Penentuan Viskositas Remah Karet (Crumb Rubber) SIR 20 Dengan Metode Mooney ViskometerDi PT Pantja Surya

(1)

1. Lampiran 1


(2)

Gambar Kompresor 2. Lampiran 2


(3)

Gambar Ponch Mooney 3. Lampiran 3

(a) (c)

(b) (d)

Keterangan Gambar :

(a) Hasil potongan dari Ponch Mooney. (b) Hasil dari sampel yang telah diblanding. (c) Hasil dari potongan bendela/ sampel. Penomoran pada sampel


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Husnuari, M. 2010. Pengaruh Nilai Viskositas Mooney Terhadap Jumlah Berat Molekul Karet Remah SIR 20 [Karya Ilmiah]. Universitas Sumatra Utara: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Diploma. John, S.D. 2003. Basic Rubber Testing. Nj. Bridgeport. 2: 17-30.

Refrizon. 2000. Viskositas Mooney Karet Alam. Medan: Fakultas Matematika Dan Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

Steven, M.P.2001. Kimia Polimer. Cetakan Kedua. Pradnya Paramita. Jakarta. 2: 36

[Jetro dan Gapkindo] the Japan Eksternal Trade Organization dan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia.PT.Pantja Surya. 2007. Sumatra Utara. [FF] Future Foundation. 2003. Mooney Viscometer. India.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Husnuari, M. 2010. Pengaruh Nilai Viskositas Mooney Terhadap Jumlah Berat Molekul Karet Remah SIR 20 [Karya Ilmiah]. Universitas Sumatra Utara: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Diploma. John, S.D. 2003. Basic Rubber Testing. Nj. Bridgeport. 2: 17-30.

Refrizon. 2000. Viskositas Mooney Karet Alam. Medan: Fakultas Matematika Dan Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

Steven, M.P.2001. Kimia Polimer. Cetakan Kedua. Pradnya Paramita. Jakarta. 2: 36

[Jetro dan Gapkindo] the Japan Eksternal Trade Organization dan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia.PT.Pantja Surya. 2007. Sumatra Utara. [FF] Future Foundation. 2003. Mooney Viscometer. India.


(6)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Alat

Nama Alat Ukuran Merk

1. Mooney Viskometer - Negretty

2. Stopwatch - Braintek

3. Kompressor - -

4. Lab Mill/Blanding Mill - Slim C

5. Gunting - -

6. Plastik - -

7. Neraca Analitik - Mettler

8. Pounch Mooney - -

9. Pisau - -

10.Termometer 180 0C -

11.Sarung Tangan Kain - -

12.Obeng - Jupiter

13.Lebel - -

14.Mikrometer - -

3.2. Bahan


(7)

3.3.Prosedur Penelitian 1) Pengambilan Sampel

1. Potong Remah Karet (Crumb Rubber) yang keluar dari mesin kempa yang berbentuk balok secara diagonal pada kedua sudutnya dengan ukuran 5 cm X 5 cm  14 cm kearah sisi vertikal.

2. Dimasukkan kedalam pelastik,dan tuliskan nomor kode contoh pada plastik,yang menerangkan tanggal produksi ,nomor pallet/sampel,nomor keterangan bendela /potongan dan keterangan tambahan lainnya bila diperlukan.

3. Pengambilan sampel dengan interval minimum 9 bendela (balok) yang keluar dari mesin kempa.misal bendela nomor 9,18,27,dan 36.untuk peti yang memuat 36 bendela/peti dengan massa 35 kg /bendela.

2) Penyeragaman Sampel

1. Siapkan Sampel diatas meja instrumen sesuai dengan nomor produksi.

2. Sampel diblanding di lab milling dengan celah roll 1,65 mm. Setelah tiap kali penggilingan, lembaran pallet digulung dan salah satu ujungnya dimasukkan kembali ke gilingan dan pada penggilingan ke 6 karet di lipat dua.

3. Lembaran sampel digunting menjadi potongan –potongan contoh uji untuk analisa.


(8)

a. Disimpan untuk arsip sebanyak  100 gr dan dimasukkan kedalam plastik yang berisi keterangan tadi.

b. Dipotong sebanyak  25-30 gr untuk penentuan nilai mooney viskositas (MV).

3) Penentuan Nilai Mooney Viscosity (MV)

1. Potong sampel uji menjadi dua potongan dengan alat punch mooney.

2. Hidupkan alat viskometer sekurang –kurangnya satu jam untuk pemanasan.

3. Hidupkan kompressor dan buka krannya.

4. Tutup plat stator atas dengan menekan kedua tombol hijau sampai lampu indikator yang berwarna merah menyala.

5. Hidupkan kontrol heater dan bost heater pada posisi On dan atur regulator sampai suhu stator atas dan bawah mencapai stabil 100

0

C ± 0,5 0C

6. Bila suhu telah naik dan lampu indikatornya menyala berkedip- kedip secara perlahan ,matikan Boost Heater (Posisi Off)

7. Buka stator atas dengan menekan tombol merah.

8. Masukkan satu potongan sampel kedalam rator L dan letakkan potongan sampel yang ke dua keatas rator L.

9. Motor dijalankan dan diperiksa titik 0 pada skala mikrometer .Bila tidak tepat atur titik nol tersebut dengan menarik dan mendorong pegas U.


(9)

10.Tutup stator atas sambil stopwatch dijalankan dan tunggu selama satu menit,setelah satu menit kemudian tekan tombol Start.

11.Catat nilai yang ditunjukkan pada mikrometer setiap menit ke satu sampai menit ke lima.Nilai viskositas sebenarnya pada menit kelima.

12.Setelah pengamatan selesai,matikan motor dengan menekan tombol Stop.

13.Keluarkan rotor dengan menekan handle kebawah dan gunakan sarung tangan untuk mengambil rator yang panas tersebut,dan gunakan obeng untuk menjungkit karet yang menempel pada rator.


