Landasan Teori Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perkembangan Kelembagaan Leasing di Indonesia T2 322014010 BAB I

Dengan membuat periodisasi maka dapat di lihat terjadi pergeseran perekembanganperubahan peraturan kelembagaan perusahaan pembiayaan leasing dari tahun ke tahun. Dengan hal ini akan terjawab rumusan masalah perkembangan apa yang terjadi dalam kelembagaan leasing dari sebelum tahun 1973 sampai sekarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan 2 dua manfaat: 1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum khususnya hukum bisnis salah satunya kegiatan sewa guna usaha leasing dalam kaitannya dengan perkembangan peraturan leasing. Penelitian ini berfokus pada perkembangan peraturan leasing yang menurut penulis dinilai memiliki nilai yang menjadi dasar terjadinya perubahan dari peraturan yang lama ke yang baru, sehingga penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan secara akademisi dalam pengembangan ilmu hukum. 2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan evaluasi bagi pembuat peraturan untuk lebih cermat dalam merancang dan mengeluarkan suatu produk peraturan agar senantiasa tidak bermasalah dalam penerapannya.

E. Landasan Teori

Teori dalam penelitian ini adalah Teori perkembangan hukum. Sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman bahwa perubahan hukum akan mengikuti perkembangan dan bergantung pada perubahan sosial. 6 Demikian bahwa hukum berkembang sejalan dengan perkembangan kondisi di masyarakat juga. Selanjutnya Friedman menjelaskan bahwa secara teoritis perubahan hukum dapat dilihat dari empat tipe perubahan, menurut titik awal perubahannya dan titik dampak akhirnya. 1. Perubahan yang berawal dari luar sistem hukum, yakni, dari masyarakat, tetapi mempengaruhi sistem hukum saja dan berakhir di sana seperti sebuah peluru yang ditembakkan dan sampai ke sasarannya. 2. Perubahan yang berawal dari luar sistem hukum dan melewati sistem hukum tersebut dengan atau tanpa proses internal tertentu kemudian sampai ke titik dampak di luar sistem hukum, yakni, di masyarakat. 3. Perubahan yang berawal dari sistem hukum dengan menghasilkan dampak di dalam sistem hukum juga. 4. Perubahan yang berawal dari dalam sistem hukum, kemudian menebus sistem hukum tersebut dengan dampak akhir di luarnya, yakni, di masyarakat. 7 Kelembagaan berasal dari kata lembaga 8 , yang berarti aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu 6 Lawrence M. Friedman, Terjemahan oleh M. Khozim, Nusa Media, 2009, h. 353. 7 Ibid., h. 353-354. anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok social yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor social, politik dan ekonomi. 9 Kelembagaan, institusi, pada umumnya lebih di arahkan kepada organisasi, wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai wadah atau tempat, sedangkan pengertian lembaga mencakup juga aturan main, etika, kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau suatu sistem. Kelembagaan adalah sebagai aturan main rule of the game dalam masyarakat. Aturan main tersebut mencakup regulasi yang memaparkan masyarakat untuk melakukan interaksi. Kelembagaan dapat mengurangi ketidakpastian yang inheren dalam interaksi manusia melalui penciptaan pola prilaku. 10 Demikian bahwa lembaga hukum dapat diartikan sebagai aturan hukum atau hukum positif yang lahir untuk mengatur perilaku tertentu dalam kehidupan masyarakat. Dalam setiap kehidupan, hukum menjadi pegangan setiap orang agar hidup mereka aman dan nyaman tanpa gangguan dari orang lain, Oleh karena itu, lembaga-lembaga ekonomi juga harus di atur oleh hukum atau ada lembaga hukum yang melindungi baik pelaku ekonomi 8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “lembaga” antara lain diartikan sebagai 1 ‘asal mula yang akan menjadi sesuatu’; bakal binatang, manusia, tumbuhan’; 2 ‘bentuk rupa, wujud yang asli’; 3 ‘acuan, ikatantentang mata cincin dsb’; 4 ‘badan organisasi yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usaha; dan 5 ‘pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan. 9 http:mardianpratama10.blogspot.co.id, di kunjungi pada tanggal 19 juli pukul 10. 