undang dan nilai-nilai keadilan serta daya guna.

Bertolak dari uraian di atas dapat dinyatakan, bahwa penegakan hukum pidana yang rasional sebagai pengejawantahan politik hukum pidana (penal policy), melibatkan minimal tiga faktor yang saling terkait, yaitu penegak hukum, nilai-nilai dan hukum (perundang-undangan). Pembagian tiga faktor tersebut dapat


(20)

dikaitkan dengan pembagian tiga kompenen sistem hukum, yaitu “substansi hukum”, “struktur hukum”, dan “budaya hukum”.

Kemudian teori kedua yang penulis gunakan untuk menjawab permasalahan kedua pada penulisan skripsi ini adalah, mengenai komponen penegakan hukum, diantaranya adalah :

a. Faktor Penegak Hukum

Faktor ini menunjukan pada adanya kelembagaan yang mempunyai fungsi-fungsi tersendiri dan bergerak di dalam suatu mekanisme.

b. Faktor Nilai

Faktor nilai merupakan sumber dari segala aktivitas dalam penegakan hukum pidana.

c. Faktor Substansi Hukum

Faktor substansi hukum merupakan hasil aktual (output) yang sekaligus merupakan dasar bagi bekerjanya sistem hukum dalam kenyataan.

Perbuatan yang memenuhi rumusan suatu delik diancam pidana yang dilakukan dalam suatu proses sistem peradilan pidana (criminal justice system). Sanksi pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa bukanlah semata-mata merupakan pembalasan kepada pelaku tindak pidana, melainkan sebagai usaha preventif agar terdakwa bisa mereneungkan perbuatannya, selanjutnya pencegahan dan penanggulangan tindak pidana harus dilakukan dengan pendekatan integral dan keseimbangan antara saranapenaldannon-penal.


(21)

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan isitilah yang diinginkan atau diteliti.13

Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian-pengertian dasar dari istilah-istilah yang digunakan dalam skripsi ini adalah :

a. Penegakan Hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian nilai tahap akhir untuk menciptakan dan memelihara dan mempertahankan kedamaian dalam pergaulan hidup.14

b. Pelaku adalah orang atau beberapa orang yang telah melakukan tindak pidana atau kejahatan.15

c. Tindak Pidana adalah Suatu perbuatan pidana yang dapat dijatuhi hukuman; Setiap perbuatan yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran baik yang disebut dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya.16

d. Kelalaian adalah Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.17

e. Kegiatan adalah kejadian bagian program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada satuan kerja perangkat daerah sebagai bagian dari 13

Soerjono Soekanto.op. cit.hal 132. 14

Soerjono Soekanto. 1983.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Di Indonesia.

Jakarta. Sinar Grafika. hal 3. 15

M. Marwan. & Jimmy P. 2009. Kamus Hukum:Dictionary of Law Complete Edition. Jakarta Reality Publisher. hal 493.

16

M. Marwan. & Jimmy P.op.cit.hal 608. 17


(22)

pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personal, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau ke semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam bentuk barang atau jasa.18

f. Mengumpulkan adalah kegiatan menghimpun atau menjadikan satu.19

g. Massa adalah orang banyak yang bersatu oleh ikatan atau aliran pikiran yang tertentu.20

h. Korban adalah orang atau kelompok orang yang mengalami penderitaan secara fisik, mental, maupun emosional serta mengalami kerugian ekonomi atau mengalami pengabaian, pengurangan dan perampasan hak-hak dasarnya sebagai akibat langsung dari pelanggaran hak asasi manusia yang berat.21 E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami penulisan ini secara keseluruhan, maka sistematika penulisan skripsi ini diuraikan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Konseptual dan Sistematika Penulisan.

18

Ibid. hal 337. 19

S. Wojowasito. 1999. Kamus Bahasa Indonesia Lembaga Bahasa Nasional. Malang. C.V. Pengarang. hal 199.

20

S. Wojowasito.op. cit.hal 243. 21


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori-teori hukum sebagai dasar dalam pembuktian pembahasan terhadap penelitian permasalahan yang terdiri dari Tinjauan Tentang Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban, Faktor Yang Mendukung dan Menghambat Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa dan Menimbulkan Korban, Pengertian Pidana dan Tindak Pidana Kelalaian.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan Metode Penelitian yang digunakan untuk memperoleh dan mengolah data yang akurat. Adapun yang digunakan terdiri dari Pendekatan Masalah, Sumber dan Jenis Data, Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data, Populasi dan Sampel serta Analisis Data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang pembahasan berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan dalam penelitian ini yaitu Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban.

