Ekstraksi Bunga Kembang Sepatu
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai berbagai macam tanaman dan tumbuhan. Kondisi wilayah yang cukup baik membuat berbagai macam tanaman dapat tumbuh subur yang salah satunya ialah tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki bunga yang berwarna cantik dan indah sehingga tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias yang biasanya terdapat pada pekarangan atau halaman rumah (Nurlela, 2011). Adapun warna dari bunga kembang sepatu diantaranya berwarna merah, merah muda, dan kuning. Selain sebagai tanaman hias, bunga sepatu juga memiliki beberapa kandungan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia salah satunya ialah kandungan berupa antosianin.
Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah, dan daun tumbuhan hijau yang biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai pewarna alami pada berbagai produk pangan maupun non-pangan (Agustin dan Ismiyanti, 2015). Antosianin pada bunga kembang sepatu saat ini mulai banyak diekstrak dan diteliti untuk pengoptimalan kegunaan atau manfaatnya. Adapun salah satu cara mengambil atau mengekstrak antosianin dari bunga kembang sepatu ialah dengan metode ekstrasi maserasi atau perendaman dengan zat pelarut tertentu (Agustin dan Ismiyanti, 2015).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Oktiarni dkk., (2013), telah memanfaatkan ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebagai pewarna alami sekaligus pengawet alami pada mie basah. Hal tersebut menunjukkan bahwa antosianin pada bunga kembang sepatu memiliki manfaat yang harus dioptimalkan sehingga optimalisasi manfaat bunga kembang sepatu dapat digunakan oleh banyak masyarakat. Oleh karena itu tim kami melakukan kegiatan praktikum ekstraksi antosianin bunga kembang sepatu yang nantinya diharapkan dapat mengetahui efektifitas perlakuan yang paling baik sehingga didapatkan randemen yang paling banyak.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui perbandingan hasil randemen antara perlakuan 1 (suhu ruang) dan perlakuan 2 (suhu dingin).
2. Untuk mengetahui uji organoleptik dari segi warna dan aroma dari masing-masing perlakuan.
(2)
Adapun manfaat dari prkatikum ekstraksi antosianin pada bunga kembang sepatu ialah agar nantinya mahasiswa mampu membuat ekstrak antosianin dari berbagai macam jenis tanaman khususnya pada bunga kembang sepatu yang hasilnya dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan keseharian.
(3)
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal dengan menggunakan pelarut. Zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersebut dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes, 2000). Tujuan utama ekstraksi ini adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil ekstraksi diantaranya ialah pengembangan atau pemelaran bahan ekstraksi, difusi, pH, ukuran partikel, dan temperatur, pilihan pelarut ekstraksi dan kosentrasinya, serta alkaloid sebagai model zat aktif (Pifferi dan Vaccari, 1996)
2.2 Metode Ekstaksi
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan beberapa cara (Depkes, 2000) diantaranya :
a. Maserasi
Maserasi ialah penarikan maserat dari bahan tertentu dengan cara merendam bahan tersebut kedalam cairan penyari atau suatu larutan tertentu dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes, 2000). Sedangkan maserat ialah hasil dari proses maserasi. Keuntungan dari metode maserasi yaitu prosedur dan peralatannya sederhana sekaligus mudah (Agoes, 2007).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan perkolat) sampai diperoleh ekstrak (Depkes, 2000).
Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).
c. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan pelarut akan terdestilasi menuju pendingin dan akan kembali ke labu (Depkes, 2000).
(4)
Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan terdestilasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi dan merendam sampel yang mengisi bagian tengah alat soklet, setelah pelarut mencapai tinggi tertentu maka akan turun ke labu destilasi, demikian berulang-ulang (Depkes, 2000).
e. Infus
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Depkes, 2000).
f. Digesti
Digesti meruapakn maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) yang dilakukan pada suhu tinggi dari suhu ruangan, secara umum dilakukan pada suhu 400 C-50C (Depkes, 2000).