29. 10 Ahmad Erani Yustika, Op. Cit., h. 26. maupun kegiatan ekonomi itu sendiri agar pada prosesnya lembaga- lembaga tersebut dapat terlaksana dengan baik. Sehingga tuntutan yang terjadi dalam bidang ekonomi akan menghasilkan perubahan di bidang lembaga hukum. 11 Pengertian lembaga hukum kelembagaan diberi predikat sebagai kerangka hukum atau hak-hak alamiah natural rights yang mengatur tindakan individu. Kelembagaan dimengerti sebagai apapun yang berhubungan dengan “prilaku ekonomi” economic behavior. Kelembagaan akan lebih akurat bila didefinisikan sebagai aturan- aturan. Kelembagaan sebagai aturan main rule of the game dalam masyarakat. Kelembagaan bisa dipilah dalam dua klasifikasi. Pertama, bila berkaitan dengan proses, maka kelembagaan merujuk kepada upaya untuk mendesain pola interaksi antara pelaku ekonomi sehingga mereka bisa melakukan kegiatan transaksi. Kedua, jika berhubungan dengan tujuan, maka kelembagaan berkonsentrasi untuk menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan struktur kekuasaan ekonomi, politik, dan sosial antara pelakunya. 12 Fiedman mengatakan bahwa: Peraturan-peraturan berubah ketika latar belakang sosialnya berubah. 13 Dengan kata lain bahwa lembaga hukum akan mengalami perubahan seiring dengan terjadinya perubahan dalam kelompok atau golongan masyarakat yang menjadi objek dari lembaga hukum tersebut yang dalam konteks penelitian ini yaitu para 11 Lawrence M. Fiedman, Op. Cit., h. 361. 12 Ibid., h. 23-24. 13 Ibid., h. 401. pelaku usaha yang bergerak dalam bidang lembaga pembiayaan. Mereka naik dan turun seiring dengan naik dan turunnya kekuatan sosial, seperti sebuah gelombang pasang yang patuh kepada pengaruh terhadap kekuatan yang tidak kasat mata. 14 Lembaga pembiayaan financing institution adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan financing institution dalam kegiatan usahanya lebih menekankan pada fungsi pembiayaan. Kegiatan lembaga pembiayaan di atur dengan Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251 Tahun 1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Berdasarkan kedua peraturan tersebut yang dapat melakukan kegiatan dalam lembaga pembiayaan adalah bank, lembaga keuangan bukan bank, dan berbentuk badan Hukum Perseroan Terbatas. 15 Sewa guna usaha merupakan suatu equipment funding, yaitu kegiatan pembiayaan yang disediakan lessor dalam bentuk peralatan atau barang modal yang diperlukan oleh lessee guna menjalankan usahanya. Di Indonesia, secara formal keberadaan sewa guna usaha di Indonesia masih relative baru, yaitu dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan 14 Ibid., h. 401. 15 Sunaryo, Op. Cit., h. 12. Menteri Peradangan No. 122, No. 32, No. 30 Tahun 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. 16 Pengertian leasing sebagai lembaga hukum sewa guna usaha leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa antara lessor dengan lessee. Objek sewa guna usaha adalah barang modal, dan pihak lessee mempunyai hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dengan hal ini leasing merupakan lembaga privat dimana perubahan kelembagaan dianggap sebagai dampak dari perubahan kepentingankonfigurasi pelaku ekonomi. Perubahan kelembagaan sengaja didesain untuk memengaruhi mengatur kegiatan ekonomi. Pada posisi ini, kelembagaan ditempatkan secara aktif sebagai instrumen untuk mengatur kegiatan ekonomi. 17 Dengan demikian perkembangan lembaga hukum dalam bidang pembiayaan akan berubah mengikuti gejolak pelaku usaha leasing.

F. Metode Penelitian