(10)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari percobaan diperoleh data hasil penentuan nilai Mooney Viskosity (MV) di laboratorium PT.Pantja Surya Perdagangan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Percobaan Pemeriksaan Mooney Viskosity (MV) ( Bendela 9)

No No.Contoh

Waktu ( t )

1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit Nilai

MV ( M)

Nilai MV ( M )

Nilai MV ( M)

Nilai MV ( M)

Nilai MV( M )

1 1529/9 93 75 76 76 76

2 1531/9 91 73 75 75 75

3 1533/9 94 75 76 77 77

4 1535/9 93 75 76 77 77

5 1537/9 90 74 75 75 75


(11)

Tabel 4.2 Data Percobaan Pemeriksaan Mooney Viskosity (MV) ( Bendela 27)

No No.Contoh

Waktu ( t )

1 menit 2 menit 3 menit 4 menit 5 menit Nilai

MV ( M )

Nilai MV ( M )

Nilai MV ( M

)

Nilai MV ( M

)

Nilai MV ( M )

1 1530/27 92 74 76 76 76

2 1532/27 92 74 76 76 76

3 1534/27 98 76 77 78 78

4 1536/27 96 74 75 76 76

5 1538/27 96 75 77 77 77

Rata -rata 94,8 74 76,2 76,6 76,6

Hasil Pencatatan Pengujian M L ( 1 + 4 ) 100 0C

Keterangan :

M = Angka Viskositas Mooney ( M )

L = Ukuran yang digunakan untuk karet mentah ( 38,1 mm) 1 = Waktu pemanasan pendahuluan ( Pre-Heating ) (menit)

4 = Waktu pengujian selama empat menit setelah pemanasan pendahuluan

100 0C = Suhu pengujian.

NB : Pembacaan nilai viskositas Mooney dilakukan pada menit ke 5.

1. Bendela 9 Dimana,


(12)

Grafik fungsi X vs Y Dimana :

X =Waktu (s)

Y = Nilai Viskositas Mooney (M)

Tabel 4.3 Grafik fungsi waktu terhadap nilai viskositas bendela 9

X Y

1 93,4

2 74,6

3 76

4 76,4

5 76,4

Gambar 4.1 Grafik nilai viskositas Mooney (M) terhadap waktu (s) bendela 9

2. Bendela 27 Dimana,

Nilai Viskositas (MV) = 76,6 ML (1 + 4)100 0C. 0

20 40 60 80 100

0 1 2 3 4 5 6

Y

Y ML ( 1 + 4) 100 0C


(13)

Grafik fungsi X vs Y Dimana :

X = Waktu (s)

Y = Nilai Viskositas Mooney (M)

Tabel 4.4 Grafik fungsi waktu terhadap nilai viskositas

Gambar 4.5 grafik nilai viskositas Mooney (M) terhadap waktu (s) bendela 27

4.2.Pembahasan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 1 2 3 4 5 6

Y

Y

X Y

1 94,8

2 74

3 76,2

4 76,6


(14)

Pada percobaan pemeriksaan viskositas Mooney untuk bendela 9 dengan nomor contoh 1529 pada menit ke-1 nilai viskositas adalah 93 M, pada saat menit ke-2 nilai viskositas menurun menjadi 75 M. Hal ini disebabkan pemanasan pada karet yang diuji belum konstan yaitu pada suhu 100 0C. Pada menit ke 3,4 dan 5 nilai viskositas mengalami kenaikan menjadi 76 M disebabkan suhu dan kecepatan rator sudah setabil sehingga pembacaan nilai viskositas ini sudah dapat dikatakan sebagai nilai viskositas akhir yang diinginkan. Hal yang sama dialami nomor contoh 1531, 1533, 1535 ,dan 1537 pada menit ke-1 nilai viskositas berkisar 90 M - 94 M dan pada menit ke-2 mengalami penurunan nilai viskositas berkisar 73 M -75 M ini disebabkan panas pada stator belum konstan.dan pada menit ke 3,4,dan 5 nilai viskoitas selalu mengalami kenaikan yang berkisar antara 75 M -77 M yang disebabkan suhu pada sempel sudah konstan sehingga karet yang diputar oleh rator sudah stabil dan dapat dikatakan sebagai nilai viskositas yang diinginkan. Pada percobaan penuntuan viskositas bendela 27 dengan nomor contoh 1530, 1532, 1534, 1536, dan 1538 hasil yang diperoleh sama dengan bendela 9 yang mana nilai viskositas pada menit ke-1 akan lebih tinggi dari pada menit ke-2 dengan alasan yang sama yaitu suhu pada saat percobaan belum stabil, oleh karena itu waktu pemanasan yang dapat dikatakan stabil adalah pada waktu 3 -5 menit sehingga nilai viskositas dapat ditentukan. namun untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya pembacaan viskositas selalu pada menit ke-5.

Pada saat penentuan remah karet makin besar viskositas maka makin besar perlawanan remah karet terhadap rator.

Nilai viskositas Mooney remah karet (crumb rubber) dapat mempengaruhi hasil barang jadi, sebab apabila nilai viskositas mooney semakin


(15)

tinggi akan meyebabkan karet semakin keras sehingga susah dalam proses pengolahan pembuatan barang jadi, khususnya pembuatan ban. Sebaliknya, apabila nilai viskositas suatu bahan rendah akan meyebabkan rendahnya tingkat ketahanan suatu barang atau barang akan cepat rusak.


(16)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan nilai rata –rata viskositas Mooney untuk bendela 9 pada menit ke -1( t 1) = 93,4 M , t 2 = 74,6 M, t 3=76 M, t 4=76,4 M,

t 5= 76.4M, dan untuk bendela 27 pada menit ke -1( t 1) = 94,8 M , t 2 = 74 M,

t 3=76,2 M, t 4=76,6 M, t 5= 76.6M. Nilai tersebut masih sesuai dengan standart

mutu SIR 20 (SNI 1903: 2011) yaitu antara 75 M – 85 M pada pembacaan viskositas Mooney untuk menit ke 5 (t 5) [ ML ( 1+5) 100 0C].

