Latar Belakang Masalah PENGANTAR

misi, agenda kegiatan sekolah, dan hal pembiayaan yang transparan merupakan kunci utama untuk membangun komunikasi yang sehat. Keterlibatan peran komite dalam perkembangan dunia pendidikan masih sangat diperlukan, karena sekolah bukan merupakan hanya sekedar tempat penitipan bagi orang tua pada saat orang tua bekerja. Bentuk komunikasi bisa diwujudkan dengan buku komunikasi siswa atau jika memungkinkan bisa menggunakan teknologi whats app pada aplikasi smart phone yang diprioritaskan untuk lalulintas komunikasi antara pihak sekolah dan wali siswa. Kon sep “ school is fun ” tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi sekolah regular saja, tetapi berlaku untuk setiap instansi pendidikan formal. Tidak terkecuali untuk Sekolah Luar Biasa dimana merupakan instansi pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus ABK. Penyelenggaraan pendidikan luar biasa pada dasarnya bertujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik, mental dan atau perilaku agar mampu mengembangkan sikap pengetahuan sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau terjun ke masyarakat. Secara sederhana dan umum, makna pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani manusia sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan suatu kebudayaan. Bagi umat manusia pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pengembangan berbagai potensibakat inilah yang menjadi kata kunci dalam dunia pendidikan. Karena bimbingan yang sesuai dengan bakat dan minat anak akan membawa dampak kemajuan yang signifikan bagi dunia pendidikan luar biasa. Tunagrahita merupakan salah satu jenis ketunaan yang terdapat di Sekolah Luar Biasa, selain Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa, Autis dll. Tuna Grahita dengan karakteristik anak dengan tingkat kecerdasan dibawah standar, lambat belajar dan beberapa juga termasuk dalam kategori “ DownSyndrome ” di dalamnya. Siswa tuna grahita dengan keterbatasan yang dimiliki menjadikan mereka “terbatas” juga dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Selain kendala pada tingkat kecerdasan, beberapa juga terkendala dalam hal lain seperti : motorik kasar, motorik halus, kemampuan berbahasa dan komunikasi, serta bentuk-bentuk kenakalanpenyimpangan perilaku akibat kurangnya pemahaman siswa Tunagrahita. Klasifikasi anak Tunagrahita sesuai dengan kurikulum Pendidikan Luar Biasa Tahun 1994, klasifikasi anak Tunagrahita dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu: a. Anak Tunagrahita ringan atau mampu didik b. Anak Tunagrahita sedang atau mampu latih c. Anak Tunagrahita berat atau mampu rawat. Dalam penanganan pendidikan, dari ketiga golongan tersebut hanya dua golongan yang mendapat penanganan pendidikan, yaitu golongan anak Tunagrahita ringan dan anak Tunagrahita sedang Sedangkan untuk anak tunagrahita berat dimasukan dalam bidang perawatan seumur hidup dan menjadi tanggungjawab bidang sosial. Kompleksitas kendala yang dialami Tunagrahita, salah satunya disebabkan oleh kegandaan jenis ketunaan. Sebagai contoh : Tunagrahita plus Tunalaras, Tunagrahita plus Down Syndrome , Tunagrahita plus Tuna Rungu, dll. Jika proses assesmen yang dilakukan pihak sekolah menyebutkan bahwa anak tersebut masuk dalam kategori Tunagrahita, maka meskipun terdapat jenis ketunaan lain, tapi siswa tersebut termasuk dalam kategori Tunagrahita. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor Ujian Sekolah atau Ujian Nasional yang akan dijalani siswa. Karena siswa Tunagrahita tidak mengikuti Ujian Nasional, melainkan Ujian Sekolah. Selain itu juga untuk memberikan keterampilan dan pengembangan bakat dan potensi siswa secara akurat dengan mendeteksi dini jenis ketunaannya.

