laporan pratikum pole and line

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Sulawesi Utara, khususnya Bitung merupakan salah satu tempat produksi perikanan yang ada di belahan timur Indonesia, dimana tempat ini memiliki dermaga perikanan yang baik sekaligus tempat pelelangan ikan yang strategis. Dengan kondisi dinamis tersebut, maka kami taruna diberi kesempatan untuk turun langsung dilapangan dan bersosialisasi dengan pengelolah perikanan dalam hal ini nelayan untuk mengamati jalannya proses pra produksi, produksi sampai pada penanganan hasil tangkapan.

Sesuai dengan kalender praktek kerja lapangan dan merupakan suatu program yang ada di SUPM NEGERI LADONG, bahwa taruna dalam semester II akan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan II (PKL II) yang berorientasi pada produksi perikanan, khususnya kapal penangkap ikan dengan alat tangkap Pole and Line atau Huhate.

Dengan demikian, Praktek Kerja Lapangan II yang dilaksanakan ini dapat

menumbuhkan semangat dan kepribadian yang cinta akan laut dan jiwa bahari yang tinggi untuk meningkatkan kompetensi sebagai lulusan SUPM Negeri Ladong yang berkualitas, bermutu dan cerdas mengelolah lautan.

1.2 Tujuan

1. Siswa dapat mendeskripsikan hasil pengamatan dan praktek dilapangan melalui Laporan Praktek Kerja Lapangan II.

2. Siswa dapat mempelajari dan mendeskripsikan perfoma sub sistem produksi pada perusahaan perikanan khususnya Pole and Line.

3. Siswa dapat mempelajari, mendeskripsikan dan melakukan operasi produksi pada perusahaan penangkapan ikan Pole and Line.

4. Menambah jam berlayar untuk para siswa.


(2)

2.1 Letak Geografis

Letak dan Luas Wilayah

Kota Bitung terletak pada posisi geografis diantara 1023’23‘’ – 1035’39” LU dan 12501‘43 ‘’ – 125018’13’’BT dan luas wilayah daratan 304 km2.

2.2 Batas Wilayah

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Laut Maluku,

Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Likupang dan Kecamatan Dimembe (Kabupaten Minahasa Utara),

Sebelah Timur berbatasan dengan : Laut Maluku dan Samudera Pasifik

Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara). (sumber, http://www.bitung.go.id/index__.php?m=tentang_bitung&src=letak_geografis)


(3)

daratan yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0-150, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta pemukiman.

Di bagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Di bagian selatan terdapat Pulau Lembeh yang keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, hortikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.

(sumber, http://www.bitung.go.id/index__.php? m=tentang_bitung&src=letak_geografis)

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Persiapan

Sebelum berlayar diadakan persiapan–persiapan di darat, diawali dengan mempersiapkan segala keperluan yang berhubungan dengan pengoperasian pole and line yang meliputi :

1. Menyiapkan surat atau dokumen kapal : a. Surat izin berlayar


(4)

d. Surat ukur Kapal e. Daftar sijil Awak kapal 2. Menyiapkan alat dan bahan :

a. Mengisi air tawar

b. Mempersiapkan pembekalan makanan c. Mengisi persediaan es balok

d. Mengisi bahan bakar minyak e. Mengatur alat tangkap

3. Mempersiapkan alat navigasi dan alat bantu navigasi a. Kompas

b. Global Position System (GPS) c. Radio Telefon (SSB)

d. VMS Transmitter

4. Mempersiapkan alat bantu lainya a. Keranjang

b. Ember

c. Sibu-sibu besar dan keci

5. Memeriksa kondisi mesin, a. Motor induk

- Mengecek bahan bakar tangki induk dan tangki harian. - Mengecek Oli

- Mengecek filter minyak/saringan minyak - Mengecek water coller/air pendingin - Membuka kran air pendingi

b. Motor listrik

- Mengecek bahan bakar motor listrik - Mengecek air pendingin

c. Motor pompa air, alkon - Mengecek bahan bakar


(5)

atau eksplorasi perikanan. (Pasal 1 Angka 8 UU Nomor 9 Tahun 1985 Tentang Perikanan).

b) Kapal Perikanan (2) adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. (Pasal 1 Angka 9 UU Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan).

c) Kapal Perikanan (3) adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,

pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan. (Pasal 1 Angka 9 UU Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan).

