Sebagai bagian terkecil ujaran atau teks wacana, kalimat berstatus sebagai satuan dasar wacana yang bersangkutan Moeliono.dkk.1997:254. Meskipun bisa berdiri
sendiri, setiap kalimat itu tidak lepas begitu saja karena diantara kalimat-kalimat itu memang ada pertalian makna. Sebagai kalimat, semua kalimat itu memang berdiri
sendiri, tetapi dalam wacana, makna kalimat-kalimat itu harus saling berkait. Begitu eratnya kaitan itu, sampai-sampai setiap kalimat di dalam sebuah wacana terasa ikut
menentukan hadirnya kalimat lain Junaiyah dan Arifin, 2010: 7-8.
5 Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan satu gagasan utama satu topik Junaiyah dan Arifin, 2010: 9. Sebuah paragraf juga memiliki kalimat utama
dan kalimat-kalimat penjelas serta mata rantai yang menghubungkan kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelasnya. Oleh sebab itu, paragraf biasanya diartikan sebagai
kumpulan beberapa kalimat yang saling berkaitan Hayon, 2007: 32. Sebuah paragraf yang biasa baik, selalu menunjukkan satu kesatuan atau kepaduan
Hayon, 2007: 35. Satu paragraf dapat terdiri atas satu kalimat, dua buah kalimat, atau bahkan lebih dari itu. Walaupun sebuah paragraf terdiri atas sejumlah kalimat,
seharusnya tidak ada satu pun kalimat yang membicarakan hal lain di luar gagasan utama Junaiyah dan Arifin, 2010: 9.
4. Sarana Keutuhan wacana
Wacana merupakan unsur bahasa yang paling lengkap dan paling kompleks karena mengandung sejumlah satuan lainnya Junaiyah dan Arifin, 2010: 3. Wacana adalah
rentetetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna Moeliono, 1988: 334; dalam Junaiyah
dan Arifin, 2010: 4. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh
pembaca dalam wacana tulis atau pendengar dalam wacana lisan, tanpa keraguan apa pun Chaer, 1994: 267. Sebuah wacana yang baik harus memiliki aspek yang
lengkap, padu, dan utuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa aspek keutuhan wacana terdiri atas kohesi dan koherensi Junaiyah dan Arifin, 2010: 24.
1 Kohesi
Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk keutuhan teks dalam sebuah wacana Rusminto dan Sumarti, 2006: 41. Kohesi adalah keserasian antara unsur yang satu
dan unsur yang lain dalam sebuah wacana sehingga tercipta suatu keutuhan makna Djajasudarma, 1994: 46; dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 41. Kohesi mengacu
pada hubungan antarkalimat dalam wacana, baik dalam tataran gramatikal maupun dalam tataran leksikal Gutwinsky, 1976: 26; dalam Sudaryat, 2009: 151.
Relasi yang erat yang ada pada sebuah wacana yang baik dinamakan kohesi Lubis, 1991: 28. Istilah kohesi kerap kali digunakan untuk menunjukkan jalinan wacana
yang secara gramatikal diperankan oleh unit linguistik, sedangkan istilah koheren digunakan untuk menunjukkan jalinan wacana berdasarkan pada lebih pertimbangan
logis daripada gramatikal Purwoko, 2008: 135-136. Kohesi mengacu kepada aspek bentuk dan koherensi kepada aspek makna wacana Tarigan, 1987: 96.
Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam sebuah wacana sehingga tercipta suatu keutuhan makna Djajasudarma, 1994:
46; dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 41. Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa tertentu Rani. dkk. 2004:
88; dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 41. Pada dasarnya, kohesi mengacu pada hubungan bentuk. Artinya, unsur-unsur wacana kata atau kalimat yang digunakan
untuk menyusun sebuah wacana memiliki keterkaitan sintaksis bentuk secara padu dan utuh Junaiyah dan Arifin, 2010: 24.
Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana Tarigan, 1987: 96. Karena itu, hubungan kohesif sering ditandai oleh kehadiran penanda khusus yang bersifat
formal bahasa lingual formal Junaiyah dan Arifin, 2010: 24. Kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara padu
dan padat untuk menghasilkan tuturan Tarigan, 1987: 96. Kemudian, kohesi dapat dibagi menjadi kohesi gramatikal yang terdiri atas referensi reference, substitusi
substitution, elipsis ellipsis, dan konjungsi conjuntion dan kohesi leksikal terdiri atas reitrasi reiteration, dan kolokasi collocation Halliday dan Hasan, 1976: 4;
dalam Junaiyah dan Arifin, 2010: 24.
2 Koherensi
Koherensi ialah pertalian di antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain sehingga kalimat-kalimat itu membangun kesatuan makna yang utuh Junaiyah dan Arifin,
2010: 43. Koherensi adalah hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama lain secara rapi, beranjak dari hubungan-hubungan alamiah bagian-bagian
atau hal-hal satu sama lain, seperti bagian-bagian wacana, atau argumen-argumen suatu rentetan penalaran Tarigan, 1987: 104; dalam Rusminto dan Sumarti, 2006:
46. Koherensi merupakan unsur isi dalam wacana, sebagai organisasi semantik, wadah
gagasan-gagasan yang disusun dalam urutan yang logis untuk mencapai maksud dan
tuturan dengan tepat. Koherensi adalah kekompakan hubungan antarkalimat dalam wacana Sudaryat, 2009: 152. Di bidang wacana, koherensi berarti ‘pertalian makna
atau pertalian isi kalimat Tarigan, 1987: 32; dalam Junaiyah dan Arifin, 2010: 43. Koherensi berarti kepaduan dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau
tuturan Brown and Yule, 1983: 224; dalam Junaiyah dan Arifin, 2010: 43.
B. Substitusi