PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA (STUDI KOMPARATIF TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 78 TAHUN 1958 , UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1967 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007)

(1)

i

ABSTRAK

PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

(STUDI KOMPARATIF TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 78

TAHUN 1958 , UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1967 DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007)

Oleh :

RAHANDINI WORO PATITIS

Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan

nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna mengejar

ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju baik yang ada di kawasan

regional maupun kawasan global. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

mengenai pengaturan penanaman modal berdasarkan pada Undang-Undang

Nomor 78 Tahun 1958, Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Ruang lingkupnya meliputi, dasar ditetapkannya,

hak dan kewajiban bagi para penanam modal, fasilitas yang didapatkan oleh

penanam modal, serta pengaturan hak atas tanah dalam dalam Undang-Undang

Nomor 78 Tahun 1958, Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif. Pendekatan

normatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dimana pengumpulan dan

penyajian data dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan

teori-teori serta peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan dengan

pokok bahasan penulisan skripsi ini.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa dasar ditetapkannya

Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 adalah untuk mempercepat pembangunan

ekonomi Indonesia serta memperbesar produksi nasional guna mempertinggi

tingkatan penghidupan rakyat, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 adalah

untuk memenuhi kebutuhan akan modal guna pembangunan nasional dan

menghindarkan keragu-raguan pihak modal asing, Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 adalah untuk kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan

pembangunan hokum nasional, khususnya di bidang penanaman modal. Hak dan

kewajiban bagi penanam modal baru diatur selengkapnya dalam Undang-Undang


(2)

ii

Nomor 25 Tahun 2007. Ketentuan mengenai fasilitas penanaman modal, baru

diatur pada tahun 2007 yaitu di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 mengatur ketentuan hak atas tanah yang

berkaitan dengan penanaman modal asing tunduk pada peraturan

perundang-undangan ini. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 menjelaskan bahwa untuk

keperluan hak atas tanah bagi perusahaan modal asing dapat diberlakukan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 menjelaskan bahwa ketentuan mengenai hak atas tanah dalam kaitannya

dengan penanaman modal tunduk pada peraturan perundang-undangan ini saja.

Namun setelah adanya Judicial Review oleh MK, maka segala peraturah hak atas

tanah dikembalikan pada UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria

(UUPA).


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju baik yang ada di kawasan regional maupun kawasan global. Adapun salah satu sumber dana utama guna memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan nasional tersebut diperoleh melalui kegiatan penanaman modal atau investasi.

Menurut Hendrik Budi Untung (2010: 48), mengingat akan begitu besarnya peran penanaman modal atau investasi bagi pembangunan nasional, maka sudah sewajarnya penanaman modal atau investasi mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan menjadi bagian yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional. Sebab dengan adanya kegiatan penanaman modal atau investasi Indonesia dapat mengolah segala potensi ekonomi yang ada menjadi kekuatan ekonomi riil.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan Daerah,


(4)

penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.

Bagi negara-negara berkembang, untuk bisa mendatangkan investor setidaktidaknya dibutuhkan tiga syarat, yaitu pertama, ada economic opportunity (investasi mampu memberi keuntungan secara ekonomis bagi investor); kedua, political stability (investasi akan sangat dipengaruhi stabilitas politik); ketiga, legal certainty atau kepastian hukum. Dari ketiga faktor diatas dapat dikatakan bahwa faktor kepastian hukum (legal certainty) merupakan faktor yang paling sering dijadikan dasar pertimbangan utama bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan penanaman modal atau investasi di suatu negara.

Investor mempunyai kepentingan serta tujuan dalam menanamkan modalnya dan dalam usaha mempertahankan kepentingan serta tujuan tersebut instrumen hukum adalah alatnya. Adapun yang dimaksud dengan hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang merupakan tujuan, tetapi sarana atau alat untuk mencapai tujuan yang sifatnya nonyuridis dan berkembang karena ransangan dari luar hukum. Faktor-faktor di luar hukum itulah yang membuat hukum itu dinamis. Menurut Hulman Panjaitan dan Anner Mangatur Sianipar (2008: 1), pembangunan instrumen hukum penanaman modal atau investasi di Indonesia, pemerintah untuk pertama kalinya membuat Rancangan Penanaman Modal Asing


(5)

(RUU PMA) pada tahun 1952 pada masa Kabinet Ali Sastromidjojo I, untuk kedua kalinya pada masa Kabinet Ali Sastromidjojo II pada tahun 1953, namun RUU PMA tersebut ditolak oleh parlemen. RUU PMA tersebut pada dasarnya bertujuan untuk melakukan pembatasan-pembatasan tertentu supaya anggapan negatif terhadap keberadaan modal asing dapat dieliminir. Kemudian baru pada tahun 1958 pada masa Kabinet Karya, Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing.

Seiring dengan berjalannya waktu Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 dicabut dan digantikan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang penanaman modal hal ini menjadi latar belakang lahirnya Undang-Undang Penanaman Modal yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.


(6)

Kesemua peraturan perundang-undangan tersebut telah digantikan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pembentukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga dapat mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanaman modal, bidang usaha serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam peraturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, serta fasilitas penanam modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi pelaksanaan dan kebijakan penanaman modal yang didalamnya mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.

Salah satu hal yang diatur dalam undang-undang penanaman modal adalah masalah hak dan kewajiban, fasilitas yang diberikan dan pengaturan mengenai hak atas tanah untuk penanaman modal. Hal ini pula yang menjadi latar belakang penulis untuk melakukan studi dengan judul: Penanaman Modal Asing di Indonesia (Studi Komparatif Terhadap Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007).


(7)

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Pada suatu penelitian perlu adanya suatu perumusan masalah agar penelitian tersebut terlaksana dengan baik dan terarah tepat sasaran, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan saya bahas di dalam skripsi ini dan berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan perumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah pengaturan penanaman modal berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007?

