1.2. Perumsan Masalah
Berdasarkan uraian diatas yang telah dikemukakan pada latar belakang pemilihan judul diatas, maka penulis terlebih dahulu merumuskan permasalahan
sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan. Adapun perumusan masalah yang di buat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan pendapatan UMK setelah mendapat pembiayaan
sistem syariah di Kabupaten Padang Lawas? 2.
Apakah pembiayaan sistem syariah UMK sudah efektif di Kabupaten Padang Lawas?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1.
Untuk mengetahui bagaimana peningkatan pendapatan UMK setelah mendapat pembiayaan sistem syariah di Kabupaten padang Lawas?
2. Untuk mengetahui apakah sudah efektif UMK dalam pembiayaan sistem
syariah di Kabupaten Padang Lawas?
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuaan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan. 2.
Sebagai masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang tertarik untuk membahas mengenai efektifitas pembiayaan sistem syariah bagi UMK di
Kabupaten Padang Lawas. 3.
Sebagai penambah wawasan ilmiah penulis dalam disiplin ilmu yang tekuni.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembiayaan dan Sistem Pembiayaan Syariah
2.1.1. Pengertian pembiayaan
Kegiatan utama sebuah bank adalah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito dan menyalurkan
kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Pengalokasian dana tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau yang
lebih dikenal dengan kredit atau pembiayaan. Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit atau
pembiayaan. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan bebagai aset yang dianggap menguntungkan bank.
Tetapi, kegiatan pengalokasian dana yang paling penting dalam perbankan pinjaman pada nasabah atau yang dikenal dengan istilah kredit pada bank
konvensional dan pembiayaan pada bank yang menjalankan prinsip operasionalnya berdasarkan prinsip syariah, bukan pembiayaan yang lazim
dilakukan oleh lembaga pembiayaan non bank. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Undang-undang Pokok Perbankan No. 10 tahun 1998, pengertian
pembiayaan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pembiayaan adalah penyediaan atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
Universitas Sumatera Utara
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
2.1.2. Sistem dan Sistem Pembiayaan Syariah
Menurut Abdul Halim, sistem adalah suatu kegiatan yang telah ditentukan caranya dan biasanya dilakukan berulang-ulang.
Sedangkan zaki baridwan, mengutip beberapa pendapat antara lain: a.
Sitephen A. Mascope dan Mark G Simkin berpendapat sebagai berikut: Suatu sistem adalah suatu entity kesatuan yang terdiri dari yang saling
berhubungan disebut subsistem yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
b. W. Gerold Cole berpendapat sebagai berikut:
Suatu sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling barhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. c.
Robert G. Murdick, bersama kawan-kawan berpendapat sebagai berikut: Suatu sistem adalah suatu kumpulan elemen-elemen yang dijadikan satu untuk
tujuan umum. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem terdiri dari
sub-sub atau bagian yang saling terintekrasi untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat memberikan definisi tersendiri dari
pengertian sistem pembiayaan. Sistem pembiayaan adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan proses penyediaan uang atau tagihan, berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
persetujuan atau kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan
tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Menurut Antonio 2001, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok
bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaan, pembiayaan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1.
Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan maupun investasi. 2.
Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua: 1.
Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan. a.
Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kuaitas atau mutu hasil
produksi. b.
Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
atau capita goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan investasi.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Antonio, 2001.
Gambar 2.1. Jenis-Jenis Pembiayaan
Menurut Laksmana 2009, jenis-jenis pembiayaan baik di perbankan konvensional maupun di perbankan syariah terbagi menurut tiga macam dilihat
dari pembiayaan, yaitu: 1.
Pembiayaan dilihat dari segi tujuan a.
Pembiayaan konsumtif : pembiayaan yang diberikan untuk tujuan konsumtif yang hanya dinikmati pemohon.
b. Pembiayaan produktif : pembiayaan yang dimanfaatkan untuk kegiatan
produksi yang menghasilkan suatu barang dan jasa. c.
