Sistem dan Prosedur Piutang Sistem Pengendalian Intern

commit to user 21

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem dan Prosedur

a. Sistem Menurut Churchman dalam Krismiaji 2005: 1 dalam buku yang berjudul Sistem Informasi Akuntansi, sistem dapat didefinisikan sebagai serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk mencapai serangkaian tujuan. b. Prosedur Menurut Neuschel dalam Jogiyanto 2005: 1, prosedur procedure adalah suatu urut-urutan operasi klerikal tulis- menulis biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis terjadi.

2. Piutang

Menurut Manulang dan Sinaga 2005: 36, piutang adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik berbentuk perkiraan uang barang maupun jasa serta segala hal yang berbentuk transaksi. Selanjutnya piutang merupakan kewajiban pelanggan yang disepakati commit to user 22 dan mereka mengharapkan pembayaran itu diselesaikan dengan tanda terima yang sah.

3. Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern didefinisikan pertama kali oleh American Institute of Certified Public Accountant AICPA. Pengendalian intern meliputi struktur organisasi di dalam suatu organisasi dan semua metode-metode yang terkoordinir serta ukuran- ukuran yang diterapkan di dalam suatu perusahaan untuk tujuan menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan, memeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi kegiatan dan mendorong ditaatinya kebijakan-kebijakan manajemen yang telah diterapkan. Menurut Sanyoto 2007: 250, pengendalian intern dapat dibedakan dalam berbagai sudut pandang, antara lain: a. Preventif controls , yaitu pengendalian intern yang dirancang dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan dan penyalahgunaan. Contoh jenis pengendalian ini ialah desain formulir yang baik , item -nya yang lengkap, mudah diisi, serta user trainning atau pelatihan kepada orang-ororang yang berkaitan dengan input sistem, sehingga mereka tidak melakukan kesalahan. b. Detection controls , adalah pengendalian yang didesain dengan tujuan agar apabila data direkamdikonversi dari media sumber untuk ditransfer ke sistem komputer dapat dideteksi bila terjadi commit to user 23 kesalahan maksudnya tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. c. Corrective controls , ialah pengendalian yang sifatnya jika terdapat data yang sebenarnya error tetapi tidak terdeteksi oleh detection control , atau data yang error yang terdeteksi oleh program validasi, harus ada prosedur yang jelas tentang bagaimana melakukan pembetulan terhadap data yang salah dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan kerugian kalau kesalahanpenyalahgunaan tersebut sudah benar-benar terjadi. Menurut Sanyoto 2007: 256, ada beberapa asumsi dasar yang perlu dipahami mengenai pengendalian intern bagi suatu entitas organisasi atau perusahaan, antara lain: 1 Sistem pengendalian intern merupakan management responbility , bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasiperusahaan adalah manajemen lebih tegasnya lagi ialah top management direksi, karena dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top management dapat mengharapkan kebijakannya dipatuhi, aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan pencatatan berjalan baik. 2 Top Management bertanggung jawab menyusun sistem pengendalian intern, tentu saja dilaksanakan oleh para commit to user 24 stafnya. Dalam penyusunan team yang akan ditugaskan untuk merancang sistem pengendalian intern, harus dipilih anggotanya dari para ahli, termasuk yang berkaitan dengan teknologi informasi mengingat pada saat ini sistem lazimnya didesain dengan berbasis teknologi informasi. 3 Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic , mendasar, dan dapat diterapkan pada tiap perusahaan pada umumnya tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal yang bersifat dasar yang berlaku umum. 4 Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance, artinya tingkat rancangan yang kita desain adalah yang paling optimal. Sistem pengendalian yang paling baik ialah bukan yang paling maksimal, apalagi yang harus dipertimbangkan cost benefit -nya. Mulyadi 2001: 163 mengartikan sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mendorong dipatuhinya kebijkan manajemen. Mulyadi 2001: 163 tujuan sistem pengendalian intern adalah a. Menjaga kekayaan organisasi b. Mengecek keandalan dan ketelitian data akuntansi commit to user 25 c. Mendorong efisiensi d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Unsur-unsur dalam Sistem Pengendalian Intern menurut Mulyadi 2001: 164 1 Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas Menurut Mulyadi 2001: 165, struktur organisasi merupakan rerangka frame work pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini : a Harus dipisahkan antara fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan serta fungsi akuntansi. Fungsi operasi memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan proses kegiatan tersebut. b Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi. 2 Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. commit to user 26 Setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. 3 Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah sebagai berikut : a Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. b Pemeriksaan mendadak Surprised Audit c Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. d Perputaran jabatan e Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. f Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. g Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. commit to user 27 4 Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektivitas dan efisien.

B. PEMBAHASAN