Berdasarkan permasalahan di atas, maka ruang lingkup skripsi ini termasuk pada studi hukum perdata ekonomi khususnya hukum penanaman modal. Adapun ruang lingkup meliputi :

a. Dasar ditetapkan Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

b. Hak dan kewajiban bagi para penanam modal Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

c. Fasilitas yang didapatkan oleh penanam modal dalam Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

d. Pengaturan hak atas tanah dalam dalam Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.


(8)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan memahami tentang pengaturan penanaman modal berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Dengan ruang lingkup pembahasan :

a. Dasar ditetapkan Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. b. Hak dan kewajiban bagi para penanam modal Undang-Undang Nomor 78

Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

c. Fasilitas yang didapatkan oleh penanam modal dalam Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

d. Pengaturan hak atas tanah dalam dalam Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian ini adalah sebagai upaya pengembangan ilmu hukum perdata ekonomi khususnya mengenai hukum penanaman modal. Dan penulis berharap kiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk


(9)

memberikan masukan sekaligus menambah khasanah ilmu pengetahuan dan literatur dalam dunia akademis, khususnya tentang hal-hal yang berhubungan Penanaman Modal Asing di Indonesia (Studi Komparatif Terhadap Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007).

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberi pengetahuan tentang penelitian ini, yaitu :

1. Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan peneliti dalam bidang hukum perdata ekonomi khususnya hukum penanaman modal;

2. Sumbangan pemikiran, bahan bacaan dan sumber informasi serta sebagai bahan kajian lebih lanjtu bagi yang memerlukannya;

3. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(10)

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik dan Macam-Macam tentang Penelitian Perbandingan Hukum

1. Karakteristik Penelitian Perbandingan Hukum

Menurut Sjahran Basah (1994: 7), perbandingan merupakan suatu metode penyelidikan atau penelitian dengan mengadakan perbandingan di antara dua objek penyelidikan atau lebih untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang objek-objek yang diselidiki. Jadi, di dalam perbandingan ini terdapat objek yang hendak diperbandingakan yang sudah diketahui sebelumnya, akan tetapi pengetahuan ini belum tegas dan jelas.

Menurut Sunaryati Hartono (1976:12), melalui perbandingan dapat ditemukan unsur-unsur persamaan dan juga unsur-unsur perbedaan dari dua objek penelitian atau lebih. Jika terdapat titik persamaannya barulah akan dapat dicari perbedaan-perbedaannya. Mencari titik persamaan dinamakan menggolongkan dalam genus. Kalau dua hal atau lebih tersebut sudah ditentukan dalam genus yang sama barulah dapat dicari perbedaan-perbedaan yang ada untuk digolongkan dalam spesies.

Menurut Merryman (1974: 149), di dalam lapangan hukum mencari golongan genus dan spesies ini disebut mencari kualifikasi atau klasifikasi. Suatu penelitian


(11)

perbandingan hukum membutuhkan analisis yang didasarkan cara-cara berfikir sistematis yuridis. Dengan demikian, seorang peneliti yang hendak menggunakan metode penelitian perbandingan hukum harus menempuh beberapa tahapan sebagai berikut :

a. mengumpulkan informasi (data) empiris;

b. menguraikan secara sistematis semua informasi empiris tersebut sambil mencari persamaan dan perbedaannya antara pengaturan di dalam sistem hukum yang satu dan sistem hukum yang lain. Tahap ini merupakan tahap deskripsi;

c. melakukan analisis hukum berdasarkan uraian sitematis yuridis, sosiologis, historis dan filosofis dengan memperhatiakn semua aspek nonhukum dari hasil tahap 1 dan tahap 2 di atas;

d. melakukan evaluasi terhadap hasil dari ketiga tahap terdahulu. Evaluasi ini sangat bergantung kepada apa yang merupakan tujuan penelitian yang bersangkutan.

Menurut Kamba (1976: 174), menyusun berbagai tahapan dalam metode penelitian perbandingan hukum merupakan hal yang sulit karena masing-masing tahapan saling tumpang tindih akan tetapi kita masi dapat bedakan antara :

a. tahap deskriptif;

b. tahap penelitain mengenai masalah-masalah sosio ekonomi untuk mana dicarikan penyelesaian atau pengaturan hukumnya;

c. tahap penentuan persamaan dan perbedaan; d. tahap analisis.


(12)

Dalam menerapkan metode penelitian perbandingan hukum, seorang peneliti haruslah terlebih dahulu mengetahui apakah objek yang hendak dibandingkan itu memang benar-benar dapat dibandingkan atau tidak. Dengan kata lain, peneliti haruslah mencari comparability dari kedua atau lebih pranata hukum atau peraturan hukum yang hendak dibandingkan. Untuk menentukan comparability itu perlu dicari unsur-unsur persamaan antara kedua atau lebih pranata hukum yang akan dibandingkan itu. Persamaan ini dapat menyangkut struktur pranata tersebut, fungsinya, akibat hukum dan non hukum secara sekaligus, tetapi mungkin juga dapat dilihat persamaan-persamaannya hanya dalam strukturnya, fungsinya, ataupun akibat-akibatnya. Jadi, tingkat comparability suatu objek penelitian dapat berbeda-beda.

2. Macam-macam penelitian hukum

Menurut Sunaryati Hartono (1994: 171), pada dasarnya penelitian perbandingan hukum dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu :

a. Penelitian Perbandingan Hukum Fungsional

Penelitian jenis ini tugasnya adalah mencari cara bagaimana suatu peraturan atau pranata hukum dapat menyelesaikan suatu masalah sosial atau ekonomi, atau bagaimana suatu pranata hukum atau pengaturan suatu pranata sosial atau ekonomi dapat menghasilkan perilaku yang diinginkan. Dalam tahap penelitian sendiri, persamaan dan perbedaan harus dicari sebanyak mungkin, kemudian menganalisisnya, memahami serta menjelaskan mengapa terdapat persamaan dan perbedaan tersebut.