BAB II PERMASALAHAN

Siswa Tunagrahita adalah siswa yang mengalami keterlambatan dalam berfikir, memiliki intelegensi di bawah rata-rata serta mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tunagrahita berkaitan erat dengan masalah perkembangan, kemampuan, kecerdasan yang rendah, dan merupakan kondisi yang sifatnya menetap. Berikut ini pengertian Tunagrahita sebagaimana dikemukakan astati 201:2 sebagai berikut: “Ketunagrahitaan mengacu kepada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-ratanormal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan terjadi dalam masa perkembangan”. Kendala tingkat kecerdasan yang dibawah standar pada Tunagrahita membuat mereka sulit diberikan pemahaman mengenai bagaimana bergaul, berinteraksi sosial dengan sehat sebagaimana siswa umumnya. Tata bahasa yang terbatas, sikap berbicara hingga sopan santun masih merupakan hal yang abstrak bagi penyandang Tunagrahita. Selain itu, DoubleHandycap atau ketunaan ganda yang dialami beberapa siswa Tunagrahita memerlukan bentuk penanganan yang kompleks. Penanganan yang intens, frekuentif dan pendekatan persuasif kepada siswa masih dirasa sebagai solusi yang efektif hingga sekarang. Tunagrahita dengan keterbatasan tingkat kecerdasan berpengaruh terhadap bentuk komunikasi yang terjadi. Pemahaman tentang tata bahasa dan perilaku yang kurang, sering membuat mereka berprilaku menyimpang nakal. Mulai dari bentuk suara tata bahasa yang tidak baik makian atau umpatan hingga dalam bentuk bullying fisik atar siswa. Bentuk bullying antar siswa pada umumnya terjadi saat diluar jam pelajaran. Hal ini dikarenakan padaa saat proses pembelajaran, siswa diawasi oleh guru saat belajar. Ketika terjadi bullying pada saat itu, guru bisa secara langsung mengambil sikap untuk melerai dan mengatasinya. Hanya saja pada saat jam istirahat kadang beberapa siswa terlepas dari pengamatan guru sehingga timbulah bullying antar siswa tersebut. Jam istirahat antara pukul 09:00 – 09:30, sebagian guru berada di kantor untuk istirahat dan menyiapkan materi pelajaran jam berikutnya, dan beberapa guru piket berada di tempat penjagaan. Sementara siswa pada saat istirahat berada tersebar dipenjuru sekolah. Hal ini menyulitkan untuk guru mengawasi. Pemicu permasalahan sebenarnya hal yang sepele, seperti : diawali dengan berebut benda mainanmakanan, atau kadang juga bercanda dan saling mengejek. Tetapi karena tingkat pemahaman yang kurang, membuat mereka tidak memahami batasan-batasan bercanda saat bersama teman. Ketika melewati batas dan membuat tersinggung, maka salah satu akan memulai pertengkaran. Dan seperti bentuk pertengkaran anak kecil pada umumnya, teman-teman yang berada disekitarpun juga mulai ikut memicu pertengkaran. Maka terjadilah bullying atar siswa saat jam istirahat sekolah. Dampak dari terjadinya bullying tidak hanya mempengaruhi pada siswa, tetapi juga berpengaruh pada lingkungan sekitar. Properti sekolah seperti : penghapus, papan tulis, kursi, meja dan berbagai fasilitas lain kerap menjadi pelampiasan kejadian tersebut. Rusaknya beberapa tanaman, papan penyekat yang berlobang, hingga berserakannya tanah dan batu merupakan hal yang sering terjadi. Selama ini tindakan yang diambil biasanya bersifat kuratif pembinaan oleh guru BK ataupun Guru kelas kepada siswa saat kejadian sudah selesai dan biasanya disertai sanksihukuman. Pada awalnya pasca hukuman siswa akan merasa jera. Tetapi tidak untuk waktu yang lama. Sekali lagi, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pemahaman siswa dalam konsep jera karena hukuman. Hingga akhirnya setelah selang beberapa hari, bullying ini akan terulang lagi. Hal ini yang membuat khawatir akan tumbuh kembang anak selama di sekolah. Selain itu juga menjadi perhatian sekolah atas timbulnya kerusakan-kerusakan fasilitas yang ditimbulkan olehnya.