Pembiayaan perdagangan : pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang sebagai persediaan untuk dijual kembali.
2. Pembiayaan dilihat dari dua jangka waktu
a. Pembiayaan jangka pendek : pembiayaan dengan jangka waktu maksimal
satu tahun. b.
Pembiayaan jangka menengah : pembiayaan degan jangka waktu antara 1-3 tahun.
pembiayaan konsumtif
produktif Modal kerja
investasi
Universitas Sumatera Utara
c. Pembiayaan jangka panjang : pembiayaan dengan jangka waktu lebih dari
tiga tahun. 3.
Pembiayaan dilihat dari tiga penggunaannya a.
Pembiayaan modal kerja b.
Pembiayaan investasi c.
Pembiayaan multiguna
2.1.3. Produk-Produk Sistem Syariah
Dalam lembaga keuangan syariah hubungan antara lembaga dan nasabahnya atau anggota, bukan hubungan debitur dengan kreditur, melainkan
hubungan kemitraan partnership antara penyandang dana shahibul maal dengan pengelola dana mudharib. Oleh karena itu, tingkat laba lembaga tidak
hanya berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk pemegang saham, tetapi juga berpengaruh pada bagi hasil yang diberikan kepada nasabah atau anggota
penyimpan dana. Seperti mana dalam perbankan konvensional, perbankan syariah juga mempunyai banyak produk yang ditawarkan kepada masyarakat.
Berbagai jenis perbankan syariah ini mempunyai kelebihan dan keutamaan masing-masing sehingga nasabah dapat memilih dan menggunakan produk yang
dianggap paling sesuai atau paling menguntungkan sesuai dengan maksud dan tujuan nasabah. Berbagai produk dan jasa yang ditawarkan dalam perbankan
syariah dapat digolongkan kepada tiga kelompok produk, yaitu:
1. Produk Penghimpun Dana
Seperti pada perbankan konvensional, dana masyarakat yang dihimpun perbankan syariah dapat berbentuk tabungan, deposito dan giro. Aktifitas
Universitas Sumatera Utara
penghimpun dana ini dilakukan dengan prinsip wadi’ah dan mudharabah. Prinsip wadi’ah dilakukan untuk produk berbentuk giro sedangkan prinsip
mudharabah diterapkan untuk produk berbentuk tabungan dan deposito. Jika wadi’ah tersebut berbentuk wadi’ah amanah, pada prinsipnya
simpanan tersebut tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak bank walaupun ia bertanggung jawab terhadap keutuhan simpanan tersebut. Sebaliknya jika
wadi’ah tersebut jika berbentuk wadi’ah amanah, maka pihak bank dapat memanfaatkan simpanan tersebut dan tetap terhadap keutuhan simpanan tersebut.
Jika sekiranya pihak bank tetap menyalurkan dana ini, maka ketentuan umum dalam prinsip wadi’ah adalah keuntungan atau kerugian yang terjadi milik
perbankan. Sedangkan mpemilik dana tidak dijanjikan sebarang imbalan dan tidak pula menanggung sebarang resiko yang terjadi. Namun demikian, jika
sekiranya pihak bank menyalurkan dana tersebut dan ternyata memperoleh keuntungan, maka pihak memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai insentif
agar masyarakat tertarik untuk menyimpan dananya pada perbankan syariah dengan syarat hal ini tidak dijanjikan dari awal.