(13)

b. Penelitian Perbandingan Hukum Struktural

Penelitian perbandingan hukum struktural atau sistematik terutama berusaha untuk menyusun suatu sistem tertentu yang digunakan sebagai referensi dalam mengadakan perbandingan-perbandingan. Sistem termaksud dapat saja berupa sistem yang konkret, abstrak, konseptual, terbuka ataupun tertutup.

B. Pengertian dan Fungsi Penanaman Modal

1. Pengertian Penanaman Modal

Istilah investasi dan penanaman modal sudah sangat umum dikenal berbagai pihak, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan. Istilah investasi dipadankan dengan istilah penanaman modal, terutama bila merujuk kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing maupun Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.

Menurut AB Wiranata (2007: 41), istilah penanaman modal merupakan terjemahan dari kata investment, yang berasal dari bahasa Inggris. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “penanaman modal” atau “investasi”. Istilah investasi sering digunakan berkaitan dengan hubungan internasional, sedangkan istilah penanaman modal lebih sering ditemukan dalam berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagi Indonesian, rumusan pengertian penanaman modal dibedakan atas penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Ketentuan itu diatur


(14)

dalam 2 (dua) undang-undang secara terpisah, yang rumusannya masing-masing sebagai berikut :

a. UU Penanaman Modal Asing

Pasal 1 :

Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini dan yang akan digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.

b. UU Penanaman Modal dalam Negeri : Pasal 1 :

Modal Dalam Negeri adalah bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Pasal 2 :

Pengunaan dariapada kekayaan seperti tersebut dalam Pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini.


(15)

Rumusan Pasal 1 UU PMA mengandung beberapa pengertian pokok, yaitu : a. Penanaman modal yang dimaksud adalah penanaman modal secara langsung

(direct investment);

b. Penanaman modal dipergunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia; c. Timbulnya resiko dalam penanaman modal harus ditanggung oleh pemilik

modal secara langsung.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 1 Ayat (1), (2), (3):

(1) Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

(2) Penanaman Modal dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

(3) Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

2. Fungsi Penanaman Modal

Menurut AB Wiranata (2007: 22), kegiatan investasi pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan. Kebutuhan bagi siapa saja, kebutuhan bagi orang perseorangan, institusi, korporasi maupun masyarakat luas pada umumnya. Investasi menjadi


(16)

suatu kebutuhan karena investasi dapat menjadi salah satu metode/cara bagaimana menyiapkan masa depan yang belum pasti menjadi suatu kepastian. Investasi merupakan suatu tindakan “mengorbankan” uang sekarang dalam rangka memperoleh uang di masa mendatang sehingga masa depan menjadi lebih baik. Studi mengenai fungsi dan peran investasi dalam suatu negara menunjukan tingkat berimbang dan saling ketergantungan mengenai investasi dan ekses yang ditimbulaknnya. Pada umumnya studi-studi tersebut mengemukakan beberapa asumsi dasar, antara lain:

a. Tidak dapat disangkal bahwa investasi berperan positif bagi kegiatan perekonomian suatu negara;

b. Investasi menimbulkan akses tertentu baik dibidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan hukum;

c. Inventasi tidak mungkin ditolak hanya karena menimbulkan akses negatif; d. Terdapat urgensi perlunya manajemen investasi melalui instrument hukum

untuk meminimalisasi ekses yang ditimbulkan. Hal ini tidaklah berlebihan oleh karena investasi merupakan satu kebutuhan yang bersifat mendasar. Pemaknaan/pengertian serta keberadaan tentang penanaman modal erat kaitannya dengan teori yang dianut oleh negara penerima modal. Sedikitnya terdapat 3 (tiga) teori dasar berkaitan dengan hubungan antara negara penerima modal dengan penanaman modal khususnya penanaman modal asing, yaitu :

a. Teori Ekstrim

Teori ini menolak dan tidak menginginkan timbulnya ketergantungan negara terhadap penanaman modal, khususnya penanaman modal asing. Kelompok


(17)

ini dengan tegas menolak adanya penanaman modal asing, karena dianggap sebagai kelanjutan dari bentuk dan proses kapitalisme. Pelopor teori ekstrim antara lain Karl marx dan Robert Magdoff;

b. Teori Nasionalisme dan Populisme

Menurut teori ini, pada dasarnya terdapat kekhawatiran akan timbulnya dominasi penanaman modal asing. Modal asing sering memiliki posisi monopolis bahkan cenderung oligopolies pada pasar-pasar produksi di mana usaha penanaman modal itu berdomisili. Akan muncul pembangunan yang tidak seimbang yang akhirnya member kemakmuran pada segelintir orang dan kemelaratan pada sebagian lainnya. Oleh karena itu, harus dilakukan pembatasan ruang gerak sedemikian rupa sehingga modal asing tidak mempunyai posisi dominan. Pelopor teori ini nasionalisme dan populisme antara lain Streeten dan Stephen Hymer;

c. Teori Realistis

Teori ini melihat peranan penanaman modal asing secara ekonomi tradisional damn implikasi senyatanya. Teori ini menyadarkan analisisnya pada kondisi riil, di mana penanaman modal asing dapat membawa pengaruh pada perkembangan dan modernisasi ekonomi terhadap negara penerima modal asing. Ada atau tidak pengaturan dan fasilitas yang diberikan oleh negara penerima modal, tidaklah merupakan suatu permasalahana yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perkembangan modal asing. Pelopor teori realistis ini antara lain Raymond Vernon dan Charles P. Kindleberger.