(sumber. http://penelitihukum.org/tag/pengertian-kapal-perikanan/) 3.2.2 Spesifikasi Kapal Pole and Line

Kapal pole and line umumnya telah dikenal oleh para nelayan sebagai kapal

Huhate karena dilengkapi dengan bak umpan hidup ( life baittank), sistem percikan air (spray water), Huhate (pole and line) dan palkah ikan (fish hold), namun penggunaan kapal tersebut oleh para nelayan masih secara tradisional, baik dari bentuk serta ukurannya masih belum sempurna, oleh karena rancang bangun kapal tersebut tanpa didukung dengan rancangan/ desain yang tepat dan cermat.

Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk yang strem line dan mampu berolah gerak, lincah dan tergolong kapal yang mempunyai speed service yaitu diatas 10 knot dengan stabilitas yang baik untuk mengejar gerombolan ikan, yakni kapal tersebut sambil olah gerak menangkap ikan, ( Direktorat Jenderal Perikanan, 1994).

Kapal huhate pada dasarnya digunakan untuk menangkap ikan tuna dan cakalang. Pada saat pelaksanaan penangkapan ikan nelayan atau awak kapal berada di lambung kapal atau para -para khusus dilambung kapal dan memancing ikan dengan menggunakan alat penangkap pole and line serta bersamaan dengan


(6)

pancing hal ini merupakan ciri khas dari kapal huhate. Kapal huhate biasa

digunakan untuk menanghkap atau memancing ikan cakalang yang terpikat dengan umpan hidup serta semprotan air, oleh karena itu kapal huhate harus dilengkapi dengan bak atau palkah penampung umpan hidup dan dibantu dengan sirkulasi air dan dilengkapai dengan moto rbantu untuk mengalirkan air sprayer atau semprotan: (sumber, http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/file/89/penangkapan-ikan-dengan-poleline.pdf/)

Table,01 spesifikasi kapal

NO Spesifikasi Keterangan

Nama Kapal KM . Sari Usaha 07

Alat Penangkapan Ikan Huhate ( pole and line)

Gross Tonnage 81 GT

Tenaga Pendorong 640 HP

Milik Frando Maringka

Sumber. KM.Sari Usaha 07

3.2.3 Struktur organisasi di atas Kapal

Struktur organisasi di atas Kapal (KM.Sari Usaha 07) di samping pengorganisasian di perusahaan terdapat juga struktur organisasi di laut (kapal). Struktur organisasi ini dibutuhkan dengan tujuan agar seluruh aktivitas di atas kapal dapat dilaksanakan dengan baik oleh masing - masing orang yang sudah ditempatkan dalam struktur organisasi tersebut. Dalam struktur organisasi KM. Sari Usaha 07 terdiri dari bagian dek dan mesin.


(7)

Berikut ini adalah struktur organisasi yang ada di KM.Sari Usaha 07: Tabel 02 Struktur organisasi:

3.3 ALAT TANGKAP

Huhate (pole and line) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang dapat diklasifikasikan sebagai alat pancing yang biasanya khusus dipakai dalam penangkapan ikan cakalang (katsuwonus pelamis). Alat tersebut digunakan secara perorangan, sehingga salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan

penangkapan ikan adalah ketrampilan individu awak kapal, dan masalah -masalah lainnya seperti tersedianya umpan hidup, kepadatan gerombolan ikan cakalang yang menjadi tujuan tangkap didaerah tersebut atau daerah penangkapan ikan pole and line. Hasil tangkap ikan-ikan pelagis, terutama ditujukan untuk menangkap ikan cakalang (katsuwonus) walaupun ada ikan tuna yang tertangkap.