5.2.Saran

Untuk menjaga nilai viskositas Mooney remah karet sebaiknyadiperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi nilai viskositas seperti PH dan cara pembekuan, kontaminasi, waktu pengolahan, dan suhu pengeringan bendela.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Karet

Pertama kali dikemukakan oleh Cristopher Colombus pada tahun 1493 ketika melihat seorang anak penduduk asli Haiti sedang bermain bola berwarna hitam yang akhirnya diketahui terbuat dari getah. Karet berasal dari pohon Havea brasilensisyang memiliki nilai guna bagi manusia hingga saat ini. Pada tahun

1763 Mack dari Prancis membuka jalan bagi pemakain karet dengan menemukan bahwa karet dapat dilarutkan dalam eter dan lemak terpena.Tahun

1770 Frestry berasal dari Inggris yang menggunakan karet sebagai penghapus. Tahun 1803 Pabrik karet pertama yang memproduksi ban karet dan pipa karet di Prancis. Tahun 1819 Seorang manejer pabrik karet di London menemukan mesin pemintal benang terbuat dari karet. Tahun 1823 Charles Macintosh dari Glasgow ( Skotlandia) membuat dan memasarkan jas hujan yang terbuat dari kain yang dilapisi cairan atau larutan karet yang telah dilarutkan dalam pelarut. Tahun 1839 Charles Goodyear dari USA menemukan cara vulkanisir karet, dengan mencampurkan karet dengan belerang yang dipanaskan pada suhu 120 -130 0C. Tahun 1846 Thomas Hancock menemukan teknik vulkanisir dimana penemuan karet semakin berkembang dan pohon karet mulai ditanam dan dikembangkan di Inggris. Tahun 1876 Hendry Wickham dari Inggris membawa pulang 70.000 benih tanaman Havea Brasilensisdari brazil dan ditanam dikebun Raya London yang hasilnya dikirim ke Malaysia, Ceylon, dan Singapura.Tahun 1887 John


(18)

Dunlop seorang dokter hewan asal Skotlandia menciptakan ban angin ( pnewmatic tyre) pertama kali didunia dibuat untuk sepeda roda tiga anaknya. Tahun 1905 Karet tumbuh disekitar daerah Amazon tidak dibudidayakan dan dikontrol karena pengambilan dibatasi, pedagang menjual dengan harga tinggi, untuk mengatasi masalah itu karet dialihkan keperkebunan di Asia Tenggara. Abad 20 Sejak ditemukan mobil, permintaan karet alam mengalami lonjakan sehingga terjadi kelangkaan. Sebagai gantinya ditemukanlan karet sintetis.

Tanaman karet masuk ke Indonesia pada tahun 1876 setelah Hendry Wicham memperoleh izin untuk mengekspor 70.000 biji karet segar ,dari 70.000 biji tersebut hanya sekitar 2000 yang dapat tumbuh ,sebagian besar dikirim ke Sri Langka dan sebagian kecil ke Indonesia yang tiba di Jakarta pada bulan November 1876. Kemudian pada tahun 1902, dimulailah kegiatan budi daya besar-besaran di sumatra bagian timur dan selang waktu empat tahun kemudian (1906) budidaya pohon dilakukan di pulau jawa (Jetro dan Gapkindo,2007).

2.2.Macam – macam Pohon Karet

Tumbuhan mengandung karet alam dalam getahnya ( lateks,Poly Isopren), Cukup banyak dan diperkirakan lebih dari 400 macam. Dari dalam getah putih yang keluar dari tanaman dandeliondan pohon ara pun mengandung karet alam.

1. Havea Brasilensis

Berasal dari derah Amazon, karena dikirim dari pelabuhan Para dimuara sungai Amazon maka diberi nama Para Gomunoki (pohon karet para) .Pada tahun 1976 berhasil dikembangkan di P Ceylon.Bila disebut karet alam maksudnya adalah untuk karet ini.


(19)

2. Manihot glaziovili

Tanaman tingkat rendah berasal dari Brazil.Karet yang diambil dari tanaman ini disebut karet ceala. Kualitas tanaman ini satu tingkat lebih rendah dari karet H.brasiliensis. Karena kebutuhan akan karet ini tidak terlalu banyak maka tanaman ini tidak dikembangkan.

3. Castilloa elastoca

Berasal dari Amerika tengah .Karena pertumbuhan kembali kulit pohon yang telah digores berlangsung lambat ,maka getah pohon ini hanya dapat diambil 4-5 kali setahun.Bila pengambilan getahnya terlalu sering dilakukan dapat menyebabkan matinya pohon.

4. Ficus elestica

Berasal dari daerah Indonesia dan Malaysia ,karena getahnya termasuk jenis yang kompleks ,maka pengambilannya cukup sulit dan jumlahnya sedikit.

5. Landophia kirki

Berasal dari Afrika dan termasuk tanaman merambat yang dapat membesar. Getahnya dapat diambil dengan cara memotong atau menebang pohonnya, kemudian dikuliti dan diambil getahnya. Tanaman ini satu spesies dengan L . oweriensis, L. klainei ,L. heudelotti,dan L .ugandas. 6. Urciola elastica

Berasal dari Sumatra dan Malaysia yang jenis tanaman ini adalah merambat.


(20)

Berasal dari Malaysia lateks dari pohon ini akan mengeras apabila terkena udara,oleh karenaya pengambilan lateks harus dengan batang dan daunnya.Karet ini sangat stabil dengan air ,sehingga banyak digunakan untuk kabel laut dan kulit bola golf.

8. Achras zapota

Berasal dari Amerika Tengah ,cara pengambilan lateks dengan cara menggores kulit pohon, digunakan sebagai bahan baku permen karet. 9. Dyera costulata

Berasal dari malaysia ,digunakan sebagai permen karet dan perekat ikat pinggang.