(18)

C. Asas, Tujuan dan Jenis Penanaman Modal

Asas dan Tujuan Penanaman Modal menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 3 Ayat (1) dan (2):

(1) Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas : a. Kepastian hukum;

b. Keterbukaan; c. Akuntabilitas;

d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; e. Kebersamaan;

f. Efesiensi berkeadilan; g. Berkelanjutan

h. Berwawasan lingkungan i. Kemandirian; dan

j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (2)Tujuan penyelenggara penanaman modal, antara lain untuk :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b. Menciptakan lapangan kerja;

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. Meningkatkan kemampuan daya saig dunia usaha nasional; e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;


(19)

g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dan dalam negeri maupun dari luar negeri; dan

h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jenis-Jenis Penanaman Modal

Secara umum, kegiatan penanaman modal dapat diklasifikasikan dalam dua bagian besar, yaitu penanaman modal secara langsung (direct investment) atau disebut juga penanaman modal jangka panjang dan investasi tidak langsung (indirectinvestment) atau disebut juga portofolio investment.

Kedua hal ini akan diuraikan dalam penjelasan berikut :

a. Penanaman modal secara langsung (direct investment) atau disebut juga penanaman modal jangka panjang. Pemaknaan jenis penanaman modal secara langsung ini umumnya dikaitkan dengan keberadaan kegiatan pengelolaan modal. Kegiatannya dapat dilakukan dalam bentuk :

1) Mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) bersama-sama dengan mitra lokal;

2) Melakukan kerjasama kegiatan (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaan yang baru;

3) Mengkonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam

perusahaan lokal;

4) Memberikan bantuan teknis dan manajerial perusahaan (technical and management assistance)


(20)

b. Investasi tidak langsung (indirect investement) atau disebut juga portfolio investment. Jenis penanaman modal dalam konsep tidak langsung biasanya bercirikan :

1) Pemegang saham tidak memilik kontrol pada manajemen

perusahaan/perseroan dalam usaha sehari-hari;

2) Faktor resiko ditanggung sendiri oleh pemegang saham sehingga pada dasarnya dipastikan tidak mengganggu perusahaan dalam mengendalikan jalannya kegiatan;

3) Umumnya tidak dilindungi oleh hukum kebiasaan internasional yang umumnya berlaku (international customary law).

Bagi sebuah negara, investasi berkembang sejalan dengan kebutuhan negara itu dalam melaksakan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Penghimpunana dana untuk membiayai pembangunana bagi negara sedang berkembang mengalami kendala dalam rendahnya tabungan masyarakat. Salah satu penyebab adalah masih rendahnya pendapatan per kapita masyarakat. Di sisi lain, tabungan pemerintah juga sering belum mencukupi. Selain itu, kegiatan penanaman modal juga terjadi sebagai konsekuensi berkembangnya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan. Tidak pernah ada suatu negara manapun di muka bumi ini yang mampu membangun dirinya tanpa melibatkan ketergantungan dengan negara lain.


(21)

D. Hak Atas Tanah

Setelah berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 16 UUPA adalah :

1. Hak Milik

Pengertian Hak Milik tercantum dalam Pasal 20 UUPA :

Hak Milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. Dari pengertian tersebut hak milik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Turun Temurun; b. Terkuat;

c. Terpenuh;

d. Dapat beralih dan dialihkan;

e. Dapat dibebani kredit dengan dibebani hak Tanggungan; f. Jangka waktunya tidak terbatas.

Menurut Pasal 21 UUPA yang dapat mempunyai hak milik adalah : a. Warga Negara Indonesia;

b. Badan-badan hukum tertentu;

c. Badan-badan hukum yang bergerak dalam lapangan.

sosial dan keagamaan sepanjang tanahnya dibuat untuk itu. Ada dua cara terjadinya dan cara mendapatkan Hak Milik, cara pertama dengan peralihan (beralih atau dialihkan), hal ini berarti ada pihak yang kehilangan dan pihak lain mendapatkan suatu Hak Milik. Selain cara tersebut, UUPA menentukan cara


(22)

kedua yaitu dengan menurut Hukum Adat, dengan penetapan pemerintah dan karena Undang-undang, (Pasal 22 UUPA).

Dalam Pasal 27 UUPA disebutkan tentang hal-hal yang menyebabkan hapusnya Hak Milik, apabila :

a. tanahnya jatuh kepada negara :

1. karena pencabutan berdasarkan Pasal 18 (UU Nomor 2 Tahun 1961);

2. karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya (keppres Nomor 55 Tahun (1993);

3. karena diterlantarkan;

4. karena ketentuan Pasal 21 Ayat (3) dan Pasal 26 Ayat (2) UUPA. b. tanahnya musnah.

2. Hak Guna Usaha

Hak Guna Usaha adalah hak atas tanah bagi pemegangnya guna mengusahakan tanah disektor pertanian, peternakan, atau perikanan atas tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (Pasal 28 Ayat (1) UUPA), Hak Guna Usaha hanya dapat diberikan atas tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Misalnya melalui pelepasan hak atas tanah, bangunan, dan tanaman diatasnya kepada Negara sesuai peraturan perundang-undangan (Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996).

Secara umum hak guna usaha dapat diberikan kepada subyek hak dengan luas paling sedikit 5 hektar dalam jangka waktu 25 tahun dan perpanjangan 25 tahun, dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain atau dijadikan jaminan utang melalui pembebanan hak tanggungan (Pasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30 ayat (1)


(23)

UUPA jo. Pasal 2, 8,15,16 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996) Orang perorangan hanya dapat mempunyai hak guna usaha maksimum 25 hektar, sedangkan luas maksimum untuk badan hukum masing-masing ditetapkan oleh Menteri (Pasal 5 PP Nomor 40 Tahun 1996). Sedangkan badan hukum asing dapat mempunyai hak guna usaha melalui penanaman modal asing bersifat patungan didirikan menurut hukum Indonesia berkedudukandi Indonesia.