V. PENUTUP

Merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan berdasarkan penelitian serta berisikan saran-saran penulis mengenai apa yang harus ditingkatkan dari pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan pembahasan.


(24)

A. Tinjauan tentang Penegakan Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian dalam Kegiatan yang Mengumpulkan Massa dan Menimbulkan Korban

Tinjauan adalah melihat dari jauh dari tempat yang tinggi atau melihat keadaan di suatu tempat. Dalam skripsi ini tinjauan yang dimaksud adalah melihat menggunakan hukum / dari sudut pandang hukum terhadap suatu keadaan dalam permasalahan skripsi ini, yaitu penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian dalam kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban.

Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah atau pandangan-padangan nilai yang mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai terhadap akhir untuk menciptakan (sebagai social engineering), memelihara dan mempertahankan (sebagaisocial control) kedamaian dalam pergaulan hidup.24 Menganalisis masalah penegakan hukum, persoalannya tidak terlepas dari beroperasinya tiga komponen sistem hukum (legal system) yang dikatakan oleh

Lawrence M. Friedman, yaitu terdiri dari komponen “struktur, substansi, dan kultur” (Satjipto Rahardjo, 1986 : 203).25

24

Soerjono Soekanto,op. cit.hal 5. 25


(25)

Komponen struktur adalah bagian-bagian yang bergerak dalam suatu mekanisme, misalnya pengadilan. Komponen substansi merupakan hasil aktual yang diterbitkan (output) oleh sistem hukum dan meliputi pula kaidah-kaidah hukum yang tidak tertulis, sedangkan komponen kultur adalah nilai dan sikap yang mengikat sistem hukum itu secara bersama dan menghasilkan suatu bentuk penyelenggaraan hukum dalam budaya masyarakat.

Tujuan dari pada penegakan hukum itu sendiri adalah untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Hal ini sejalan dengan kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan yang pada hakikatnya merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defense)

dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat(social welfare).

Menurut G.P. Hoefnagels26, penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu melalui jalurpenaldannon-penalyaitu :

1. UpayaPenal

Upaya penal merupakan upaya yang represif yaitu kebijakan dalam menanggulangi kejahatan setelah kejahatan itu terjadi dengan menggunakan hukum pidana atau undang-undang yang menitik beratkan pada penindasan, pemberantasan dan penindasan.

Upaya represif adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya suatu kejahatan atau tindak pidana. Termasuk upaya represif adalah tindakan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan seterusnya sampai dilaksanakannya pidana.

26

Barda Nawawi Arief. 1984Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana.Bandung. Citra Aditya. hal 4.


(26)

Upaya represif merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memberantas kejahatan paling tidak mengurangi kuantitasnya dari perlindungan terhadap kepentingan hukum dan tujuan pembangunan nasional serta untuk menjamin sebuah kepastian hukum.

2. UpayaNon-Penal

Upaya non-penal adalah upaya-upaya yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan, upaya non-penal merupakan upaya pencegahan. Pencegahan lebih baik dari pada pemberantasan dan berlaku bagi upaya penegakan hukum dalam permasalahan skripsi ini. Pencegahan atau pengedalian sebelum terjadinya kejahatan, faktor-faktor tersebut berpusat pada keadaan atau masalah sosial yang ada dalam masyarakat yang secara langsung atau pun tidak langsung mempengaruhi terjadinya kejahatan.

Upaya-upaya non-penal ini lebih menitik beratkan pada sifat preventif (pencegahan dan pengendalian) sebelum suatu kejahatan/tindak pidana terjadi. Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non-penal lebih bersifat kepada tindakan pencegahan untuk terjadinya suatu kejahatan/tindak pidana, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya suatu kejahatan/tindak pidana.

Faktor-faktor kondusif tersebut antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan. Dengan demikian jika dilihat dari segi


(27)

kriminal secara makro (menyeluruh) dan global, maka upaya-upaya non-penal

menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal.

B. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Penegakan Hukum terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian dalam Kegiatan yang Mengumpulkan Massa dan Menimbulkan Korban

Berbicara tentang faktor penghambat dan pendukung penegakan hukum, salah satunya pasti berkaitan dengan penanggulangan kejahatan atau tindak pidana melalui jalur penal( menggunakan hukum pidana). Penggunaan jalur penal harus melalui sebuah sistem peradilan pidana(criminal justice system).