Lain halnya dengan prinsip mudharabah. Pemilik modal dianggap sebagai shahibul maal sementara pihak perbankan sebagai pihak pengelola atau
mudharib. Prinsip ini, pihak bank dapat menggunakan dana tersebut misalnya untuk kegiatan jual beli dengan memberitahukan margin keuntungan tertentu
mudharabah atau untuk kegiatan sewa ijarah. Dalam prinsip mudharabah ini, ada dua jenis kewenangan yang dapat
dipilih oleh pemilik modal atau penyimpan untuk memberikan kepada pihak bank
Universitas Sumatera Utara
yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah mutlaaqah artinya bank dapat menggunakan dana yang dihimpun itu secara bebas
atau luas karena tidak ada batasan yang ditetapkan oleh pemilik modal atau penyimpan sehingga bank dapat menggunakannya dalam berbagai kegiatan yang
diyakini menguntungkan. Sedangkan mudharabah muqayyadah artinya pihak pemilik modal atau penyimpan menetapkan syarat-syarat tertentu dalam
penggunaan dana simpanannya misalnya hanya untuk kalangan tertentu saja atau bisnis tertentu.
2. Produk Penyaluran Dana
Dana yang telah berhasil dihimpun oleh perbankan syariah kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat atau unit defisit untuk dimanfaatkan secara
produktif. Penyaluran dana ini harus dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah dan syarat-syarat yang telah disepakati dengan para pemilik modal untuk
mendapatkan keuntungan yang layak. Pihak perbankan syariah dapat menyaluran dana yang terhimpun melalui salah satu kategori atau konsep
penyaluran yang sesuai dengan syariah. Secara garis besarnya, produk penyaluran dana dalam perbankan syariah
dikategorikan dalam empat konsep pembiayaan: 1.
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil merupakan salah satu bentuk
pembiayaan yang paling utama dalam perbankan syariah yang telah disepakati para ulama Ascarya Yumanita, 2005. Pembiayaan ini dapat mudharabah
dan musyarakah. Pembiayaan dalam perbankan syariah berlandaskan pada satu
Universitas Sumatera Utara
prinsip dimana tidak ada bagian keuntungan yang dapat dinikmati pihak tertentu jika puhak yang berkaitan tidak ikut ambil bagian dalm menanggung
sesuatu resiko yang mungkin tgerjadi. 2.
Pembiayaan bagi hasil dalam syariah dapat dilakukan dalam bentuk: a.
Pembiayaan musyarakah Pembiayaan ini merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha dimana masing-masing pihak memberi kontribusi sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak berwajud.
Dalam proyek musyarakah ini yang harus diketahui oleh pihak-pihak yang bekerja sama. Misalnya, pihak lain hanya boleh ikut dalam proyek
musyarakah setelah ada persetujuan dari semua pihak yang terlibat. Bigitu pula jika ada pihak lain yang ingin meminjam modal dari proyek
musyarakah maka pinjaman ini baru boleh diberikan jika semua pihak setuju. Selain dari pada itu pemilik modal dianggap berhenti dari kerja
sama musyarakah jika ia mengundurkan diri, menjadi tidak cakap hukum dan meninggal dunia. Namun begitu, pemilik modal dapat mengalihkan
pertanyaannya kepada orang lain atau posisinya digantikan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Irsyad Lubis, 114.
Gambar 2.2 Skema Al-Musyarakah
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb yang bermakna memukul atau berjalan. Memukul atau berjalan dalam hal ini di artikan sebagai proses
sedangkan memukul melangkahkan kakinya dalam menjalankan usaha untuk mencapai keuntungan. Pembiayaan mudharabah adalah akad kerja
sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal shahibul maal dan pihak lain menjadi pengelola modal mudharib.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil kerja sama ini kemudian dibagi menurut kesepakatan yang tertuang dalam kontrak tetapi seluruh kerugian
akan ditanggung oleh pemilik modal selagi kerugian yang terjadi itu bukan disebabkan ulah kelalaian mudharib. Jika terjadi kerugian, maka pemilik
modal akan menderita kehilangan sebagian atau mungkin seluruh modalnya sedangkan pihak mudharib akan mengalami kerugian dari segipengorbanan
Proyekusaha Bank Syariah Parsial
Finansial
LABA Bagi hasil Laba
berdasarkan Kontribusi
Nasabah Parsial: Nilai
Universitas Sumatera Utara
tenaga, pikiran, waktu, harga diri dan sebagainya. Akan tetapi jika kerugian tersebut terjadi karena akibat kelalaian atau kecurangan pihak
mudharib, maka ia harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
SKILL CAPITAL
Nisbah a Nisbah b
Main Capital Talking
Sumber : Isyad lubis, 115.