Sebelum berakhir jangka waktu hak guna usaha dapat diperpanjang dan jika telah berakhir hanya dapat diajukan permohonan baru, sepanjang pemegang hak masih memenuhi syarat dan tanahnya masih diusahakan secara layak, dengan catatan bahwa harus sesuai dengan perkembangan rencana penggunaan dan peruntukan tanah bersangkutan pada saat itu (Pasal 9 PP Nomor 40 tahun 1996) Hak Guna Usaha yang tidak lagi diusahakan pemegangnya maka dalam jangka waktu satu tahun harus melepaskan atau mengalihkan haknya kepada negara atau pihak lain, dengan sanksi bahwa haknya hapus demi hukum, sedangkan bangunan, tanaman dan benda-benda diatasnya dapat dibongkar sendiri ataupun diganti rugi oleh negara, nilainya diputuskan oleh Presiden (Pasal 30 Ayat (2) UUPA Jo Pasal 18 PP Nomor 40 Tahun 1996).

Hak Guna Usaha hapus karena : a. Jangka waktunya berakhir;

b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi;

c. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; d. Dicabut untuk kepentingan umum;


(24)

e. Diterlantarkan; f. Tanahnya musnah;

g. Ketentuan dalam Pasal 30 Ayat (2) UUPA. 3. Hak Guna Bangunan

Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. (Pasal 35 UUPA) Hak Guna Bangunan diberikan dengan luas tidak melebihi batas maksimum jangka waktu paling lama 30 tahun dan perpanjangan 20 tahun, dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain serta dijadikan jaminan utang melalui pembebanan Hak Tanggungan (Pasal 35 sampai dengan Pasal 39 UUPA jo Pasal 19, Pasal 25, Pasal 33 dan Pasal 34 PP Nomor 40 Tahun 1996)

Pasal 36 UUPA yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan ialah: a. Warga Negara Indonesia;

b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

Hapusnya Hak Guna Bangunan disebutkan dalam Pasal 40 UUPA, Hak Guna Bangunan hapus karena:

a. Jangka waktu berakhir;

b.Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi;

c. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir; d. Dicabut untuk kepentingan umum;


(25)

e. Diterlantarkan; f. Tanahnya musnah;

g. Ketentuan dalam Pasal 36 Ayat (2) UUP 4. Hak Pakai

Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini. (Pasal 41 UUPA). Yang dapat mempunyai Hak Pakai ialah : a. Warga Negara Indonesia;

b. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;

c. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

d. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.

Hak Pakai dapat beralih dan dialihkan sepanjang dimungkinkan dalam perjanjian oleh para pihak yang bersangkutan dengan ketentuan bahwa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari penguasa hak atas tanahnya, dalam hal ini persetujuan dari penguasa hak atas tanahnya, dalam hal ini persetujuan tertulis dari pemegang hak miliknya atau pemegang hak pengelolaannya atau atas tanah Negara dengan ijin tertulis dari pejabat berwenang (Pasal 43 UUPA jo Pasal 54 PP Nomor 40 Tahun 1996).


(26)

5. Hak Sewa Untuk Bangunan

Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia berhak mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa (Pasal 44 UUPA). Pasal 45 UUP yang dapat hak sewa bangunan, ialah:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;

c. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

d. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia. 6. Hak Membuka Tanah dan Memungut Hasil Hutan

Hak yang diberikan hanya kepada Warga Negara Indonesia untuk membuka tanah dan memungut hasil hutan yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah ( Pasal 46 UUPA ).

7. Hak Guna Air, Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan

Hak guna air ialah hak memperoleh air untuk keperluan tertentu dan/atau mengalirkan air itu di atas tanah orang lain. Hak guna air serta pemeliharaan dan penangkapan ikan diatur dengan Peraturan Pemerintah ( Pasal 47 UUPA).

8. Hak Guna Ruang Angkasa

Hak yang memberikan wewenang untuk mempergunakan tenaga dan ruang angkasa guna usaha-usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan bumi, air serta kekayaan alam dan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 48 UUPA).


(27)

9. Hak-hak Tanah Untuk Keperluan Suci dan Sosial

Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi. Badan-badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud dalam Pasal 4 UUPA dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dengan Hak Pakai. Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 47 UUPA).

E. Hak dan Kewajiban Hukum Penanam Modal

Hak adalah sesuatu yang benar dan sungguh-sungguh ada atau kekuasaan yang benar-benar milik, kepunyaan, kewenangan dan mempunyai wewenang untuk mempergunakan. Kewajiban adalah suatu keharusan yang harus dilaksanakan. Jadi yang dimaksud dengan Hak dan Kewajiban penanam modal asing adalah sesuatu kekuasaan, milik, kepunyaan, wewenang yang dimiliki penanam modal asing untuk mempergunakan dan di imbangi dengan keharusan yang harus dilaksanakan oleh si penanam modal asing tersebut.