Sistem peradilan pidana (criminal justice system) adalah suatu proses, yang bekerja dalam suatu jaringan yang melibatkan lembaga penegak hukum.27

Menurut Ali Said28, sistem peradilan pidana adalah tidak lain merupakan kerja sama antara lembaga-lembaga yang terlibat dalam peradilan pidana secara terpada walaupun dengan kebhinekaan fungsi dari masing-masing unsur sistem tersebut dalam penghayatan yang sama tentang tujuan sistem peradilan pidana.

Kegiatan peradilan pidana adalah meliputi kegiatan yang bertahap dimulai penyidikan oleh kepolisian, penuntutan oleh kejaksaan, pemeriksaan dipersidangan oleh hakim dan pelaksanaan pidana oleh lembaga pemasyarakatan.

Tercapai atau tidaknya tujuan penegakan hukum pidana, dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah :

27

Kadri Husin. 2011.Buku Ajar: Sistem Peradilan Pidana.Bandar Lampung. Universitas Lampung. hal 10.

28


(28)

a. Faktor Penegak Hukum

Faktor ini ditunjukkan dengan adanya lembaga-lembaga yang memiliki fungsi-fungsi tersendiri dan bergerak di dalam suatu mekanisme. Adapun faktor penegak hukum atau dapat pula disebut komponen struktur hukum, meliputi : 1. Badan pembentuk undang-undang atau lembaga legislatif.

2. Aparat-aparat penegak hukum dalam arti sempit, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Penasehat Hukum dan Pengadilan.

3. Aparat Pelaksana Pidana.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa faktor penegak hukum merupakan tempat kita menggantungkan harapan bagaimana suatu sistem hukum itu seharusnya bekerja (law in the books) dan bagaimana bekerjanya suatu sistem hukum dalam kenyataan (law in action). Di sini berlaku adagium yang

berbunyi, bahwa “baik buruknya sesuatu tergantung pada baik buruknya manusianya”. Dalam kerangka penegakan hukum pidana, hal ini mengandung makna bahwa baik buruknya penegakan hukum pidana tergantung kepada baik buruknya aparat penegak hukum.

b. Faktor Nilai

Faktor nilai merupakan sumber dari segala aktivitas dalam penegakan hukum pidana. Jika nilainya baik, maka akan baik pula penegakan hukum pidana, demikian pula sebaliknya, jika nilainya buruk, maka akan buruk pula penegakan hukum pidana. Hal ini menunjukkan betapa urgennya kedudukan nilai dalam mewujudkan penegakan hukum pidana yang baik.


(29)

Sejauh mana urgensi nilai dalam mewujudkan penegakan hukum pidana yang baik, Soerjono Soekanto (Firganefi, 1998 : 7) menyatakan :

“Jika komponen yang bersifat struktural (penegak hukum) dapat kita ibaratkan sebagai suatu mesin, maka komponen kedua (nilai) dapat kita ibaratkan sebagai bensin, yang merupakan penggerak dari mesn tadi. Jika bensin yang kita pakai untuk mengisi mesin tadi adalah bensin campuran, maka hal ini akan mempengaruhi daya laju mesin tadi.”

Faktor nilai akan membentuk pemahaman dan sikap para penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya menegakan hukum pidana, baik mengenai bagaimana suatu sistem hukum itu seharusnya bekerja (law in the books), maupun tentang bagaimana bekerjanya suatu sistem hukum dalam kenyataan

(law in action).

c. Faktor Substansi Hukum

Faktor substansi hukum merupakan hasil aktual (output) yang sekaligus merupakan dasar bagi bekerjanya sistem hukum dalam kenyataan. Baik buruknya suatu substansi hukum tergantung kepada baik buruknya sikap para penegak hukum, sedangkan baik buruknya sikap para penegak hukum tergantung kepada baik buruknya nilai-nilai yang diterima dan dipahami oleh para penegak hukum.

Substansi hukum pada hakikatnya sangat ditentukan oleh baik buruknya nilai yang diterima dan dipahami oleh para penegak hukum. Jadi, sebagai hasil aktual dan bekerjanya sistem hukum, maka substansi hukum pada hakikatnya


(30)

merupakan aktualisasi nilai-nilai yang diterima dan dipahami oleh para penegak hukum.