Alat penangkap pole and line tersebut konstruksinya sangat sederhanadan hanya terdiri dari bagian – bagian sebagai berikut :

Nakhoda

KKM Mualim I

Juru Umpan Juru Mudi Marsinis

koki Oil Man


(8)

a) Joran atau galah, bagian ini terbuat dari bahan bambu yang cukup tua dan memiliki tingkat elastisitas yang tinggi atau ba ik, pada umumnya digunakan bambu yang berwarna kuning atau fibre glass. Panjang j oran berkisar 2 – 3,5 meter dengan diameter pada bagian pangkal 3 – 4 cm dan bagian ujung sekitar 1 – 1,5 cm. Sebagaimana telah banyak digunakan jaoran dari bahan sintetis plastik atau fibres. (sumber,

http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/file/89/penangkapan-ikan-denganpoleline.pdf/)

Gambar,02 Joran

b) Tali sekunder, dari bahan kawat baja (wire leader) dengan panjang berkisar 5 -15 cm yang terdiri 2 – 3 untai yang dipintal dengan diameter 1,2 mm. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terputusnya tali utama dengan mata pancing sebagai akibat dari gigitan ikan


(9)

Gambar,03 Tali Sekuder c) Tali utama (main line), terbuat dari bahan sintetis polyethy lene

(PE)monofilament atau multifilamentdengan panjang sekitar 1,5 – 2,5 meter yang disesuaikan dengan panjang joran yang digunakan, cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air. Diameter tali utama 0,2 – 0,5cm. Adapun gambar dari tali utama, seperti di bawah ini:

Gambar,04 tali utama

d) Mata pancing (hook) dimana ujungnya tidak berkait balik dengan ukuran menggunakan nomor mata pancing adalah 2,5 – 3. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk silinder dengan panjang sekitar 2 cm Adapun gambar mata pacing yang di gunankan adalah seperti di bawah ini:


(10)

Gambar,05 mata pancing 3.4 Alat Bantu Penangkapan

a) Umpan

Umpan hidup merupakan faktor pembatas ( limiting faktor) dalam

penangkapan cakalang. hal ini memberikan petunjuk bahwa keberhasilan dalam menangkap ikan cakalang tergantung dari jumlah umpan hidup yang digunakan. Dalam penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan huhate ( pole and line) biasanya dibutuhkan beberapa jenis ikan umpan untuk mengumpulkan ikan cakalang di area kapal penangkap ikan yang digunakan. Pada umumnya ada 6 jenis ikan umpan hidup yang digunakan yaitu jenis ikan :

a) Puri kepala merah (Stelephorus divisi) b) Puri kepala batu (Hypoat therina barnesi) c) Puri gelas (Stolephorus indicus)

d) Gosao (Sprattelloides delicatulus) e) Lompa (Thrissina baelama forska) f) Tembang (Sardinela fimbriata)

Dari keenam jenis umpan yang digunakan memiliki karateristik yang tidak jauh berbeda sebagai umpan penangkapan cakalang .


(11)

Gambar 4. Jenis-Jenis ikan Umpan


(12)

b) Pipa Penyemprotan

Alat bantu penyemprotan air ini di gunakan pada saat melakukan pemancingan Alat ini di gunakan untuk mempengaruhi penglihatan ikan terhadap kapal dan para pemancing,