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Mudharabah
c. Al-muzara’ah
Bagi hasil dengan konsep Al-muzara’ah merupakan kerja sama pengelolaan pertanian antara pemiik lahan dengan penggarap. Dalam perbankan
diaplikasikan dalam bidang plantation atas dasar bagi hasil dimana pemilik lahan menyediakan lahan, benih dan pupuk sedangkan penggarap
menyediakan keahlian, tenaga dan waktu. Konsep hasil muzara’ah ini BANK
PROFIT- SHARING
AGREEMENT Perjanjian Bagi
COSTUMER
PROJECT Proyek atau
Usaha
PROFIT SHARIG Bagi
Hasil
CAPITAL
Universitas Sumatera Utara
sering juga diidentikkan dengan mukharabah namun antara kedua istilah ini terdapat sedikit perbedaan dimana dalam sistem muzara’ah benih tanaman
disediakan oleh pemilik lahan sedangkan dalam sistem mukharabah benih tanaman sisediakan oleh penggarap. Konsep muzara’ah ini banyak
dilakukan oleh masyarakat pada masa Rasulullah SAW bahkan beberapa sahabat nabi.
d. Al- Musaqah
Pembiayaan bagi hasil dengan sistem musaqah ini merupakan bentuk yang lebih sederhana dari sistem muzara’ah karena keterlibatan penggarap lebih
sedikit. Dalam sistem musaqah ini penggarap hanya bertugas dan bertanggung jawab untuk penyiram dan memelihara lahan pertanian tersebut
atas jasa ini ia dapat bagian hasil rasio tertentu. Diriwayatkan bahwa sistem ini telah dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dengan menjadikan penduduk
kawasan khaibar sebagai penggarap dan pemelihara dengan sistem musaqah.
3. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa Ijarah
Ijarah dapat diartikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan membayar imbalan tertentu kepada pemilik barang dan jasa tersebut.
Dalam pembiayaan ijarah ini pembiayaan yang terjadi adalah hak guna atau manfaat bukan kepemilikan dari pemilik barang atau jasa kepada pihak
penyewa. Dalam sistem ijarah, metode pembayaran sewa dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu, pertama, ijarah dengan metode pembayaran seewa berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
kinerja barang dan kedua, dengan metode tidak berdasarkan kinerja barang sewaan.
4. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti pembiayaan murabahah, pembiayaan istishna atau pembiayaan
salam. Perbedaan ketiga pembiayaan ini dapat dilihat dari bentuk pembayaran yang dilakukan dan juga waktu penyerahan kepada nasabah. Dalam prinsip
pembiayaan jual beli ada perpindahan kepemilikan barang atau benda kepada pemilik baru. Ketiga, bentuk pembiayaan jual beli ini mempunyai kelebihan
masing-masing dan nasabah dapat memilih salah satu bentuk yang paling sesuai atau yang paling menguntungkan.
a. Pembiayaan murabahah
Pembiayaan murabahah adalah salah satu bentuk transaksi dimana pihak bank membeli barang dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah
secara angsuran dengan memberitahukan jumlah keuntungan yang diambilnya. Dalam transaksi ini pihak bank harus secara terbuka
memberitahukan kepada nasabah berapa harga margin keuntungan yang diambilnya. Selain itu, baik harga jual maupun jangka waktu pembayaran
harus dinyatakan dalam akad jual beli yang disepakati dan tidak boleh berubah selama tempoh akad jual beli tersebut. Dalam transaksi seperti ini
dibenarkan membebankan biaya tidak langsung kepada nasabah jika yang dimaksud tidak menambah nilai barang atau biaya tersebut tidak berkaitan
dengan hal-hal yang bermanfaat sesuai dengan syari’at. Dari segi
Universitas Sumatera Utara
penyerahan barang, barang yang dibeli nasabah secara angsuran tersebut harus diserahkan setelah akad dibuat sehingga dapat dimanfaatkan atau
dioperasikan nasabah. b.