Adapun substansi hukum di bidang hukum pidana meliputi :

1. Hukum pidana tertulis yang mencakup hukum pidana material, hukum pidana formal, dan hukum pelaksana pidana.

2. Hukum pidana tidak tertulis.

C. Tindak Pidana Kelalaian

Kejahatan menganai kelalaian diatur dalam BAB XXI Buku II KUHP. Pada umumnya bagi tindak pidana yang masuk kategori kejahatan diperlukan adanya unsur kesengajaan, tetapi untuk tindak pidana tertentu sudah dapat dipidana, walaupun kesalahan yang dilakukan berbentuk kealpaan. Kealpaan merupakan bentuk kesalahan yang lebih ringan daripada kesengajaan.

Arti kata culpa adalah “kesalahan pada umumnya”, tetapi dalam ilmu pengetahuan hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan si pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang berhati-hati sehingga akibat yang tidak disengaja terjadi.29

Seperti di atas telah dikatakan, biasanya tindak pidana berunsur kesengajaan. Akan tetapi, ada kalanya suatu akibat dari suatu tindak pidana begitu berat merugikan kepentingan seseorang, seperti kematian seorang manusia, sehingga dirasakan tidak adil, terutama oleh keluarga yang meninggal bahwa si pelaku yang 29

Wirjono Prodjodikoro. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Jakarta. Refika Aditama. hal 72.


(31)

dengan kurang hati-hati menyebabkan kematian itu tidak diapa-apakan / tidak mendapatkan proses hukum.

Alasan pembentuk undang-undang mengancam pidana perbuatan yang mengandung unsur kealpaan, dapat diketahui dari MvT sebagai berikut : “ada keadaan, yang sedemikian membahayakan keamanan orang atau barang, atau mendatangkan kerugian terhadap seseorang sedemikian besarnya dan tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga undang-undang juga bertindak terhadap kekurangan penghati-hati sikap sembrono (teledor), pendek kata terhadap kealpaan yang menyebabkan keadaan tersebut”.30

Maka, timbul adanya beberapa culpose delicten, yaitu tindak-tindak pidana yang berunsur culpa atau kurang berhati-hati. Akan tetapi hukumannya tidak seberat seperti hukuman terhadap doleuze delicten, yaitu tindak pidana yang berusur kesengajaan.

Menurut Van Hamel31, kealpaan mengandung dua syarat :

1. Tidak mengadakan penduga-duga sebagaimana diharuskan oleh hukum. 2. Tidak mengadakan penghati-hati sebagaimana diharuskan oleh hukum.

Tidak mengadakan penduga-duga itu ada 2 kemungkinan :

1. Terdakwa berpikir bahwa akibat tidak akan timbul karena perbuatannya, sedangkan pandangan itu ternyata tidak benar.

2. Terdakwa sama sekali tidak mempunyai pikiran bahwa akibat yang dilarang mungkin timbul karena perbuatannya.32

30

Tri Andrisman.op. cit.hal 116. 31


(32)

Selanjutnya menurut Nico Ngani tidak mengadakan penghati-hati ialah tidak mengadakan penelitian, kemahiran atau usaha pencegah yang ternyata pada waktu dilakukannya perbuatan itu dalam keadaan-keadaan yang tertentu atau dalam caranya melakukan perbuatan itu.33

Timbul pertanyaan sampai di manakah unsur kurang berhati-hati sehingga si pelaku harus dihukum. Hal kesengajaan tidak menimbulkan pertanyaan ini karena kesengajaan adalah berupa suatu keadaan batin yang tegas dari seorang pelaku. Lain halnya dengan kurang berhati-hati, yang sifatnya bertingakat-tingkat. Ada orang yang dalam melakukan sesuatu pekerjaan sangat berhati-hati, ada yang tidak begitu berhati-hati, ada yang kurang lagi, ada yang lebih kurang lagi, sehingga menjadi terlihat ugal-ugalan.