10.Accacia senegel

Berasal dari Barat Afrika ,lateksnya mengandung hidrokarbon dan karbohidrat yang larut dalam air ,digunakan dalam pembuatan tinta, perekat perangko ,zat yang membantu pembuatan tablet dan pil.

11.Funtumia elastika

Tanaman tingkat tinggi yang tumbuh di daerah tropis bagian Barat Afrika,di budidayakan di Asia Tenggara ,lateks memiliki kestabilan yang baik sehingga dapat disimpan lebih lama.

12.Perthenium argentatum

Berasal dari Meksiko ,tumbuhan semak ini hanya hidup satu tahun.tidak mempunyai pembuluh getah, karetnya terkandung dalam akar,batang ,dan daun.


(21)

Berasal dari Amerika Selatan,lateks berwarana merah ,digunakan sebagai kulit bola golf karena tahan air.

14.Astragalus gumifer

Berasal dari Asia kecil Greek.pemakain karet ini sama dengan karet Arabia ( Jetro dan Gapkindo,2007 ).

2.3. Teknik Penyadapan Karet

Pohon H. Brasilensisdiambil getahnya setelah berumur 5 -7 tahun (diameter 17 cm) , ketika mencapai umur kira –kira 14 tahun produksi getahnya mencapai titik tertinggi dan setelah itu akan mengalami penurunan. Umur pohon bisa mencapai 30 Tahun. Getah pohon karet diambil dalam kurun waktu 20 tahun. Pengambilan lateks dengan cara tappingdilakukan dengan cara menorehkan pada bagian setengah lingkaran pohon. Lima tahun berkutnya pengambilan lateks pada bagian sebelahnya,dan seterusnya dalam tempo 20 tahun.

Pengambilan lateks dengan menorehkan pisau khusus ke pada kulit pohon,kemudian lateks keluar dan ditampung dengan wadah kecil yang disiapkan, untuk menggumpalkan lateks dimasukkan asam sulfat atau asam format kedalam wadah ( Jetro dan Gapkindo,2007 ).

2.4. Komposisi Karet

Getah adalah cairan koloid yang mengandung lateks, pati, protein, lemak,dll. Molekul karet pada siang hari terbentuk di bagian daun ,dan menjelang


(22)

sore getah dikirim kebagian kulit. Pengambilan lateks dilakukan pada pukul 5 – 8 pagi ( Jetro dan Gapkindo,2007)

Tabel 2.4.1 Komposisi karet

Elemen Kandungan Lateks Basah ( % )

Kandungan Karet Kering ( % )

Air 59,66 -

Karet 35,62 88,24

Protein 2,03 5,04

Asam Lemak 1,65 4,1

Abu 0,7 1,74

Glukosa 0,34 0,84

Tabel 2.4.2. Tabel Struktur Karet Alam

Struktur Nama Unit Ulang Nama Nama

Monomer Monomer Polimer Sumber IUPAC

CH3CH=CH2 Isoprena CH2 CH2 cis-1,4-Poliisoprena

(2metil-1,3 butadiena)

C=C cis-Poli

CH3 H (1-metil-1-

Butena) (Steven, M.P.2003)


(23)

Gambar 2.4.1 Jenis dan Produk Karet Alam 2.5.Jenis –Jenis Karet Alam

(Jetro dan Kapkindo,2007) Karet alam diperoleh dari pohon karet yang manghasilkan lateks dengan cara penggumpalan dan pengeringan. Saat ini negara penghasil karet alam terbesar yang memproduksi 70 % dari seluruh produksi karet di dunia adalah Thailand,Indonesia,Malaysia. Secara umum lateks dibagi menjadi 3 jenis mutu utama, tergantung cara memprosesnya yakni :

2.5.1.Lateks Pekat

Lateks pekat merupakan karet alam yang awet disimpan yang dibuat dengan menambahkan amonia kedalam getah karet, bila akan

1. Karet busa

2. Karet untuk peralatan medis

3. Sarung tangan medis 4. Sarung tangan industri 5. Sarung tangan Rumah

tangga

6. Karet kontrasepsi 7. Benang karet 8. Balon, dll Lateks Pekat

Sit Angin

Rubber Smoked Sheet Pale Crapes

SIR 3 CV,SIR 3 L,SIR 3WF

1. Ban (luar dan dalam) 2. Alas kaki

3. Komponen karet otomotif

4. Komponen karet elektronik

5. Produk karet industri 6. Selang dan pipa karet 7. Karet penggunaan

umum, dll Flat Bark Crepes

Think Blanket Crapes Estate Brown Crapes Thin Brown Crapes SIR 10 ,SIR 20 Lateks

Koagulum Lapangan Pohon Karet H.brasillensis


(24)

dikirim atau diekspor, biasanya dikentalkan terlebih dahulu dengan mesin sentrifugal hingga kekentalannya mencapai 60 % .

2.5.2.Rubber Smoked Sheet ( RRS )

RSS adalah karet alam yang diperoleh dengan cara memasukkan lateks kedalam asam untuk dipadatkan, kemudian dipanaskan dan diasapkan. Jenis karet ini digunakan sebagai bahan baku industri ban dan tube.

2.5.3.Technically Specifield Rubber ( TSR )

TSR adalah jenis mutu karet yang pada awalnya digumpalkan kemudian dihaluskan ,setelah itu dilakukan proses pengeringan dengan cara pemanasan. Jenis mutu ini tergantung dari negara asal yang memproduksi untukkaret yang diproduksi Thailand dikenal Standard Thailand Rubber (STR), Indonesia dikenal Standard Indonesi Rubber ( SIR ), Malaysia dikenal Standard Malaysian Rubber (SMR) , dan Singapura dikenal Standard Singapura Rubber (SSR).

2.6. Pengolahan Karet

Getah digolongkan menjadi dua kelompok bokar yakni lateks dan koagulum lapangan.