Adapun menurut sumber yang saya baca,

Pipa penyemprot digunakan untuk menyemprot air ke permukaan air di sekitar kapal dengan posisi pada gerombolan ikan Tujuan dari penyemprotan air tersebut adalah untuk mengelabui ikan-ikan yang berada di permukaan air yang terdapat gerombolan ikan didekat kapal. Pipa penyemprot ditempatkan di sepanjang pila -pila atau sekeliling lambung kapal, bahan yang digunakan -pila -pila dari bahan paralon atau dari pipa besi pada ujungnya dipasang kran diameter pipa 3,5

inchi.Tekanan penyemprotan air tersebut dilengkapi dengan pompa air(waterpump). (sumber,

http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/file/89/penangkapan-ikan-denganpoleline.pdf/)


(13)

c) Alat Tambahan ;

Alat tambahan yang perlu dipersiapkan antara lain digunakan untuk membantu proses penangkapan ikan di laut dan membantu proses penanganan ikan hasil tangkapan di laut guna kelancaran operasi penangkapan ikan. Alat - alat tersebut adalah keranjang, bak pelempar umpan hidup, ember, scoop net besar dan scoop net kecil.

Gambar 08. Scoop Net Besar dan Kecil


(14)

3.5 Alat Bantu Navigasi

a. Kompas ; Merupakan alat navigasi yang sangat berperan penting dalam menunjukkan arah yang harus di ambil dalam berlayar, jenis kompas yang digunakan di KM.Sari Usaha 07 adalah kompas basah.

Adapun gambar kompas yang di gunankan,seperti yang di bawah ini:

Gambar,10 kompas

b)Global Position System (GPS) merupakan alat navigasi yang lebih modern dibandingkan dengan kompas, GPS dapat menunjukkan kecepatan kapal, sudut baringan, posisi kapal dan jarak yang di tempuh kapal saat melakukan pelayaran menuju fishing ground. Selain itu dalam merencanakan pelayaran, nakhoda telah membuat way point yang telah di simpan dalam GPS tersebut, sehingga dalam pelayaran kapal dapat langsung menuju ke fishing ground


(15)

c) Radio Komunikasi ; Untuk keselamatan jiwa di laut, sesuai dengan aturan komunikasi GMDSS dan SOLAS (Safety of Life at Sea) maka diwajibkan bagi kapal - kapal yang berlayar lebih dari 12 mil laut harus dilengkapi radio telekomunikasi MF dan DSC. selain untuk itu radio ini dapat digunakan untuk mengetahui posisi ikan

Adapun gambar radio kumunikasi yang di gunakan,seperti di bawah ini :

Gambar,12 Radio Komunikasi

d)Teropong merupakan alat yang sangat penting dalam membantu mengamati gerombolan ikan yang ada dipermukaan laut pada siang hari dan dapat melihat tanda rumpon dari jarak yang sangat jauh.

Adapun teropong yang di gunakan,seperti di bawah ini


(16)

3.6 Daerah Penangkapan Ikan

Penentuan daerah penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh nelayan sejauh ini masih menggunakan cara cara tradisional, yang diperoleh secara turun -temurun. Akibatnya, tidak mampu mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah secara dinamis. Ekspansi nelayan besar ke daerah penangkapan nelayan kecil mengakibatkan terjadi persaingan yang kurang seh at bahkan sering terjadi konflik antara nelayan besar dengan nelayan kecil. Secara garis besarnya daerah penangkapan, penyebaran dan migrasi ikan sangat luas, yaitu meliputi daerah tropis dan sub tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat disekitar perairan khatulistiwa.

Daerah penangkapan ikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan ikan. Dalam

hubungannya dengan alat penangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah baik dan dapat menguntungkan dalam arti ikan melimpah, berg erombol, daerah aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat penangkap mudah dioperasikan, (Waluyo, 1987). Lebih lanjut Paulus (1986), menyatakan bahwa hal ini erat hubungannya dengan kondisi oseanografi dan meteorologi suatu perairan dan faktor biologi dari ikan-ikan itu sendiri. Musim penangkapan di perairan Indonesia bervariasi, musim penangkapan di suatu perairan belum tentu sama dengan perairan yang lain.