Menurut para penulis Belanda, yang dimaksudkan dengan culpa dalam pasal-pasal KUHP adalah kesalahan yang agak berat. Istilah yang mereka pergunakan adalah groce schuld(kesalahan kasar). Meskipun ukuran grove schuld ini sudah ada sekedar ancar-ancar bahwa tidak masuk culpa apabila seorang pelaku tidak perlu sangat berhati-hati untuk bebas dari hukuman.34

Kemudian disebutkan, bahwa secara merata di antara para penulis suatu pendapat bahwa untukculpaini harus diambil sebagai ukuran bagaimana kebanyakan orang dalam masyarakat bertindak dalam keadaan yang in concerto terjadi. Jadi,

32

Nico Ngani.op. cit.hal 106. 33

Ibid. hal 107. 34


(33)

tidaklah dipergunakan sebagai ukuran seorang yang selalu sangat berhati-hati, dan juga tidak seorang yang selalu serampangan dalam tindak-tanduknya.35

Macam-macam kelalaian menurut hukum positif Indonesia terbagi atas beberapa macam, di antaranya :

a. Pasal 188 KUHP, Kelalaian yang membahayakan kepentingan umum. b. Pasal 359 KUHP, Kelalaian yang menyebabkan kematian.

c. Pasal 360 KUHP, Kelalaian yang menyebabkan orang lain luka berat.

d. Pasal 409 KUHP, Kelalaian yang menyebabkan rusaknya fasilitas umum atau harta benda milik orang lain.

Pada Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 ayat (1) dan (2) KUHP tampak bermaksud untuk mendampingi Pasal 338 tentang pembunuhan dan Pasal 351 dan seterusnya tentang penganiayaan dalam arti bahwa yang dikenai hukuman pidana tidak hanya perbuatan menyebabkan mati atau luka orang lain dengan sengaja, tetapi juga dengan kesalahan(culpa)yang tidak merupakan kesengajaan.36

Akan tetapi, tidak semua perbuatan melukai orang dengan kesalahan dijadikan tindak pidana, yaitu hanya apabila ada luka berat yang artinya ditentukan dalam Pasal 90 KUHP, atau luka yang menyebabkan seseorang menjadi sakit atau sementara tidak dapat bekerja.

Menurut Wirjono Prodjodikoro, ada kalanya suatu culpa ditentukan tidak untuk akibat dari tindak pidana, tetapi mengenai hal yang menyertai akibat itu. Contohnya adalah Pasal 480 KUHP mengenai tindak pidana penadahan atau 35

Wirjono Prodjodikoro.loc. cit.

36

Wirjono Prodjodikoro. 2008.Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta. Refika Aditama. hal 79.


(34)

heling. Kini, dilarang seseorang membeli, menyewa, menukar, mengambil gadai, menerima sebagai hibah, atau menjual dengan tujuan mengambil keuntungan

(winstbejag) suatu barang yang ia tahu atau sepantasnya harus dapat mengira bahwa barang itu diperoleh dengan kejahatan.37

Perbuatan dengan akibatnya dapat dikatakan harus dengan sengaja, tetapi tentang asal barangnya ada dua alternatif, kesengajaan atau culpa. Tidak perlu orang tahu bahwa barangnya asal dari curian, misalnya, tetapi cukup apabila orang harus dapat mengira bahwa barang tersebut asalnya dari curian.

Kealpaan seseorang itu harus ditentukan secara normatif, dan tidak secara fisik atau psychis, maksudnya tidaklah mungkin diketahui bagaimana sikap batin seseorang yang seseungguhnya, maka haruslah ditetapkan dari luar bagaimana seharusnya ia berbuat dengan mengambil ukuran sikap batin orang pada umumnya apabila ada dalam situasi yang sama dengan si pembuat. Dengan demikian, seorang hakim juga tidak boleh mempergunakan sifatnya sendiri sebagai ukuran, melainkan sifat kebanyakan orang dalam masyarakat. Akan tetapi, praktis tentunya ada peranan penting yang bersifat pribadi sang hakim.

37


(35)

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan masalah yuridis normatif dan yuridis empiris:

1. Pendekatan Yuridis Normatif adalah melihat masalah hukum sebagai kaidah yang dianggap seseuai dengan penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif ini dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat teoritis yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari asas-asas hukum yang ada dalam teori / pendapat para sarjana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pendekatan Yuridis Empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara langsung terhadap objek penelitian tentang Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban.


(36)

B. Sumber dan Jenis Data

Data38 adalah gejala yang dihadapkan dan ingin diungkapkan kebenarannya adapun data yang digunakan dala penyusunan skripsi ini bersumber pada dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dari studi lapangan. Data Primer dalam penulisan ini diperoleh dengan mengadakan wawancara dengan Kepolisian, Kejaksaan dan Hakim mengenai Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur, dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari.

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersumber dari perundang-undangan antara lain :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang bersumber dari :

38


(37)

1. Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209).