2.3 Pengertian Bahan yang Digunakan
2.3.1 Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) memiliki warna bunga yang cantik dan indah sehingga tanaman ini dijadikan sebagai tanaman hias yang biasanya terdapat pada pekarangan atau halaman rumah (Nurlela, 2011). Bunga kembang sepatu mempunyai kelopak bunga berwarna merah, merah muda, dan kuning. Bunga ini termasuk bunga tunggal yang berbentuk terompet dan terletak di ketiak daun. Kelopak bunga berbentuk lonceng, terbagi lima dan berwarna hijau kekuningan. Mahkota bunga terdiri dari 15-20 daun mahkota yang berwarna merah muda, mempunyai benang sari banyak dengan tangkai sari berwarna merah, kepala sari berwarna kuning dan putik berbentuk tabung (Nurlela, 2011).
Bunga pada tanaman kembang sepatu bergantung pada panjang umur dan pergantian bunga. Biasanya bunga kembang sepatu hanyadapat bertahan satu hari dan dikelompokkan sebagai tanaman yang bersifat sementar (Trivellini, dkk., 2007). Tanaman kembang sepatu banyak ditanam selain karena keindahan warna yang dihasilkan juga bermanfaat untuk kesehatan. Sudah sejak lama tanaman ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tanaman obat diantaranya obat demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan (Iqbal dan Sulistyorini, 2009).
Daun, bunga, dan akar tanaman kembang sepatu mengandung flavonoida. selain itu daunnya juga mengandung saponin dan polifenol, dan bunganya mengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomisconin C (Ukuweze, dkk., 2009).
2.3.2 Antosianin
Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan. Pigmen ini memberikan warna pada bunga, buah, dan daun tumbuhan
(5)
hijau yang biasanya dimanfaatkan oleh manusia sebagai pewarna alami pada berbagai produk pangan maupun non-pangan (Hambali dkk., 2014). Secara kimiawi antosianin bisa dikelompokan ke dalam flavonoid dan fenolik. Zat tersebut dapat ditemukan di berbagai tanaman yang ada di darat dan tidak dapat ditemukan di tanaman laut, hewan atau mikroorganisme (Samsudin dan Khoiruddin, 2011).
Antosianin adalah glikosida dari antosianidin (aglikon) dan gula. Antosianin merupakan zat warna yang bersifat polar dan akan larut dengan baik pada pelarut-pelarut polar (Samsudin dan Khoiruddin, 2011). Antosianin lebih larut dalam air dan karakteristik ini membantu proses ekstraksi dengan air, meskipun penggunaan alkohol yang lebih rendah juga diizinkan (Mortensen, 2006).
Antosianin berpotensi sebagai pewarna makanan alami karena keaneragaman warna yang dimilikinya. Namun, mempunyai kelemahan dalam stabilitas warnanya. Intensitas suatu stabilitas pigmen antosianin tergantung pada berbagai faktor termasuk struktur dan konsentrasi dari pigmen, pH, suhu, intensitas cahaya, kualitas, dan kehadiran pigmen lain bersama-sama, ion logam, enzim, oksigen, asam askorbat, gula, belerang oksida dan lain sebagainya (Tanaka dkk., 2008).
2.3.3 Etanol
Etanol merupakan pelarut polar yang memiliki sifat fisika dengan dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari senyawa organik lannya dengan masa molekul yang sama. Etanol tidak menyebabkan pembembangkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. keuntungan lainnya ialah etanol mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim (Nurlela, 2011).
Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstrasi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran etanol-air. Etanol sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana bahan pengganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan pengekstrasi. Etanol dapat melarukan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida. kurkumin, kurmarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil (Indraswati, 2008). Sedangkan lemak, malam, tanin, dan saponin hanya dapat sedikit yang larut dalam etanol (Indraswati, 2008).
(6)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat
- Waktu Praktikum : Tanggal 1 s/d 2 November 2016.
- Tempat Praktikum : Laboratorium Rekayasa Proses Hasil Pertanian (RPHP) 1 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Praktikum 1. Beaker glass; 2. erlenmayer; 3. gelas ukur; 4. spatula; 5. pisau;
6. timbangan digital; 7. alumunium foil; 8. kertas saring; 9. evaporator; 10. botol kecil.
