BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iklan bukanlah barang baru dalam peradaban manusia. Terbukti dari adanya pesan berantai yang dilakukan manusia sejak sebelum ditemukannya
sistem percetakan oleh Guttenberg tahun 1450. Pesan berantai itu disampaikan untuk membantu kelancaran jual beli dalam masyarakat, yang
kala itu belum mengenal huruf, dengan cara barter. Dunia pemasaran menyebut pesan berantai iu sebagai
the word of mouth
. Namun, saat ini, periklanan sudah menjadi bidang usaha yang
prospektif sehingga untuk mengelolanya diperlukan pengorganisasian yang baik.
Secara umum, kegiatan periklanan dapat dilakukan dengan beberapa macam cara. Pertama, dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Dalam hal ini,
perusahaan mempunyai bagian atau departemen tersendiri untuk melakukan aktivitas periklanan. Bagian departemen yang banyak melakukan kegiatan
periklanan atau dekat dengan fungsi-fungsi tersebut ialah bagian pemasaran dan juga bagian hubungan masyarakat. Dalam pola seperti ini, kegiatan
periklanan yang dilakukan oleh salah satu bagian perusahaan di dalam perusahaan itu sendiri, dalam dunia periklanan sering disebut dengan
in- house advertising
.
1
Pola yang kedua ialah bahwa kegiatan periklanan dilakukan sepenuhnya oleh perusahaan khusus yang secara professional melakukan
aktivitas periklanannya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam hal ini, perusahaan menjadi klien atau
account
dari biro perusahaan. Biro iklan merupakan pihak yang harus bertanggung jawab atas kegiatan
periklanan. Pola yang ketiga ialah menyerahkan sebagian kegiatan periklanan
kepada perusahaan khusus yang bergerak di bidang jasa periklanan, namun sebagian kegiatan periklanan lain masih ditangani oleh perusahaan itu sendiri.
Keduanya berjalan secara sinergis. Biro iklan sering didefinisikan sebagai organisasi yang independen
yang disewa oleh perusahaan untuk mengurusi kegiatan periklanannya. Perusahaan yang mengguanakan jasa biro iklan disebut klien atau
accounts
. Saat ini biro iklan memainkan peran yang sangat penting dalam
perekonomian dunia. Keberadaannya juga ikut menggerakkan perekonomian sehingga tetap berjalan dan berkembang.
Dalam sebuah biro iklan, umumnya terdapat bagian-bagian atau unit yang lebih kecil yang bertugas melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
spesifik yang bekerja secara bersama-sama untuk membuat sebuah iklan. Umumnya, struktur organisasi sebuah biro iklan dibuat berdasarkan tingkat
kompleksitas bidang-bidang pekerjaan masing-masing biro. Namun, secara umum, dalam sebuah biro iklan terdapat tiga bagian pokok, yaitu bagian
kreatif, media, dan
account
.
Bagian kreatif adalah bagian yang berkait dengan bagaimana iklan dirancang dan diwujudkan. Bagian media adalah bagian yang terkait dengan
perencanaan pemilihan media dan penempatan iklan. Sementara bagian
account
adalah bagian yang berkait dengan upaya mendapatkan klien. Dalam hal ini penulis ingin mendalami bidang kreatif suatu biro iklan.
Bagian kreatif harus memiliki pemikiran-pemikiran yang jitu, baru, berani, atau kadangkala diperlukan sebuah pemikiran yang aneh sekalipun dan
menantang arus. Hal ini sangatlah diperlukan untuk membuat iklan yang bagus. Namun, terlepas dari itu semua, sebuah desain iklan juga harus dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada calon pembeli agar dapat menarik perhatian pembeli.
Proses kreatif merupakan proses penggalian ide-ide atau gagasan yang baru agar dapat dihasilkan sebuah karya yang tentu saja hal itu akan
berdampak pada keberhasilan produk di pasar. Departemen kreatif suatu biro iklan haruslah melakukan tugasnya
secara terencana dan kontinyu juga harus memahami dan menerapkan strategi kreatif dan prinsip-prinsip desain grafis dalam pembuatan suatu iklan. Hal
inilah yang mendorong penulis untuk memaparkan proses kreatif dalam pembuatan iklan media cetak di PT OCTA MITRA MEDIA
ADVERTISING.
B. Perumusan Masalah