Pembiayaan istishna Pembiayaan istishna dapat didefinisikan sebagai akad jual beli dalam bentuk
pesanan pembuatan barang tertentu dan dengan pesyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli dengan pembuat atau penjual.
c. Pembiayaan salam
Pembiayaan salam ini pembayaran dilakukan secara tunai tetapi barang yang dibeli belum ada. Dalam hal ini barang yang dibeli akan diserahkan
penjual pada waktu yang akan datang sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Dalam transaksi ini, pembeli adalah pihak bank sedangkan
nasabah dianggap sebagai penjual. Dalam transaksi salam ini harus dengan jelas dan tegas disebutkan spesifikasi barang yang di beli, penyerahan dan
sebagainya sehingga berbeda dengan jual beli ijon. 5.
Pembiayaan dengan akad pelengkap Pembiayaan dengan akad pelengkap merupakan akad yang tergolong sebagai
akad-akad tabarru’. Artinya akad atau perjanjian ini bukan transaksi bisnis yang mencari keuntungan karena akad ini dilakukan atas dasar tolong
menolong dalam bebuat kebaikan. Dalam akad tabarru’ seperti: a.
Rahn gadai Rahn adalah gadai yang dilakukan nasabah kepada pihak yang bertujuan
untuk memberikan kepastian pembayaran kembali kepada pihak bank atas
Universitas Sumatera Utara
pembiayaan yang dilakukannya. Barang gadaian dalam hal ini harus milik nasabah sendiri dengan ukuran dan sifat yang jelas. Barang gadaian ini
akan dikuasi oleh pihak bank tetapi pihak bank tidak dibenarkan mengambil manfaat dari barang gadaian tersebut.
b. Qard pinjaman
Qard adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pihak perbankan syariah kepada nasabahnya.
c. Wakalah
Wakalah merupakan tindakan memberi mandat atau kuasa kepada pihak lain untuk melakukan satu pekerjaan atau jasa, maka kedua belah pihak harus
cakap hukum. Dalam hal ini, nasabah bisa memberikan kuasa kepada satu bank atau lebih jika dianggap sesuai dan memungkinkan.
d. Kafalah garansi
Kafalah dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan oleh pihak penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua
atau pihak yang ditanggung. e.
Hiwalah Hiwalah bermakna pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak
lain pihak kitiga yang kemudian berkewajiban melunasi utang tersebut kepada pihak pertama.
Universitas Sumatera Utara
3. Produk jasa
a. Ijarah sewa
Salah satu bentuk produk jasa yang diberikan oleh perbankan syariah yang tergolong sebagai ijarah atau sewa adalah penyewaan kotak simpan yang
dapat dimanfaatkan nasabah untuk menyimpan barang-barang berharga. b.
Sharf jual beli valuta asing Produk jasa perbankan syariah lainnya adalah sharf yakni jual beli valuta
asing baink yang tergolong hard currency maupun weak currency. Satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan jasa ini bahwa mata uang
yang diperjual belikan tersebut merupakan mata uang yang berbeda dan harus dilakukan pada waktu yang sama. Jasa ini tentunya hanya ada pada
bank-bank yang telah tergolong sebagai bank devisa.
2.1.4. Efektivitas Pembiayaan
Pembiayaan adalah istilah dalam syariah untuk lembaga keuangan syariah baik itu mikro maupun makro untuk menyalurkan dananya. Dalam
penulisan ini penulis akan lebih sering menuliskan pembiayaan dari pada penyaluran dana.