3.2.2 Bahan Praktikum
1. Bunga kembang sepatu 50 gram; 2. pelarut etanol 97% sebanyak 500 ml.
(7)
3.3 Skema Kerja
Dipisahkan antara kelopak, benang sari, dan mahkota
Ditimbang masing-masing seberat 25 gram
Didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang dan suhu dingin
Disaring dengan kertas saring untuk memisahkan antara residu dan filtrat
Dipotong - potong
Dievaporasi pada suhu 550 C selama 15 menit
Bunga kembang sepatu merah
Mahkota bunga kembang
sepatu
Dilarutkan dengan pelarut etanol 97% sebanyak 250 ml (1:10)
Filtrat mahkota bunga kembang sepatu
Antosianin bunga kembang sepatu
(8)
3.4 Fungsi Perlakuan
Adapun tahapan praktikum berawal dari menyiapkan bahan praktikum diantaranya ialah bunga kembang sepatu sebagai bahan yang akan diekstrak antosianinnya dan pelarut etanol 97%. Alasan mengapa memakai etanol 97% karena etanol merupakan pelarut polar sehingga dapat mengekstrak atau mengambil zat antosianin dari kembang sepatu dan semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol maka sebakin bagus dalam proses pengambilan zat antosianinnya (Agustin dan Ismiyanti, 2015). Setelah menyiapkan bahan dilanjutkan dengan memisahkan bagian antara kelopak, tangkai, dan mahkota dari bunga kembang sepatu serta yang dipakai adalah mahkota bunga kembang sepatu. Mahkota bunga kembang sepatu kemudian dipotong-potong dengan tujuan untuk membuat mahkota bunga kembang sepatu terluka sehingga dapat mengeluarkan zat antosianin dengan baik setelah itu ditimbang sebesar 25 gram dan dilarutkan dengan etanol 97% sebanyak 250 ml. Mahkota bunga kembang sepatu yang sudah dilarutkan dengan etanol 97% kemudian didiamkan atau diekstrak secara maserasi selama 24 jam dan disimpan pada suhu ruang (perlakuan 1) dan pada suhu dingin atau kulkas (perlakuan 2) dengan tujuan untuk dapat dibedakan hasilnya. Setelah 24 jam maka hasil ekstraksi masing-masing perlakuan difiltrasi menggunakan kertas saring dengan tujuan untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Setelah itu hasil filtrat ekstrak bunga kembang sepatu dievaporasi pada suhu 550C selama 15 menit untuk menguapkan pelarut etanolnya sehingga hanya tersisa ekstrak antosianin dari bunga kembang sepatu yang akan diamati.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan
4.1.1 Hasil Pengamatan
(9)
Perlakuan BeratAwal AmpasBerat Rendemen Awal (Setelah Filtrasi) Rendemen Akhir (Setelah Evaporasi) Warna Aroma 1 (Maserasi suhu ruang) 25 gram 12,329
gram 240 ml 45 ml
Ungu/merah marun pekat Tidak menyengat aroma bunga 2 (Maserasi suhu kulkas) 25 gram 12,329
gram 270 ml 49ml
Ungu/merah marun cerah
Menyengat aroma bunga
4.1.2 Hasil Perhitungan
Perlakuan
Data Hasil Perhitungan
Berat Awal (berat bunga +
berat etanol) Berat Ekstrak Antosianin Randemen 1 (Maserasi suhu ruang)
275 gram 45 ml 16,36%
2 (Maserasi
suhu kulkas)
275 gram 49ml 17,81%
4.2 Analisa Data
Berdasarkan hasil data pengamatan dan perhitungan pada tabel 4.1.1 dan 4.1.2 maka dapat diketahui bahwa dari masing-masing perlakuan yang awalnya menggunakan berat bahan baku awal sama yaitu berat mahkota bunga kembang sepatu 25 gram ditambah dengan pelarut etanol 97% sebanyak 250 ml ternyata hasil randemennya berbeda. Pada perlakuan 1 (suhu ruang) didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebesar 45 ml yang artinya randemennya sebesar 16,36%, sedangkan
(10)