2.6.1. Lateks Pekat

Lateks pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara sentrifius atau pemekatan dari kadar karet kering (KKK) 28- 30 % menjadi


(25)

KKK 60 -64 %.Lateks kebun yang bermutu baik merupakan sarat utama mendapatkan hasil olahan yang baik. Penurunan mutu biasa disebabkan oleh terjadinya proses prokoagulasi.Prokoagulasi menjadi masalah proses pengolahan karet sit dan crape,sedangkan pada pengolahan karet bokah tidak masalah.

Prokoagulasi biasa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktifitas enzim, iklim ,jenis klon, pengangkutan ,serta kontaminasi dari luar.

Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkanperbedaan berat jenis antara partikel karet dengan serum.Serum mempunyai berat jenis lebih besar dari pada partikel karet ,berat jenis serum 1,024 sedangkan partikel karet 0,904. Akibatnya pertikel karet akan naik kepermukaan dan serum akan tergumpal pada lapisan bawah.

Ada 2 jenis lateks pekat yang biasa dijual dipasaran yaitu creamed lateks diindonesia dikenal dengan lateks dadih.Jenis yang kedua Centrifuget lateks disebut lateks pusingan. Pengolahan lateks pekat ditingkat petani dipilih cara pendadihan karena alatnya sedarhana, murah, dan prosesnya mudah.Sedangkan dalam skala pabrik menggunakan alat pemusingan ( sentrifugal machine).

2.6.1.1. Lateks Dadih

Peralatan: Tangki pendadihan dari plastik, pengaduk kayu, dan saringan lateks.


(26)

Bahan –bahan : Pengental (campuran amonium alginat dan karboksi metil seluluse) bahan pemantap (berupa amonium laurat dan pengawet berupa gas atau larutan amoniak).

Pengolahan : Lateks dikumpulkan kedalam ember lalu ditambahkan larutan amoniak 20 % sebayak 35 ml untuk setiap liter lateks,kemudian lateks disaring dengan saringan baja tahan karat dengan ukuran 40 atau 60 mesh selanjutnya dimasukkan kedalam ember plastik.Kemudian dilakukan pengujian KKK untuk menjadi lateks pekat KKK lateks kebun 30 % agar KKK latek pekat 60 %.

2.6.1.2.Lateks Pusingan

Lateks pusingan juga membutuhkan amoniak tetapi jumlah yang ditambahkan lebih sedikit yaitu 2 -3 g amoniak setiap liter lateks.

Pengolahan : Lateks disaring dan dikumpulkan kedalam tangki yang telah diukur volume dan KKK nya. Kadar amonia diukur dengan titrasi memakai asam klorida.Bila jumlah amonia kurang dilakukan penambahan 2 -3 g amonia yang memungkinkan lateks dapat disimpan selama 24 jam tanpa prokoagulasi.

KKK yang diinginkan untuk hasil latek pusingan adalah 60 %,tetapi kadarnya bisa turun 1-2 % pada proses produksi.Penambahan amonia sering juga mengakibatkan terjadinya penurunan KKK.sehinnga hasil olahan dibuat 62 % untuk mengatasi penurunan.


(27)

2.6.2.Sit Angin

Sit angin adalah lembaran lembaran karet hasil penggumpalan lateks yang digiling dan dikeringkan sampai memiliki KKK 90 – 95 %. Pengolahan sit angin dilakukam melalui berbagai tahap, yaitu penyaringan lateks ,pengenceran ,penggumpalan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengeringan.

Proses pengolahan : lateks dari kebun disaring dengan saringan 40 atau 60 mesh untuk memisahkan kotoran kemudian dilakukan pengujian KKK.selanjutnya dilakukan pengenceran dengan cara penambahan air bersih kedalam lateks sehungga diperoleh KKK baku 12 -15 %.jumlah air yang ditambahkan dapat dihitung dengan rumus :

Ket : VA = Volume air yang ditambahkan ( liter)

KKKa = KKK lateks kebun (%)

KKKb = KKK baku (%)

VL = Volume lateks kebun (liter)

Tujuan dari pengenceran adalah untuk memperoleh mutu yang seragam ,mempermudah penggilingan ,dan mempermudah keluarnya gelembung udara dari dalam lateks.Setelah dilakukan pengenceran ,lateks digumpalkan kedalam bak yang terbuat dari aluminium yang berukuran 50 X 25X6 Cm,yang kemudian di peram selama 1 jam,kemudian digiling lima kali gilingan polos dan sekali


(28)

gilingan beralur sambil disemprotkan air setelah selesai hasil gilingan dicuci dan ditiriskan selama 15 menit untuk dilakukan pengeringan selama 5 hari.

2.6.3. Sit Asap/Rubber Smoke Sheet (RSS)

Proses pengolahan sit asap hampir sama dengan sit angin.Perbedaanya terletak pada proses pengeringan,dimana pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu 40 -60 0C selama 4 hari dengan pengaturan sebagai berikut.

1. Hari pertama, suhu 40 -45 0C ,ventilasi ruang asap lebar. 2. Hari kedua, suhu 45 -50 0C, ventilasi ruang asap sedang. 3. Hari ketiga, suhu 50 -55 0C ,ventilasi ruang asap ditutup. 4. Hari keempat, suhu 55 -600C.

Setelah pengeringan dilakukan sortasi sesuai grean bookyang mengklasifikasikan sit asap menjadi RSS1,RSS2,RSS3,dan Cutting.selanjutnya RSS dikemas menurut mutu yang sama dengan berat setiap kemasan 113 kg.

2.6.4. Karet Crepe

Prinsip pengolahan karet crapeadalah mengubah lateks segar dari kebun menjadi lembaran crapemelalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan, dan pengeringan. Perbedaannya dengan pengolahan sit terletak pada tahap penggilingan dan pengeringan crape.

Jenis crapebaku atau standar dibuat dengan menggunakan 3 -5 gilingan crape.Gilingan memiliki lebar 16 -18 inch dan diameter 12 -14 inch.


