II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Sangitan Sambucus javanica Reinw. 1. Taksonomi dan Morfologi
Menurut Hutapea 1994, Sangitan mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales Family : Caprifoliaceae
Genus : Sambucus Species : Sambucus javanica Reinw.
Sinonim Sangitan menurut Dalimartha 2000 adalah : Sambucus chinensis
Lindl., Sambucus canadensis L., Sambucus ebuloides Desv., Sambucus thunbergiana
Bl., Phyteuma bipinnata Lour., Phyteuma cochinchinensis
Lour. Nama UmumDagang : Kerak Nasi.
Nama Daerah : Kerak Nasi Sunda, Brobos Kebo Jawa, Abur Aceh, Babalat Bengkulu, Kelak Nasi, Sangitan Melayu,
Halemaniri Tidore. Nama Asing : Javanese Elder Inggris, Shuo diao, Pa-so ma China,
Vlier Belanda.
Nama Simplisia : Sambuci Javanicae Herba Herba Sangitan, Sambuci Javanicae Radix
Akar Sangitan. Daun Sangitan termasuk daun majemuk yang letak daunnya berseling.
Memiliki 5-9 anak daun yang letaknya berhadapan opposite. Helaian anak daun bertangkai, berbentuk ellips memanjang sampai lanset. Panjang daun 8-15 cm,
lebar 3-5 cm, ujung runcing, tepi daun bergerigi, tidak berambut, warna
permukaan atas hijau tua, dan permukaan bawah hijau muda Wijayakusuma, et al
., 1996. Menurut Hutapea 1994, pangkal daun Sangitan meruncing, ujung daun runcing, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun bagian bawah
menonjol, serta permukaan daun terasa halus. Daun berbentuk lanset dengan panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm, letaknya berhadapan. Afifah 2003 berpendapat
bahwa daun Sangitan memiliki daun yang unik. Lebar daun sekitar 2-3 cm, ujungnya meruncing membuat daunnya semakin tampak sempit, dan helaiannya
seperti akan menutup.
Gambar 1. Sangitan Sambucus javanica Reinw.
Bunga Sangitan berukuran kecil dengan kelopak berwarna putih kekuningan. Bunga ini berkumpul membentuk payung majemuk dan baunya
harum Wijayakusuma, et al., 1996. Bunga Sangitan berkelamin dua, kelopaknya berbentuk bintang, tangkai putik berbentuk silindris, kepala sari berbentuk bulat,
dan mahkotanya berwarna putih dengan bentuk corong Hutapea, 1994. Afifah 2003 berpendapat bahwa bunga Sangitan berwarna putih agak krem, muncul di
bagian pucuk tanaman, sehingga kelihatan menonjol. Bentuk mahkota bunga seperti bintang, pertumbuhannya mengarah keatas, dan sekilas bentuknya mirip
payung. Habitus Sangitan berupa perdu dengan tinggi antara 3-5 meter
Sastrapradja, 1986. Perdu Sangitan mempunyai batang berbentuk bulat dan mempunyai banyak cabang Wijayakusuma, et al., 1996. Dalimartha 2000
menambahkan bahwa batang Sangitan tegak dan berkayu. Perdu Sangitan mempunyai ranting yang saling berdesakan Afifah, 2003.
Buah Sangitan berbentuk lonjong dan keras Dalimartha, 2000. Buah Sangitan berwarna hitam bila telah masak. Bentuknya bulat, mempunyai diameter
3-4 mm. Biji buah Sangitan berjumlah 1-3 buah Wijayakusuma, et al., 1996. Buahnya mula-mula berwarna kuning, kemudian menjadi hijau, dan akhirnya
berwarna hitam apabila telah masak Kloppenburg dan Versteegh, 1988. Menurut Hutapea 1994, buah Sangitan berbentuk bulat, termasuk kedalam golongan buah
buni, dan warnanya ungu. Biji buahnya berbentuk lonjong, teksturnya keras, dan berwarna ungu.
2. Habitat dan Penyebaran Sangitan merupakan tanaman asli Indonesia yang dapat ditemukan pada
dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.000 mdpl. Sangitan banyak ditemukan tumbuh liar di daerah pegunungan, pinggiran kota pada tanah terlantar. Spesies ini
umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak terlalu kering atau terlalu lembab Wijayakusuma, et al., 1996. Kloppenburg dan Versteegh 1988 mengemukakan
bahwa spesies ini hidup secara liar diatas 4.000 kaki diatas permukaan laut. Afifah 2003 menyatakan bahwa Sangitan dapat ditemukan tumbuh liar di pinggir-
pinggir sawah dan di dalam hutan. 3. Kandungan Kimia, Sifat Kimia, dan Efek Farmakologis
Kandungan kimia yang terdapat pada Sangitan antara lain essential oil, ursolic acid
, â–sitoster ol, á–amyrin palmitate, KNO
3
, dan tanin. Rasa Sangitan manis dan sedikit pahit, serta sifatnya hangat. Spesies ini masuk meridian hati
Wijayakusuma, et al., 1996. Buah Sangitan mengandung saponin dan flavonoid, sedang pada bagian daun dan akarnya mengandung saponin dan tanin Hutapea,
1994. Seluruh bagian spesies ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Bagian-bagian tanaman yang akan digunakan akar, batang, daun, bunga, dan
buah dijemur sampai kering jika akan disimpan Dalimartha, 2000. 4. Kegunaan Sangitan
Sangitan memiliki berbagai macam manfaat. Akar Sangitan digunakan untuk menyembuhkan frakture tulang patah, luka terpukul, encok rematik dan
pegal linu, sakit kuning, pembengkakan. Batang dan daunnya digunakan untuk
menyembuhkan bengkak karena penyakit ginjal, beri-beri, disentri, radang saluran napas kronis, rubella, erysipelas infeksi kulit akut yang disebabkan oleh
Streptococcus sp . Bunganya digunakan untuk menyembuhkan freckles bercak
hitam di wajah, menghaluskan kulit, saraf mudah terangsang, kulit terbakar sinar matahari. Buahnya digunakan untuk menyembuhkan diuretik peluruh kencing,
pembersih darah, pencahar dan perangsang muntah. Seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan sebagai obat kramkejang pada kaki, sakit pada tulang, luka
terpukul, dan pembengkakan Wijayakusuma, et al., 1996. Sangitan mempunyai bentuk bunga yang menarik, sehingga dapat ditanam
sebagai tanaman hias. Selain itu, spesies ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar Wijayakusuma, et al., 1996.
B. Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek
Menurut Kamus Pemuliaan Pohon 2004, stek merupakan bagian dari
batang atau bagian lain tanaman, jika diakarkan akan menghasilkan tanaman yang utuh. Menurut Rochiman dan Harjadi 1973, penyetekan merupakan suatu
perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian dari tumbuhan seperti batang, akar, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut
membentuk akar. Pembiakan dengan cara ini sering dipergunakan untuk menanggulangi tanaman-tanaman yang sulit diperbanyak dengan menggunakan
biji. Soerianegara dan Djamhuri 1979 mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan stek adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif yang dipisahkan dari pohon induknya. Jika bahan stek ditanam pada kondisi yang
menguntungkan untuk beregenerasi, maka bahan stek tersebut akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna. Menurut Purnomosidhi, Suparman, Roshetko,
dan Mulawarman 2002, perbanyakan tanaman dengan stek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan
atau bagian tanaman seperti akar, batang, atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru.
Stek merupakan bagian alat hara yang dipotong atau dipisahkan dari
induknya yang kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman baru Tjitrosoepomo, 2001. Bahan stek diambil dari bagian pohon yang belum berkayu terlampau
keras. Panjang stek antara 5-10 cm. Bahan stek tersebut sebaiknya diambil dari pohon induk yang subur, mempunyai pertumbuhan bunga yang bagus, dan
berdaun lebat. Bahan stek dipotong pada bagian dekat daun, karena di lokasi
tersebut berkumpul banyak cadangan makanan. Hal ini memudahkan terbentuknya akar di bagian tersebut. Pemotongan tersebut sebaiknya
menggunakan pisau yang tajam Atjung, 1975.
Tjitrosomo, Harran, Djaelani, Hartana, dan Sudiarta 1980
mengemukakan bahwa stek batang banyak dipraktekkan pada tanaman tidak berkayu. Stek batang terdiri dari potongan batang sepanjang 10-30 cm atau lebih
dengan buku-buku dan kuncup-kuncup lateral. Jika potongan-potongan itu ditanam dalam tanah, maka akar-akar akan tumbuh dari bagian pangkal dan
kuncup yang paling atas akan tumbuh menjadi tajuk. Stek dapat dibedakan menurut bagian tanaman yang diambil untuk bahan
stek, yaitu stek akar, stek batang, stek daun atau stek tunas daun, dan stek tunas atau stek mata. Stek yang menggunakan batang sebagai bahan stek sangat
menguntungkan karena mempunyai persediaan makanan yang memadai
Wattimena, 1988.
Permasalahan yang dihadapi dalam perbanyakan tanaman dengan cara stek meliputi berbagai macam aspek, diantaranya adalah pemilihan bahan stek,
pemilihan bibit dan aplikasinya dalam penanaman di lapangan, serta jenis dan konsentrasi hormon yang akan dipergunakan untuk memperoleh hasil yang
optimal Subiakto, 1988. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Rochiman dan Harjadi 1973 mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor
tanaman, faktor lingkungan, dan faktor pelaksanaan. Faktor tanaman, meliputi : macam bahan stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun pada stek, kandungan
bahan makanan stek, dan pembentukan kalus. Faktor lingkungan, meliputi : media pertumbuhan, kelembaban, temperatur, dan aspek cahaya. Faktor pelaksanaan,
meliputi : perlakuan sebelum pengambilan bahan stek, waktu pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan ZPT, kebersihan alat pemotong,
media perakaran, tempat pertumbuhan dan pemeliharaan. Ketersediaan air,
kandungan bahan makanan, umur pohon induk, jenis kelamin tanaman, jenis tanaman, bagian tanaman, musim, dan adanya perlakuan ZPT juga mempengaruhi
pertumbuhan stek Kramer dan Kozlowsky, 1960. D. Keuntungan Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek
Metode perbanyakan tumbuhan dengan stek banyak memberikan keuntungan. Dengan material yang sedikit, dapat dihasilkan sejumlah besar bibit
tanaman yang seragam. Bibit tanaman yang didapatkan akan mempunyai kesamaan didalam ukuran tinggi, umur, ketahanan terhadap penyakit, dan sifat
tanamannya. Metode stek dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun, dan batang dalam waktu relatif singkat, serta bersifat serupa dengan
induknya Rochiman dan Harjadi, 1973. Subiakto 1988 mengemukakan bahwa keuntungan pembiakan tanaman
secara vegetatif terutama dengan cara stek adalah mudahnya mendapatkan bahan biakan. Bahan biakan tersebut dapat dikumpulkan setiap saat pada waktu yang
diperlukan. Keuntungan lain yang bisa dicapai adalah pengaruh terhadap karakteristik, fisiologis, dan genetik pada keturunannya. Karakteristik ini adalah
tidak terjadi perubahan susunan genetik dan dapat mempertahankan karakteristik fisiologis yang diturunkan dari induk tanaman.
E. Zat Pengatur Tumbuh