pada perlakuan 2 (suhu kulkas) didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebanyak 49% yang artinya rendemennya sebesar 17,81%. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 didapatkan randemen terbesar pada perlakuan 2 yaitu pada ekstraksi maserasi di suhu dingin atau di kulkas karena memang suhu sangat berpengaruh pada hasil ekstraksi dan mengakibatkan perbedaan kecepatan kelarutan komponen dan kemudahan antosianin teroksidasi (Sari dkk., 2005). Padahal menurut Geabkoplis dalam Sari dkk., (2005), semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massa dari solut ke solven akan semakin tinggi karena suhu mempengaruhi nilai koefisien transfer massa dari suatu komponen. Oleh sebab itu seharusnya didapatkan randemen yang paling tinggi adalah pada perlakuan 1 (suhu ruang), kemungkinan hal yang mengakibatkan terjadinya hasil randemen perlakuan 1 (suhu ruang) lebih rendah dibandingkan perlakuan 2 (suhu kulkas) dikarenakan ketidaksempurnaan dalam proses penutupan alumunium foil pada beaker glass sehingga mengakibatkan pelarut etanol menguap (Indraswari, 2008). Tetapi meskipun suhu yang tinggi dapat mempercepat perpindahan massa dari solut ke solven atau pelarut, struktur antosianin akan mengalami degradasi atau kerusakan apabila suhu ekstraksi terlalu tinggi (Harborne, 1987). Serta semakin tinggi suhu maka difusi juga akan semakin besar sehingga ekstraksi akan berjalan secara cepat (Ibrahim dkk., 2015).
Hasil organoleptik dari ekstrasi antosianin bunga kembang sepatu didapatkan data yang menunjukkan bahwa warna pada perlakuan 1 yaitu merah marun pekat,sedangkan pada perlakuan 2 berwarna merah marun cerah. Hal tersebut sesuai dengan Ibrahim dkk., (2005), bahwa peningkatan suhu menyebabkan laju ekstraksi semakin tinggi, dan tingginya laju reaksi dapat mengakibatkan tingkat kecerahan warna semakin gelap dan sebaliknya. Berdasarkan Samsudin dan Khoiruddin dalam Sholikhin dkk., (2012), bahwa penyimpanan pada kondisi kamar mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas zat warna yang cukup besar akibat reaksi kopigmentasi dan kerja enzim polifenol, sedangkan penyimpanan pada kondisi dingin dapat menghambat terjadinya reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan. Sedangkan hasil organoleptik dari segi aroma didapatkan aroma pada perlakuan 2 (suhu dingin) lebih menyengat aroma bunga kembang sepatunya dibandingkan dengan aroma pada perlakuan 1 (suhu kamar). Hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan pernyataan Ibrahim dkk., (2005), yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka aroma akan semakin kuat atau tajam. Adanya ketidaksesuaian hasil kemungkinan terjadi akibat pada suhu rendah atau dingin
(11)
dapat memperhambat proses matabolisme sehingga aroma bunga kembang sepatu masih terjaga saat proses ekstraksi (Sutardi, 1980). Sedangkan pada suhu ruang kemungkinan aroma bunga kembang sepatu sudah mulai menyengat saat proses ekstraksi sehingga kelamaan aroma menjadi berkurang karena tidak ada proses pengawetan yang mampu menjaga aroma bunga kembang sepatu tersebut (Hambali dkk., 2014).
BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
1. Perbandingan randemen dari masing-masing perlakuan yakni perlakuan 1 (suhu ruang) didapatkan hasil akhir sebesar 45 ml dengan randemen 16,36%, sedangkan perlakuan 2 (suhu dingin) didapatkan hasil akhir sebesar 49 ml dengan randemen 17,81% dari masing-masing berat awal yang sama yaitu sebesar 25 gram mahkota bunga kembang sepatu ditambah 250 ml etanol 97%.
2. Uji organoleptik dari segi warna didapatkan warna yang paling merah tua atau pekat yaitu pada perlakuan 1 (suhu ruang), sedangkan aroma yang paling menyengat bunga kembang sepatu pada perlakuan 2 (suhu dingin).