Berbeda dari musim ke musim dan bervariasi menurut lokasi penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut musim puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya musim paceklik.


(17)

3.6.1 Fishing ground

Daerah penangkapan KM. Sari Cakalang 07 umumnya dilakukan di Laut Sulawesi dimana terdapat beberapa rumpon yang telah dipasang sebelumnya oleh para nelayan sekitar maupan rumpon milik dari perusahaan PT. Pelayaran Beta Putra Daerah yang dimanfaatkan oleh nelayan penangkap ikan lainnya.

Gambar,14 fishing groud

Daerah penangkapan dapat berubah apabila dipengaruhi oleh migrasi ikan, migrasi ikan adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan untuk eksistensi hidup dan keturunannya. Ikan mengadakan migrasi dengan tujuan untuk pemijahan, mencari makanan dan mencari daerah yang cocok untuk kelangsungan hidupnya.


(18)

A)Rumpon

Dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan ikan, khususnya ikan pelagis adalah sangat terbatasnya alat bantu untuk menentukan atau mencari gerombolan ikan berkaitan erat dengan daerah penangkapan ikan, seperti nelayan yang mau menangkap ikan yang berangkat dari pangkalan untuk menangkap ikan sehingga selalu berada dalam ketidak pastian tentang lokasi yang potensial untuk

penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti. Rumpon merupakan salah satu alat bantu untuk meningkatkan hasil

tangkapan dimana mempunyai konstruksi menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) disuatu tempat di perairan laut yang berfungsi debagai tempat berlindung, mencari makan, memijah, dan berkumpulnya ikan.Sehingga rumpon dapat diartikan tempat berkumpulnya ikan.

Untuk mengefisiensikan operasi penangkapan ikan, rumpon merupakan alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi sebagai pembantu menari perhatian ikan agar berkumpul disuatu tempat yang selanjutnya dilakukan penangkapan ikan. Rumpon telah menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan dae rah penangkapan buatan dan manfaat keberadaannya cukup besar. Sebelum mengenal rumpon,

nelayan menangkap ikan dengan cara mengejar ikan atau menangkap kolompok ikan, yang terlihat di permukaan air. Saat ini makin berkembangnya rumpon maka pada saat musim penangkapan, lokasi atau daerah penangkapan menjadi pasti disuatu tempat yaitu di tempat lokasi rumpon. Dengan telah ditentukan daerah renang ikan dengan menyisir laut yang luas yang belum tentu kapan menemukan adanya kelompok ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Nelayan di beberapa


(19)

B) Fungsi Rumpon

Beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni; memudahkan pencarian gerombolan ikan, biaya eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil, (DirektoratJenderal Perikanan, 1995)

Funsi rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan adalah sebagai berikut ; a) Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah ditemukan

gerombolan.

b) Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari serangan ikan predator. c) Sebagai tempat berkumpulnya ikan

d) Sebagai tempat untuk memijah bagi ikan e) Sebagi tempat pertumbuhan plankton f) Sebagai tempat mencari makan g) Sebagai tempat berkumpulnya ikan.

Gambar 15 Rumpon

Banyak ikan-ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana ikan dan plankton tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan besar. Ada beberapa


(20)

3.7 Proses Penangkapan

 Tehnik pengoperasian : Setelah semua persiapan telah dilakukan termasuk penyediaan umpan hidup, maka dilakukan pencarian gerombolan ikan oleh seorang pengintai yang tempatnya di atas anjungan kapal dan menggunakan teropong.

Pengoperasiaan alat tangkap pole and line di KM. Sari Usaha 07 menggunakan sistem banting dan penangkapan/pemancingan ini biasanya dilakukan di dekat rumpon yang telah di pasang terlebih dahulu. setelah menemukan gerombolan ikan, harus diketahui arah renang gerombolan ikan tersebut. Kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut sementara itu pemancing harus sudah siap pada sudut kanan, kiri dan depan di haluan kapal. Cara mendekati gerombolan ikan harus dari sisi kanan dan kiri dan bukan dari arah belakang.