Kinerja LKM dikatakan efektif jika kinerja pembiayaannya terhadap usaha kecil efektif Arsyad, 2008. Sedangkan, menurut Hidayat 2004
menyatakan bahwa efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan dapat bernilai berdasarkan beberapa parameter antara lain: persyaratan peminjam,
prosedur peminjaman, realisasi kredit, besar kecilnya biaya administrasi,
Universitas Sumatera Utara
pelayanan petugas bank, lokasi bank, jaminan atau agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah atau calon nasabah.
Dalam efektivitas pembiayaan dilihat dari: 1.
Prosedur pembiayaannya, yaitu: a.
Mekanisme pengajuan pembiayaan b.
Mekanisme penyaluran pembiayaan c.
Mekanisme pengembalian pembiayaan 2.
Dampak pembiayaan terhadap kondisi usaha nasabah yaitu: a.
Peningkatan pendapatan b.
Peningkatan keuntungan Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk modal atau tambahan
modal usaha dikatakan efektif apabila prosedur pembiayaan tergolong mudah, pembiayaan yang dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan usaha nasabah.
Analisis keefektivan pembiayaan ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kinerja pembiayaan yang telah dilakukan oleh bank syariah.
2.2. Bank syariah 2.2.1. Pengertian Bank syariah
Bank syariah adalah lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam yang mempunyai sifat
khusus yakni bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian, bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan tidak pasti, berprinsip pada
keadilan dan hanya membiayaai kegiatan usaha yang halal. Selain itu juga didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam
Universitas Sumatera Utara
dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta menonjolkan aspek keadilan dalam berinteraksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam berinteraksi keuangan. Dalam pelaksanaan tujuan bank syariah
adalah tercapainya kesejahteraan sosial yang baik. Dalam menjalankan kegiatan operasional, bank syariah harus mematuhi
prinsip ayariah serta fatwa Dewan Syariah Nasional DSN, yakni satu-satunya dewan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis
kegiatan, produk jasa keuangan syariah,serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah Indonesia. Prinsip syariah
yang dimaksud adalah anturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Salah satu kegiatan operasional perbakan syariah adalah memberikan
pembiayan-pembiayaan yang dapat membantu masyarakat dalam menjalankan kegiatan usahanya. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah memberikan pengertian mengenai pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah yaitu penyediaan dan atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa
transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muttahiya
bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang qard, dan transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah atau unit usaha syariah dan
Universitas Sumatera Utara
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau fasilitas dana untuk mengambilkan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah,
tanpa imbalan, atau bagi hasil. Dari segi pembiayaaan ini bank syariah digunakan oleh masyarakat
sebagai lembaga keuangan yang merupakan alternatif yang tidak dapat diberikan oleh bank konvensional.
Tabel 2.1 Karakteristik Esensial Yang Membedakan Bank Syariah Dengan Bank
Konvensional: Perbankan konvensional
Perbankan syariah
• Beriorentasi kepada kepentingan pribadi.
• Senantiasa bersifat bebas nilai materialistis.
• Uang dianggap sebagai barang komoditi.
• Investasi yang dilakukan relatif luas karena termasuk kegiatan yang halal
dan yang haram. • Hubungan dengan nasabah
bernentuk kreditor-kreditor. • Dalam operasinya menggunakan
perangkatsistem bunga. • Aktivitasnya hanya beriorentasi
untuk mencapai keuntungan saja. • Tidak memiliki dewan pengawas
syariah sehingga penghimpunan dan penyaluran dana tidak berdasarkan
fatwa. • Beriorentasi pada kepentingan
publik. • Dalam pelayanan, tidak bebas nilai
berdasarkan prinsip Islam. • Uang dianggap sebagai alat tukar
saja dan tidak meganggapnya sebagai alat komoditi.