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum berikutnya dilakukan kegiatan ekstraksi antosianin dengan bahan baku yang berbeda dengan penambahan analisa kimia sehingga akan menambah wawasan mahasiswa.
(12)
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB
Agustin, Dina dan Ismiyanti. 2015. Pengaruh Konsentrasi Pelarut Pada Proses Ekstraksi Antosianin Dari Bunga Kembang Sepatu. Fakultas Teknik. Jakarta: Universitas Muhammadiya Jakarta.
Dirjen POM, Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik lndonesia, Jakarta. 9 - 11, 16.
Hambali, Mulkan. Febrilia Mayasari. Fitriadi Noermansyah. 2014. Ekstraksi Antosianin Dari Ubi Jalar Dengan Variasi Konsentrasi Solven, Dan Lama Waktu Ekstraksi. Fak. teknik- Universitas sriwijaya.
Hambali, Mulkan. Febrilia Mayasari. Fitriadi Noermansyah. 2014. Ekstraksi Antosianin Dari Ubi Jalar Dengan Variasi Konsentrasi Solven, Dan Lama Waktu Ekstraksi. Malang: Fak. teknik- Universitas sriwijaya.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Manganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB.
Ibrahim, Agus M.; Yunianta; Feronika Heppy S. 2015. PENGARUH SUHU DAN LAMA WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP SIFAT KIMIA DAN FISIK PADA PEMBUATAN MINUMAN SARI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) DENGAN KOMBINASI PENAMBAHAN MADU SEBAGAI PEMANIS. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.530-541.
Indraswari, A. 2008. optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Dewandari Menggunakan Metode Maserasi dengan Parameter Kadar Total SEnyawa Fenolik dan Flavonoid. Skrips. UNS, Surakarta.
Iqbal, M., dan Suliytyorini, E. 2009. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). CCRC Farmasi UGM.
Mortensen, A. Carotenoids and Other Pigment as Natural Colorant. 2006. Pure Appl. Chem., Vol. 78, No. 8: 1477-1491.
Nurlela, 2011. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan Bunga Rosella (HIbiscus sabdariffa L.). Skripsi. Jakarta: Program Studi Kimia-Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah.
(13)
Oktiarni, Dwita; Devi Ratnawati; Bomilia Sari. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kembang Sepatu sebagia Pewarna Alami dan Pengawet Alami pada Mie Basah. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Pifferi, P. G. and A. Vaccari. 1996. The Anthocyanin of Sunflower. Dalam L. Goa and G. Mazza (ed). Extraction of Anthocyanin Pigments from Sunflower Hulls. Journal of Food Science 61 (3); 600 – 603.
Samsudin, A. S dan Khoiruddin. 2011. Ekstraksi dan Filtrasi Membran dan Uji Stabilitas Zat Warna Kulit Manggis. Fakultas Teknik Diponegoro, Semarang. Sari, Puspita; Fitriyah Agustina; Mukhamad Komar; Unus; Mukhamad Fauzi; Triana
Lindriati. 2005. EKSTRAKSI DAN STABILITAS ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH DUWET (Syzygium cumini). Jurnal. Teknol. dan Industri Panga, Vol. XVI No. 2. Jember: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP-Universitas Jember. Sholikhin, Jauharus; Betty Lukiati; Balqis. 2012. Analisis dan Uji Stabilitas Ekstrak
Mahkota Bunga Dadap Merah (Eritrina crista-galli L.). Malang: FMIPA-Universitas Negeri Malang
Sutardi, T., 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Bogor: IPB.
Tanaka, Y., Sasaki, N., dan Ohmiya, A. 2008. Biosyntehesis of Plant Pigments: Athocyanins, Betalains, and Carotenoids. The Plant journal Vol. 54: 733-749. Trivellini, A, P. Vernieri, A. Ferranto dan G. Serra. 2007. Phsyiological
Characterization of Flower Senescence in Long Life and Ephemeral Hibiscus. Acta Hort. 755, 457-464.