(28)

F. Kerangka Pikir UUD 1945 DEMOKRASI EKONOMI HUBUNGAN BANGSA EKONOMI GLOBAL UNDANG-UNDANG NO 1

TAHUN 1967

UNDANG-UNDANG NO 78 TAHUN 1958

UNDDANG-UNDANG NO 25

TAHUN 2007

PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING

Ragaan 1 : Alur Kerangka Pikir Penelitian

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan perUndang-Undangan di Indonesia, dan merupakan dasar terbentuknya Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. Dengan adanya demokrasi ekonomi yang terjadi di Indonesia dampak dari demokrasi ekonomi tersebut dalah pengembangan ekonomi seluas-luasnya di segala bidang perekonomian di Indonesia. Dengan adanya ekonomi global maka sangat diperlukannya kerjasama bilateral dan multilateral antara Indonesia dan negara-negara lain, guna memajukan perekonomian di Indonesia tersebut. Sehingga peluang penanam modal asing masuk di Indonesia semakin besar dan berkembang sangat pesat, hal tersebut merupakan dampak dari demokrasi


(29)

ekonomi dan ekonomi global. Maka dari itu menjaga keteraturan dan ketertiban penanaman modal asing di Indonesia, pemerintah Indonesia membuat peraturan perUndangan yaitu Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967, dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Undang-Undang tersebut menjadi pengaturan dalam penanaman modal asing di Indonesia.


(30)

III. METODE PENELITIAN

Menurut Abdulkadir (2004: 57), metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.

A. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan ini menggunakan jenis penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari, melihat dan menelaah mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berkenaan dengan penanaman modal asing di Indonesia (Studi Komparatif Terhadap Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007). Tipe penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis, yaitu menganalisis dan memaparkan secara lengkap, jelas dan terinci mengenai perundang-undangan Republik Indonesia khususnya yang berkaitan dengan penanaman modal.


(31)

B.Pendekatan Masalah

Pendeketan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan komparatif, yaitu membandingkan tiga objek penelitian dengan menganalisa Undang-Undang Penanaman Modal.

C. Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah melalui penelitian kepustakaan (Library Research) untuk mendapatkan konsep-konsep, teoriteori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual dari peneliti pendahulu baik yang berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.

Sumber data kepustakaan diperoleh dari : 1. Bahan Hukum Primer, terdiri dari :

a. Norma atau kaedah dasar ; b. Peraturan dasar ;

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penanaman modal di Indonesia beserta peraturan-peraturan terkait lainnya. Bahan hukum primer meliputi:

1) Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing.

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.


(32)

2. Bahan Hukum Sekunder, seperti : hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, majalah dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan-bahan primer, sekunder dan tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. Selanjutnya Situs Web juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini.

D. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, serta Analisis Data 1. Prosedur Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan studi pustaka, studi dokumen, dan studi catatan hukum. Pustaka yang dimaksud terdiri dari perundang-undangan dan buku karya tulis bidang hukum. Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library Research), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.


(33)

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data yang dikehendaki terkumpul, baik dari studi kepustakaan, maka data dapat diproses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Klasifikasi data yaitu mengelompokan data-data dengan bidang pokok bahasan sehingga data yang diperoleh benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.

b. Sistematika data yaitu menyusun data menurut tata urutan yang sesuai dengan konsep, tujuan, dan bahasan kemudian disusun secara sistematis.

3. Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif dilakukan dengan cara menguraikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun secara sistematis, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang akan diteliti, sehingga ditarik suatu kesimpulan dengan berpedoman pada cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian disimpulkan secara umum.


(34)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Dasar ditetapkannya Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 adalah untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia serta memperbesar produksi nasional guna mempertinggi tingkatan penghidupan rakyat, sangat diperlukan modal. Dasar ditetapkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 dikarenakan perlu diadakan ketentuan-ketentuan yang jelas untuk memenuhi kebutuhan akan modal guna pembangunan nasional, disamping menghindarkan keragu-raguan dari pihak modal asing. Dasar ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 dikarenakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 perlu diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang penanaman modal.

2. Pada Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 belum terdapat ketentuan yang mengatur tentang hak dan kewajiban bagi penanam modal. Pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 sudah terdapat ketentuan tentang kewajiban bagi penanam modal yang tertuang dalam BAB X undang-undang tersebut, namun pengaturan tentang hak bagi penanam modal belum diatur dalam peraturan perundang-undangan ini. Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 sudah


(35)

terdapat ketentuan tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab bagi penanam modal.

3. Ketentuan mengenai fasilitas penanaman modal, baru diatur pada tahun 2007 yaitu di dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 20 BAB X Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal demikian menjelaskan bahwa, undang-undang penanaman modal memang mengalami perkembangan, dimana pada Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 ketentuan tentang fasilitas penanaman modal belum diatur.

4. Ketentuan tentang hak atas tanah dalam Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 terdapat pada Pasal 6 sampai dengan Pasal 9. Dengan kata lain, maka hak atas tanah yang berkaitan dengan penanaman modal asing tunduk pada peraturan perundang-undangan ini. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 merumuskan ketentuan tentang hak atas tanah di dalam Pasal 14, yang mana dijelaskan bahwa untuk keperluan hak atas tanah bagi perusahaan modal asing dapat diberlakukan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka dapat diketahui bahwa, peraturan mengenai hak atas tanah bagi keperluan perusahaan modal asing menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku khusus mengatur tentang hak atas tanah di Indonesia, yakni Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 merumuskan ketentuan hak atas tanah pada Pasal 22 dalam BAB X Fasiltas Penanaman Modal, dimana segala ketentuan mengenai hak atas tanah dalam kaitannya dengan penanaman modal tunduk pada peraturan perundang-undangan ini saja, karena rumusan Pasal 22 sudah menjelaskan dan


(36)

menggolong-golongkan segala ketentuan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah bagi penanam modal. Namun, berdasarkan adanya masukan pertimbangan hasil Judicial Review oleh Mahkamah Konstitusi terhadap pasal yang berkaitan dengan pemberian hak-hak atas tanah kepada investor dinilai bertentangan dengan UUD 1945, maka pengaturan mengenai perpanjangan hak-hak atas tanah dikembalikan lagi ke Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria.

