Gambaran Prostitusi “Ayam Kampus”

31 BAB IV PRAKTEK PROSTITUSI

4.1 Gambaran Prostitusi “Ayam Kampus”

Prostitusi atau pelacuran merupakan salah satu bentuk penyakit sosial masyarakat yang harus diberantas sebagai sebuah perilaku yang menyimpang. Meskipun beberapa cara telah ditempuh oleh pemerintah dan aparat terkait untuk memberantas keberadaannya, tidak dipungkiri bahwa prostitusi masih ada dan terus tumbuh serta berkembang dalam masyarakat. Soedjono mendefinisikan prostitusi berasal dari kata prostituere bahasa Latin yang berarti menonjolkan diri dalam hal yang buruk atau tercela atau menyerahkan diri secara terang-terangan kepada umum. Di Indonesia istilah ini dikenal dengan “pelacuran” yang secara umum dapat diartikan sebagai penyerahan badan wanita dengan pembayaran, kepada orang laki-laki guna pemuasan nafsu seksual orang-orang itu Soedjono, 1973:115. SF Habeyb menyebutkan bahwa prostitusi berasal dari kata prostitutie Belanda yang berarti pelacuran, persundalan sebagai mata pencarian. Sedangkan seseorang yang melakukannya disebut prostitu’ee Perancis yang berarti pelacur atau perempuan sundal. Prostitusi yaitu pertukaran hubungan seksual dengan imbalan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan atau pelacuran Sudarsono, 1992:377. Dari beberapa pengertian tentang prostitusi diatas, penelitian ini sangat erat dengan dunia tersebut. Keberadaan germo yang memiliki “ayam kampus” merupakan bagian dari praktek prostitusi. Dimana dalam kesempatan ini, penulis melakukan penelitian mengenai fenemona “ayam kampus” yang ada di Salatiga. Dengan fokus penelitian mengenai komunikasi interpersonal germo kepada “ayam kampus”. Praktek prostitusi yang dilakukan oleh germo dan “ayam kampus” merupakan praktek yang terselubung atau diam-diam. Berbeda dengan praktek prostitusi di tempat pelacuran yang jelas nyata dan orang bisa dengan mudah 32 menemukannya. Tetapi untuk pratek “ayam kampus” ini, butuh perantara, yaitu germo , untuk bisa “menikmati” pelayanan dari “ayam kampus”. Salatiga adalah sebuah kota kecil yang berada di Jawa Tengah, tetapi memiliki beberapa universitas atau sekolah tinggi untuk menempuh jenjang diploma maupun sarjana. Seperti Universitas Kristen Satya Wacana, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMA, Akademi Kebidanan Ar-Rum, Akademi Kebidanan Bhakti Nusantara, LPK Amika Dharma Nusantara, LPK Yasa Luhur, Sekolah Tinggi Theologi Berea. Keberadaan beberapa kampus ini memungkin kan adanya keberadaan “ayam kampus”. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan melakukan wawancara kepada germo Luna, didapatkan hasil bahwa di Salatiga, tidak hanya Luna saja yang memiliki “ayam kampus”. Ada beberapa germo lain yang juga menjual jasa “ayam kampus” dimana mereka saling mengenal antara germo yang satu dengan germo yang lain. Tabel 4.1. Germo lain yang memiliki “ayam kampus” di Salatiga No. Nama bukan sebenarnya Jenis kelamin Pekerjaan 1. Mirna Perempuan Ibu Rumah Tangga 2. Ricka Pengelola kafe 3. Ajeng Germo 4. Johan Laki-laki Pengelola karaoke 5. Badi Satpam 6. Nugroho Satpam 7. Ijal Pengangguran 8. Sugeng Tukang pijit Dalam pekerjaannya, Luna dan germo lain saling bekerjasama, terutama dalam pemberikan servis kepada pelanggan yang menginginkan “ayam kampus”. 33 Apabila germo satu tidak mempunyai persediaan “ayam kampus” pada saat ada pelanggan yang membutuhkan, maka germo tersebut akan menghubungi germo la in yang mempunyai “ayam kampus” untuk meminjam dan kemudian dijual. Dari hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada germo Luna mempunyai 32 wanita pekerja seks. Latar belakang pekerjaan wanita ini berbeda-beda. Tidak semuanya bekerja atau berstatus sebagai seorang mahasiswi. 32 wanita ini masih aktif bekerja sebagai wanita pekerja seks dan berada di bawah naungan Luna. Tabel 4.2. Wanita Pekerja Seks yang berada di bawah Luna dan masih aktif No. Latar belakang pekerjaan Jumlah orang 1. Mahasiswi Aktif 5 2. SPG EventProduk 9 3. Pekerja Pabrik 2 4. Pelayan Kafe 1 5. Pelayan Toko 4 6. Pengangguran 6 7. Single Parent 3 8. Ibu Rumah Tangga 2 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa hanya ada 5 orang yang merupakan mahiswi aktif sehingga bisa disebut sebagai “ayam kampus”. “Ayam kampus” tersebut tidak semua berasal dari Salatiga, tetapi berasal dari Semarang, Palembang, Purwodadi dan Blora. Keberadaan mereka di Salatiga karena sedang menimba ilmu dibeberapa kampus yang ada di Salatiga. 34 Tabel 4.3. “Ayam kampus” yang berada di bawah Luna No. Nama bukan sebenarnya Usia Universitas dirahasiakan Asal daerah Semester 1 Indah 20 A Semarang 5 2 Desi 19 A Palembang 3 3 Wina 22 A Purwodadi - 4 Risma 19 B Blora - 5 Dina 23 C Salatiga 6 Tidak semua kampus yang ada di Salatiga terindikasi memiliki “ayam kampus”. Dari data di atas, “ayam kampus” yang dimiliki oleh Luna hanya berasal dari 3 kampus saja. Sedikitnya jumlah “ayam kampus” yang dimiliki oleh Luna dikarenakan dalam perekrutan “ayam kampus”, Luna tidak melakukan publikasi melalui broadcast messege atau iklan tertentu. Melainkan melaui mulut ke mulut. Biasanya, “ayam kampus” yang sudah mengenal Luna mengajak temannya yang lain dan dikenalkan dengan Luna. Melaui proses bertemu secara langsung dan pendekatan dengan calon “ayam kampus” untuk mengetahui latar belakangnya, hingga akhirnya Luna bisa menerima seorang mahasiswi menjadi “ayam kampus” yang berada di bawah naungannya. Melalui sebuah proses komunikasi, germo Luna berhasil menjaga para “ayam kampus” agar tetap berada di bawah naungannya. Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai strategi komunikasi apa saja yang dilakukan oleh Luna sehingga menghasilkan modal sosial yang digunakan Luna dalam menjalankan bisnisnya. Sebelum membahas strategi komunikasi apa saja yang digunakan oleh Luna, peneliti akan me mbahas bagaimana profil germo dan “ayam kampus” yang peneliti amati.

4.2 Profil Germo dan “Ayam kampus”