• investasi yang dilakukan relatif terbatas karena hanya pada kegiatan
yang halal saja. • Hubungan dengan nasabah
berbentuk kemitraan. • Dalam operasinya menggunakan
sistem bagi hasil, jual beli atau sewa. • Aktivitasnya tidak hanya berorientasi
untuk mencapai keuntungan saja tetapi juga untuk mencapai falah.
• Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa dewan
pengawas syariah.
Sumber : Irsyad Lubis:109
Dalam salah satu buku yang dituliskan oleh Bank Indoniesia dijelaskan mengenai peran utama bank syariah, yaitu sebagai badan usaha maka bank
Universitas Sumatera Utara
syariah mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai manajer investasi, investor dan penyedia jasa. Bila sebagai manajer investasi, bank syariah melakukan
penghimpunan dana dari para investor atau nasabahnya dengan prinsip wadi’ahyad dhamanah, mudharabah atau ijarah. Jika sebagai investor, bank
syariah melakukan penyaluran dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli dan sewa. Sedangkan jika sebagai penyedia jas perbankan,
bank syariah juga menyediakan jasa keuangan, jasa non keuangan dalam bentuk wadi’ahyad amanah dan mudharabah muqayyadah. Dalam hal ini bank syariah
mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dana penyaluran zakat, infak dan sadaqah serta penyaluran qardhul hasan.
2.2.2. Konsep Dasar Bank Syariah
Dalam dunia perbankan yang diutamakan adalah kepercayaan dari masayarakat. Terutama perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya
mengutamakan keadilan untuk semua pihak. Kelembagaan usaha yang menjalankan usaha syariah harus memperhatikan sebagai berikut;
1. Menjauhkan diri dari kemungkinan
a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka satu hasil usaha,
seperti penetapan bunga simpanan atau bunga pinjaman yang dilakukan pada bank konvesional.
b. Menghindari penggunaan sistem peresentase biaya terhadap utang atau
imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat gandakan secara otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena perjalanan
waktu.
Universitas Sumatera Utara
c. Menghindari sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan
imbalan barang ribawi lainnya barang yang sama dan sejenis, seperti uang rupiah dengan uang rupiah yang masih berlaku dengan memperoleh
kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. d.
Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas utang yang bukan prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela,
seperti penetapan bunga pada bank konvensional. 2.
Menerapkan Prinsip Sistem Bagi Hasil dan Jual Beli Dengan mengacu kepada petunjuk Al-Qur’an, QS. Al-Baqarah 2 : 275
dan surat An-Nisa 4 : 29 yang intinya: Allah SWT, telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, maka setiap transaksi kelembagaan ekonomi Islami
harus selau dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksi didasari oleh adanya pertukaran uang dengan barang atau jasa. Akibatnya pada
kegiatan muamalah berlaku prinsip “ada barang atau jasa dulu baru ada uang”, sehingga akan mendorong peroduksi barang atau jasa, mendorong kelancaran arus
barang atau jasa, agar adapat menghindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi dan infilasi.
Berdasarkan pelaksanakan dari mprinsip-prinsip diatas, bank syariah mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam,
khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha lain yang mengandung unsur tipuan,
Universitas Sumatera Utara
dimana jenis-janis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan
memeratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan yang membutuhkan
dana. 3.
Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan
kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha berwira usaha
4. Untuk menjaga kesetabilan ekonomi moneter pemerintah. Dengan aktivitas-
aktivitas bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan persaingan infilasi akibat penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan tidak sehat
antara lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari
dalam maupun luar negeri. 5.
Untuk membantu menanggulangi mengentaskan masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank Islam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaaan dari siklus usaha
yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan
modal kerjadan program pengembangan usaha bersama.
Universitas Sumatera Utara
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional
yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh, terutama
dibidang kegiatan bisnis dan prekonomiannya.