Ukuweze, N. N, C. A. Nwadinigwe, C. O. B. Okoye dan F. B, Okoye. 2009. Potentials of 3, 31, 41, 5, 7 of Hibiscus rosa-sinensis L. (Malvaceae) floers as ligand in the quantitative determination of Pb, Cd and Cr. Physical Sciemce 4 (2): 058-062.
(1)
3.4 Fungsi Perlakuan
Adapun tahapan praktikum berawal dari menyiapkan bahan praktikum diantaranya ialah bunga kembang sepatu sebagai bahan yang akan diekstrak antosianinnya dan pelarut etanol 97%. Alasan mengapa memakai etanol 97% karena etanol merupakan pelarut polar sehingga dapat mengekstrak atau mengambil zat antosianin dari kembang sepatu dan semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol maka sebakin bagus dalam proses pengambilan zat antosianinnya (Agustin dan Ismiyanti, 2015). Setelah menyiapkan bahan dilanjutkan dengan memisahkan bagian antara kelopak, tangkai, dan mahkota dari bunga kembang sepatu serta yang dipakai adalah mahkota bunga kembang sepatu. Mahkota bunga kembang sepatu kemudian dipotong-potong dengan tujuan untuk membuat mahkota bunga kembang sepatu terluka sehingga dapat mengeluarkan zat antosianin dengan baik setelah itu ditimbang sebesar 25 gram dan dilarutkan dengan etanol 97% sebanyak 250 ml. Mahkota bunga kembang sepatu yang sudah dilarutkan dengan etanol 97% kemudian didiamkan atau diekstrak secara maserasi selama 24 jam dan disimpan pada suhu ruang (perlakuan 1) dan pada suhu dingin atau kulkas (perlakuan 2) dengan tujuan untuk dapat dibedakan hasilnya. Setelah 24 jam maka hasil ekstraksi masing-masing perlakuan difiltrasi menggunakan kertas saring dengan tujuan untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Setelah itu hasil filtrat ekstrak bunga kembang sepatu dievaporasi pada suhu 550C selama 15 menit untuk menguapkan pelarut etanolnya sehingga hanya tersisa ekstrak antosianin dari bunga kembang sepatu yang akan diamati.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan
4.1.1 Hasil Pengamatan
(2)
Perlakuan BeratAwal AmpasBerat Rendemen Awal (Setelah Filtrasi) Rendemen Akhir (Setelah Evaporasi) Warna Aroma 1 (Maserasi suhu ruang) 25 gram 12,329
gram 240 ml 45 ml
Ungu/merah marun pekat Tidak menyengat aroma bunga 2 (Maserasi suhu kulkas) 25 gram 12,329
gram 270 ml 49ml
Ungu/merah marun cerah
Menyengat aroma bunga
4.1.2 Hasil Perhitungan
Perlakuan
Data Hasil Perhitungan
Berat Awal (berat bunga +
berat etanol) Berat Ekstrak Antosianin Randemen 1 (Maserasi suhu ruang)
275 gram 45 ml 16,36%
2 (Maserasi
suhu kulkas)
275 gram 49ml 17,81%
4.2 Analisa Data
Berdasarkan hasil data pengamatan dan perhitungan pada tabel 4.1.1 dan 4.1.2 maka dapat diketahui bahwa dari masing-masing perlakuan yang awalnya menggunakan berat bahan baku awal sama yaitu berat mahkota bunga kembang sepatu 25 gram ditambah dengan pelarut etanol 97% sebanyak 250 ml ternyata hasil randemennya berbeda. Pada perlakuan 1 (suhu ruang) didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebesar 45 ml yang artinya randemennya sebesar 16,36%, sedangkan
(3)
pada perlakuan 2 (suhu kulkas) didapatkan hasil ekstrak antosianin bunga kembang sepatu sebanyak 49% yang artinya rendemennya sebesar 17,81%. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 didapatkan randemen terbesar pada perlakuan 2 yaitu pada ekstraksi maserasi di suhu dingin atau di kulkas karena memang suhu sangat berpengaruh pada hasil ekstraksi dan mengakibatkan perbedaan kecepatan kelarutan komponen dan kemudahan antosianin teroksidasi (Sari dkk., 2005). Padahal menurut Geabkoplis dalam Sari dkk., (2005), semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massa dari solut ke solven akan semakin tinggi karena suhu mempengaruhi nilai koefisien transfer massa dari suatu komponen. Oleh sebab itu seharusnya didapatkan randemen yang paling tinggi adalah pada perlakuan 1 (suhu ruang), kemungkinan hal yang mengakibatkan terjadinya hasil randemen perlakuan 1 (suhu ruang) lebih rendah dibandingkan perlakuan 2 (suhu kulkas) dikarenakan ketidaksempurnaan dalam proses penutupan alumunium foil pada beaker glass sehingga mengakibatkan pelarut etanol menguap (Indraswari, 2008). Tetapi meskipun suhu yang tinggi dapat mempercepat perpindahan massa dari solut ke solven atau pelarut, struktur antosianin akan mengalami degradasi atau kerusakan apabila suhu ekstraksi terlalu tinggi (Harborne, 1987). Serta semakin tinggi suhu maka difusi juga akan semakin besar sehingga ekstraksi akan berjalan secara cepat (Ibrahim dkk., 2015).