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.

3. Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP.

c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang bersumber dari karya-karya ilmiah, bahan seminar, literatur dan pendapat para sarjana yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek sebagai keseluruhan sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Penyidik Kepolisian, Jaksa Penuntut, dan Hakim . Responden yang dijadikan sebagai sample dalam penelitian ini adalah :

Kepolisian Daerah Lampung Bagian Ditreskrimum : 1 Orang Kejaksaan Negeri Tanjung Karang : 1 Orang Pengadilan Negeri Kelasi I A Tanjung Karang : 1 Orang 3 Orang


(38)

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data yang diperlukan, ditempuh prosedur sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, mengutip bahan-bahan literatur, peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan materi pembahasan.

b. Studi Lapangan

Dilakukan untuk memperoleh data primer. Studi lapangan dilakukan dengan cara mengadakan wawancara (interview), yaitu pengumpulan data yang dilakuan dengan mengajukan pertanyaan lisan, dan juga dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan). Dilakukan secara langsung dengan tatap muka antar si pencari data dengan sumber data. Dalam melakukan wawancara akan dilakukan pada 1 (satu) orang Polisi di Polda Lampung, 1 (satu) orang Jaksa di Kejaksaan Negeri Tanjung Karang, dan 1 (satu) orang Hakim di Pengadilan Negeri Kelasi I A Tanjung Karang.

2. Pengolahan Data

Dari data yang diperoleh baik dari hasil kepustakaan maupun di lapangan maka pengolahan data dilakukan dengan mneggunakan metode-metode sebagai berikut :

a. Editing, adalah kegiatan memeriksa, mengoreksi data yang didapat untuk menentukan perlu atau tidaknya data tersebut sebagai data yang terplih


(39)

merupakan data yang benar-benar memberikan jawaban terhadap permasalahan.

b. Sistematika, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap-tiap pokok bahasan secara sistematika sehingga memudahkan editing data.

E. Analisis Data

Data penulisan dipergunakan metode analisis data secara kualitatif sebagai analisis utamannya, analisis kualitatif yaitu dengan cara menguraikan hasil penelitian secara sistematis sehingga memperoleh arti dan kesimpulan untuk menjawab permaslahan berdasarkan penelitian.


(40)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam hal penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian dalam kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban melalui jalur penal, dapat dilakukan dengan menerapkan Pasal 359 dan Pasal 360 ayat (1) dan (2) KUHP, selain itu munculnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga dapat diterapkan. Kemudian upaya-upaya non-penal yang dapat dilakukan adalah berupa pemilihan suatu sistem hukum dalam penegakan hukum untuk mencapai suatu keadilan, dan tindakan pencegahan dari kepolisian berupa pemberian informasi dan penegasan kepada tiap-tiap pihak yang ingin mengadakan suatu kegiatan keramaian yang mengumpulkan massa agar dapat mematuhi dan tidak melanggar ketentuan suatu penyelenggaraan kegiatan yang mengumpulkan massa yang telah diberikan.

2. Faktor-faktor penghambat penegakan hukum terhadap tindak pidana kelalaian dalam kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban pada skripsi ini adalah :


(41)

a. Faktor penegak hukum, kurangnya kesadaran dari aparat penegak hukum untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.

b. Faktor intervensi politik

Terkadang pelaku tindak pidana kelalaian di atas merupakan orang yang berpengaruh, atau memiliki kerabat serta rekan bisnis seorang yang memiliki pengaruh besar sehingga dalam penyidikannya berlangsung sulit dan mendapatkan intervensi.

c. Faktor Mafia Hukum

Tingkat kesejahteraan para penegak hukum yang di bawah standar menjadi celah untuk melakukan tawar menawar oleh pelaku tindak pidana, dan menyebabkan timbulnya para mafia ini.

B. Saran

Berdasarkan penelitian dan wawancara penulis dengan beberapa responden, maka penulis dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Mengenai upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana kelalaian dalam kegiatan yang mengumpulkan massa dan menimbulkan korban dapat diterapkan sanksi-sanksi yang tegas dan lebih berat sehingga dapat mencegah terjadinya tindak pidana kelalaian yang dipandang hukumannya lebih ringan dan memenuhi rasa keadilan serta kepastian hukum, penegakan hukum secara non-penal dapat dilakukan dengan memberikan informasi-informasi penting mengenai suatu penyelenggaraan kegiatan keramaian yang baik kepada masyarakat umum melalui seminar-seminar dan menggunakan sistem hukum


(42)

restorative justice pada suatu tindak pidana yang akibat dari tindak pidana tersebut masih dapat diperbaiki.