(29)

2.6.5. Karet Spesifikasi Teknis( Crumb Rubber)

Pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara – cara pengolahan yang konvensional. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber) adalah karet yang penetapan jenis –jenis mutunya berdasarkan pada sifat –sifat teknis.seperti kadar abu ,kadar kotoran, PRI, MV,dll.kecuali warna atau penilain visual tidak berlaku pada jenis karet ini.

Tahap utama pengolahan karet spesifikasi teknis atau technically spesified rubber (TSR) adalah peremahan, pengeringan, pengempaan, pembungkusan dan pengemasan.

2.7. Viskometer Mooney

( John, S.D, 2003) Pengujian Viskositas Mooney pertama kali oleh Dr Melvin Mooney berkebangsaan Amerika Serikat pada tahun1930 –an, digunakan untuk mengukur nilai viskositas pada karet, dan biasanya juga digunakan mengukur derajat ikat silang pada karet. Pengujian viskositas Mooney pada ikatan karet digunakan satuan Mooney (M).

Dalam Viskometer Mooney terdapat rator yang digunakan untuk mengukur karet, dengan kecepatan rator yaitu 2 rotasi per menit (rpm).

Ada tiga fungsi alat Viskometer Mooney, yaitu :

a) Mengukur nilai viskositas Mooney.


(30)

c) Mengukur karakterisasi pra- vulkanisasi.

Viskositas Mooney dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik atau kualitas pada karet alam atau karet sintetis. Hal –hal yang diperhatikan dalam pengujian viskositas Mooney :

1 Massa

Massa dari suatu bahan polimer perlu diperhatikan sebab massa bahan polimer berbeda –beda, yang dapat menyebabkan hasil yang tidak baik pada kondisi tertentu.

2 Temperatur

Temperatur standart yang digunakan pada karet alam adalah 100 0C. 3 Waktu sebelum pemanasandan waktu percobaan

Waktu sebelum pemanasan (pre heating ) adalah 1 menit sebelum rator dijalankan.Waktu percobaan setelah rator berputar selama 4 menit, ditulis sebagai persamaan ML (1 + 4).

4 Ukuran rator (L)

Rator tersedia dalam ukuran yaitu L dan S ( large = 38,1 mm dan Small= 30,8 mm), pada pengujian karet mentah biasanya digunakan rator L.

2.8. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Viskositas Mooney 1 PH dan Cara Pembekuan


(31)

Tabel 2.3 Pengaruh beberapa cara pembekuan terhadap nilai viskositas Mooney

Cara Pembekuan Nilai Viskositas Mooney pada suhu 100 0C

Asam 74

Panas 75

Mikrobiologi 82

Alami 92

Dari tabel diatas pembekuan dengan asam semut menghasilkan nilai viskositas yang rendah.Pembekuan secara alami menyebabkan nilai viskositas tinggi dan tidak seragam.Oleh karena itu pembekuan dianjurkan menggunakan asam semut dengan PH pembekuan 4,5 -5,5.

2 Pengaruh Kotoran

Pencemaran lateks dengan air akan menurunkan sedikit nilai viskositas. 3 Waktu pengolahan bekuan dan remah

Bekuan atau remah yang tidak diperoses segera akan meningkatkan nilai viskositas Mooney.

4 Suhu Pengeringan

Pada waktu karet alam dipanaskan ,akan terjadi dua reaksi ikat silang gugus aldehid yang reaktif dan gugus oksidasi yang memutuskan rantai molekul karet. Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan viskositas karet tergantung hubungan diantara kedua reaksi tersebut.Suhu pengeringan yaitu 100 -110 0C.


(32)

O O

-- C + H2N—NH2 + --C CH = N –N= CH + H2O

H H

Gugus aldehida Amina Gugus aldehida Ikat silang

Gambar 2.2 storage hardening ( pengerasan karet pada penyimpanan)

Kemungkinan lain adalah reaksi antara gugus aldehida dan α –metil dari rantai utama poliisoprena :

O CH2 CH2

C C + CH3 C --CH =CH --C + H2O

H CH CH

Gugus Aldehida CH2 CH2

α –metil Ikatan Silang

Gambar 2.3 storage hardening ( pengerasan karet pada penyimpanan) kemungkinan lain.

5 Suhu Bendela

Suhu tinggi pada waktu membuat bendela dari karet remah akan meningkatkan viskositas Mooney. Hal ini disebabkan kecepatan reaksi ikat silang gugus aldehid lebih besar dibandingkan dengan pemutusan ikatan rantai reaksi oksidasi, karena jumlah oksigen didalam bendela lebih


(33)

sedikit (dalam keadaan panas). Oleh karena itu, dianjurkan untuk mendinginkan bendela untuk menghindari uap air (kondensasi) didalam plastik pembungkus bendela.


(34)

BAB I PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Karet merupakan komoditi yang mempunyai peranan penting dalam menghasilkan devisa negara. Indonesia merupakan negara penghasil karet ke dua terbesar didunia setelah Thailand. Luas area perkebunan karet di Indonesia

mencapai 3,414 juta ha yang memproduksi karet sebesar 1,63 juta ton (Jetro dan Kapkindo,2007).

Karet dibedakan menjadi dua bagian yaitu karet alam (natural rubber) yang biasa didapat dari pohon karet H.brasiliensis dan karet sintetik yang diperoleh dari minyak bumi. Jika dilihat dari sifat karekteristiknya, kedua jenis karet ini memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, dimana karet alam memiliki daya elastisitas yang tinggi yang tidak tahan terhadap panas dan Zat kimia. Sedangkan, karet sintetis memiliki daya elastisitas yang rendah yang tahan tehadap panas dan zat kimia. Viskositas Mooney karet alam sangat beragam dibandingkan karet sintetis sehingga menyulitkan produsen dalam membuat barang jadi karet khususnya ban.

Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, maka kebutuhan atau penggunaan barang –barang jadi karet terutama ban kendaraan dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, sehingga memberikan dampak langsung bagi peningkatan konsumsi karet alam maupun karet sintetis sebagai bahan baku utama industri ban.