Hasil organoleptik dari ekstrasi antosianin bunga kembang sepatu didapatkan data yang menunjukkan bahwa warna pada perlakuan 1 yaitu merah marun pekat,sedangkan pada perlakuan 2 berwarna merah marun cerah. Hal tersebut sesuai dengan Ibrahim dkk., (2005), bahwa peningkatan suhu menyebabkan laju ekstraksi semakin tinggi, dan tingginya laju reaksi dapat mengakibatkan tingkat kecerahan warna semakin gelap dan sebaliknya. Berdasarkan Samsudin dan Khoiruddin dalam Sholikhin dkk., (2012), bahwa penyimpanan pada kondisi kamar mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas zat warna yang cukup besar akibat reaksi kopigmentasi dan kerja enzim polifenol, sedangkan penyimpanan pada kondisi dingin dapat menghambat terjadinya reaksi kopigmentasi dan reaksi pencoklatan. Sedangkan hasil organoleptik dari segi aroma didapatkan aroma pada perlakuan 2 (suhu dingin) lebih menyengat aroma bunga kembang sepatunya dibandingkan dengan aroma pada perlakuan 1 (suhu kamar). Hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan pernyataan Ibrahim dkk., (2005), yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka aroma akan semakin kuat atau tajam. Adanya ketidaksesuaian hasil kemungkinan terjadi akibat pada suhu rendah atau dingin
(4)
dapat memperhambat proses matabolisme sehingga aroma bunga kembang sepatu masih terjaga saat proses ekstraksi (Sutardi, 1980). Sedangkan pada suhu ruang kemungkinan aroma bunga kembang sepatu sudah mulai menyengat saat proses ekstraksi sehingga kelamaan aroma menjadi berkurang karena tidak ada proses pengawetan yang mampu menjaga aroma bunga kembang sepatu tersebut (Hambali dkk., 2014).
BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
1. Perbandingan randemen dari masing-masing perlakuan yakni perlakuan 1 (suhu ruang) didapatkan hasil akhir sebesar 45 ml dengan randemen 16,36%, sedangkan perlakuan 2 (suhu dingin) didapatkan hasil akhir sebesar 49 ml dengan randemen 17,81% dari masing-masing berat awal yang sama yaitu sebesar 25 gram mahkota bunga kembang sepatu ditambah 250 ml etanol 97%.
2. Uji organoleptik dari segi warna didapatkan warna yang paling merah tua atau pekat yaitu pada perlakuan 1 (suhu ruang), sedangkan aroma yang paling menyengat bunga kembang sepatu pada perlakuan 2 (suhu dingin).
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum berikutnya dilakukan kegiatan ekstraksi antosianin dengan bahan baku yang berbeda dengan penambahan analisa kimia sehingga akan menambah wawasan mahasiswa.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB
Agustin, Dina dan Ismiyanti. 2015. Pengaruh Konsentrasi Pelarut Pada Proses
Ekstraksi Antosianin Dari Bunga Kembang Sepatu. Fakultas Teknik. Jakarta:
Universitas Muhammadiya Jakarta.