2. Perlu adanya peningkatan kualitas para aparat penegak hukum, baik buruknya suatu peraturan hukum tergantung kepada baik buruknya aparat penegak hukumnya. Meskipun hukumnya baik, tetapi jika para penegaknya tidak baik, maka penegakannya pun tidak akan baik, demikian pula sebaliknya.

3. Perlu adanya peningkatan pemahaman nilai yang baik mengenai penegakan hukum, sehingga dapat membentuk sikap para penegak hukum mengenai bagaimana suatu sistem hukum itu seharusnya bekerja.


(43)

(Skripsi)

Oleh

ALVO GUNTARA HERMAWAN

BAGIAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(44)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...8

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual...9

E. Sistematika Penulisan ...14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban...17

B. Faktor-Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa Dan Menimbulkan Korban ...19

C. Tindak Pidana Kelalaian ...22

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah...27

B. Sumber dan Jenis Data ...28

C. Penentuan Populasi dan Sampel...29

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...30

E. Analisis Data ...31

IV. PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ...32

B. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Kelalaian Dalam Kegiatan Yang Mengumpulkan Massa dan Menimbulkan Korban...33


(45)

V. Penutup

A. Kesimpulan ...54 B. Saran ...55


(46)

A. Buku Literatur

Ahmad, Hamzah & Nanda Santoso. 1996. Kamus Pintar Bahasa Indonesia.Fajar Mulya. Surabaya.

Andrisman, Tri. 2007. Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana.Citra Aditya. Bandung.

Firganefi 1998.Politik Hukum Pidana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Format Penulisan Karya Ilmiah. 2008. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hamzah, Andi. 1994.Asas-Asas Hukum Pidana,PT Rineka Cipta. Jakarta.

Husin, Kadri. 2011. Buku Ajar: Sistem Peradilan Pidana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Husin, Sanusi 1991.Penuntun Praktis Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Lamintang, PAF. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indoensia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Marwan, M. & Jimmy P. 2009. Kamus Hukum: Dictionary of Law Complete Edition. Reality Publisher. Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno. 2003. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty. Yogyakarta.

Moeljatno. 2002.Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

---. 2005.Ilmu Sosial Budaya Dasar.Citra Aditya Bakti. Bandung. Ngani, Nico. 1984.Sinerama Hukum Pidana.Liberty, Yogyakarta.

Poerwardaminta, WJS. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka. Jakarta.


(47)

---. 2008.Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Refika Aditama. Jakarta. Rahardjo, Satjipto. 1986.Ilmu Hukum,Bandung, Alumni.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta.

---, 1983. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Di Indonesia.

Sinar Grafika. Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo 1998,Metode Penelitian dan Jurimetri, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Wojowasito, S. 1999. Kamus Bahasa Indonesia Lembaga Bahasa Nasional.C.V. Pengarang. Malang.

B. Perundang-Undangan

Juklak Kapolri Nomor : JUKLAK/02/XII/1995, tanggal 29 Desember 1995 tentang Perizinan dan Pemberitahuan Kegiatan Masyarakat.

Kep.Kapolri Nomor : KEP/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, Perihal Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Sekitarnya

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP

C. Internet

http://jaringnews.com/keadilan/umum/5919/polisi-tetapkan-satu-tersangka-kisruh-penjualan-blackberry-murah, 22 Maret 2012, pukul 14.54 WIB

http://www.suaramerdeka.com/harian/0612/21/nas01.html, 24 Oktober 2012, 09.00 WIB


(48)

Oleh

Alvo Guntara Hermawan

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(49)

YANG MENGUMPULKAN MASSA DAN MENIMBULKAN KORBAN Nama Mahasiswa : Alvo Guntara Hermawan

No Pokok Mahasiswa : 0812011113 Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Diah Gustiniati., S.H.,M.H. Tri Andrisman., SH., MH Nip.19620817198703 2 003 Nip.19611231198903 1 023

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati M., S.H.,M.H. Nip. 19620817198703 2 003


(50)

1. Tim Penguji

Ketua : Diah Gustiniati., S.H.,M.H. ………..

Sekretaris/Anggota : Tri Andrisman., SH., MH ……….

