15
A. Pengertian Sistem Pemberian Kredit
Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian Sistem Pemberian Kredit pada PT BPR Rejeki Insani Cabang Klaten. Untuk memberikan gambaran agar
lebih jelas, sebelumnya penulis akan menguraikan pengertian tentang sistem dan kredit.
Secara umum pengertian sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan suatu dengan lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai
tujuan tertentu Mulyadi, 1993 : 2. Sedangkan pengertian Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa
untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh Manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan Mulyadi, 1993 : 3.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Indonesia Pasal 1, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan Tawaf, Tjukria Prihadi, 1999.
Istilah Kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Karena itu pihak yang berhasil memperoleh kredit berarti pihak
tersebut memperoleh kepercayaan dari pihak pemberi kredit, dalam hal ini khususnya PT BPR Rejeki Insani Cabang Klaten.
Dari pengertian tentang sistem dan kredit yang sudah disebutkan di atas, maka Sistem Pemberian Kredit adalah rangkaian cara pemberian kredit yang
16
diberikan kepada calon debitur yang meliputi pengajuan kredit sampai kredit dicairkan oleh pihak bank.
Sistem Pemberian Kredit yang baik akan dapat membantu Manajemen dengan memberikan informasi sehingga Manajemen bisa mengembangkan sistem
tersebut menjadi lebih baik mengenai mutu atau ketepatan penyajian. Juga bermanfaat untuk Sistem Pengendalian Intern yaitu untuk memperbaiki tingkat
keandalan informasi. Menurut Teguh Pudjo Muljono 1990 : 11, untuk dapat melaksanakan
kegiatan perkreditan secara sehat telah dikenal adanya prinsip 5C yaitu : 1.
Character Yaitu sifat atau watak dari nasabah yang mengajukan permohonan kredit.
2. Capacity
Yaitu kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegitan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank.
3. Capital
Yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki aleh calon debitur. 4.
Collateral Yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur
sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. 5.
Condition of Economi Yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang
mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu
17
kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.
Menurut Mulyadi 1993 : 166, unsur pokok sistem pengendalian intern adalah :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. 3.
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi seperti :
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaianya
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. b.
Pemeriksaan mendadak. c.
Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi.
d. Perputaran jabatan.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. 4.
Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Menurut `Thomas Suyatno dkk 1995 : 15, secara umum dapat
dikemukakan bahwa kebijakan kredit perbankan adalah sebagai berikut :
18
1. Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang
diprioritaskan. 2.
Setiap kredit harus diikat dengan suatu perjanjian kredit akad kredit. 3.
Overdarft penarikan uang dari bank melebihi saldo giro atau melebihi plafon kredit yang disetujui dilarang.
4. Pemberian kredit untuk pembayaran kembali kepada pemerintah dilarang
kredit untuk membayar pajak dan bea cukai. 5.
Kredit tanpa jaminan dilarang pertimbangan keamanan dan safety. Untuk mengetahui ketepatan Sistem Pemberian Kredit maka diadakan
analisis yang mengacu pada pembahasan, sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan. Sehingga pihak manajemen bisa mengurangi atau menghilangkan
kelemahan tersebut.
B. Tujuan Penyusunan Sistem Pemberian Kredit