Pelemparan umpan dilakukan oleh juru umpan setelah diperkirakan ikan telah berada dalam jarak jangkauan lemparan, kemudian ikan di tuntun kearah haluan kapal. Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan umpan tersebut, mesin penyemprot sudah dihidupkan agar ikan tetap berada di dekat kapal dan setelah itu mesin kapal di netralkan.

Sementara jumlah umpan yang dilemparkan ke laut dikurangi, mengingat terbatasnya umpan hidup. Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan diupayakan secepat mungkin mengingat kadang - kadang gerombolan ikan tiba - tiba menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari mata pancing dan jumlah umpan hidup yang terbatas. Pemancingan biasanya berlangsung 15 - 30 menit, hal ini tergantung dari jumlah ikan yang berada di bawah kapal.

Waktu pemancingan tidak perlu dilakukan pelepasan ikan yang terkait di mata pancing, hal ini dikarenakan pada saat joran disentakkan ikan akan jatuh keatas kapal dan


(21)

Gambar,16 Proses Penangkapan

3.8 Penanganan Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan yang telah tercurah di atas deck kapal langsung disiram dengan air laut, dibersihkan darah-darah yang keluar, selanjutnya disortir atau dipilih dan dipisahkan untuk ikan-ikan yang kualitasnya bagus dan ikan yang sudah rusak. Kemudian ikan dimasukkan kedalam palka yang sudah diisi es balok pada bagian alas dan dimasukan ikan dengan cara menjatuhkan bagian tubuh ikan terlebih dahulu agar ikan tidak rusak kemudian es balok yang sudah dihancurkan dimasikan lagi, untuk melindungi agar mutu dan kualitasnya ikan tetap terjaga untuk sementara waktu sebelum ikan tersebut dibongkar di darat, Setelah ikan dimasukkan palka selanjutnya palka disiram dengan air laut agar pendinginan es bisa merata. Pemberian es dan penyiraman air ini tidak digunakan perhitungan perbandingan namun didasarkan situasi dan kondisi ikan. Melakukan pengecekan ikan yang ada di dalam palka setiap 4 jam sekali, dengan cara mengeluarkan air es yang mencair/ tidak dingin lagi dari dalam palka ikan dengan cara disedot, kemudian es ditambahkan lagi agar ikan tetap dalam kondisi segar.


(22)

Gambar,17 proses penanganan ikan di atas kapal adapun gambar penyusunan ikan di dalam palka,seperti di bawah ini:

Gambar,18 penyusunan ikan dalam palkah 3.9 Hasil Tangkapan

 Hasil tangkapan : Jenis - jenis hasil tangkapan utama yang di dapat di KM. Sari usaha 07 ialah ikan tuna sirip kuning dan cakalang.

Gambar 19. Ikan cakalang(katsuwo pelamis)

Selain itu ada juga beberapa hasil tangkapan sampingan yang diperoleh pada saat operasi penangkapan berlangsung/pemancingan berlangsung seperti ikan lemadang dan ikan suruk.


(23)

(24)

BAB IV TATA NIAGA 4.1 Pembokaran hasil tangkapan

Pada KM. Sari Usaha 07, saat melakukan pembongkaran hasil tangkapan dilakukan di dermaga pelabuhan perikan Bitung, Jumlah hasil tangkapan pada trip pertama mencapai 20 ton dan pada trip kedua mencapai 10 ton.

Gambar, 21 Pembongkaran Hasil Tangkapan 4.2 Pemasaran Hasil Tangkapan

Setelah proses pembongkaran selesai dilakukan, hasil tangkapan yang ada di perusahaan seterusnya di proses sendiri seperti ikan kaleng dan ada yang di kirim ke jakarta dan bali, ada beberapa perusahaan lain yang membeli untuk dijadikan bahan baku dari perusahaan tersebut, ada juga para wiraswasta yang membeli untuk di jual di pasar lokal.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Produksi yang dihasilkan dalam usaha penangkapan ikan dengan pole and line adalah ikan cakalang sebagai bahan baku produksi olahan dan bahan konsumsi ikan lainnya.