Penguji Utama : Firganefi, S.H.,M.H. .………...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H.,M.S. Nip. 19621109198703 1 003


(51)

Blaze is always flareup

(Alvo Guntara Hermawan)

Waktu Berjalan Begitu Cepat Ketika Kita Menunda

Pekerjaan Kita, Ia Akan Berjalan Lamban Ketika Kita

Menyegerakan Pekerjaan Kita Dan Menyelesaikannya

Tepat Waktu

(Alvo Guntara Hermawan)

Ketika Kita Mulai Mempercayai Sesuatu, Akan Ada

Banyak Hal Yang Datang Untuk Menguji Apa Yang

Kita Percayai


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Literatur

Ahmad, Hamzah & Nanda Santoso. 1996. Kamus Pintar Bahasa Indonesia.Fajar Mulya. Surabaya.

Andrisman, Tri. 2007. Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 1998. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana.Citra Aditya. Bandung.

Firganefi 1998.Politik Hukum Pidana. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Format Penulisan Karya Ilmiah. 2008. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hamzah, Andi. 1994.Asas-Asas Hukum Pidana,PT Rineka Cipta. Jakarta.

Husin, Kadri. 2011. Buku Ajar: Sistem Peradilan Pidana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Husin, Sanusi 1991.Penuntun Praktis Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Lamintang, PAF. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indoensia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Marwan, M. & Jimmy P. 2009. Kamus Hukum: Dictionary of Law Complete Edition. Reality Publisher. Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno. 2003. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty. Yogyakarta.

Moeljatno. 2002.Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

---. 2005.Ilmu Sosial Budaya Dasar.Citra Aditya Bakti. Bandung. Ngani, Nico. 1984.Sinerama Hukum Pidana.Liberty, Yogyakarta.

Poerwardaminta, WJS. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka. Jakarta.


(2)

Prodjodikoro, Wirjono. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Refika Aditama. Jakarta.

---. 2008.Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Refika Aditama. Jakarta. Rahardjo, Satjipto. 1986.Ilmu Hukum,Bandung, Alumni.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta.

---, 1983. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo 1998,Metode Penelitian dan Jurimetri, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Wojowasito, S. 1999. Kamus Bahasa Indonesia Lembaga Bahasa Nasional.C.V. Pengarang. Malang.

B. Perundang-Undangan

Juklak Kapolri Nomor : JUKLAK/02/XII/1995, tanggal 29 Desember 1995 tentang Perizinan dan Pemberitahuan Kegiatan Masyarakat.

Kep.Kapolri Nomor : KEP/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, Perihal Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Sekitarnya

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP

C. Internet

http://jaringnews.com/keadilan/umum/5919/polisi-tetapkan-satu-tersangka-kisruh-penjualan-blackberry-murah, 22 Maret 2012, pukul 14.54 WIB

http://www.suaramerdeka.com/harian/0612/21/nas01.html, 24 Oktober 2012, 09.00 WIB


(3)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KELALAIAN DALAM SUATU KEGIATAN YANG MENGUMPULKAN

MASSA DAN MENIMBULKAN KORBAN

Oleh

Alvo Guntara Hermawan

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

KELALAIAN DALAM KEGIATAN YANG MENGUMPULKAN MASSA DAN MENIMBULKAN KORBAN

Nama Mahasiswa : Alvo Guntara Hermawan No Pokok Mahasiswa : 0812011113

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Diah Gustiniati., S.H.,M.H. Tri Andrisman., SH., MH Nip.19620817198703 2 003 Nip.19611231198903 1 023

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

Diah Gustiniati M., S.H.,M.H. Nip. 19620817198703 2 003


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Diah Gustiniati., S.H.,M.H. ………..

Sekretaris/Anggota : Tri Andrisman., SH., MH ……….

Penguji Utama : Firganefi, S.H.,M.H. .………...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H.,M.S. Nip. 19621109198703 1 003


(6)

MOTTO

Blaze is always flareup

(Alvo Guntara Hermawan)

Waktu Berjalan Begitu Cepat Ketika Kita Menunda

Pekerjaan Kita, Ia Akan Berjalan Lamban Ketika Kita

Menyegerakan Pekerjaan Kita Dan Menyelesaikannya

Tepat Waktu

(Alvo Guntara Hermawan)

Ketika Kita Mulai Mempercayai Sesuatu, Akan Ada

Banyak Hal Yang Datang Untuk Menguji Apa Yang

Kita Percayai