2.2.3. Peranan Bank Syariah Dalam Kemajuan Sektor Usaha Kecil
Perbankan dalam kehidupan suatu negara merupakan salah satu agen pembangunan. Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan sebagai
lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanna kembali kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau pembiayaan. Adanya hal ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dana bagi negara dan masyarakat guna menunjang jalannya proses
pembangunan terutama sektor usaha kecil dan menengah. Pada saat krisis ekonomi pun ternyata sektor ini mampu tetap bertahan, artinya sektor UKM
mempunyai keunggulan dan sangat potensial untuk lebih dikembangkan lagi melalui suatu kebijakan yang tepat dan dukungan dari lembaga yang tepat.
Namun tidak dapat dipungkiri terutama sektor usaha kecil menemukan kendala pada segi permodalan, dimana terkadang dalam memperoleh modal dari bank
mengalami kesulitan. Salah satu hal yang menyebabkan adanya hal ini adalah suku bunga kredit yang tinggi dan diperlukannya jaminan kebendaan yang sulit
dipenuhi oleh mereka. Untuk membantu menenggulangi permasalahan yang dihadapi oleh
sektor usaha kecil maka pasca Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dengan adanya pembangunan yang semarak terhadap perbankan syariah maka diharapkan
Universitas Sumatera Utara
dapat lebih membantu perkembangan sektor usaha kecil dan menengah ini. Telah disebutkan diatas bahwa kelangsungan suatu kegiatan usaha perlu didukung oleh
permodalan dan sumber daya manusia yang memadai. Setiap perbankan syariah yang ada hendaknya mampu secara cermat mengetahui kebutuhan nyata yang ada
pada sektor yang bersangkutan. Hal ini penting karena karakteristik produk pembiayaan yang ada pada perbankan syariah bervariasi dan masing-masing
hanya menjawab pada kebutuhan tertentu, sebagai contoh kebutuhan masyarakat yang membutuhkan adanya barang modal sebagai sarana dalam proses usaha,
pelayanan yang diberikan oleh pihak bank syariah berupa pemberian pembiayaan berdasarkan akad jual beli.
Nasabah yang melakukan pinjaman dapat memberikan jaminan dapat berupa kelayakan usaha, jaminan tambahan serta piutang. Jadi jaminan itu tidak
harus berupa barang yang dibeli oleh bank untuk nasabah. Dalam praktek nasabah yang tidak mempunyai jaminan apapun dapat menerima pembiayaan dari
bank syariah. Pembiayaan ini disebut visible non bankable, dalam hal ini nasabah tidak perlu membayar margin. Uang yang diberikan oleh bank berasal
dari keuntungan bank. Pengaturan dan Pengawasan terhadap bank-bank syariah dilakukan oleh
Bank Indonesia. Kewenangan yang dimiliki oleh Bank Indonesia meliputi: 1.
Kewenangan memberikan izin right to license, yaitu kewenangan untuk menetapkan tatacara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian
perizinan oleh BI meliputi pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,
Universitas Sumatera Utara
pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian atas kepemilikan dan kepengurusan bank, dan pemberian izin kepada bank
untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. 2.
Kewenangan untuk mengatur right to regulate yaitu kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyengkut aspek usaha dan kegiatan perbankan
dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi right to control yaitu kewenangan melakukan
pengawasan bank melalui pengawasan bank melalui pengawasan langsung on- site supervision dan pengawasan tidak langsung off-site supervision.
Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk mementau
tingkat kepatuhan bank terhadap pereturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang
membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang
disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan dan imformasi lainnya. Dalam pelaksanaanya apabila diperlukan di BI dapat melakukan pemeriksaan terhadap
bank termasuk pihak lain yang meliputi perusahan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur bank. BI dapat menugasi pihak
lslam untuk dan atas nama BI melaksanakan tugas pemeriksaan. 4.
Kewenangan untuk mengenakan sanksi right to impose sanction yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
Universitas Sumatera Utara
undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi
sesuai dengan asas perbankan yang sehat.
2.3. Usaha Mikro dan Kecil UMK