Dirjen POM, Depkes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik lndonesia, Jakarta. 9 - 11, 16.
Hambali, Mulkan. Febrilia Mayasari. Fitriadi Noermansyah. 2014. Ekstraksi Antosianin Dari Ubi Jalar Dengan Variasi Konsentrasi Solven, Dan Lama Waktu Ekstraksi. Fak. teknik- Universitas sriwijaya.
Hambali, Mulkan. Febrilia Mayasari. Fitriadi Noermansyah. 2014. Ekstraksi Antosianin Dari Ubi Jalar Dengan Variasi Konsentrasi Solven, Dan Lama Waktu Ekstraksi. Malang: Fak. teknik- Universitas sriwijaya.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Manganalisis
Tumbuhan. Bandung: ITB.
Ibrahim, Agus M.; Yunianta; Feronika Heppy S. 2015. PENGARUH SUHU DAN LAMA WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP SIFAT KIMIA DAN FISIK PADA PEMBUATAN MINUMAN SARI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) DENGAN KOMBINASI PENAMBAHAN MADU SEBAGAI PEMANIS.
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.530-541.
Indraswari, A. 2008. optimasi Pembuatan Ekstrak Daun Dewandari Menggunakan Metode Maserasi dengan Parameter Kadar Total SEnyawa Fenolik dan Flavonoid. Skrips. UNS, Surakarta.
Iqbal, M., dan Suliytyorini, E. 2009. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.).
CCRC Farmasi UGM.
Mortensen, A. Carotenoids and Other Pigment as Natural Colorant. 2006. Pure Appl. Chem., Vol. 78, No. 8: 1477-1491.
Nurlela, 2011. Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan Bunga Rosella (HIbiscus sabdariffa L.).
Skripsi. Jakarta: Program Studi Kimia-Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah.
(6)
Oktiarni, Dwita; Devi Ratnawati; Bomilia Sari. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Bunga
Kembang Sepatu sebagia Pewarna Alami dan Pengawet Alami pada Mie Basah.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.
Pifferi, P. G. and A. Vaccari. 1996. The Anthocyanin of Sunflower. Dalam L. Goa and G. Mazza (ed). Extraction of Anthocyanin Pigments from Sunflower Hulls. Journal of Food Science 61 (3); 600 – 603.
Samsudin, A. S dan Khoiruddin. 2011. Ekstraksi dan Filtrasi Membran dan Uji Stabilitas Zat Warna Kulit Manggis. Fakultas Teknik Diponegoro, Semarang. Sari, Puspita; Fitriyah Agustina; Mukhamad Komar; Unus; Mukhamad Fauzi; Triana
Lindriati. 2005. EKSTRAKSI DAN STABILITAS ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH DUWET (Syzygium cumini). Jurnal. Teknol. dan Industri Panga, Vol. XVI No. 2. Jember: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP-Universitas Jember. Sholikhin, Jauharus; Betty Lukiati; Balqis. 2012. Analisis dan Uji Stabilitas Ekstrak
Mahkota Bunga Dadap Merah (Eritrina crista-galli L.). Malang: FMIPA-Universitas Negeri Malang
Sutardi, T., 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Bogor: IPB.
Tanaka, Y., Sasaki, N., dan Ohmiya, A. 2008. Biosyntehesis of Plant Pigments: Athocyanins, Betalains, and Carotenoids. The Plant journal Vol. 54: 733-749. Trivellini, A, P. Vernieri, A. Ferranto dan G. Serra. 2007. Phsyiological
Characterization of Flower Senescence in Long Life and Ephemeral Hibiscus.
Acta Hort. 755, 457-464.
Ukuweze, N. N, C. A. Nwadinigwe, C. O. B. Okoye dan F. B, Okoye. 2009. Potentials of 3, 31, 41, 5, 7 of Hibiscus rosa-sinensis L. (Malvaceae) floers as ligand in the quantitative determination of Pb, Cd and Cr. Physical Sciemce 4 (2): 058-062.