Menteri Peradangan No. 122, No. 32, No. 30 Tahun 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.
16
Pengertian leasing sebagai lembaga hukum sewa guna usaha leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal, baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala. Sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa antara lessor dengan
lessee. Objek sewa guna usaha adalah barang modal, dan pihak lessee mempunyai hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dengan hal
ini leasing merupakan lembaga privat dimana perubahan kelembagaan dianggap sebagai dampak dari perubahan kepentingankonfigurasi
pelaku ekonomi. Perubahan kelembagaan sengaja didesain untuk memengaruhi mengatur kegiatan ekonomi. Pada posisi ini,
kelembagaan ditempatkan secara aktif sebagai instrumen untuk mengatur kegiatan ekonomi.
17
Dengan demikian perkembangan lembaga hukum dalam bidang pembiayaan akan berubah mengikuti
gejolak pelaku usaha leasing.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatik, dalam kategori dogmatik hukum. Artinya
16
Sunaryo, Op. Cit., h. 69.
17
Ibid.
bahwa penelitian dogmatik hukum adalah kegiatan ilmiah dalam rangka mempelajari isi sebuah tatanan hukum positif yang konkret.
18
Serta pembentukan hukum dalam rangka penyelesaian masalah hukum abstrak dan umum. Penelitian ini menggunakan penelitian dogmatik
atau normatif karena yang menjadi acuan analisis adalah Peraturan Leasing di Indonesia.
Sementara pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan statute approach. Pendekatan undang-undang
statute approach dilakukan dengan menelaah peraturan perundangan yang ada tentang leasing dan regulasi yang bersangkutan paut dengan
isu hukum yang sedang ditangani apakah ada konsistensi dan kesesusaian untuk memecahkan isu yang di hadapi.
19
Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, peneliti perlu mencari ratio logis dan dasar
ontologis lahirnya undang-undang tersebut. Dengan mempelajari ration logis, dan dasar ontologis suatu undang-undang, peneliti sebenarnya
mampu menangkap kandungan filosofi yang ada di belakang undang- undang itu, peneliti tersebut akan dapat menyimpulkan mengenai ada
tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isu yang di hadapi.
20
Oleh karena dalam pendekatan perundang-undangan penelitian bukan saja melihat kepada bentuk peraturan perundang-undangan saja,
melainkan juga menelaah materi muatan nya, perlu kiranya peneliti mempelajari dasar ontologis lahirnya undang-undang, landasan
18
Titon Slamet Kurnia dkk, Pendidikan Hukum, Ilmu Hukum Penelitian Hukum Di Indonesia Sebuah Reorientasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, h. 71.
19
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. VI, Kencana, Jakarta, 2010, h. 93.
20
Ibid.
filosofis undang-undang, dan ratio logis dari ketentuan undang- undang.
21
2. Bahan Hukum