B. Saran

1. Kepada Dewan Perwakilan Rakyat hendaknya agar lebih memperhatikan perkembangan penanaman modal dan menyesuaikan dengan merevisi Undang-Undang Penanaman Modal yang berlaku saat ini agar disesuaikan dengan perkembangannya, serta kepada Pemerintah diharapkan agar cermat dalam mengawasi pelaksanaan hak dan kewajiban bagi penanam modal di Indonesia untuk perekonomian dan segala aset yang ada di Indonesia.

2. Pemerintah dan masyarakat harus lebih bekerja sama dalam mengembangkan Indonesia di mata dunia agar penanam modal asing dapat tertarik dengan fasilitas yang ada di Indonesia sehingga dapat membantu percepatan perekonomian di Indonesia, dan terhadap pengaturan hak atas tanah bagi penanam modal harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah agar lahan Indonesia tetap terjaga kelestarian dan kepemilikannya.


(37)

TAHUN 1958 , UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1967 DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007)

(Skripsi)

RAHANDINI WORO PATITIS

0852011171

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG


(38)

Halaman

ABSTRAK

...

i

HALAMAN JUDUL

...

iii

HALAMAN PENGESAHAN

...

iv

RIWAYAT HIDUP

...

v

MOTTO

...

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

...

vii

SANWACANA

...

viii

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...

1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...

5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...

6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik dan Macam-Macam Tentang Penelitian

Perbandingan Hukum...

7

B. Pengertian dan Fungsi Penanaman Modal ...

11

C. Asas, Tujuan dan Jenis Penanaman Modal ...

16

D. Hak Atas tanah...

19

E. Pengertian Hak dan Kewajiban Penanam Modal...

25


(39)

A. Jenis dan Tipe Penelitia ...

28

B. Pendekatan Masalah...

29

C. Jenis dan Sumber Data...

29

D. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, serta Analisis Data ...

30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Penetapan Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 ...

32

B. Hak dan Kewajiban Para Penanam Modal Pada

Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang-Undang-Undang

Nomor 1Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007...

37

C. Fasilitas Bagi Penanam Modal Yang Terdapat Dalam

Ketentuan Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 ...

45

D. Pengaturan Hak Atas Tanah Dalam Undang-Undang

Nomor 78 Tahun 1958, Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 ...

50

V.

PENUTUP

A. Kesimpulan ...

61

B. Saran ...

63

DAFTAR PUSTAKA

...

64

LAMPIRAN

A. Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 ...

66

B. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 ...

73


(40)

Halaman

Ragaan 1 : Alur Kerangka Pikir Penelitian ...

26


(41)

Halaman

Tabel 1 : Perbandingan Dasar ditetapkan UU Penanaman Moda

l …….. 35

Tabel 2 : Perbandingan Hak dan Kewajiban Bagi Penanam Modal ...

42

Tabel 3 : Perbandingan Fasilitas Bagi Penanam Modal...

49

Tabel 4 : Perbandingan Hak Atas Tanah...

58


(42)

1. Buku-Buku

Abdulkadir, Muhammad. 2004.

Hukum dan Penelitian Hukum.

CV Citra Aditya

Bakti. Bandung.

Anonim. 2008.

Format Penulisan Karya .1lmiah.

Universitas Lampung. Bandar

Lampung

Basah, Sjachran. 1994.

Hukum Tata Negara Perbandingan.

Alumni. Bandung

Budi Untung, Hendrik. 2010.

Hukum Investasi. Sinar Grafika

. Jakarta.

Hartono, Sunaryati. 1976.

Capita selecta Perbandingan Hukum

.

Alumni. Bandung

Hartono, Sunaryati. 1994.

Peneliti Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20.

Alumni. Bandung

Kamba, W. J. 1974.

Comparative Law: A Theoretical Framework. International and

Comparative Law Quarterly

.

Merryman. M. 1974.

Comparative Law and Scientific :Explanation North American

Report for the Lirth Congress of Comparatuve Law.

Teheran

Panjaitan, H dan Sianipar,AM. 2008.

Hukum Penanaman Modal Asing

. CV Indhill

Co. Jakarta

Wiranata AB, I Gede. 2007.

Kajian

Hukum Penanaman Modal.

Universitas

Lampung. Bandar Lampung

2. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 138, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia 1725)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2043)


(43)

Lembaran Negara Republik Indonesia 2818)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia 4724)


(44)

TAHUN 1958 , UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1967 DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007)

Oleh:

Rahandini Woro Patitis

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(45)

UNDANG NOMOR 78 TAHUN 1958 ,

UNDANG-UNDANG

NOMOR

1

TAHUN 1967

DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007)

Nama Mahasiswa

:

Rahandini Woro Patitis

No. Pokok Mahasiswa

: 0852011171

Bagian

: Hukum Perdata

Fakultas

: Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. I Gede AB Wiranata, SH., M.H.

Yennie Agustin M.R, S.H.,M.H.

NIP 19621109 198811 1 001

NIP 19710825 199720 2 001

2. Ketua Bagian Hukum Perdata

Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum.

NIP 19580527 198403 1 001


(46)

1. Tim Penguji

Ketua

:

Prof. Dr. I Gede AB Wiranata, SH., M.H

………

Sekretaris/Anggota :

Yennie Agustin M.R, S.H., M.H.

………

Penguji Utama

:

Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum.

………

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S.

NIP 19621109 198703 1 003


(47)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 23 Agustus 1990

merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak

Restu Widodo, S.H dan Ibu Sutarmi. Pendidikan yang telah

diselesaikan oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 2

(TELADAN) Rawa Laut Bandar Lampung Tahun 2002, Sekolah Menengah

Pertama Negeri 3 Teluk Betung Bandar Lampung Tahun

2005, lalu penulis

melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung Tahun 2008.

Tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung. Pada Tahun 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Kampung Karang Agung Kec. Way Tenong Kab. Lampung Barat, Lampung.


(48)

Selesai Karena Diperjuangkan, Tidak dengan Menyerah

(Silca Ariani Jasib Bustam)

Berdiri Pada Tempat, Waktu, dan Keadaan yang Tepat

(Jasib Bustam)


(49)

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Kedua orangtuaku tercinta Bapak Restu Widodo, S.H dan Ibu Sutarmi, sebagai

wujud bakti pengabdian dan tanda kasih sebagai anak yang paling bahagia di

dunia.

Adik perempuanku tercinta Dinda Puspa Antika, semoga kakak bisa menjadi

contoh yang baik dan benar bagi Dinda.


(50)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah, Allah telah

memberikan segala kesempurnaan, kebahagiaan, kemudahan, dan kesempatan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penanaman

Modal Asing di Indonesia (Studi Komparatif Terhadap Undang-Undang

Nomor 78 Tahun 1958, Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007)

,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Terkhusus rasa cinta yang setulusnya kepada kedua orangtuaku, terima kasih

telah melahirkan, membesarkan, menjaga, mendidik, membimbing serta

memberikan fasilitas hidup yang sangat baik.

2.

Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.


(51)

Hukum Universitas Lampung.

4.

Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum

Perdata Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. I Gede AB Wiranata, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing I

yang telah sangat membantu dengan meluangkan waktu ditengah-tengah

kesibukannya dalam memberikan masukan, pengarahan, ide perbaikan judul,

langkah-langkah penulisan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Yennie Agustin M.R, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

sangat membantu dalam memberikan bimbingan dan semangat disela-sela

kesibukannya.

7. Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembahas I, yang telah

bersedia menjadi pembahas dengan memberikan kritik dan saran yang sangat

baik terhadap penulisan skripsi, sehingga saya dapat memperbaiki dan

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kasmawati, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembahas II, yang telah memberikan

kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini.

9.

Ibu

Marindowati S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik yang selalu

bersedia meluangkan waktu dalam membantu proses perkuliahan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

10. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung.

11. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Hukum Universitas Lampung.

12. Ferry Kurniawan, terima kasih atas dukungannya untuk mengerjakan skripsi

ini hingga terselesaikan skripsi ini.


(52)

telah menjadi teman diskusi dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai),

Congbe Asri Rejeki Utami (teman serta asisten pribadiku berjuang

menghadapi kehidupan ini), Selvi Wirda Alana Dona Sandi (terima kasih

dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada ku hingga skripsi ini

selesai).

14. Seluruh teman-teman pada Fakultas Hukum Universitas Lampung terkhusus

Angkatan 2008, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas segala bentuk kebaikan kalian dengan kebaikan

yang lebih besar. Amin.

Bandar Lampung, 5 April 2012

Penulis


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 23 Agustus 1990 merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Restu Widodo, S.H dan Ibu Sutarmi. Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 2 (TELADAN) Rawa Laut Bandar Lampung Tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Teluk Betung Bandar Lampung Tahun 2005, lalu penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung Tahun 2008. Tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada Tahun 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Karang Agung Kec. Way Tenong Kab. Lampung Barat, Lampung.


(2)

MOTTO

Selesai Karena Diperjuangkan, Tidak dengan Menyerah (Silca Ariani Jasib Bustam)

Berdiri Pada Tempat, Waktu, dan Keadaan yang Tepat (Jasib Bustam)


(3)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Kedua orangtuaku tercinta Bapak Restu Widodo, S.H dan Ibu Sutarmi, sebagai wujud bakti pengabdian dan tanda kasih sebagai anak yang paling bahagia di dunia.

Adik perempuanku tercinta Dinda Puspa Antika, semoga kakak bisa menjadi contoh yang baik dan benar bagi Dinda.


(4)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah, Allah telah memberikan segala kesempurnaan, kebahagiaan, kemudahan, dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penanaman Modal Asing di Indonesia (Studi Komparatif Terhadap Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958, Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Terkhusus rasa cinta yang setulusnya kepada kedua orangtuaku, terima kasih telah melahirkan, membesarkan, menjaga, mendidik, membimbing serta memberikan fasilitas hidup yang sangat baik.

2. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(5)

3. Bapak Hi. Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. I Gede AB Wiranata, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah sangat membantu dengan meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya dalam memberikan masukan, pengarahan, ide perbaikan judul, langkah-langkah penulisan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu Yennie Agustin M.R, S.H.,M.H., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah

sangat membantu dalam memberikan bimbingan dan semangat disela-sela kesibukannya.

7. Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembahas I, yang telah bersedia menjadi pembahas dengan memberikan kritik dan saran yang sangat baik terhadap penulisan skripsi, sehingga saya dapat memperbaiki dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kasmawati, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembahas II, yang telah memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini.

9. Ibu Marindowati S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik yang selalu bersedia meluangkan waktu dalam membantu proses perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. 11. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Hukum Universitas Lampung.

12. Ferry Kurniawan, terima kasih atas dukungannya untuk mengerjakan skripsi ini hingga terselesaikan skripsi ini.


(6)

13. Seven icons congebelle : Kakak Silca Ariani Jasib Bustam (terim kasih kak telah menjadi teman diskusi dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai), Congbe Asri Rejeki Utami (teman serta asisten pribadiku berjuang menghadapi kehidupan ini), Selvi Wirda Alana Dona Sandi (terima kasih dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada ku hingga skripsi ini selesai).

14. Seluruh teman-teman pada Fakultas Hukum Universitas Lampung terkhusus Angkatan 2008, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas segala bentuk kebaikan kalian dengan kebaikan yang lebih besar. Amin.

Bandar Lampung, 5 April 2012 Penulis