(35)

Pembuatan ban pada industri ban harus memperhatikan nilai Viskositas Mooney, sebab apabila nilai Viskositas Mooney yang tidak sesuai akan mempersulit proses produksi, hal ini dikarenakan panjangnya rantai hidrokarbon yang terikat pada karet, apabila rantai hidrokarbon karet semakin panjang maka akan menyebabkan karet semakin viskos dan keras sehingga energi yang dibutuhkan untuk melumatkan karet cukup besar dan kurang menguntungkan. Standard mutu nilai Viskositas Mooney di PT Pantja Surya berkisar antara 75 M

– 85 M. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahasnya dalam

karya ilmiah yang berjudul ―PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET

(CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISCOMETER DI

PT PANTJA SURYA‖.

1.2. Perumusan Masalah

Nilai viskositas Mooney pada remah karet (crumb rubber) dapat mempengaruhi hasil produksi barang jadi dan mempersulit proses produksi. khususnya dalam pembuatan ban.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui nilai viskositas Mooney pada remah karet (crumb rubber) SIR 20 dan standard mutu yang diperbolehkan.


(36)

1.4. Manfaat

Dengan diketahuinya nilai viskositas Mooney pada remah karet dan standard mutu yang diperbolehkan, kemudian remah karet dapat dijual.


(37)

PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISCOMETER DI PT PANTJA SURYA

ABSTRAK

Penentuan viskositas remah karet (Crumb Rubber) SIR 20 dilakukan dengan metode Mooney viskometer denganmemutarkan sebuah rator pada kecepatan 2 rpm yang dihubungkan dengan mikrometer skala 0-100 untuk menunjukkan hasil viskositas. Nilai viskositas Mooney remah karet yang diperolehberkisar 75 M – 78 M, nilai tersebutsesuai dengan standard mutu SNI 1903 : 2011.


(38)

DETERMINATION VISCOSITY OF CRUMB RUBBER SIR 20 WITH METHOD MOONEY VISCOMETER AT PT PANTJA SURYA

ABSTRACT

Determination of crumb rubber SIR 20 has been with method Mooney viscometer at PT Pantja Surya by rotating of rator at a speed 2 rpm to connected micrometer scale 0 – 100 for show rasults viscosity. Value viscosity crumb rubber obtained range 75 M -80 M ,the value same of quality standard ISO 1903: 2011.


(39)

PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISKOMETER DI PT PANTJA SURYA

TUGAS AKHIR

AHMADANI NASUTION 122401021

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2015


(40)

PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISKOMETER DI PT PANTJA SURYA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madiya

AHMADANI NASUTION 122401021

PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2015


(41)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Viskositas Remah Karet

(Crumb Rubber) SIR 20 Dengan Metode Mooney ViskometerDi PT Pantja Surya

Katagori : Tugas Akhir

Nama : Ahmadani Nasution

Nomor Induk Mahasiswa : 122401021

Program Studi : D3 Kimia

Departement : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara

Disetujui di Medan, Juli 2015

Program Studi D3 Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Dra.Emma Zaidar Nst,M.si Dra.Emma Zaidar Nst,M.si

NIP.195512181987012001 NIP.195512181987012001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR.Rumondang Bulan NST,MS NIP.195408301985032001


(42)

PERNYATAAN

PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISKOMETER DI PT PANTJA SURYA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing –masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2014

Ahmadani Nasution 122401021


(43)

PENGHARGAAN

Bismillahirrohmanirrohim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISCOMETER DI PT PANTJA SURYA ,sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Tugas akhir ini ditulis sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan program studi D3 Kimia di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Sumatra Utara.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak tertentu dan rekan sekalian, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Ibu Dra.Emma Zaidar Nasution,Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesempatannya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Ibu Dr.Marpongahtun ,Msc selaku Pembantu Dekan I.

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan,Ms selaku ketua Departement Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Ibu Dra.Emma Zaidar Nasution,Msi selaku ketua Program Studi D3 Kimia.

5. Bapak dan Ibu dosen di Departemen Kimia, dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam ,dan Seluruh dosen di Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan saya ilmu selama saya mengikuti kuliah.

6. Seluruh Pimpinan dan pegawai PT.Pantja Surya yang telah membimbing dan memberikan fasilitas kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan sebagai bahan dasar penulisan tugas akhir ini.

7. Keluargaku tercinta Ayahanda Ahmad Darbi Nasution dan ibunda Siti Nur Majah yang telah mencurahkan kasih sayangnya dan memberikan doa dan dukungan yang tiada henti kepada penulis.Kepada seluruh keluarga abang-abang, kakak-kakak, adik dan ponakan-ponakanku di Rantauprapat yang selalu mendukung dan memberikan ku semangat dalam belajar. 8. Teman –teman seperjuangan D3 Kimia Stambuk 2012 khususnya D3

Kimia Industri dan seluruh teman –teman terdekat saya yang berada dikampus maupun dikost no.165 dan 171 di Jalan Bahagia Gg Budi Utomo yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu.


(44)

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berperan dalam membantu menyelesaikan tugas akhir ini.Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan .Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan tugas akhir ini .Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak terutama saya sendiri.

Medan, Juli 2015 Penulis


(45)

PENENTUAN VISKOSITAS REMAH KARET (CRUMB RUBBER) SIR 20 DENGAN METODE MOONEY VISCOMETER DI PT PANTJA SURYA

ABSTRAK

Penentuan viskositas remah karet (Crumb Rubber) SIR 20 dilakukan dengan metode Mooney viskometer denganmemutarkan sebuah rator pada kecepatan 2 rpm yang dihubungkan dengan mikrometer skala 0-100 untuk menunjukkan hasil viskositas. Nilai viskositas Mooney remah karet yang diperolehberkisar 75 M – 78 M, nilai tersebutsesuai dengan standard mutu SNI 1903 : 2011.