2. Teknik pengoperasian pole and line di dalam dengan bekerja sama antara pemancing, kapten kapal yang sekaligus sebagai fishing master. Melempar umpan sebelum mendekati fishing ground, buoy-buoy sebagai pelempar umpan hidup setelah berada di fishing ground, agar ikan mendekati sisi lambung kapal dan di pemancingan di lakukan para pemancing, hingga ikan d tangkap dan di taruh di dalam palka.

3. Konstruksi pole and line terdiri dari : joran (pole), tali yang termasuk tali kepala, tali induk dan tali pancing serta pancing yang di beri umpan palsu.

5.2 Saran

1. Sebaiknya setiap kapal pole and line memiliki alat bantu penangkapan seperti Fish Finder, untuk mengetahui gerombolan ikan yang ada di bawah kapal demi kelancaran penangkapan ikan.


(26)

(27)

6.1 Lampiran 1. Proses penangkapan

Gambar. Proses pemindahkan umpan Gambar, Persiapan alat tangkap dari bagan ke kapal

Gambar . Pengintaian gerombolan ikan Gambar. Pengoprasian alat tangkap


(28)

Lampiran 2. Alat- alat navigasi

a. Kompas b. Teropong


(1)

(2)

24 BAB IV TATA NIAGA 4.1 Pembokaran hasil tangkapan

Pada KM. Sari Usaha 07, saat melakukan pembongkaran hasil tangkapan dilakukan di dermaga pelabuhan perikan Bitung, Jumlah hasil tangkapan pada trip pertama mencapai 20 ton dan pada trip kedua mencapai 10 ton.

Gambar, 21 Pembongkaran Hasil Tangkapan 4.2 Pemasaran Hasil Tangkapan

Setelah proses pembongkaran selesai dilakukan, hasil tangkapan yang ada di perusahaan seterusnya di proses sendiri seperti ikan kaleng dan ada yang di kirim ke jakarta dan bali, ada beberapa perusahaan lain yang membeli untuk dijadikan bahan baku dari perusahaan tersebut, ada juga para wiraswasta yang membeli untuk di jual di pasar lokal.


(3)

25

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Produksi yang dihasilkan dalam usaha penangkapan ikan dengan pole and line adalah ikan cakalang sebagai bahan baku produksi olahan dan bahan konsumsi ikan lainnya.

2. Teknik pengoperasian pole and line di dalam dengan bekerja sama antara pemancing, kapten kapal yang sekaligus sebagai fishing master. Melempar umpan sebelum mendekati fishing ground, buoy-buoy sebagai pelempar umpan hidup setelah berada di fishing ground, agar ikan mendekati sisi lambung kapal dan di pemancingan di lakukan para pemancing, hingga ikan d tangkap dan di taruh di dalam palka.

3. Konstruksi pole and line terdiri dari : joran (pole), tali yang termasuk tali kepala, tali induk dan tali pancing serta pancing yang di beri umpan palsu.

5.2 Saran

1. Sebaiknya setiap kapal pole and line memiliki alat bantu penangkapan seperti Fish Finder, untuk mengetahui gerombolan ikan yang ada di bawah kapal demi kelancaran penangkapan ikan.


(4)

(5)

27

Gambar. Proses pemindahkan umpan Gambar, Persiapan alat tangkap dari bagan ke kapal

Gambar . Pengintaian gerombolan ikan Gambar. Pengoprasian alat tangkap


(6)

28 Lampiran 2. Alat- alat navigasi

a. Kompas b. Teropong

c. GPS d. Transmitter GPS

a. Transmitter Position f. Radio komunikasi