(46)

DETERMINATION VISCOSITY OF CRUMB RUBBER SIR 20 WITH METHOD MOONEY VISCOMETER AT PT PANTJA SURYA

ABSTRACT

Determination of crumb rubber SIR 20 has been with method Mooney viscometer at PT Pantja Surya by rotating of rator at a speed 2 rpm to connected micrometer scale 0 – 100 for show rasults viscosity. Value viscosity crumb rubber obtained range 75 M -80 M ,the value same of quality standard ISO 1903: 2011.


(47)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Daftar Singkatan ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 3

Bab 2 Tinjaun Pustaka 4

2.1. Sejarah Karet 4

2.2. Macam –macam Pohon Karet 5

2.3. Teknik Penyadapan Karet 8

2.4. Komponen Karet 9

2.5. Jenis –jenis Karet Alam 10

2.5.1. Lateks 10

2.5.2. Rubber Smoke Sheet (RSS) 11

2.5.3. Tecnically Spesifield Rubber (TSR) 11

2.6. Pengolahan Karet 11

2.6.1. Lateks Pekat 11

2.6.2. Sit Angin 14

2.6.3. Sit Asap/ Rubber Smoke Sheet (RSS) 15

2.6.4. Karet Crape 15

2.6.5. Karet Spesifikasi Teknis (crumb rubber) 16

2.7. Viskositas Mooney 16

2.8. Faktor –faktor mempengaruhi Viskositas Mooney 17


(48)

3.1. Alat 21

3.2. Bahan 21

3.3. Prosedur Penelitian 22

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 25

4.1. Hasil 25

4.2. Pembahasan 29

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 31

5.1. Kesimpulan 31

5.1. Saran 31

Daftar Pustaka 31


(49)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

2.1 Komposisi Karet 9

2.2 Struktur Karet Alam 10

2.3 Pengaruh Beberapa Pembekuaan Terhadap 18

Nilai Viskositas Mooney

4.1 Tabel Pemeriksaan viskositas Mooney 25

Bendela 9

4.2 Tabel Pemeriksaan viskositas Mooney 26

Bendela 27

4.3 Grafik fungsi waktu terhadap nilai viskositas

bendela 9 27

4.4 Grafik fungsi waktu terhadap nilai viskositas


(50)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman

2.1 Jenis Dan Produk Karet Alam 10

2.2 storage hardening

( pengerasan karet pada penyimpanan) 19

2.3 storage hardening

( pengerasan karet pada penyimpanan)

Kemungkinan lain 19

4.1 Grafik nilai viskositas Mooney (M) terhadap 29 waktu (s) bendela 9

4.2 Grafik nilai viskositas Mooney (M) terhadap 29 waktu (s) bendela 27


(51)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman

1 Alat Mooney Viscometer dan 34

Kompresor

2 Lab Mill/ Blanding Mill dan 35

Ponch Mooney

3 Hasil Pengujian 36

4 Persyaratan Mutu 37


(52)

DAFTAR SINGKATAN

KKK = Kadar Karet Kering MV = Mooney Viskosity RRS = Rubber Smoke Sheet SIR = Standart Indonesian Rubber SMR = Standart Malaysian Rubber SSR = Standart Singapore Rubber TSR = Tecnically Spesifield Rubber USA = United State of Amerika


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Daftar Singkatan ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 3

Bab 2 Tinjaun Pustaka 4

2.1. Sejarah Karet 4

2.2. Macam –macam Pohon Karet 5

2.3. Teknik Penyadapan Karet 8

2.4. Komponen Karet 9

2.5. Jenis –jenis Karet Alam 10

2.5.1. Lateks 10

2.5.2. Rubber Smoke Sheet (RSS) 11

2.5.3. Tecnically Spesifield Rubber (TSR) 11

2.6. Pengolahan Karet 11

2.6.1. Lateks Pekat 11

2.6.2. Sit Angin 14

2.6.3. Sit Asap/ Rubber Smoke Sheet (RSS) 15

2.6.4. Karet Crape 15

2.6.5. Karet Spesifikasi Teknis (crumb rubber) 16

2.7. Viskositas Mooney 16

2.8. Faktor –faktor mempengaruhi Viskositas Mooney 17

Bab 3 Metode Penelitian 21


(2)

3.1. Alat 21

3.2. Bahan 21

3.3. Prosedur Penelitian 22

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 25

4.1. Hasil 25

4.2. Pembahasan 29

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 31

5.1. Kesimpulan 31

5.1. Saran 31

Daftar Pustaka 31

Lampiran 32


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

2.1 Komposisi Karet 9

2.2 Struktur Karet Alam 10

2.3 Pengaruh Beberapa Pembekuaan Terhadap 18 Nilai Viskositas Mooney

4.1 Tabel Pemeriksaan viskositas Mooney 25

Bendela 9

4.2 Tabel Pemeriksaan viskositas Mooney 26

Bendela 27

4.3 Grafik fungsi waktu terhadap nilai viskositas

bendela 9 27

4.4 Grafik fungsi waktu terhadap nilai viskositas

Bendela 27 29


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman

2.1 Jenis Dan Produk Karet Alam 10

2.2 storage hardening

( pengerasan karet pada penyimpanan) 19

2.3 storage hardening

( pengerasan karet pada penyimpanan)

Kemungkinan lain 19

4.1 Grafik nilai viskositas Mooney (M) terhadap 29 waktu (s) bendela 9

4.2 Grafik nilai viskositas Mooney (M) terhadap 29 waktu (s) bendela 27


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman

1 Alat Mooney Viscometer dan 34

Kompresor

2 Lab Mill/ Blanding Mill dan 35

Ponch Mooney

3 Hasil Pengujian 36

4 Persyaratan Mutu 37

5 Sistem Pengukuran Viskositas 38


(6)

DAFTAR SINGKATAN

KKK = Kadar Karet Kering

MV = Mooney Viskosity

RRS = Rubber Smoke Sheet

SIR = Standart Indonesian Rubber

SMR = Standart Malaysian Rubber

SSR = Standart Singapore Rubber

TSR = Tecnically Spesifield Rubber

USA = United State of Amerika